• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1.Tinjauaan Pustaka

Beton mempunyai kata yang sama dengan bahasa Belanda. Dalam bahasa inggris dikenal dengan sebutan Conrete. Dan dalam bahas Jepang dikenal dengan sebutan

kotu-sai. Sebutan beton dalam bahasa Inggris (Concrete) diambil dari bahasa latin

Concretus yang bermakna bergabung menjadi satu (Rudy Djamaluddin[9], 2012). Menurut SK.SNI T-15-1990-03:1 definisi beton adalah pencampuran antara semen Portland dengan bahan lainnya seperti agregat kasar (krikil), agregat halus (pasir), dan air dengan atau tanpa bahan tambah sehingga membentuk benda yang padat dan keras menyerupai batu. Definisi lain menyebutkan pencampuran antara semen dengan agregat kasar (kerikil/batu pecah), agregat halus (pasir), dan air. Dengan semen yang berfungsi sebagai pengikat antara agregat halus dan agregat kasar, sedangkan air digunakan sebagai pembantu proses kimia selama proses pengerasan dan perawatan beton (Nevile, 1996, dalam Danang[24], 2014).

Bambu merupakan salah satu tumbuhan yang cepat tumbuh, karena bambu berasal dari sub familia rumput yaitu Bamboidae. Dengan sifat bambu yang mempunyai struktur ringan sehingga bambu memiliki ketahan tinggi terhadap gempa maka bambu sangat cocok sekali digunakan di daerah rawan gempa (Sri Handayani[10], 2009). Bambu memiliki jenis bermacam macam yang dapat digunakan, tetapi hanya empat macam yang dirasa penting dan dapat digunakan di Indonesia yaitu bambu Petung, bambu Wulung, bambu Tali, bambu Duri (Frick, 2004, dalam Agus Setiya Budi[8], 2013).

Pada penelitian sebelumnya telah diperlihatkan perbandingan kuat tarik yang dilakukan antara bambu Petung, bambu Ori, dan besi baja. Di dalam percobaan tersebut diperlihatkan bahwa bambu Petung memiliki teganan leleh yang tinggi yaitu 3000 kg/m2.

(2)

Gambar 2.1. Diagram Tegangan - Regangan Bambu dan Baja (Sumber: Morisco[8], 1999)

Maka Morisco[8] (1999) melakukan uji coba dengan membandingkan kuat tarik bambu Petung bagian dalam dan bambu Petung bagian luar. Bambu Petung dibelah secara tangensial sehingga bambu terbelah sama rata, dengan ketebalan bambu kira-kira setengah bambu dengan ukuran utuh. Pada Gambar 2.3 diperlihatkan bagaimana bagian sisi dalam dan sisi luar bambu Petung. Dalam Tabel 2.1 didapatkan bahwa kuat tarik bagian bambu luar (kulit) lebih tinggi dibandingkan kuat tarik bagian dalam.

(3)

Gambar 2.2. Potongan Bambu Secara Umum (Sumber: J.G. Moroz[15], 2014)

Gambar 2.3. Pengambilan Spesimen Bambu (Sumber: Morisco[8], 1999)

Tabel 2.1. Kuat Tarik Bambu Tanpa Buku / Nodia Kering Oven

Jenis bambu Tegangan tarik (MPa)

(4)

Ori Petung Wulung 164 97 96 417 285 237 (Sumber: Morisco[8], 1999)

Pada Gambar 2.2 dapat diketahui bagian – bagian dari bambu. Menurut penelitian Morisco[8] (1999) bagian bambu pada nodia atau buku mempunyai kuat tarik yang sangat lemah, karena pada nodia atau buku tersebut sebagian serat ada yang berbelok dan sebagian serat ada yang lurus, sehingga pada nodia atau buku arah gaya tidak lagi sejajar. Tabel 2.1. diperlihatkan kuat tarik sejajar serat searah sumbu batang antara bambu memakai nodia atau buku dengan bambu tidak bernodia atau berbuku.

2.2.Landasan Teori 2.2.1. Bambu

2.2.1.1. Bambu Petung

Bambu petung pada umumnya banyak tumbuh di Indonesia, dan hampir tersebar secara merata di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Lombok, Kepulauan Nusatenggara sampai Maluku. Dengan nama latin Dendrocalamus

asper Back, bambu ini tergolong bambu yang mempunyai diameter besar. Bambu

Petung sendiri dapat tumbuh dengan diameter batang bawah mencapai 26 cm dan dengan tinggi mencapai 25 m. Bambu ini dapat di temukan dan tumbuh baik pada dataran > 300 mdpl, beriklim basah, dan berbukit. Dengan sifat bambu Petung yang tergolong keras dan kuat, maka bambu ini sering dipakai sebagai bahan konstruksi sederhana di pedesaan, contohnya adalah gubuk sederhana dan jembatan (Sutiyono, Marfu’ah Wardani[23], 2011).

2.2.1.2. Pengujian Sifat Mekanik Bambu

Pengujian sifat mekanika bambu dilakukan dengan mesin Universal Testing Machine (UTM). Untuk pengujian kuat tarik sejajar serat digunakan acuan sesuai dengan SNI 03-3399-1994, dapat dihitung menggunakan Persamaan 2.1.

(5)

A Pmaks tr// 

...(2.1)

Keterangan:

tr// = Kuat tarik sejajar serat (MPa)

Pmaks = Gaya tarik maksimal bambu (N)

A = tebal x lebar = luas bidang yang tertarik (mm2)

Pengujian kuat tekan sejajar serat bambu digunakan acuan sesuai dengan SNI 03-3399-1994, dihitung menggunakan Persamaan 2.2.

A

P

maks

tk//

...(2.2)

Keterangan:

tk// = Kuat tekan sejajar serat (MPa)

Pmaks = Gaya tekan maksimal bambu (N)

A = tebal x lebar = luas bidang yang tertekan (mm2)

Pengujian kuat geser sejajar serat bambu digunakan acuan sesuai dengan SNI 03-3400-1994, dihitung menggunakan Persamaan 2.3.

A

P

maks

//

...(2.3)

Keterangan:

//

= Kuat geser sejajar serat (MPa)

Pmaks = Gaya geser maksimal bambu (N)

A = tebal x panjang = luas bidang yang tergeser (mm2)

Selanjutnya untuk menghitung kuat lentur (MOR) dan modulus elastisitas (MOE) bambu digunakan acuan sesuai dengan SNI 03-3959-1995, dihitung dengan menggunakan Persamaan 2.4 dan 2.5.

(6)

2 2 3 bt L P MORmaks ...(2.4)  3 3 4bt L P MOEmaks ...(2.5)

Keterangan: MOR = Modulus lentur bambu (MPa)

MOE = Modulus elastisitas bambu (MPa)

Pmaks = Beban maksimum (N)

L = Panjang (mm)

b = Lebar bambu (mm)

t = Tebal bambu (mm)

 = Lendutan proporsional dari benda uji (mm)

2.2.1.3. Pengujian Sifat Fisika Bambu

Pengujian kadar air bambu dilakukan dengan mengeringkan sampel benda uji dalam oven dengan suhu sekitar (103±2ºC) sampai berat sampel menjadi konstan. Kadar air bambu dihitung dengan Persamaan 2.6.

% 100 a a b W W W Ka   ...(2.6)

Keterangan: Ka = Kadar air bambu (%)

Wb = Berat benda uji sebelum di oven (gram)

Wa = Berat benda uji kering oven (gram)

Perhitungan besarnya berat jenis kering tanur bambu dipergunakan Persamaan 2.7 dengan benda uji sama seperti benda uji kadar air.

b a

G W

(7)

Keterangan: BJ = Berat jenis bambu

Wa = Berat benda uji kering oven (gram)

Gb = Berat air yang volumenya sama dengan volume benda uji kering oven (gram)

Sedangkan pengujian kerapatan bambu dihitung menggunakan Persamaan 2.8.

w w w V m

...(2.8)

Keterangan:

w = Kerapatan bambu pada kadar air w (gram/cm3)

mw = Massa bambu pada kadar air w (gram)

Vw = Volume bambu pada kadar air w (cm3)

2.2.1.4. Tegangan Ijin Bambu Untuk Perancangan

Dengan banyaknya penggunaan bambu di Indonesia sebagai bahan bangunan struktur sederhana, maka Departemen Pekerjaan Umum melalui Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman telah mengeluarkan batasan penelitian tentang bambu. Hasil penelitian tersebut tertera pada Tabel 2.2. sebagai berikut

Tabel 2.2. Kuat Batas dan Tegangan Ijin Bambu

Macam tegangan Kuat batas (kg/cm2) Tegangan ijin (kg/cm2) Tarik Lentur Tekan E. Tarik 981-3920 686-2940 245-981 98070-294200 294,2 98,07 78,45 196100

(8)

(Sumber: Morisco[8], 1999)

2.2.2. Beton

2.2.2.1. Pengertian Beton

Beton adalah campuran antara semen dengan agregat kasar, agregat halus, dan air membentuk masa yang padat dengan atau tanpa bahan tambah yang mempunyai berat isi 2200 – 2500 kg/m3 dengan memakai agregat alam yang dipecah (SNI 03-2834-2000[9]).

2.2.2.2. Material Penyusun Beton

a) Agregat Kasar

Agregat adalah suatu butiran alami atau buatan yang dipergunakan sebagai bahan pengisi beton dan mengisi hampir 70 % dari volume beton (Yudianto[25], 2011). Agregat kasar adalah berasal dari batu alam yang dipecah sehingga menjadi sedimikian rupa melalui industry pemecah batu dan mempunyai ukuran berkisar antara 5 mm – 40 mm (SNI 03-2834-2000).

b)Agragat Halus

Agregat dikatakan sebagai agregat halus jika besar butirannya kurang lebih sebesar 4,75 mm (ASTM C33). Di dalam SNI 03-2834-2000 dikatakan bahwa agregat halus merupakan pasir alam yang berasal dari hasil desintegrasi batuan atau pasir secara alami yang mempunyai ukuran butir sebesar 5,0 mm.

c) Semen

Semen dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang bahannya terdiri dari silikat – silikat kalsium yang bersifat hidrolis dan gips sebagai bahan tambahan sehingga menghasilkan semen yang disebut dengan semen hidrolis (PUBI–1982).

Fungsi dari semen sendiri adalah sebagai pengikat antara agregat kasar dan agregat halus agar menjadi suatu masa yang padat (Yudianto[25], 2011).

(9)

d)Air

Dalam beton air berfungsi sebagai bahan untuk bereaksi kimia dengan semen membentuk suatu pasta semen. Selain itu air digunakan sebagai bahan pelumas pada beton yang berhubungan dengan workability. Pemberian air yang berlebihan pada adukan beton juga akan mengurangi kekuatan beton itu sendiri (Yudianto[25], 2011). Menurut SNI 03-2834-2000 air yang baik untuk campuran beton adalah sebagai berikut:

1. Tidak mengandung klorida (Cl) yang melebihi 0,5 gr/l 2. Tidak mengandung senyawa sulfat melebihi 1 gr/l

3. Tidak mengandung lumpur (benda melayang lainnya) melebihi 2 gr/l 4. Tidak mengandung garam – garam yang dapat merusak beton (asam, zat

organic, dan sebgainya) melebihi 15 gr/l

2.2.3. Pengwetan Bambu

2.2.3.1. Pengertian Boraks dan Asam Boriks

Borak adalah suatu senyawa dengan nama Natrium Tetraborat(Na2B4O7) yang mengandung tidak kurang dari 99 % dan tidak lebih dari 105 % Na2B4O7.10H2O yang mempunyai sifat diantaranya adalah: transparan, tidak mengandung bau, berwarna putih saat menjadi bubuk, sedikit larut terhadap air dingin, dan sangat larut di dalam air panas. Di dalam boraks tersebut terdapat senyawa aktif asam borat (H3BO3), senyawa ini dikenal mampu dapat membunuh bakteri pembusuk walaupun belum ada penelitian yang pasti (Yuliana[10], 2002, dalam Sri Handayani, 2009).

Dari kedua bahan kimia tersebut jika dicampur akan menjadi senyawa yang bernama boron. Senyawa boron efektif melawan serangga pemakan bambu seperti kumbang bubuk, rayap, dan jamur. Senyawa boron pada saat sekarang ini adalah

(10)

pengawet yang paling banyak diaplikasikan pada bambu dan dapat diterima di berbagai tempat.

(11)

2.2.3.2. Penggunaan Boraks dan Asam Borik

Pada percobaan yang dilakukan oleh Susilaning[22] (2012) menyebutkan bahwa pengawetan dengan cara perendaman bambu ampel dan petung pada air mengalir selama 3 bulan menyebabkan kerusakan sebesar 1,01 % dan 0,72 % yang disebabkan oleh serangga bambu. Sedangkan bambu yang direndam dengan senyawa boron (borak dan asama boric) selama 5 hari mempunyai kerusakan 1,36 % dan 0,97 %, termasuk katagori dengan tingkat serangan ringan.

Dari percobaan yang sudah ada dan berbagai sumber cara pengawetan bambu, maka pada penelitian kali ini bambu petung akan diawetakan dengan menggunakan borak dan asam borik (senyawa boron) dengan perbandingan 3 : 2 dengan konsentrasi 10 % yang dilarutkan pada air.

2.2.4. Balok

Pada percobaan yang dilakukan oleh Pathurahman[16] (2003) balok yang dibebani akan mengalami retak awal yang terjadi di daerah sekitar pembebanan tumpuan, kemudian berlanjut menuju ke bagian tengah bentang, dan selanjutnya retak terjadi di derah sekiat sendi, atau sebaliknya. Pola retak biasanya tegak lurus terhadap benda uji, dan secara umum retak tersebut terjadi pada saat beban mencapai 90 % dari beban torsi atau 78 % dari beban runtuh.

2.2.4.1. Anggapan-Anggapan

Menurut Istimawan[17] (1994), pendekatan dan pengembangan metode perencanaan kekuatan di dasarkan atas anggapan-anggapan sebagai berikut: 1. Prinsip Navier - Bernoulli tetap berlaku.

2. Tengangan beton dapat disederhanakan menjadi tegangan kotak.

3. Kuat tarik beton diabaikan (tidak diperhitungkan) dan seluruh gaya tarik dilimpahkan kepada tulangan bambu.

(12)

Gambar 2.7. Distribusi Tegangan dan Regangan Pada Penampang Beton Untuk menghitung tinggi luasan tekan pada balok dan nilai beta, digunakan persamaan a = β1 x c

Dimana : c = jarak serat tekan garis terluar ke garis netral

β1 = konstanta yang merupakan fungsi dari kelas kuat beton Menurut SNI 03-2834-2000, menetapkan nilai β1 sebagai berikut:

17 < fc’ < 28 MPa β1 = 0,85

fc’ ≥ 28 MPa β1 = 0,85 harus direduksi sebesar 0,05 untuk setiap kelebihan kekuatan sebesar 7 MPa tetapi β1tidak boleh kurang dari 0,65

2.2.4.2. Pembatasan Tulangan Tarik

Pada perhitungan beton bertulang menurut SK SNI T-15-1991-03, ditetapkan bahwa jumlah tulangan baja tarik, As, tidak boleh melebihi 0.75 dari tulangan

balance, Asb, yaitu jumlah tulangan tarik bila beton dan baja kedua-duanya mencapai regangan hancur. (As ≤ 0,75. Asb)

(13)

2.2.4.3. Analisis Balok

Gambar 2.8. SFD dan BMD

Reaksi Tumpuan:

=

(14)

Momen:

=

=

Gambar 2.9. Distribusi Tegangan dan Regangan Pada Penampang Beton Kondisi regangan seimbang (balance) terjadi jika:

ε

c’ = 0.003 dan

ε

s =

ε

y =

Pada kondisi balance didapat:

ab = β * Cb

(15)

T = Asb * fy

Karena ∑ H = 0, maka T = Cc Asb * fy = 0.85 * fc’ * b * ab

Mn = T (d - a/2)

Mu = 0,90 *Mn

Dari hasil analisa balok dapat diketahui besarnya beban P yang dapat bekerja pada balok yang berguna untuk menghitung besarnya momen ultimit yang dapat dilayani, kedua nilai momen hasil dari analisis dan hasil pengujian akan dibandingkan.

2.2.5. Perancangan Campuran Beton (Mix Design)

Rencana campuran beton bertujuan untuk menentukan proporsi campuran material pembentuk beton agar memenuhi persyaratan umum maupun teknis, sehingga beton yang dibuat dapat sesuai dengan yang direncanakan. Perancangan proporsi campuran beton ini menggunakan metode SNI 03-2834-2000 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal).

Berikut ini adalah persamaan dan tabel - tabel yang digunakan dalam merancang campuran beton (mix design):

a. Nilai Margin

Besarnya nilai margin didapatkan melalui Persamaan 2.9 berikut ini:

M = 1,64 x Sr ………... (2.11)

Keterangan : M = nilai tambah, MPa

1,64 = tetapan statistik tergantung % kegagalan maksimal, 5%

(16)

b. Nilai Kuat Tekan Rata-rata

Besarnya nilai kuat tekan rata-rata didapatkan melalui Persamaan 2.10 berikut:

f’cr = f’c + M ……….. (2.12)

Keterangan : f’cr = kuat tekan rata-rata, MPa

f’c = kuat tekan yang disyaratkan, MPa

M = nilai tambah, MPa

c. Penentuan Jenis Agregat

Penentuan Jenis Agregat yang digunakan berupa agregat alami atau batu pecah berdasarkan Tabel 2.3 berikut:

Tabel 2.3. Perkiraan Kekuatan Tekan (MPa) Beton dengan Faktor Air-Semen, dan Agregat Kasar Yang Biasa Dipakai di Indonesia

Jenis semen Jenis agregat kasar

Kekuatan tekan (MPa)

Pada umur (hari) Bentuk benda uji 3 7 28 91

Semen Portland Tipe I Atau

Batu tak dipecahkan Batu pecah 17 19 23 27 33 37 40 45 Silinder Semen tahan sulfat

Tipe II, V

Batu tak dipecahkan Batu pecah 20 23 28 32 40 45 48 54 Kubus Semen Portland Tipe III

Batu tak dipecahkan Batu pecah 21 25 28 33 38 44 44 48 Silinder Batu tak dipecahkan

Batu pecah 25 30 31 40 46 53 53 60 Kubus (Sumber: SNI 03-2834-2000)

(17)

d. Penentuan Nilai Faktor Air Semen

Penentuan nilai faktor air semen yang digunakan dalam rencana mix design

berdasarkan Tabel 2.4 berikut:

Tabel 2.4. Persyaratan Jumlah Semen Minimum dan Faktor Air Semen Maksimum Untuk Berbagai Macam Pembetonan Dalam Lingkungan Khusus Lokasi Jumlah Semen minimum per m3 beton (kg) Nilai faktor Air-Semen Maksimum Beton di dalam ruang bangunan:

a. keadaan keliling non-korosif b. keadaan keliling korosif disebabkan

oleh kondensasi atau uap korosif Beton di luar ruangan bangunan :

a. tidak terlindung dari hujan dan terik matahari langsung

b. terlindung dari hujan dan terik matahari langsung

Beton masuk ke dalam tanah :

a. mengalami keadaan basah dan kering berganti-ganti

b. mendapat pengaruh sulfat dan alkali dari tanah

Beton yang kontinyu berhubungan : a. air tawar b. air laut 275 325 325 275 325 0,60 0,52 0,60 0,60 0,55 Tabel Tabel (Sumber: SNI 03-2834-2000)

e. Jumlah Air yang Digunakan

Penentuan jumlah air yang diperlukan per meter kubik beton, berdasarkan ukuran maksimum agregat, jenis agregat, dan nilai slump yang diinginkan. Tabel yang digunakan adalah Tabel 2.5.

(18)

Tabel 2.5. Perkiraan Kadar Air Bebas (kg/m3) Yang Dibutuhkan Untuk Beberapa Tingkat Kemudahan Pekerjaan Adukan Beton

Besar Ukuran Maks. Kerikil (mm) Jenis Batuan Slump (mm) 0 − 10 10 – 30 30 − 60 60 − 180 10 Alami 150 180 205 225 Batu pecah 180 205 230 250 20 Alami 135 160 180 195 Batu pecah 170 190 210 225 40 Alami 115 140 160 175 Batu pecah 155 175 190 205 (Sumber: SNI 03-2834-2000)

f. Penentuan Daerah Gradasi Agregat Halus

Daerah Gradasi Agregat Halus ditentukan berdasarkan tabel berikut: Tabel 2.6. Daerah Gradasi Agregat Halus

Lubang Ayakan (mm)

Persen Berat Butir yang Lewat Ayakan

1 2 3 4 10 100 100 100 100 4,8 90 – 100 90 - 100 90 – 100 95 – 100 2,4 60 – 95 75 - 100 85 – 100 95 – 100 1,2 30 – 70 55 - 90 75 – 100 90 – 100 0,6 15 – 34 35 - 59 60 – 79 80 – 100 0,3 5 – 20 8 - 30 12 – 40 15 – 50 0,15 0 – 10 0 - 10 0 – 10 0 – 15

g. Nilai Berat Jenis Agregat Campuran

Besarnya nilai berat jenis agregat campuran didapatkan melalui Persamaan 2.13 berikut ini:

(19)

Keterangan : bj.Camp = berat jenis campuran bj.ag.halus = berat jenis agregat halus bj.ag.kasar = berat jenis agregat kasar

P = persentase agregat halus terhadap agregat campuran K = persentase agregat kasar terhadap agregat campuran

h. Kebutuhan Agregat Campuran

Besarnya nilai kebutuhan agregat campuran didapatkan melalui Persamaan:

Wpasir+kerikil = Wbeton - kebutuhan air - kebutuhan semen ………..…. (2.14)

i. Berat Agregat Halus

Besarnya nilai keutuhan agregat halus didapatkan melalui Persamaan:

Wpasir = (Persentase agregat halus) x Wpasir+kerikil……… (2.15)

j. Berat Agregat Kasar

Besarnya nilai kebutuhan agregat kasar didapatkan melalui Persamaan:

Wkerikil = Wpasir+kerikil - Wpasir ………...…………..……… (2.16)

2.2.6. Kajian Penerapan Analisis Struktur

Penelitian ini didasarkan pada penerapan yang akan digunakan di rumah sederhana. Rumah sederhana yang dimaksud adalah rumah dengan jumlah lantai tidak lebih dari 2 tingkat dan balok induk tidak lebih dari 3 m. Analisis struktur bangunan ini menggunakan program analisis struktur dengan pembebanan berupa beban mati, beban hidup, dan beban gempa.

(20)

Gambar

Gambar 2.1. Diagram Tegangan - Regangan Bambu dan Baja  (Sumber: Morisco [8] , 1999)
Gambar 2.2. Potongan Bambu Secara Umum
Tabel 2.2. Kuat Batas dan Tegangan Ijin Bambu
Gambar 2.7. Distribusi Tegangan dan Regangan Pada Penampang Beton
+5

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis data dan prosentase peningkatan dari aspek keterampilan proses yang di amati pada siklus I, siklus II, dan siklus II maka dibuatlah

Bidang utama dalam ilmu filsafat, seperti filsafat manusia, alam dunia, pengetahuan, kehutanan, moral dan sosial, kemudian disusunlah uraian

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Dinamika perikanan purse seine yang berbasis di PPN Pekalongan, Jawa Tengah” adalah karya saya sendiri dengan arahan

Berisi tentang data-data teoritik, data empirik serta gagasan awal berkaitan dengan perancangan sarana pembersih kemoceng, diantaranya data teoritik didapatkan dari berbagai

Menurut Victorius (2008), perairan pantai Pasir Putih Situbondo yang mempunyai kondisi substratnya banyak ditemukan sand merupakan lokasi yang cukup baik untuk

(2006), “Analisis faktor psikologis konsumen yang mempengaruhi keputusan pembelian roti merek Citarasa di Surabaya”, skripsi S1 di jurusan Manajemen Perhotelan, Universitas

Dari Gambar 2 dapat disimpulkan bahwa volume pelarut sebanyak 250 mL memberikan hasil flavonoid terekstrak paling banyak, sehingga untuk mempelajari pengaruh waktu