Deskripsi Efektivitas Pembelajaran Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe
Make A Match
Pada Materi
Luas Dan Volume Kubus Dan Balok
Oleh
NUR AIN M.MOOTALU
(NIM. 411410012. Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Matematika Dan IPA Universitas Negeri Gorontalo)
DESKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE MAKE A MATCH PADA MATERI LUAS PERMUKAAN
DAN VOLUME KUBUS DAN BALOK
Nur Ain M.Mootalu, Perry Zakaria, Nursiya Bito
Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo
Email: ain.mootalu@yahoo.co.id
ABSTRAK
Nur Ain M. Mootalu, 2014. “Deskripsi Efektivitas Pembelajaran
Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match pada Materi
Luas Permukaan dan Volume Kubus dan Balok”. Skripsi. Jurusan Pendidikan
Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Gorontalo.Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas
pembelajaran siswa kelas VIII-1 pada materi Luas Permukaan dan Volume Kubus
dan Balok dengan menggunakan model pembelajaran koopeatif tipe make a
match. Sumber data dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII-1 SMP Negeri 4 Telaga, yang terdiri dari 12 orang laki-laki dan 10 orang perempuan.
Dalam penelitian ada 4 indikator yang digunakan untuk melihat efektifnya suatu pembelajaran, yaitu: pengelolaan pembelajaran oleh guru, aktivitas siswa, respon siswa, dan hasil belajar siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan atau observasi, dan pemberian tes dan angket pada akhir pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan pembelajaran oleh guru tidak efektif di sebabkan oleh beberapa aspek berada pada kriteria kurang baik, aktivitas siswa dalam pembelajaran berada pada kriteria batas toleransi sehingga di kategorikan efektif, begitu pula angket mendapat respon minimal 85,7% sehingga dikategorikan efektif, namun hasil belajar siswa di kategorikan tidak efektif karena siswa yang mencapai nilai ketuntasan hanya 45%.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa “efektivitas pembelajaran
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada materi
materi luas permukaan dan volume kubus dan balok pada siswa kelas VIII-1 SMP Negeri 4 Telaga tahun 2013/2014 tidak efektif ”.
Kata Kunci: Efektivitas Pembelajaran, Make A Match.1
1
Nur Ain M.Mootalu. 411410012. Jurusan pendidikan matematika. Fakultas Matematika dan IPA. Drs Perry Zakaria M.Pd. Nursiya Bito, S.Pd, M.Pd
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan pendidikan, sehingga kualitas guru harus di tingkatkan dan dikembangkan mutunya sesuai dengan kompetensi yang ia miliki. Sejalan dengan peningkatan mutu pendidikan di sekolah, peran mengajar guru sangat di tuntut dalam mengefektifkan pembelajaran agar mutu pendidikan yang diharapkan bisa tercapai.
Pembelajaran yang efektif adalah proses belajar mengajar yang bukan saja terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik namun bagaimana proses pembelajaran yang efektif mampu memberikan pemahaman kepada siswa, penyajian pembelajaran yang baik akan memberikan respon yang baik pula dari siswa. Proses pembelajaran yang efektif menunjang hasil belajar yang akan di capai oleh siswa.
Berdasarkan wawancara dengan guru di SMP Negeri 4 Telaga bahwa hasil ujian pada materi luas permukaan dan volume kubus dan balok masih rendah. Dari data yang diperoleh bahwa nilai rata-rata siswa selama 2 tahun terakhir hanya mencapai 66,8 dengan daya serap di bawah 66.8 %.
Tabel 1.1. Hasil Belajar Siswa TAHUN PELAJARAN NILAI RATA-RATA % DAYA SERAP 2011/2012 58 58 % 2012/2013 66,8 66,8 %
Bila melihat hasil belajar pada tabel 1.1 dan melihat kenyataan dimana guru belum mampu mewujudkan kelas yang efektif, aktivitas dan respon siswa yang masih rendah menyebabkan pembelajaran belum efektif. Beberapa hal yang menyebabkan situasi seperti itu terjadi, diantaranya guru belum menyajikan pembelajaran yang menarik, belum maksimal dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, metode pembelajaran yang digunakan belum tepat untuk meningkatkan aktivitas peserta didik, kurang memberikan motivasi kepada siswa sehingga respon siswa terhadap matematika juga rendah. Permasalahan ini dapat menimbulkan hasil yang diperoleh siswa tidak memuaskan.
Salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam mengatasi masalah di atas
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Hal ini
sejalan dengan pendapat Abbas (2007: 10) bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang mampu meningkatkan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan lunger (Wulandari,2010: 15) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif disebut efektif jika memenuhi beberapa hal antara lain adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, minat siswa, kemampuan bekerja kelompok dan kemampuan siswa memahami materi yang disampaikan
Pada dasarnya, hakikat pembelajaran yang efektif adalah suatu proses belajar mengajar yang tidak hanya terfokus pada hasil belajar yang diperoleh akan tetapi lebih memperhatikan proses pembelajaran yang berlangsung. Keefektifan suatu pembelajaran tidak hanya bergantung pada peserta didik yang melakukan pembelajaran tetapi juga bergantung pada tenaga pendidik yang dapat membuat suatu proses pembelajaran yang efektif.
Hal tersebut senada dengan pendapat Kyriacou (2011:4) mengemukakan pokok dari pembelajaran yang efektif terkait atas tiga perspektif yang salin terjalin, yaitu: (a) Perspektif para guru, (b) Perspektif para murid, (c)Perspektif aktivitas. Ketiga hal tersebut saling berhubungan untuk menghasilkan pembelajaran yang efektif.
Sementara itu Bito (2009:48) menyimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran didasari atas empat indikator, yaitu: (1) ketercapaian keefektifan kemampuan guru mengelola pembelajaran, (2) keefektifan keefektifan aktivitas siswa, (3) respon siswa terhadap pembelajaran yang positif, (4) ketercapaian ketuntasan belajar. Dalam empat indikator di atas Bito mengemukakan bahwa ketercapaian ketuntasan belajar merupakan indikator pokok yang harus dipenuhi dari minimal tiga indikator yang dapat tercapai.
Simanjuntak (1993) mengatakan bahwa pembelajaran dapat dikatakan efektif jika menghasilkan sesuatu sesuai dengan yang diharapkan. Pembelajaran efektif ditandai oleh sifat yang harus menekankan adanya pemberdayaan peserta didik secara aktif. Pendapat Simanjuntak juga menekankan bahwa aktivitas siswa saat pembelajaran merupakan indikator dalam mengefektifkan pembelajaran.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas terlihat bahwa kefektifan pembelajaran menurut Kyriacou lebih terfokus pada interaksi yang terjalin antara guru dan siswa akibat adanya aktivitas saat proses pembelajaran. Demikian pula dengan Simanjuntak yang lebih menekankan pada aktivitas siswa. Sedangkan Creemers lebih menekankan pada lingkungan belajar. Sementara Slavin lebih menekankan pada kemampuan guru. Lain halnya dengan Bito yang lebih memperhatikan ketuntasan belajar dalam memperoleh efektivitas pembelajaran, dimana ketuntasan tersebut dipengaruhi oleh keefektifan guru, siswa, serta respon siswa dalam proses pembelajaran. Bgitu pula Nurgana lebih menekankan pada ketuntasan belajar serta minat belajar siswa.
Oleh karena itu, mengacu dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan indikator efektivitas pembelajaran dalam penelitian ini, yaitu:
1. Keefektifan guru dalam mengelola pembelajaran.
2. Aktivitas peserta didik dalam pembelajaran efektif.
3. Respon positif terhadap pembelajaran yang berlangsung
4. Ketuntasan hasil belajar siswa
Model pembelajaran make a match berasal dari bahasa Inggris yang terdiri
dari dua kata. Make adalah membuat dan match adalah mencocokkan. Jadi make a
match adalah membuat jadi cocok. Hal-hal yang perlu dipersiapkan jika
pembelajaran dikembangkan dengan make a match adalah kartu-kartu.
Kartu-kartu tersebut terdiri dari Kartu-kartu berisi pertanyaan-pertanyaan dan Kartu-kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Dalam penerapan model
pembelajaran make a match ini, siswa harus mencari pasangan atau mencocokkan
kartu yang merupakan jawaban atau soal dengan batas waktu yang telah ditentukan, dan siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi point. Model
pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna
Curran (1994). Salah satu keunggulan model ini adalah mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topic dalam suasana yang menyenangkan.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 4 Telaga pada kelas VIII-1, Jl. Padaku Desa Luhu Kec. Telaga Kab. Gorontalo pada semester genap tahun akademik 2013/2014 dari bulan Mei sampai bulan Juni.
Jenis penelitian ini yaitu penelitian deskriptif karena peneltian ini mendeskripsikan efektivitas pembelajaran matematika menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe make a match pada materi luas permukaan dan
volume kubus dan balok.
Jenis data dalam penelitian ini berupa data primer tentang keefektifan pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe make a match dalam proses pembelajaran. Data yang diperoleh melalui
pengamatan di lapangan dengan pemberian tes, angket, dan lembar pengamatan untuk sumber data. Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah SMP Negeri 4 Telaga Kelas VIII-1 dengan jumlah 22 orang
Tahap-tahap dalam pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu:
1. Observasi
Observasi di artikan sebagai pengamatan saat proses pembelajaran. Observasi ini mengumpulkan data menggunakan lembar pengamatan. Pengamatan dalam penelitian ini ada dua, yaitu pengamatan terhadap pengelolaan pembelajaran oleh guru dan pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran berlangsung.
a) Lembar Pengamatan Kemampuan Guru
Lembar pengamatan ini di gunakan untuk memperoleh data mengenai kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe make a match.
Data pengamatan kemampuan guru dalam mengelola pmbelajaran di nyatakan berdasarkan tingkat kemampuan guru.
Tabel 3.1 Kemampuan guru mengelola pembelajaran TKG Kriteria 1 Tidak Baik 2 Kurang baik 3 Cukup baik 4 Baik 5 Sangat baik
Kemampuan guru mengelola pembelajaran di katakan efektif jika semua aspek
yang di nilai berada pada kategori minimal cukup baik.
b) Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa
Lembar pengamatan ini untuk memperoleh data tentang aktivitas siswa yang dlakukan pengamatan dengan periode 5 menit.
Keefektifan aktivitas siswa di lihat pada tabel kriteria waktu ideal. Aktivitas siswa dapat dikatakan efektif jika waktu yang digunakan untuk setiap aspek yang diamati dari RPP berada pada kriteria batas toleransi waktu ideal.
Tabel 3.2. Kriteria waktu ideal untuk aktivitas siswa
No Kategori pengamatan Persentase efektif (P)
ideal
1 Memperhatikan penjelasan guru. 19% 15% ≤ P ≤ 30%
2 Mengajukan pertanyaan 16% 3% ≤ P ≤ 18%
3 Menulis Laporan (LKS) 20% 20% ≤ P ≤ 35%
4 Bekerja sama / berdiskusi dengan Tim 30% 20% ≤ P ≤ 35%
5 Mempresentasikan jawaban di depan
Kelas 15% 5% ≤ P ≤ 20%
6 Melalukan kegiatan yang tidak relevan 0% 0% ≤ P ≤ 10%
2. Angket
Angket di gunakan untuk melihat respon atau minat siswa terhadap
pembelajaran matematika menggunkan model pembelajaran kooperatif make a
match pada materi luas permukaan dan volume kubus dan balok. Angket berisi pernyataan-pernyataan yang terkait dengan pembelajaran yang di lakukan sebelumnya. Respon siswa dapat digolongkan efektif bila persentase respon positif setiap aspek diperoleh minimal 80%.
3. Tes
Tes digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa. Menggunakan tes untuk melihat indikator ke empat efektifitas pembelajaran yaitu ketuntasan belajar siswa. Tes di lakukan di akhir materi di ajarkan. Tes ini berbentuk uraian yang berjumlah 8 butir soal berkaitan dengan materi luas permukaan dan volume kubus dan balok. Instrumen tes lihat pada lampiran 4. Ketuntasan belajar di golongkan efektif apabila skor yang diperoleh minimal 80% dari seluruh siswa yang mencapai nilai ketuntasan minimal 60 pada materi luas permukaan dan volume kubus dan balok
Tahap-Tahap Penelitian
a) Tahap awal
1) Observasi
Observasi ini dilakukan untuk melihat kelas yang digunakan untuk di jadikan sampel penelitian. Setelah melakukan obsevasi diperoleh kelas yang digunakan sebagai sampel penelitian, yaitu kelas VIII-1 dengan jumlah 22 orang.
2) Penyusunan dan Pengembangan Instrumen
Pada tahap pengembangan instrumen ini, peneliti menyusun perangkat-perangkat yang akan di gunakan. Perangkat yang di gunakan berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS), tes dan angket. Instrumen tes yang di susun tentang materi luas permukaan dan volume kubus dan balok, namun sebelum tes di ujicobakan sebelumnya di validasi konten oleh dua orang dosen dan satu orang guru.
3) Uji Coba Instrumen
Setelah Tes di validasi kemudian di ujicoba untuk melihat kelayakan dari tes tersebut, apakah valid dan reliabel. Ujicoba ini dilakukan di SMP Negeri 3 Telaga dengan jumlah siswa 21 orang. Analisis data dan hasil uji coba dapat dilihat pada lampiran 10. Sehingga berdasarkan hasil tersebut diperoleh bahwa instrumen tes yang digunakan telah teruji valid dengan tingkat reliabilitasnya tinggi yaitu 0,83.
b) Tahap inti
Pengamatan dikukan untuk melihat kemampuan guru mengelola pembelajaran dan aktivitas belajar siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada kelas VIII-1 SMP Negeri 4 Telaga. Hasil pengamatan kemampuan mengelola pembelajaran dapat dilihat pada lampiran 6, dan untuk aktivitas siswa hasil pengamatannya dilihat pada lampiran 7.
2) Tes
Tes dilakukan pada akhir pembelajaran. Tes ini berfungsi melihat hasil belajar siswa pada materi luas permukaan dan volume kubus dan balok. Hasil belajar dapat dilihat pada lampiran 9.
3) Angket
Angket digunakan untuk melihat rspon siswa yang dihubungkan dengan
pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe make a
match. Angket yang diberikan kepada siswa berjumlah 13 pernyataan.
c) Tahap akhir
Setelah data-data yang diperoleh telah maksimal dan sesuai dengan tujuan penelitian maka tahap akhir yang dilakukan yaitu penulisan laporan akhir.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
a) Kemampuan guru mengelola pembelajaran
Aspek Kegiatan Guru yang Diamati dan Dinilai
RPP
1 2 3 4
Kegiatan Awal
1. Kemampuan melakukan apersepsi.
2. Kemampuan menyampaikan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai.
3. Kemampuan memberikan motivasi
kepada siswa.
4. Menyampaikan metode yang akan
digunakan.
5. Menyuguhkan LKS pada siswa.
2 3 2 4 4 3 3 4 4 5 4 4 4 3 5 3 4 4 4 4 Kegiatan Inti
6. Kemampuan Membagi tim-tim belajar
secara heterogen.
7. Kemampuan mengarahkan siswa dalam
mengerjakan tugas
8. Kemampuan membimbing atau
memfasilitasi siswa selama jalannya diskusi.
9. Kemampuan membagi kartu soal dan
kartu jawaban pada siswa
10.Kemampuan mengarahkan siswa
mencari pasangan kartu
11.Kemampuan mendorong siswa
bertanya, mengeluarkan pendapat atau menjawab pertanyaan 3 3 2 4 2 3 4 4 4 5 4 4 5 4 4 5 4 4 5 4 4 5 4 4
12.Kemampuan mendorong siswa
mempresentasikan hasil di depan kelas
13.Kemampuan memberikan poin kepada
siswa 4 2 4 3 4 4 4 3 Kegiatan Akhir
14.Kemampuan mengarakan siswa untuk
menarik kesimpulan dari materi yang telah dipelajari
15.Kemampuan memberikan soal latihan
atau kuis di akhir pembelajaran
2 3 4 4 3 4 3 5
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran memperoleh kategori Sangat baik (SB), baik (B), Cukup Baik, dan Kurang Baik. Pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang pertama (RPP 01) aspek kegiatan guru mengelola pembelajaran berada pada kategori kurang baik. Aspek melakukan apersepsi, memberikan motivasi, kemampuan membimbing atau memfasilitasi siswa selama jalannya diskusi, mengarahkan siswa pada mencari pasangan kartu, memberikan poin kepada siswa, serta mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan materi yang telah dipelajari berada pada kategori kurang baik.
Indikator pertama efektivitas pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe make a match untuk kemampuan guru mengelola
pembelajaran dapat di golongkan efektif apabila semua aspek yang di nilai berada pada kategori minimal cukup baik. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe make a match di golongkan tidak efektif.
b) Aktivitas siswa dalam pembelajaran
No Kategori pengamatan
Persentase aktivitas siswa
(%) untuk RPP Kriteria batasan
keefektifan (%) 01 02 03 04 1 Memperhatikan penjelasan guru. 23,75 26,25 18,75 28,75 15% ≤ P ≤ 30% 2 Mengajukan pertanyaan 10 3,75 6,25 16,25 3% ≤ P ≤18% 3 Menulis Laporan (LKS) 20 20 32,5 26,25 20% ≤ P ≤35%
4 Bekerja sama / berdiskusi
dengan Tim 31,25 32,5 23,75 23,75 20% ≤ P ≤ 35%
5 Mempresentasikan
jawaban di depan Kelas 7,5 13,75 16,25 5 5% ≤ P ≤ 20%
6 Melalukan kegiatan yang
tidak relevan 7,5 3,75 2,5 0 0% ≤ P ≤ 10%
persentasi aktivitas siswa untuk setiap aspek yang diamati pada setiap rencana pembelajaran berada pada kriteria batas toleransi waktu ideal. Namun persentase aktivitas siswa mengajukan pertanyaan pada rencana pelaksanaan pembelajaran kedua (RPP 02) berada pada kriteria batas toleransi standar. Begitu pula persentasi aktivitas siswa mempresentasikan jawaban di depan kelas pada rencana pelaksanaan pembelajaran keempat (RPP 04) berada pada batas toleransi standar.
Berdasarkan indikator kedua efektivitas pembelajaran menggunkan model
pembelajaran kooperatif tipe make a match bahwa aktivitas siswa dapat di
katakan efektif apabila setiap aspek yang diamati dari RPP berada pada kriteria batas toleransi waktu ideal. Bila melihat aspek aktivitas siswa berada pada batas toleransi waktu ideal, seperti pada gambar 4.2 dapat di simpulkan aktivitas siswa
dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a
match efektif.
c) Respon siswa
No Aspek Yang Di respon Persentasi
Ya Tidak
1
Pada saat pembelajaran matematika di kelas, apakah Anda pernah belajar secara
berkelompok?
100 0
2 Apakah model pembelajaran kooperatif make a
match baru anda dapatkan? 100 0
3
LKS yang di berikan membuat anda memahami materi luas permukaan dan volume kubus dan balok?
100 0
4
Apakah saat berkelompok dalam model
pembelajaran kooperatif tipe make a match,
Anda merasa senang ?
90,5 9,5
5
Apakah Anda merasa lebih mudah memahami pelajaran matematika dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe make a
match ?
100 0
6
Belajar matematika menggunakan model
kooperatif make a match membuat saya
lebih aktif dalam belajar
100 0
7
Belajar matematika menggunakan model
kooperatif make a match membuat materi mudah
diingat
95 5
8
Apakah model pembelajaran kooperatif tipe make amatch ini menjadikan Anda termotivasi untuk belajar matematika ?
85,7 14,3
9
Belajar matematika menggunakan model
pembelajaran kooperatif make a match tidak
membosankan
90,5 9,5
10
Belajar matematika menggunakan kooperatif make a match membuat saya sharing dengan teman
85,7 14,3
11
Perlukah model pembelajaran kooperatif tipe make a match ini diterapkan oleh guru matematika ?
90,5 9,5
12 Apakah Anda termotivasi untuk bekerja sama
dengan baik bersama teman Anda ? 85,7 14,3
selama kegiatan mencari pasangan?
persentase respon siswa dalam pembelajaran menggunakan kooperatif tipe make a match untuk masing-masing aspek adalah minimal 85,7%. Untuk aspek kategori baru dengan presentasi 100%, aspek dengan kategori memahami juga mendapat respon dengan presentase 100%, namun untuk aspek dengan kategori motivasi hanya mendapat 85,7%.
Berdasarkan indikator ketiga efektivitas pembelajaran menggunakan
model pembelajarn kooperatif tipe make a match bahwa respon siswa dapat di
golongkan efektif apabila persentase respon positif setiap aspek diperoleh minimal 80% untuk semua kategori. Bila melihat hasil persentase respon siswa yang mencapai minimal 85,7%. dengan demikian dapat di simpulkan bahwa
respon siswa dapat digolongkan efektif.
d) Ketuntasan hasil belajar.
Dari 22 siswa hanya 10 orang yang mencapai ketuntasan, atau hanya 45,5% dari seluruh siswa sudah mencapai ketuntasan. Siswa di kategorikan tuntas bila mendapat nilai di atas atau sama dengan 60. Ketuntasan hasil belajar ini dapat di pengaruhi oleh kemampuan guru mengelola pembelajaran serta aktivitas siswa dalam pembelajaran. Hasil penelitian ketuntasan belajar siswa hanya 45,5% dari seluruh siswa yang mencapai ketuntasan. Bila melihat persentase jawaban siswa sesuai nomor soal. Untuk soal nomor 1 siswa menjawab benar 68,1%, nomor 2 siswa menjawab benar 63%, nomor 3 siswa menjawab benar 54,5%, nomor 4 siswa menjawab benar 27%, untuk soal nomor 5,6, dan 7 banyak siswa tidak bisa menjawab, untuk soal nomor 8 siswa menjawab benar 22%.
Soal yang diberikan kepada siswa untuk nomor 5,6, dan 7 berada pada aspek kognitif tingkat atas yaitu aspek kelima (sintesis) dan yang keenam (evaluasi). Tingkat kesulitan soal berada pada tingkat atas, dan pada saat pembelajaran guru tidak memberikan soal yang tingkat kesulitannya di atas sehingga mengakibatkan siswa masih banyak yang belum bisa mengerjakan soal tersebut. Hal ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ketutasan hasil belajar. Adapula pula faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar yaitu guru dalam mengelola pembelajaran yang tidak efektif, ada beberapa aspek dalam pengelolaan pembelajaran berada pada kategori kurang baik. Pengelolaan pembelajaran oleh guru sangat mendukung proses berpikirnya siswa, siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan bila guru secara optimal mengelola pembelajaran. Dari hasil penelitian pengelolaan pembelajaran guru tidak efektif hal ini juga mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa.
Berdasarkan indikator ke empat efektivitas pembelajaran menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe make a match bahwa ketuntasan hasil belajar
siswa di golongkan efektif apabila skor yang diperoleh minimal 80% dari seluruh siswa yang mencapai nilai ketuntasan minimal 60. Bila di hubungkan dengan hasil penelitian dimana hasil belajar siswa hanya mencapai 45,5% (lihat tabel 4.4) dapat di simpulkan bahwa hasil belajar siswa yang di belajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a matchtidak efektif.
PENUTUP Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan indikator penelitian terhadap hasil penelitian yang di peroleh, pembelajaran yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe make a match di SMP Negeri 4 Telaga kelas
VIII-1 pada materi luas permukaan dan volume kubus dan balok tergolong tidak efektif.
a) Ketercapaian Guru Mengelola Pembelajaran
Ketercapaian guru mengelola pembelajaran menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe make a match pada materi luas permukaan dan volume kubus dan
balok dikategorikan tidak efektif karena aspek yang di nilai berada pada kategori kurang baik.
b) Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran
Aktivitas siswa dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe make a match pada materi luas permukaan dan volume kubus dan
balok untuk semua aspek yang dinilai dikategorikan efektif karena berada pada kriteria batas toleransi waktu ideal.
c) Respon Positif Siswa
Respon siswa dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe make a match pada materi luas permukaan dan volume kubus dan
balok di kategorikan efektif karena persentase respon siswa dalam pembelajaran
menggunakan kooperatif tipe make a match untuk masing-masing aspek adalah
minimal 85,7%.
d) Ketuntasan Hasil Belajar
Hasil belajar dari pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada materi luas permukaan dan volume kubus dan balok di kategorikan tidak efektif karena hasil belajar siswa hanya mencapai 45,5%.
Daftar Pustaka
Abbas, Nurhayati. 2007. Model pembelajaran dalam pembelajaran matematika.
Gorontalo. Tidak di terbitkan
Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Isjoni. 2011. Cooperative Learning. Alfabeta: Bandung
Astuti, Sri Yasri. 2010. Efektifitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games
Tournament (Tgt) Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akuntansi. Jurnal. Universitas Sebelas Maret
Bito, Nursya. 2009. Pembajaran Berdasarkan Masalah Untuk Sub Materi Pokok
Prisma Dan Limas Di Kelas VIII SMP N 11 Gorontalo. Tesis, Universitas Negeri Surabaya
Buchori. 2007. Jenius Matematika 2 Untuk SMP/Mts Kelas VIII. Semarang:
Aneka Ilmu
Budiarto, dkk. 2002. Matematika Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Kelas III
Cawu 1. Unesa: Departeman Pendidikan Nasional
Eggen, Paul dan Don. Kauchak. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran
Mengajarkan Konten Dan Keterampilan Berpikir. Jakarta barat: PT Indeks
Handayani, Desi. 2010. Pengaruh Media Pembelajaran Dan Minat Belajar
Terhadap Pengetahuan Tentang Pemasangan Kontrasepsi Implant. Jurnal. Universitas Sebelas Maret
Huda, Mifdatul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Isjoni. 2011. Cooperative Learning. Alfabeta: Bandung
Jamaludin. 2002. Pembelajaran Yang Efektif: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Prestasi Siswa. Jakarta: Proyek Sinkronisasi dan Koordinasi Pembangunan Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam
Krismanto. Al. 2003. Beberapa teknik, model, dan strategi dalam pembelajaran
matematika. Yogyakarta. Tidak diterbitkan
Kyriacou, Chris. 2011. Effective Teaching Theory and Prachtice, terjemahan
M.Khosim. Bandung: Nusa Media
Nuharini, Dewi. 2008. Matematika Dan Konsep Dan Aplikasinya. Jakarta: pusat
perbukuan departemen pendidikan nasional
Simanjuntak, Lisnawati. 1993. Metode Mengajar Matematika. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:
alfabeta
Sugijono dan Adinawan. 2007. Matematika Untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga
Tiah, Ruslan Tiah. 2007. Upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
keliling lingkaran melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Tidak diterbitkan
Wasti, Sriyana. 2013. Hubungan Minat Belajar Dengan Hasil Belajar Mata
Pelajaran Tata Busana Di Madrasah Aliyah Negeri 2 Padang. Jurnal. Universitas Negeri Padang
Wulandari, Yuanita. 2010. Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Think-Pair-Share Dan Tugas Makalah Individu Terhadap Peningkatan Partisipasi Dan Prestasi Mahasiswa Pada Mata Kuliah Konsep Dasar Keperawatan I. Jurnal. Universitas Sebelas Maret