• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTEGRASI MUSLIM DAN HINDU DALAM UPACARA PUJAWALI DAN PERANG TOPAT (Studi Komunikasi Antar Budaya di Daerah Lingsar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat) - UNS Institutional Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "INTEGRASI MUSLIM DAN HINDU DALAM UPACARA PUJAWALI DAN PERANG TOPAT (Studi Komunikasi Antar Budaya di Daerah Lingsar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat) - UNS Institutional Repository"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

i

INTEGRASI MUSLIM DAN HINDU DALAM UPACARA PUJAWALI DAN PERANG TOPAT (Studi Komunikasi Antar Budaya di Daerah

Lingsar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat)

TESIS

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Komunikasi

Minat Utama Riset dan Pengembangan Teori Komunikasi

Oleh :

Muhammad Fathoni S221408006

PROGRAM MAGISTER ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv MOTTO





“Sebarkanlah nama Allah, Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”.

ع ﺮﺠﺗ # ﺔﻋ ﺎﺳ ﻢﻠﻌﺘﻟ ا ﺮﻣ ق ﺬﯾ ﻢﻟ ﻦﻣو ﮫﺗ ﺎﯿﺣ ل ﻮط ﻞﮭﺠﻟ ا ل ذ

“Barang siapa yang tidak tahan pahitnya menuntut ilmu, maka bersiaplah untuk merasakan sakitnya kebodohan di sepanjang hidup”. (Imam Syafi’i dalam Diwan

(5)

v

PERSEMBAHAN

Teruntuk :

“Bapak Abdul Rais, Ibu Johaeriah, Siti Shofiana Islamiatun,

Muhammad Febrian, dan Junia Haera Sabilla. Saya

mengucapkan terima kasih, karena haram lelah dalam do’a dan

usahan mereka untukku

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya yang selalu diberikan, sehingga penulis mampu menyusun tesis ini dengan lancar dan dapat memenuhi persyaratan tugas akhir di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan dan peluang kepada penulis untuk menempuh pendidikan di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dra. Prahastiwi Utari, Ph. D., selaku Kepala Studi S2 ilmu komunikasi yang telah memberikan pelayanan dengan baik serta motivasi kepada penulis sehingga mampu menyelsaikan tugas akhir.

3. Prof. Dr. H. Andrik Purwasito. DEA., dan Dr. H. Mahendra Wijaya, M.Si., selaku pembimbing I dan II, yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta spirit yang sangat berarti dalam proses penyusunan tesis ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

4. Bapak dan Ibu dosen Program Studi S2 ilmu komunikasi, Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah ikhlas memberikan ilmu kepada penulis.

5. Ayahanda Abdul Rais dan Ibunda Johairiah yang telah memberikan kasih sayang, perhatian, nasihat, dan mendidik tanpa lelah kepada penulis, sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Teman-teman senasib : Nawawi, Juen, Aree, Ferry A. Darma, Anton_o (sutono), Subandy, Septa, Indra, Faozan, Mulyono,Busyairi, Diliyan Sasaki, Andris Kamalae, aris, gofar, fian, dan Arya Dirawan yang telah memberikan motivasi dan saran kepada penulis sehingga tesis ini dapat terselesaikan. 7. Teman-teman pasca ilmu komunikasi tercinta Angkatan 2014 seperti Veki

(7)

vii

8. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu secara tidak langsung membantu penulis dalam menyusun tesis.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran sangat peneliti harapkan untuk dapat membangun kesempurnaan dalam penulisan selanjutnya. Semoga penulisan tesis ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan berarti untuk penulis sendiri maupun semua pihak yang memerlukan.

Surakarta, Juni 2017 Membuat Pernyataan

Muhammad Fathoni

(8)

viii

INTEGRATION OF MOSLEMS AND HINDUS IN PUJAWALI AND PERANG TOPAT CEREMONIES (A Cross-Cultural Communication Study

on Lingsar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat Province)

Student : Muhammad Fathoni, Thesis Counselor: Prof. Dr. H. Andrik Purwasito, DEA, Co-Counselor: Prof. Dr. H. Mahendra Wijaya, M.S. Communication

Science Study Program, Faculty of Social and Political Science, Sebelas Maret University.

ABSTRACT

This research aimed to analyze the process of relationship between Moslems and Hindus in Pujawali and Perang Topat ceremonies becoming the part of Islam Wetu Teluin Lingsar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat Province through the role of communicator, media, and message. Those components are built in cross-cultural communication, thereby creating the integration of Moslems and Hindus in Lingsar. This research employed naturalistic inquiry method to elaborate and describe Pujawali and Perang Topat natural culture from the perspective of culture-owner citizens in Lingsar. Techniques of collecting data used were participatory observation and in-depth interview. The sample of informant was selected using purposive sampling. The process of collecting data was conducted using snowball sampling/chain sampling, obtaining 24 informants.

The result of research showed that there was a convergence of symbols through Datu Sumilir fantasy story in establishing the relationship between Moslems and Hindus. Such the convergence was constructed by the custom leaders (Pemangku) through customary rites, treatment, and religiosity as the media of communicating to Moslems and Hindus. The symbols converged in the message communicated by Moslems and Hindus were symbols of Datu Sumilir, Kelebutan and Kemalik. In addition, there were also barriers in the communication including different believes and prejudice due to internal problems of Pura Lingsar and assimilation was also found in the form of mutual cooperation, sasak language (verbal), melinggih customary attitude (non-verbal), and symbols in Pujawali and Perang Topat as the management of good relationship, so that the relationship between two communities with different religions was established and maintained to cooperate in holding Pujawali and Perang Topat ceremonial rite successfully.

(9)

ix

INTEGRASI MUSLIM DAN HINDU DALAM UPACARA PUJAWALI DAN PERANG TOPAT (Studi Komunikasi Antar Budaya Di Daerah

Lingsar Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat)

Muhammad Fathoni, Andrik Purwasito, Mahendra Wijaya Program Magister Ilmu Komunikasi, Universitas Sebelas Maret

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan menganalisis proses hubungan antara warga Muslim dan Hindu pada upacara Pujawali dan Perang Topat yang menjadi bagian islam wetu telu di Lingsar, Lombok Barat, Propinsi Nusa Tenggara Barat melalui peran komunikator, media, dan pesan. Komponen tersebut dibangun dalam komunikasi antar budaya, sehingga membentuk integrasiwarga Muslim dan Hindu di Lingsar. Penelitian ini menggunakan metode naturalistik inquiry untuk mengurai dan mendeskripsikan budaya alamiah Pujawali dan Perang Topat dari sudut pandang warga pemilik budaya di Lingsar. Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan observasi partisipan dan wawancara mendalam. Pengambilan sampel informan menggunakan Purposive sampling. Proses pengumpulan data dengan teknik snowball sampling/chain sampling sebanyak 24 orang informan.

Hasil yang ditemukan adalah terjadi konvergensi simbol melalui cerita fantasi

Datu Sumilir dalam pembentukan hubungan warga Muslim dan Hindu. Konvergensi tersebut dikonstruksi oleh tokoh adat (Pemangku) melalui ritual-ritual adat, pengobatan, dan keagamaan sebagai media komunikasi kepada warga Muslim dan Hindu. Simbol terkonvergensi dalam pesan yang dikomunikasikan oleh warga Muslim dan Hindu yaitu simbol Datu Sumilir, Kelebutan, dan

Kemaliq. Selain itu ditemukan barriers komunikasi berupa perbedaan kepercayaan dan prasangka yang disebabkan masalah internal Pura Lingsar dan ditemukan pula pembauran (asimilasi) berupa verbal, nonverbal dan simbol pada saat upacara Pujawali dan Perang Topat sebagai sebuah pengelolaan hubungan baik, sehingga terbentuk dan terjaga hubungan (relationship) antara kedua warga yang berbeda agama untuk bekerjasama mensukseskan ritual upacara Pujawali

dan Perang Topat.

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN DAN PERSYARATAN PUBLIKASI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

GLOSARIUM ... xix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.2.1 Secara Umum ... 7

1.2.2 Secara Khusus ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 8

1.4.2 Manfaat Praktis ... 8

1.5 Target Penelitian ... 8

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori ... 9

2.1.1 Integrasi Muslim Dan Hindu Dalam Perspektif Komunikasi ... 9

(11)

xi

2.1.3 Muslim Dan Hindu Dalam Strukturnya ... 14

2.1.4 Komunikasi Antar Budaya Muslim Dan Hindu ... 17

2.1.5 Pembauran Budaya Warga Muslim Dan Hindu ...19

2.1.6 Sekat Antara Muslim Dan Hindu Dalam Komunikasi Antarbu .... 21

2.1.7 Konvergensi Simbol Pujawali Dan Perang Topat ... 25

2.2 Kajian Terdahulu ... 30

2.3 Kerangka Pikir ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Sasaran Penelitian ... 38

3.2 Jenis Dan Metode Penelitian ... 38

3.3 Sumber Dan Jenis Data ... 41

3.3.1 Data Primer... 41

3.3.2 Data Sekunder ... 42

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 42

3.4.1 Observasi Partisipan ... 42

3.4.2 Depth Interview ... 43

3.4.3 Dokumentasi... 45

3.5 Teknik Analisis Data ... 45

3.6 Langkah-Langkah yang Dilakukan ... 48

3.6.1 Penelitian Awal ... 48

3.6.2 Penjajakan Lapangan ... 49

3.6.3 Pelaporan ... 49

3.7 Keabsahan Data ... 50

3.7.1 Ketekunan Pengamatan ... 50

3.7.2 Triangulasi ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Objek Penelitian ... 52

4.1.1 Demografi Lokasi Penelitian ... 52

4.1.2 Informan Penelitian ... 59

4.2 Hasil Penelitian ... 61

(12)

xii

4.2.2 Peran Komunikator, Media dan Pesan yang Dibangun Hingga

Menimbulkan Integrasi ...67

4.2.2.a Peran Amaqku/Mangku Kemaliq dalam Integrasi Muslim dan Hindu ...67

4.2.2.b Peran Pemangku Kerama Pura dalam Integrasi Muslim dan Hindu ... 70

4.2.2.c Pesan Upacara Pujawali dan Perang Topat dalam Integrasi Sosial ... 73

4.2.3 Sekat Komunikasi Antarbudaya Warga Muslim Dan Hindu ... 83

4.2.3.a Perbedaan Keyakinan Bukan Suatu Hubungan Ber_Inti.... 83

4.2.3.b Prasangka Negatif ... 86

4.2.4 Prosesi Ritual Upacara Pujawali Dan Perang Topat ... 91

4.2.4.a Prosesi Pembukaan ... 91

4.2.4.b Hari Karya ... 111

4.2.4.c Prosesi Penutupan ... 142

4.3 Pembahasan ... 151

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI 5.1 Kesimpulan ... 163

5.2 Implikasi ... 165

5.2.1 Implikasi Teoritis ... 165

5.2.2 Implikasi Metodologis ... 166

5.2.3 Implikasi Praktis ...167

5.3 Saran ... 167

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

1. Tabel 4.1 Tingkat Pendidikan Desa Lingsar Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat ... 53 2. Tabel 4.2 Mata Pencaharian Desa Lingsar Kecamatan Lingsar Kabupaten

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 3.1 Lolasi Penelitian... 49

2. Gambar 4.1 Citra Satelit...52

3. Gambar 4.2 Pura Gaduh...57

4. Gambar 4.3 Halaman Kemaliq...58

5. Gambar 4.4 Kemaliq ...58

6. Gambar 4.5 Gerbang Masuk dan Halaman Parkir ...59

7. Gambar 4.6 Peneliti dan Mangku Parman ...68

8. Gambar 4.7 Mangku Parman Memimpin Penziarah yang Mempunyai Nazar dan Berobat Berdoa ...69

9. Gambar 4.8 Mangku Sedang Memimpin Ritual di Luar Kemaliq...71

10. Gambar 4.9 Pemangku dan Warga Berkomunikasi dan Berkoordinasi Mempersiapkan Kelengkapan Upacara...73

11. Gambar 4.10 Peziarah Solat di Kemaliq ...77

12. Gambar 4.11 Persembahyangan Hindu di Kemaliq...78

13. Gambar 4.12 Kelebutan Kemaliq (Simbol Air Suci) ...79

14. Gambar 4.13 Komunikasi Peziarah yang Meminta Berkah dari Air Kemaliq Yang Sudah Didoakan...80

15. Gambar 4.14 Komunikasi Warga yang Meminta Air Kelebutan Sebagai Obat ...80

16. Gambar 4.15 Pemangku Hindu Sedang Menaruh Sesajen Pemujaan di KelebutanSebagai Simbol Penghormatan ...81

17. Gambar 4.16. Pemangku Hindu Sedang Mengambil Air Suci Kelebutandan Ditaruh Dibejana Kuningan. ...82

18. Gambar 4.17 Simbol Air Suci...82

19. Gambar 4.18.Petima Sebagai Simbol Batu Suci dan Manifestasi Tuhan ...85

20. Gambar 4.19 Lokasi Pura Gadoh dan Kemaliq ...87

(15)

xv

22. Gambar 4.21 Peneliti, Pemuda dan Pekembar yang Sedang Berkomunikasi ...94 23. Gambar 4.22 Kelangsah dan Malaq hasil Gotong Royong Warga Muslim

dan Hindu ...95 24. Gambar 4.23 Integrasi Muslim dan Hindu dalam Komunikasi Koordinasi

Gotong-Royong Pemasangan Abah-Abah ...96 25. Gambar 4.24 Gotong-Royong Pemasangan Abah-Abah di Berugak....96 26. Gambar 4.25. Intergrasi Muslim dan Hindu dalam Komunikasi Nonverbal

Gotong-royong Pembutan Penjor di Kemaliq...97 27. Gambar 4.26 Peneliti (Baju Putih) Ikut Gotong-Royong Menghias Janur

Di Cendi Bersama Amaq Kar ...98 28. Gambar 4.27 Peneliti dan Suherman Sedang Ikut Menghias Kemaliq.98 29. Gambar 4.28 Mangku Parman, Pak ndul, dan Anggota DPR Nyoman

Widane Datang Melinggihuntuk Berkomunikasi...100 30. Gambar 4.29 Komunikasi Anatarbudaya Mangku Rai dan Mangku Parman

...100 31. Gambar 4.30 Komunikasi Antarbudaya Nganjeng Pemangku yang Sedang

Bertanya Kepada Warga Muslim ...102 32. Gambar 4.31 Warga Sambil Ngobrol Membuat Jajan untuk Penaek Gawe

...103 33. Gambar 4.32 Komunikasi Remaja Mengupas Kelapa untuk Dibuat Santan

...104 34. Gambar 4.33 Gotong Royong Mempersiapkan Bahan Kandoq...104 35. Gambar 4.34 Warga Sedang Bergiliran Menjaga Api untuk Memasak Nasi

...105 36. Gambar 4.35 Komunikasi Nonverbal Bapak-Bapak Sedang Bersama-Sama

Ngebat ...106 37. Gambar 4.36 Warga Hindu dan Muslim Duduk Istirahat Bersama sambil

Berbincang-Bincang...107 38. Gambar 4.37 Tuaq Ili (pke topi), Amak Mandre (baju kuning) dan Warga

(16)

xvi

39. Gambar 4.38 Warga Hindu yang Berkoordinasi Membawa Petima dan

Taulan untuk Disucikan di Kemaliq ...108

40. Gambar 4.39 Komunikasi Ritual, Pemangku Mendoakan Ayam yang dipegang Warga untuk Upcara Ngecak-cag...109

41. Gambar 4.40 Komunikasi Ritual Persembahyangan Mapendak...110

42. Gambar 4.41 Koordinasi Pemangku pada Maturang Pioni...111

43. Gambar 4.42 Kenbon Odeq...112

44. Gambar 4.43 Komunikasi Pembuatan Kebon Odeqoleh Apuk Mar, Apuk Icuk, Apuk Selehe dan Mangku Pak Ndul ...113

45. Gambar 4.44 Koordinasi Komunikasi Pembuatan Kebon Odeq...113

46. Gambar 4.45 Peneliti dan Warga Mempersiapkan Dulang...115

47. Gambar 4.46 Bantenan (Sesajen)...115

48. Gambar 4.47 Seorang Warga Hindu Melakukan Prosesi Maturan Ayunan ...116

49. Gambar 4.48 Komunikasi Koordinasi Warga Mempersiapkan Ziarahan . ...117

50. Gambar 4.49 Komunikasi Nonverbal Lokak Sedang Mengisi Wadah yang Diberikan Warga untuk Dulang ...117

51. Gambar 4.50 Lokak Mengkomunikasikan untuk Berbaris di Depan Pintu Kemaliq ...118

52. Gambar 4.51 Komunikasi Lokak Dengan Warga Muslim untuk Menaruh dan Menjejerkan Dulangdan Rampe...119

53. Gambar 4.52 Ritual Komunikasi Pendoaan Ziarahan...119

54. Gambar 4.53 Mangku Parman Mendoakan Air dari Kelebutan ...120

55. Gambar 4.54 Komunikasi Non Verbal Ritual Lokak Mengoleskan Kinang Di Hulu Rambut ...121

56. Gambar 4.55 Pemangku-Pemangku Sedang Berkomunikasi Dengan Pedandedi sebelah Warga yang berkomunikasi Mempersiapkan Bantenan ...122

(17)

xvii

58. Gambar 4.57 Pemangku Membunyikan Lonceng, Membawa Bantenan, dan Membaca Doa...123 59. Gambar 4.58 Komunikasi Ritual Warga Muslim Bekuluh, Berdoa

Meminta Kelancaran Prosesi Ngliningan Kaoq...124 60. Gambar 4.59 Pebacaan Lontar dalam Mepuje Ngarga Tirtha Pelukatan

Kebo ...125 61. Gambar 4.60. Kerbau Sebagai Simbol Kesepakatan dalam Kebersamaan

...125 62. Gambar 4.61 Integrasi Pemangku, Warga Muslim dan Hindu

Berkomunikasi Sambil Menunggu Kelengkapan...127 63. Gambar 4.62 Warga Muslim Membawa Kelengkapan Upacara

ke__Kemaliq ...127 64. Gambar 4.63 Barisan Batek Baris dan Telek ...128 65. Gambar 4.64 Komunikasi Koordinasi Pembawa Tombak dan Rampe128 66. Gambar 4.65 Intergrasi Muslim dan Hindu dalam Iringan Kebon Odeq

Sebagai Simbol Menak...129 67. Gambar 4.66 Intergrasi Muslim dan Hindu dalam Iring-iringan

Ngeliningan Kaoq ...130 68. Gambar 4.67 Iringan-iringan Muslim dan Hindu mengelilingi Kelebutan

dan Balesimbol kebersamaan...131 69. Gambar 4.68 Warga Muslim Disebelah Kanan Menaruh Kelengkapan

Upacara dan Didamping Kiri Warga Hindu Menunngu Sebagai Simbol Toleransi...131 70. Gambar 4.69 PersembahyanganPemuspayan ...132 71. Gambar 4.70 Peneliti (Pojok Tiang) dengan Warga Mengikuti Safaah... ...132 72. Gambar 4.71 Kaoq Yang Telah Disemblih Dijadikan Lauk Digantung Di

Pohon ...133 73. Gambar 4.72 Komunikasi Masyarakat Mempersiapkan Dulang dan

(18)

xviii

75. Gambar 4.74 Komunikasi Nonverbal Ritual Maketis Pujawali Pemangku

Kepada Warga...135

76. Gambar 4.75 Tarian Rejang Dewe ...136

77. Gambar 4.76 Komunikasi Persiapan Membawa DulangTopat...137

78. Gambar 4.77 Komunikasi Koordinasi Warga Muslim dan Hindu pada Prosesi Perang Topat...137

79. Gambar 4.78 Komunikasi Nonverbal Mangku Hindu Membantu Memasukkan Kelengkapan Perang Topat...138

80. Gambar 4.79 Komunikasi Ritual Pendoan Perang Topat...139

81. Gambar 4.80 Peneliti dan Warga Berdoa...139

82. Gambar 4.81 Warga Berebutan Sesaji di Penjor...140

83. Gambar 4.82 Peneliti Membagikan Topat Ke_Peserta Perang Topat140 84. Gambar 4.83 Warga Muslim dengan Ekspresi Senang Melempar Topat Kearah Atas...141

85. Gambar 4.84 Warga Hindu dengan Ekspresi Senang Membalas Melempar Topat Kearah Bawah...141

86. Gambar 4.85 Hiburan Rakyat Malean Sampi Penutupan Pujawali dan Perang Topat ...143

87. Gambar 4.86. Komunikasi Hindu MempersiapkanBantenan...145

88. Gambar 4.87 Komunikasi Ritual PendoaanNgelukar ...145

89. Gambar 4.89 Komunikasi Peneliti (baju biru), Pemangku, Warga Muslim dan Hindu pada Ritual Berkuluh Beteteh...146

90. Gambar 4.90 Peneliti dan Prajurit Batek Baris Bersiap Beteteh...147

91. Gambar 4.91 Komunikasi Peneliti, Warga Muslim dan Hindu Melakukan Upacara Beteteh ...147

92. Gambar 4.92 Intergrasi Barisan Warga Muslim dan Hindu di Kemaliq dan di Gadoh Berjalan Beteteh ...148

93. Gambar 4.93 Peneliti, Warga Muslim dan Hindu Melakukan Upacra Beteteh...149

(19)

xix GLOSARIUM

Abah-abah : Bahasa bali-sasak untuk menyatakan kain warna-warni yang dipakai menghias bangunan, sarana dan perlengkapan upacara. Amangku/pemangku : Bahasa sasak-lombok yang ditujukan kepada

pemimpin adat, berasal dari kata amaq yang berarti bapak.

Anak agung : Gelar bangsawan untuk raja dan keturan raja bali.

Ares : Makanan tradisonal sasak yang terbuat dari batang pohon pisang yang disajikan pada saat acara adat.

Bakak : Bahasa sasak untuk sebutan anyaman bambu yang dibuat menyerupai baskom lebar.

Bale : Bahasa sasak untuk menyebut bangunan, hunian dan persingga yang bisa ditempati. Banjar : Bahasa sasak-bali untuk menyebut kelompok

masayarakat yang berada dalam satu desa atau dusun.

Bantenan : Bahasa bali untuk sebutan sesajen yang digunakan pada persembahyangan warga hindu biasanya berupa buah-buahan, makanan, dan lain sebagainya.

Barriers komunikasi : Sekat yang menghambat terjadiinya pertukaran pesan antar komunikator sehingga komunikasi terganggu.

Batek baris : Sebuah seni tari adat warga lingsar menggunakan seragam perajurit belanda dengan gerakan baris-berbaris.

Begawe : Bahasa sasak untuk menyebut pesta yang digelar untuk upacara adat dan keagamaan. Begibung : Bahasa sasak untuk menyebut makan bersama

yang dilakukan pada saat pesta adat.

Berugak : Bagunan panggung terbuka terbuat dari kayu dengan empat atau enam tiang dan beratapkan alang-alang.

Besembeq : Tradisi warga suku sasak untuk diolesakan kinang di hulu rambut oleh tetua adat yang diyakini memiliki hasiat.

Betare : Bahasa bali untuk menyebut sosok supranatural yang dianggap memiilki kuasa dan kesaktian melebiihi manusia.

(20)

xx

sebagai siimbol buang sial. Budha munggah

mepuja megelarsange puja trisandya

: Pendoaan dan persembahyangan warga hindu untuk meminta keselamatan dan kesempurnaan dalam upacara pujawali dan perang topat.

Busung : Hiasan rumbai-rumbai yang terpasang di bangunan terbuat dari daun kelapa atau pohon aren yang masih muda.

Ceret : Bahasa sasak untuk menyebut teko air yang terbuat dari tanah liat.

Dak-dak pong : Alat musik tradisonal warga lingsar yang terdiri dari gong, seruling, kenceng dan beduk yang ditabuh secara konstan.

Dulang : Bahasa sasak untuk menyebutkan nampan besar yangdipakai untuk menaruh sesaji atau makanan.

Dwijati/ekajati : Upacara pengangkatan pemimpin adat atau pemimpin agama oleh masyarakat hindu. Dwi jati berasal dari kata “dwi” yang artinya dua, dan ” jati” yang artinya lahir kembali, sehingga dwijati adalah prosesi kelahiran kembali yang kedua kalinya.

Etnosentris : Prasangaka yang kecendrungannya membanggakan apaya yang dimiliki dengan membandingkannya dengan milik orang lain. Gau : Bahasa sasak untuk menyebut sebuah pelana

sapi besar dan panjang berbentuk T terbuat dari kayu yang dipergunakan mengendarai sapi.

Hindu : Sebuah agama tertua didunia dan kepercayaan yang dianut oleh salah sebagian masyarakat yang berasal dari india, kata hindu diambil dari nama sungai yang ada di perbatasan pakistan.

(21)

xxi

Kebon odeq : Sebuah hiasan yang terbuat dari buah kelapa yang sematkan segala macam hasil kebun berupa buah dan dedauanan yang menjadi kelengkapan inti upacara pujawali dan perang topat

Kelebutan : Kolam sumber air berbentuk persegi terletak didalam banguan kemalik lingsar yang dipercaya bertuah oleh warga lingsar.

Kemaliq : Bangunan persegi panjang tepat moksanya wali datu sumilir yang dipercaya keramat oleh warga lingsar.

Kerotok : Lonceng besar terbuat dari kayu sebagai aksesoris sapi pada saat lomba malean sampi. Khyangan : Sebutan lain dari pura atau tempat ibadah bagi

warga hindu.

Klangsah : Bahasa sasak untuk atap yang terbuat dari anyaman daun pohon kelapa.

Komunikator : Seseorang atau sekelompok orang yang bertindak sebagai sumber pesan dalam sebuah proses komunikasi.

Komunikasi : Proses pertukaran pesan.

Kumkuman : Kelengkapan upacara pujawali dan perang topat berupa air yang ditaruh dalam batang bambu untuk dijadikan sarana upacara.

Lamak : Bahasa sasak untuk menyebut alas yang dipakai beristirahat.

Lang-lang : Pengawas adat yang dipilih untuk menjaga dan mengawasi rangkaian upacara pujawali dan perang topat.

Lokak : Tetua adat yang memimpin dan mengkoordinasi masyarakat dalam satu wilayah dusun atau desa.

Maketis : Prosesi seusai persembahyangan warga hindu dengan mencipratkan air oleh pemangku kepada warga.

Malaq : Bahasa sasak untuk menyebut altar yang terbuat dari bambu berbentuk persegi panjang dan memiliki empat atau enam kaki.

Malean sampi : Acara adat perani di lombok untuk melatih sapi sebelum membajak sawah dengan melakukan karapan sapi hias secara bersama-sama.

Mapuje ngarga tirta pelukatan

(22)

xxii

Maturan ayunan : Pendoaan yang dilakukan oleh warga hindu dan dengan membakar seabut kelapa dan kayu disamping pintu-pintu pura di pimpin oleh mangku.

Maturan pioni : Pendoaan yang dilakukan oleh mangku dan warga hindu pada sore hari untuk mendapatkan keselamatan sebelum upacara pujawali dan perang topat.

Melinggih simpang pekedengan

: Bahasa sasak yang menyatakan proses komunikasi antarbudaya antara warga muslim dan hindu yang dilakukan dengan mendatangi rumah dan duduk bersama.

Menak : Sebutan bahasa sasak untuk kasta bangsawan. Mendak/mapendak : Bahasa bali untuk menjemput batara.

Mendak tirte : Prosesi ritual warga hindu untuk menjempur batara yang diwakili oleh air suci yang diambil langsung dari sumbernya.

Mesilaq : Bahasa sasak mengundang dengan cara datang langsung ke warga yang akan diundang.

Moksa : Kejadian supranatural yang dilakukan oleh manusia dengan cara menghilangkan jasad, ini dipercaya sebagai bentuk kuasa yang diberikan tuhan.

Momot : Botol keramat yang dililitkan kain putih sebagai kelengkapan utama upacara pujawali dan perang topat.

Mongkak : Bahasa sasak untuk menyebut peroses memasak beras hingga menjadi nasi baik secara sendiri ataupun secara bersama-sama. Munggah mepuja,

trisandya muspa pengelemek

: Pendoaan warga hindu pada upacara pujawali dan perang topat sebagai penutup upacara agar diberi keselamatan.

Muslim : Sebutan untuk warga yang beragama islam. Ngames : Proses membuat santan dalam jumlah yang

besar oleh warga sasak dalam begawe adat. Nganjeng : Bahasa sasak untuk menyatakan seseorang

yang sedang berdiri tegak.

Ngebat : Proses pemotongan dan pencacahan bahan makanan seperti daging, bumbu dan rempah-rempah pada prosesi begawe adat.

(23)

xxiii

Nifas : Pendarahan sehabis wanita melahirkan.

Nujak ragi : Prosesi menghaluskan rempah-rempah oleh warga dengan menggunakan cobek besar yang terbuat dari kayu yang disebut geneng.

Odalan : Ritual warga hindu untuk melakukan pendoaan dalam rangka ulang tahun pura yang diadakan setiap tahun sekali sebagai tanda penghormatan.

Panoan : Bahasa sasak untuk proses mengantarkan seseorang makanan.

Pedande : Gelar pemimpin keagamaan agama hindu di bali dan Lombok.

Pekembar : Wasit acara kesenian adat presean berjumlah dua oaring.

Penaek gawe : Prosesi pesta adat yang menandakan dimulainya upacara pujawali dan perang topat. Penjor : Bahasa sasak untuk menyebut batang bambu

panjang yang dihiasi rangkaian janur, kain dan makanan dipasang di depan pintu dan gerbang pure.

Pepadu : Orang yang ahli dalam olah raga adat presean di Lombok.

Perang topat : Upacara adat warga muslim dan hindu di Lombok dilakukan dengan saling melempar ketupat diantara mereka.

Pereret : Bahasa sasak untuk menyebut alat musik seruling yang ujungnya berbentuk terompet dan digunakan untuk upacara adat.

Presean : Olahraga adat warga sasak yang mempertandingkan dua orang laki-laki saling pukul dengan menggunakan rotan yang disebut penjalin dan tameng dari kulit sapi yang disebut ende.

Pujawali : Upacara adat warga muslim dan hindu daerah lingsar lombok untuk menghormati dan mendoakan wali karena telah dianggap berjasa.

Pura gadoh : Tempat persembahnyangan warga hindu di lingsar dengan bentuk bangunan tembok persegi panjang dan didalamnya terdapat sarana pemujaan yang disebut sanggah, gaduh sendiri bahasa bali artinya rendah.

(24)

xxiv

muslim dan hindu pada saat upacara pujawali dan perang topat.

Rejang dewe : Sebuah tarian sakral yang dilakukan oleh remaja putri warga hindu yang masih perawan untuk menyambut betare-betari turun dari langit.

Safa’ah/ nyikir nyeribuk

: Ritual ngaji bersama oleh warga muslim di lingsar yang dibarengi dengan zikir seribukali dan diakhiri oleh doa untuk mendoakan wali. Serbuk : Makanan khas Lombok yang terbuat dari

cacahan rempah-rempah, parutan kelapa, daging bebek, daun belimbing dan ditambah bumbu tradisonal.

Simpang : Bahasa Lombok untuk menyatakan mampir ke suatu tempat.

Steretiotip : Penilaian terhadap dan cara pandang kepada seseorang terhadap rata-rata orang tersebut digolongkan.

Tauhid : konsef dalam akidah agama islam yang menyatakan keesaan Allah SWT.

Taulan/petima : Batu berhala suci dan keramat yang ditaruh dalam pure dan di beri kain warna putih, hitam, dan catur oleh waga hindu.

Telek : Penari perempuan bejumlah tiga orang untuk mengiringi musik kesenian tradisional dak-dak pong.

Unggul-unggul : Kain panjang yang dikan disepanjang kayu atau bambu biasanya kain tersebut berwarna kuning, merah atau putih.

Referensi

Dokumen terkait

Pada Penelitian Perancangan dan Analisa Penggelaran LTE Pada Frekuensi 700 MHz Dengan Metode Adaptif Modulation Coding Untuk Implementasi Digital Dividend di

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelima variabel tidak stasioner ( nonstationary ) pada level, namun stasioner pada tingkat first difference .Dari hasil uji Kointegrasi

Menurut Nasr, filsafat yang harus dipahami dalam metode ini adalah filsafat dengan dua pengertian sebagai proses pemikiran secara terpadu dengan pengalaman spiritual

Pengobatan tradisional setidaknya melibatkan tiga pihak yaitu penderita sakit, dukun (balian) dan penyedia bahan obat seperti alam atau pusat pengembangan obat

Pemungutan retribusi daerah yang saat ini didasarkan pada Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009 yang mengatur beberapa istilah yang umum digunakan,

Untuk mengetahui penerapan informasi akuntansi pertanggungjawaban dapat dilihat dengan membandingkan anggaran dengan realisasi biaya, hal ini dijelaskan oleh Machfoedz

penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Kirnanda (2016), zarinah (2016) dan Dwiyana (2017) yang mengatakan bahwa kualitas sumber daya manusia berpengaruh positif

Penelitian ini dilakukan untuk mengkonfirmasi adanya pengaruh motif hedonis terhadap kepuasan konsumen yang membuat pelanggan Domicile Kitchen and Lounge menjadi