• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

37

Pada bab ini akan dijelaskan secara lebih lengkap tentang fasilitas AKSes yang dioperasikan oleh PT KSEI dalam rangka mengevaluasi penerapan sistem tersebut berdasarkan berbagai teori dan pemaparan yang telah diuraikan dalam landasan teori. Namun sebelumnya, akan diuraikan peranan dan kedudukan sistem AKSes sebagai suatu sistem informasi bagi para pelaku pasar modal.

Fasilitas AKSes merupakan salah satu sistem informasi berbasis komputer atau berbasis teknologi informasi yang dikembangkan oleh PT KSEI dalam rangka menunjang dinamika pasar modal Indonesia dan meningkatkan pelayanan kepada investor dan pemilik rekening. Sistem ini dibuat untuk memberikan kepastian berinvestasi yang aman dan nyaman serta meningkatkan kepercayaan investor untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia. Dengan semangat “AKSes for Trust”, PT KSEI memberikan keterbukaan dan kemudahan dalam mengakses informasi sehingga kepercayaan investor kepada PT KSEI khususnya dapat meningkat dan mendorong pasar modal Indonesia menjadi semakin kredibel.

Sistem AKSes, sebenarnya merupakan bagian dari sistem penyimpanan dan penyelesian transaksi Efek secara pemindahbukuan berteknologi tinggi yang disebut C-BEST (The Central Depository and Book Entry Settlement System) yang merupakan pusat pengoperasi seluruh kegiatan PT KSEI. Data di AKSes menggunakan historical data yang ada di C-BEST. Agar tidak mengganggu performance dari C-BEST dalam menjalankan aktifitas operasional harian, maka

(2)

server C-BEST dan AKSes terpisah akan tetapi didukung dengan monitoring tools yang andal untuk pengiriman data dari server C-BEST ke AKSes. C-BEST telah mengawal tugas PT KSEI selama 8 (delapan) tahun terakhir. Sistem tersebut masih terus diperbaharui agar tetap mampu memenuhi tuntutan kebutuhan penggunanya. Untuk mengelola 767 Efek dengan 302.447 Sub Rekening Efek dan menyediakan akses penuh pada Pemegang Rekening. Pengembangan teknologi informasi tersebut terus menerus dilakukan oleh PT KSEI dengan logo serta semangat “Aim High With New Spirit”, terus melangkah maju untuk selalu memberikan layanan jasa yang wajar, aman, akurat, teratur dan tepat waktu, serta melanjutkan pengembangan yang berkesinambungan demi mewujudkan Pasar Modal Indonesia yang berdaya saing global.

Fasilitas AKSes PT KSEI sendiri merupakan sistem informasi yang memanfaatkan teknologi informasi yang online realtime. Melalui fasilitas ini investor dapat memperoleh informasi secara online atas potofolio investasi berupa Efek atau Sekuritas yang disimpan dalam Sub Rekening Efek miliknya di PT KSEI. Investor dapat melihat dan memonitor posisi dan pergerakan Efek miliknya secara realtime melalui internethttps://investor.ksei.co.id, tanpa dikenakan biaya.

Di dalam fasilitas AKSes ini juga diterapkan Identitas Tunggal (Single ID) bagi investor dalam seluruh aktivitas di pasar modal Indonesia, mulai transaksi hingga penyelesaian di PT KSEI. Setiap investor berhak memiliki Fasilitas AKSes KSEI melalui Perusahaan Efek atau Bank Kustodian tempat investor terdaftar menjadi nasabah. Investor yang telah terdaftar akan memperoleh Kartu AKSes dan nomor identitas investor (Investor ID).

(3)

Selanjutnya dalam bab ini penulis akan menguraikan penerapan Fasilitas AKSes pada PT KSEI dan pada proses transaksi di pasar modal Indonesia serta tindak pengamanan terhadap Fasilitas AKSes tersebut. Selain itu juga akan dibahas mengenai pencapaian atas efektivitas dan efisiensi pengoperasian Fasilitas AKSes terhadap kinerja PT KSEI dan gairah perdagangan di pasar modal Indonesia yang pada akhirnya mengacu pada peningkatan kepercayaan investor. A. Sistem Perdagangan dan Pencatatannya

1. Sistem dan Prosedur Perdagangan di Pasar Modal Indonesia

Untuk mengetahui tentang Fasilitas AKSes secara jelas dan menyeluruh, penulis merasa perlu untuk membahas mengenai sistem dan prosedur perdagangan di Pasar Modal Indonesia terlebih dahulu dimana informasi yang dapat dilihat di Fasilitas AKSes dihasilkan dari proses yang terjadi di dalam sistem dan prosedur tersebut.

Secara umum, mekanisme perdagangan efek di pasar modal dapat diklasifikasikan menjadi perdagangan efek melalui bursa efek yang saat ini sering disebut sebagai traditional stock exchange dan perdagangan efek tidak melalui bursa efek atau over-the-counter (OTC) market yang justru cenderung dianggap lebih maju.

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal memberikan definisi tentang Bursa Efek sebagai Pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan jual dan beli Efek Pihak-Pihak lain dengan tujuan memperdagangkan Efek diantara mereka.

(4)

Sedangkan Transaksi Efek di luar Bursa Efek secara legal-formal juga terdapat di peraturan Bapepam Nomor : III.A.10 tentang Transaksi Efek tersebut, perihal definisi disebutkan bahwa Transaksi di Luar Bursa adalah transaksi antar Perusahan Efek atau atau antara Perusahaan Efek dengan Pihak lain yang tidak diatur oleh Bursa Efek, dan transaksi antar Pihak yang bukan Perusahaan Efek.

Dalam mekanisme perdagangan efek melalui Bursa, Bursa Efek bertindak sebagai penyedia sarana atau sistem perdagangan. Pemodal hanya dapat melakukan transaksi di Bursa Efek dengan cara memberikan amanat jual dan/atau beli melalui perusahaan efek anggota bursa efek yang bersangkutan untuk selanjutnya amanat atau order tersebut diteruskan ke dalam sistem perdagangan disediakan oleh bursa efek.

Sebelum dapatmelakukantransaksi, terlebih dahulu investor harus menjadi nasabah di Perusahaan Efek atau kantor broker. Di BEI (Bursa Efek Indonesia) terdapat sekitar 120 perusahaan Efek yang telah terdaftar menjadi anggota. Pertama kali investor melakukan pembukaan rekening dengan mengisi dokumen pembukaan rekening. Di dalam dokumen pembukaan rekening tersebut memuat identitas nasabah lengkap (termasuk tujuan investasi dan keadaan keuangan) serta keterangan tentang investasi yang akan dilakukan.

Nasabah atau investor dapat melakukan order jual atau beli setelah investor disetujui untuk menjadi nasabah di perusahaan Efek yang bersangkutan. Umumnya setiap perusahaan Efek mewajibkan kepada nasabahnya untuk mendepositkan sejumlah uang tertentu sebagai jaminan bahwa nasabah tersebut layak melakukan jual beli saham. Jumlah deposit yang diwajibkan bervariasi.

(5)

Dalam perdagangan saham, jumlah saham yang dijual-belikan dilakukan dalam satuan perdagangan yang disebut dengan lot. Di Bursa Efek Indonesia, satu lot berarti 500 saham dan itulah batas minimal pembelian saham, sedangkan kelipatan harga saham disebut poin. Nilai satu poin saat ini adalah Rp 5. Harga saham yang terbentuk di bursa merupakan hasil kesepakatan antara pembeli dan penjual dimana transaksi dilakukan pada hari-hari tertentu yang disebut Hari Bursa.

Dilihat dari prosesnya, maka urutan perdagangan saham lainnya atau Efek di Bursa Efek adalah sebagai berikut:

1. Menjadi Nasabah di Perusahaan Efek

Menjadi nasabah atau membuka rekening di salah satu broker atau Perusahaan Efek. Setelah resmi terdaftar menjadi nasabah, maka investor dapat melakukan kegiatan transaksi.

2. Order dari nasabah

Kegiatan jual beli saham diawali dengan instruksi yang disampaikan investor kepada broker. Pada tahap ini, perintah atau order dapat dilakukan secara langsung dimana investor datang ke kantor broker atau order disampaikan melalui sarana komunikasi seperti telpon atau sarana komunikasi lainnya.

3. Diteruskan ke Floor Trader

Setiap order yang masuk ke broker selanjutnya akan diteruskan ke petugas broker tersebut yang berada di lantai bursa atau yang sering disebut floor trader.

(6)

JATS adalah sistem yang dirancang oleh BEI (Bursa Efek Indonesia) untuk membantu dan memperlancar proses perdagangan di bursa. Pada tahap ini floor trader akan memasukkan (entry) semua order yang diterimanya kedalam sistem komputer JATS. Di lantai bursa, terdapat ratusan terminal JATS yang menjadi sarana entry order-order dari nasabah. Seluruh order yang masuk ke sistem JATS dapat dipantau baik oleh floor trader, petugas di kantor broker dan investor. Dalam tahap ini, terdapat komunikasi antara pihak broker dengan investor agar dapat terpenuhi tujuan order yang disampaikan investor baik untuk beli maupun jual. Termasuk pada tahap ini, berdasarkan perintah investor, floor trader melakukan beberapa perubahan order, seperti perubahan harga penawaran, dan beberapa perubahan lainnya.

5. Transaksi Terjadi (matched)

Pada tahap ini order yang dimasukkan ke sistem JATS bertemu dengan harga yang sesuai dan tercatat di sistem JATS sebagai transaksi yang telah terjadi (done), dalam arti sebuah order beli atau jual telah bertemu dengan harga yang cocok. Pada tahap ini pihak floor trader atau petugas di kantor broker akan memberikan informasi kepada investor bahwa order yang disampaikan telah terpenuhi.

6. Penyelesaian Transaksi (settlement)

Tahap akhir dari sebuah siklus transaksi adalah penyelesaian transaksi atau sering disebut settlement. Investor tidak otomatis mendapatkan hak-haknya karena pada tahap ini dibutuhkan beberapa proses seperti kliring,

(7)

pemindahbukuan, dan lain-lain hingga akhirnya hak-hak investor terpenuhi, seperti investor yang menjual saham akan mendapatkan uang, sementara investor yang melakukan pembelian saham akan mendapatkan saham. Untuk penyelesaian transaksi, mulai juli 2000 BEI, KPEI dan KSEI mulai menerapakan Sistem Scripless Trading. Dengan sistem ini, penyelesaian transaksi dapat dilakukan lebih efisien, cepat dan murah. Di sini investor tidak lagi perlu untuk mendaftarkan lembar saham yang dimiliki. Semua transaksi terjadi secara elektronis dan tidak secara manual. Tanpa adanya penyerahan fisik sertifikat saham, tidak ada lagi risiko pemalsuan saham. Proses penyelesaian transaksi hanya dilakukan dengan pemindahbukuan antarrekening. Di BEI, proses tersebut berlangsung selama 3 hari bursa. Artinya jika melakukan transaksi hari ini (T), maka hak-hak kita akan dipenuhi selama 3 hari bursa berikutnya, atau dikenal dengan istilah T + 3.

Sedangkan untuk perdagangan di luar Bursa Efek merupakan perdagangan efek yang tidak tercatat di bursa efek yang dilakukan oleh perusahaan efek yang menjadi anggota Bursa Efek maupun tidak. Dapat juga diartikan sebagai transaksi antar Perusahaan Efek atau antara Perusahaan Efek dengan Pihak lain yang tidak diatur oleh Bursa Efek, dan transaksi antar Pihak Yang bukan Perusahaan Efek. Namun demikian, Perusahaan Efek yang melakukan Transaksi di Luar Bursa wajib mencatat dalam rekening Gagal Terima atau Gagal Serah atas Efek untuk setiap keterlambatan penyelesaian transaksi tersebut pada tanggal yang ditentukan; Perusahaan Efek yang melakukan Transaksi di Luar Bursa juga wajib

(8)

mengirim konfirmasi atas Transaksi di Luar Bursa kepada Perusahaan Efek lain atau Pihak lain yang menjadi Pihak dalam Transaksi di Luar Bursa pada tanggal transaksi tersebut dilaksanakan. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Bapepam Nomor : III.A.10 tentang Transaksi Efek.

Proses perdagangan saham dan Efek lainnya tersebut secara ringkas dapat dilihat di lampiran IV. Dalam proses tersebut PT KSEI mengambil peran dalam penyimpanan Efek dan penyelesaian Efek yang ditransaksikan di Bursa Efek maupun luar Bursa Efek.

PT KSEI sebagai Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP) berfungsi sebagai penyedia jasa kustodian sentral dan penyelesaian transaksi agar lebih teratur, wajar dan efisien. Sebagai kustodian sentral, KSEI juga menyimpan Efek yang terdaftar di dalam program C-BEST walaupun tidak dicatatkan (dellistied) di Bursa Efek. Penyelesaian Transaksi Bursa merupakan jasa untuk pemindahbukuan antar Rekening Efek berdasarkan instruksi dari PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI). Sedangkan penyelesaian Transaksi Di Luar Bursa merupakan jasa untuk pemindahbukuan antar Rekening Efek berdasarkan instruksi dari Pemegang Rekening.

Sejak diberlakukannya scripless trading, yaitu perdagangan saham tanpa warkat yang dimulai pada tahun 2000, maka penyelesaian transaksi untuk saham scripless tersebut tidak lagi dilakukan melalui serah terima sertifikat efek.

Dengan scripless trading, apabila investor ingin menjual saham miliknya yang masih dalam bentuk sertifikat efek fisik, maka harus terlebih dulu dilakukan konversi efek ke dalam bentuk efek elektronik yang akan dikreditkan ke dalam

(9)

sub rekening efek milik investor tersebut. Setelah memiliki efek elektronik, maka investor baru dapat menjual saham miliknya.

Dengan bentuk saham scripless, maka penyelesaian transaksi pun dilakukan dengan elektronik yaitu dengan cara pemindahbukuan antar rekening efek.

Untuk transaksi pasar regular di Bursa Efek, maka penyelesaian transaksi tersebut akan dilakukan pada T+3 atau tiga hari bursa berikutnya. Misalnya transaksi dilakukan pada hari Senin, maka penyelesaian transaksi akan dilakukan pada hari Kamis. Sebelumnya, pada T+1 Perusahaan Efek memperoleh daftar hak dan kewajiban dari PT. Kliring dan Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) sehingga mengetahui secara netting, berapa kewajiban serah/bayar dan atau hak terima efek/dana pada tanggal penyelesaian. Dalam proses tersebut PT KPEI memiliki sistem aplikasi yang diberi nama e-CLEARS untuk membantu kelancaran tugasnya. Persiapan instruksi serah/terima efek dapat dilakukan sejak T+2. Dan yang paling penting adalah, perusahaan efek harus memastikan bahwa paling lambat sudah harus menyiapkan kewajiban serah/bayar efek/dana pada T+3.

Pada T+3, akan dilakukan 2 (dua) kali proses penyelesaian transaksi Bursa, yaitu pada pagi hari sekitar pukul 07.00 – 08.00 WIB (morning run) dan yang kedua dilakukan pada pukul 12.00 – 13.00 WIB (afternoon run). Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.1

Proses Penyelesaian Transaksi

WAKTU AKTIFITAS

T+0 Transaksijual/beli dilakukan di Bursa

Efek Indonesia (BEI)

T+1 PE (Perusahaan Efek) menerima daftar

(10)

dari KPEI

T+2 Persiapan serah efek/dana

PE sudah menyediakan kewajiban serah efek/dana di rekening yang telah

ditentukan di sistem KSEI T+3

07.00 s.d. 08.00 Morning Run : Proses serah terima efek/dana

12.00 s.d. 13.00 Afternoon Run : Proses serah terima efek/dana terakhir

Sumber: www.wealthindonesia.com

Untuk melakukan penyelesaian transaksi, Perusahaan Efek memiliki rekening efek khusus untuk penyelesaian yang disediakan dalam sistem Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, yang disediakan oleh KSEI (Kustodian Sentral Efek Indonesia). Rekening-rekening untuk serah terima efek transaksi Bursa adalah:

1. Rekening efek Serah (Delivering Account), yaitu rekening yang digunakan untuk serah efek dan/atau dana.

2. Rekening efek Terima (Receiving Account), yaitu rekening yang digunakan untuk menerima efek/dana hasil transaksi Bursa.

Apabila perusahaan efek A memiliki kewajiban serah saham ABCD sebanyak 5.000 unit saham atas order investor X, maka yang harus dilakukan adalah memastikan bahwa perusahaan efek A sudah memindahkan saham ABCD sebanyak 5.000 unit saham dari sub rekening investor X ke Rekening efek Serah (Delivering Account) di sistem KSEI, paling lambat pada T+3 sebelum pukul 12.00 WIB. Proses pemindahan saham ini dilakukan dengan menggunakan instruksi Security Transfer (SECTRS).

Misalkan perusahaan efek B yang memiliki kewajiban bayar Rp. 1 juta untuk order investor Y beli saham ABCD, maka perusahaan efek B harus

(11)

memastikan bahwa dana sebesar Rp. 1 juta tersebut sudah harus berada di Rekening efek Serah (Delivering Account) pada T+3 sebelum pukul 12.00 WIB. Instruksi untuk memindahkan dana ini menggunakan instruksi Book Transfer (BTS).

Setelah proses penyelesaian transaksi dijalankan (morning run atau afternoon run), maka:

1. Dari sisi saham; 5.000 saham ABCD akan diambil dari Rekening efek Serah perusahaan efek A dan akan dikreditkan ke Rekening efek Terima (Receiving Account) perusahaan efek B.

2. Sedangkan dari sisi dana; sebesar Rp. 1 juta akan diambil dari Rekening Serah perusahaan efek B, dan perusahaan efek A akan menerima dana tersebut di Rekening efek Terima.

Selanjutnya, merupakan kewajiban masing-masing perusahaan efek untuk memindahkan efek dan dana hasil penyelesaian transaksi tersebut ke sub rekening efek investor masing-masing.

Sub Rekening Efek merupakan Rekening Efek yang digunakan untuk mencatat kepemilikan Efek dan dana milik setiap investor atau nasabah yang dikelola oleh Perusahaan Efek atau Bank Kustodian di KSEI. Pemegang Rekening dapat mengelola 1 (satu) atau lebih Sub Rekening Efek milik nasabah.

Pada proses transaksi di atas, JATS di BEI, e-CLEARS di PT KPEI dan C-BEST di PT KSEI merupakan sistem informasi yang saling terkait dengan peranan masing-masing dalam proses transaksi dan penyelesaiannya. Sistem-sistem tersebut dibuat untuk mendukung dan menjaga kelancaran serta keamanan

(12)

perdagangan efek di pasar modal dari kemungkinan adanya kesalahan dalam pencatatan dan pemrosesan transaksi dan penyelesaiannya. Dan diberlakukannya scripless trading merupakan usaha mengurangi resiko kegagalan atau kerugian transaksi akibat kehilangan sertifikat efek.

2. Sistem dan Prosedur Operasi C-BEST oleh PT KSEI

Sebagaimana diungkapkan sebelumnya, data yang dapat diakses pada Fasilitas AKSes adalah data kepemilikan Efek serta mutasinya dalam Sub Rekening Efek selama 30 hari terakhir yang disimpan di sistem C-BEST. Oleh karena itu, penulis merasa perlu untuk memaparkan dan membahas C-BEST lebih mendalam.

Central Depository and Book-Entry Settlement System atau sering disebut C-BEST merupakan sistem yang dibuat sebagai upaya menciptakan efisiensi di pasar modal. Sistem tersebut mulai diimplementasikan sejak 17 Juli 2000 oleh KSEI untuk membantu kelancaran pelayanan penyimpanan dan penyelesaian transaksi Efek secara pemindahbukuan saldo rekening Efek.

C-BEST sebagai sebuah sistem memiliki fungsi utama untuk melakukan pencatatan sertifikat Efek secara elektronik dan melakukan pemindahbukuan antar Rekening Efek, baik terhadap kegiatan Transaksi Bursa maupun kegiatan transaksi yang dilakukan di luar Bursa. C-BEST membantu pelaku pasar modal Indonesia dalam hal peng- administrasian Efek. Dalam penyelesaian transaksi Efek, sistem ini memberikan keleluasaan bagi pelaku pasar untuk dapat menyelesaikan transaksi dalam jumlah besar tanpa adanya kekhawatiran bahwa akan ada risiko kesalahan pemrosesan yang dilakukan secara manual, sertifikat Efek rusak, hilang atau palsu. Untuk penyelesaian transaksi Efek yang terkait

(13)

dengan dana, C-BEST akan memastikan terjadinya perpindahan Efek dan atau dana secara bersamaan.

Fungsi C-BEST dirancang untuk meningkatkan efisiensi dan membantu pelaku pasar dalam mengelola Efeknya serta meminimalisir risiko penyelesaian. Untuk mencapai tujuan efisiensi tersebut, C-BEST terhubung dalam suatu jaringan yang dapat diakses oleh Pemegang Rekening (Perusahaan Efek dan Bank Kustodian) dari tempat/posisinya masing-masing dengan menggunakan salah satu dari 5 (lima) jenis jaringan yang tersedia. Kelima bentuk koneksi tersebut adalah Leased Channel, Microwave, ISDN, Dial up Modem dan Fiber Optic. Selain Fiber Optic yang merupakan saluran KSEI sendiri, empat lainnya merupakan jaringan yang saat ini dikelola oleh PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN).

Untuk dapat mengelola Efek atau dana yang terdapat di C-BEST, pelaku pasar wajib terlebih dahulu mempunyai Rekening Efek. Dengan demikian langkah pertama yang harus dilakukan oleh Pemegang Rekening yang akan memanfaatkan jasa C-BEST adalah mendaftarkan perusahaan atau institusinya ke KSEI dan membuka Rekening Efek bagi nasabah di C-BEST.

Pemegang Rekening KSEI dapat dikelompokkan ke dalam 2 (dua) tipe, yaitu: Anggota Kliring (Clearing Member) dan Non Anggota Kliring (Non Clearing Member). Rekening Efek yang dimiliki oleh kedua tipe ini akan berbeda fungsi dan perlakuannya. Kedua kelompok Pemegang Rekening ini akan memiliki tipe Rekening Efek yang berbeda.Secara garis besar fungsi C-BEST terdiri dari:

(14)

Pemegang Rekening dapat melakukan pengelolaan atas Efek dan atau dana yang dimilikinya melalui Rekening Efek miliknya yang tercatat dalam C-BEST.

2. Jasa Kustodian

Sertifikat Efek telah selesai dikonversikan bentuk kepemilikannya menjadi catatan elektronik beberapa tahun yang lalu. Proses konversi sertifikat Efek ini dilakukan dengan cara mendepositkan sertifikat Efek oleh Pemegang Rekening ke KSEI melalui C-BEST.

3. Penyelesaian Transaksi

Selain penyelesaian Transaksi Bursa, C-BEST juga memungkinkan Pemegang Rekeningnya untuk melakukan penyelesaian Transaksi di Luar Bursa, yaitu: antara Anggota Bursa dengan Anggota Bursa lainnya, antara Anggota Bursa dengan Bank Kustodian dan sebaliknya, atau antar Bank Kustodian. Penyelesaian transaksi akan dilakukan oleh C-BEST setelah menerima instruksi dari Pemegang Rekening yang dikirimkan secara elektronik.

4. Post Trade Processing

Post Trade Processing (PTP) merupakan rangkaian aktivitas yang dilakukan oleh pelaku pasar modal, dimulai dari transaksi yang sudah ‘matched’ di Bursa sampai dengan penyelesaian transaksi tersebut. Dengan implementasi PTP ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas Straight Through Processing (STP) di dunia pasar modal Indonesia yang

(15)

pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi flow kerja serta mengatasi risiko penyelesaian transaksi.

5. Corporate Action

Dalam hal distribusi Pemenuhan Hak Pemodal (Corporate Action), seperti: pembagian dividen, bonus atau pembayaran bunga Obligasi, akan secara langsung dipindahbukukan ke dalam Rekening Efek pada tanggal distribusi/pembayaran.

6. Laporan

Setiap harinya C-BEST akan menghasilkan laporan secara elektronik yang dapat di-download oleh Pemegang Rekening dan digunakan untuk memonitor aktivitas yang telah dilakukan Pemegang Rekening di C-BEST. Secara umum dari laporan yang dihasilkan oleh C-BEST, Pemegang Rekening akan memperoleh informasi data kepemilikan dan pergerakan Efek nasabah di bawah pengelolaannya serta status instruksi-instruksi yang telah dibuat oleh Pemegang Rekening.

Berbagai fungsi yang dijalankan oleh C-BEST serta penempatannya pada jaringan internet tersebut terbukti dapat mengurangi kesalahan dalam penyelesaian transaksi dan meningkatkan efisiensi kerja PT KSEI maupun Pemegang Rekening.

B. Fasilitas AKSes

Sebagaimana disebutkan pada bab II, Undang Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal pasal 56 ayat 4 dan 5, serta Peraturan Bapepam LK Nomor

(16)

VI A.3 tentang Rekening Efek mejadi dasar dibuatnya Fasilitas Investor Area yang kemudian diubah namanya menjadi Fasilitas AKSes.

Undang-undang tersebut mengamanatkan kepada emiten untuk menerbitkan sertifikat atau konfirmasi kepada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian atau Bank Kustodian sebagai tanda bukti pencatatan dalam buku daftar pemegang efek emiten dan kepada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Bank Kustodian atau Perusahaan Efek untuk menerbitkan konfirmasi kepada pemegang rekening sebagai tanda bukti pencatatan di dalam Rekening Efek.

Pada peraturan Bapepam LK tersebut tercantum bahwa catatan dalam Rekening dan Sub Rekening Efek KSEI merupakan bukti kepemilikan manfaat atas Efek. Berdasarkan kedua peraturan tersebut dan untuk menjamin kerahasiaan serta keamanan data dan informasi yang tersimpan dalam sistem KSEI, PT KSEI meluncurkan Fasilitas AKSes pada tanggal 18 Juni 2009 yang sebelumnya bernama Investor Area.

1. Pengendalian Prefentif

Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, data dan informasi yang ditampilkan di fasilitas AKSes yang berupa data posisi, mutasi dan saldo Rekening dan Sub Rekening Efek milik nasabah merupakan bukti kepemilikan atas manfaat Efek yang sah atau legal.

Untuk mewujudkan hal tersebut, maka sebelum sistem ini diluncurkan, telah dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh oleh tim konsultan independen. Berdasarkan pemeriksaan tersebut, sistem dinyatakan aman dan layak untuk diluncurkan ke masyarakat.

(17)

Hal tersebut dilakukan sebagai upaya untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan atau kerusakan pada sistem dalam menampilkan data terkait yang diinginkan nasabah.

2. Kenyamanan dan Kemudahan dalam Memperoleh Akses

Melalui Fasilitas AKSes, investor dapat mengakses langsung informasi mengenai portofolio miliknya yang ada dalam Sub Rekening Efek di KSEI setiap waktu. Pihak yang dapat menggunakan fasilitas AKSes adalah Pemegang Rekening (Anggota Bursa dan Bank Kustodian) dan nasabah atau investor.

Sebelum mendaftarkan untuk mendapat fasilitas AKSes, Pemegang Rekening diharuskan untuk membaca dan memahami Peraturan Jasa Kustodian Sentral KSEI. Agar mendapatkan akses fasilitas AKSes, Pemegang Rekening dapat menghubungi KSEI bagian Hubungan Pemakai Jasa, Divisi Jasa Kustodian Sentral untuk:

a. Mengajukan permohonan secara tertulis sesuai dengan format yang telah disediakan.

b. Mengisi dan menandatangani Formulir Fasilitas AKSes – Pemegang Rekening (AKSes Registration Form). Formulir ini dapat diperoleh di situ KSEIhttp://www.ksei.co.id.

c. Membuat Surat Kuasa untuk pengambilan Pin Code, jika yang mengambil Pin Code bukan pejabat yang berwenang.

Setelah permohonan disetujui oleh KSEI, Pemegang Rekening akan menerima Member ID, User ID Administrator, nomor Pin Code, serta token. Token yaitu alat pengaman tambahan yang berfungsi menghasilkan password

(18)

yang selalu berganti setiap kali Pemegang Rekening mendaftarkan nasabahnya, menghubungkan Investor ID dengan Sub Rekening Efek nasabah serta memutuskan hubungan Investor ID dengan Sub Rekening Efek nasabah. Fasilitas AKSes dapat diakses oleh Pemegang Rekening melalui alamat situs https://investor.ksei.co.id/participant.

Hal tersebut juga berlaku untuk investor. Untuk dapat mengakses informasi pada Fasilitas AKSes, investor harus terlebih dahulu memiliki investor ID (identitas investor) dan akan memperoleh Kartu AKSes dari PT KSEI. Investor ID berupa nomor unik yang dihasilkan sistem KSEI yang dapat digunakan untuk konsolidasi data atas portofolio investor yang disimpan pada Sub Rekening Efek di beberapa Perusahaan Efek atau Bank Kustodian. Dan Kartu AKSes memuat Investor ID tersebut.

Untuk memperoleh Kartu AKSes, investor terlebih dahulu harus memiliki Sub Rekening Efek di KSEI dan sebelum mendaftar nasabah seharusnya telah membaca dan memahami Syarat dan Ketentuan Fasilitas AKSes. Untuk memperoleh Fasilitas AKSes investor dapat mengajukan permohonan melalui https://investor.ksei.co.id atau mengisi data investor pada formulir yang dapat di-download di http://www.ksei.co.id dengan lengkap. Selanjutnya, menghubungi Perusahaan Efek atau Bank Kustodian yang telah memiliki Fasilitas AKSes untuk: a. Mengisi Formulir Fasilitas AKSes apabila nasabah belum mengajukan

permohonan melalui situs KSEI.

b. Menandatangani Formulir Fasilitas AKSes – Nasabah yang dapat diperoleh di situs KSEI.

(19)

c. Menunjukkan bukti asli identitas diri yang sah (KTP, NPWP, Paspor) kepada Pemegang Rekening.

d. Menyerahkan salinan identitas diri yang sah ke Pemegang Rekening. e. Mengajukan permohonan untuk menghubungkan Investor ID dengan Sub

Rekening Efek miliknya yang terdaftar di KSEI.

Pengajuan permohonan untuk menghubungkan Investor ID dengan Sub Rekening Efek yang terdaftar di KSEI perlu dilakukan agar nasabah dapat memiliki konsolidasi data kepemilikan Efek.

Pemegang Rekening akan melakukan verifikasi data nasabah dan Sub Rekening Efek nasabah. Berdasarkan proses Know Your Client, Pemegang Rekening akan mendaftarkan investor atau nasabah ke Fasilitas AKSes dan menginformasikan nomor Investor ID ke investor atau nasabah. Sesuai dengan surat Bapepam-LK No.: S-4882/BL/2009 tanggal 8 Juni 2009 perihal Pemberian Akses Layanan Investor Area kepada Nasabah, Perusahaan Efek atau Bank Kustodian harus memenuhi permohonan investor untuk memperoleh Fasilitas AKSes tersebut.

Proses sebagaimana dijelaskan di atas, dapat dilihat secara singkat pada gambar berikut:

(20)

Gambar 4.1

Tata Cara Pemberian Kartu AKSes

Yang perlu diketahui nasabah atau investor adalah Kartu AKSes tidak dapat digunakan untuk bertransaksi secara on line dan tidak dapat digunakan untuk mengakses fasilitas AKSes. Pemberian Kartu AKSes oleh PT KSEI adalah gratis, tanpa dipungut biaya sama sekali. Kartu tersebut akan dikirimkan KSEI kepada Perusahaan Efek atau Bank Kustodian pada 2 sampai dengan 5 hari setelah permohonan nasabah atau investor disetujui oleh Perusahaan Efek atau Bank Kustodian terkait.

3. Pengamanan Akses Data

Sebagai suatu bentuk perlindungan yang disediakan KSEI kepada investor dalam berinvestasi di pasar modal Indonesia, dalam pengoperasiannya terdapat beberapa pengamanan yang dibangun pada fasilitas AKSes.

(21)

Sebagai suatu sistem yang diakses melalui media internet, tentu saja fasilitas AKSes tidak lepas dari ancaman pengrusakan data. Adanya pin code pada pin mailer, password dan secret question merupakan langkah-langkah pengamanan dalam pengaksesan data oleh user sebagaimana tampilan di lampiran V.

Nasabah atau investor dapat mengakses Fasilitas AKSes ke alamat situs KSEI https://investor.ksei.co.id dan kemudian memasukkan pin code pada kolom pin code pada saat masuk pertama kali di Fasilitas AKSes. Selanjutnya nasabah atau investor akan membuat password dan melakukan input secret question yang akan digunakan untuk masuk ke Fasilitas AKSes pada kesempatan berikutnya. Setelah berhasil log in ke dalam Fasilitas AKSes dengan memasukkan User ID, password dan menjawab secret question, nasabah dapat melihat dan memonitor posisi dan pergerakan Efek miliknya dalam sub rekening Efek yang disimpan di sistem KSEI (C-BEST) setiap saat secara realtime.

4. Data-Data yang Dapat Diakses

Dengan melakukan akses pada fasilitas AKSes, tentu saja nasabah dapat melihat data posisi dan mutasi Efek yang dibatasi hingga data transaksi 30 hari terakhir. Jika nasabah atau investor menginginkan data posisi dan mutasi Efek lebih dari jangka waktu tersebut, nasabah atau investor dapat mengajukan permintaan ke KSEI melalui Perusahaan Efek yang menjadi rekanannya. Permintaan tersebut akan diproses di KSEI sesuai dengan prosedur yang berlaku.

Dengan Fasilitas AKSes KSEI, investor juga dapat melakukan konsolidasi data. Investor dapat menghubungkan Investor ID dengan semua Sub Rekening Efek yang dimilikinya sehingga posisi kepemilikan Efeknya pada Perusahaan

(22)

Efek atau Bank Kustodian yang berbeda dapat dimonitor cukup dengan menggunakan satu identitas akses (ID dan password) yang sama. Dengan sistem tersebut nasabah atau investor dapat mencocokkan dana mereka yang ada di sekuritas dan bank pembayar. Mereka dapat memonitor rekening dana mereka setiap waktu, sehingga akan lebih aman dan nyaman.

Namun, akses ini baru dapat digunakan jika investor menaruh dana pada bank pembayar yang bekerja sama dengan KSEI. Bank pembayar yang sudah bekerja sama dengan KSEI adalah Bank Permata, Bank Mandiri, PT Bank CIMB Niaga Tbk, dan PT Bank Central Asia Tbk (BCA).

Beberapa informasi yang sekarang sudah dapat diakses oleh investor selain data posisi dan mutasi Efek adalah jadwal corporate actions, harga saham, top gainer, top looser, nilai tukar beberapa mata uang terhadap rupiah, berita ekonomi terakhir, dan sebagainya.

Selain fasilitas untuk mengakses beberapa hal tersebut di atas, terdapat beberapa fasilitas yang sudah dan sedang dikembangkan oleh PT KSEI untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada pengguna jasanya. Beberapa fasilitas tersebut adalah:

a. Distribusi informasi terkait pasar (pricing information, bond rating, informasi perdagangan, dll) secara updated dan real time.

b. Konsolidasi catatan kepemilikan dana milik investor yang disimpan Perusahaan Efek atau Bank Kustodian di Bank Pembayaran.

c. Sarana penyampaian laporan oleh Perusahaan Efek atau Bank Kustodian kepada nasabahnya.

(23)

d. Pengembangan kanal distribusi informasi via SMS atau push media untuk penyampaian notifikasi penting atau alert.

Dengan pengembangan tersebut, PT KSEI berharap dapat membantu nasabah atau investor untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap dan akurat mengenai posisi dan mutasi Efeknya serta beberapa informasi seputar pasar modal guna memberikan rasa nyaman dan aman dalam melakukan transaksi di Pasar Modal Indonesia. Contoh tampilan data AKSes dapat dilihat di lampiran VI. 5. Permasalahan yang Dihadapi Sistem

Berdasarkan informasi dari anggota Tim AKSes yang langsung menangani pembuatan dan pengoperasian Fasilitas AKSes, dalam mengembangkan Fasilitas AKSes, parameter yang digunakan oleh KSEI untuk pengembangan Fasilitas AKSes adalah kebutuhan dari pelaku dalam hal ini broker, bank kustodian, nasabah, dan emiten termasuk kritik dan saran dari mereka yang disampaikan ke KSEI.

Hal tersebut tentu saja bukanlah suatu ukuran yang jelas dan pasti, karena bukan merupakan suatu parameter yang dapat diukur. Kebutuhan merupakan hal yang tidak dapat dilihat secara kasat mata dan cenderung tidak terbatas. Sedangkan kritik dan saran merupakan suatu subjektifitas yang terkadang tidak dapat diimplementasikan menjadi kepentingan bersama.

C. Pengendalian Ekstern oleh PT KSEI

Pengendalian ekstern dibangun oleh PT KSEI sebagai upaya menjaga keamanan data yang tersimpan pada beberapa sistem yang dimilikinya. Upaya tersebut dilakukan agar tugas dan fungsi PT KSEI tetap dapat berjalan dalam

(24)

situasi apapun. Sebagaimana pembahasan sebelumnya, sebagian besar data yang akan ditampilkan pada fasilitas AKSes merupakan data yang tersimpan C-BEST, sehingga tindak pengamanan terhadap C-BEST akan sangat berpengaruh pada keamanan fasilitas AKSes.

1. DRC (Disaster Recovery Center)

DRC adalah suatu sistem cadangan yang dibangun untuk melindungi aktivitas penyimpanan dan penyelesaian transaksi apabila terjadi hal-hal yang dapat mengancam keberlangsungan perdagangan, misalnya: bencana. Letak DRC C-BEST yang berada di lokasi yang terpisah dengan sistem utama akan mengamankan penyediaan layanan jasa Kustodian sentral dalam kondisi darurat (bencana). Agar selalu siap digunakan sewaktu-waktu, DRC C-BEST diuji-coba prosedur dan pelaksanaannya secara berkala, tiap enam bulan sekali. Hingga saat akhir tahun 2009, KSEI telah melaksanakan 12 (dua belas) kali DRC Live Test. Sistem DRC memiliki kapasitas maupun proses kerja yang identik sama dengan sistem utama yang keduanya secara otomatis akan saling menggantikan apabila terjadi gangguan pada salah satu sistem.

Pada semester kedua tahun 2002, seluruh saham yang beredar di bursa telah diperdagangkan tanpa warkat (scripless trading) sesuai dengan target. Imbas dari pemberlakuan sistem tersebut adalah bertambah tingginya ketergantungan pelaku pasar pada sistem penyimpanan dan penyelesaian transaksi.

DRC dibangun karena muncul kekhawatiran akan adanya kemungkinan gangguan sistem utama apabila suatu saat terjadi bencana sehingga sistem utama tersebut menjadi tidak berfungsi. Apabila hal tersebut terjadi di lokasi tempat

(25)

C-BEST dioperasikan, pertanyaan tebesar adalah apakah aktivitas perdagangan juga akan berhenti.

Pusat pemulihan bencana atau yang dikenal dengan Disaster Recovery Center (DRC) telah berfungsi sejak 13 September 2001. Di pusat pemulihan bencana itu ditempatkan sistem dan data yang sama dengan sistem produksi, namun dengan kapasitas dan kinerja yang relatif lebih kecil. Mekanisme ini disiapkan oleh KSEI untuk mengantisipasi kemungkinan gangguan pada sistem utama dan memungkinkan tetap berjalannya perdagangan tanpa warkat pada saat terjadinya kegagalan total dari sistem produksi.

Pada saat terjadi bencana terhadap sistem produksi, dalam waktu yang tidak terlalu lama sistem yang ada di DRC ini akan mengambil alih peranan sistem utama, sehingga perdagangan tanpa warkat akan tetap berjalan sebagaimana mestinya

Sebenarnya perangkat keras, perangkat lunak dan perangkat jaringan yang digunakan untuk aplikasi C-BEST sudah dilengkapi redudancy yang memungkinkan tetap berjalannya sistem meskipun salah satu perangkatnya mengalami kerusakan, tetapi DRC dianggap tetap sangat diperlukan. Kelemahannya, redudancy tersebut tidak akan memberi solusi dalam hal bencana total yang dialami di lokasi sistem produksi seperti gempa, bom, kebakaran, kerusuhan dan sebagainya.

Pembuatan DRC tersebut sejalan dengan peraturan Bapepam dan LK yang salah satunya mewajibkan KSEI untuk memiliki DRC dengan jarak minimum 30 KM. Hal itu diperlukan untuk menjaga kemungkinan terjadi bencana yang sama

(26)

antara lokasi sistem utama dan lokasi DRC. Aturan tersebut juga mengatur mengenai waktu beroperasinya DRC setelah terjadinya bencana pada sistem utama. DRC harus bisa beroperasi selambat-lambatnya dua jam setelah kejadian. Konsekuensinya, DRC harus dibuat dengan arsitektur dan infrastruktur dengan spesifikasi yang cukup tinggi untuk bisa mencapai target waktu tersebut.

Dalam hal ini KSEI memilih alternatif "warm stand by", dimana sistem tidak secara otomatis berpindah tapi proses manual dilakukan seminimal mungkin. Untuk itu KSEI akan menggunakan fasilitas database standby dari oracle. Dengan konfigurasi database stand by dari Oracle, maka setiap periode tertentu (antara 5 sampai 30 menit, tergantung banyaknya perubahan data), database utama akan mengirim log perubahan data ke database stand by untuk digunakan oleh database stand by mengubah datanya sehingga sama dengan data produksi. Alternatif ini juga tidak memerlukan perangkat keras dan perangkat lunak untuk replikasi hardware yang relatif mahal. Selain itu, kapasitas jalur komunikasi data yang diperlukan juga tidak terlalu besar.

Tetapi konsekuensi logis dari arsitektur ini adalah adanya kemungkinan kehilangan data terakhir, yaitu pada saat sistem utama mengalami kegagalan sebelum sempat mengirimkan log perubahan data ke database stand by. Untuk itu, dalam hal terjadi disaster, dan sistem berpindah ke DRC, maka sebelum sistem bisa digunakan kembali, harus dilakukan proses rekonsiliasi data, baik antara KSEI dan KPEI, maupun KSEI dan bank pembayar. Selain itu, partisipan harus melakukan pengecekan data/transaksi yang telah diinput setelah jam dan menit tertentu tergantung titik waktu recovery yang dapat dilakukan oleh KSEI.

(27)

Secara umum bencana yang dialami sistem utama dapat mengakibatkan dua kemungkinan. Kemungkinan pertama adalah kerusakan terjadi pada mesin utama, tetapi jaringan data masih tetap berfungsi. Sedangkan kemungkinan kedua adalah baik mesin maupun jaringan data dilokasi produksi mengalami kerusakan.

Untuk kemungkinan pertama, dimana jaringan data masih berfungsi, maka semua partisipan, setelah dilakukan proses recovery, dapat mengakses C-BEST dari tempatnya masing-masing seperti biasa. Namun, akan ada kemungkinan penurunan performance mengingat mesin di lokasi DRC memiliki memiliki kemampuan pemrosesan yang relatif lebih kecil.

Sedangkan untuk kemungkinan kedua, dimana jaringan data di lokasi utama tidak dapat berfungsi, maka untuk partisipan yang tersambung melalui PSN akan dialihkan koneksinya ke DRC, sehingga mereka bisa mengakses C-BEST dari lokasi masing-masing. Sementara untuk partisipan yang berada di gedung BEJ dan Bapindo, tergantung besarnya kerusakan. Dapat dialihkan melalui PSN atau harus melakukan entry data di lokasi yang akan disediakan oleh PT KSEI.

Sejak DRC berfungsi pada 13 September 2001, banyak partisipan yang belum mengetahui bagaimana cara kerja DRC jika terjadi bencana. Padahal ada beberapa aktivitas yang harus dilakukan partisipan jika hal tersebut terjadi.

Dalam rangka menjamin kelancaran, kenyamanan dan keamanan investor dalam bertransaksi di pasar modal Indonesia, KSEI kembali melakukan pengujian Disaster Recovery Center (DRC) Live Test ke-12 pada tanggal 31 Juli 2009. Pengujian ini dilakukan untuk memastikan bahwa sistem operasional cadangan yang ada di lokasi DRC selalu siap dan dapat digunakan dengan baik pada saat

(28)

terjadi gangguan pada sistem operasional utama di KSEI sehingga transaksi tetap berjalan tanpa gangguan.

2. BCP (Business Continuity Plan)

Memasuki tahun 2000 banyak orang dikawatirkan Isu Y2K (Year 2 Kilo) alias Year 2000 yang membuat hati para pengelola perusahaan berteknologi tinggi ketar-ketir. Mulai 1 Januari 2000, kutu milenium dikabarkan akan membuat komputer tergagap-gagap dan tak mampu membaca angka dengan akurat. Perusahaan yang sangat tergantung pada IT (information technology) bakal kerepotan, karena angka yang keluar dari komputer akan beda dengan angka yang dimaksud.

Isu kutu milenium juga mengguncang pasar modal, sebuah wilayah yang padat data dan angka. Aktivitas PT KSEI dalam penyelesaian transaksi atau proses serah terima efek yang sudah menggunakan sistem aplikasi komputer dikawatirkan akan terganggu dengan adanya Y2K.

Tetapi untuk menghadapi hal tersebut diakhir 1999 PT KSEI telah mempersiapkan sistemnya hingga mencapai 95 persen. Business Continuity Plan (BCP) juga disiapkan PT KSEI sebagai jaminan pada nasabahnya untuk dapat tetap melakukan penyelesaian transaksi efek tanpa sistem komputer. Artinya, jika komputer tidak dapat digunakan, KSEI siap menjalankan kegiatan secara manual.

Ada dua alternatif penanganan penyelesaian transaksi menggunakan BCP. Pertama, melalui sistem alternatif. Apabila sistem masternya tidak berfungsi tapi komputernya tetap masih bisa digunakan, maka KSEI akan menggunakan sistem alternatif pengganti, seperti microsoft excel. Meski penyelesaian transaksi

(29)

menggunakan microsoft excel memakan waktu lebih lama dibanding menggunakan master system penyelesaian, paling tidak pekerjaan penyelesaian efek masih tetap bisa berjalan.

Sedangkan bila sistem alternatif tidak bisa digunakan, KSEI akan menempuh alternatif kedua, yakni melakukan penyelesaian transaksi secara manual. Untuk itu, KSEI akan menambah jumlah personel penyelesaian efek menjadi dua kali lipat dari jumlah yang ada saat ini. Dalam BCP sudah dibuat daftar SDM yang bertanggung jawab untuk menangani alternatif penyelesaian efek secara manual, termasuk pasukan penyelesaian efek yang siap dipanggil kapan saja.

Disamping persiapan-persiapan tersebut, mulai akhir 1999 KSEI juga mulai mencetak dokumen-dokumen penting seperti data transaksi anggota bursa yang biasanya hanya disimpan di komputer.

Untuk transaksi efek yang dilaksanakan pada 26 Desember 1999 (T+0), misalnya, KSEI menerima data perpindahan efeknya pada 28 Desember (T+2) dari PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI). Biasanya, data dari KPEI hanya disimpan di komputer. Namun, untuk mengantisipasi Y2K, semua data dari KSEI tersebut dicetak dan disimpan sebagai dokumen. Lalu, tanggal 30 Desember (T+4) saat AB menyerahkan saham, datanya juga tidak hanya disimpan di komputer seperti biasa, melainkan dicetak sebagai dokumen.

Hal tersebut dilakukan sebagai antisipasi apabila terjadi masalah pada komputer penyelesaian efek saat bursa kembali beroperasi tanggal 4 Januari 2000,

(30)

KSEI sudah memiliki back up dokumen yang tercetak. Dengan demikian, tidak ada kegagalan penyerahan efek akibat data di komputer KSEI tidak dapat dibuka.

Untuk memastikan BCP itu dapat diaplikasikan dengan baik, tim Y2K KSEI telah mulai melakukan simulasi yang dilangsungkan secara bertahap sejak bulan September 1999. Hal tersebut dilakukan agar armada KSEI tidak hanya piawai dalam teori, tetapi juga diharapkan berhasil dalam praktek. Karena itu, anggota bursa tak usah khawatir bahwa penyelesaian transaksinya bakal terhambat hanya karena kegagalan sistem akibat millennium bug.

Singkat kata, untuk meminimalisir dampak yang dikawatirkan akan terjadi pada saat itu KSEI sudah membuat langkah-langkah penanganan atas keadaan terburuk, yaitu apabila sistem komputer sama sekali tidak bisa mendukung operasi bisnis selama beberapa bulan, dimana perusahaan akan tetap dapat beroperasi tanpa menggunakan komputer sama sekali.

KSEI membentuk Business Continuity Plan (BCP) guna mengantisipasi bencana. BCP pada intinya berisi prosedur untuk memastikan kelangsungan bisnis perusahaan dan mengurangi risiko kerugian. Dengan melihat contoh kejadian di atas, untuk menjalankan kegiatan operasionalnya, setiap perusahaan harus mempunyai Business Continuity Plan (BCP) yang baik. BCP merupakan strategi perusahaan yang bertujuan untuk mengurangi risiko kerugian atau menghindari kerusakan yang fatal, mengurangi dampak gangguan serta meningkatkan kemampuan perusahaan dalam proses pemulihan. Sehingga, proses bisnis utama dapat terus berlangsung pada saat terjadinya bencana.

(31)

Pengembangan terhadap BCP selalu dilakukan oleh KSEI dari tahun ke tahun seiring dengan dengan perkembangan jaman. Pada November 2009, KSEI yang merupakan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian di pasar modal Indonesia telah membentuk organisasi BCP yang terdiri dari 2 (dua) tim utama, yaitu: Emergency Response Team dan Crisis Management Team. Bahkan KSEI telah melaksanakan BCP testing pertama kalinya sesuai prosedur BCP yang berlaku umum. Penyelenggaraan BCP testing dilakukan untuk mengantisipasi banyaknya bencana alam yang terjadi belakangan ini, seperti gempa bumi yang beberapa waktu terjadi di Tasikmalaya dan Padang. Bencana alam dapat terjadi dimana saja terutama di kepulauan Indonesia yang terletak di wilayah rawan gempa, dan apabila terjadi, dapat berdampak cukup besar terhadap kelangsungan bisnis atau kegiatan masyarakat di daerah tersebut.

Gempa merupakan salah satu contoh dari sekian banyak bencana, baik yang disebabkan oleh alam, seperti banjir, longsor dan tsunami atau yang disebabkan ulah manusia, seperti, kerusuhan, aksi terorisme dan sabotase. Apabila dilihat dari skala besarnya kejadian, bencana dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) level. Minor (gangguan kecil dalam beberapa jam pada hari yang sama), Major (skala bencana lebih besar dan mengganggu operasional dalam beberapa hari sehingga perusahaan memerlukan alternatif lokasi operasional) dan Katastropik (bencana yang sangat besar dan massif sehingga menyebabkan kegagalan operasional atau sistem utama secara total, dan pemulihannya akan membutuhkan waktu sangat lama). Melalui BCP, KSEI memiliki suatu perencanaan bisnis yang digunakan untuk mengantisipasi terjadinya bencana yang dapat mengganggu kelangsungan

(32)

bisnis KSEI. Selain melindungi proses bisnis yang utama dari kegagalan/bencana, BCP juga bertujuan melindungi hilang atau rusaknya barang atau modal yang menyebabkan ketidaktersediaan untuk digunakan dalam proses bisnis secara normal. Beberapa tahapan dalam mempersiapkan BCP, yaitu:

a. Pre-Planning: mencakup inisiasi proses, pembentukan tim atau struktur organisasi BCP serta melakukan analisa risiko dan business impact analysis.

b. Planning: mencakup pembuatan continuity strategy dan prosedur serta perencanaan, membentuk emergency response dan command system. c. Post-Planning: mencakup peningkatan kepedulian (awareness) melalui

sosialisasi dan pelatihan, melakukan BCP testing, komunikasi atau publikasi.

Dengan adanya BCP, KSEI memiliki suatu perencanaan bisnis yang digunakan untuk mengantisipasi terjadinya bencana yang dapat mengganggu kelangsungan bisnis KSEI. Pada tanggal 21 November 2009 telah diselenggarakan BCP Testing pertama kalinya sesuai dengan prosedur BCP yang berlaku umum untuk memastikan BCP dapat berjalan lancara. BCP Testing ini rencananya akan dilaksanakan minimal sekali dalam setahun.

D. Evaluasi Efektivitas Fasilitas AKSes

Efektifitas dari suatu sistem dapat dinilai dari tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Sementara itu, sumber daya-sumber daya sistem dengan kualitas yang diharapkan dapat menjadi penentu keberhasilan atau efektifitas berjalannya suatu sistem. Dengan kata lain, apabila kualitas yang diharapkan

(33)

tersebut ada pada sumber daya sistem, maka dapat disimpulkan dengan sendirinya sistem akan dapat mencapai tujuannya dan berarti sistem tersebut efektif.

Dengan adanya Fasilitas AKSes, terjadi pemangkasan rantai birokrasi dimana frekuensi investor dalam berhubungan dengan Perusahaan Efek maupun Bank Kustodian akan berkurang. Karena untuk mengetahui mutasi atau posisi rekening Efeknya, Investor dapat langsung melihat laporannya di Fasilitas AKSes PT KSEI dengan mengunduh layanan tersebut pada website PT KSEI. Investor tidak perlu lagi menghubungi, mencari atau bertemu langsung dengan pegawai dari Perusahaan Efek atau Bank Kustodian.

Hal tersebut tentunya berbeda apabila dibandingkan dengan sistem penyampaian informasi posisi rekening Efek oleh Perusahaan Efek atau Bank Kustodian sebelum adanya Fasilitas AKSes. Sebelum adanya fasilitas tersebut, Perusahaan Efek akan mengirimkan laporan posisi rekening Efek nasabahnya secara manual, melalui pos atau kurir dengan tujuan alamat masing-masing nasabah. Laporan tersebut biasanya dikirim setiap bulan, atau secara periodik tergantung kebijakan Perusahaan Efek terkait.

Sejalan dengan Perusahaan Efek, Bank Kustodian juga melakukan hal yang sama kepada nasabahnya dalam memberikan laporan sub rekening Efek nasabah. Laporan mutasi dan posisi dana pada rekening Efek milik nasabah akan di kirim kepada nasabah sesuai alamat yang terdaftar secara periodik. Biasanya ada juga layanan customer service bagi nasabah yang disediakan oleh Bank Kustodian, sebagai tempat melayani pertanyaan nasabah atau membantu nasabah terkait kepemilikan rekening Efeknya.

(34)

Akses langsung yang diberikan kepada investor pada Fasilitas AKSes tersebut juga terbukti dapat mengurangi adanya kemungkinan kecurangan di pasar modal yang mungkin timbul dari oknum Perusahaan Efek atau Bank Kustodian yang tidak patuh hukum. Kecurangan yang mungkin terjadi adalah pada sistem pendistribusian informasi kepada investor dimana dimungkinkan adanya pemalsuan data dan informasi. Sedangkan terkait pengelolaan dana investor, dimungkinkan adanya penggelapan dana sampai dengan tindak pencucian uang.

Dengan adanya Fasilitas AKSes, hal-hal tersebut terbukti dapat dicegah dan diatasi karena investor dapat melihat langsung data mutasi dan posisi dana pada sub rekening Efeknya yang tercatat di PT KSEI sampai dengan 30 (tiga puluh) hari terakhir. Investor dapat memperbandingkan data yang ada pada Fasilitas AKSes dengan laporan periodik dari Perusahaan Efek atau Bank Kustodian tempat ia menjadi nasabah.

Dari segi kebenaran, data yang ada di Fasilitas AKSes dinilai lebih terpercaya dan teruji kebenarannya karena merupakan bagian dari aplikasi yang dikeluarkan dan dikelola oleh PT KSEI sebagai tempat pencatatan transaksi di bursa. Data yang tersaji merupakan hasil pemrosesan beberapa sistem informasi atau aplikasi terkomputerisasi yang saling berhubungan seperti: JATS, e-CLEAR dan C BEST dimana masing-masing sistem memiliki tingkat keamanan yang baik dengan didukung oleh perangkat keras dan lunak yang memenuhi standar yang ada. Sedangkan untuk laporan dari pihak lain di luar PT KSEI secara manual dan tidak langsung dari sumbernya, dimungkinkan adanya manipulasi data oleh oknum terkait. Sehingga investor dapat mempergunakan data tersebut sebagai

(35)

acuan saat memperbandingankannya dengan laporan dari Perusahaan Efek atau Bank Kustodian.

E. Evaluasi Efisisensi Fasilitas AKSes

Seberapa besar penggunaan sumber daya dalam mencapai tujuan yang yang telah ditetapkan sebelumnya merupakan acuan dari efisiensi. Efisiensi suatu sistem pada umumnya dapat dinilai dari besarnya penghematan terhadap penggunaan sumber daya, seperti SDM, waktu, uang, dan sebagainya, untuk mencapai tujuannya.

Sebagaimana pemaparan teori pada bab sebelumnya, efisiensi dapat dihitung dengan membandingkan antara input yang digunakan dengan output yang dihasilkan. Sehingga biasanya efisiensi digambarkan sebagai rasio antara input dengan output. Namun efisiensi suatu sistem juga dapat dicerminkan dari kemampuan sistem tersebut dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau transaksi dengan benar.

Ukuran yang biasanya digunakan untuk menggambarkan efisiensi sistem yang bersifat online realtime ini adalah response time, yaitu lamanya waktu mulai dari pengumpulan satu input transaksi ke dalam sistem sampai dengan diterimanya satu karakter pertama output. Tetapi karena adanya keterkaitan Fasilitas AKSes dengan sistem lain sebagai pengolah dan penyimpan data yang ditampilkan pada fasilitas ini, maka dalam pengukuran efisiensi pada sistem ini akan dilihat dari perbandingan kecepatan penyampaian informasi kepada investor atau nasabah sebelum dan sesudah adanya Fasilitas AKSes. Hal-hal yang akan

(36)

diperbandingan antara lain lamanya waktu pengaksesan data, jumlah data yang dapat diakses dan biaya yang diperlukan.

Menurut informasi dari beberapa investor, setelah adanya Fasilitas AKSes, waktu yang digunakan untuk mendapat informasi terkait posisi dan mutasi Efek miliknya menjadi lebih cepat dibandingkan sebelum adanya fasilitas tersebut. Bagaimana tidak, sebelumnya investor tidak dapat langsung melakukan pengecekan ke KSEI untuk mengetahui posisi rekening Efek yang ia miliki. Perusahaan Efek atau Bank Kustodian tempat investor terdaftar menjadi nasabah merupakan tempat investor mendapatkan informasi seputar Rekening Efeknya.

Dengan Fasilitas AKSes, investor tidak perlu lagi hanya menunggu laporan saldo Rekening Efeknya dari Perusahaan Efek atau Bank Kustodian yang biasanya dikirimkan lewat jasa pos atau kurir. Pengiriman tersebut tentu saja akan memakan waktu yang lebih lama bila dibandingkan dengan pengunduhan langsung oleh investor untuk informasi yang sama melalui media internet. Pengiriman lewat jasa kurir atau pos memerlukan waktu paling tidak dalam hitungan jam, sedangkan dengan media internet hanya membutuhkan waktu dalam hitungan detik atau menit.

Selain melalui laporan periodik yang biasanya dikirim kepada investor per bulan, investor dapat juga menelepon langsung ke customer service Perusahaan Efek atau Bank Kustodian untuk bertanya secara langsung posisi saldo Rekening Efeknya. Walaupun komunikasi secara langsung ini terhitung lebih cepat dibandingkan laporan bulaanan, tetap saja pengunduhan informasi dari Fasilitas AKSes melalui media internet lebih cepat dan lebih efektif. Percakapan melalui

(37)

media telepon tentu saja memerlukan beberapa urutan pertanyaan seperti: diawali dengan sapaan, dilanjutkan dengan mengemukakan data diri dan kemudian memulai pertanyaan terkait Rekening Efek.

Informasi yang diperoleh dari Fasilitas AKSes juga lebih lengkap dibandingkan dengan informasi dari laporan bulanan maupun melalui percakapan lewat telepon. Dengan mengakses Fasilitas AKSes, bukan hanya informasi seputar posisi dan mutasi Rekening Efek saja yang bisa di dapat, ada juga informasi nilai tukar mata uang asing terhadap rupiah, top gainer, top looser, berita ekonomi terkini, corporate actions dan lain sebagainya.Untuk laporan bulanan kepada investor biasanya hanya terfokus kepada laporan posisi dan mutasi Efek saja. Sedangkan melalui media telepon, bisa juga dikembangkan pertanyaan seputar Rekening Efek, tetapi tentu saja tidak selengkap apa yang disajikan pada Fasilitas AKSes.

Fasilitas AKSes dapat menyajikan data sampai dengan 30 (tiga puluh) hari terakhir transaksi. Hal tersebut merupakan keuntungan lain dari pengaksesan fasilitas tersebut, dimana tidak semua laporan posisi Efek dari Perusahaan Efek atau Bank Kustodian menyampaikan data tersebut. Dengan keuntungan tersebut, investor dapat dengan mudah melakukan pengecekan terhadap kebenaran history data transaksi, mutasi serta saldo Efeknya.

Dari segi biaya, memang dengan mendapatkan laporan dari Perusahaan Efek atau Bank Kustodian investor atau nasabah tidak akan mengeluarkan biaya karena biaya kirim sudah menjadi kewajiban dari pengirim yakni Perusahaan Efek atau Bank Kustodian. Tetapi bila dibandingkan dengan informasi yang lebih

(38)

banyak dan up to date yang bisa didapat dari Fasilitas AKSes dengan membayar sedikit biaya pulsa atau sewa untuk melakukan pengunduhan lewat internet, maka pengunduhan Fasilitas AKSes lewat internet dinilai lebih efisien. Sedangkan melalui media telepon, sekali lagi dinilai membutuhkan biaya paling banyak dibandingkan media yang lain karena seiring dengan banyaknya informasi yang dibutuhkan maka akan berimbas pada waktu percakapan yang semakin lama dan melonjaknya argo tagihan pulsa telepon. Sebagaimana kita tahu, sekarang ini tarif pulsa internet masih lebih murah dibandingkan tarif pulsa telepon.

Dapat dikatakan, dengan menggunakan Fasilitas AKSes, nasabah hanya perlu mengeluarkan waktu dan biaya yang lebih kecil dengan kemudahan mengakses data yang lebih besar dibandingkan dengan sebelum adanya fasilitas tersebut. Karena itulah, Fasilitas AKSes dinilai lebih efisien, karena dapat menghemat waktu, biaya dan tenaga nasabah dalam mendapatkan data terkait posisi dan mutasi lebih terpercaya dalam menyajikan data yang dapat dijamin kebenaran dan keakuratannya.

F. Kesinambungan Fasilitas AKSes dengan Peraturan

Sesuai Undang Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal pasal 56 ayat 4 dan 5, serta Peraturan Bapepam LK Nomor VI A.3 tentang Rekening Efek, pada fasilitas AKSes telah menampilkan data posisi, mutasi dan saldo Rekening dan Sub Rekening Efek milik nasabah selama tiga puluh hari terakhir. Sebagai suatu informasi yang penting bagi nasabah, data yang ditampilkan pada fasilitas AKSes telah terjamin. Hal tersebut dikarenakan sebelum fasilitas ini diluncurkan ke publik, telah dilakukan serangkaian pemeriksaan yang mendalam dan

(39)

menyeluruh oleh konsultan independen dengan hasil akhir bahwa Fasilitas AKSes KSEI dinyatakan cukup aman untuk dioperasikan. Pemeriksaan tersebut bertujuan untuk memastikan bahwa semua risiko telah ditekan ke titik yang terendah dan untuk menghindari terjadinya kekeliruan data saat digunakan oleh investor. Sebagaimana amanat yang ada pada surat Bapepam-LK No.: S-4882/BL/2009 tanggal 8 Juni 2009 bahwa setiap investor berhak untuk memperoleh fasilitas kartu AKSes ini melalui perusahaan efek, PT KSEI telah melakukan serangkaian acara untuk memperkenalkan fasilitas AKSes dan menarik investor untuk segera melakukan pendaftaran guna memperoleh Kartu Akses sebagai kartu identitas tunggal. Serangkaian acara yang telah dilakukan adalah sosialisasi ke berbagai kota, lomba menulis berita tentang AKSes, lomba keaktifan perusahaan Efek dalam menarik investor mendaftar AKSes, dan lain sebagainya.

Hal tersebut terbukti ampuh, dari awal peluncurannya sampai dengan bulan Mei 2011 sudah 50% (lima puluh persen) investor yang memiliki Kartu AKSes. Kesuksesan ini, tidak lain adalah berkat kerja keras Tim AKSes yang tangguh.

Referensi

Dokumen terkait

nol. Sebaliknya jika nilai probabilitas p dari statistik J-B kecil atau signifikan maka kita menolak hipotesis bahwa residual mempunyai distribusi normal karena nilai statistik

Berkaitan dengan komodifikasi musik Zapin sebagai budaya populer tidak dapat dilepaskan dari musik Zapin tradisi dengan landasan bentuk, fungsi, makna, dan konsep estetika

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Hibah Proposal Program Kreatifitas Mahasiswa yang Berjudul

Sementara dalam permasalahan yang dibahas pada skripsi ini, bentuk kemanfaatan yang dimaksud adalah BPOM menjalankan serangkaian tugas, fungsi dan kewenangannya

Pada minggu ini, secara keseluruhannya, proses pengajaran dan pembelajaran dapat dijalankan dengan baik seperti yang dirancang. Walau bagaimanapun, saya masih

Sales office Sheraton Hotel Sheraton, Bandara Soekarno Hatta Cengkareng, Jln Prof.. Ir.Sedyatmo Sales office Kota Kasablanka Mall Kota Kasablanca , Lantai 1 no 159 , JL Kasablanca

Jumlah Saham yang ditawarkan 412.981.464 Saham Biasa Atas Nama dengan Nilai Nominal Rp.

Pemilihan model ini adalah lantaran sifat atau gaya pengurusan konflik yang terdapat dalam model ini yang sama dengan apa yang dianjurkan oleh Islam.. Walaupun sudah terdapat