Implementasi Program Information Skills di Universitas Indonesia 1 Mohamad Aries2
Pendahuluan
Universitas Indonesia (UI) memiliki rencana strategi dalam dua hal. Meningkatkan kualitas pendidikan/pengajaran yang berdaya saing tinggi dan mengembangkan kegiatan riset yang unggul. Kedua hal tersebut tercermin dalam visi UI untuk menjadi universitas riset yang berskala internasional. Untuk mencapai visi tersebut tentu tidak mudah karena banyak tantangan yang harus dihadapi, baik dari dalam maupun dari luar UI. Beberapa tantangan antara lain adalah dampak perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) terhadap metode pembelajaran dan riset, dan tuntutan kualitas pendidikan sebagai bentuk tanggung jawab UI kepada stakeholders. Pemberian akreditasi dan peringkat dari lembaga-lembaga nasional dan internasional juga merupakan tantangan yang harus dihadapi.
Salah satu faktor yang penting dalam menunjang proses pembelajaran dan riset di UI adalah ketersediaan sumber daya informasi yang komprehensif dan dapat diakses dengan cepat dan mudah. UI memiliki sumber daya informasi yang cukup banyak dan tersebar di perpustakaan fakultas dan lembaga. Saat ini, sumber daya informasi berupa koleksi yang terdata kurang lebih 700.000 rekod, termasuk buku, skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian, makalah, dan prosiding. Koleksi tersebut bertambah setiap tahun. Selain itu, UI juga melanggan beberapa database online yang berisi e-journal dan e-book.
Dengan perkembangan TIK, khususnya Internet, sumber daya informasi yang tersedia baik di dalam dan di luar UI berkembang dengan pesat. Bentuk dan format sumber informasi kini lebih bervariasi dan kompleks, tidak hanya dalam bentuk tercetak tapi elektronik dan dijital. Untuk itu diperlukan pengetahuan dan ketrampilan dalam mencari dan menggunakan sumber informasi secara efektif bagi pustakawan, mahasiswa maupun pengajar.
1 Makalah disampaikan pada “Seminar dan Pelatihan Information Literacy", 10-12 Desember 2007.
Menara UPH, Lippo Karawaci, Tangerang.
2
Pembelajaran dan Information Literacy
Secara umum belajar merupakan penjabaran mengenai bagaimana data dan informasi diperoleh dan kemudian diproses menjadi pengetahuan oleh mahasiswa. Dan hasil dari proses belajar diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan pengetahuan baru. Dalam proses belajar dipengaruhi oleh kondisi internal dan ekternal. Kondisi internal meliputi sumber daya (memori, pengetahuan, atau ketrampilan) yang telah dimiliki oleh mahasiswa sebagai hasil dari proses belajar terdahulu. Kemudian secara sengaja dan aktif membangun pengetahuannya dengan cara mengolah informasi yang baru diperolehnya dan mengaitkannya dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya.
Kondisi eksternal dalam proses belajar mencakup aspek-aspek di luar diri mahasiswa, seperti bahan-bahan pembelajaran yang tersedia dan metode yang dirancang atau dipersiapkan dengan tepat untuk suatu pembelajaran. Termasuk dalam aspek ini adalah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dan cara-cara penggunaan sumber daya sarana dan prasarana untuk menunjang pembelajaran. Untuk mengantisipasi perkembangan informasi yang semakin bervariasi dan kompleks, diperlukan ketrampilan bagaimana mengelola informasi (information literacy)
Salah satu upaya meningkatkan proses pembelajaran di UI adalah memberikan pendidikan dasar yang disebut Program Dasar Pendidikan Tinggi (PDPT) dengan menggunakan metode Collaborative Learning (CL) dan Problem Based Learning (PBL) serta Computer Mediated Learning(CML). Model CL merupakan proses belajar kelompok dimana setiap anggota menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, dan pendapatnya, kemudian secara bersama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota. Sedangkan model PBL adalah metode belajar dengan menggunakan permasalahan sebagai pemicu dalam mengumpulkan dan membangun pengetahuan baru. Pelaksanaan program CL dan PBL didukung dengan CML, yaitu sarana yang digunakan untuk bebrdiskusi dan berinterkasi secara online. Model pembelajaran apapun yang digunakan pasti memerlukan informasi. Dan untuk itu, mahasiswa dibekali dengan ketrampilan menggunakan informasi (information skills).
Batasan dan Model Information Skills
Istilah information skills (IS) secara harafiah diartikan sebagai ”ketrampilan informasi”, yaitu ketrampilan dalam menangani informasi. Banyak batasan atau definisi IS dilontarkan oleh para ahli sejak tahun 1980, diantaranya oleh Marland (1981), Irving (1985), Kuhlthau (1989), Kirk (1996), Eisenberg (2004) dan sebagainya. Istilah IS dikembangkan oleh para peneliti dan para ahli yang berkecimpung dalam bidang informasi yang mengaitkannya dengan konteks
information literacy (IL). Oleh karena itu, istilah IS sering pula dihubungkan dengan
IL yang lebih dulu perkenalkan oleh Zurkowski pada tahun 1974.
Konsep IS tidak dapat dipisahkan dari IL, bahkan kedua istilah tersebut sering digunakan untuk konsep yang sama, yaitu kemampuan mengakses, mengevaluasi dan menggunakan informasi. Bruce (1997) mengatakan bahwa konsep IL dipengaruhi oleh lima konsep lain yang terkait dengan tumbuhnya masyarakat informasi
(information society). Kelima konsep tersebut adalah computer literacy, IT literacy, library skill, information skill dan learning to learn.
Konsep IL lebih luas dan abstrak, sedangkan IS lebih operasional. Menurut kamus
Oxord, literacy adalah kemampuan membaca dan menulis, sedangkan skill adalah kemampuan melakukan sesuatu dengan baik. Seseorang dikatakan sudah information literate bila sudah memiliki pengetahuan informasi apa yang dibutuhkan, kemudian bagaimana menggunakannya secara efektif. Secara umum, IS menekankan pada proses intelektual dalam mengelola informasi. Dan dengan IS, seseoang akan memiliki teknik dan ketrampilan untuk menggunakan alat-alat bantu dan sumber informasi utama untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi.
Tujuan Program IS
Di kampus, mahasiswa dihadapkan pada berbagai macam permasalahan yang berkaitan dengan kuliahnya. Berbagai macam tugas, kuis, ujian, diskusi, seminar dan kegiatan lain harus diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Bahkan waktu liburpun sering digunakan untuk melakukan kegiatan belajar. Dalam kesibukan mahasiswa tersebut diperlukan cara-cara dan strategi belajar yang efektif.
Melalui program IS, mahasiswa diharapkan memiliki ketrampilan dan pengetahuan dalam memenuhi kebutuhan informasinya, trampil menggunakan sarana TI untuk mencari dan menemukan sumber informasi utama. Diharapkan pula mahasiswa dapat mengembangkan cara-cara berpikir yang lebih kritis dan dapat menempatkan diri di tengah-tengah masyarakat yang terus berkembang. Tujuan lebih jauh adalah mempersiapkan mahasiswa menjadi pembelajar sepanjang hayat yang merupakan tujuan akhir dari individu yang information literate.
Tugas Pustakawan dalam Program IS
Dalam proses pembelajaran, metode apapun yang digunakan pasti memerlukan informasi. Demikian pula dalam proses penelitian, sudah pasti membutuhkan informasi ilmiah, seperti jurnal-jurnal ilmiah dan hasil-hasil penelitian. Pustakawan memiliki tugas menyediakan berbagai sumber informasi untuk digunakan oleh sivitas akademika dan meningkatkan ketrampilan informasi mahasiswa. Pustakawan juga memiliki kompetensi mengembangkan pembelajaran dengan melibatkan diri dalam program IS karena pustakawan bekerja langsung berhubungan dengan sumber informasi.
Dalam program IS di UI, tugas pustakawan pertama kali mempersiapkan proposal kegiatan yang berisi rincian program IS dan ditujukan kepada Kepala Perpustakaan. Dengan cepat, Kepala Perpustakaan merespon dan mengumpulkan beberapa pustakawan untuk membahas pelaksanaannya. Kemudian Kepala Perpustakaan melaporkan kepada Rektor dan menghubungi pihak akademik. Setelah itu, pustakawan mulai menyusun materi IS, jadwal dan tempat pelaksanaan.
Dalam program IS, tugas pustakawan adalah sebagai fasilitator yang memberikan bimbingan, pengajaran dan pelatihan untuk menggunakan alat-alat bantu pencarian dan mencari sumber informasi yang sahih dalam bentuk tercetak dan elektronik. Bila ada pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan pencarian informasi pustakawan harus dapat menjawabnya dengan baik. Untuk itu pustakawan sudah mengetahui sumber-sumber informasi yang ada di fakultasnya dan sumber-sumber informasi lain yang sahih (authoritative) dan dapat diakses dengan mudah dan cepat.
Pelaksanaan Program IS
Program IS dapat dilaksanakan dengan beberapa cara. Pertama, program IS
dilaksanakan sebagai bagian dari program orientasi perpustakaan (library orientation). Materi yang diberikan biasanya bersifat umum dan lebih mengarah ke library skills. Untuk materi IS yang lebih rinci dan komprehensif, program IS dilaksanakan sebagai bagian dari pendidikan pemakai (user education). Untuk ini, program IS ini dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan program studi di fakultas, seperti kebutuhan mahasiswa sarjana atau pascasarjana untuk jurusan suatu bidang yang khusus. Dalam hal-hal tertentu, program IS diberikan sesuai dengan kebutuhan, misalnya program IS
diberikan kepada para pengajar, peneliti, fasilitator atau pengajar mata kuliah metodologi penelitian.
Selain itu, program IS juga dilaksanakan sebagai bagian dari Program Dasar Perguruan Tinggi (PDPT). Program ini ditujukan pada mahasiswa baru di awal semester untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan dasar mahasiswa untuk belajar secara efektif dan mandiri serta mengembangkan sikap-sikap yang positif. Materi IS diberikan dalam jadwal yang khusus dan terpisah dari program lain, tapi masih dalam program PDPT.
Program IS dapat dilaksanakan sebagai bagian dari kuliah metodologi penelitian. Dalam kuliah itu, terdapat materi yang memberikan penjelasan, pengetahuan dan ketrampilan tentang proses mencari informasi, menggunakan, mengevaluasi dan menggabungkannya secara beretika untuk tujuan penulisan ilmiah. Diharapkan pula, program IS dapat diintegrasikan kedalam setiap mata kuliah karena ketrampilan informasi diperlukan untuk memperoleh informasi sesuai dengan mata kuliah yang diajarkan. Untuk itu pengajar sudah dibekali dengan ketrampilan informasi yang diberikan oleh pustakawan pada kesempatan tertentu.
Hambatan Pelaksanaan Progam IS
Pada pelaksanaannya, program IS belum berjalan dengan baik. Selain masih relatif baru, program ini masih belum dikenal di kalangan mahasiswa dan pengajar. Setiap kali pelaksanaan IS dilakukan oleh perpustakaan, jumlah peserta sedikit, berkisar 6
sampai dengan 28 mahasiswa. Tapi bila pelaksanaannya melibatkan pengajar atau bagian akademik, jumlah peserta lebih besar, sekitar 40 peserta setiap kelas.
Hambatan yang sangat besar dalam pelaksanaan IS adalah kurangnya tenaga pustakawan, terutama yang memiliki hard skills dalam pengetahuan IT dan sumber-sumber informasi, dan soft skills dalam penyampaian materi dan komunikasi dengan mahasiswa dan pengajar. Masih banyak pustakawan di UI yang belum memiliki pengetahuan dan ketrampilan IS. Pustakawan yang ada sudah disibukan dengan kegiatan rutin sehingga sulit membagi waktunya. Untuk itu dilakukan pelatihan IS
bagi pustakawan terlebih dahulu dan sekaligus sosialisasi program IS.
Untuk melaksanakan program IS dibutuhkan sarana dan prasarana yang baik, seperti ruang kelas dengan sarana presentasi, ruang komputer dan jaringan Internet. Di beberapa lokasi sarana dan prasarana tersebut belum memadai, ruang komputer masih kurang dan jaringan Internet sering terganggu. Dan hal lain yang menjadi hambatan adalah kurangnya dukungan dari pihak pengajar dan pihak akademik terhadap program IS. Kurangnya dukungan dikarenakan ketidaktahuan tentang IS dan kesulitan dalam menyediakan waktu.
Modul Program IS
Pelaksanaan program IS dilengkapi dengan modul yang terdiri atas modul untuk mahasiswa dan modul untuk fasilitator. Modul IS diadopsi dari Unesco dengan perubahan dan penanmbahan yang disesuaikan dengan kebutuhan di UI. Modul IS
berisi paket-paket ketrampilan sebagai berikut,
1) Paket Dasar, berisi tentang Pengenalan perpustakaan dan sumber-sumber informasi
2) Paket Lanjulan 1, berisi tentand Strategi pencarian informasi dan evaluasi hasil pencarian informasi di Internet
3) Paket Lanjutan 2, berisi tentang Strategi pencarian informasi dan evaluasi hasil pencarian dari database online yang dilanggan
Materi Modul IS
Program Topik Tujuan Kegiatan Target Waktu
Paket Dasar Pengenalan
perpustakaan dan sumber-sumber informasi Mengenal perpustakaan dan sumber informasi tercetak dan elektronik Kuliah Kunjungan Praktek Mahasiswa baru 2 sesi
Paket lanjutan 1 Strategi pencarian informasi dan evaluasi hasil pencarian informasi di Internet
Menggunakan cara-cara yang efektif mencari informasi di Internet Kuliah Diskusi Praktek Mahasiswa S1 dan S2 4 sesi
Paket lanjutan 2 Strategi pencarian informasi dan evaluasi hasil pencarian dari database online
Menggunakan cara-cara yang efektif mencari informasi di database online Kuliah Diskusi Praktek Mahasiswa S1 dan S2 4 sesi
Paket lanjutan 3 Plagiarisme, hak cipta, HAKI dan sitasi bibilografi
Memahami hak cipta karya orang lain dan teknis pengutipan Kuliah Diskusi Praktek Mahasiswa S1 dan S2 4 sesi
Modul IS dapat dilaksanakan dalam model collborative learning dan problem-based learning (PBL) sebagai bagian dari program pendidikan dasar mahasiswa dengan tahapan sebagai berikut:
1) Pemberian dan penjelasan teks pemicu oleh fasilitator
2) Pembentukan kelompok diskusi yang terdiri dari focus group dan home group
3) Pengkajian masalah dan alternative pemecahan masalah oleh kelompok diskusi 4) Pencarian dan pengumpulan informasi secara mandiri dan kelompok
5) Perefleksian pengalaman belajar dibimbing oleh fasilitator 6) Pembuatan laporan dan portofolio
7) Penyajian dan tanya jawab hasil belajar
8) Evaluasi hasil belajar oleh fasilitator dan anggota kelompok
Paket-paket tersebut disampaikan dengan cara kuliah, diskusi dan praktek. Kuliah diberikan di kelas atau labkom, menjelaskan isi materi (pemicu) dan tujuan yang akan dicapai. Kemudian mahasiswa melakukan diskusi dalam focus group dan home group, membahas permasalahan dan alternatif pemecahannya serta menentukan
sumber-sumber informasi yang akan digunakan. Dalam diskusi, setiap mahasiswa aktif memberikan ide dan pemikiran.
Langkah berikutnya, mahasiswa berusaha mencari dan mengumpulkan informasi yang sesuai dengan permasalahan yang diberikan. Pengumpulan informasi dilakukan melalui berbagai sumber informasi yang terdapat di perpustakaan, Internet, dan di tempat konsultasi dengan nara sumber. Setelah itu, setiap kelompok menyusun laporan untuk dipresentasikan di depan kelompok lain.
Evaluasi dilakukan pada setiap mahasiswa untuk mengetahui pengalaman belajar yang telah dilakukan secara individu dan kelompok.
Kesimpulan
Penyelenggaraan program IS di UI belum berjalan sebagaimana seharusnya namun demikian program IS akan terus dilaksanakan. Program IS sangat diperlukan untuk membantu mahasiswa dan pengajar dalam peningkatan pengetahuan dan ketrampilan mengelola sumber informasi. Program IS harus dievaluasi dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan tertentu.
Program IS merupakan bagian dari pendidikan pemakai perpustakaan yang dirancang khusus secara sistematis dan komprehensif dengan melibatkan pengajar dan bagian akademik. Untuk itu program IS membutuhkan pustakawan yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam mengelola informasi, menggunakan sarana TI dan menyampaikannya kepada mahasiswa dan pengajar.
Referensi
1) Bruce, Christine (1977). Seven faces of information literacy. Adelaide: Auslib Press.
2) Eisenberg, Michael B. dan Berkowitz, Robert E. (2001). The big6 information problem-solving approach. Richmond Beach: http://www.big6.com.
3) Herring, James E. (2004). The Internet and information skills. London: Facet Pulishing.
4) Universitas Indonesia (2005). Buku referensi system penjaminan mutu akademik Uinversitas Indonesia. Depok: Badan Penjaminan Mutu Akademik.
5) Webber, Sheila dan Johnton, Bill (2006). Perspective on the infoormation literate university. SCONUL 33: http://www.sconul.ac.uk/pub_sstats/newsletter/33/12.pdf.