DASAR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Mememenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun Oleh:
Lucia Resti Andani
139114110
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
The way get started is to quit talking and begin doing. -Walt Disney
Do what you can with all you have, wherever you are. =Theodore Roosevelt
All our dreams can come true, if we have the courage to pursue them. -Walt Disney
Saya persembahkan karya ini untuk:
Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan berkat bagi saya
Papa, Mama, Mas Danis, serta mertua saya, Alm. Papa Alarik dan Mama Ade yang selalu membantu dan mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini
DASAR
Lucia Resti Andani
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan senam otak pada prestasi belajar matematika siswa kelas 3 SD. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen dengan desain Pre-Test and Post-Test Control Group Design. Desain ini memiliki kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan yang dilakukan secara random assignment. Subjek penelitian adalah siswa kelas 3 SD Mardi Yuana Cilegon yang terdiri dari 20 subjek di kelompok eksperimen dan 20 subjek di kelompok kontrol. Kelompok eksperimen mendapatkan perlakuan berupa pelatihan senam otak sedangkan kelompok kontrol tidak mendapatkan perlakuan. Prestasi belajar matematika diukur dengan tes matematika yang berisi 26 soal dan dilaksanakan selama 60 menit. Penelitian ini menggunakan teknik analisis Mann-Whitney. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan dalam hal prestasi belajar matematika antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen (z= -3402, p= 0.001, p<0.01). Artinya, pelatihan senam otak berpengaruh dalam meningkatkan prestasi belajar matematika pada siswa kelas 3 SD.
SCHOOL
Lucia Resti Andani
ABSTRACT
The current experimental study was aimed to investigate the effect of brain gym training on mathematics learning achievement in third grade elementary school students. The study design was pre-test and post-test control group design. This design has experimental and control group done with randomly assignment. The participants were third grade students of SD Mardi Yuana Cilegon comprised of 20 group subjects in the experimental group and 20 subjects in the control group. The experimental group received brain gym training, while the control group did not receive any treatment. Students’ mathematics learning achievement was measured by math test containing 26 item and was adjusted in 60 minutes. This study used Mann-Whitney analysis. The results showed that z= -3402, p= 0.001 (p<0.01). This shows there was a significant differences between the experimental and control group. Brain gym training has significant effect to improve mathematics learning achievement in third grade elementary school students.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pelatihan Brain Gym Terhadap Prestasi Belajar Matematika pada Siswa Kelas III Sekolah Dasar”. Selama penulisan skripsi, peneliti tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M. Psi. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dan Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu bersedia menyediakan waktu, memberikan masukan dan saran dalam proses penulisan skripsi.
2. Ibu Monica Eviandaru Madyaningrum, Ph. D. selaku Ketua Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
3. Segenap Dosen Fakultas Psikologi dan semua jajaran staf serta seluruh karyawan yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat dan bantuan selama perkuliahan sampai penulisan skripsi selesai.
4. Kepala Sekolah dan Guru Kelas 3 SD Marsudirini Kemang Pratama Bekasi yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan pilot study dan try out.
5. Kepala Sekolah dan Guru Kelas 3 SD Mardiyuana Cilegon yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan pengambilan data dan melakukan penelitian. 6. Kedua orangtua saya Yohanes Dwiyanto dan E. Sri Rejeki serta mertua saya Alm.
skripsi.
8. Seluruh teman-teman tersayang “Geng Ular” yang selalu setia menemani dan mendukung dari awal perkuliahan sampai penulisan skripsi selesai.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Terimakasih.
Yogyakarta, 23 Oktober 2018
HALAMAN JUDUL ……… i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN ……… ii
HALAMAN PENGESAHAN ……….... iii
HALAMAN MOTTO ………. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ………. v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……… vi
ABSTRAK ……… vii
ABSTRACT……….………... viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ……… ix
KATA PENGANTAR ………... x
DAFTAR ISI ………. xii
DAFTAR TABEL ………. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ……… xiv
BAB I. PENDAHULUAN ……….. 1
A. Latar Belakang ……… 1
B. Rumusan Masalah ……… 7
C. Tujuan Penelitian ………. 7
D. Manfaat Penelitian ……… 7
BAB II. LANDASAN TEORI ……… 8
A. Prestasi Belajar Matematika 1. Definisi Prestasi Belajar Matematika ……… 8
1. Pengertian Senam Otak ……… 12
2. Dimensi Senam Otak ……… 14
3. Manfaat Senam Otak ……… 16
4. Jenis-jenis Gerakan Senam Otak ………. 18
C. Siswa Kelas 3 SD ……… 24
D. Pengaruh Pelatihan Senam Otak Terhadap Prestasi Belajar Matematika ……….. 25
E. Hipotesis Penelitian ………. 30
BAB III. METODE PENELITIAN ……… 31
A. Jenis Penelitian ………. 31
B. Identifikasi Variabel ………. 32
C. Definisi Operasional Variabel ………. 32
D. Desain Eksperimen ……….. 34
E. Subyek Penelitian ……… 36
F. Blue Print Tes Prestasi Belajar Matematika Kelas 3 SD …… 37
G. Blue Print Tes Prestasi Belajar Matematika Kelas 3 SD Setelah Seleksi Item ……… 38
H. Modul Senam Otak ………. 38
I. Prosedur Penelitian ………. 38
J. Pilot Study ……… 40
K. Instrumen Penelitian ……….. 40
L. Metode Analisis Data ………. 41
A. Deskripsi Subjek Penelitian ……….. 44
B. Pelaksanaan Penelitian ………. 44
C. Hasil Penelitian ……… 45
D. Pembahasan ………. 49
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 54
A. Kesimpulan ………. 54
B. Keterbatasan ……… 54
C. Saran ……… 55
DAFTAR PUSTAKA ………... 56
Tabel 1. Blue Print Tes Prestasi Belajar Matematika Kelas 3 SD …. 37
Tabel 2. Blue Print Tes Prestasi Belajar Matematika Kelas 3 SD
Setelah Seleksi Item ………. 38
Tabel 3. Deskripsi Subjek Penelitian ……… 44
Tabel 4. Data Deskriptif Penelitian ……… 46
Tabel 5. Hasil Uji Normalitas ……….. 47
Tabel 6. Hasil Uji Homogenitas ………. 47
Lampiran A. Modul Senam Otak ……… 61
Lampiran B. Taraf Kesulitan Item ……... 65 Lampiran C. Blue Print Tes Prestasi Belajar Matematika ……….. 66 Lampiran D. Blue Print Tes Prestasi Belajar Matematika Setelah
Seleksi Item ……….………. 67
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika atau berhitung sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari. Setiap hari, bahkan setiap menit matematika banyak digunakan. Pada
saat belanja, menghitung benda, waktu, tempat, jarak dan kecepatan
merupakan fungsi matematis. Pengukuran panjang, berat dan volume juga
merupakan fungsi matematika, dengan kata lain matematika sangat penting
bagi kehidupan kita (Suyanto, 2005). Pelajaran matematika dianggap oleh
kebanyakan siswa sebagai pelajaran yang lebih sulit dibandingkan pelajaran
lain. Usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan matematika di Indonesia
telah lama dilaksanakan, namun keluhan tentang kesulitan belajar matematika
masih saja terus dijumpai (Irmansyah, 2011).
Tingkat kemampuan siswa di Indonesia dalam matematika masih
mendapatkan peringkat rendah. Hasil Trends in Mathematics and Science
Study (TIMSS) tahun 2015 untuk bidang Matematika, Indonesia berada di
urutan ke-45 dari 50 negara dengan skor 397 dari rata-rata skor 500
(Kemdikbud, 2015). Skor Indonesia turun 11 poin dari penilaian tahun 2007
(Ester Lince, 2012). Hasil survey Program for International Student
Assessment (PISA) dalam kompetensi matematika sedikit meningkat dari 375
Prestasi belajar matematika merupakan perubahan tingkah laku yang
diperoleh melalui pengalaman-pengalaman siswa dari berbagai kegiatan
pemecahan masalah, seperti kegiatan mengumpulkan data, mencari hubungan
antara dua hal, menghitung, menyusun hipotesis, menggeneralisasikan dan
lain-lain sehingga diperoleh konsep-konsep dari hukum-hukum matematika
secara baik (Sudjana, 2013). Ada banyak faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar matematika. Dalyono (1997) membagi faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar matematika menjadi dua golongan yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang ada dalam
individu seperti faktor kesehatan, faktor intelegensi dan bakat, faktor minat
dan motivasi, dan faktor cara belajar. Faktor eksternal yaitu faktor yang ada
diluar individu seperti faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sekolah
merupakan tempat untuk belajar, terdapat beberapa hal yang memberi
pengaruh pada belajar siswa yaitu metode mengajar, kurikulum, relasi guru
dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disipilin sekolah, alat pelajaran dan
lain sebagainnya. Berdasarkan banyak faktor yang ada, metode mengajar
menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar matematika.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran matematika
pada umumnya masih terpusat pada guru (teacher centered), bukan pada
dan fun teaching. Model pembelajaran Realistic Mathematics Education
(RME) merupakan salah satu alternatif pembelajaran yang menuntut siswa
untuk mengkonstruksi pengetahuan dengan kemampuannya sendiri melalui
aktivitas yang dilakukannya dalam kegiatan pembelajaran. Metode fun
teaching juga dapat dijadikan salah satu alternatif kegiatan belajar mengajar.
Hal ini dikarenakan fun teaching mampu memberikan siswa yang
mengikutinya dapat memahami materi yang diajarkan dengan secara
menyeluruh. Metode fun teaching memberikan materi yang diajarkan melalui
ice breaking, permainan, bercerita, sistem kelompok dengan suasana yang
menyenangkan dan bergembira (Irmansyah, 2011).
Peneliti mencoba memperkenalkan suatu teknik yang membantu anak
sekolah dasar dalam meningkatkan kemampuan matematika. Berbeda dengan
metode RME, teknik yang akan digunakan peneliti ini berupa gerakan
motorik. Teknik yang akan digunakan peneliti menyerupai metode fun
teaching. Hal ini dikarenakan anak meningkatkan kemampuan berhitung
dalam suasana belajar yang menyenangkan. Suasana belajar yang
menyenangkan berarti anak berada dalam keadaan yang sangat rileks, tidak
ada sama sekali ketegangan yang mengancam dirinya baik fisik maupun non
fisik. Dalam praktek sehari-hari, metode yang digunakan oleh pendidik masih
bersifat konvensional sehingga hanya otak kiri saja yang mengalami
perkembangannya. Upaya untuk mengaktifkan semua dimensi otak bisa
dilakukan dengan senam otak atau Brain Gym.
Brain Gym dilakukan dengan cara menstimulasi gelombang otak
melalui gerakan-gerakan ringan dengan permainan melalui olah tangan dan
kaki seperti gerakan hooks-up (kait rileks), gerakan silang, saklar otak, titik
positif, lazy 8, menguap berenergi, pengisi energi, luncuran gravitasi, tombol
angkasa, dan pasang telinga dapat memberikan rangsangan atau stimulus pada
otak. Hal tersebut dapat meningkatkan kemampuan belajar dan pemusatan
perhatian atau konsentrasi dan pemusatan perhatian atau konsentrasi anak
karena seluruh bagian otak digunakan dalam proses belajar dan berkonsetrasi.
Berdasarkan teori-teori yang telah dipaparkan diasumsikan Brain Gym efektif
dalam meningkatkan konsentrasi belajar pada anak (Diana dkk 2017).
Senam otak dikenal sebagai pendekatan unik dalam bidang pendidikan
yang pertama kali diciptakan oleh Dennison (2008). Brain Gym adalah
serangkaian gerak sederhana yang menyenangkan untuk meningkatkan
kemampuan belajar anak dengan menggunakan keseluruhan otak.
Gerakan-gerakan ini membuat segala macampelajaran menjadi lebih mudah, dan
terutama sangat bermanfaat bagi kemampuan akademik (berhitung). Brain
Gym bermanfaat pula untuk melatih fungsi keseimbangan dengan merangsang
beberapa bagian otak yang mengaturnya. Senam otak adalah senam yang
berisi serangkaian gerakan sederhana yangdapat merangsang integrasi kerja
harmonis, sehingga dapat meningkatkan kemampuan memori, kemampuan
koordinasi tubuh, kemampuan motorik halusdan kasar, kemampuan
penanganan stress (coping), dan peningkatan kemampuan belajar individu.
Senam otak mempunyai banyak efek positif pada struktur dan fungsi otak,
termasuk menambah jumlah cabang-cabang dendrit, memperbanyak sinapsis
(hubungan antarsel saraf), meningkatkan jumlah sel penyokong saraf, dan
memperbaiki kemampuan memori (Sumaryanti, 2010).
Otak adalah bagian tubuh yang berfungsi sebagai pusat pengendali
organ-organ tubuh. Otak selalu berhubungan dengan inteligensia atau
kecerdasan seseorang. Otak juga merupakan pusat sistem pengendali pikiran
dan sistem tubuh yang menjalanakn beberapa fungsi secara bersamaan. Otak
memiliki fungsi penerima dan mengolah informasi, memberikan perintah,
menjalankan tugas rutin, menyimpan informasi. Otak ialah pusat segala
pikiran dan bila seseorang sehat maka segala aktivitas dapat berjalan dengan
baik. Melalui senam otak bagian-bagian otak yang sebelumnya tertutup akan
terbuka dan menandakan bahwa kegiatan belajar berlangsung dengan
menggunakan seluruh otak. Senam otak dapat dilakukan oleh segala usia,
mulai dari bayi hingga orang lanjut usia (Diana dkk, 2017).
Penelitian mengenai senam otak sudah banyak dilakukan. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian-penelitian tentang senam otak sebelumnya
adalah dalam hal subjek penelitian. Subjek dalam penelitian-penelitian
penelitian anak usia dini, brain gym memberikan pengaruh terhadap fungsi
kognitif pada anak usia dini (Astuti, 2015). Begitu juga pada penelitian usia
lanjut, terjadi peningkatan fungsi kognitif pada usia lanjut setelah melakukan
brain gym (Yusuf, dkk, 2010). Selain meningkatkan fungsi kognitif, brain
gym juga dapat menurunkan stress pada lansia (Sari, 2015) dan dapat
menurunkan tingkat demensia pada lansia (Septianti, 2016). Maka dari itu
peneliti ingin melakukan penelitian serupa dengan subjek anak Sekolah Dasar
Kelas 3. Hal ini dikarenakan belum ada penelitian serupa dengan subjek anak
Sekolah Dasar Kelas 3.
Piaget (dalam Desmita, 2009) menyatakan bahwa pemikiran
anak-anak sekolah dasar disebut pemikiran Operasional Konkret (Concret
Operational Thought). Kemampuan berpikir mereka sudah semakin baik
karena siswa mulai dapat memecahkan masalah konkrit dengan menggunakan
logika. Peneliti memilih siswa kelas 3 SD sebagai subjek karena pada tahap
ini, anak memiliki pemahaman yang lebih baik dalam hal hubungan spasial,
kategorisasi, penalaran, dan konversi. Melalui penelitian ini, diharapkan
bahwa efektivitas pembelajaran matematika dengan menggunakan metode
brain gym dapat dijadikan sebagai suatu alternatif pembelajaran matematika,
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan matematika melalui
Paparan di atas membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang pengaruh senam otak (Brain Gym) terhadap prestasi belajar
matematika siswa SD kelas 3.
B. Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh pelatihan senam otak (brain gym) terhadap
prestasi belajar matematika siswa SD kelas 3?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pelatihan senam otak
terhadap peningkatan prestasi belajar matematika siswa SD kelas 3.
D. Manfaat Penelitian
1) Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan menambah ilmu terutama dalam
bidang pendidikan, khususnya mengenai manfaat pelatihan brain gym
terhadap kemampuan matematika.
2) Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai sumber informasi bagi
masyarakat, keluarga, maupun institusi pendidikan mengenai metode dan
manfaat latihan senam otak (brain gym), terutama informasi tentang
ada-tidaknya peningkatan prestasi belajar anak kelas 3 SD pada mata pelajaran
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Prestasi Belajar Matematika
1. Definisi Prestasi Belajar Matematika
Sugihartono (2007) berpendapat bahwa prestasi belajar adalah hasil
pengukuran yang berwujud angka maupun pernyataan yang
mencerminkan tingkat penguasaan materi pelajaran bagi para siswa.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2005) matematika adalah ilmu
tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional
yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. James
dan James (dalam Russeffendi 1995) mengatakan bahwa matematika
adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan
konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya, dengan
jumlah yang banyaknya terbagi kedalam tiga bidang, yaitu aljabar,
analisis, dan geometri.
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan para ahli, maka dapat
dikatakan bahwa prestasi belajar matematika adalah tingkat penguasaan
siswa terhadap materi pelajaran matematika yang telah diperoleh dari
hasil tes belajar yang dinyatakan dalam bentuk skor.
2. Cara Mengukur Prestasi Belajar Matematika
Penilaian merupakan salah satu aspek yang hakiki daripada usaha itu
tertentu maka diperlukan pengukuran hasil dari proses belajar.
Sugihartono (2007) menyatakan bahwa pengukuran dapat diartikan
sebagai suatu tindakan untuk mengidentifikasikan besar-kecilnya gejala.
Hasil pengukuran dapat berupa angka atau uraian tentang kenyataan yang
menggambarkan derajat kualitas, kuantitas dan eksistensi keadaan yang
diukur.
Sugihartono (2007) menjelaskan dalam bidang pendidikan, untuk
mengetahui tingkat kemampuan siswa dapat digunakan:
a) Angka atau skor yang diperoleh kawan sekelasnya.
b) Batas penguasaan kompetensi terendah yang harus dicapai untuk
dapat dianggap lulus.
c) Prestasi anak itu sendiri di masa lampau.
d) Kemampuan dasar anak itu sendiri.
Adapun cara orang melakukan penilaian yaitu bisa melalui testing,
pemberian tugas, pertanyaan, dan sebagainya. Maksud penilaian hasil
belajar ini yaitu untuk mengetahui sejauh mana kemajuan siswa dalam
belajar. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pertanyaan dalam
mengukur prestasi belajar matematika siswa.
3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Prestasi Belajar Matematika
Slameto (2003) menyatakan bahwa pendidikan secara umum
merupakan suatu faktor rangkaian kegiatan komunikasi antar manusia.
belajar-mengajar yang dipengatuhi oleh faktor yang menentukan
keberhasilan siswa. Sehubungan dengan faktor yang menentukan
keberhasilan siswa dalam belajar ada beberapa faktor yang mempengaruhi
keberhasilan siswa untuk belajar menurut Dalyono (1997), yaitu:
a) Faktor Internal, yaitu yang muncul dari dalam diri sendiri, yaitu:
i. Faktor kesehatan, sehat dalam arti dalam keadaan baik
segenap badan beserta bagian-bagiannya atau bebas dari
penyakit. Proses belajar akan terganggu jika kesehatan
seseorang terganggu, selain cepat lelah, kurang bersemangat,
mudah pusing, juga mengantuk, kurang darah ataupun
kelainan fungsi alat indera tubuh lainnya.
ii. Faktor intelegensi dan bakat, seperti kecakapan untuk
menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru
dengan cepat dan efektif, mengetahui dan menggunakan
konsep yang abstrak secara efektif. Intelegensi besar
pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Siswa dengan
intelegensi tinggi akan lebih berhasil daripada siswa dengan
intelegensi rendah.
iii. Faktor minat dan motivasi, seperti dorongan yang membuat
seseorang berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Saat belajar, siswa yang mempunyai motif yang
mencapai prestasi yang tinggi. Hal tersebut juga sangat
berpengaruh dalam meraih prestasi belajar.
iv. Faktor cara belajar, keberhasilan studi siswa dipengaruhi cara
belajar siswa. Cara belajar yang efisien memungkinkan
mencapai prestasi lebih tinggi dibandingkan dengan cara
belajar yang tidak efisien. Cara belajar yang efisien
contohnya dengan berkonsentrasi saat belajar, membaca
dengan teliti bahan yang sedang dipelajari, dan mempelajari
kembali bahan yang telah diterima.
b) Faktor Eksternal, yaitu faktor yang muncul dari luar diri sendiri,
yaitu:
i. Faktor keluarga, kondisi keluarga yang harmonis dalam
keluarga dapat memberi stimulus dan respon yang baik dari
anak sehingga perilaku dan prestasinya menjadi baik.
Sebaliknya, jika keluarga broken home akan berdampak
negatif bagi siswa. Hal ini dikarenakan perilaku dan prestasi
siswa cenderung terhambat dan akan muncul masalah-masalah
dalam perilaku dan prestasinya.
ii. Faktor sekolah, diantaranya kurikulum, metode mengajar,
relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin
sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran,
menciptakan suasana belajar yang baik, siswa akan terdorong
untuk saling berkompetisi dalam pembelajaran yang
diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
iii. Faktor masyarakat, dalam hal ini adalah kegiatan siswa dalam
masyarakat, media massa, teman-teman bergaul dan bentuk
kehidupan masyarakat di lingkungan keluarga dan sekolah
maupun di luar dari kedua-duanya. Masyarakat yang terdiri
dari orang yang tidak terpelajar akan berpengaruh buruk pada
siswa. Sebaliknya, masyarakat yang terdidik dan terpelajar
akan mendorong semangat siswa untuk belajar lebih giat.
B. Senam Otak
1. Pengertian Senam Otak
Senam otak atau Brain Gym merupakan serangkaian gerakan
tubuh yang dikembangkan oleh Edu-K yaitu singkatan dari
Educational Kinesiology. Kinesiologi berasal dari kata Yunani
“kinesis” yang berarti gerakan, sehingga kinesiologi diartikan sebagai ilmu tentang gerakan tubuh manusia. Educational Kinesiology adalah
ilmu tentang gerakan tubuh dalam pendidikan. Edu-K pertama kali
dikembangkan oleh Dennison seorang pendidik dan pelopor penelitian
otak berkebangsaan Amerika bersama istrinya Gail seorang mantan
penari (Demuth, 2005). Lebih lanjut Demuth menjelaskan bahwa
adalah menarik keluar potensi belajar yang terpendam melalui gerakan
tubuh.
Brain Gym (Senam Otak) adalah serangkaian latihan gerakan
sederhana untuk memudahkan kegiatan belajar dan penyesuaian
dengan tuntutan sehari-hari (Muhammad, 2011). Brain Gym adalah
latihan yang dirancang untuk membantu fungsi otak yang lebih baik
selama proses pembelajaran. Latihan-latihan ini didasarkan pada
gagasan bahwa latihan fisik sederhana membantu aliran darah ke otak
dan dapat membantu meningkatkan proses belajar dengan memastikan
otak tetap waspada. Siswa dapat menggunakan latihan sederhana pada
mereka sendiri, dan guru dapat menggunakannya dalam kelas untuk
membantu menjaga tingkat energi sampai sepanjang hari (Ryan,
2013).
Brain Gym dilakukan untuk menyegarkan fisik dan pikiran
siswa setelah menjalani proses pembelajaran yang mengakibatkan
kelelahan dan ketegangan pada otak sehingga menurunkan konsentrasi
belajar pada siswa (Denisson, 2008). Senam otak (Brain Gym) adalah
serangkaian latihan gerak sederhana untuk memudahkan kegiatan
belajar dan penyesuaian dengan tuntutan sehari-hari (Demuth, 2005).
Berdasarkan pendapat di atasm, maka gerakan-gerakan senam
ringan yang dilakukan dalam senam otak, seperti melalui olah tangan
Stimulasi itulah yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif,
misalnya kewaspadaan, konsentrasi, dan kecepatan dalam proses
belajar, serta memori, pemecahan masalah, ataupun kreativitas.
2. Dimensi Senam Otak
Denisson (2006) membagi otak menjadi 3 dimensi. Gerakan brain
gym dibuat untuk menstimulasi (dimensi lateral), meringankan
(dimensi penfokusan), dan merelaksasi (dimensi pemusatan) siswa
yang terlibat dalam situasi belajar tertentu. Masing-masing dimensi
tersebut memiliki tugas-tugas antara lain:
a. Lateralisasi - Komunikasi (Kanan-Kiri)
Sisi tubuh manusia dibagi menjadi sisi kiri dan sisi
kanan. Dimensi lateralitas mengintegrasi belahan otak sisi kiri
dan otak sisi kanan. Otak bagian kiri aktif bila sisi kanan tubuh
digerakkan, demikian juga sebaliknya. Kemampuan seseorang
paling tinggi apabila kedua belahan otak bekerja sama dengan
baik. Senam otak memperkenalkan keterampilan berupa
gerakan yang dapat menstimulasi koordinasi kedua belahan
otak dan mengintegrasikan dua sisi tubuh agar bekerja sama
dengan baik. Keterampilan gerakan tersebut merupakan
b. Fokus Pemahaman (Muka-Belakang)
` Fokus adalah kemampuan untuk menyebrangi garis
tengah yang memisahkan bagian belakang otak (brainsterm)
dan bagian depan otak (frontal lobe). Hambatan yang terjadi
pada bagian otak ini akan menyebabkan seseorang mengalami
ketidakmampuan mengekspresikan diri dengan mudah.Anak
yang mengalami kurang fokus akan mengalami kesulitan
pemfokusan seperti kurang perhatian, kurang pengertian, dan
terlambat bicara. Kadangkala perkembangan refleks antara
otak bagian depan dan bagian belakang mengalami fokus yang
lebih (overfocused) dan berusaha terlalu keras.
Gerakan-gerakan yang membantu melepaskan hambatan fokus adalah
dengan aktivitas integrasi depan/ belakang (Dennison, 2006).
c. Pemusatan Pengaturan (Atas-Bawah)
Pemusatan mengintegrasikan sistem limbis (mid brain)
yang berhubungan dengan informasi emosional serta otak
besar (cerebrum) untuk berpikir yang abstrak. Dimensi
pemusatan menjelaskan kegiatan yang terkait dengan
pengorganisasian dan pengaturan. Ketidakmampuan untuk
mempertahankan pemusatan ditandai dengan ketakutan yang
3. Manfaat Senam Otak
Efektivitas Brain Gym dalam meningkatkan konsentrasi Belajar
Anak. Brain Gym dapat membantu anak belajar mengkoordinasikan
gerakan mata, tangan, dan tubuh karena gerakan Brain Gym adalah
suatu usaha alternatif alami yang sehat untuk menghadapi ketegangan
dan tantangan pada diri sendiri dan orang lain (Dennison, 2006).
Latihan meregangkan atau meringankan otot (gabungan dari ketiga
dimensi) menyangkut konsentrasi pengertian, dan pemahaman akan
mengaktifkan dimensi muka belakang yang bermanfaat, membantu
kesiapan dan konsentrasi untuk menerima hal baru, serta
mengekspresikan apa yang sudah diketahui. Gerakan dalam dimensi
ini membantu berkonsentrasi pada apa yang sedang dikerjakan dan
juga menolong mengingat apa yang telah dipelajari (Sari, 2006).
Senam otak atau Brain Gym merupakan serangkaian latihan yang
berbasis gerakan tubuh sederhana. Gerakan-gerakan yang ada di
dalamnya memang sengaja dibuat demikian untuk merangsang otak.
Dalam dimensi lateralis, yang mendapat rangsangan adalah otak kiri
dan kanan, sedangkan dalam dimensi pemfokusan, gerakan senam
otak pun berupaya meringankan atau merileksasi otak belakang dan
bagian otak depan. Sementara itu, pada dimensi pemusatan, gerakan
perasaan/emosional, yakni otak tengah (system limbic) dan otak besar
(Diana dkk, 2017).
Senam otak mendorong keseimbangan aktivitas kedua belahan otak
secara bersamaan sehingga diharapkan potensi kedua belahan otak akan
seimbang dan kecerdasan anak pun maksimal (Muhammad, 2011). Di
samping itu senam otak bisa membantu meningkatkan kecerdasan,
meningkatkan kepercayaan diri, dan menangani anak yang mengalami
masalah dalam proses belajar-mengajar. Senam otak juga sering
digunakan untuk terapi beberapa gangguan pada anak-anak, seperti
hiperaktif, gangguan pemusatan perhatian, dan emosional, serta sindrom
pada bayi, ataupun gangguan kemampuan belajar. Lebih dari itu, senam
otak bisa berpengaruh positif dalam menambah konsentrasi,
meningkatkan fokus dan daya ingat, serta mengendalikan emosinya
(Diana dkk, 2017).
Manfaat kegiatan senam otak antara lain:
a. Meningkatkan keseimbangan otak kanan-kiri (dimensi
lateralis-komunikasi).
b. Meningkatkan fungsi pemfokusan dan pemahaman.
c. Mengaktifkan fungsi pemusatan dan pengaturan.
d. Meningkatkan ketajaman pendengaran dan penglihatan.
f. Membantu pengurangan kesalahan membaca, memori dan
kemampuan komprehensif serta peningkatan rangsangan visual
pada penderita gangguan bahasa (Cahyo, 2011).
4. Jenis-Jenis Gerakan Senam Otak
Gerakan-gerakan yang dikembangkan Dennison (2008) yaitu:
a) Midline Movements
1) Gerakan Silang / Cross Crawl
2) Angka 8 Tidur / Lazy 8's
3) Coretan Ganda / Double Doodle
4) Angka 8
5) Gajah / The Elephant
6) Putaran Leher / Neck Rolls
7) Olengan Pinggul / The Rocker
8) Pernapasan Perut / Belly Breathing
9) Gerakan Silang Berbaring / Cross Crawl Sit-Ups
10)Mengisi Energi / Energizer
b) Lengthening Activities
1) Burung Hantu / The Owl
2) Mengaktifkan Tangan / Arm Activation
3) Lambaian Kaki / Footlex
4) Pompa Betis / Calf Pump
6) Pasang Kuda-Kuda / The Grounder
c) Energy Exercises
1) Minum Air / Drinking Water
2) Sakelar Otak / Brain Buttons
3) Tombol Bumi / Earth Buttons
4) Tombol Imbang / Balance Buttons
5) Tombol Angkasa / Space Buttons
6) Menguap Berenergi / Energy Yawn
7) Pasang Telinga / Thinking Cap
d) Deepening Attitudes
1) Kait Relaks / Hook-Ups
2) Titik Positif / Positive Points
Demuth (2005) menjelaskan bahwa sebelum melakukan senam
otak anak harus melakukan beberapa hal yang dikenal dengan PACE
(Positif, Active, Clear dan Energetic) yaitu:
a) Energetic(Minum Air)
Tubuh kita terdiri dari sekitar 70% air. Air sangat
diperlukan sebagai pengantar energi listrik. Semua aktifitas
listrik dan kimiawi di otak dan sistem saraf pusat tergantung
pada kelancaran pengaliran antara otak dan organ pancaindera.
Kemampuan pengaliran ini dapat ditingkatkan dengan minum
b) Sakelar Otak (Brain Button-Clear)
Pemijatan pada daerah sakelar otak (jaringan lunak di
bawah tulang selangka di kiri dan kanan tulang dada) dengan
tujuan untuk menjernihkan otak. Daerah yang dipijat adalah
titik dua jari di bawah tulang clavicula (tulang selangka)
dengan satu tangan, sedangkan tangan yang lainnya
menggosok daerah pusar.
c) Active
Cairan otak memiliki beberapa fungsi seperti
melindungi dari guncangan dan juga berfungsi sebagai elektris.
Otak manusia memerlukan sejenis alat elektro kimiawi agar
arus listrik mengalir. Jika aliran cairan otak tersendat-sendat
berdampak pada ketidakseimbangan dalam aliran informasi di
otak. Hal ini juga menghambat koordinasi sistem informasi
antara otak dengan badan. Active merupakan gerakan silang
(cross crawl) yang mampu melancarkan peredaran cairan otak
sehingga gangguan tersebut dihilangkan. Suatu gerakan silang
dengan menggerakkan tangan kanan bersamaan dengan kaki
kiri dan sebaliknya.
d) Positif
Latihan energi ini menghubungkan semua lingkungan
apabila energi beredar dengan lancar dibagian tubuh yang
awalnya tegang sehingga jasmani dan jiwa menjadi lega.
Gerakan bisa dilakukan dengan duduk, berdiri atau berbaring,
kaki disilangkan sambil tangan dijulurkan ke depan dengan
jempol kearah bawah, jari dua tangan disilangkan, tangan
diputar ke bawah dan ditarik sampai di muka dada. Tutup mata
dan tarik nafas mendalam sambil rileks selama 1-2 menit. Pada
saat menarik nafas, lidah ditempelkan di langit-langit mulut 1
cm di belakang gigi atau pada bagian yang biasanya disentuh
bila diucapkan huruf “D”. Pada waktu membuang nafas panjang melalui mulut, lidah dilepaskan lagi.
Gerakan Brain Gym yang digunakan dalam penelitian ini
adalah gerakan yang digunakan untuk merangsang kemampuan
matematika (Dennison, 2006) yaitu:
i. Burung hantu (the owl)
Gerakan burung hantu dilakukan dengan cara menaikan
otot bahu kiri dan kanan, menarik napas saat kepala berada di
posisi tengah. Kemudian menghembuskan napas ke samping
atau ke otot yang tegang sambil relaks. Gerakan burung hantu
dimaksudkan untuk melepaskan ketegangan tengkuk dan bahu
berat atau ketika mengkoordinasikan mata untuk membaca atau
kemampuan melihat dekat lainnya.
ii. Pompa betis (the calf pump)
Gerakan dengan memajukan badan ke depan dan buang
nafas, pelan-pelan telapak kaki belakang ke lantai, kemudian
angkat tumit ke atas sambil ambil nafas dalam. Gerakan ini di
ulang 3 kali tiap kaki. Semakin maju, menekuk lutut depan,
peregangan otot di betis belakang lebih terasa. Gerakan pompa
betis dimaksudkan untuk membantu lebih semangat dalam
belajar dan meningkatkan kemampuan bekerja dalam media.
iii. Luncuran gravitasi (the gravity glider)
Gerakan luncuran gravitasi ini berguna untuk
merelaksikan daerah pinggang, pinggul, dan sekitarnya.
Gerakan tersebut dapat dilakukan dengan berdiri atau dengan
duduk yang nyaman. Dalam melakukan gerakan tersebut
dengan menyilangkan kaki di pergelangan tangan depan, lalu
meluncurkannya ke daerah kaki.
iv. Coretan ganda (double doodle)
Gerakan coretan ganda ini adalah kegiatan
menggambar di kedua sisi tubuh yang dilakukan pada bidang
tengah untuk menunjang kemampuan agar mudah mengetahui
ganda dalam bentuk nyata adalah seperti gerakan lingkaran,
segitiga lingkaran, bintang, hati, dsb. Melakukan
gerakan-gerakan tersebut dengan menggunakan kedua tangan. Gerakan
coretan ganda dimaksudkan untuk memperbaiki penglihatan
perifer, memperbaiki kemampuan olahraga dan keterampilan
gerakan.
v. Gajah (the elephant)
Gerakan membuat belalai dengan menukuk lutut
sedikit, meletakan telinga di atas bahu dan merentangkan
tangan lurus ke depan. Membayangkan tangan menjadi belalai
gajah yang menyatu dengan kepala. Gerakan gajah
mengaktifkan bagian dalam telinga untuk kesetimbangan yang
lebih baik. Selain itu gerakan gajah mampu mengintegrasikan
otak untuk mendengar dengan kedua telinga, membuat relaks
otot tengkuk yang tegang akibat dari terlalu banyak membaca.
vi. Putaran leher (neck rolls)
Gerakan dengan menundukkan kepala ke depan,
pelan-pelan putar leher dari satu sisi ke sisi yang lain, nafaskan
keluarkan ketegangan. Ulangi dengan bahu diturunkan.
Bayangkan menggambar garis lengkung di sepanjang dada.
kemungkinan pengaruh negatif peralatan elektronik dan
membuat relaks.
Gerakan-gerakan tersebut berfungsi untuk mengaktifkan otak
dalam meningkatkan kemampuan matematis dan dapat menunjang
kemampuan bekerja dalam media yang multidimensi dan multiarah.
Dennison (2006) menjelaskan bahwa kemampuan matematis lebih
mudah diterima siswa yang memiliki pengertian tentang bangun,
ruang, massa, jumlah dan hubungan.
C. Siswa Kelas 3 SD
Siswa kelas 3 SD termasuk dalam tahap operasi konkret. Tahap ini
terjadi pada usia sekitar 7-12 tahun. Pemikiran operasional konkret mencakup
penggunaan operasi. Penalaran logika menggantikan penalaran intuitif, tetapi
hanya dalam situasi konkret. Kemampuan untuk menggolongkan sudah ada,
tapi belum bisa memecahkan problem-problem abstrak (Santrock, 2007).
Tahap operasi konkret ini dicirikan dengan pemikiran anak yang sudah
berdasarkan logika tertentu dengan sifat reversibilitas dan kekekalan. Periode
ini disebut operasi konkret sebab berpikir logiknya didasarkan atas manipulasi
fisik dari objek-objek. Operasi konkret hanyalah menunjukkan kenyataan
adanya hubungan dengan pengalaman empiric-konkret yang lampau dan
masih mendapat kesulitan dalam mengambil kesimpulan yang logis dari
Pengerjaan-pengerjaan logika dapat dilakukan dengan berorientasi ke
objek-objek atau peristiwa-peristiwa yang dialami oleh siswa. Siswa belum
memperhitungkan semua kemungkinan dan kemudian mencoba menemukan
kemungkinan yang mana yang akan terjadi (Suparno, 2001). Perkembangan
kognitif sering diidentikkan dengan perkembangan kecerdasan.Perkembangan
kognitif merupakan dasar bagi perkembangan intelegensi pada anak. Senada
dengan observasi yang telah dilakukan Piaget (1936) dalam (Yudha dan
Rudyanto, 2005) menyatakan bahwa “Anak mampu mendemontrasikan berbagai pengaruh mengenai relativitas dunia sejak lahir hingga dewasa”.
D. Pengaruh Pelatihan Senam Otak Terhadap Prestasi Belajar Matematika
Denisson (2002) mengatakan bahwa untuk mengaktifkan sensasi
dalam tubuh perlu keadaan yang rileks dan suasana yang menyenangkan.
Seseorang tidak akan dapat menggunakan otak dengan maksimal karena
pikiran menjadi kosong. Proses pembelajaran di sekolah terkadang membuat
fungsi otak siswa mengalami penurunan. Penurunan fungsi otak siswa
disebabkan oleh adanya faktor pemicu yang dapat menyebabkan siswa
mengalami kelelahan dan ketegangan selama proses belajar berlangsung.
Kondisi seperti inilah yang dapat menyebabkan otot-otot syaraf mengalami
ketegangan dan kondisi otak akan mengalami kekurangan energi sehingga
asupan oksigen dan aliran darah menuju ke otak pun tidak optimal.
Kekurangan energi pada otak dapat menyebabkan penurunan konsentrasi
Universitas California menerbitkan makalah di jurnal Nature, dan
mengungkapkan bahwa sel otak tidak lagi tumbuh setelah masa remaja.
Kesimpulan tersebut muncul setelah para peneliti mengamati sampel jaringan
hipokampus yang berhubungan dengan kekuatan mengingat dari berbagai
usia. Namun, ahli neurobiology asal Universitas Columbia membantah
temuan itu. Mereka berhasil membuktikan bahwa sel otak manusia tetap
tumbuh meski manusia berusia di atas 70 tahun. Hasilnya, pria dan wanita
yang sehat dapat terus memproduksi neuron baru sepanjang hidupnya. Meski
lintas usia, ukuran rata-rata hipokampus dan jumlah sel baru yang terbentuk di
otak sama (Sains Kompas, 2018). Jensen dan Kalyn (2007) mengemukakan
bahwa aktivitas fisik meningkatkan pertumbuhan sel otak baru. Suatu gerakan
merupakan bagian integral dari pembelajaran dan berpikir, selama gerakan,
sel-sel otak menjadi lebih segar, sehingga memicu pertumbuhan sel-sel otak
baru dan perkembangan sinapsis saraf (Blakemore, 2003). Suatu penelitian
menunjukkan bahwa peningkatan waktu aktivitas fisik selama belajar
memberikan dampak terhadap nilai tes yang lebih tinggi dalam berhitung,
membaca, menulis dan peningkatan kesehatan. Aktivitas fisik membantu
anak-anak meningkatkan motor ketrampilan mungkin memiliki dampak
langsung pada kinerja dalam berhitung, membaca, bahasa seni, kesadaran
spasial dan perhatian (Jensen& Kalyn, 2007).
Twomey (2002) melakukan penelitian eksperimen senam otak pada
untuk mengaktifkan otak dalam meningkatkan proses belajar berhitung.
Gerakan-gerakan ini mencakup gajah (the elephant), burung hantu (the owl),
pompa betis (calf pump), putaran leher (neck rolls), luncuran gravitasi (gravity
glider), coretan ganda (double dooble) (Dennison and Dennison, 2006). Hasil
penelitian ini menunjukan adanya peningkatan perhatian dan respon yang
lebih cepat serta peningkatan kemampuan untuk menangani kompleksitas
aktivitas belajar.
Prihastuti (2009) melakukan penelitian eksperimen pengaruh senam
otak terhadap peningkatan kecakapan berhitung siswa SD. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa metode brain gym berpengaruh terhadap peningkatan
kecakapan berhitung siswa Sekolah Dasar. Hasil diinterpretasikan bahwa
terdapat perbedaan nilai rata-rata tes kecakapan berhitung yang sangat
signifikan sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan. Adriani
(2009) juga melakukan penelitian mengenai efektivitas brain gym dalam
meningkatkan kecakapan matematika pada siswa sekolah dasar. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa metode brain gym efektif dalam
meningkatkan kecakapan matematika pada anak. Hal ini membuktikan bahwa
gerakan-gerakan dalam brain gym meningkatkan kemampuan belajar dengan
menggunakan keseluruhan otak. Gerakan senam otak dapat membuka
bagian-bagian otak yang sebelumnya tertutup atau terhambat sehingga kegiatan
belajar berlangsung menggunakan seluruh otak, mengurangi stress emosional,
daya ingat (Adriani, 2009). Mayasari (2017) menyatakan bahwa konsentrasi
belajar berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar. Kemampuan daya ingat
juga berpengaruh terhadap hasil belajar matematika (Ardika, 2017)
Uraian hasil eksperimen di atas menyimpulkan bahwa Brain Gym
sangat bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan akademik. Brain Gym
dirancang khusus untuk membantu dalam mengaktifkan semua dimensi otak
dalam meningkatkan keterampilan dan kemampuan akademik yang kita
inginkan dalam waktu singkat.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka pengaruh pelatihan senam otak
terhadap prestasi belajar matematika dapat digambarkan seperti skema di
Gambar 2.1
Pengaruh Pelatihan Senam Otak terhadap Prestasi Belajar Matematika Proses belajar di sekolah
Kelelahan dan
ketegangan otak siswa
Penurunan fungsi otak
Penurunan konsentrasi belajar
Daya ingat dan kreativitas menurun
Senam otak (Brain Gym)
Dimensi
Literisasi- Oksigen dan darah mengalir lancar ke otak
Otak menjadi rileks
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah dengan mengikuti pelatihan senam otak
(brain gym) maka prestasi belajar matematika anak SD kelas 3 akan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Desain
penelitian ini adalah Pre-Test and Post-Test Control Group Design
yaitu eksperimen yang dilakukan pada dua kelompok dimana
kelompok pertama diberi perlakuan dan kelompok kedua tidak diberi
perlakuan. Teknis pemilihan kelas sebagai kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol dilakukan dengan cara berkonsultasi dengan kepala
sekolah SD Mardiyuana Cilegon.
Keterangan:
KE= Kelompok Eksperimen
KK= Kelompok Kontrol
O1=pre-test
O2= post-test
X= treatment
Y= no treatment
•
O1 > x > O2
KE
•
O1 > Y > O2
B. Identifikasi Variabel
Variabel Bebas : Pelatihan Senam Otak (Brain Gym)
Variabel Terikat : Prestasi Belajar Matematika
Variabel pengganggu : Internal (kesehatan, intelegensi dan bakat,
minat dan motivasi, serta cara belajar) dan
eksternal (keluarga, sekolah, dan masyarakat)
C. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang memengaruhi
variabel lain, atau disebut variabel independent (Arikunto,
2006). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah latihan
senam otak dengan frekuensi 10 kali latihan dalam seminggu
yang berdurasi 10-15 menit.
Senam otak (Brain Gym) adalah serangkaian latihan
gerak sederhana untuk memudahkan kegiatan belajar dan
penyesuaian dengan tuntutan sehari-hari (Demuth, 2005). Brain
Gym dilakukan untuk menyegarkan fisik dan pikiran siswa
setelah menjalani proses pembelajaran yang mengakibatkan
kelelahan dan ketegangan pada otak sehingga menurunkan
konsentrasi belajar pada siswa (Denisson, 2008).
Gerakan senam otak yang digunakan dalam penelitian
pump), luncuran gravitasi (the gravity glider), coretan ganda
(double doodle), gajah (the elephant), putaran leher (neck rolls)
(Dennison, 2008). Gerakan-gerakan tersebut berfungsi untuk
mengaktifkan otak dalam meningkatkan kemampuan matematis
dan dapat menunjang kemampuan bekerja dalam media yang
multidimensi dan multiarah.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi
variabel lain, atau disebut variabel dependent (Arikunto, 2006).
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar
matematika.
Prestasi belajar matematika adalah hasil pengukuran
yang berwujud angka maupun pernyataan yang mencerminkan
tingkat penguasaan materi pelajaran bagi para siswa yang
diperoleh dari hasil tes belajar dan dinyatakan dalam bentuk
skor.
3. Variabel Penggangu
Variabel pengganggu adalah variabel yang dapat
memperkuat atau memperlemah pengaruh variabel bebas
(latihan senam otak) terhadap variabel terikat (prestasi belajar
matematika). Pada penelitian ini variabel pengganggu meliputi
intelegensi dan bakat, minat dan motivasi, serta cara belajar;
Variabel yang berada di luar diri siswa seperti: keluarga,
sekolah, dan masyarakat.
Dari beberapa variabel pengganggu tersebut, hanya satu
yang dapat dikendalikan pada penelitian ini, yaitu faktor
sekolah. Hal ini karena siswa kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol berada pada sekolah yang sama, sehingga
pelaksanaan kurikulum, metode mengajar, relasi guru dengan
siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran
dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung dan
tugas rumah, yang diberikan kepada siswa relatif sama.
Sedangkan untuk variabel pengganggu yang lain tidak
dikendalikan karena variabel tersebut tidak diteliti dan berada
di luar jangkauan penelitian. Kesehatan, intelegensi dan bakat,
minat dan motivasi, serta cara belajar antara siswa satu dengan
siswa yang lain dapat berbeda. Selain itu, kondisi keluarga dan
lingkungan masyarakat antara siswa satu dengan siswa yang
lainnya juga berbeda.
D. Desain Eksperimen
Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
randomized control group pretest-posttest. Kelompok subyek
kelompok eksperimen. Metode ini merupakan desain eksperimen
yang dilakukan dengan pengukuran sebagai pre-test (O1), sebelum
perlakuan (X) diberikan, dan post-test (O2) sesudahnya pada
kelompok eksperimen. Pengukuran yang sama diberikan pada
kelompok kontrol tanpa perlakuan (Y).
a) Waktu Pelaksanaan
Pelatihan senam otak dilaksanakan setiap hari selama
sepuluh hari. Waktu pelaksanaan tersebut merupakan waktu
minimal untuk mempertahankan intensitas pelatihan dan
melakukan evaluasi atas pelatihan yang telah dilakukan
hari, sebelum pelajaran pertama. Hal ini dilakukan karena
kondisi anak masih segar.
b) Tempat Pelaksanaan
Pelatihan senam otak dilakukan di ruangan kelas dan
memiliki ruang gerak yang cukup.
c) Pemilihan Instruktur
Instruktur pelatihan senam otak adalah orang yang
sudah terlatih melakukan senam otak. Instruktur pelatihan
senam otak adalah saudara dari peneliti sendiri. Hal ini
dilakukan agar tidak ada kesalahan yang dilakukan dalam
melakukan senam otak.
d) Jenis Instrumen Eksperimen
Instrumen yang digunakan untuk mengukur prestasi
belajar matematika adalah tes matematika. Instrumen ini dibuat
dengan bantuan guru matematika yang mengajar subjek. Tes
matematika ini telah disesuaikan dengan materi pelajaran
matematika yang telah dipelajari subjek.
E. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas 3 sekolah dasar.
Siswa-siswi dalam dua kelas akan dibagi menjadi dua kelompok yaitu
F. Blue Print Tes Prestasi Belajar Matematika Kelas 3 SD
Tabel 1.
Blue Print Tes Prestasi Belajar Matematika Kelas 3 SD
(Blue print secara detail dapat dilihat pada lampiran B) No Standar
Kompetensi Kompetensi Dasar
G. Blue Print Tes Prestasi Belajar Matematika Kelas 3 SD Setelah
Seleksi Item
Tabel 2.
Blue Print Tes Prestasi Belajar Matematika 3 SD Setelah Seleksi Item
(Blue print secara detail dapat dilihat pada lampiran C)
H. Modul Senam Otak
(dapat dilihat pada lampiran A)
I. Prosedur Penelitian
Penelitian dilakukan selama sepuluh hari sebelum pelajaran
a. Menyampaikan surat permohonan izin penelitian dari
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma kepada
Kepala Sekolah.
b. Setelah disetujui untuk melakukan penelitian, peneliti
berkonsultasi mengenai soal tes matematika dengan guru
matematika yang mengajar subjek penelitian.
c. Peneliti melakukan rapport kepada subjek penelitian.
d. Peneliti memberikan tes kemampuan matematika sebagai
pre-test kepada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol.
e. Peneliti memberikan pelatihan senam otak selama 10 hari
kepada kelompok eksperimen yang terdiri dari:
1) Gerakan PACE yaitu Positif (kait relaks), Aktif
(gerakan silang), Clear (saklar otak) dan Energetis
(minum air).
2) Gerakan Gajah (The Elephant)
3) Gerakan Burung Hantu (The Owl)
4) Gerakan Pompa Betis (The Calf Pump)
5) Gerakan Putaran Leher (Neck Rolls)
6) Gerakan Luncuran Gravitasi (The Gravity Glider)
f. Peneliti memberikan tes kemampuan matematika sebagai
post-test kepada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol.
J. Pilot Study
Pilot study merupakan uji coba penelitian dalam skala kecil
yang dilakukan sebelum penelitian sebenarnya dilaksanakan. Pilot
study dilaksanakan di SD Mardiyuana Kemang Pratama. Pilot study
dilaksanakan untuk mengidentifikasi kesalahan yang akan terjadi
dalam pelaksanaan penelitian serta agar rencana penelitian berjalan
dengan baik dan lancar. Pilot study dilaksanakan pada tanggal 3 April
2018 saat mengerjakan soal tes dan 13 April 2018 untuk pelatihan
senam otak.
K. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah tes kemampuan matematika
yang terdiri dari 44 soal sebelum melakukan tahap seleksi item.
Instrumen tes ini berbentuk tes pilihan ganda. Tes prestasi belajar
matematika dibuat oleh peneliti berdasarkan materi yang telah
dipelajari oleh subjek dan dengan bantuan guru kelas 3 SD. Peneliti
melakukan uji coba instrumen penelitian pada kelompok pilot study.
Proses diskriminasi item tes dilakukan untuk menentukan soal tes
mana yang baik dan mana yang tidak baik. Item dapat dikatakan
mencapai angka minimal 0.30 (Azwar, 2015). Dalam penelitian ini, uji
diskriminasi item dilakukan sebanyak 1 putaran. Daya diskriminasi
item bergerak antara 0.309-0.656. Peneliti menemukan terdapat 18
item soal yang tidak baik dan harus dihilangkan. Allen dan Yen (1979)
menyatakan bahwa secara umum untuk bisa mendapatkan diskriminasi
maksimum pada berbagai taraf pemilikan atribut yang sedang diukur
di antara testi sebaiknya item-item tes memiliki taraf kesukaran dalam
kisaran 0.30-0.70 (Supratiknya, 2014). Namun, dalam penelitian ini
taraf kesukaran item tergolong sangat mudah. Hal ini dikarenakan
hanya ada 7 item yang ada dalam kisaran 0.30-0.70.
L. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode analisis data independent
sample t-test untuk gain score. Data gain score adalah hasil post-test
dikurangi hasil pre-test setiap subjek. Skor yang diperoleh merupakan
peningkatan atau penurunan kemampuan matematika tergantung
akibat dari perlakuan yang diberikan. Sebelum melakukan uji
hipotesis, dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas
dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian berasal dari
populasi yang sebarannya normal atau tidak (Santoso, 2010). Uji
homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah varian kelompok
data sama atau berbeda (Priyatno, 2012). Pengolahan data dilakukan
M. Validitas
Pengertian validitas secara umum menyangkut dua hal, yaitu
validitas alat ukur dan validitas penelitian. Validitas alat ukur
berkaitan dengan seberapa besar suatu alat ukur mampu mengukur,
sedangkan validitas penelitian berkaitan dengan hubungan sebab
akibat yang dihasilkan. Berbeda dengan validitas alat ukur, validitas
penelitian tidak berkaitan dengan perhitungan statistik seperti pada
validitas alat ukur, melainkan berkaitan dengan kontrol terhadap
variabel sekunder (Seniati, 2015). Pada penelitian ini validitas
instrumen dilakukan dengan cara (Sugiyono, 2013):
1. Validitas konstrak (construct validity)
Instrumen penelitian disusun berdasarkan teori, dan
selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli (judgment experts)
yaitu dosen pembimbing dan guru kelas 3 SD.
2. Validitas isi (content validity)
Isi instrumen dibandingkan dengan materi pelajaran
matematika yang diajarkan di sekolah, dan dibuat kisi-kisi
instrumen. Setelah instrumen dikonsultasikan dengan ahli,
selanjutnya diujicobakan pada pada kelompok pilot study pada
3. Validitas eksternal/empiris
Validitas eksternal dilakukan dengan cara
membandingkan antara kriteria yang ada pada instrumen
dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan. Dari hasil
ujicoba diketahui daya diskriminasi item bergerak antara
0.309-0.656. Peneliti menemukan terdapat 18 item soal yang
tidak baik dan harus dihilangkan. Dengan demikian, setelah 18
soal tersebut dihilangkan, maka instrumen memiliki validitas
yang tinggi sebagai alat pengumpulan data, karena dapat
diterapkan pada sampel lain, yaitu siswa kelas 3 SD
Mardiyuana Cilegon.
N. Taraf Kesulitan Item
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas 3 di SD Mardi Yuana
Cilegon. Subjek penelitian berjumlah 40 orang yang terdiri dari kelas
C sebagai kelompok eksperimen dan kelas D sebagai kelompok
kontrol.
Tabel 3.
Deskripsi Subjek Penelitian
Laki-laki Perempuan Jumlah Kelompok
Eksperimen 11 9 20
Kelompok
Kontrol 12 8 20
B. Pelaksanaan Penelitian
1. Pre-Test
Pre-test pada kelompok eksperimen dan kontrol dilaksanakan
pada hari Senin 28 Mei 2018 pada pukul 07.15 – 08.15 WIB di ruang kelas tiga SD Mardi Yuana Cilegon. Pengerjaan tes
matematika berlangsung selama 60 menit.
2. Pelatihan Senam Otak
Pelatihan senam otak berlangsung dari tanggal 28 Mei 2018
adalah orang yang sudah terlatih untuk menjadi instruktur senam
otak. Peneliti hanya mengobservasi keadaan kelas pada saat
dilakukan senam otak. Pelatihan senam otak meliputi 10 gerakan
yang terdiri dari 4 gerakan PACE dan 6 gerakan yang telah dipilih
untuk meningkatkan kemampuan matematika. Pelatihan senam
otak berjalan dengan baik dari awal sampai akhir.
3. Post-Test
Post-test pada kelompok eksperimen dan control dilaksanakan
pada hari Kamis 7 Juni 2018 pada pukul 08.00 – 09.00 WIB di ruang kelas tiga SD Mardi Yuana Cilegon. Pengerjaan tes
matematika dilakukan setelah kelompok eksperimen mengikuti
pelatihan senam otak sedangkan kelompok kontrol setelah
kegiatan olahraga dilapangan. Post-test berlangsung selama 60
menit.
C. Hasil Penelitian
1. Data Deskriptif Penelitian
Nilai rata-rata (mean) dan jumlah subjek (N) pada
Tabel 4.
Data Deskriptif Penelitian
2. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini meliputi:
I. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan
teknik Saphiro-Wilk. Uji ini digunakan karena
jumlah sampel penelitian untuk kelompok
eksperimen dan kontrol adalah kecil,
Tabel 5.
Hasil Uji Normalitas
Berdasarkan tabel diatas dapat terlihat bahwa
kedua kelompok memiliki nilai sig < 0.05, maka kedua
kelompok penelitian tidak memiliki data berdistribusi
secara normal.
a. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mencari tahu apakah
dari beberapa kelompok data penelitian memiliki varians yang
sama atau tidak.
Tabel 6.
Hasil Uji Homogenitas
Levene's Test for Equality of Variances
F Sig. 0.002 0.967
Hasil pengujian menghasilkan nilai F = 0,987 dengan
signifikansi 0.002 <0,05. Dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok
dapat dikatakan memiliki varians data yang homogen.
Shapiro-Wilk
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan Mann Whitney
Test pada kelompok eksperimen dan control dengan menggunakan
gain score. Peneliti menggunakan Mann Whitney dikarenakan data
yang tidak normal.
Tabel 7.
Hasil Uji Hipotesis
Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. sebesar
0.001 (sig<0.05). Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok
dapat meningkatkan prestasi belajar matematika pada siswa kelas 3
SD.
D. Pembahasan
Penelitian ini menguji pengaruh pelatihan senam otak terhadap
prestasi belajar matematika siswa kelas 3 SD. Hasil analisis uji beda
dengan menggunakan Mann-Whitney menunjukkan adanya perbedaan
yang signifikan (sig= 0.001<0.05). Berdasarkan hasil penelitian diatas,
diketahui bahwa terdapat peningkatan prestasi belajar matematika
pada kelompok eksperimen dibandingkan dengan kelompok kontrol
sesudah pelatihan senam otak.
Peningkatan prestasi belajar matematika pada siswa kelompok
eksperimen dapat terjadi karena siswa diberikan perlakuan atau
treatment berupa braingym. Braingym akan meningkatkan
kemampuan konsentrasi secara kognitif pada siswa, selain itu
braingym juga meningkatkan daya ingat siswa yang berhubungan
secara langsung terhadap peningkatan prestasi belajar. Hal ini karena
braingym dirancang khusus untuk membantu mengaktifkan semua
dimensi padaotak, sehingga siswa mengalami peningkatan dalam
prestasi akademik matematika. Namun sebaliknya, siswa dalam
kelompok kontrol yang tidak diberikan treatmeant atau perlakuan
mengembangkan kemampuan konsentrasi, dan daya ingat pada diri
mereka melalui braingym.
Dalam penelitian ini menggunakan gerakan PACE dan
gerakan-gerakan yang berfungsi untuk mengaktifkan otak dalam
meningkatkan proses belajar berhitung. Gerakan-gerakan ini
mencakup gajah (the elephant) yang berfungsi untuk meningkatkan
daya ingat berupa pendengaran dan gerakan seluruh tubuh, burung
hantu (the owl) yang berfungsi untuk meningkatkan fokus, daya ingat,
dan perhatian.Gerakan pompa betis (calf pump) yang berfungsi untuk
meningkatkan pemahaman dalam membaca, menulis kreatif, dan
kemampuan dalam menuntaskan semua tugas.Gerakan putaran leher
(neck rolls) berfungsi untuk memicu fungsi saraf agar menjadi rileks.
Gerakan luncuran gravitasi (gravity glider) berfungsi untuk
menunjang kemampuan akademik untuk pemikiran abstrak dan
berhitung. Sedangkan gerakan coretan ganda (double dooble)berfungsi
untuk meningkatkan kemampuan menulis dan mengeja (Dennison and
Dennison, 2005).
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Astuti
(2015) dimana subjek penelitian merupakan anak usia dini dan usia
lanjutmenunjukkan hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan
oleh peneliti. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa braingym
Pada penelitian sebelumnya menggunakan senam otak atau braingym
untuk meningkatkan perkembangan kognitif pada anak usia dini dan
usia lanjut untuk meningkatkan fungsi kognitif. Dalam penelitian ini,
peniti bermaksud untuk memperluas penelitian sebelumnya dengan
menggunakan subjek anak yang berada pada tahap operasional konkrit
yaitu anak tingkat kelas 3 SD. Selain itu, dalam penelitian ini ingin
melihat peningkatan prestasi matematika.
Menurut Kusumoputro (2005) otak memerlukan stimulasi
tertentu untuk mempertahankan fungsinya. Stimulasi yang diberikan
akan melatih otak dengan kegiatan belajar dan aktivitas. Braingym
merupakan stimulasi yang tepat digunakan untuk mempertahankan
fungsi otak. Braingym akan melatih konsentrasi atau perhatian dengan
meningkatkan orientasi dan memori visual. Sehingga berbagai aspek
yang terkandung dalam fungsi kognitif dapat ditingkatkan dengan
braingym. Brain gym memiliki serangkaian gerakan yang dapat
mengkoordinasikan seluruh dimensi otak dengan baik. Selain itu yang
tidak kalah penting ketika memberikan perlakuan dengan braingym
yaitu, suasana nyaman dan gembira yang diterapkan selama
pelaksanaan braingym. Hal ini dikarenakan suasana yang nyaman dan
gembira akan memberikan pengaruh langsung terhadap perbaikan