• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pelatihan Brain Gym terhadap prestasi belajar matematika pada siswa kelas III Sekolah Dasar - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh pelatihan Brain Gym terhadap prestasi belajar matematika pada siswa kelas III Sekolah Dasar - USD Repository"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

DASAR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Mememenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

Disusun Oleh:

Lucia Resti Andani

139114110

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

The way get started is to quit talking and begin doing. -Walt Disney

Do what you can with all you have, wherever you are. =Theodore Roosevelt

All our dreams can come true, if we have the courage to pursue them. -Walt Disney

(5)

Saya persembahkan karya ini untuk:

Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan berkat bagi saya

Papa, Mama, Mas Danis, serta mertua saya, Alm. Papa Alarik dan Mama Ade yang selalu membantu dan mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini

(6)
(7)

DASAR

Lucia Resti Andani

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan senam otak pada prestasi belajar matematika siswa kelas 3 SD. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen dengan desain Pre-Test and Post-Test Control Group Design. Desain ini memiliki kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan yang dilakukan secara random assignment. Subjek penelitian adalah siswa kelas 3 SD Mardi Yuana Cilegon yang terdiri dari 20 subjek di kelompok eksperimen dan 20 subjek di kelompok kontrol. Kelompok eksperimen mendapatkan perlakuan berupa pelatihan senam otak sedangkan kelompok kontrol tidak mendapatkan perlakuan. Prestasi belajar matematika diukur dengan tes matematika yang berisi 26 soal dan dilaksanakan selama 60 menit. Penelitian ini menggunakan teknik analisis Mann-Whitney. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan dalam hal prestasi belajar matematika antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen (z= -3402, p= 0.001, p<0.01). Artinya, pelatihan senam otak berpengaruh dalam meningkatkan prestasi belajar matematika pada siswa kelas 3 SD.

(8)

SCHOOL

Lucia Resti Andani

ABSTRACT

The current experimental study was aimed to investigate the effect of brain gym training on mathematics learning achievement in third grade elementary school students. The study design was pre-test and post-test control group design. This design has experimental and control group done with randomly assignment. The participants were third grade students of SD Mardi Yuana Cilegon comprised of 20 group subjects in the experimental group and 20 subjects in the control group. The experimental group received brain gym training, while the control group did not receive any treatment. Students’ mathematics learning achievement was measured by math test containing 26 item and was adjusted in 60 minutes. This study used Mann-Whitney analysis. The results showed that z= -3402, p= 0.001 (p<0.01). This shows there was a significant differences between the experimental and control group. Brain gym training has significant effect to improve mathematics learning achievement in third grade elementary school students.

(9)
(10)

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pelatihan Brain Gym Terhadap Prestasi Belajar Matematika pada Siswa Kelas III Sekolah Dasar”. Selama penulisan skripsi, peneliti tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M. Psi. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dan Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu bersedia menyediakan waktu, memberikan masukan dan saran dalam proses penulisan skripsi.

2. Ibu Monica Eviandaru Madyaningrum, Ph. D. selaku Ketua Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

3. Segenap Dosen Fakultas Psikologi dan semua jajaran staf serta seluruh karyawan yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat dan bantuan selama perkuliahan sampai penulisan skripsi selesai.

4. Kepala Sekolah dan Guru Kelas 3 SD Marsudirini Kemang Pratama Bekasi yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan pilot study dan try out.

5. Kepala Sekolah dan Guru Kelas 3 SD Mardiyuana Cilegon yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan pengambilan data dan melakukan penelitian. 6. Kedua orangtua saya Yohanes Dwiyanto dan E. Sri Rejeki serta mertua saya Alm.

(11)

skripsi.

8. Seluruh teman-teman tersayang “Geng Ular” yang selalu setia menemani dan mendukung dari awal perkuliahan sampai penulisan skripsi selesai.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Terimakasih.

Yogyakarta, 23 Oktober 2018

(12)

HALAMAN JUDUL ……… i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN ……… ii

HALAMAN PENGESAHAN ……….... iii

HALAMAN MOTTO ………. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ………. v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……… vi

ABSTRAK ……… vii

ABSTRACT……….………... viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ……… ix

KATA PENGANTAR ………... x

DAFTAR ISI ………. xii

DAFTAR TABEL ………. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ……… xiv

BAB I. PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang ……… 1

B. Rumusan Masalah ……… 7

C. Tujuan Penelitian ………. 7

D. Manfaat Penelitian ……… 7

BAB II. LANDASAN TEORI ……… 8

A. Prestasi Belajar Matematika 1. Definisi Prestasi Belajar Matematika ……… 8

(13)

1. Pengertian Senam Otak ……… 12

2. Dimensi Senam Otak ……… 14

3. Manfaat Senam Otak ……… 16

4. Jenis-jenis Gerakan Senam Otak ………. 18

C. Siswa Kelas 3 SD ……… 24

D. Pengaruh Pelatihan Senam Otak Terhadap Prestasi Belajar Matematika ……….. 25

E. Hipotesis Penelitian ………. 30

BAB III. METODE PENELITIAN ……… 31

A. Jenis Penelitian ………. 31

B. Identifikasi Variabel ………. 32

C. Definisi Operasional Variabel ………. 32

D. Desain Eksperimen ……….. 34

E. Subyek Penelitian ……… 36

F. Blue Print Tes Prestasi Belajar Matematika Kelas 3 SD …… 37

G. Blue Print Tes Prestasi Belajar Matematika Kelas 3 SD Setelah Seleksi Item ……… 38

H. Modul Senam Otak ………. 38

I. Prosedur Penelitian ………. 38

J. Pilot Study ……… 40

K. Instrumen Penelitian ……….. 40

L. Metode Analisis Data ………. 41

(14)

A. Deskripsi Subjek Penelitian ……….. 44

B. Pelaksanaan Penelitian ………. 44

C. Hasil Penelitian ……… 45

D. Pembahasan ………. 49

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 54

A. Kesimpulan ………. 54

B. Keterbatasan ……… 54

C. Saran ……… 55

DAFTAR PUSTAKA ………... 56

(15)

Tabel 1. Blue Print Tes Prestasi Belajar Matematika Kelas 3 SD …. 37

Tabel 2. Blue Print Tes Prestasi Belajar Matematika Kelas 3 SD

Setelah Seleksi Item ………. 38

Tabel 3. Deskripsi Subjek Penelitian ……… 44

Tabel 4. Data Deskriptif Penelitian ……… 46

Tabel 5. Hasil Uji Normalitas ……….. 47

Tabel 6. Hasil Uji Homogenitas ………. 47

(16)

Lampiran A. Modul Senam Otak ……… 61

Lampiran B. Taraf Kesulitan Item ……... 65 Lampiran C. Blue Print Tes Prestasi Belajar Matematika ……….. 66 Lampiran D. Blue Print Tes Prestasi Belajar Matematika Setelah

Seleksi Item ……….………. 67

(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika atau berhitung sangat penting dalam kehidupan

sehari-hari. Setiap hari, bahkan setiap menit matematika banyak digunakan. Pada

saat belanja, menghitung benda, waktu, tempat, jarak dan kecepatan

merupakan fungsi matematis. Pengukuran panjang, berat dan volume juga

merupakan fungsi matematika, dengan kata lain matematika sangat penting

bagi kehidupan kita (Suyanto, 2005). Pelajaran matematika dianggap oleh

kebanyakan siswa sebagai pelajaran yang lebih sulit dibandingkan pelajaran

lain. Usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan matematika di Indonesia

telah lama dilaksanakan, namun keluhan tentang kesulitan belajar matematika

masih saja terus dijumpai (Irmansyah, 2011).

Tingkat kemampuan siswa di Indonesia dalam matematika masih

mendapatkan peringkat rendah. Hasil Trends in Mathematics and Science

Study (TIMSS) tahun 2015 untuk bidang Matematika, Indonesia berada di

urutan ke-45 dari 50 negara dengan skor 397 dari rata-rata skor 500

(Kemdikbud, 2015). Skor Indonesia turun 11 poin dari penilaian tahun 2007

(Ester Lince, 2012). Hasil survey Program for International Student

Assessment (PISA) dalam kompetensi matematika sedikit meningkat dari 375

(18)

Prestasi belajar matematika merupakan perubahan tingkah laku yang

diperoleh melalui pengalaman-pengalaman siswa dari berbagai kegiatan

pemecahan masalah, seperti kegiatan mengumpulkan data, mencari hubungan

antara dua hal, menghitung, menyusun hipotesis, menggeneralisasikan dan

lain-lain sehingga diperoleh konsep-konsep dari hukum-hukum matematika

secara baik (Sudjana, 2013). Ada banyak faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar matematika. Dalyono (1997) membagi faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar matematika menjadi dua golongan yaitu faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang ada dalam

individu seperti faktor kesehatan, faktor intelegensi dan bakat, faktor minat

dan motivasi, dan faktor cara belajar. Faktor eksternal yaitu faktor yang ada

diluar individu seperti faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sekolah

merupakan tempat untuk belajar, terdapat beberapa hal yang memberi

pengaruh pada belajar siswa yaitu metode mengajar, kurikulum, relasi guru

dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disipilin sekolah, alat pelajaran dan

lain sebagainnya. Berdasarkan banyak faktor yang ada, metode mengajar

menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar matematika.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran matematika

pada umumnya masih terpusat pada guru (teacher centered), bukan pada

(19)

dan fun teaching. Model pembelajaran Realistic Mathematics Education

(RME) merupakan salah satu alternatif pembelajaran yang menuntut siswa

untuk mengkonstruksi pengetahuan dengan kemampuannya sendiri melalui

aktivitas yang dilakukannya dalam kegiatan pembelajaran. Metode fun

teaching juga dapat dijadikan salah satu alternatif kegiatan belajar mengajar.

Hal ini dikarenakan fun teaching mampu memberikan siswa yang

mengikutinya dapat memahami materi yang diajarkan dengan secara

menyeluruh. Metode fun teaching memberikan materi yang diajarkan melalui

ice breaking, permainan, bercerita, sistem kelompok dengan suasana yang

menyenangkan dan bergembira (Irmansyah, 2011).

Peneliti mencoba memperkenalkan suatu teknik yang membantu anak

sekolah dasar dalam meningkatkan kemampuan matematika. Berbeda dengan

metode RME, teknik yang akan digunakan peneliti ini berupa gerakan

motorik. Teknik yang akan digunakan peneliti menyerupai metode fun

teaching. Hal ini dikarenakan anak meningkatkan kemampuan berhitung

dalam suasana belajar yang menyenangkan. Suasana belajar yang

menyenangkan berarti anak berada dalam keadaan yang sangat rileks, tidak

ada sama sekali ketegangan yang mengancam dirinya baik fisik maupun non

fisik. Dalam praktek sehari-hari, metode yang digunakan oleh pendidik masih

bersifat konvensional sehingga hanya otak kiri saja yang mengalami

(20)

perkembangannya. Upaya untuk mengaktifkan semua dimensi otak bisa

dilakukan dengan senam otak atau Brain Gym.

Brain Gym dilakukan dengan cara menstimulasi gelombang otak

melalui gerakan-gerakan ringan dengan permainan melalui olah tangan dan

kaki seperti gerakan hooks-up (kait rileks), gerakan silang, saklar otak, titik

positif, lazy 8, menguap berenergi, pengisi energi, luncuran gravitasi, tombol

angkasa, dan pasang telinga dapat memberikan rangsangan atau stimulus pada

otak. Hal tersebut dapat meningkatkan kemampuan belajar dan pemusatan

perhatian atau konsentrasi dan pemusatan perhatian atau konsentrasi anak

karena seluruh bagian otak digunakan dalam proses belajar dan berkonsetrasi.

Berdasarkan teori-teori yang telah dipaparkan diasumsikan Brain Gym efektif

dalam meningkatkan konsentrasi belajar pada anak (Diana dkk 2017).

Senam otak dikenal sebagai pendekatan unik dalam bidang pendidikan

yang pertama kali diciptakan oleh Dennison (2008). Brain Gym adalah

serangkaian gerak sederhana yang menyenangkan untuk meningkatkan

kemampuan belajar anak dengan menggunakan keseluruhan otak.

Gerakan-gerakan ini membuat segala macampelajaran menjadi lebih mudah, dan

terutama sangat bermanfaat bagi kemampuan akademik (berhitung). Brain

Gym bermanfaat pula untuk melatih fungsi keseimbangan dengan merangsang

beberapa bagian otak yang mengaturnya. Senam otak adalah senam yang

berisi serangkaian gerakan sederhana yangdapat merangsang integrasi kerja

(21)

harmonis, sehingga dapat meningkatkan kemampuan memori, kemampuan

koordinasi tubuh, kemampuan motorik halusdan kasar, kemampuan

penanganan stress (coping), dan peningkatan kemampuan belajar individu.

Senam otak mempunyai banyak efek positif pada struktur dan fungsi otak,

termasuk menambah jumlah cabang-cabang dendrit, memperbanyak sinapsis

(hubungan antarsel saraf), meningkatkan jumlah sel penyokong saraf, dan

memperbaiki kemampuan memori (Sumaryanti, 2010).

Otak adalah bagian tubuh yang berfungsi sebagai pusat pengendali

organ-organ tubuh. Otak selalu berhubungan dengan inteligensia atau

kecerdasan seseorang. Otak juga merupakan pusat sistem pengendali pikiran

dan sistem tubuh yang menjalanakn beberapa fungsi secara bersamaan. Otak

memiliki fungsi penerima dan mengolah informasi, memberikan perintah,

menjalankan tugas rutin, menyimpan informasi. Otak ialah pusat segala

pikiran dan bila seseorang sehat maka segala aktivitas dapat berjalan dengan

baik. Melalui senam otak bagian-bagian otak yang sebelumnya tertutup akan

terbuka dan menandakan bahwa kegiatan belajar berlangsung dengan

menggunakan seluruh otak. Senam otak dapat dilakukan oleh segala usia,

mulai dari bayi hingga orang lanjut usia (Diana dkk, 2017).

Penelitian mengenai senam otak sudah banyak dilakukan. Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian-penelitian tentang senam otak sebelumnya

adalah dalam hal subjek penelitian. Subjek dalam penelitian-penelitian

(22)

penelitian anak usia dini, brain gym memberikan pengaruh terhadap fungsi

kognitif pada anak usia dini (Astuti, 2015). Begitu juga pada penelitian usia

lanjut, terjadi peningkatan fungsi kognitif pada usia lanjut setelah melakukan

brain gym (Yusuf, dkk, 2010). Selain meningkatkan fungsi kognitif, brain

gym juga dapat menurunkan stress pada lansia (Sari, 2015) dan dapat

menurunkan tingkat demensia pada lansia (Septianti, 2016). Maka dari itu

peneliti ingin melakukan penelitian serupa dengan subjek anak Sekolah Dasar

Kelas 3. Hal ini dikarenakan belum ada penelitian serupa dengan subjek anak

Sekolah Dasar Kelas 3.

Piaget (dalam Desmita, 2009) menyatakan bahwa pemikiran

anak-anak sekolah dasar disebut pemikiran Operasional Konkret (Concret

Operational Thought). Kemampuan berpikir mereka sudah semakin baik

karena siswa mulai dapat memecahkan masalah konkrit dengan menggunakan

logika. Peneliti memilih siswa kelas 3 SD sebagai subjek karena pada tahap

ini, anak memiliki pemahaman yang lebih baik dalam hal hubungan spasial,

kategorisasi, penalaran, dan konversi. Melalui penelitian ini, diharapkan

bahwa efektivitas pembelajaran matematika dengan menggunakan metode

brain gym dapat dijadikan sebagai suatu alternatif pembelajaran matematika,

dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan matematika melalui

(23)

Paparan di atas membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang pengaruh senam otak (Brain Gym) terhadap prestasi belajar

matematika siswa SD kelas 3.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh pelatihan senam otak (brain gym) terhadap

prestasi belajar matematika siswa SD kelas 3?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pelatihan senam otak

terhadap peningkatan prestasi belajar matematika siswa SD kelas 3.

D. Manfaat Penelitian

1) Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan menambah ilmu terutama dalam

bidang pendidikan, khususnya mengenai manfaat pelatihan brain gym

terhadap kemampuan matematika.

2) Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai sumber informasi bagi

masyarakat, keluarga, maupun institusi pendidikan mengenai metode dan

manfaat latihan senam otak (brain gym), terutama informasi tentang

ada-tidaknya peningkatan prestasi belajar anak kelas 3 SD pada mata pelajaran

(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Prestasi Belajar Matematika

1. Definisi Prestasi Belajar Matematika

Sugihartono (2007) berpendapat bahwa prestasi belajar adalah hasil

pengukuran yang berwujud angka maupun pernyataan yang

mencerminkan tingkat penguasaan materi pelajaran bagi para siswa.

Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2005) matematika adalah ilmu

tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional

yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. James

dan James (dalam Russeffendi 1995) mengatakan bahwa matematika

adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan

konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya, dengan

jumlah yang banyaknya terbagi kedalam tiga bidang, yaitu aljabar,

analisis, dan geometri.

Berdasarkan pengertian yang dikemukakan para ahli, maka dapat

dikatakan bahwa prestasi belajar matematika adalah tingkat penguasaan

siswa terhadap materi pelajaran matematika yang telah diperoleh dari

hasil tes belajar yang dinyatakan dalam bentuk skor.

2. Cara Mengukur Prestasi Belajar Matematika

Penilaian merupakan salah satu aspek yang hakiki daripada usaha itu

(25)

tertentu maka diperlukan pengukuran hasil dari proses belajar.

Sugihartono (2007) menyatakan bahwa pengukuran dapat diartikan

sebagai suatu tindakan untuk mengidentifikasikan besar-kecilnya gejala.

Hasil pengukuran dapat berupa angka atau uraian tentang kenyataan yang

menggambarkan derajat kualitas, kuantitas dan eksistensi keadaan yang

diukur.

Sugihartono (2007) menjelaskan dalam bidang pendidikan, untuk

mengetahui tingkat kemampuan siswa dapat digunakan:

a) Angka atau skor yang diperoleh kawan sekelasnya.

b) Batas penguasaan kompetensi terendah yang harus dicapai untuk

dapat dianggap lulus.

c) Prestasi anak itu sendiri di masa lampau.

d) Kemampuan dasar anak itu sendiri.

Adapun cara orang melakukan penilaian yaitu bisa melalui testing,

pemberian tugas, pertanyaan, dan sebagainya. Maksud penilaian hasil

belajar ini yaitu untuk mengetahui sejauh mana kemajuan siswa dalam

belajar. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pertanyaan dalam

mengukur prestasi belajar matematika siswa.

3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Prestasi Belajar Matematika

Slameto (2003) menyatakan bahwa pendidikan secara umum

merupakan suatu faktor rangkaian kegiatan komunikasi antar manusia.

(26)

belajar-mengajar yang dipengatuhi oleh faktor yang menentukan

keberhasilan siswa. Sehubungan dengan faktor yang menentukan

keberhasilan siswa dalam belajar ada beberapa faktor yang mempengaruhi

keberhasilan siswa untuk belajar menurut Dalyono (1997), yaitu:

a) Faktor Internal, yaitu yang muncul dari dalam diri sendiri, yaitu:

i. Faktor kesehatan, sehat dalam arti dalam keadaan baik

segenap badan beserta bagian-bagiannya atau bebas dari

penyakit. Proses belajar akan terganggu jika kesehatan

seseorang terganggu, selain cepat lelah, kurang bersemangat,

mudah pusing, juga mengantuk, kurang darah ataupun

kelainan fungsi alat indera tubuh lainnya.

ii. Faktor intelegensi dan bakat, seperti kecakapan untuk

menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru

dengan cepat dan efektif, mengetahui dan menggunakan

konsep yang abstrak secara efektif. Intelegensi besar

pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Siswa dengan

intelegensi tinggi akan lebih berhasil daripada siswa dengan

intelegensi rendah.

iii. Faktor minat dan motivasi, seperti dorongan yang membuat

seseorang berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan yang

diinginkan. Saat belajar, siswa yang mempunyai motif yang

(27)

mencapai prestasi yang tinggi. Hal tersebut juga sangat

berpengaruh dalam meraih prestasi belajar.

iv. Faktor cara belajar, keberhasilan studi siswa dipengaruhi cara

belajar siswa. Cara belajar yang efisien memungkinkan

mencapai prestasi lebih tinggi dibandingkan dengan cara

belajar yang tidak efisien. Cara belajar yang efisien

contohnya dengan berkonsentrasi saat belajar, membaca

dengan teliti bahan yang sedang dipelajari, dan mempelajari

kembali bahan yang telah diterima.

b) Faktor Eksternal, yaitu faktor yang muncul dari luar diri sendiri,

yaitu:

i. Faktor keluarga, kondisi keluarga yang harmonis dalam

keluarga dapat memberi stimulus dan respon yang baik dari

anak sehingga perilaku dan prestasinya menjadi baik.

Sebaliknya, jika keluarga broken home akan berdampak

negatif bagi siswa. Hal ini dikarenakan perilaku dan prestasi

siswa cenderung terhambat dan akan muncul masalah-masalah

dalam perilaku dan prestasinya.

ii. Faktor sekolah, diantaranya kurikulum, metode mengajar,

relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin

sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran,

(28)

menciptakan suasana belajar yang baik, siswa akan terdorong

untuk saling berkompetisi dalam pembelajaran yang

diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

iii. Faktor masyarakat, dalam hal ini adalah kegiatan siswa dalam

masyarakat, media massa, teman-teman bergaul dan bentuk

kehidupan masyarakat di lingkungan keluarga dan sekolah

maupun di luar dari kedua-duanya. Masyarakat yang terdiri

dari orang yang tidak terpelajar akan berpengaruh buruk pada

siswa. Sebaliknya, masyarakat yang terdidik dan terpelajar

akan mendorong semangat siswa untuk belajar lebih giat.

B. Senam Otak

1. Pengertian Senam Otak

Senam otak atau Brain Gym merupakan serangkaian gerakan

tubuh yang dikembangkan oleh Edu-K yaitu singkatan dari

Educational Kinesiology. Kinesiologi berasal dari kata Yunani

“kinesis” yang berarti gerakan, sehingga kinesiologi diartikan sebagai ilmu tentang gerakan tubuh manusia. Educational Kinesiology adalah

ilmu tentang gerakan tubuh dalam pendidikan. Edu-K pertama kali

dikembangkan oleh Dennison seorang pendidik dan pelopor penelitian

otak berkebangsaan Amerika bersama istrinya Gail seorang mantan

penari (Demuth, 2005). Lebih lanjut Demuth menjelaskan bahwa

(29)

adalah menarik keluar potensi belajar yang terpendam melalui gerakan

tubuh.

Brain Gym (Senam Otak) adalah serangkaian latihan gerakan

sederhana untuk memudahkan kegiatan belajar dan penyesuaian

dengan tuntutan sehari-hari (Muhammad, 2011). Brain Gym adalah

latihan yang dirancang untuk membantu fungsi otak yang lebih baik

selama proses pembelajaran. Latihan-latihan ini didasarkan pada

gagasan bahwa latihan fisik sederhana membantu aliran darah ke otak

dan dapat membantu meningkatkan proses belajar dengan memastikan

otak tetap waspada. Siswa dapat menggunakan latihan sederhana pada

mereka sendiri, dan guru dapat menggunakannya dalam kelas untuk

membantu menjaga tingkat energi sampai sepanjang hari (Ryan,

2013).

Brain Gym dilakukan untuk menyegarkan fisik dan pikiran

siswa setelah menjalani proses pembelajaran yang mengakibatkan

kelelahan dan ketegangan pada otak sehingga menurunkan konsentrasi

belajar pada siswa (Denisson, 2008). Senam otak (Brain Gym) adalah

serangkaian latihan gerak sederhana untuk memudahkan kegiatan

belajar dan penyesuaian dengan tuntutan sehari-hari (Demuth, 2005).

Berdasarkan pendapat di atasm, maka gerakan-gerakan senam

ringan yang dilakukan dalam senam otak, seperti melalui olah tangan

(30)

Stimulasi itulah yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif,

misalnya kewaspadaan, konsentrasi, dan kecepatan dalam proses

belajar, serta memori, pemecahan masalah, ataupun kreativitas.

2. Dimensi Senam Otak

Denisson (2006) membagi otak menjadi 3 dimensi. Gerakan brain

gym dibuat untuk menstimulasi (dimensi lateral), meringankan

(dimensi penfokusan), dan merelaksasi (dimensi pemusatan) siswa

yang terlibat dalam situasi belajar tertentu. Masing-masing dimensi

tersebut memiliki tugas-tugas antara lain:

a. Lateralisasi - Komunikasi (Kanan-Kiri)

Sisi tubuh manusia dibagi menjadi sisi kiri dan sisi

kanan. Dimensi lateralitas mengintegrasi belahan otak sisi kiri

dan otak sisi kanan. Otak bagian kiri aktif bila sisi kanan tubuh

digerakkan, demikian juga sebaliknya. Kemampuan seseorang

paling tinggi apabila kedua belahan otak bekerja sama dengan

baik. Senam otak memperkenalkan keterampilan berupa

gerakan yang dapat menstimulasi koordinasi kedua belahan

otak dan mengintegrasikan dua sisi tubuh agar bekerja sama

dengan baik. Keterampilan gerakan tersebut merupakan

(31)

b. Fokus Pemahaman (Muka-Belakang)

` Fokus adalah kemampuan untuk menyebrangi garis

tengah yang memisahkan bagian belakang otak (brainsterm)

dan bagian depan otak (frontal lobe). Hambatan yang terjadi

pada bagian otak ini akan menyebabkan seseorang mengalami

ketidakmampuan mengekspresikan diri dengan mudah.Anak

yang mengalami kurang fokus akan mengalami kesulitan

pemfokusan seperti kurang perhatian, kurang pengertian, dan

terlambat bicara. Kadangkala perkembangan refleks antara

otak bagian depan dan bagian belakang mengalami fokus yang

lebih (overfocused) dan berusaha terlalu keras.

Gerakan-gerakan yang membantu melepaskan hambatan fokus adalah

dengan aktivitas integrasi depan/ belakang (Dennison, 2006).

c. Pemusatan Pengaturan (Atas-Bawah)

Pemusatan mengintegrasikan sistem limbis (mid brain)

yang berhubungan dengan informasi emosional serta otak

besar (cerebrum) untuk berpikir yang abstrak. Dimensi

pemusatan menjelaskan kegiatan yang terkait dengan

pengorganisasian dan pengaturan. Ketidakmampuan untuk

mempertahankan pemusatan ditandai dengan ketakutan yang

(32)

3. Manfaat Senam Otak

Efektivitas Brain Gym dalam meningkatkan konsentrasi Belajar

Anak. Brain Gym dapat membantu anak belajar mengkoordinasikan

gerakan mata, tangan, dan tubuh karena gerakan Brain Gym adalah

suatu usaha alternatif alami yang sehat untuk menghadapi ketegangan

dan tantangan pada diri sendiri dan orang lain (Dennison, 2006).

Latihan meregangkan atau meringankan otot (gabungan dari ketiga

dimensi) menyangkut konsentrasi pengertian, dan pemahaman akan

mengaktifkan dimensi muka belakang yang bermanfaat, membantu

kesiapan dan konsentrasi untuk menerima hal baru, serta

mengekspresikan apa yang sudah diketahui. Gerakan dalam dimensi

ini membantu berkonsentrasi pada apa yang sedang dikerjakan dan

juga menolong mengingat apa yang telah dipelajari (Sari, 2006).

Senam otak atau Brain Gym merupakan serangkaian latihan yang

berbasis gerakan tubuh sederhana. Gerakan-gerakan yang ada di

dalamnya memang sengaja dibuat demikian untuk merangsang otak.

Dalam dimensi lateralis, yang mendapat rangsangan adalah otak kiri

dan kanan, sedangkan dalam dimensi pemfokusan, gerakan senam

otak pun berupaya meringankan atau merileksasi otak belakang dan

bagian otak depan. Sementara itu, pada dimensi pemusatan, gerakan

(33)

perasaan/emosional, yakni otak tengah (system limbic) dan otak besar

(Diana dkk, 2017).

Senam otak mendorong keseimbangan aktivitas kedua belahan otak

secara bersamaan sehingga diharapkan potensi kedua belahan otak akan

seimbang dan kecerdasan anak pun maksimal (Muhammad, 2011). Di

samping itu senam otak bisa membantu meningkatkan kecerdasan,

meningkatkan kepercayaan diri, dan menangani anak yang mengalami

masalah dalam proses belajar-mengajar. Senam otak juga sering

digunakan untuk terapi beberapa gangguan pada anak-anak, seperti

hiperaktif, gangguan pemusatan perhatian, dan emosional, serta sindrom

pada bayi, ataupun gangguan kemampuan belajar. Lebih dari itu, senam

otak bisa berpengaruh positif dalam menambah konsentrasi,

meningkatkan fokus dan daya ingat, serta mengendalikan emosinya

(Diana dkk, 2017).

Manfaat kegiatan senam otak antara lain:

a. Meningkatkan keseimbangan otak kanan-kiri (dimensi

lateralis-komunikasi).

b. Meningkatkan fungsi pemfokusan dan pemahaman.

c. Mengaktifkan fungsi pemusatan dan pengaturan.

d. Meningkatkan ketajaman pendengaran dan penglihatan.

(34)

f. Membantu pengurangan kesalahan membaca, memori dan

kemampuan komprehensif serta peningkatan rangsangan visual

pada penderita gangguan bahasa (Cahyo, 2011).

4. Jenis-Jenis Gerakan Senam Otak

Gerakan-gerakan yang dikembangkan Dennison (2008) yaitu:

a) Midline Movements

1) Gerakan Silang / Cross Crawl

2) Angka 8 Tidur / Lazy 8's

3) Coretan Ganda / Double Doodle

4) Angka 8

5) Gajah / The Elephant

6) Putaran Leher / Neck Rolls

7) Olengan Pinggul / The Rocker

8) Pernapasan Perut / Belly Breathing

9) Gerakan Silang Berbaring / Cross Crawl Sit-Ups

10)Mengisi Energi / Energizer

b) Lengthening Activities

1) Burung Hantu / The Owl

2) Mengaktifkan Tangan / Arm Activation

3) Lambaian Kaki / Footlex

4) Pompa Betis / Calf Pump

(35)

6) Pasang Kuda-Kuda / The Grounder

c) Energy Exercises

1) Minum Air / Drinking Water

2) Sakelar Otak / Brain Buttons

3) Tombol Bumi / Earth Buttons

4) Tombol Imbang / Balance Buttons

5) Tombol Angkasa / Space Buttons

6) Menguap Berenergi / Energy Yawn

7) Pasang Telinga / Thinking Cap

d) Deepening Attitudes

1) Kait Relaks / Hook-Ups

2) Titik Positif / Positive Points

Demuth (2005) menjelaskan bahwa sebelum melakukan senam

otak anak harus melakukan beberapa hal yang dikenal dengan PACE

(Positif, Active, Clear dan Energetic) yaitu:

a) Energetic(Minum Air)

Tubuh kita terdiri dari sekitar 70% air. Air sangat

diperlukan sebagai pengantar energi listrik. Semua aktifitas

listrik dan kimiawi di otak dan sistem saraf pusat tergantung

pada kelancaran pengaliran antara otak dan organ pancaindera.

Kemampuan pengaliran ini dapat ditingkatkan dengan minum

(36)

b) Sakelar Otak (Brain Button-Clear)

Pemijatan pada daerah sakelar otak (jaringan lunak di

bawah tulang selangka di kiri dan kanan tulang dada) dengan

tujuan untuk menjernihkan otak. Daerah yang dipijat adalah

titik dua jari di bawah tulang clavicula (tulang selangka)

dengan satu tangan, sedangkan tangan yang lainnya

menggosok daerah pusar.

c) Active

Cairan otak memiliki beberapa fungsi seperti

melindungi dari guncangan dan juga berfungsi sebagai elektris.

Otak manusia memerlukan sejenis alat elektro kimiawi agar

arus listrik mengalir. Jika aliran cairan otak tersendat-sendat

berdampak pada ketidakseimbangan dalam aliran informasi di

otak. Hal ini juga menghambat koordinasi sistem informasi

antara otak dengan badan. Active merupakan gerakan silang

(cross crawl) yang mampu melancarkan peredaran cairan otak

sehingga gangguan tersebut dihilangkan. Suatu gerakan silang

dengan menggerakkan tangan kanan bersamaan dengan kaki

kiri dan sebaliknya.

d) Positif

Latihan energi ini menghubungkan semua lingkungan

(37)

apabila energi beredar dengan lancar dibagian tubuh yang

awalnya tegang sehingga jasmani dan jiwa menjadi lega.

Gerakan bisa dilakukan dengan duduk, berdiri atau berbaring,

kaki disilangkan sambil tangan dijulurkan ke depan dengan

jempol kearah bawah, jari dua tangan disilangkan, tangan

diputar ke bawah dan ditarik sampai di muka dada. Tutup mata

dan tarik nafas mendalam sambil rileks selama 1-2 menit. Pada

saat menarik nafas, lidah ditempelkan di langit-langit mulut 1

cm di belakang gigi atau pada bagian yang biasanya disentuh

bila diucapkan huruf “D”. Pada waktu membuang nafas panjang melalui mulut, lidah dilepaskan lagi.

Gerakan Brain Gym yang digunakan dalam penelitian ini

adalah gerakan yang digunakan untuk merangsang kemampuan

matematika (Dennison, 2006) yaitu:

i. Burung hantu (the owl)

Gerakan burung hantu dilakukan dengan cara menaikan

otot bahu kiri dan kanan, menarik napas saat kepala berada di

posisi tengah. Kemudian menghembuskan napas ke samping

atau ke otot yang tegang sambil relaks. Gerakan burung hantu

dimaksudkan untuk melepaskan ketegangan tengkuk dan bahu

(38)

berat atau ketika mengkoordinasikan mata untuk membaca atau

kemampuan melihat dekat lainnya.

ii. Pompa betis (the calf pump)

Gerakan dengan memajukan badan ke depan dan buang

nafas, pelan-pelan telapak kaki belakang ke lantai, kemudian

angkat tumit ke atas sambil ambil nafas dalam. Gerakan ini di

ulang 3 kali tiap kaki. Semakin maju, menekuk lutut depan,

peregangan otot di betis belakang lebih terasa. Gerakan pompa

betis dimaksudkan untuk membantu lebih semangat dalam

belajar dan meningkatkan kemampuan bekerja dalam media.

iii. Luncuran gravitasi (the gravity glider)

Gerakan luncuran gravitasi ini berguna untuk

merelaksikan daerah pinggang, pinggul, dan sekitarnya.

Gerakan tersebut dapat dilakukan dengan berdiri atau dengan

duduk yang nyaman. Dalam melakukan gerakan tersebut

dengan menyilangkan kaki di pergelangan tangan depan, lalu

meluncurkannya ke daerah kaki.

iv. Coretan ganda (double doodle)

Gerakan coretan ganda ini adalah kegiatan

menggambar di kedua sisi tubuh yang dilakukan pada bidang

tengah untuk menunjang kemampuan agar mudah mengetahui

(39)

ganda dalam bentuk nyata adalah seperti gerakan lingkaran,

segitiga lingkaran, bintang, hati, dsb. Melakukan

gerakan-gerakan tersebut dengan menggunakan kedua tangan. Gerakan

coretan ganda dimaksudkan untuk memperbaiki penglihatan

perifer, memperbaiki kemampuan olahraga dan keterampilan

gerakan.

v. Gajah (the elephant)

Gerakan membuat belalai dengan menukuk lutut

sedikit, meletakan telinga di atas bahu dan merentangkan

tangan lurus ke depan. Membayangkan tangan menjadi belalai

gajah yang menyatu dengan kepala. Gerakan gajah

mengaktifkan bagian dalam telinga untuk kesetimbangan yang

lebih baik. Selain itu gerakan gajah mampu mengintegrasikan

otak untuk mendengar dengan kedua telinga, membuat relaks

otot tengkuk yang tegang akibat dari terlalu banyak membaca.

vi. Putaran leher (neck rolls)

Gerakan dengan menundukkan kepala ke depan,

pelan-pelan putar leher dari satu sisi ke sisi yang lain, nafaskan

keluarkan ketegangan. Ulangi dengan bahu diturunkan.

Bayangkan menggambar garis lengkung di sepanjang dada.

(40)

kemungkinan pengaruh negatif peralatan elektronik dan

membuat relaks.

Gerakan-gerakan tersebut berfungsi untuk mengaktifkan otak

dalam meningkatkan kemampuan matematis dan dapat menunjang

kemampuan bekerja dalam media yang multidimensi dan multiarah.

Dennison (2006) menjelaskan bahwa kemampuan matematis lebih

mudah diterima siswa yang memiliki pengertian tentang bangun,

ruang, massa, jumlah dan hubungan.

C. Siswa Kelas 3 SD

Siswa kelas 3 SD termasuk dalam tahap operasi konkret. Tahap ini

terjadi pada usia sekitar 7-12 tahun. Pemikiran operasional konkret mencakup

penggunaan operasi. Penalaran logika menggantikan penalaran intuitif, tetapi

hanya dalam situasi konkret. Kemampuan untuk menggolongkan sudah ada,

tapi belum bisa memecahkan problem-problem abstrak (Santrock, 2007).

Tahap operasi konkret ini dicirikan dengan pemikiran anak yang sudah

berdasarkan logika tertentu dengan sifat reversibilitas dan kekekalan. Periode

ini disebut operasi konkret sebab berpikir logiknya didasarkan atas manipulasi

fisik dari objek-objek. Operasi konkret hanyalah menunjukkan kenyataan

adanya hubungan dengan pengalaman empiric-konkret yang lampau dan

masih mendapat kesulitan dalam mengambil kesimpulan yang logis dari

(41)

Pengerjaan-pengerjaan logika dapat dilakukan dengan berorientasi ke

objek-objek atau peristiwa-peristiwa yang dialami oleh siswa. Siswa belum

memperhitungkan semua kemungkinan dan kemudian mencoba menemukan

kemungkinan yang mana yang akan terjadi (Suparno, 2001). Perkembangan

kognitif sering diidentikkan dengan perkembangan kecerdasan.Perkembangan

kognitif merupakan dasar bagi perkembangan intelegensi pada anak. Senada

dengan observasi yang telah dilakukan Piaget (1936) dalam (Yudha dan

Rudyanto, 2005) menyatakan bahwa “Anak mampu mendemontrasikan berbagai pengaruh mengenai relativitas dunia sejak lahir hingga dewasa”.

D. Pengaruh Pelatihan Senam Otak Terhadap Prestasi Belajar Matematika

Denisson (2002) mengatakan bahwa untuk mengaktifkan sensasi

dalam tubuh perlu keadaan yang rileks dan suasana yang menyenangkan.

Seseorang tidak akan dapat menggunakan otak dengan maksimal karena

pikiran menjadi kosong. Proses pembelajaran di sekolah terkadang membuat

fungsi otak siswa mengalami penurunan. Penurunan fungsi otak siswa

disebabkan oleh adanya faktor pemicu yang dapat menyebabkan siswa

mengalami kelelahan dan ketegangan selama proses belajar berlangsung.

Kondisi seperti inilah yang dapat menyebabkan otot-otot syaraf mengalami

ketegangan dan kondisi otak akan mengalami kekurangan energi sehingga

asupan oksigen dan aliran darah menuju ke otak pun tidak optimal.

Kekurangan energi pada otak dapat menyebabkan penurunan konsentrasi

(42)

Universitas California menerbitkan makalah di jurnal Nature, dan

mengungkapkan bahwa sel otak tidak lagi tumbuh setelah masa remaja.

Kesimpulan tersebut muncul setelah para peneliti mengamati sampel jaringan

hipokampus yang berhubungan dengan kekuatan mengingat dari berbagai

usia. Namun, ahli neurobiology asal Universitas Columbia membantah

temuan itu. Mereka berhasil membuktikan bahwa sel otak manusia tetap

tumbuh meski manusia berusia di atas 70 tahun. Hasilnya, pria dan wanita

yang sehat dapat terus memproduksi neuron baru sepanjang hidupnya. Meski

lintas usia, ukuran rata-rata hipokampus dan jumlah sel baru yang terbentuk di

otak sama (Sains Kompas, 2018). Jensen dan Kalyn (2007) mengemukakan

bahwa aktivitas fisik meningkatkan pertumbuhan sel otak baru. Suatu gerakan

merupakan bagian integral dari pembelajaran dan berpikir, selama gerakan,

sel-sel otak menjadi lebih segar, sehingga memicu pertumbuhan sel-sel otak

baru dan perkembangan sinapsis saraf (Blakemore, 2003). Suatu penelitian

menunjukkan bahwa peningkatan waktu aktivitas fisik selama belajar

memberikan dampak terhadap nilai tes yang lebih tinggi dalam berhitung,

membaca, menulis dan peningkatan kesehatan. Aktivitas fisik membantu

anak-anak meningkatkan motor ketrampilan mungkin memiliki dampak

langsung pada kinerja dalam berhitung, membaca, bahasa seni, kesadaran

spasial dan perhatian (Jensen& Kalyn, 2007).

Twomey (2002) melakukan penelitian eksperimen senam otak pada

(43)

untuk mengaktifkan otak dalam meningkatkan proses belajar berhitung.

Gerakan-gerakan ini mencakup gajah (the elephant), burung hantu (the owl),

pompa betis (calf pump), putaran leher (neck rolls), luncuran gravitasi (gravity

glider), coretan ganda (double dooble) (Dennison and Dennison, 2006). Hasil

penelitian ini menunjukan adanya peningkatan perhatian dan respon yang

lebih cepat serta peningkatan kemampuan untuk menangani kompleksitas

aktivitas belajar.

Prihastuti (2009) melakukan penelitian eksperimen pengaruh senam

otak terhadap peningkatan kecakapan berhitung siswa SD. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa metode brain gym berpengaruh terhadap peningkatan

kecakapan berhitung siswa Sekolah Dasar. Hasil diinterpretasikan bahwa

terdapat perbedaan nilai rata-rata tes kecakapan berhitung yang sangat

signifikan sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan. Adriani

(2009) juga melakukan penelitian mengenai efektivitas brain gym dalam

meningkatkan kecakapan matematika pada siswa sekolah dasar. Hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa metode brain gym efektif dalam

meningkatkan kecakapan matematika pada anak. Hal ini membuktikan bahwa

gerakan-gerakan dalam brain gym meningkatkan kemampuan belajar dengan

menggunakan keseluruhan otak. Gerakan senam otak dapat membuka

bagian-bagian otak yang sebelumnya tertutup atau terhambat sehingga kegiatan

belajar berlangsung menggunakan seluruh otak, mengurangi stress emosional,

(44)

daya ingat (Adriani, 2009). Mayasari (2017) menyatakan bahwa konsentrasi

belajar berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar. Kemampuan daya ingat

juga berpengaruh terhadap hasil belajar matematika (Ardika, 2017)

Uraian hasil eksperimen di atas menyimpulkan bahwa Brain Gym

sangat bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan akademik. Brain Gym

dirancang khusus untuk membantu dalam mengaktifkan semua dimensi otak

dalam meningkatkan keterampilan dan kemampuan akademik yang kita

inginkan dalam waktu singkat.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka pengaruh pelatihan senam otak

terhadap prestasi belajar matematika dapat digambarkan seperti skema di

(45)

Gambar 2.1

Pengaruh Pelatihan Senam Otak terhadap Prestasi Belajar Matematika Proses belajar di sekolah

 Kelelahan dan

ketegangan otak siswa

 Penurunan fungsi otak

 Penurunan konsentrasi belajar

 Daya ingat dan kreativitas menurun

Senam otak (Brain Gym)

 Dimensi

Literisasi- Oksigen dan darah mengalir lancar ke otak

 Otak menjadi rileks 

(46)

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah dengan mengikuti pelatihan senam otak

(brain gym) maka prestasi belajar matematika anak SD kelas 3 akan

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Desain

penelitian ini adalah Pre-Test and Post-Test Control Group Design

yaitu eksperimen yang dilakukan pada dua kelompok dimana

kelompok pertama diberi perlakuan dan kelompok kedua tidak diberi

perlakuan. Teknis pemilihan kelas sebagai kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol dilakukan dengan cara berkonsultasi dengan kepala

sekolah SD Mardiyuana Cilegon.

Keterangan:

KE= Kelompok Eksperimen

KK= Kelompok Kontrol

O1=pre-test

O2= post-test

X= treatment

Y= no treatment

O1 > x > O2

KE

O1 > Y > O2

(48)

B. Identifikasi Variabel

Variabel Bebas : Pelatihan Senam Otak (Brain Gym)

Variabel Terikat : Prestasi Belajar Matematika

Variabel pengganggu : Internal (kesehatan, intelegensi dan bakat,

minat dan motivasi, serta cara belajar) dan

eksternal (keluarga, sekolah, dan masyarakat)

C. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang memengaruhi

variabel lain, atau disebut variabel independent (Arikunto,

2006). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah latihan

senam otak dengan frekuensi 10 kali latihan dalam seminggu

yang berdurasi 10-15 menit.

Senam otak (Brain Gym) adalah serangkaian latihan

gerak sederhana untuk memudahkan kegiatan belajar dan

penyesuaian dengan tuntutan sehari-hari (Demuth, 2005). Brain

Gym dilakukan untuk menyegarkan fisik dan pikiran siswa

setelah menjalani proses pembelajaran yang mengakibatkan

kelelahan dan ketegangan pada otak sehingga menurunkan

konsentrasi belajar pada siswa (Denisson, 2008).

Gerakan senam otak yang digunakan dalam penelitian

(49)

pump), luncuran gravitasi (the gravity glider), coretan ganda

(double doodle), gajah (the elephant), putaran leher (neck rolls)

(Dennison, 2008). Gerakan-gerakan tersebut berfungsi untuk

mengaktifkan otak dalam meningkatkan kemampuan matematis

dan dapat menunjang kemampuan bekerja dalam media yang

multidimensi dan multiarah.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi

variabel lain, atau disebut variabel dependent (Arikunto, 2006).

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar

matematika.

Prestasi belajar matematika adalah hasil pengukuran

yang berwujud angka maupun pernyataan yang mencerminkan

tingkat penguasaan materi pelajaran bagi para siswa yang

diperoleh dari hasil tes belajar dan dinyatakan dalam bentuk

skor.

3. Variabel Penggangu

Variabel pengganggu adalah variabel yang dapat

memperkuat atau memperlemah pengaruh variabel bebas

(latihan senam otak) terhadap variabel terikat (prestasi belajar

matematika). Pada penelitian ini variabel pengganggu meliputi

(50)

intelegensi dan bakat, minat dan motivasi, serta cara belajar;

Variabel yang berada di luar diri siswa seperti: keluarga,

sekolah, dan masyarakat.

Dari beberapa variabel pengganggu tersebut, hanya satu

yang dapat dikendalikan pada penelitian ini, yaitu faktor

sekolah. Hal ini karena siswa kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol berada pada sekolah yang sama, sehingga

pelaksanaan kurikulum, metode mengajar, relasi guru dengan

siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran

dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung dan

tugas rumah, yang diberikan kepada siswa relatif sama.

Sedangkan untuk variabel pengganggu yang lain tidak

dikendalikan karena variabel tersebut tidak diteliti dan berada

di luar jangkauan penelitian. Kesehatan, intelegensi dan bakat,

minat dan motivasi, serta cara belajar antara siswa satu dengan

siswa yang lain dapat berbeda. Selain itu, kondisi keluarga dan

lingkungan masyarakat antara siswa satu dengan siswa yang

lainnya juga berbeda.

D. Desain Eksperimen

Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

randomized control group pretest-posttest. Kelompok subyek

(51)

kelompok eksperimen. Metode ini merupakan desain eksperimen

yang dilakukan dengan pengukuran sebagai pre-test (O1), sebelum

perlakuan (X) diberikan, dan post-test (O2) sesudahnya pada

kelompok eksperimen. Pengukuran yang sama diberikan pada

kelompok kontrol tanpa perlakuan (Y).

a) Waktu Pelaksanaan

Pelatihan senam otak dilaksanakan setiap hari selama

sepuluh hari. Waktu pelaksanaan tersebut merupakan waktu

minimal untuk mempertahankan intensitas pelatihan dan

melakukan evaluasi atas pelatihan yang telah dilakukan

(52)

hari, sebelum pelajaran pertama. Hal ini dilakukan karena

kondisi anak masih segar.

b) Tempat Pelaksanaan

Pelatihan senam otak dilakukan di ruangan kelas dan

memiliki ruang gerak yang cukup.

c) Pemilihan Instruktur

Instruktur pelatihan senam otak adalah orang yang

sudah terlatih melakukan senam otak. Instruktur pelatihan

senam otak adalah saudara dari peneliti sendiri. Hal ini

dilakukan agar tidak ada kesalahan yang dilakukan dalam

melakukan senam otak.

d) Jenis Instrumen Eksperimen

Instrumen yang digunakan untuk mengukur prestasi

belajar matematika adalah tes matematika. Instrumen ini dibuat

dengan bantuan guru matematika yang mengajar subjek. Tes

matematika ini telah disesuaikan dengan materi pelajaran

matematika yang telah dipelajari subjek.

E. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa kelas 3 sekolah dasar.

Siswa-siswi dalam dua kelas akan dibagi menjadi dua kelompok yaitu

(53)

F. Blue Print Tes Prestasi Belajar Matematika Kelas 3 SD

Tabel 1.

Blue Print Tes Prestasi Belajar Matematika Kelas 3 SD

(Blue print secara detail dapat dilihat pada lampiran B) No Standar

Kompetensi Kompetensi Dasar

(54)

G. Blue Print Tes Prestasi Belajar Matematika Kelas 3 SD Setelah

Seleksi Item

Tabel 2.

Blue Print Tes Prestasi Belajar Matematika 3 SD Setelah Seleksi Item

(Blue print secara detail dapat dilihat pada lampiran C)

H. Modul Senam Otak

(dapat dilihat pada lampiran A)

I. Prosedur Penelitian

Penelitian dilakukan selama sepuluh hari sebelum pelajaran

(55)

a. Menyampaikan surat permohonan izin penelitian dari

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma kepada

Kepala Sekolah.

b. Setelah disetujui untuk melakukan penelitian, peneliti

berkonsultasi mengenai soal tes matematika dengan guru

matematika yang mengajar subjek penelitian.

c. Peneliti melakukan rapport kepada subjek penelitian.

d. Peneliti memberikan tes kemampuan matematika sebagai

pre-test kepada kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol.

e. Peneliti memberikan pelatihan senam otak selama 10 hari

kepada kelompok eksperimen yang terdiri dari:

1) Gerakan PACE yaitu Positif (kait relaks), Aktif

(gerakan silang), Clear (saklar otak) dan Energetis

(minum air).

2) Gerakan Gajah (The Elephant)

3) Gerakan Burung Hantu (The Owl)

4) Gerakan Pompa Betis (The Calf Pump)

5) Gerakan Putaran Leher (Neck Rolls)

6) Gerakan Luncuran Gravitasi (The Gravity Glider)

(56)

f. Peneliti memberikan tes kemampuan matematika sebagai

post-test kepada kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol.

J. Pilot Study

Pilot study merupakan uji coba penelitian dalam skala kecil

yang dilakukan sebelum penelitian sebenarnya dilaksanakan. Pilot

study dilaksanakan di SD Mardiyuana Kemang Pratama. Pilot study

dilaksanakan untuk mengidentifikasi kesalahan yang akan terjadi

dalam pelaksanaan penelitian serta agar rencana penelitian berjalan

dengan baik dan lancar. Pilot study dilaksanakan pada tanggal 3 April

2018 saat mengerjakan soal tes dan 13 April 2018 untuk pelatihan

senam otak.

K. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah tes kemampuan matematika

yang terdiri dari 44 soal sebelum melakukan tahap seleksi item.

Instrumen tes ini berbentuk tes pilihan ganda. Tes prestasi belajar

matematika dibuat oleh peneliti berdasarkan materi yang telah

dipelajari oleh subjek dan dengan bantuan guru kelas 3 SD. Peneliti

melakukan uji coba instrumen penelitian pada kelompok pilot study.

Proses diskriminasi item tes dilakukan untuk menentukan soal tes

mana yang baik dan mana yang tidak baik. Item dapat dikatakan

(57)

mencapai angka minimal 0.30 (Azwar, 2015). Dalam penelitian ini, uji

diskriminasi item dilakukan sebanyak 1 putaran. Daya diskriminasi

item bergerak antara 0.309-0.656. Peneliti menemukan terdapat 18

item soal yang tidak baik dan harus dihilangkan. Allen dan Yen (1979)

menyatakan bahwa secara umum untuk bisa mendapatkan diskriminasi

maksimum pada berbagai taraf pemilikan atribut yang sedang diukur

di antara testi sebaiknya item-item tes memiliki taraf kesukaran dalam

kisaran 0.30-0.70 (Supratiknya, 2014). Namun, dalam penelitian ini

taraf kesukaran item tergolong sangat mudah. Hal ini dikarenakan

hanya ada 7 item yang ada dalam kisaran 0.30-0.70.

L. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis data independent

sample t-test untuk gain score. Data gain score adalah hasil post-test

dikurangi hasil pre-test setiap subjek. Skor yang diperoleh merupakan

peningkatan atau penurunan kemampuan matematika tergantung

akibat dari perlakuan yang diberikan. Sebelum melakukan uji

hipotesis, dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas

dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian berasal dari

populasi yang sebarannya normal atau tidak (Santoso, 2010). Uji

homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah varian kelompok

data sama atau berbeda (Priyatno, 2012). Pengolahan data dilakukan

(58)

M. Validitas

Pengertian validitas secara umum menyangkut dua hal, yaitu

validitas alat ukur dan validitas penelitian. Validitas alat ukur

berkaitan dengan seberapa besar suatu alat ukur mampu mengukur,

sedangkan validitas penelitian berkaitan dengan hubungan sebab

akibat yang dihasilkan. Berbeda dengan validitas alat ukur, validitas

penelitian tidak berkaitan dengan perhitungan statistik seperti pada

validitas alat ukur, melainkan berkaitan dengan kontrol terhadap

variabel sekunder (Seniati, 2015). Pada penelitian ini validitas

instrumen dilakukan dengan cara (Sugiyono, 2013):

1. Validitas konstrak (construct validity)

Instrumen penelitian disusun berdasarkan teori, dan

selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli (judgment experts)

yaitu dosen pembimbing dan guru kelas 3 SD.

2. Validitas isi (content validity)

Isi instrumen dibandingkan dengan materi pelajaran

matematika yang diajarkan di sekolah, dan dibuat kisi-kisi

instrumen. Setelah instrumen dikonsultasikan dengan ahli,

selanjutnya diujicobakan pada pada kelompok pilot study pada

(59)

3. Validitas eksternal/empiris

Validitas eksternal dilakukan dengan cara

membandingkan antara kriteria yang ada pada instrumen

dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan. Dari hasil

ujicoba diketahui daya diskriminasi item bergerak antara

0.309-0.656. Peneliti menemukan terdapat 18 item soal yang

tidak baik dan harus dihilangkan. Dengan demikian, setelah 18

soal tersebut dihilangkan, maka instrumen memiliki validitas

yang tinggi sebagai alat pengumpulan data, karena dapat

diterapkan pada sampel lain, yaitu siswa kelas 3 SD

Mardiyuana Cilegon.

N. Taraf Kesulitan Item

(60)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas 3 di SD Mardi Yuana

Cilegon. Subjek penelitian berjumlah 40 orang yang terdiri dari kelas

C sebagai kelompok eksperimen dan kelas D sebagai kelompok

kontrol.

Tabel 3.

Deskripsi Subjek Penelitian

Laki-laki Perempuan Jumlah Kelompok

Eksperimen 11 9 20

Kelompok

Kontrol 12 8 20

B. Pelaksanaan Penelitian

1. Pre-Test

Pre-test pada kelompok eksperimen dan kontrol dilaksanakan

pada hari Senin 28 Mei 2018 pada pukul 07.15 – 08.15 WIB di ruang kelas tiga SD Mardi Yuana Cilegon. Pengerjaan tes

matematika berlangsung selama 60 menit.

2. Pelatihan Senam Otak

Pelatihan senam otak berlangsung dari tanggal 28 Mei 2018

(61)

adalah orang yang sudah terlatih untuk menjadi instruktur senam

otak. Peneliti hanya mengobservasi keadaan kelas pada saat

dilakukan senam otak. Pelatihan senam otak meliputi 10 gerakan

yang terdiri dari 4 gerakan PACE dan 6 gerakan yang telah dipilih

untuk meningkatkan kemampuan matematika. Pelatihan senam

otak berjalan dengan baik dari awal sampai akhir.

3. Post-Test

Post-test pada kelompok eksperimen dan control dilaksanakan

pada hari Kamis 7 Juni 2018 pada pukul 08.00 – 09.00 WIB di ruang kelas tiga SD Mardi Yuana Cilegon. Pengerjaan tes

matematika dilakukan setelah kelompok eksperimen mengikuti

pelatihan senam otak sedangkan kelompok kontrol setelah

kegiatan olahraga dilapangan. Post-test berlangsung selama 60

menit.

C. Hasil Penelitian

1. Data Deskriptif Penelitian

Nilai rata-rata (mean) dan jumlah subjek (N) pada

(62)

Tabel 4.

Data Deskriptif Penelitian

2. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini meliputi:

I. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan

teknik Saphiro-Wilk. Uji ini digunakan karena

jumlah sampel penelitian untuk kelompok

eksperimen dan kontrol adalah kecil,

(63)

Tabel 5.

Hasil Uji Normalitas

Berdasarkan tabel diatas dapat terlihat bahwa

kedua kelompok memiliki nilai sig < 0.05, maka kedua

kelompok penelitian tidak memiliki data berdistribusi

secara normal.

a. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mencari tahu apakah

dari beberapa kelompok data penelitian memiliki varians yang

sama atau tidak.

Tabel 6.

Hasil Uji Homogenitas

Levene's Test for Equality of Variances

F Sig. 0.002 0.967

Hasil pengujian menghasilkan nilai F = 0,987 dengan

signifikansi 0.002 <0,05. Dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok

dapat dikatakan memiliki varians data yang homogen.

Shapiro-Wilk

(64)

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan Mann Whitney

Test pada kelompok eksperimen dan control dengan menggunakan

gain score. Peneliti menggunakan Mann Whitney dikarenakan data

yang tidak normal.

Tabel 7.

Hasil Uji Hipotesis

Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. sebesar

0.001 (sig<0.05). Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok

(65)

dapat meningkatkan prestasi belajar matematika pada siswa kelas 3

SD.

D. Pembahasan

Penelitian ini menguji pengaruh pelatihan senam otak terhadap

prestasi belajar matematika siswa kelas 3 SD. Hasil analisis uji beda

dengan menggunakan Mann-Whitney menunjukkan adanya perbedaan

yang signifikan (sig= 0.001<0.05). Berdasarkan hasil penelitian diatas,

diketahui bahwa terdapat peningkatan prestasi belajar matematika

pada kelompok eksperimen dibandingkan dengan kelompok kontrol

sesudah pelatihan senam otak.

Peningkatan prestasi belajar matematika pada siswa kelompok

eksperimen dapat terjadi karena siswa diberikan perlakuan atau

treatment berupa braingym. Braingym akan meningkatkan

kemampuan konsentrasi secara kognitif pada siswa, selain itu

braingym juga meningkatkan daya ingat siswa yang berhubungan

secara langsung terhadap peningkatan prestasi belajar. Hal ini karena

braingym dirancang khusus untuk membantu mengaktifkan semua

dimensi padaotak, sehingga siswa mengalami peningkatan dalam

prestasi akademik matematika. Namun sebaliknya, siswa dalam

kelompok kontrol yang tidak diberikan treatmeant atau perlakuan

(66)

mengembangkan kemampuan konsentrasi, dan daya ingat pada diri

mereka melalui braingym.

Dalam penelitian ini menggunakan gerakan PACE dan

gerakan-gerakan yang berfungsi untuk mengaktifkan otak dalam

meningkatkan proses belajar berhitung. Gerakan-gerakan ini

mencakup gajah (the elephant) yang berfungsi untuk meningkatkan

daya ingat berupa pendengaran dan gerakan seluruh tubuh, burung

hantu (the owl) yang berfungsi untuk meningkatkan fokus, daya ingat,

dan perhatian.Gerakan pompa betis (calf pump) yang berfungsi untuk

meningkatkan pemahaman dalam membaca, menulis kreatif, dan

kemampuan dalam menuntaskan semua tugas.Gerakan putaran leher

(neck rolls) berfungsi untuk memicu fungsi saraf agar menjadi rileks.

Gerakan luncuran gravitasi (gravity glider) berfungsi untuk

menunjang kemampuan akademik untuk pemikiran abstrak dan

berhitung. Sedangkan gerakan coretan ganda (double dooble)berfungsi

untuk meningkatkan kemampuan menulis dan mengeja (Dennison and

Dennison, 2005).

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Astuti

(2015) dimana subjek penelitian merupakan anak usia dini dan usia

lanjutmenunjukkan hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan

oleh peneliti. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa braingym

(67)

Pada penelitian sebelumnya menggunakan senam otak atau braingym

untuk meningkatkan perkembangan kognitif pada anak usia dini dan

usia lanjut untuk meningkatkan fungsi kognitif. Dalam penelitian ini,

peniti bermaksud untuk memperluas penelitian sebelumnya dengan

menggunakan subjek anak yang berada pada tahap operasional konkrit

yaitu anak tingkat kelas 3 SD. Selain itu, dalam penelitian ini ingin

melihat peningkatan prestasi matematika.

Menurut Kusumoputro (2005) otak memerlukan stimulasi

tertentu untuk mempertahankan fungsinya. Stimulasi yang diberikan

akan melatih otak dengan kegiatan belajar dan aktivitas. Braingym

merupakan stimulasi yang tepat digunakan untuk mempertahankan

fungsi otak. Braingym akan melatih konsentrasi atau perhatian dengan

meningkatkan orientasi dan memori visual. Sehingga berbagai aspek

yang terkandung dalam fungsi kognitif dapat ditingkatkan dengan

braingym. Brain gym memiliki serangkaian gerakan yang dapat

mengkoordinasikan seluruh dimensi otak dengan baik. Selain itu yang

tidak kalah penting ketika memberikan perlakuan dengan braingym

yaitu, suasana nyaman dan gembira yang diterapkan selama

pelaksanaan braingym. Hal ini dikarenakan suasana yang nyaman dan

gembira akan memberikan pengaruh langsung terhadap perbaikan

Gambar

Tabel 2. Blue Print Tes Prestasi Belajar Matematika Kelas 3 SD
Gambar 2.1 Pengaruh Pelatihan Senam Otak terhadap Prestasi Belajar Matematika
Tabel 1. Blue Print Tes Prestasi Belajar Matematika Kelas 3 SD
Tabel 2.
+5

Referensi

Dokumen terkait

pekerja yang bekerja di Kebon Hotspot cafe Kabupaten Sleman Yogyakarta. Dari penelitian ini diharapkan dapat diperoleh kesimpulan tentang

Pada hari ini, Rabu tanggal Dua Puluh Tujuh bulan Juni tahun Dua Ribu Dua Belas dengan mengambil tempat di Ruang Rapat Sekretariat ULP Pemerintah Kabupaten

Hasil dari penelitian ini diharapkan didapatkan bagaimana langkah-langkah Pemerintah dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Seni Budaya Kabupaten Ponorogo untuk dapat mengembangkan

PERENCANAAN DI LINGKUNGAN DINAS BINA MARGA DAN PENGAIRAN KABUPATEN KUBU RAYA TAHUN ANGGARAN

[r]

Terjadinya efusi telinga tengah atau inflamasi telinga tengah ditandai dengan membengkak pada membran timpani atau bulging, mobilitas yang terhad pada membran timpani, terdapat

Namun, jika user memberi interupsi untuk melakukan pengendalian terhadap sistem mobil (penguncian dan alarm ), maka minimum system akan bertindak untuk mengolah data

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa daya rata-rata yang diserap oleh masing-masing jalur BHA, BHB dan BHC saat reaktor beroperasi relatif sama, yaitu sekitar 500 kW,