• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN DENGAN SIKAP BERWIRAUSAHA Oleh : Nugraha Saefudin dan Restu Adtyawarman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN DENGAN SIKAP BERWIRAUSAHA Oleh : Nugraha Saefudin dan Restu Adtyawarman"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)

133

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

KEWIRAUSAHAAN DENGAN SIKAP

BERWIRAUSAHA

Oleh : Nugraha Saefudin dan Restu Adtyawarman

*) Dosen Tetap Prodi Manajemen STIESA ABSTRAK

Perekonomian Indonesia saat ini sedang mengalami keterpurukan, dimana krisis ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan beragam permasalahan yang kompleks, mulai dari pengurangan jumlah karyawan yang dilakukan oleh sejumlah perusahaan berupa pemutusan hubungan kerja (PHK) sampai dengan penutupan usaha. Untuk mengatasi keadaan tersebut adalah dengan menumbuhkembangkan kewirausahaan dan sebagai salah satu cara untuk memiliki sikap berwirausaha adalah dengan mengikuti diklat kewirausahaan.

Penelitian dilakukan dalam rangka penulisan skripsi yang berjudul : “Hubungan Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan dengan Sikap Berwirausaha Santri mukim Daarut Tauhiid Bandung”.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tersebut adalah untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dan pelatihan kewirausahaan dengan sikap berwirausaha santri mukim Daarut Tauhiid Bandung.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melalui penyebaran kuesioner pada santri mukim Daarut Tauhiid Bandung. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji statistik nonparametrik yaitu uji korelasi Rank Spearman.

Dari hasil analisis rank spearman di peroleh rs sebesar 0,613 yang menunjukkan adanya hubungan yang cenderung kuat antara pendidikan dan pelatihan kewirausahaan dan sikap berwirausaha santri mukim. Untuk menguji tingkat signifikan digunakan uji t, maka dihasilkan t hitung sebesar 5,028 lebih besar dari t tabel yaitu 1,682, maka hipotesis yang penulis ajukan yaitu : “Terdapat hubungan antara pendidikan dan pelatihan kewirausahaan dengan sikap berwirausaha santri mukim”, dapat diterima.

Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)

134

1.1. Latar Belakang Masalah

Perekonomian Indonesia saat ini sedang mengalami keterpurukan, dimana krisis ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan beragam permasalahan yang kompleks, mulai dari pengurangan jumlah karyawan yang dilakukan oleh sejumlah perusahaan berupa pemutusan hubungan kerja (PHK) sampai dengan penutupan usaha. Kondisi tersebut menyebabkan lapangan pekerjaan menjadi semakin menyempit dan memperkecil kemungkinan penampungan tenaga kerja yang pada akhirnya akan berimplikasi pada jumlah pengangguran yang semakin hari semakin bertambah. Hal ini terjadi karena perusahaan tidak mampu mengelola berbagai peluang maupun sumber daya sekitarnya terutama sumber daya manusianya secara kreatif dalam menciptakan nilai tambah bagi dirinya maupun bagi perusahaannya secara berkelanjutan.

Mengingat faktor sumber daya manusia merupakan suatu aset yang sangat penting di dalam pencapaian tujuan organisasi, maka diperlukan upaya dari perusahaan dalam membantu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para karyawannya. Salah satunya dengan menumbuhkan sikap berwirausaha. Sikap berwirausaha ini sebagai jalan alternatif untuk menekan angka kemiskinan dan pengangguran.

Selama ini, masyarakat kita atau sebagian besar dari pengusaha-pengusaha Indonesia tumbuh dan berkembang

(2)

Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)

135

dengan jiwa kewirausahaan secara turun-temurun dan bukan melalui suatu pendidikan, sehingga budaya wirausaha tumbuh dan berkembang hanya dalam keluarga atau masyarakat tertentu saja. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Suryana (2003:1) bahwa “….sikap kewirausahaan (entrepreneurship) tidak hanya dimiliki oleh usahawan akan tetapi dapat dimiliki oleh setiap orang yang berfikir kreatif dan bertindak inovatif baik kalangan usahawan maupun masyarakat umum seperti petani, pegawai perusahaan, mahasiswa, guru, dan pimpinan organisasi lainnya”.

Sukses atau tidaknya seseorang berwirausaha pada dasarnya tidak tergantung pada besar kecilnya ukuran usaha, tetapi lebih karena bagaimana cara menyikapi setiap kendala yang timbul dalam usahanya. Hal ini senada dengan pendapat Suryana (Zimmerer 1996:51) bahwa “Sukses kewirausahaan akan tercapai apabila berfikir dan melakukan sesuatu yang baru atau sesuatu yang lama dengan cara-cara yang baru (thing and doing new things or old thing in new way)”. Oleh karena itu, sikap dalam wirausahalah yang harus dimiliki oleh setiap orang yang ingin memulai sebuah usaha. Sikap yang timbul dalam menghadapi sesuatu hal karena adanya kesiapan pengetahuan dan mental yang telah diolah melalui pendidikan dan pengalaman sehingga orang mampu mengerti, memahami, dan menguasai sikap berwirausaha.

Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)

136

Apabila seseorang sudah mempunyai sikap tertentu dalam pekerjaannya, maka orang tersebut akan berperilaku sesuai dengan sikapnya. Kalau ia mempunyai sikap yang positif terhadap pekerjaannya, maka akan bertingkah laku yang positif juga atau dengan kata lain ia akan bertingkah laku sebagai seorang wirausaha, tetapi sebaliknya apabila ia mempunyai sikap negatif terhadap pekerjaannya, maka akan menghasilkan tingkah laku yang negatif dan mudah menyerah.

Disamping memiliki sikap berwirausaha, diperlukan juga pendidikan dan pelatihan yang diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi usahanya. Penyelenggaraan program pendidikan dan pelatihan yang diberikan dalam suatu organisasi, pada dasarnya ditujukan untuk menjembatani kesenjangan atau gap antara unsur-unsur individu, khususnya kemampuan yang dimiliki oleh seorang tenaga kerja dengan unsur-unsur yang dikehendaki organisasi sebagai akibat dari kurangnya pengetahuan, keterampilan serta sikap-sikap kerja tertentu.

Saat ini telah banyak berdiri sekolah-sekolah atau lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan kewirausahaan. Salah satu lembaga yang melaksanakan pendidikan kewirausahaan adalah Departemen Pendidikan dan Pelatihan Daarut Tauhiid Bandung yang menyelenggarakan suatu program santri mukim “Akhlaq Plus Wirausaha“. Para santri yang mengikuti program pendidikan ini memiliki masalah mengenai

(3)

Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)

137

karakter atau sikap yang belum optimal dalam mengemban tanggung jawab sebagai organisator peradaban dunia. Masalah karakter atau sikap seperti rasa rendah diri, kurang percaya diri, tidak mandiri, malas, berpikiran dangkal merupakan karakter yang lemah yang dapat mengubur potensi yang ada, sehingga menjadi kurang berguna bagi kesehariannya dan menyebabkan jumlah pengangguran semakin bertambah.

Sesuai dengan visi dari Daarut Tauhiid yaitu Dzikir, Fikir, dan Ikhtiar, maka program pendidikan santri mukim ini diharapkan menghasilkan seorang wirausaha yang memiliki pandangan ke atas dalam berdzikir, dan memiliki pandangan ke depan dalam berikhtiar. Program pendidikan yang dilaksanakan Daarut Tauhiid tersebut mencakup pendidikan akhlaq untuk membina mental yang lebih kuat yang dilandasi oleh keimanan kepada Allah SWT, juga pendidikan dan pelatihan kewirausahaan, yang meliputi pendidikan tentang tata cara berwirausaha dengan menjual produk-produk yang ada di Daarut Tauhiid sehingga para wirausaha yang dihasilkannya memiliki sikap mental berwirausaha yang baik dengan berlandaskan keimanan. Apabila pendidikan dan pelatihan yang dilakukan secara tepat, maka kemungkinan akan mempengaruhi sikap mental yang tinggi, tetapi sebaliknya apabila pendidikan dan pelatihan yang dilakukan tidak dapat meningkatkan kebutuhan karyawan, maka sikap mental dari karyawan kemungkinan akan rendah.

Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)

138

Berkenaan dengan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan tersebut diatas, penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih jauh dan mendalam tentang sejauhmana pendidikan dan pelatihan kewirausahaan yang dilakukan Daarut Tauhiid untuk menghasilkan lulusan yang memiliki sikap berwirausaha. Untuk mencapai tujuan tersebut, penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dan memfokuskan masalah pada “Hubungan Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan dengan Sikap Berwirausaha Santri Mukim Daarut Tauhiid”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka penulis memilih identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah gambaran tentang pelaksanaan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan santri mukim Daarut Tauhiid Bandung ?

2. Bagaimanakah sikap berwirausaha yang dimiliki oleh orang yang telah melakukan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan santri mukim Daarut Tauhiid Bandung ?

3. Sejauhmanakah hubungan antara pendidikan dan pelatihan kewirausahaan dengan sikap berwirausaha santri mukim Daarut Tauhiid Bandung ?

.

(4)

Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)

139

1.5. Kerangka Pemikiran

Dalam menghadapi persaingan dunia kerja, aspek sumber daya manusia harus memiliki keahlian agar dapat bersaing di dunia kerja. Salah satunya melalui proses pembinaan dalam bidang pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan seperti membina moral, karakter, intelek dan keterampilan individu sehingga pada akhirnya diharapkan individu tersebut mampu berdiri sendiri.

Pendidikan dan pelatihan yang menekankan pada kemandirian adalah pendidikan dan pelatihan kewirausahaan. Pendidikan dan pelatihan kewirausahaan berarti isi dan materi yang disampaikan dalam proses pendidikan dan pelatihannya harus disesuaikan dan diselenggarakan dengan maksud dan pengertian dari konsep kewirausahaan itu sendiri. Pendidikan dan pelatihan kewirausahaan merupakan pendidikan dan pelatihan yang mengajarkan agar orang mampu menciptakan kegiatan usaha dan kesempatannya secara mandiri. Program pendidikan dan pelatihan ini akan tercapai apabila :

“Tujuan dan sasaran dari program pendidikan dan pelatihan ini jelas dan dapat diukur, para pelatih memiliki kualifikasi yang memadai, materi pelatihan disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai, metode-metode dalam pelatihan sesuai dengan tingkat kemampuan peserta, peserta pelatihan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan (Mangkunegara, 2002:44)”.

Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)

140

Dengan program pendidikan dan pelatihan ini, diharapkan pekerjaan akan dapat dilakukan secara lebih efektif dan efisien, sebab dengan pendidikan dan pelatihan tersebut diharapkan dapat memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dari para santri sesuai dengan keinginan.

Setiap santri yang melakukan kegiatan pendidikan dan pelatihan akan mengalami perubahan sikap. Untuk melihat seberapa besar perubahan yang dihasilkan melalui suatu program pendidikan dan pelatihan tergantung dari materi yang disampaikannya, metode yang digunakannya, dan tahap evaluasi yang digunakannya sehingga dapat dilihat ada tidaknya suatu perubahan dari setiap pegawai. Meskipun setiap pegawai memiliki perwatakan yang unik, dan tujuan yang berbeda satu sama lainnya, dengan adanya program pendidikan dan pelatihan kewirausahaan akan membantu setiap pegawai dalam menentukan suatu sikap berwirausaha. Seperti yang dikemukakan oleh Hasibuan (2002:69) bahwa “Pendidikan meningkatkan keahlian teoritis, konseptual dan moral karyawan, sedangkan pelatihan bertujuan untuk meningkatkan keterampilan teknis pelaksanaan pekerjaan karyawan”.

Untuk mengukur berhasil atau tidaknya suatu usaha yang akan dijalankannya, Suryana (2003:20) mengemukakan bahwa

(5)

Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)

141

seorang pegawai harus memiliki ciri-ciri dan watak profil wirausaha, antara lain :

1. Sifat percaya diri, seseorang yang memiliki kepercayaan diri cenderung memiliki keyakinan akan kemampuannya untuk mencapai keberhasilan. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi, relatif lebih mampu menghadapi dan menyelesaikan masalah sendiri tanpa menunggu bantuan orang lain.

2. Berorientasi pada tugas dan hasil, seorang wirausaha akan memiliki nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan yang kuat, energik, dan mempunyai inisiatif. 3. Berani mengambil resiko, seringkali kita dihadapkan pada

suatu masalah yang menuntut adanya pengambilan keputusan dengan situasi yang penuh ketidakpastian. Situasi beresiko terjadi bila kita diminta membuat pilihan dari dua alternatif atau lebih, sedangkan situasi ini mengandung potensi kegagalan dan potensi kesuksesan sehingga banyak orang takut mengambil resiko karena ingin aman dan mengelak dari kegagalan.

4. Memiliki unsur-unsur keorisinilan, setiap pegawai diharapkan memiliki nilai inovatif, kreatif dan fleksibel dalam menjalankan usahanya. Dengan demikian usaha yang dijalankannya akan semakin berkembang.

Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)

142

5. Sifat kepemimpinan, Setiap orang mempunyai potensi untuk mempengaruhi orang lain atau menjadi pemimpin. Kepemimpinan terjadi atau terdapat dalam segala situasi dimana seseorang mencoba untuk mempengaruhi seseorang atau kelompok. Jadi, sebenarnya setiap individu terlibat dalam suatu kegiatan kepemimpinan oleh, dari atau bersama individu yang lain.

6. Berorientasi pada masa depan, orang yang berorientasi ke masa depan selalu berusaha untuk berkarya. Kuncinya pada kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dengan yang sudah ada sekarang. Pandangan yang jauh ke depan membuat wirausaha tidak cepat puas dengan karya yang sudah ada sekarang. Oleh sebab itu, ia selalu mempersiapkannya dengan mencari suatu peluang.

Dari penjelasan tersebut di atas, tidak semuanya dapat dimiliki oleh seorang wirausaha namun makin banyak sifat yang dimiliki maka semakin besar kemungkinan dapat meraih kesuksesan sebagai wirausaha.

Berdasarkan pada uraian diatas, maka dapat dirumuskan kerangka pemikiran yang menunjukkan hubungan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan (variabel X) dengan sikap berwirausaha (variabel Y) sebagai berikut :

(6)

Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)

143

Gambar 1.1 Model Kerangka Berpikir Hubungan Pendidikan dan

Pelatihan Kewirausahaan dengan Sikap Berwirausaha

2.1 Hasil Penelitian

Dari hasil wawancara dengan bagian Departemen Pendidikan Daarut Tauhiid sebagai salah satu sumber informasi dalam penelitian, maka penulis mengetahui jumlah populasi dalam rentang waktu tertentu yang akan dijadikan acuan untuk penarikan sampel (responden). Responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini sebanyak 44 orang, yaitu santri mukim Daarut Tauhiid Bandung yang mengikuti program santri mukim Akhlaq Plus Wirausaha (APW) 6.

1. Perubahan Kemampuan 2. Materi yang disampaikan 3. Metode yang digunakan 4. Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan 1. Percaya Diri 2. Berorientasi pada

tugas dan hasil 3. Berani mengambil resiko 4. Keorisinilan 5. Kepemimpinan 6. Berorientasi pada masa depan Sikap Berwirausaha

Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)

144

Dari hasil penelitian selama kurang lebih satu bulan di Daarut Tauhiid Bandung, penulis mengetahui berbagai karakteristik responden berikut tanggapan-tanggapan mengenai program santri mukim APW 6.

2.1.1. Gambaran Umum Responden

Untuk memperoleh gambaran umum responden, berikut ini dikemukakan karakteristik responden masing-masing berdasarkan usia, dan pendidikan terakhir.

Dari data yang penulis peroleh, usia santri yang termuda adalah 18 tahun dan santri yang tertua adalah 30 tahun dari 44 orang santri yang menjadi responden. Untuk mengetahui usia santri mukim Daarut Tauhiid Bandung, dapat diketahui dari tabel berikut ini :

Tabel 2.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi Persentase (%)

18 – 21 27 61

22 – 25 13 30

26 – 29 3 7

30 – 33 1 2

Jumlah 44 100

Sumber : Data Primer yang telah diolah

Dari tabel 4.1 dapat kita lihat bahwa 61% (27 orang) dari responden yang diamati berusia antara 18 sampai dengan 21 tahun. Sebanyak 30% (13 orang) dari responden berusia antara 22

(7)

Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)

145

sampai dengan 25 tahun, 7% (3 orang) berusia antara 26 sampai dengan 29 tahun dan responden yang diamati berusia antara 30 tahun sebanyak 1 orang.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan sebagian besar responden yang mengikuti program santri mukim APW 6 ini adalah santri yang memiliki usia produktif yaitu antara usia 18 sampai dengan 21 tahun.

Tabel 2.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%) SMU 29 66 Diploma 9 20 Sarjana 6 14 Jumlah 44 100

Sumber : Data Primer yang telah diolah

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan formal sebelum menjadi santri mukim Daarut Tauhiid, sebagian besar berpendidikan SMU yang berjumlah 29 orang atau 66%. Sedangkan yang berpendidikan Diploma sebanyak 9 orang atau 20%, dan Sarjana sebanyak 6 orang atau 14%.

Jadi dapat disimpulkan bahwa responden yang menjadi santri mukim paling banyak telah menyelesaikan pendidikan formal SMU yang merupakan syarat minimal untuk mengikuti program santri mukim akhlaq plus wirausaha di Daarut Tauhiid Bandung.

Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)

146

2.2. Pembahasan

2.2.1 Tanggapan Responden mengenai Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan yang dilaksanakan oleh Daarut Tauhiid Bandung.

Untuk mengetahui tanggapan responden mengenai pendidikan dan pelatihan kewirausahaan yang dilaksanakan oleh Daarut Tauhiid Bandung, ditentukan berdasarkan peningkatan kemampuan santri setelah mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan seperti yang disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 2.3

Tanggapan Responden mengenai Peningkatan Kemampuan setelah mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan

Bobot Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 4 5 2 6 4 13 19 4,54 13,64 9,09 29,54 43,19 Jumlah 44 100

Terlihat bahwa sebanyak 27,27% responden berpendapat tidak berpengaruh, dan sisanya sebanyak 72,73% responden memberikan pendapatnya bahwa pelaksanaan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan sangat berpengaruh dalam peningkatan

(8)

Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)

147

kemampuan santri. Hal ini berarti setelah melaksanakan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan, sebagian besar santri kemampuannya mengalami peningkatan.

Selanjutnya, pelaksanaan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan di Daarut Tauhiid Bandung dapat ditentukan berdasarkan peningkatan akhlaq santri setelah mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan seperti yang disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 2.4

Tanggapan Responden mengenai Peningkatan Akhlaq setelah mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan

Bobot Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 4 5 7 3 2 10 22 15,91 6,82 4,54 22,73 50 Jumlah 44 100

Terlihat bahwa sebanyak 27,27% responden berpendapat tidak berpengaruh, dan sisanya sebanyak 72,73% responden berpendapat bahwa pelaksanaan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan sangat berpengaruh dalam peningkatan akhlaq santri. Hal ini berarti bahwa sebagian besar santri setelah

Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)

148

mengikuti pendidikan dan pelatihan kewirausahaan mengalami peningkatan akhlaq.

Selain itu, pelaksanaan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan di Daarut Tauhiid Bandung dapat ditentukan berdasarkan teori dan praktek pendidikan dan pelatihan kewirausahaan seperti yang disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 2.5

Tanggapan Responden mengenai Teori dan Praktek Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan

Bobot Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 4 5 1 5 7 25 6 2,27 11,36 15,91 56,82 13,64 Jumlah 44 100

Terlihat bahwa sebanyak 29,54% responden berpendapat sangat tidak sesuai, dan sisanya sebanyak 70,46% responden berpendapat bahwa antara teori dan praktek dari pendidikan dan pelatihan kewirausahaan sangat sesuai. Hal ini berarti sebagian besar santri menganggap bahwa materi yang diberikan baik itu

(9)

Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)

149

secara teori dan praktek berjalan selaras dan disampaikan dengan jelas sehingga mudah diserap oleh santri.

Disamping itu, pelaksanaan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan di Daarut Tauhiid juga dapat ditentukan melalui metode pengajaran kewirausahaan seperti yang disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 2.6

Tanggapan Responden mengenai Metode Pengajaran Kewirausahaan

Bobot Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 4 5 1 6 3 19 15 2,27 13,64 6,82 43,18 34,09 Jumlah 44 100

Terlihat bahwa sebanyak 22,73% responden berpendapat bahwa metode pengajaran kewirausahaan yang diberikan tidak bervariasi, dan sisanya sebanyak 77,27% responden berpendapat bahwa metode pengajaran kewirausahaan yang diberikan sangat bervariasi. Hal ini berarti sebagian besar santri setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan kewirausahaan dapat menerima metode pengajaran yang diberikan.

Demikian halnya dengan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan di Daarut Tauhiid, dapat ditentukan

Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)

150

berdasarkan pelaksanaan evaluasi pendidikan dan pelatihan kewirausahaanseperti yang disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 2.7

Tanggapan Responden mengenai Pelaksanaan Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan

Bobot Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 4 5 1 5 7 25 6 2,27 11,36 15,91 56,82 13,64 Jumlah 44 100

Terlihat bahwa sebanyak 29,54% responden berpendapat bahwa pelaksanaan evaluasi pendidikan dan pelatihan kewirausahaan dilakukan sangat tidak objektif dan sisanya sebanyak 70,46% responden berpendapat sangat objektif. Hal ini berarti bahwa sebagian besar santri menganggap bahwa pelaksanaan evaluasi pendidikan dan pelatihan kewirausahaan dilakukan sangat objektif.

Sama halnya dengan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan yang dilaksanakan di Daarut Tauhiid Bandung, ditentukan berdasarkan hasil evaluasi pendidikan dan pelatihan kewirausahaan seperti yang disajikan dalam tabel berikut :

(10)

Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)

151

Tabel 2.8

Tanggapan Responden mengenai Hasil EvaluasiPendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan

Bobot Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 4 5 2 11 5 20 6 4,55 25 11,36 45,45 13,64 Jumlah 44 100

Terlihat bahwa sebanyak 40,91% responden berpendapat sangat tidak sesuai, dan sisanya sebanyak 59,09% responden yang menyatakan sangat sesuai. Hal ini berarti bahwa sebagian besar santri berpendapat bahwa hasil evaluasi dari pendidikan dan pelatihan kewirausahaan sangat sesuai.

2.2.2 Tanggapan Responden mengenai Sikap Berwirausaha setelah mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan.

Untuk mengetahui tanggapan responden mengenai sikap berwirausaha setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan kewirausahaan, ditentukan berdasarkan kepribadian yang mantap/matang seperti yang disajikan dalam tabel berikut :

Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)

152

Tabel 2.9

Tanggapan Responden Mengenai Kepribadian yang Mantap/Matang

Bobot Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 4 5 1 6 13 18 6 2,27 13,64 29,54 40,91 13,64 Jumlah 44 100

Terlihat bahwa sebanyak 45,45% responden memberikan jawaban sangat tidak setuju dan sisanya sebanyak 54,55% responden memberikan jawaban sangat setuju. Hal ini berarti sebagian besar setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan kewirausahaan santri telah memiliki kepribadian yang mantap/matang.

Selain itu, pendidikan dan pelatihan kewirausahaan dapat menumbuhkan sikap optimisme santri dalam berwirausaha seperti yang disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 2.10

Tanggapan Responden mengenai Sikap Optimisme dalam Berwirausaha

Bobot Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 4 5 - 1 4 20 19 - 2,27 9,09 45,45 43,19 Jumlah 44 100

(11)

Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)

153

Terlihat bahwa sebanyak 11,36% responden berpendapat kurang optimis dalam berwirausaha, dan sisanya sebanyak 88,64% responden berpendapat sangat optimis dalam berwirausaha. Ini berarti bahwa setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan kewirausahaan, sebagian besar santri telah memiliki sikap optimisme dalam berwirausaha.

Disamping itu, pelaksanaan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan belum sepenuhnya dapat menumbuhkan sikap ketidaktergantungan pada orang lain seperti yang disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 2.11

Tanggapan Responden mengenai Sikap Ketidaktergantungan pada orang lain

Bobot Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 4 5 2 11 11 16 4 4,55 25 25 36,36 9,09 Jumlah 44 100

Terlihat bahwa sebanyak 54,55% responden berpendapat sangat tidak setuju, dan sebanyak 45,45% responden berpendapat sangat setuju. Ini berarti sebagian besar santri setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan kewirausahaan masih memiliki sikap ketergantungan terhadap orang lain dalam berwirausaha.

Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)

154

Selain itu, sikap berwirausaha santri setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan kewirausahaan ditentukan berdasarkan kebutuhan untuk berprestasi seperti yang disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 2.12

Tanggapan Responden mengenai kebutuhan untuk berprestasi

Bobot Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 4 5 - - - 21 23 - - - 47,73 52,27 Jumlah 44 100

Terlihat bahwa sebanyak 44 orang responden menyatakan pendapatnya bahwa keinginan santri untuk berprestasi dalam berwirausaha sangat tinggi sekali. Hal ini terlihat dari jawaban santri sebanyak 44 orang atau 100 % menyatakan sangat setuju.

Hal lainnya yang dapat menentukan sikap santri dalam berwirausaha setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan kewirausahaan yaitu ketekunan dan ketabahan santri seperti yang disajikan dalam tabel berikut :

(12)

Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)

155

Tabel 2.13

Tanggapan Responden mengenai Ketekunan dan Ketabahan dalam Berwirausaha

Bobot Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 4 5 2 10 6 15 11 4,54 22,73 13,64 34,09 25 Jumlah 44 100

Terlihat bahwa sebanyak 40,91% responden berpendapat sangat tidak setuju, dan sisanya sebanyak 59,09% responden berpendapat sangat setuju. Hal ini berarti bahwa setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan kewirausahaan, sebagian besar santri menyatakan telah memiliki sikap tekun dan tabah dalam berwirausaha.

Selanjutnya, pelaksanaan pendidikan dan pelatihan kewi-rausahaan dapat menumbuhkan sikap suka terhadap tantangan dalam berwirausaha seperti yang disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 2.14

Tanggapan Responden mengenai Sikap suka terhadap tantangan dalam Berwirausaha

Bobot Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 4 5 1 7 5 18 13 2,27 15,91 11,36 40,91 29,55 Jumlah 44 100

Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)

156

Terlihat bahwa sebanyak 29,54% responden berpendapat sangat tidak setuju, dan sebanyak 70,46% responden berpendapat sangat setuju. Hal ini berarti setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan kewirausahaan, sebagian besar santri telah memiliki sikap suka terhadap tantangan dalam berwirausaha yang sangat tinggi sekali.

Hal lainnya yang dapat menentukan sikap santri dalam berwirausaha setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan kewirausahaan yaitu kemampuan santri dalam mengambil resiko seperti yang disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 2.15

Tanggapan Responden mengenai Kemampuan mengambil Resiko dalam Berwirausaha

Bobot Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 4 5 - - 2 17 25 - - 4,54 38,64 56,82 Jumlah 44 100

Terlihat bahwa sebanyak 4,54% responden memberikan pendapat ragu-ragu, sedangkan sebanyak 95,46% responden memberikan pendapat sangat mampu. Hal ini berarti setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan kewirausahaan, sebagian besar santri memiliki keberanian dalam mengambil resiko dalam berwirausaha sangat tinggi.

(13)

Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)

157

Demikian juga melalui pendidikan dan pelatihan kewi-rausahaan dapat menumbuhkan daya imajinasi dan daya cipta dalam berwirausaha seperti yang disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 2.16

Tanggapan Responden mengenai Daya Imajinasi dan Daya Cipta dalam Berwirausaha

Bobot Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 4 5 2 7 5 18 12 4,55 15,91 11,36 40,91 27,27 Jumlah 44 100

Terlihat bahwa sebanyak 31,82% responden berpendapat sangat tidak setuju, dan sebanyak 68,18% responden berpendapat sangat setuju. Hal ini berarti bahwa sebagian besar santri setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan kewirausahaan lebih menyukai daya imajinasi dan daya cipta santri sendiri dalam berwirausaha.

Selain itu, pendidikan dan pelatihan kewirausahaan dapat menumbuhkan sikap kreatif dan inovatif santri dalam berwirausaha seperti yang disajikan dalam tabel berikut :

Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)

158

Tabel 2.17

Tanggapan Responden mengenai Sikap Kreatif dan Inovatif dalam Berwirausaha

Bobot Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 4 5 - 1 2 23 18 - 2,27 4,55 52,27 40,91 Jumlah 44 100

Terlihat bahwa sebanyak 6,82% responden berpendapat sangat tidak setuju, dan sebanyak 93,18% responden berpendapat sangat setuju. Hal ini berarti bahwa sebagian besar santri setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan kewirausahaan telah memiliki ide-ide kreatif dan inovatif dalam berwirausaha yang beragam.

Selanjutnya, pendidikan dan pelatihan kewirausahaan dapat menumbuhkan sikap bertanggung jawab santri dalam berwirausaha seperti yang disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 2.18

Tanggapan Responden mengenai Sikap Bertanggung Jawab dalam Berwirausaha

Bobot Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 4 5 - - - 23 21 - - - 52,27 47,73 Jumlah 44 100

(14)

Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)

159

Terlihat bahwa sebanyak 100% responden berpendapat sangat setuju. Hal ini berarti bahwa setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan kewirausahaan, seluruh santri memiliki sikap bertanggung jawab dalam berwirausaha yang sangat tinggi.

Demikian pula melalui pelaksanaan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan dapat menumbuhkan sikap kerja keras santri dalam berwirausaha seperti yang disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 2.19

Tanggapan Responden mengenai Sikap Kerja Keras dalam Berwirausaha

Bobot Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 4 5 2 5 5 17 15 4,55 11,36 11,36 38,64 34,09 Jumlah 44 100

Terlihat bahwa sebanyak 27,27% responden berpendapat sangat tidak setuju dan sebanyak 72,73% responden berpendapat sangat setuju. Hal ini berarti bahwa setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan kewirausahaan, sebagian besar santri memiliki sikap kerja keras dalam berwirausaha yang sangat tinggi.

Selanjutnya, melalui pendidikan dan pelatihan kewirausahaan akan menumbuhkan sikap memiliki pandangan ke

Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)

160

depan santri dalam berwirausaha seperti yang disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 2.20

Tanggapan Responden mengenai Sikap memiliki Pandangan ke Depan dalam Berwirausaha

Bobot Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 4 5 7 4 3 15 15 15,91 9,09 6,82 34,09 34,09 Jumlah 44 100

Terlihat bahwa sebanyak 31,82% responden berpendapat sangat tidak setuju dan sebanyak 68,18% responden berpendapat sangat setuju. Hal ini berarti bahwa setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan kewirausahaan, sebagian besar santri memiliki pandangan ke depan dalam berwirausaha yang sangat tinggi.

Selain itu, melalui pendidikan dan pelatihan kewirausahaan dapat menumbuhkan sikap memikirkan masa depan santri dalam berwirausaha seperti yang disajikan dalam tabel berikut :

(15)

Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)

161

Tabel 2.21

Tanggapan Responden mengenai Sikap Memikirkan Masa Depan dalam Berwirausaha

Bobot Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 4 5 - - 3 17 24 - - 6,82 38,64 54,54 Jumlah 44 100

Terlihat bahwa sebanyak 6,82% responden berpendapat ragu-ragu dan sebanyak 93,18% responden berpendapat sangat setuju. Hal ini berarti bahwa setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan kewirausahaan, sebagian besar santri telah memikirkan masa depan dalam berwirausaha.

2.2.3. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas serta Hubungan Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan dengan Sikap Berwirausaha Santri Mukim.

Uji validitas yaitu suatu pengujian instrumen penelitian sebagai alat ukur pengumpul data mengenai ketepatan dalam suatu pernyataan. Uji validitas ini dilakukan dengan rumus rank spearman, dimana hasil r hitung tersebut jika lebih besar dari r tabel maka instrumen penelitian dinyatakan Valid, dan sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari r tabel maka instrumen penelitian tersebut dinyatakan tidak valid.

Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)

162

2.2.3.1 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Salah satu instrumen yang sering dipakai dalam penelitian ilmiah adalah angket. Angket dilakukan dengan cara mengedarkan kuesioner yang bertujuan untuk mengambil pendapat seseorang mengeani sesuatu hal. Ada dua syarat penting yang berlaku pada sebuah angket atau kuesioner, yaitu keharusan untuk valid dan reliabel. Suatu angket dikatakan valid (sah), jika pernyataan atau pertanyaan pada suatu angket mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh angket tersebut. Sedangkan suatu angket dikatakan reliabel (andal), apabila jawaban seseorang terhadap pernyataan atau pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

Angket pada pengertian ini, disebarkan kepada 44 santri mukim APW VI Daarut Tauhiid Bandung. Banyaknya pertanyaan yang diajukan ini adalah sebanyak 37 butir, yang terdiri dari 18 pertanyaan mengenai pendidikan dan pelatihan kewirausahaan (variabel X) dan 19 pertanyaan mengenai sikap berwirausaha (variabel Y).

Pengujian validitas dan reliabilitas dari butir-butir pernyataan tersebut dilakukan dengan menggunakan SPSS for Window version 11.5. Suatu item dinyatakan valid (Wahyono, 2004:18), apabila :

(16)

Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)

163

1. r hitung bernilai positif

2. r hitung uji validitas dan uji reliabilitas > r tabel, dimana untuk r tabel jumlah responden sebanyak 44 orang adalah 0,1925.

Pada uji validitas terdapat item-item kuesioner tersebut lebih besar dari r tabel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan diatas, menunjukkan hasil dari item-item kuesioner tersebut sudah valid.

Pertama, dilakukan pengujian validitas untuk kuesioner pendidikan dan pelatihan kewirausahaan yang terdiri dari 18 item. Pengujian dilakukan melalui 2 putaran, karena pada putaran pertama ada kuesioner yang tidak valid yaitu No. 1, 3, 6, 9, dan 11 nilainya dibawah r tabel yaitu 0,1925 (lihat lampiran), selanjutnya dilakukan putaran kedua dan pada putaran kedua semua kuesioner pendidikan dan pelatihan kewirausahaan yang terdiri dari 13 item semua valid (lihat lampiran).

Selanjutnya dilakukan pengujian reliabilitas untuk kuesioner pendidikan dan pelatihan kewirausahaan pada santri mukim Daarut Tauhiid Bandung. Uji keandalan (reliabilitas) dimaksudkan untuk melihat kemampuan variabel dependen dalam mencapai apa yang akan di ukur. Reliabilitas kuesioner pendidikan dan pelatihan kewirausahaan ternyata telah menghasilkan alpha sebesar 0,8692 atau 86,92% yang berarti semua r alpha untuk semua pernyataan positif dan lebih besar

Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)

164

dari r tabel. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kuesioner pendidikan dan pelatihan kewirausahaan sudah reliabel atau memiliki reliabilitas tinggi (lihat lampiran).

Kedua, dilakukan pengujian validitas untuk kuesioner sikap berwirausaha yang terdiri dari 19 item. Pengujian validitas sikap berwirausaha dilakukan melalui 2 putaran, karena pada putaran pertama ada kuesioner yang tidak valid yaitu No. 1 (lihat lampiran), dan selanjutnya pengujian dilakukan pada putaran kedua, berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan tersebut diatas pada putaran kedua kuesioner sikap berwirausaha terdiri dari 18 item dinyatakan valid (lihat lampiran), menunjukkan hasil dengan nilai alpha 0,6309 atau 63,09%. Artinya r alpha lebih besar dari r tabel. Dengan demikian berdasarkan kriteria reliabilitas yang telah ditetapkan dapat dinyatakan sudah reliabel (lihat lampiran).

2.2.3.2 Hubungan Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan dengan Sikap Berwirausaha Santri Mukim Daarut Tauhiid

Untuk mencari ada atau tidaknya hubungan antara pendidikan dan pelatihan kewirausahaan dengan sikap berwirausaha, maka akan menggunakan rumus korelasi (Rank Spearman). Dari hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS Versi 11.5. bahwa hubungannya kuat, ini ditunjukkan dengan hasil

(17)

Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)

165

0,613 yang berpedoman pada ketentuan interprestasi korelasi sebagai berikut :

Tabel 3.3

Koefisien Korelasi dan Tafsirannya Koefisien Korelasi Tafsiran Korelasi

0,00 - 0,19 Sangat Rendah 0,20 - 0,39 Rendah 0,40 - 0,59 Sedang 0,60 - 0,79 Kuat 0,80 - 1,00 Sangat Kuat Sumber : Sugiyono (2003 : 183)

Jadi ada korelasi positif sebesar 0,613 antara pendidikan dan pelatihan kewirausahaan dengan sikap berwirausaha santri mukim. Hal ini berarti pendidikan dan pelatihan kewirausahaan mempunyai arti yang cukup bernilai bagi responden. Semakin bagus pendidikan dan pelatihan kewirausahaan maka akan semakin bagus pula sikap berwirausaha yang dilakukan oleh santri mukim.

2.2.3.3 Uji Hipotesis

Berdasarkan data yang diperoleh dari kuesioner yang disebarkan kepada 44 responden, maka selanjutnya akan dilakukan analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif ini dilakukan untuk mengetahui apakah pendidikan dan pelatihan kewirausahaan mempunyai hubungan dengan sikap berwirausaha. Selanjutnya penulis juga akan melakukan pengujian untuk

Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)

166

membuktikan hipotesis yang diajukan pada bab 1, serta melakukan pengujian untuk mengetahui apakah korelasi antara pendidikan dan pelatihan kewirausahaan dengan sikap berwirausaha tersebut cukup sempurna.

Data yang diolah penulis menggunakan data yang berukuran ordinal, karena dalam bobot penelitian bukanlah angka yang mutlak, artinya bahwa nilai 5 untuk jawaban sangat setuju, bukan berarti sama dengan 2 untuk jawaban tidak setuju ditambah dengan nilai 3 untuk jawaban ragu-ragu.

Jadi karena angka-angka tersebut tidak dapat diukur secara langsung, maka penulis menggunakan pengolahan data skala ordinal dengan analisa median. Dengan skala ordinal hipotesis dapat di uji dengan menggunakan sejumlah besar tes statistik nonparametris yang kadang-kadang disebut “statistik berurut” (order statistics) atau “statistik ranking” (ranking statistics). Koefisien berdasarkan ranking yang cocok digunakan adalah Rank Spearman. Koefisien korelasi yang dipakai untuk penelitian ini adalah koefisien korelasi rank spearman, dimana nilai rs berkisar antara – 1

rs

+1.

Kemudian setelah didapat nilai median dari setiap jawaban responden, penulis akan meranking median dari pendidikan dan pelatihan kewirausahaan (variabel X) dan sikap berwirausaha (variabel Y) seperti dapat dilihat pada tabel perhitungan koefisien korelasi Rank Spearman (lampiran).

(18)

Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)

167

Perhitungan Koefisien Korelasi Rank Spearman

Karena terdapat nilai yang sama, maka rumus yang digunakan adalah :

(

1

)

6

1

2 2

Σ

=

n

n

bi

ρ

Maka diperoleh :

(

44

1

)

44

25

,

5497

.

6

1

2

=

ρ

85140

5

,

32983

1

=

=

1

0

,

387

=

0

,

613

Dari perhitungan di atas diperoleh korelasi antara pendidikan dan pelatihan kewirausahaan dengan sikap berwirausaha adalah 0,613 sedangkan berdasarkan tabel harga kritis rs koefisien korelasi rank spearman n = 44 dan

α

= 0,05

adalah 0,1925 karena rs hitung lebih besar dari rs tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan kata lain terdapat korelasi positif antara variabel X dan variabel Y. Dengan demikian, hubungan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan dengan sikap berwirausaha adalah cenderung kuat dan keduanya mempunyai hubungan yang searah.

Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)

168

Perhitungan Uji t

Untuk mengetahui tingkat signifikansi, digunakan statistik uji t sebagai berikut :

2

1

2

rs

n

rs

t

=

2

613

,

0

1

2

44

613

,

0

=

t

=

5,028

Dari perhitungan uji t diatas, dapat dilihat bahwa t hitung = 5,028 lebih besar dari t tabel df = 42 (44 – 2) = 1,682 yang berarti terdapat hubungan yang positif antara pendidikan dan pelatihan kewirausahaan dengan sikap berwirausaha santri mukim Daarut Tauhiid Bandung, artinya Ho ditolak dan Ha diterima.

3.1 Kesimpulan

Setelah penulis melakukan penelitian dan analisis mengenai hubungan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan dengan sikap berwirausaha santri mukim Daarut Tauhiid Bandung, maka penulis menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Tanggapan responden terhadap pelaksanaan pendidikan dan

pelatihan kewirausahaan di Daarut Tauhiid Bandung adalah sangat menunjang. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil analisa tanggapan responden secara umum yang merasa puas

(19)

Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)

169

atas pendidikan dan pelatihan kewirausahaan yang diberikan oleh Departemen Pendidikan Daarut Tauhiid sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas para santrinya baik dari segi akhlaknya maupun dalam berwirausahanya.

2. Sikap berwirausaha santri mukim Daarut Tauhiid setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan kewirausahaan yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Daarut Tauhiid sudah mencapai tingkat yang lebih baik, walaupun belum pada tingkatan yang maksimal. Hal ini dapat terlihat dari rata-rata tanggapan responden yang mengatakan setuju atas upaya Departemen Pendidikan Daarut Tauhiid dalam meningkatkan sikap berwirausaha santrinya melalui pendidikan dan pelatihan kewirausahaan, sehingga setiap santri memiliki kepercayaan diri dalam menjalankan usahanya.

3. Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi Rank Spearman, hasil yang diperoleh yaitu nilai rs sebesar 0,613. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang cenderung kuat antara variabel X dan variabel Y. Dengan demikian, hubungan antara pendidikan dan pelatihan kewirausahaan dengan sikap berwirausaha santri mukim adalah kuat dan keduanya mempunyai hubungan yang positif. Demikian juga melalui pengujian hipotesis satu arah, ternyata t hitung sebesar 5,028 lebih besar dari t tabel sebesar 1,682 yang berarti t hitung

Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)

170

berada pada daerah penolakan Ho. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan dan pelatihan kewirausahaan mempunyai hubungan yang berarti dengan sikap berwirausaha santri mukim.

3.2 Saran

Adapun saran-saran yang penulis ajukan berdasarkan tanggapan responden dan analisis dari penelitian mengenai hubungan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan dengan sikap berwirausaha santri mukim adalah sebagai berikut :

1. Pada umumnya, pelaksanaan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan yang diselenggarakan Daarut Tauhiid Bandung telah terlaksana dengan baik. Namun masih terdapat beberapa kekurangan diantaranya dalam pelaksanaan evaluasi kegiatan. Evaluasi dapat berjalan dengan objektif, apabila Daarut Tauhiid sebagai pelaksana pendidikan dan pelatihan kewirausahaan melakukan evaluasi dengan menggunakan evaluasi belajar (learning) yaitu evaluasi untuk mengetahui seberapa jauh para santri mengetahui konsep, pengetahuan dan keterampilan yang diberikan ustad yang dilakukan dengan tes tertulis dan latihan-latihan simulasi. Ditambah lagi dengan metode evaluasi perilaku (behaviour) yang membandingkan perubahan perilaku santri sebelum dan setelah pendidikan dan pelatihan kewirausahaan. Kedua

(20)

Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)

171

metode tersebut tidak hanya dilakukan pada pertengahan atau di akhir pelaksanaan pendidikan dan pelatihan saja, tetapi disarankan dilakukan pada setiap akhir pembelajaran agar evaluasi pendidikan dan pelatihan tersebut dapat berjalan secara objektif.

2. Secara umum, para santri mukim Daarut Tauhiid Bandung memiliki sikap berwirausaha, namun masih terdapat kekurangan pada permasalahan kepercayaan diri mereka yang menyebabkan masih memiliki sikap ketergantungan pada orang lain dalam meraih kesuksesan dalam berwirausaha. Upaya yang dilakukan para santri untuk meningkatkan kepercayaan dirinya, dapat diupayakan dengan menumbuhkan motivasi dari internal santri dengan memberanikan diri untuk mencoba membuka usaha sendiri. Selain itu, para Ustad dapat mengupayakan penumbuhan kepercayaan diri para santri dalam berwirausaha dengan memberikan gambaran terhadap masalah wirausaha yang nyata setiap saat serta pemecahan solusinya, yang pada akhirnya akan membentuk santri tersebut menjadi seorang wirausaha.

3. Departemen Pendidikan Daarut Tauhiid Bandung diharapkan meninjau kembali faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan belum mencapai hasil yang maksimal seperti materi yang kurang mendukung

Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)

172

terhadap penciptaan perubahan sikap berwirausaha santri, metode yang disampaikan kepada santri, dan juga pelaksanaan evaluasi yang masih ada yang merasakan kurang objektif.

4. Fasilitas yang disediakan oleh Departemen Pendidikan Daarut Tauhiid pada umumnya sudah baik, untuk itu diharapkan fasilitas tersebut dapat dipertahankan dan ditingkatkan lagi manfaat atau fungsinya agar dapat menunjang aktivitas santri sehingga pelaksanaan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan di Daarut Tauhiid Bandung dapat terlaksana dengan baik serta dapat menciptakan kepuasan dari para santrinya.

(21)

Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)

173

DAFTAR PUSTAKA

A. A. Anwar Prabu Mangkunegara. 2002. Manajeman Sumber Daya Manusia Perusahaan. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Abdurrahmat Fathoni. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Rineka Cipta. Jakarta.

Bambang Wahyudi. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Sulita. Bandung.

Buchari Alma. 2004. Kewirausahaan. Alfabeta. Bandung.

Husein Umar. 2005. Sumber Daya Manusia dalam Organisasi. Gramedia. Jakarta.

Jiwo Wungu & Hartanto Brotoharsojo. 2003. Tingkatkan Kinerja Perusahaan Anda dengan Merit System. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Malayu S.P. Hasibuan. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi Bumi Aksara. Jakarta.

Manurung, Adler Haymans. 2005. Wirausaha : Bisnis UKM. Kompas. Jakarta.

Meredith, Geoffrey G. 1996. Kewirausahaan Teori dan Praktek. PT.Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta.

Moh. Nazir. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Soebagio Atmodiwirio. 2002. Manajemen Pelatihan. Ardadizya

Jaya. Jakarta.

Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung. Suharsimi Arikunto. 1996. Prosedur Penelitian. Edisi Revisi 3. PT.

Rineka Cipta. Jakarta.

Suryana. 2003. Kewirausahaan : Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses. Salemba Empat. Jakarta.

Teguh Wahyono. 2004. SPSS versi 11.5. Gava Media. Yogyakarta.

Hubungan Pendidikan & Pelatihan (Nugraha & Restu)

174

Dimensia, Volume 5 Nomor 3, September 2008

Referensi

Dokumen terkait

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati dan Suwanda (2015) menunjukan bahwa Adiwiyata di SMP N 8 Surabaya tidak dapat terlaksana secara efektif dikarenakan adanya

Berdasarkan rumus mencari rata-rata (mean) hitung (aritmatik) dan SNI tentang Kriteria Teknis Penataan Ruang Kawasan Budidaya, serta Peraturan Menteri PU No:

sikap hewan, dan sikap tegak merupakan sikap khusus dari manusia. Dalam Al-qurān perintah untuk mendirikan Salat sering dikaitkan.. dengan perintah untuk membayar

Neufert, Ernets, 1996, Data Arsitek Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta Neufert, Ernets, 1996, Data Arsitek Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta Perda, 2006, Izin

Saat ini orang tua memiliki kekhawatiran tidak dapat membesarkan anak mereka secara optimal // oleh karena itu orang tua kini sangat kritis dalam mencari berbagai informasi

itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya. Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai

Cilincing, Jakarta Utara pada tanggal 24 Oktober 2012 dan Turut Tergugat III / Turut Terbanding III pada tanggal 18 September 2012 ;--- --- Membaca Kontra Memori Banding

Pertama, adanya perbedaan luasan Ekosistem Karst Sangkulirang-Mangkalihat, sebenarnya termasuk dalam unsur ketidakpastian dalam penerapan asas kehati- hatian. Menghadapi