• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PELATIHAN DAN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP MOTIVASI BERWIRAUSAHA PADA PENYANDANG DISABILITAS DI KABUPATEN JEMBER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PELATIHAN DAN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP MOTIVASI BERWIRAUSAHA PADA PENYANDANG DISABILITAS DI KABUPATEN JEMBER"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PELATIHAN DAN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP MOTIVASI BERWIRAUSAHA PADA PENYANDANG DISABILITAS

DI KABUPATEN JEMBER Vera Firdaus - Hisbiyatul Hasanah

Fakultas Ilmu Pendidikan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP PGRI) Jember

verafirdaus06@gmail.com - zahsysahrazade@gmail.com ABSTRACT

Persons with disabilities often face negative stereotypes from the community because of their physical limitations. Companies tend to reject disability when applying for work because there is no support for supporting disability services. Through training and entrepreneur-ship education, it is hoped that it can foster disability motivation in entrepreneurship and form an entrepreneur mindset. This research method is Quantitative research with the type of explanatory re-search, which is analyzed using multiple linear regression analysis and uses the SPSS version 23 program for Windows. Supporting research data are field studies, observations, interviews. Population and Object of the research were persons with disabilities with the research loca-tion in Jember Regency. The respondents of the research were 50 disabilities, which were obtained through a purposive sampling tech-nique. The results of the research prove that training affects the moti-vation of entrepreneurship with the value of Sig. (2-tailed) 0.005. Entrepreneurship Education affects the Motivation of Entrepreneurs with the value of Sig. (2-tailed) 0,000. Entrepreneurship Training and Education jointly influences the Motivation of Entrepreneurs with a calculated F value of 15,514, a significance number of 0,000. Keywords: Training, Education, Entrepreneur, Entrepreneurship

(2)

ABSTRAK

Para penyandang disabilitas seringkali menghadapi stereotype negatif dari masyarakat karena keterbatasan fisiknya. Perusahaan cenderung menolak disabilitas ketika melamar bekerja karena tidak ada akses pendukung layanan disabilitas. Melalui pelatihan dan pendidikan ke-wirausahaan, diharapkan dapat menumbuhkan motivasi disabilitas berwirausaha agar dapat mandiri secara ekonomi. Metode penelitan ini Quantitative research dengan tipe explanatory research, yang dianali-sis menggunakan analidianali-sis regresi linier berganda dan menggunakan program SPSS versi 23 for Windows. Penelitian ini juga didukung oleh data yang berasal dari studi lapang, observasi, wawancara. Popu-lasi dan Obyek yang penelitian adalah penyandang disabilitas dengan lokasi penelitian di Kabupaten Jember. Melalui tehnik purposive sampling diperoleh 50 disabilitas. Hasil penelitian membuktikan bah-wa Pelatihan berpengaruh terhadap motivasi berwirausaha dengan ni-lai Sig. (2-tailed) 0,005. Pendidikan Kewirausahaan berpengaruh ter-hadap Motivasi Berwirausaha dengan nilai Sig. (2-tailed) 0,000. Pela-tihan dan Pendidikan Kewirausahaan secara bersama-sama mempen-garuhi Motivasi Berwirausaha dengan nilai F hitung sebesar 15,514, angka signifikansi sebesar 0,000.

Kata Kunci: Pelatihan, Pendidikan, Wirausaha, Kewirausahaan PENDAHULUAN

Peranan kewirausahaan sangat diperlukan untuk memperkuat pereko-nomian Indonesia. Kewirausahaan memberi konstribusi bagi pertumbuhan ekonomi dengan memberikan peluang bagi terciptanya lapangan kerja ba-ru, mengurangi pengangguran, pemberdayaan ekonomi masyarakat. Wi-rausaha baik dalam bentuk UKM (Usaha Kecil Menengah) maupun indus-tri berskala besar akan membantu perekonomian dengan menyediakan pe-kerjaan dan memproduksi barang maupun jasa bagi konsumen di Dalam Negeri maupun di Luar Negeri. Untuk menunjang pembangunan, diperlu-kan banyak wirausaha baru yang adiperlu-kan mampu membuka lapangan kerja

(3)

dan menjadi jawaban terhadap tingginya pengangguran terdidik.1

Sementara itu, spirit kewirausahaan yang dimiliki penduduk suatu ne-gara, akan menentukan arah perkembangan ekonominya. David McCleland mengemukakan bahwa perkembangan ekonomi yang meningkat pada sua-tu negara akan meningkatkan kesejahteraan penduduknya.2 Peran penting kewirausahaan bagi kesejahteraan penduduk inilah yang membuat trans-formasi pengetahuan tentang kewirausahaan berkembang sedemikian cepat di dunia pada dekade terakhir, termasuk di Indonesia.

Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS) Indonesia yang mengemuka-kan bahwa secara rata-rata terdapat 14 sampai 15 pemuda Indonesia dari setiap 100 pemuda angkatan kerja belum mempunyai pekerjaan.3 Pada Ta-bel 1 memperlihatkan bahwa tingkat pengangguran di perkotaan lebih be-sar yaitu mencapai 16,49%, dibandingkan dengan di pedesaan yang men-capai 13,31%. Data tersebut juga menunjukkan bahwa jumlah pemuda pengangguran di Indonesia yang terbesar adalah pemuda yang berpendidi-kan Sekolah Menengah (SMA dan sederajat). Urutan kedua pemuda pen-gangguran dengan pendidikan perguruan tinggi (PT) yaitu 13,80%. Se-dangkan SMP dan sederajat menempati urutan ketiga yaitu 13,55%. Hal ini sungguh merupakan ironi, dimana justru pengangguran terbesar di In-donesia adalah pemuda yang memiliki pendidikan setingkat SMA (Sekolah Menengah Atas dan sederajat) serta pemuda dengan pendidikan di pergu-ruan tinggi.

1Buchari Alma, Kewirausahaan Kewirausahaan Untuk Mahasiswa Dan Umum

(Ban-dung: Alfabeta, 2009), 5.

2

Vera Firdaus, Kewirausahaan, Menumbuhkan Motivasi dan Minat Berwirausaha (Jember: Pustaka Abadi, 2017), 2. Retrieved Maret 2017.

3

Katalog Badan Pusat Statistik (BPS), Statistik Pemuda Indonesia, Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Jakarta: Badan Pusat Statistik, 2014).

(4)

Tabel 1.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Pemuda

Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Tipe Daerah, 2014 Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Perkotaan (K) Perdesaan (D) K+D (1) (2) (3) (4)

Tidak Pernah sekolah 20,49 2,70 4,51

Tidak Tamat SD 13,81 6,89 8,98 SD/Sederajat 12,93 8,67 10,02 SMP/Sederajat 14,16 13,09 13,55 SM/Sederajat 19,16 20,34 19,56 PT 13,91 13,50 13,80 Jumlah 16,49 13,31 14,97

Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2014

Tingginya angka pengangguran pada jenjang pendidikan SLTP dan SLTA mengisyaratkan pentingnya integrasi pendidikan kewirausahaan di institusi pendidikan.4Data tersebut juga menyiratkan bahwa untuk menyelesaikan persoalan pengangguran dan kemiskinan, tidak ada jalan lain kecuali upaya menggalakkan masyarakat dengan berwirausaha.5 Setidaknya, semangat wirausaha sebagai salah satu alternatif bagi negara untuk menyelesaikan problem kemiskinan dan pengangguran tersebut. Hal serupa juga dihadapi penyandang disabilitas. Bahkan, problem penyandang disabi-litas jauh lebih serius dalam mengakses kesempatan bekerja. Data National Organization On Disability menunjukkan bahwa dari 54 juta penyandang disabilitas di Amerika, 22 juta diantaranya adalah pengangguran (unem-ployed).6

Tingginya tingkat pengangguran pada penyandang disabilitas disebab-kab oleh banyak faktor. Diantaranya persoalan yang dialami oleh para pe-nyandang disabilitas kesulitan mendapatkan peluang bekerja karena

4Endang Mulyani, “Model Pendidikan Kewirausahaan Di Pendidikan dasar Dan

Me-nengah”, Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 8, Nomor 1 (April 2011). Dipetik April 2011

5

Leonardus Saiman,Kewirausahaan: Teori, Praktik, Dan Kasus-Kasus, Edisi Kedua (Ja-karta: Salemba Empat, 2014).

6

Raymond A. Noe, John R. Hollenbeck, Barry Gerhart, Resources Management: Gain-ing A Competitive Advantage (New York: McGraw-Hill/Irwin, 2008), 127.

(5)

tan aksesibilitas. Belum termasuk, menghadapi stereotype sebagai individu yang tidak mampu, tidak berdaya, dan perlu dibelaskasihani. Hal ini me-nyebabkan kurangnya kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas fisik. Apalagi, perusahaan cenderung abai dan menolak penyandang disabilitas fisik ketika melamar pekerjaan dengan alasan tidak mampu bekerja dan ti-dak ada akses pendukung layanan bagi disabilitas.

Sebagai individu dengan keterbatasan fisik atau disabilitas, kerapkali menghadapi stereotype masyarakat umum yang tidak menguntungkan, apa-lagi sampai mempengaruhi kinerjanya.7 Kendati demikian, banyak disabili-tas yang mampu membuktikan bahwa keterbadisabili-tasan fisik bukanlah hamba-tan bagi mereka untuk beraktivitas. Justru dengan keterbatasan fisik yang dimiliki, menjadi motivasi untuk dapat maju, berkembang seperti orang normal lainnya, termasuk dalam hal bekerja, bahkan mampu memberdaya-kan orang lain dengan cara berwirausaha.8

Keterbatasan pemilihan karir maupun pemilihan jenis usaha, selain pe-luang kerja merupakan salah satu problem disabilitas. Padahal kalua mau jujur, sejatinya para penyandang disabilitas, sebagai bagian dari masyarakat juga memiliki hak dan kesempatan yang sama dalam mencari nafkah dan berkontribusi dalam membuka peluang dengan berwirausaha. Mereka juga harus mandiri secara pribadi maupun secara ekonomi.

Hal ini diperkuat oleh hasil survey ICF, di 14 provinsi di Indonesia, yang pada intinya bahwa hanya 25,6% penyandang disabilitas yang bekerja dan sisanya sebesar 74,7% tidak bekerja. Dari total 25,6% penyandang dis-abilitas yang bekerja itupun terbanyak bekerja sebagai petani dan buruh.9 Kementerian Sosial Republik Indonesia melalui Badan Pendidikan dan Pe-nelitian Kesejahteraan Sosial (Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan So-sial) mengeluarkan data mengenai penyandang disabilitas berdasarkan jenis pekerjaan yang secara terperinci dapat terlihat pada Tabel 2. Data pada

7

Robert Kreitner Angelo Kinicki, Perilaku Organisasi, Edisi ke-9 (Jakarta: Salemba Em-pat, 2014), 198.

8Milu Winasti, “Motivasi Berwirausaha Pada Penyandang Disabilitas Fisik”, EMPATHY,

Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Vol 1 No 2 (Desember 2012), 177-188. Retrieved Desember 2012

9

Dwinda Mayrizka, “Strukturasi Implementasi Kebijakan Disabilitas: Studi Kasus Kebi-jakan Pemberdayaan Penyandang Disabilitas di Kabupaten Sidoarjo”, Jurnal Mahasiswa Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik, Univ. Brawijaya, Vol 1, No.4, (20150, 2.

(6)

hun 2007-2009 menunjukkan bahwa sebesar 152,238 disabilitas bekerja sebagai petani dan urutan kedua adalah disabilitas dengan jenis pekerjaan sebagai buruh. Paling sedikit adalah disabilitas yang bekerja sebagai Pega-wai BUMN / BUMD.10 Hal ini berarti sangat sedikit disabilitas yang bisa bekerja di badan-badan usaha milik pemerintah.

Tabel 2.

Data Disabilitas Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tahun 2007-2008

Sumber: Pusdatin Kesos

Jika mencermati UU No 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat, pasal 14 sebenarnya telah mengatur tentang kewajiban bagi pemilik usaha yang memiliki pekerja minimal 100 orang diharuskan juga mempekerjakan penyandang disabilitas minimal 1 orang. Itu artinya terdapat kuota 1% pe-nyandang disabilitas pada jenis usaha dengan minimum 100 orang karya-wan. Namun implementasi pasal tersebut, tampaknya tidak banyak dijalan-kan oleh pemilik usaha.

Kewirausahaan telah datang untuk dianggap sebagai alat penting da-lam pengentasan kemiskinan dan peningkatan pemberdayaan penyandang cacat.11 Melalui wirausaha entrepreneur dengan disabilitas mendapatkan

10

Kementerian Sosial RI., Booklet Kementerian Sosial Dalam Angka Pembangunan Ke-sejahteraan Sosial (Jakarta: Pusat Data dan Informasi KeKe-sejahteraan Sosia, Badan Pendidi-kan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial, 2012).

11

(7)

sempatan untuk menyesuaikan pekerjaan difabel dengan kebutuhannya.12 Kaum disablitas yang mengetahui keterbatasannya, akan melihat wirausaha sebagai peluang dalam bekerja. Karena kewirausahaan menawarkan kesem-patan untuk individu-individu yang mungkin merasa terhambat dalam kor-porasi yang telah mapan.13

Regulasi pemerintah telah memberikan penguatan terhadap hak dis-abilitas agar memiliki kesetaraan dalam bekerja. Hal ini ditandai dengan kebijakan pemerintah yang dituangkan dalam undang-undang tentang pe-nyandang disabilitas No 8 tahun 2016, serta Peraturan Daerah Kabupaten Jember Nomor 7 tahun 2016 tentang pelindungan dan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas.14

Program pelatihan dan pendidikan kewirausahaan yang diselenggara-kan oleh pemerintah merupadiselenggara-kan upaya memberidiselenggara-kan kesempatan bagi dis-abilitas agar dapat mandiri secara ekonomi. Pemerintah dalam hal ini Ke-mentrian Pendidikan, KeKe-mentrian Tenaga Kerja & Transmigrasi, membe-rikan peluang bagi penyandang disabilitas untuk mengakses program pem-berdayaan ekonomi. Kesempatan tersebut diberikan dengan mengikuti berbagai pelatihan ketrampilan dan bantuan modal.15 Praktik pember-dayaan bidang ekonomi bagi penyandang disabilitas secara umum mempu-nyai dimensi pendekatan antara lain (1) bantuan modal bergulir; (2) ban-tuan pembangunan prasarana; (3) pengembangan kelembagaan lokal; (4) penguatan dan pembangunan kemitraan usaha; dan (5) fasilitasi dari pen-dampingan usaha.16

and Entrepreneurship: Evidence From a Laboratory Experiement in Rural Uganda”, Master Thesis in Economics (Bergen: Norwegian School of Economics, 2012).

12

Terry L. Howard, “Strategies for Entrepreneurs with Disabilities to Sustain a Success-ful Small Business“, Dissertation of Business Administration (Walden: Walden University, 2017).

13

Richard L. Daft, Management (Jakarta: Salemba Empat, 2008).

14Abdul Latief Danu Aji dan Tiyas Nur Haryani, “Diversitas dalam Dunia Kerja: Peluang

dan Tantangan bagi Disabilitas”, Spirit Publik, Volume 12, Nomor 2 (Oktober, 2017), 83-93. Retrieved Oktober 2017.

15

Arni Surwanti, “Model Pemberdayaan Ekonomi Penyandang Disabilitas Di Indone-sia”, Jurnal Manajemen & Bisnis, Volume 5, No. 1 (Maret, 2014), 40-58.

16

Mardi Yatmo Hutomo, “Pemberdayaan Masyarakat dalam Bidang Ekonomi: Tin-jauan Teoritik dan Implementasi”, Working Paper, Makalah Disampaikan pada Seminar Sehari Pemberdayaan Masyarakat di Bappenas, 2000.

(8)

Pada penyandang disabilitas yang berusia diatas 20 tahun (fase masa dewasa awal), individu akan mulai mengubah pola berfikir dan perspektif-nya karena pada masa dewasa awal minatperspektif-nya lebih ditekankan pada hal-hal yang menunjang kehidupan keluarga, semisal uang dan rumah.17 Di usia tersebut pertimbangan pilihan karir sebagai wirausaha dipengaruhi oleh preferensi resiko yang akan ditanggung kemudian.18

Untuk meningkatkan kemampuan baik hard skill maupun soft skill in-ilah, maka diperlukan pelatihan. Hasil studi pendahuluan dan wawancara dengan organisasasi PERPENCA (Persatuan Penyandang Cacat), diperoleh gambaran bahwa banyak penyandang disabiltas yang ingin berdaya secara ekonomi. Aksesibilitas yang kurang merata dan keterbatasan yang dimiliki menjadi salah satu alasan penyandang disabilitas berwirausaha. Melalui wa-wancara dengan wirausaha disabilitas yang telah mengikuti pelatihan yang diadakan oleh pemerintah, dalam hal ini Dinas Sosial, dan Dinas Perindu-strian dan Perdagangan Kabupaten Jember, diperoleh informasi bahwa pe-latihan mampu menambah informasi dan meningkatkan keterampilan dis-abilitas, namun materi yang diberikan masih belum sepenuhnya sesuai ha-rapan peserta pelatihan. Sarana yang digunakan dalam pelatihan masih nampak kurang memadai.

Pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan satu minggu hingga beberapa bulan (tergantung kebutuhan pelatihan), memberikan gambaran bahwa target pendidikan dan pelatihan tersebut adalah peningkatan kete-rampilan dan pembinaan dalam berwirausaha. Terdapat beberapa tahapan pelatihan yang secara garis besar terbagi dua yaitu pelatihan bagi pemula dan pelatihan lanjutan. Beragam pelatihan yang diberikan antara lain dalam tata busana, tata rias, tata boga, hingga pelatihan massag

Berbagai upaya tersebut mampu menumbuhkan motivasi penyandang disabilitas berwirausaha, namun ada pula penyandang disabilitas yang ku-rang memiliki keberanian atau bahkan tidak berminat berwirausaha. Ren-dahnya minat penyandang disabilitas untuk mengikuti pelatihan disebabkan

17

Andi Mappiare, Psikologi Orang Dewasa (Surabaya: Usaha Nasional, 1983).

18

Retno Budi Lestari dan Trisnadi Wijaya, “Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan Terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa di STIE MDP, STMIK MDP, dan STIE MUSI”, Jurnal Ilmiah STIE MDP:Forum Bisnis Dan Kewirausahaan, Vol. 1, No. 2 (Maret, 2012), 112-119.

(9)

jenis pelatihan yang masih difokuskan pada pelatihan tata busana, tata rias, tata boga, dan massage saja. Perkembangan kemajuan tehnologi yang pesat, belum disikapi dengan penyelenggaraan pelatihan yang berkaitan dengan tehnologi dan komputer. Karena itu, fokus diskusi ini diarahkan pada pen-garuh pelatihan dan pendidikan kewirausahaan terhadap motivasi berwirau-saha di kalangan penyandang disabilitas.

KAJIAN TEORI Pelatihan

Program pelatihan merupakan serangkaian aktivitas yang dirancang untuk peningkatan pengetahuan, wawasan, kemampuan, sikap, performance kerja trainee.19 Pelatihan dapat memberikan keterampilan baru yang diperlukan oleh trainee agar dapat melakukan pekerjaan dengan cara mengetahui apa yang harus dilakukan, bagaimana melakukan pekerjaan.20 Hasil yang diinginkan dalam pelatihan adalah penguasaan dan peningkatan keterampilan. Sehingga pelatihan ditujukan untuk mengubah sikap karyawan agar lebih efektif dalam bekerja, sedangkan pada tingkatan bawah/rendah pelatihan berisikan pembelajaran tentang tugas tertentu atau pengoperasian mesin.21

Training atau pelatihan juga didefinisikan sebagai upaya/effort yang dilakukan untuk memfasilitasi individu dalam mempelajari pengetahuan, skill, dan perilaku yang berkaitan dengan pekerjaan.22 Manfaat pelatihan adalah untuk mengembangkan keterampilan antar personal trainee yang mampu mendorong perilaku integratif dan kolaboratif dari individu yang dilatih.23 Kegiatan pelatihan dan pengembangan akan memberikan

19

Vera Firdaus dan Hisbiyatul Hasanah, “Pengaruh in the Job Training dan off the Job Training Terhap Peningkatan Kinerja Guru PAUD”, Fenomena, Jurnal Penelitian Islam Indonesia, Vol. 16, No. 2 (Oktober, 2017), 293-320. Retrieved Oktober 2, 2017

20

Gary Dessler, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi ke 14 (Jakarta: Salemba Empat, 2015).

21Kaswan, Pelatihan Dan Pengembangan Untuk Meningkatkan Kinerja SDM, Edisi

ke-2 (Bandung: Alfabeta, ke-2013).

22

Raymond A. Noe, John R. Hollenbeck, dan Barry Gerhart, Human Resources Management: Gaining A Competitive Advantage (New York: McGraw-Hill/Irwin, 2008), 267.

23

(10)

kontribusi yang berarti jika individu (trainee) mendapatkan pengalaman, serta mampu meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam bekerja.24

Pelatihan merupakan salah satu bentuk edukasi yang mempunyai prinsip-prinsip pembelajaran, sebagaimana Firman Allah dalam Al Qur’an surah Al-Baqarah [2]: 31 yang berbunyi:

وَ لَّ وَ وَ

وَموَداوَء

وَءآ وَ لۡأَ

وَ لۡأَ

ٱ

وَ وَعَل لۡأَ لهوَضوَروَ لَّ لث وَهلَّ لكُ

ئِ وَ ئِ

وَ وَ لۡأَٱ

ئِنِول ئِبنۢ

وَ

أ وَل وَقوَف

وَينئِقئِدَٰ وَص لۡأَ لتن

لك نئِإ ئِءآ وَلَلؤ وَه ئِءآ وَ لۡأَ وَأئِب

٣١

Artinya: Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama benda itu jika kamu memang orang yang benar.25

Merujuk pada pengertian dan manfaat tersebut, pelatihan kewirausahaan merupakan proses mentransfer pengetahuan serta keterampilan yang bertujuan untuk meningkatkan semangat, sikap, perilaku dan kemampuan trainee manakala berupaya, menciptakan, menangani, dan menerapkan kegiatan usaha sehingga didapatkan keuntungan yang lebih besar.26 Program pelatihan kewirausahaan difokuskan pada membangun pengetahuan serta keterampilan guna mempersiapkan diri untuk memulai usaha, juga melibatkan peserta pelatihan untuk terlibat dalam praktek kewirausahaan.27

Empat, 2014), 52.

24

Veithzal Rivai Zainal, Salim Basalamah, dan Muhammad Natsir, Islamic Human Capital Management: Cara Tepat Dan Mudah Dalam Menerapkan Manajemen Sumber Daya Insani Dalam Perusahaan Secara Islami (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2014).

25

Veithzal Rivai Zainal, Salim Basalamah, dan Muhammad Natsir, Islamic Human Capital Management: Cara Tepat Dan Mudah Dalam Menerapkan Manajemen Sumber Daya Insani Dalam Perusahaan Secara Islami(Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2014).

26

Bambang Raditya Purnomo,“Efektivitas Pelatihan Kewirausahaan Dalam Meningkatkan Pengetahuan Dan Motivasi Berwirausaha Pada Penyandang Tuna Rungu”, Ekspektra, Jurnal Manajemen Dan Bisnis, Vol 1, No. 1 (2016),21-30.

27

Anita Christanti, “Studi Peranan Pelatihan Kewirausahaan Terhadap Pembentukan Sikap Dan Intensi Kewirausahaan Di Sentra Industri Produk Roti Dan Kue Rungkut Lor Surabaya”,AGORA, Jurnal Mahasiswa Program Manajemen Bisnis, Vol.4, No. 1 (2016), 242-248.

(11)

Dapat disimpulkan bahwa pelatihan kewirausahaan merupakan pelatihan program kewirausahaan dengan memberikan keterampilan berwirausaha, menumbuhkan motivasi dan minat berwirausaha, sehingga trainee mendapatkan peningkatan keterampilan, pengetahuan, pengalaman serta kemampuan untuk berwirausaha.

Namun demikian, efektivitas program pelatihan mengacu pada manfaat yang diperoleh peserta pelatihan maupun organisasi.Hasil penelitian yang terukur dalam Outcome kognitif dapat mengukur pemahaman pemahaman peserta pelatihan mengenai prinsip-prinsip, fakta, tehnik, prosedur dan proses kerja yang diberikan dalam pelatihan.28Outcome kognitif tersebut antara lain; 1) Berbasis Keterampilan, yang dapat diukur melalui pemerolehan pengetahuan, 2) Afektif, dengan hasil yang dapat diukur melalui perilaku keterampilan, 3) Hasil, yang dapat diukur dari pelatihan berupa motivasi peserta, reaksi terhadap program serta sikap kerja, dan 4) Pengembalian Pada Investasi (ROI), yaitu hasil pelatihan yang dapat diukur melalui nilai ekonomis yang diperoleh peserta pelatihan.

Program pelatihan (entrepreurship training program) berfokus untuk membangun pengetahuan dan keterampilan dengan melibatkan trainee atau peserta pelatihan ke dalam praktek berwirausaha.29 Maka untuk menumbuhkembangkan wirausaha muda program pelatihan kewirausaha-an dapat dirkewirausaha-anckewirausaha-ang dengkewirausaha-an tujukewirausaha-an meningkatkkewirausaha-an knowledge, skill, serta atti-tude.30

Pendidikan Kewirausahaan

Pendidikan kewirausahaan memiliki tujuan untuk mengintegrasikan konsep, teori, sikap dan perilaku kewirausahaan, yang diimplementasikan

28

Kaswan, Pelatihan Dan Pengembangan Untuk Meningkatkan Kinerja SDM, Edisi ke-2 (Bandung: Alfabeta, ke-2013).

29

Anita Christanti, “Studi Peranan Pelatihan Kewirausahaan Terhadap Pembentukan Sikap Dan Intensi Kewirausahaan Di Sentra Industri Produk Roti Dan Kue Rungkut Lor Surabaya”, AGORA, Jurnal Mahasiswa Program Manajemen Bisnis, Vol. 4, No. 1 (2016), 242-248.

30

Elsa Karisma Putra dan Astri Ghina, “Identifikasi Program Pelatihan Kewirausahaan Dengan Pendekatan Metode Evaluasi Context, Input, Process Dan Product: Studi Kasus Pada Gerakan Indonesia Muda Berbisnis (GIMB)”, Proceeding of Management, Vol. 2, No. 2 (Agustus, 2015), 1191-1197. Retrieved Agustus 2015

(12)

dalam bentuk keterampilan kewirausahaan, dan dikembangkan dengan model pembelajaran yang memadukan nilai-nilai kewirausahaan dan perilaku berwirausaha.31Salah satu strategi pelatihan yang contectual teaching and learning adalah konseppendidikan yang berbasis pada pengalaman, be-lajar autentik pembebe-lajaran, yang mendorong trainee untuk menggunakan pengetahuan yang diajarkan agar dapat memecahkan problem autentik da-lam berwirausaha.32

Dengan memahami kedua pengertian di atas, bahwa pendidikan kewirausahaan merupakan metode, model atau strategi pembelajaran kewirausahaan, yang dilakukan untuk mendidik, mempelajari dan mem-bangun jiwa kewirausahaan. Dalam pendidikan kewirausahaan perlu diper-timbangkan kebutuhan dan tujuan pembelajaran kewirausahaan, pendeka-tan pembelajaran yang diseuaikan dengan gaya belajar individu, kompetensi serta keterampilan apa yang diharapkan mampu ditingkatkan.33

Secara teoritik model pendidikan kewirausahaan dengan metode prob-lem based learning (PBL) akan dapat mendorong trainee agar aktif berpartisipasi. Hal ini karena pembelajaran dikemas secara menarik dan menyenangkan dengan membahas masalah yang riil yang akan dihadapinya dalam berwirausaha.34 Pembelajaran dalam kewirausahaan merupakan proses pendidikan yang ditujukan agar individu memiliki jiwa wirausaha yang kreatif, inovatif serta produktif.35Maka dalam pendidikan kewirausa-haan ada dua model pendekatan yang terintegrasi, yaitu entrepreneurial

31

Vera Firdaus, “Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan dan Motivasi Berprestasi Ter-hadap Minat Berwirausaha Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Jember”, Jurnal Humaniora, Vol. 14, No. 2 (Desember, 2017) 45-53.

32

Lies Indriyatni, Agus Budi Purwanto, Panca Wahyuningsih,“Pengembangan Model Pelatihan Kewirausahaan Untuk Perempuan Pengangguran Di Kabupaten Demak”, Jurnal Aplikasi Manajemen, Vol. 13, No. 2 (Juni, 2015), 313-325.

33

Gintaute Zibeniene and Rita Virbaliene, “Learning Methods Of Entrepreneurship Education”, The Collection of Scientific Papers (2014), 123-133.

34Moerdiyanto dan Sunarta, “Efektivitas Strategi Project Learning Dalam Pelatihan

Kewirausahaan Bagi Remaja Putus Sekolah Di Kabupaten Bantul DIY”, https://anzdoc.com/

queue/efektivitas-strategi-project-learning-dalam-pelatihan-kewira.html.

35

Muhammad Zainul Majdi, “Pengaruh Pembelajaran Kewirausahaan, Internalisasi Nilai Kewirausahaan Di Keluarga, Dan Motivasi Minat Kewirausahaan”,Jurnal Educatio, Vol. 7, No. 2 (Desember, 2012), 1-25.

(13)

process dan entrepreneurial intensity.36Entrepreneurial Processdirancang untuk memahami proses kewirausahaan melalui empat tahapan antara lain (a) Mencari peluang usaha, (b) Menemukan peluang usaha, (c) Mengeksploita-si peluang usaha (d) mengeksekuMengeksploita-si peluang usaha. Sedangkan Entrepre-neurial Intensityini mendasarkan pendidikan kewirausahaan yang berfokus pada perilaku dan sikap kewirausahaan. Terdapat tiga dimensi kunci yaitu (a) Inovasi, (b) Pengambilan risiko, (c) sikap proaktif.

Motivasi Berwirausaha

Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovasi yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya guna mencari peluang kesuksesan. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create a new and different) melalui proses berfikir kreatif dan inovatif.37 Motivasi berwirausaha ditandai dengan tingginya kebutuhan yang ingin dipenuhi, keinginan mengambil resiko yang moderat, keper-cayaan diri yang kuat, dan kemauan untuk berbisnis.38Dari beberapa pen-dapat tersebut, penulis menyimpulkan bahwa motivasi berwirausaha meru-pakan keinginan dan dorongan individu untuk memenuhi kebutuhan dan kemauan untuk berbisnis atau berwirausaha.

Penelitian McClelland menemukan bahwa orang yang telah menjadi wirausaha rata-rata memiliki tingkat kebutuhan akan keberhasilan yang le-bih tinggi bila dibandingkan orang lain. Dorongan untuk keberhasilan pada wirausaha tampak dalam pribadi yang ambisius yang memulai perusahaan barunya dan kemudian mengembangkan perusahaan, dan dorongan men-jadi wirausaha terutama terlihat pada usia muda.39

Dalam “Entrepreneur Handbook” Wirasasmita menyebutkan beberapa motivasi yang melatarbelakangi alasan seseorang berwirausaha40 antara lain:

36David S. Kodrat, Wina Christina, Entrepreneurship: Sebuah ilmu(Jakarta: Erlangga,

2015).

37

Suryana,Kewirausahaan, Pedoman Praktis, Kiat Dan Proses Menuju Sukses, Edisi Revisi (Jakarta: Salemba Empat, 2003), 1.

38

Justin G. Longenecker, Carlos W. Moore, J. William Petty, Kewirausahaan: Manajemen Usaha Kecil, Buku 1, Edisi ke-1 (Jakarta: Salemba empat, 2001), 9.

39

Justin G. Longenecker, Carlos W. Moore, J. William Petty, Kewirausahaan: Manajemen Usaha Kecil, Buku 1, Edisi ke-1 (Jakarta: Salemba empat, 2001), 10.

40

(14)

1) Alasan Keuangan, yaitu untuk mencari nafkah untuk menjadi kaya, un-tuk mencari pendapatan tambahan, sebagai jaminan stabilitas keuangan, 2) Alasan Sosial, yaitu untuk memperoleh gengsi atau status, untuk dapat di-kenal dan dihormai, untuk menjadi contoh bagi orang tua di desa, agar da-pat bertemu dengan orang banyak, 3) Alasan Pelayanan, yaitu untuk beri pekerjaan pada masyarakat, untuk menalar masyarakat, untuk mem-bantu ekonomi masyarakat, demi masa depan anak-anak dan keluarga, un-tuk memperoleh kesetiaan suami atau istri, unun-tuk membahagiakan ayah dan ibu, dan 4) Alasan Pemenuhan Diri, yaitu untuk menjadi alasan kemadi-rian, untuk mencapai sesuatu yang diinginkan, untuk menghindari keter-gantungan pada orang lain, untuk menjadi lebih produktif, dan untuk menggunakan kemampuan pribadi.

HASIL DAN ANALISIS

Studi ini menggunakan metode Quantitative research, dengan tehnik analisis regresi linier berganda dengan program IBM SPSS versi 23. Popu-lasi meliputi penyandang disabilitas di Kabupaten Jember dengan subyek penyandang disabilitas dengan jenis disabilitas fisik (Tuna daksa) dan Tuna Netra yang telah mendapatkan pelatihan dan pendidikan kewirausahaan.

Sedangkan responden dipilih dengan teknik purposive sampling yang memilih responden berdasarkan jenis hambatan (tuna daksa dan tuna netra), Pendidikan minimal SLTP dan sederajat, dan berusia 20-40 tahun. Dengan teknik ini, diperoleh sejumlah 50 responden yang mengisi angket penelitian.

Tabel 3.

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Responden Frekwensi Prosentase

1. Diploma/S1/S2 7 14%

2. SMA dan sederajat 23 46%

3. SMP dan sederajat 20 40%

Sumber: data primer diolah tahun 2018

(15)

Jika dilihat dari aspek pendidikan responden, pencapaian pendidikan terakhir mempengaruhi kemampuan, wawasan dan tingkat kepercayaan diri dari responden dalam melaksanakan pekerjaannya. Dari data yang disajikan pada tabel di atas menunjukkan bahwa 46 % responden berpendidikan SMA dan sederajat. Sejumlah 40% responden berpendidikan SMP sedera-jat. Sedangkan yang Sarjana sejumlah 14%.

Sebagai catatan bahwa, angket yang dijadikan sebagai instrumen utama yang bertujuan untuk membuktikan hipotesis melalui pengujian statistik. Dengan demikian, data statistik yang dilakukan pengujian ber-sumber dari 3 variabel; Variabel Pelatihan (X1) dengan 4 indikator yang berisi 12 pernyataan, Variabel Pendidikan Kewirausahaan dengan 2 indika-tor (X2) yang terdiri dari 8 item pernyataan. Pada variabel Y yaitu Variabel Motivasi Berwirausaha dengan 3 indikator terdapat 9 item pernyataan.

Untuk menjamin keakuratan alat yang digunakan, digunakan validitas sebagai instrument untuk mengukur sebuah konsep apa yang seharusnya diukur.41 Uji keabsahan data melalui uji validitas menjadi kriteria utama dalam penelitian ini,42 yaitu tabel uji validitas dilakukan dengan memban-dingkan r hitung (nilai Pearson correlation) dengan r tabel (yang didapat dari tabel r). Apabila r hitung positif dan r hitung> r tabel maka pernyataan dinyatakan valid. Sedangkan jika r hitung negatif, dan r hitung< r tabel maka pernyataan ter-sebut dinyatakan tidak valid.43 Jumlah butir pernyataan dalam penelitian ini adalah 29 pernyataan dengan n = 50 responden.

Untuk mengetahui validitas pernyataan, maka data terlebih dahulu di-konversikan ke r tabel yang diperoleh dengan mengetahui nilai df atau degree of freedom.44 Jika nilai n= 50 dan k = banyaknya variabel, maka nilai df= 50-1 = 49. Dengan taraf signifikansi 5%, nilai r tabel (pada Tabel r Korelasi Pearson) adalah 0,281. Setiap item pernyataan akan dinyatakan valid jika

41Uma Sekaran, Research Methods For Business, Buku I, Edisi 4 (Jakarta: Salemba

Empat, 2016).

42

Sugiyono, Metode Penelitian: kuantitatif, Kualitatif Dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2016).

43

Sugiyono, Metode Penelitian: kuantitatif, Kualitatif Dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2016).

44

Muhalifa Jainudin (2016). “Hubungan Antara Ketersediaan Buku Referensi Perpustakaan Dengan Peningkatan Minat Baca Siswa Pada Perpustakaan SMPN 17 Kendari”, Journal Ilmu Komunikasi, Universitas Halu Oleo, Kendari, Vol 1, No. 2 (2016).

(16)

nilai Corrected Item-Total Correlation lebih besar dari 0,281. Hasil uji validi-tas pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 3 item yang tidak va-lid, dan 26 pernyataan dinyakan valid. Sehingga angket yang dibagikan ke-pada responden memiliki 26 item pertanyaan.

Reliabilitas atau keandalan merupakan kelanjutan dari uji validitas dengan menguji item-item pernyataan yang valid saja. Untuk mengetahui keandalan dan stabilitas instrument pengukuran digunakan uji reliabilitas45 Uji reliabilitas dilakukan agar data yang dihasilkan konsisten dan dapat di-percaya. Hasil penelitian yang reliabel akan dapat digunakan dalam waktu yang berbeda.46 Instrumen yang reliabel akan menghasilkan data yang sama meskipun digunakan pada obyek dan data yang sama.47

Suatu instrumen atau angket dikatakan reliabel jika koefisien cronbach alpha diatas 0,6. nilai reliabilitas 0,7 dapat diterima dan di atas 0,8 adalah baik, sedangkan nilai cronbach alpha kurang dari dari 0,6 adalah kurang baik.48Berikut adalah tabel uji reliabilitas data penelitian dengan menggunakan program SPSS.

Tabel 4.

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Items N of Alpha

Cronbach‟ Alpha Mi-nimal Reliabilitas Pelatihan (X1) 12 0,746 0,6 Reliabel Pendidikan Kewirausa-haan (X2) 8 0,832 0,6 Reliabel Motivasi Berwirausaha (Y) 9 0,764 0,6 Reliabel

Sumber : Hasil Olahan SPSS, 2018

45

Uma Sekaran, Research Methods For Business, Buku I, Edisi 4 (Jakarta: Salemba Empat, 2016).

46Supriyanto, Metodologi Riset Bisnis (Jakarta: Indeks, 2009), 111. 47

Sugiyono, Metode Penelitian: kuantitatif, Kualitatif Dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2016), 121.

48

Bambang Raditya Purnomo,“Efektivitas Pelatihan Kewirausahaan Dalam Meningkatkan Pengetahuan Dan Motivasi Berwirausaha Pada Penyandang Tuna Rungu”, Ekspektra, Jurnal Manajemen Dan Bisnis, Vol 1, No. 1 (2016), 21-30

(17)

Hasil uji reliabilitas menyatakan bahwa semua pernyataan pada setiap variabel adalah reliabel yang dinyatakan dengan nilai koefisien cronbach alpha diatas 0,6. Sebagai perluasan dari model regresi, dilakukan analisis jalur (path analysis) untuk menganalisis hubungan variabel-variabel bebas yang mempengaruhi variabel tergantung, baik secara langsung maupun ti-dak langsung. Penelitian ini dianalisis dengan analisis linier berganda den-gan menggunakan dua variabel exogenous, yaitu X1 (Pelatihan) dan X2 (Pendidikan Kewirausahaan), serta satu variabel endogenous Y (Motivasi Berwirausaha). Model ini digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2. Model Analisis Jalur

Sumber: Hasil olahan penelitian, 2018

Untuk mengetahui model analisis jalur terbebas dari uji asumsi klasik maka dilakukan uji normalitas, uji homogenitas, dan uji multikolinieritas.49 Hasil uji normalitas data menunjukkan bahwa model regresi pada peneli-tian ini layak dipakai karena memenuhi asumsi normalitas. Pada uji homo-genitas disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi. Hal ini membuktikan bahwa penelitian ini telah memenuhi asumsi Homogen.Sedangkan pada uji multikulinieritas menunjukkan bahwa kedua variabel X homogen, Terdapat korelasi antara variabel Pelatihan dan Pendi-dikan dengan Unstandardized Residual yang ditandai dengan nilai kansi (Sig 2 tailed) Pelatihan 0,641 (lebih besar dari 0,05) dan nilai signifi-kansi (Sig 2 tailed) Pendidikan 0,202 atau lebih besar dari 0,05.

49

Supriyanto, Metodologi Riset Bisnis (Jakarta: Indeks, 2009), 208. Pendidikan

Kewi-rausahaan (X2) Pelatihan (X1)

Motivasi Berwirausaha

(18)

Hasil analisis data menggunakan analisis regresi berganda mengguna-kan SPSS for windows versi 23. Pengujian pengaruh secara parsial untuk membuktikan pengaruh variabel X1 terhadap Y dan pengaruh variabel X2 terhadap Y dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.

Hasil Pengujian Parsial (Uji T) Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standar-dized Coef-ficients t Sig. B Std. Er-ror Beta 1 (Constant) 16.242 4.258 3.814 .000 PELATI-HAN .242 .083 .343 2.927 .005 PENDIDI-KAN .317 .083 .448 3.828 .000

a. Dependent Variable: MOTIVASI Sumber : Data Olahan SPSS, 2018

Tabel Pengujian pengaruh secara parsial diatas memperlihatkan bahwa nilai Sig X1 (Pelatihan) = 0,005 atau nilai Sig < 0,05, yang berarti Ada pengaruh Variabel X1 (Pelatihan) terhadap Variabel Y (Motivasi Berwirau-saha). Tabel tersebut juga membuktikan bahwa Ada pengaruh Variabel X2 (Pendidikan Kewirausahaan) terhadap Variabel Y (Motivasi Berwirausaha). Ditandai dengan nilai Sig X2= 0,000 atau < 0,05.

Selanjutnya adalah uji simultan untuk menilai apakah sekumpulan va-riabel bebas (X) berpengaruh secara signifikan terhadap vava-riabel terikat (Y) melalui uji F atau ANOVA.

(19)

Tabel 6. ANOVA Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regres-sion 94.928 2 47.464 15.514 .000b Residual 143.792 47 3.059 Total 238.720 49

a. Dependent Variable: MOTIVASI

b. Predictors: (Constant), PENDIDIKAN, PELATIHAN Sumber : Data Olahan SPSS, 2018

Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai Sig. > 0,05 maka H0 diterima, dan H0 ditolak jika nilai Sig < 0,05. Pada tabel diatas menunjukkan hasil Uji F nilai Sig = 0,000. Hal ini berarti 0,00 < 0,05 yang artinya Ada pengaruh Variabel X1 (Pelatihan) dan X2 (Pendidikan Kewirausahaan) terhadap Va-riabel Y (Motivasi Berwirausaha).

Dari tabel Output Model Summary hasil dari uji SPSS versi 23, dipero-leh nilai R 0,631. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh Pelatihan dan Pendidikan Kewirausahaan terhadap Motivasi berwirausaha adalah kuat, yaitu sebesar 63,1 %. Juga dibuktikan dengan nilai F hitung sebesar 15,514 dengan angka signifikansi sebesar 0,000 atau <0,05.

Tabel 7.

Karakteristik Responden Berdasarkan Alasan Berwirausaha

No Pendidikan Responden Frekwensi Prosentase

1. Minat 35 70%

2. Meneruskan Usaha Orang tua 6 12%

3. Keterbatasan Fisik 4 8%

4. Mencoba Keahlian 5 10%

Sumber: data primer diolah tahun 2018

(20)

disabilitas memilih jenis usahanya berdasarkan minat yang diinginkannya. Pada individu yang bukan penyandang disabilitas, umumnya memilih usaha berdasarkan peluang, laba atau trend. Para penyandang disabilitas lebih memilih jenis usaha sesuai dengan minat dan keahliannya sehingga relatif tidak mudah berganti jenis usaha dan lebih fokus dalam menekuni usa-hanya.

KEIMPULAN

Kewirausahaan merupakan salah satu upaya untuk mengentaskan ke-miskinan dan mengatasi persoalan pengangguran di Indonesia. Bagi disabi-litas, kewirausahaan juga menjadi pembuktian yang mampu menolak stig-ma negatif tentang penyandang disabilitas yang tidak berdaya dan perlu dikasihani. Dengan berwirausaha, disabilitas membuktikan dirinya mampu mandiri secara ekonomi. Selain itu kewirausahaan juga dapat membuka la-pangan kerja dengan cara merekrut disabilitas lainnya untuk ikut bekerja dan mampu mencari nafkah.

Penelitian ini mengisyaratkan pentingnya mengintegrasikan pelatihan dengan pendidikan kewirausahaan bagi penyandang disabilitas agar termo-tivasi untuk membuka dan mengembangkan wirausaha.Hal ini ditunjukkan melalui hasil penelitian yang memperlihatkan bahwa Pelatihan dengan indi-kator Outcome yang berbasis Keterampilan, Afektif Pekerjaan, Hasil serta Pengembalian Pada Investasi, mampu meningkatkan motivasi disabilitas berwirausaha. Pendidikan Kewirausahaan (dengan indikator Entrepreneuri-al Process dan EntrepreneuriEntrepreneuri-al Intensity) juga mampu menumbuhkan moti-vasi berwirausaha para penyandang disabilitas. Integrasi dari kedua variabel tersebut yaitu pelatihan dan pendidikan kewirausahaan secara bersama-sama mempengaruhi motivasi disabilitas berwirausaha.Penelitian ini juga mem-buktikan bahwa 70% disabilitas memilih jenis wirausaha berdasarkan mi-nat dan keahlian yang dimilikinya.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Aji, Abdul Latief Danu dan Tiyas Nur Haryani, “Diversitas dalam Dunia Kerja: Peluang dan Tantangan bagi Disabilitas”, Spirit Publik, Vo-lume 12, Nomor 2 (Oktober, 2017), 83-93. Retrieved Oktober 2017.

Alma, Buchari, Kewirausahaan Kewirausahaan Untuk Mahasiswa Dan Umum (Bandung: Alfabeta, 2009).

Christanti, Anita, “Studi Peranan Pelatihan Kewirausahaan Terhadap Pembentukan Sikap Dan Intensi Kewirausahaan Di Sentra Industri Produk Roti Dan Kue Rungkut Lor Surabaya”, AGORA, Jurnal Mahasiswa Program Manajemen Bisnis, Vol. 4, No. 1 (2016), 242-248.

Daft, Richard L., Management (Jakarta: Salemba Empat, 2008).

Dessler, Gary, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi ke 14 (Jakarta: Salemba Empat, 2015).

Falch, Ranveig and Ulrikke Johanne Voltersvik Hernæs “Disability, Social Identity, and Entrepreneurship: Evidence From a Laboratory Expe-riement in Rural Uganda”, Master Thesis in Economics (Bergen: Nor-wegian School of Economics, 2012).

Firdaus, Vera dan Hisbiyatul Hasanah, “Pengaruh in the Job Training dan off the Job Training Terhap Peningkatan Kinerja Guru PAUD”, Fenomena, jurnal Penelitian Islam Indonesia, Vol. 16, No. 2 (Oktober, 2017), 293-320. Retrieved Oktober 2, 2017

Firdaus, Vera, “Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan dan Motivasi Ber-prestasi Terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Jember”, Jurnal Humaniora, Vol. 14, No. 2 (Desember, 2017) 45-53.

Firdaus, Vera, Kewirausahaan, Menumbuhkan Motivasi dan Minat Berwi-rausaha(Jember: Pustaka Abadi, 2017). Retrieved Maret 2017. Howard, Terry L., “Strategies for Entrepreneurs with Disabilities to

Sus-tain a Successful Small Business“, Dissertation of Business Administra-tion (Walden: Walden University, 2017).

(22)

Hutomo, Mardi Yatmo, “Pemberdayaan Masyarakat dalam Bidang Eko-nomi: Tinjauan Teoritik dan Implementasi”, Working Paper, Makalah Disampaikan pada Seminar Sehari Pemberdayaan Masyarakat di Bappenas, 2000.

Indriyatni, Lies, Agus Budi Purwanto, Panca Wahyuningsih, “Pengemban-gan Model Pelatihan Kewirausahaan Untuk Perempuan Pen“Pengemban-ganggu- Penganggu-ran Di Kabupaten Demak”, Jurnal Aplikasi Manajemen, Vol. 13, No. 2 (Juni, 2015), 313-325.

Jainudin, Muhalifa, “Hubungan Antara Ketersediaan Buku Referensi Perpustakaan Dengan Peningkatan Minat Baca Siswa Pada Perpustakaan SMPN 17 Kendari”, Journal Ilmu Komunikasi, Universitas Halu Oleo, Kendari, Vol 1, No. 2 (2016).

Kaswan, Pelatihan Dan Pengembangan Untuk Meningkatkan Kinerja SDM, Edisi ke-2 (Bandung: Alfabeta, 2013).

Katalog Badan Pusat Statistik (BPS), Statistik Pemuda Indonesia, Hasil Sur-vei Sosial Ekonomi Nasional (Jakarta: Badan Pusat Statistik, 2014). Kementerian Sosial RI., Booklet Kementerian Sosial Dalam Angka

Pemban-gunan Kesejahteraan Sosial (Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kese-jahteraan Sosia, Badan Pendidikan dan Penelitian KeseKese-jahteraan So-sial, 2012).

Kodrat, David S. dan Wina Christina, Entrepreneurship: Sebuah Ilmu(Jakarta: Erlangga, 2015).

Kreitner, Robert dan Angelo Kinicki, Perilaku Organisasi, Edisi ke-9 (Jakarta: Salemba Empat, 2014).

Lestari, Retno Budi dan Trisnadi Wijaya, “Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan Terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa di STIE MDP, STMIK MDP, dan STIE MUSI”, Jurnal Ilmiah STIE MDP:Forum Bisnis Dan Kewirausahaan, Vol. 1, No. 2 (Maret, 2012), 112-119.

Longenecker, Justin G., Carlos W. Moore, J. William Petty, Kewirausahaan: Manajemen Usaha Kecil, Buku 1, Edisi ke-1 (Jakarta: Salemba empat, 2001), 9.

Majdi, Muhammad Zainul, “Pengaruh Pembelajaran Kewirausahaan, Internalisasi Nilai Kewirausahaan Di Keluarga, Dan Motivasi Minat

(23)

Kewirausahaan”, Jurnal Educatio, Vol. 7, No. 2 (Desember, 2012), 1-25.

Mappiare, Andi, Psikologi Orang Dewasa (Surabaya: Usaha Nasional, 1983).

Mayrizka, Dwinda, “Strukturasi Implementasi Kebijakan Disabilitas: Studi Kasus Kebijakan Pemberdayaan Penyandang Disabilitas di Kabupa-ten Sidoarjo”, Jurnal Mahasiswa Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik, Univ. Brawijaya, Vol 1, No.4, (2015), 2.

Moerdiyanto dan Sunarta, “Efektivitas Strategi Project Learning Dalam Pelatihan Kewirausahaan Bagi Remaja Putus Sekolah Di Kabupaten Bantul DIY”, https://anzdoc.com/queue/efektivitas-strategi-project-learning-dalam-pelatihan-kewira.html.

Mulyani, Endang, “Model Pendidikan Kewirausahaan Di Pendidikan dasar Dan Menengah”, Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 8, Nomor 1 (April 2011). Dipetik April 2011

Noe, Raymond A., John R. Hollenbeck, Barry Gerhart, Resources Man-agement: Gaining A Competitive Advantage (New York: McGraw-Hill/Irwin, 2008), 127.

Purnomo, Bambang Raditya, “Efektivitas Pelatihan Kewirausahaan Dalam Meningkatkan Pengetahuan Dan Motivasi Berwirausaha Pada Penyandang Tuna Rungu”, Ekspektra, Jurnal Manajemen Dan Bisnis, Vol 1, No. 1 (2016), 21-30

Putra, Elsa Karisma dan Astri Ghina, “Identifikasi Program Pelatihan Kewirausahaan Dengan Pendekatan Metode Evaluasi Context, Input, Process Dan Product: Studi Kasus Pada Gerakan Indonesia Muda Berbisnis (GIMB)”, Proceeding of Management, Vol. 2, No. 2 (Agustus, 2015), 1191-1197. Retrieved Agustus 2015

Robert Kreitner Angelo Kinicki, Perilaku Organisasi, Edisi ke-9 (Jakarta: Salemba Empat, 2014).

Saiman, Leonardus,Kewirausahaan: Teori, Praktik, Dan Kasus-Kasus, Edisi Kedua (Jakarta: Salemba Empat, 2014).

Sekaran, Uma, Research Methods For Business, Buku I, Edisi 4 (Jakarta: Salemba Empat, 2016).

(24)

Alfabeta, 2016).

Supriyanto, Metodologi Riset Bisnis (Jakarta: Indeks, 2009).

Surwanti, Arni, “Model Pemberdayaan Ekonomi Penyandang Disabilitas Di Indonesia”, Jurnal Manajemen & Bisnis, Volume 5, No. 1 (Maret, 2014), 40-58.

Suryana, Kewirausahaan, Pedoman Praktis, Kiat Dan Proses Menuju Sukses, Edisi Revisi (Jakarta: Salemba Empat, 2003).

Winasti, Milu, “Motivasi Berwirausaha Pada Penyandang Disabilitas Fisik”, EMPATHY, Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Vol 1 No 2 (Desember 2012), 177-188. Retrieved De-sember 2012

Zainal, Veithzal Rivai, Salim Basalamah, dan Muhammad Natsir, Islamic Human Capital Management: Cara Tepat Dan Mudah Dalam Menerapkan Manajemen Sumber Daya Insani Dalam Perusahaan Secara Islami (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2014).

Zibeniene, Gintaute and Rita Virbaliene, “Learning Methods Of Entre-preneurship Education”, The Collection of Scientific Papers (2014), 123-133.

Gambar

Tabel 6.   ANOVA  Model  Sum of  Squares  df  Mean  Square  F  Sig.  1   Regres-sion  94.928  2  47.464  15.514  .000 b Residual  143.792  47  3.059   Total  238.720  49

Referensi

Dokumen terkait

Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ Sikap Kewirausahaan dan Pengetahuan Kewirausahaan serta Pengaruhnya terhadap Intensi

berjudul “ Pengetahuan Kewirausahaan dan Persepsi Mahasiswa tentang Kewirausahaan serta Pengaruhnya terhadap Intensi Berwirausaha (Survei pada Mahasiswa Fakultas

Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ Pengaruh Sikap dan Minat Kewirausahaan dan terhadap Intensi Berwirausaha (Survei pada

Nurul Hendriyani, 2013 Pengetahuan Kewirausahaan dan Persepsi Mahasiswa tentang Kewirausahaan serta Pengaruhnya terhadap Intensi Berwirausaha Survei pada Mahasiswa Fakultas

Penelitian ini diharapkan dapat memberi kajian serta referensi untuk menilai pengaruh pendidikan kewirausahaan, resiliensi dan motivasi terhadap minat berwirausaha

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh efikasi diri, norma subjektif, sikap berperilaku, dan pendidikan kewirausahaan terhadap intensi berwirausaha pada

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh efikasi diri, norma subjektif, sikap berperilaku, dan pendidikan kewirausahaan terhadap intensi berwirausaha pada

Dari hasil wawancara dengan beberapa informan sebagaimana yang telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa di dalam peneyelenggaraan pelatihan kewirausahaan yang