• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PEMODELAN INELASTIK DAN EVALUASI KINERJA STRUKTUR GANDA DENGAN MIDAS/Gen TM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI PEMODELAN INELASTIK DAN EVALUASI KINERJA STRUKTUR GANDA DENGAN MIDAS/Gen TM"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PEMODELAN INELASTIK DAN EVALUASI

KINERJA STRUKTUR GANDA DENGAN MIDAS/Gen

TM

Yosafat Aji Pranata1, Djoni Simanta2

1 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Kristen Maranatha, Jl. Suria Sumantri 65, Bandung,

[email protected]

2 Dosen Pascasarjana Magister Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan,

Jl. Ciumbuleuit 94, Bandung, [email protected]

ABSTRAK

Perencanaan struktur tahan gempa dengan sistem struktur ganda (interaksi antara sistem rangka pemikul momen dan shearwall) telah banyak dijumpai pada saat ini. Namun, pemodelan struktur dalam perencanaan berbasis kinerja untuk mengetahui kinerja bangunan pada sistem struktur ganda mengalami beberapa kendala, yaitu antara lain pemodelan properti sendi untuk elemen struktur shearwall. Software analisis dan desain struktur MIDAS/GenTM memiliki fasilitas untuk memodelkan properti sendi tersebut. Dalam studi ini, gedung perkantoran beton bertulang dengan sistem struktur ganda, dua puluh lantai, dengan kategori gedung beraturan, akan didesain sesuai Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 1726-2002) dan Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2874-2002), kemudian dilakukan evaluasi berbasis kinerja dengan menggunakan analisis pushover. Pemodelan properti sendi sesuai ATC-40 untuk elemen rangka dan shearwall. Evaluasi dilakukan terhadap dua model gedung yang didesain di wilayah gempa 4 dan 6, dengan jenis tanah lunak, sistem struktur SRPMM (wilayah 4) dan SRPMK (wilayah 6). Hasil evaluasi memperlihatkan bahwa seluruh model gedung termasuk dalam tingkat kinerja damage control, artinya pada saat terjadi gempa rencana, struktur dapat berdeformasi secara daktail, mekanisme leleh telah terbentuk, terjadi kerusakan namun struktur tidak runtuh.

Kata kunci: Gedung beton bertulang, beraturan, shearwall, analisis pushover.

1.

PENDAHULUAN

Telah diketahui bersama bahwa perencanaan struktur bangunan gedung tahan gempa di Negara Indonesia menjadi hal yang penting, mengingat kejadian gempa yang terjadi hampir di seluruh bagian wilayah Pulau Sumatera, Pulau Jawa, dan pulau yang lainnya. Berdasarkan peta gempa Indonesia [SNI 1726-2002, 2002], dapat dilihat bahwa hampir sebagian besar wilayah Indonesia, khususnya bagian sebelah barat pulau sumatera, bagian selatan pulau jawa, serta beberapa tempat lainnya terletak pada wilayah gempa dengan intentitas moderat hingga tinggi.

Salah satu teknik perencanaan yang sedang berkembang pada saat ini adalah perencanaan berbasis kinerja. Beberapa kunci bagaimana membuat perencanaan berbasis kinerja menjadi lebih bermanfaat, yaitu antara lain berbasis persetujuan umum, memberikan kesan ekonomis, transparan, simpel, konsisten, berakar pada kondisi nyata, dan apabila perlu secara berkala diperbaharui [Poland, 2004].

Tahap awal perencanaan berbasis kinerja adalah pemilihan awal target kinerja bangunan, yang mempunyai maksud untuk mengetahui level kerusakan struktur atau memilih kemampuan absorpsi energi untuk mengantisipasi akibat adanya beban

(2)

(a). Perencanaan berbasis gaya. (b). Perencanaan berbasis kinerja.

Gambar 1. Konsep metode perencanaan berbasis gaya dan berbasis kinerja [ATC, 1996]

Analisis pushover menjadi salah satu metode untuk mengevaluasi deformasi struktur, kurva spektrum beban-peralihan dibuat sebagai ilustrasi kurva capacity vs demand. Kurva demand dibuat bergantung dari level kemampuan absorpsi energi struktur. Dari perpotongan kedua kurva tersebut kemudian diperoleh titik kinerja (Gambar 1.b).

Gambar 2. Tingkat Kinerja Struktur [Applied Technology Council, 1996] Ruang lingkup penulisan meliputi : gedung perkantoran beton bertulang dengan sistem struktur ganda (kombinasi struktur sistem rangka pemikul momen dan shearwall), kategori beraturan, jumlah lantai dua puluh, gedung didesain pada wilayah gempa 4 dan 6 di Indonesia dengan jenis tanah lunak, sistem rangka menggunakan SRPMM (Wilayah 4) dan SRPMK (Wilayah 6), pemodelan properti sendi sesuai ATC-40 [Applied Technology Council, 1996], Struktur dianggap terjepit lateral pada taraf jepitan lateral di pondasi.

Tujuan penulisan meliputi : melakukan perencanaan dan detailing struktur bangunan gedung, serta melakukan evaluasi kinerja struktur dengan menggunakan analisis pushover. Software yang digunakan dalam penulisan ini menggunakan MIDAS/GenTM.

(3)

2.

TINJAUAN LITERATUR

2.1. Pemodelan Struktur dan Sistem Struktur Ganda

Pemodelan struktur dilakukan untuk mempelajari perilaku struktur apabila dikenakan beban Gempa Rencana. Secara umum struktur bangunan dapat dimodelkan menjadi struktur atas dan struktur bawah. Struktur atas adalah seluruh bagian struktur bangunan gedung yang berada di atas muka tanah. Struktur bawah adalah seluruh bagian struktur bangunan gedung yang berada di bawah muka tanah, yang terdiri dari struktur basement (bila ada) dan/atau struktur pondasi.

Apabila tidak dilakukan analisis interaksi tanah-struktur, struktur atas dan struktur bawah suatu struktur bangunan gedung dapat dianalisis terhadap pengaruh Gempa Rencana secara terpisah, di mana struktur atas dianggap terjepit lateral pada taraf lantai dasar [SNI 1726-2002, 2002].

Sistem struktur ganda berfungsi untuk memikul seluruh beban gravitasi dan pemikul beban lateral berupa shearwall dan rangka pemikul momen. Pada sistem struktur ganda, perencanaan dengan asumsi sistem memikul secara bersama-sama seluruh beban lateral harus memperhatikan interaksi/sistem ganda [SNI 1726-2002, 2002]. 2.2. Analisis Pushover dan Evaluasi Kinerja

Metode analisis pushover merupakan metode dengan pendekatan nonlinier statik, dimana dapat digunakan pada struktur dengan karakteristik dinamik mode tinggi yang tidak dominan. Spektrum kapasitas hasil dari analisis pushover selanjutnya menunjukkan hubungan kurva beban lateral-peralihan oleh peningkatan beban statik sampai pada kondisi ultimit.

Gambar 3. Transformasi kurva pushover menjadi spektrum kapasitas.

Beberapa manfaat dari analisis pushover yaitu : dapat digunakan untuk mengevaluasi karakteristik perilaku dan kinerja struktur, memungkinkan dilakukan investigasi skema kelelehan atau distribusi sendi plastis, serta pada saat kondisi struktur diperlukan suatu perkuatan maupun retrofit, dapat diketahui elemen-elemen struktur mana saja yang perlu diperkuat, sehingga hal ini berhubungan efisiensi biaya.

(4)

2.3. Pemodelan Properti Sendi

Model properti sendi untuk elemen balok 2D dan elemen balok-kolom 3D adalah seperti terlihat pada Gambar 5.a. Beban dan peralihan elemen balok atau elemen balok-kolom menggambarkan efek dari momen biaksial pada bidang 3D.

...(1)

1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2

{ }P T ={F Mx , x,F My , y ,F Mz , z ,F Mx , x ,F My , y ,F Mz , z }

1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2

{ }u T ={uxx ,vyy,vzz ,uxx ,vyy ,vzz } ...(2)

(a). Elemen balok 2D dan balok-kolom 3D. (b). Elemen shearwall.

Gambar 5.Nodal forces dan peralihan.

Sedangkan model properti sendi untuk elemen wall dapat dilihat pada Gambar 5.b. sebuah garis vertikal pada bagian tengah yang menghubungkan balok rigid atas dan bawah merupakan elemen wall. Garis tengah ini sama seperti pada elemen 3D balok-kolom. Balok rigid atas dan bawah menggambarkan rigid bodies pada bidang x-y, dan momen terhadap sumbu-z menunjukkan perilaku bending.

(a). Moment-y, z hinge property (b). P-My-Mz hinge property Gambar 6. Pemodelan properti sendi pada MIDAS/GenTM.

2.4. Karakteristik Spring Nonlinier

Spring yang dimodelkan pada tiap elemen baik balok, kolom, maupun wall tersebut bukanlah menggambarkan kondisi aktual elemen spring, namun hanyalah penyederhanaan.

Elemen balok berhubungan dengan beban-peralihan, gaya aksial arah-1 sudut momen-rotasi, gaya geser-deformasi geser, dan torsi-deformasi torsi. Sedangkan untuk elemen kolom dan wall berhubungan dengan beban-peralihan, gaya aksial arah-2 sudut momen-rotasi, gaya geser-deformasi geser, dan torsi-deformasi torsi. Deformasi elemen dinyatakan dalam Persamaan 3.

(5)

Gambar 7. Distribusi dari kekakuan lentur asumsi.

Sedangkan deformasi plastik akibat momen lentur yang diasumsikan terjadi dan terkonsentrasi pada zona αL dapat dilihat pada ilustrasi Gambar 7. Oleh karena itu, matrik fleksibilitas termasuk didalamnya deformasi plastik dan deformasi geser. Hubungan beban-peralihan untuk spring dapat disusun dalam Persamaan 4 dan 5.

e p s θ θ= +θ +θ ... (3) { } [ ]{θ = f M} ...(4) [ ] [ ]f = f e+[ ]f p+[ ]f s ...(5) 1, 0 ny nx nox noy M M M M α α ⎛ ⎞ ⎛ ⎞ +⎜ ⎟ = ⎜ ⎟ ⎝ ⎠ ⎝ ⎠ ...(6)

Gaya aksial, momen torsi, dan gaya geser sisa konstan dan sendi plastis pada titik tengah elemen untuk analisis pushover. Maka hubungan gaya-deformasi dapat dinyatakan mirip dengan deformasi lentur. Sedangkan untuk spring lentur biaksial dinyatakan dalam Persamaan 6.

Gambar 8. Kurva yang menunjukkan hubungan sudut momen-deformasi.

3.

STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1. Asumsi Data dan Model Struktur

Studi kasus menggunakan data mutu beton (fc’) = 30 MPa dan mutu baja (fy) = 400

MPa. Jumlah lantai dua puluh, dengan tinggi lantai dasar 4 meter, dan tinggi lantai 2-20 tipikal 3,8 meter. Beban mati superimposed (SDL) = 1,5 kN/m², sedangkan beban hidup (LL) = 2,5 kN/m² (lantai) dan 1,0 kN/m² (atap).

(6)

Gambar 9. Denah model struktur gedung.

(a). Model 3D. (b). Potongan (portal arah-y). Gambar 10. Model 3D dan potongan struktur gedung.

Tabel 1: Variasi model struktur.

Model Wilayah Gempa Jenis Tanah Sistem Struktur

G4 4 Lunak SRPMM G6 6 Lunak SRPMK

Tabel 2: Dimensi dan ukuran penampang.

Model Lantai Balok (mm) Kolom (mm) Shearwall (mm) 11-20 300 x 550 500 x 500 350 G4 1-10 300 x 550 600 x 600 350 11-20 300 x 600 600 x 600 350 G6 1-10 300 x 600 700 x 700 350

3.2. Pemodelan, Analisis, Desain, dan Detailing

Pemodelan dilakukan untuk masing masing model struktur. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis dinamik respons spektrum untuk mengetahui karakteristik dinamik untuk semua variasi model gedung [SNI 1726-2002, 2002]. Dari hasil analisis dinamik diperoleh nilai T sebesar 3,29 detik (model G4) dan 2,96 detik (model G6).

Desain dilakukan untuk mendapatkan jumlah tulangan nominal untuk desain. Kombinasi pembebanan yang digunakan adalah (a). 1,4DL; (b). 1,2DL + 1,6LL; (c). 1,2DL + 0,5LL ± E; dan (d). 0,9DL ± E. Setelah tahapan pemodelan, analisis dan

(7)

dan G6 selengkapnya ditampilkan pada Tabel 3, Tabel 4, dan Tabel 5.

Tabel 3: Penulangan balok.

Portal Lantai Tump. kiri Lapangan Tump.kanan Model G4 atas 5D25 2D25 5D25 arah-x tengah 11-20 bawah 2D25 2D25 2D25 atas 4D25 2D25 4D25 arah-x tengah 1-10 bawah 2D25 2D25 2D25 atas 3D25 2D25 3D25 arah-x tepi 1-20 bawah 2D25 2D25 2D25 atas 5D25 2D25 5D25 arah-y 11-20 bawah 3D25 2D25 3D25 atas 4D25 2D25 4D25 arah-y 1-10 bawah 3D25 2D25 3D25 Model G6 atas 5D25 2D25 5D25 arah-x tengah 11-20 bawah 3D25 2D25 3D25 atas 4D25 2D25 4D25 arah-x tengah 1-10 bawah 3D25 2D25 3D25 atas 3D25 2D25 3D25 arah-x tepi 1-20 bawah 2D25 2D25 2D25 atas 5D25 2D25 5D25 arah-y 16-20 bawah 3D25 2D25 3D25 atas 5D25 2D25 5D25 arah-y 6-15 bawah 4D25 2D25 4D25 atas 4D25 2D25 4D25 arah-y 1-5 bawah 3D25 2D25 3D25

Tulangan sengkang diperoleh D10-100 mm (daerah tumpuan) dan D10-150 mm (lapangan). Tabel 4: Penulangan shearwall.

Model Gedung Tulangan

Vertikal D25-250 G4 dan G6

Horisontal D10-150

Tabel 5: Penulangan kolom.

Model Gedung Lantai Tul. utama Tul. sengkang 16-20 8D25 D10-100 11-15 8D25 D10-100 6-10 12D25 D10-100 G4 1-5 36D25 D10-100 16-20 8D25 D10-100 11-15 8D25 D10-100 6-10 12D25 D10-100 G6 1-5 24D25 D10-100 3.3. Analisis Pushover

Parameter pola beban yang digunakan dalam analisis ini yaitu pola beban Mode-1, dan asumsi target peralihan adalah sebesar 0,595 meter. Sebagai initial loads digunakan beban gravitasi yaitu beban mati (DL) dan beban hidup (LL). Hasil analisis pushover berupa skema kelelehan / distribusi sendi plastis yang terjadi dan kurva

(8)

(a). Model G4. (b). Model G6. Gambar 11. Distribusi sendi plastis.

(a). Model G4. (b). Model G6.

Gambar 12. Kurva kapasitas. 3.4. Evaluasi Kinerja dan Pembahasan

Evaluasi kinerja dilakukan setelah diperoleh kurva kapasitas, untuk mendapatkan titik kinerja bangunan. Hasil selengkapnya ditampilkan dalam Gambar 13 dan Tabel 6.

(a). Model G4. (b). Model G6.

Gambar 13. Evaluasi kinerja prosedur B ATC-40 [Applied Technology Council, 1996].

(9)

informasi gaya geser dasar dan peralihan diperoleh, dari hasil peralihan kemudian dapat dihitung rasio drift, lalu dapat diperoleh level kinerja bangunan sesuai tabel klasifikasi tingkat keamanan ATC-40 (Gambar 4).

Tabel 6: Hasil evaluasi kinerja bangunan.

Model Gedung V (kg) D (meter) Teff (detik) βeff (%) drift Kinerja

G4 1440000 0,5097 2.44 25.23 0,00669 Damage Control

G6 1526000 0,5338 2.47 16.35 0,00701 Damage Control

4.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Sendi plastis terbentuk pada elemen kolom dan shearwall lantai dasar, sedangkan pada elemen balok terjadi di seluruh lantai.

2. Hasil evaluasi memperlihatkan bahwa seluruh model gedung masih termasuk tingkat kinerja damage control, artinya pada saat terjadi gempa rencana, struktur dapat berdeformasi secara daktail, mekanisme leleh telah terbentuk, terjadi kerusakan namun struktur tidak runtuh, sehingga masih memenuhi persyaratan kriteria model struktur yang direncanakan untuk gedung perkantoran.

3. Damping efektif (βeff) pada saat tercapai titik kinerja bangunan belum

melampaui kriteria ijin sebesar 40% untuk model struktur sebagai bangunan baru.

4. Nilai Teff diperoleh berkisar antara 2,44 s/d. 2.47 detik, hal ini menunjukkan

penggunaan shearwall cukup baik untuk berperan memikul beban lateral, sehingga struktur mempunyai kekakuan yang cukup.

5.

DAFTAR PUSTAKA

1. Applied Technology Council (1996), Seismic Evaluation and Retrofit of Concrete Buildings, ATC 40, Volume 1, Report No. SSC 96-01.

2. Applied Technology Council (2004), Improvement of Nonlinear Static Seismic Analysis Procedures, FEMA 440, Draft Camera-Ready, ATC-55 Project.

3. Bozorgnia, Y., Bertero, V.V. (2004), Earthquake Engineering: from Engineering Seismology to Performance-Based Engineering, CRC Press, USA.

4. MIDASoft, Inc. (2006), Analysis Manual version 7.02, MIDASoft, Inc., Houston, USA.

5. Poland, C.D. (2004), Making Performance-Based Engineering Useful, 13WCEE, Canada.

6. Pranata, Y.A. (2005), Studi Analisis Beban Dorong Untuk Gedung Beton Bertulang Beraturan dan Tidak Beraturan, Tesis, Program Pascasarjana, Magister Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung.

(10)

8. SNI 1726-2002 (2002), Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung.

Gambar

Gambar 2. Tingkat Kinerja Struktur [Applied Technology Council, 1996]
Gambar 3. Transformasi kurva pushover menjadi spektrum kapasitas.
Gambar 6. Pemodelan properti sendi pada MIDAS/Gen TM .
Gambar 7. Distribusi dari kekakuan lentur asumsi.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian tentang perkuatan struktur rangka beton bertulang menggunakan breising baja tipe x telah dilakukan dengan memodel struktur gedung 3, 4, dan 5 lantai yang dibandingkan

Struktur gedung rumah sakit menggunakan beton struktur bertulang, memiliki empat lantai dengan panjang bangunan 62 m, lebar bangunan 20m, dan tinggi bangunan 18

masing tumpuan. Pada konstruksi beton bertulang pelat digunakan sebagai lantai, atap dari gedung, lantai jembatan, lapis perkerasan pada jalan raya dan landasan bagi pesawat

Berdasarkan SNI 03-1726-2012 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung, dinding geser beton bertulang kantilever merupakan suatu subsistem struktur

Hasil perencanaan gedung struktur beton bertulang pada tugas akhir ini menyimpulkan bahwa titik kinerja yang menentukan adalah metode Koefisien Perpindahan FEMA 356,

Titik kinerjd evaluasi struktur ditentukan dengan metode Koefisien Perpindahan (FEMA 356). Hasil perencanaan gedung struktur.. beton bertulang pada tugas akhir ini

Adapun tujuan sebagai berikut : 1 Menganalisa perhitungan struktur beton bertulang untuk bangunan gedung di wilayah gempa, dengan menggunakan sistem dinding deser 2 Mendapatkan suatu

Struktur didesain menggunakan sistem Struktur Rangka Pemikul Momen Biasa SRPMByang berdasarkan “Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847-2002”, sedangkan