• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Integrated Marketing Communication (IMC) telah menjadi kajian yang cukup popular

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Integrated Marketing Communication (IMC) telah menjadi kajian yang cukup popular"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Integrated Marketing Communication

2.1.1 Definisi Integrated Marketing Communication

Integrated Marketing Communication (IMC) telah menjadi kajian yang cukup popular dalam dunia komunikasi pemasaran selama lebih dari 25 tahun sejak awal kemunculannya. Selama itu pula, pengertian tentang IMC terus dikembangkan. Salah satu pengertian IMC yang menjadi patokan berbagai biro periklanan dan komunikasi pemasaran adalah pengertian yang dikembangkan pada tahun 1989 salah satunya oleh Don Schultz, tokoh dari

Northwestern University yang sering disebut sebagai Bapak IMC, untuk The Americam

Association of Advertising Agencies (The 4As) sebagai berikut:

A Concept of marketing communications planning that recognize the added value of a comprehensive plan that evaluates the strategic roles of a variety of communications disciplines-for example, general advertising, direct response, sales promotion, and public relations and combines these desciplines to provide clarity, consistency, and maximum communications impact.1

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa IMC menitik beratkan fokusnya pada tiga hal, yaitu perencanaan, konsistensi pesan dan integrasi berbagai program komunikasi pemasaran. Perencanaan dalam sebuah IMC merupakan hal yang penting karena pelaksanaan IMC yang baik menuntut adanya perencanaan yang baik pada awalnya.

Konsistensi dalam IMC disebut sebagai centralized messaging function, yaitu fungsi IMC

sebagai cara mengkomunikasikan image yang konsisten dan sebagai satu kesatuan, sehingga

1

George E. Belch And Michael A. Belch, Advertising and Promotion: An Introduction to Integrated Marketing Communications, Boston: The McGraw-Hill Companies, 2003, Hal. 9

(2)

apapun yang disampaikan perusahaan berada dalam satu tema dan positioning yang sama.2 Konsistensi pesan ini penting untuk selalu dijaga agar pesan yang disampaikan tidak terduplikasi, atau untuk mencegah hal yang lebih buruk, yaitu tersampaikannya pesan yang kontradiktif satu sama lain. Pentingnya koordinasi dan pengendalian pesan agar selalu konsisten ini ditegaskan agar di manapun dan kapanpun konsumen melihat brand, mereka akan melihat satu pesan yang sama.

Selain konsistensi pesan, IMC juga mementingkan adanya integrasi program-program komunikasi pemasaran yang dijalankan sebuah perusahaan. Sebelum IMC mulai dikenal dalam komunikasi pemasaran, komunikasi pemasaran perusahaan memang telah menggunakan berbagai macam program, baik melalui periklanan, promosi penjualan, hingga penjualan langsung, namun semua itu diperlakukan sebagai elemen yang terpisah tanpa memperdulikan dampak yang ditimbulkan satu program, terhadap kinerja program lainnya. Padahal, untuk menjalankan komunikasi pemasaran yang efektif, program-program komunikasi pemasaran yang digunakan haruslah saling menopang, yaitu dengan menutupi kelemahan satu sama lain serta memperkuat kelebihan masing-masing. Untuk itu, sebelum merencanakan sebuah program IMC, pengetahuan tentang karakteristik program-program komunikasi pemasaran termasuk mengenai kelebihan dan kelemahannya sangat diperlukan. 2.1.2 Program-program Komunikasi Pemasaran dalam IMC

Salah satu hal yang ditekankan dalam IMC adalah pengintegrasian berbagai program

komunikasi pemasaran. Pengintegrasian tersebut tentunya dilaksanakan dengan

mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan masing-masing program komunikasi pemasran. Oleh karena itu, pengetahuan tentang karakteristik masing-masing program, komunikasi pemasaran sangat diperlukan dalam IMC. Gambar 1-1 memperlihatkan berbagaimacam alternative program komunikasi pemasaran yang dapat diintegrasikan dalam

2Ibid., Hal. 10

(3)

IMC. Beberapa sumber menyebutnya sebagai promotional mix, Namun dalam penelitian ini

disebut sebagai program komunikasi pemasaran untuk mengindari timbulnya

kesalahpahaman akibat kesamaan istilah “promotion” pada promotional mix dan sales

promotion.

Gambar 2.1 Alternatif Communication Options dalam IMC3

Secara tradisional program-program komunikasi pemasaran yang sering digunakan

oleh berbagai perusahaan terdiri dari empat program yaitu advertising, sales promotion,

publicity/public relations, dan personal selling. Namun, dengan adanya perkembangan dan perubahan yang terjadi pada teknologi maupun karakteristik target konsumen, pada akhirnya direct marketing dan interactive/internet marketing turut ditempatkan sebagai sebuah

program komunikasi pemasaran yang cukup berperan dalam IMC.4 Peran dan kontribusi

berbagai program komunikasi pemasaran dalam IMC sendiri sebenarnya dapat dioptimalkan asalkan perusahaan mampu memahami kelemahan dan kelebihan masing-masing program. a. Advertising

Advertising (iklan) didefinisikan sebagai segala bentuk komunikasi berbayar yang

bersifat nonpersonal untuk mempresentasikan produk, jasa, organisasi hingga ide yang

3Ibid., Hal. 16

4 Ibid.,

The Promotional Mix

Advertising Direct Marketin g Interactive/ Internet Marketing Sales Promotion Publicity/ Public relations Personal Selling

(4)

sponsornya dapat diidentifikasi.5 Iklan dikatakan sebagai komunikasi berbayar karena media yang digunakannya harus dibeli kecuali untuk iklan layanan masyarakat, sedangkan sifat

iklan sebagai bentuk komunikasi nonpersonal dikarenakan iklan melibatkan media massa

yang dapat menyampaikan informasi kepada khalayak luas dalam waktu yang bersamaan.6

Iklan menjadi salah satu cara berkomunikasi kepada konsumen yang cukup populer dan penting, terutama bagi perusahaan yang menjual produk dan jasa kepada target pasar yang luas. Salah satu kelebihan iklan yaitu iklan dapat menjadi cara berkomunikasi kepada target pasar yang luas dengan biaya yang efektif. Selain itu, iklan dapat digunakan untuk

membentuk brand image melalui nilai-nilai simbolis apabila brand image tersebut sulit

dibedakan dengan brand lain hanya dari penampilan fisiknya saja. Kelebihan lainnya adalah

kemampuan sebuah iklan yang telah populer untuk menjadi cikal bakal program IMC yang

sukses.7 Namun, iklan tetap memiliki kelemahan, yaitu karena sifatnya yang nonpersonal

membuat iklan tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan respon secara langsung dari

target konsumen, kecuali pada direct response advertising, sehingga sebelum pesan

dikomunikasikan melalui iklan, perusahaan harus benar-benar memperkirakan dan menyadari bagaimakah kira-kira respon yang akan diberikan oleh target konsumennya. Lebih spesifik lagi, masing-masing media periklanan memiliki kelebihan dan kekurangan serta karakteristik yang berbeda, seperti ditampilkan dalam gambar 1-2.

Tabel 2.1 Advertising Media Characteristics8

Media Advantages Disadvanteges

Television Mass coverage Low selectivity

5 Kevin Lane Keller, Ibid.,Hal. 221

6 George E. Belch And Michael A. Belch, Ibid., Hal. 16. 7

Ibid., hal. 18.

(5)

Radio

Magazines

Newspapers

High reach

Impact of sight, sound, and motion

High perstige

Low cost per exposure Attention getting Favorable image Local coverage Low cost High frequency Flexible

Low production costs Well segmented audiences

Segmentation potential Quality reproduction High information content Longevity

Multiple readers

High coverage Low cost

Short lead time for placing ads Ads can be place in interst

Short message life High absolute cost High production cost Clutter

Audio only Clutter

Low attention getting Fleeting message

Long lead time for ad placement Visual only Lack of flexibility Short life Clutter Lowattention-getting capabilities

(6)

Outdoor

sections

Timely (current ads) Reader controls exposure Can be use for coupons

Location specific High repetition Easily noticed

Poor reproduction quality Selective reader exposure

Short exposure time requires short ad

Poor image Local restrictions

b. Direct Marketing

Direct Marketing merupakan usaha perusahaan untuk berkomunikasi secara langsung dengan target konsumen agar dapat mendorong terbentuknya respon secara

langsung, atau bahkan mewujudkan pembelian secara langsung.9 Wujud dari direct marketing

yang sering dikenal adalah direct mail dan katalog pemesanan, namun lebih dari itu,

sebenarnya direct marketing melibatkan berbagai aktifitas seperti manejemen database

konsumen, direct selling, telemarketing, dan direct response advertising baik melalui surat,

internet, maupun berbagai media cetak dan broadcast media.

Direct marketing dalam perkembangannya menjadi program komunikasi pemasaran

yang cukup populer dan diterapkan beberapa brand terkenal seperti Tupperware, Oriflame,

dan Amway. Hal ini disebabkan adanya perubahan dalam gaya hidup konsumen, dimana mulai muncul orang-orang dengan penghasilan yang cukup tinggi untuk berbelanja, namun tidak memiliki waktu lebih untuk berbelanja di toko. Selain itu, berkembangnya internet dan

(7)

layanan kartu kredit juga membuat direct marketing lebih diminati konsumen yang tidak ingin direpotkan dengan berbelanja di toko.

Kelebihan yang ditawarkan direct marketing adalah kemampuannya untuk menyasar

target konsumen yang juga merupakan pembeli potensial. Kemampuan ini didapat dari

manajemen database konsumen yang merupakan salah satu syarat penting dalam sebuah

program direct marketing. Dengan kelebihan ini, perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya

untuk berkomunikasi dengan orang-orang yang bukan merupakan pembeli potensial.

Kekurangan direct marketing adalah sifatnya yang lebih personal sehingga membutuhkan

tenaga lebih untuk menangani konsumen secara personal ketimbang berkomunikasi melalui

media massa, serta besarnya kemungkinan diabaikannya direct marketing dalam wujud direct

mail.10

c. Interactive/Internet Marketing

Interactive/internet marketing merupakan program komunikasi pemasaran yang memungkinkan adanya timbal balik pada arus informasi dalam komunikasi pemasaran, dimana seluruh partisipan dapat ikut memodifikasi bentuk dan isi informasi yang mereka

terima secara langsung.11 Berbeda dengan advertising yang hanya memberikan informasi satu

arah, interactive/internet marketing memungkinkan target konsumen untuk melakukan

banyak hal selain menerima informasi dari perusahaan, seperti mengubah informasi dan image brand sesuai dengan pengalaman mereka dengan brand, mencari tahu lebih dalam

tentang brand, merespon pertanyaan dari perusahaan, hingga melakukan pembelian.

Wujud dari interactive/internet marketing bermacam-macam, mulai dari CD-ROM,

kiosk, dan televisi interaktif. Namun, media interaktif yang sampai saat ini memberikan

dampak yang luar biasa dalam komunikasi pemasaran adalah internet, terutama saat social

media memasuki masa kejayaan. Sifatnya yang sangat interaktif membuat internet dan social

10

Kevin Lane Keller, Ibid., hal. 224

(8)

media mampu mempengaruhi program komunikasi pemasaran berbagai perusahaan. Mereka

mulai mengembangkan website dan ikut bergabung dalam social media untuk

mempromosikan produk dan jasa dengan cara menyediakan informasi yang sekaligus dapat menghibur dan dapat digunakan untuk berinteraksi dengan target konsumen.

Kelebihan yang ditawarkan internet marketing adalah sifat internet sebagai media

yang dapat digunakan untuk melaksanakan semua program komunikasi pemasaran lain dalam IMC. Penggunaan internet sebagai media memungkinkan iklan untuk ditempatkan di

berbagai website, memungkinkan perusahaan untuk menawarkan program sales promotion

seperti kupon, kontes, dan undian secara online, serta memungkinkan perusahaan untuk

menjalankan program direct marketing, personal selling, dan aktifitas kehumasan secara

lebih efektif dan efisien. Interactive/ internet marketing menawarkan keefektifitasan dalam

melakukan beberapa hal yang meliputi brand building, lead generation, online sales,

customer support, market research, word of mouth, buzz marketing, content services, dan web publishing.12

Namun, dibalik kelebihan luar biasa yang ditawarkannya, internet juga memiliki kelemahan yang jika tidak ditangani dengan baik dapat membahayakan perusahaan. Sifatnya yang sangat interaktif membuat internet menjadi media bagi konsumen untuk bebas

mengkritik sebuah brand, dan inilah yang seringkali menjadi hal yang ditakutkan para

pemilik brand, yaitu takut tidak mampu mengendalikan pesan yang dengan cepat beredar

melalui internet. Padahal, sebelum era internet dan social media mulai digandrungi, pesan

melalui media apapun tetap berpotensi untuk dikritisi konsumen hanya saja tidak dapat secara

langsung disebarkan ke khalayak luas, namun dengan adanya internet dan social media

penyebaran kritik tersebut menjadi masif dan harus dikendalikan, yaitu dengan cara ikut

berpartisipasi dalam dunia internet dan social media. Dengan berpartisipasi, sesungguhnya

12

Lelan Harden and Bob Heyman, Digital Engangement: Internet Marketing that Captures Consumer and Builds Intense Brand Loyalty, New York: AMACOM, 2009, Hal. 7

(9)

perusahaan sedang mengendalikan pesan, agar tidak menjadi bola liar yang dapat menghantam dan merugikan perusahaan.

d. Sales Promotion

Sales promotion didefinisikan sebagai usaha perusahaan untuk menaikkan penjualan melalui insentif dengan menawarkan keuntungan lebih bagi penjual, distributor, hingga

konsumen.13 Fokus utama pada sales promotion adalah pada insentif. Jika iklan menawarkan

produk dengan memberikan alasan mengapa konsumen harus membelinya, sales promotion

menjual produk dengan menawarkan insentif menarik bagi konsumen.

Sales promotion terbagi menjadi dua kategori yaitu consumer oriented dan trade oriented. Consumer oriented sales promotion merupakan insentif yang ditargetkan langsung

kepada konsumen dengan tujuan agar konsumen membeli dalam jumlah lebih.14 Hal tersebut

dilakukan dengan menawarkan kupon, contoh produk, kontes, hingga undian, agar konsumen

tertarik untuk segera melakukan pembelian. Sedangkan trade oriented sales promotion

merupakan insentif yang ditujukan kepada penjual dan distributor melalui kesepakatan harga yang lebih menguntungkan, kontes untuk para penjual, hingga penukaran poin dengan hadiah

atau marchandise agar penjual dan distributor selalu menyediakan dan mempromosikan

produk-produk perusahaan kepada konsumen. e. Publicity/Public Relations

Publicity (publisitas) merupakan komunikasi nonpersonal tentang perusahaan, produk, jasa, hingga ide yang tidak dibayar secara langsung oleh perusahaan yang

bersangkutan untuk mempromosikan produknya secara langsung.15 Public relations (PR)

didefinisikan sebagai fungsi manajemen yang bertugas untuk membangun dan memelihara

13George E. Belch And Michael A. Belch, Ibid., Hal. 21

14 Patricia F. Nicolino, The Complete Idiot’s Guide to Brand Management, USA: Alpha Books, 2001, Hal. 269

(10)

hubungan yang saling menguntungkan antara sebuah organisasi dengan berbagai publik yang

menentukan keberhasilan atau kegagalan organisasi tersebut.16 Berbeda dengan pulbisitas

yang lebih tidak terkontrol, PR direncanakan oleh perusahaan untuk mengontrol dan

mengurus brand image di mata publik.

Publisitas biasanya muncul dalam wujud news story, editorial, atau pengumuman

tentang perusahaan atau barang dan jasa yang diproduksinya. Seperti iklan, publisitas juga melibatkan media massa dalam mengkomunikasikan pesan, hanya saja hal itu tidak dilakukan dengan membayar media agar menyampaikan pesan tersebut, namun perusahaan berusaha untuk membuat media menulis cerita tentang perusahaan, produk, jasa, kasus atau acara yang digelar perusahaan tersebut untuk mempengaruhi kesadaran, pengetahuan, dan pendapat konsumen tentang perusahaan dan produknya. Usaha perusahaan tersebut biasanya dilakukan

melalui news release dan mengadakan konferensi pers. Keuntungan yang ditawarkan

publisitas adalah rendahnya biaya yang dikeluarkan untuk publisitas, karena perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli media. Kelebihan lainnya adalah adanya kredibilitas yang tinggi. Konsumen merasa lebih percaya kepada apa yang diberitakan media massa tentang sebuah perusahaan atau produk, daripada pesan tersebut disampaikan sendiri oleh perusahaan melalui iklan. Namun, kepercayaan konsumen terhadap media massa ini juga dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan jika hal yang diberitakan merupakan hal-hal negatif karena publisitas tidak selalu dapat dikontrol oleh perusahaan.

f. Personal Selling

Personal selling merupakan bentuk komunikasi interpersonal, yaitu antara penjual dengan konsumen secara langsung, yang memungkinkan penjual untuk berusaha

16 I Gusti Ngurah Putra, Modul Teknik-teknik Kehumasan, Yogyakarta: Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UGM, 2005, Hal. 2

(11)

mendampingi dan mempengaruhi konsumen untuk membeli produk perusahaan.17 Berbeda

dengan iklan, personal selling membutuhkan kontak langsung dengan konsumen, yaitu secara

tatap muka atau bisa juga melalui telepon.

Personal selling menawarkan kelebihan yang sama dengan direct marketing, yaitu

dengan menggunakan database konsumen, perusahaan dapat menyasar target yang potensial

sebagai pembeli. Selain itu, personal selling juga menawarkan kelebihan lain yaitu pesan

yang dapat dengan cepat disesuaikan dengan target konsumen yang sedang dihadapi. Kontak langsung dengan konsumen memungkinkan penjual mengetahui secara langsung bagaimana reaksi dari konsumen, sehingga pesan dapat segera dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang sedang dihadapi konsumen agar konsumen terpengaruh dan tertarik untuk

melakukan pembelian. Kekurangan personal selling juga sama seperti direct marketing, yaitu

dibutuhkannya tenaga ekstra untuk melakukan kontak langsung dengan setiap konsumen yang dianggap potensial.

IMC tidak hanya dipandang sebagai kumpulan dari berbagai macam program

komunikasi pemasaran saja, namun kata integrated memberikan penekanan bahwa

program-program yang dipilih dan digunakan secara bersamaan harus dijalankan dalam sebuah kesatuan dan dikoordinasi agar selalu menyampaikan pesan-pesan yang konsisten satu sama

lain, karena hal inilah yang membuat IMC dapat berhasil mengkomunikasikan brand image

yang kuat kepada konsumen sehingga memungkinkan terbentuknya brand awareness yang

tinggi.

IMC menjadi program komunikasi pemasaran yang dianggap efektif dan efisien dengan cara mengkoordinasi dengan tepat berbagai macam program komunikasi pemasaran yang saling mendukung kelebihan dan menutupi kekurangan masing-masing. Keberhasilan

17

(12)

program ini dalam meningkatkan brand awareness didukung beberapa hal yang harus dipastikan ada dalam sebuah IMC agar IMC tersebut dapat dikatakan ideal, yaitu:

i. Konsumen sebagai starting point dalam perencanaan IMC

Konsumen sebagai starting point berarti segala sesuatu mulai dari perencanaan

hingga pelaksanaan IMC harus didasarkan pada consumer insight agar pesan dan cara

penyampaiannya sesuai dengan karakteristik target konsumen dan mudah diterima, seperti

diungkapkan Terence A. Shimp, “The IMC process further necessitates that the

customer/prospect is the starting point for determining the types of messages and media that will serve best to inform, persuade, and induce action.”18

Pentingnya mengenali konsumen dan menjadikannya sebagai starting point untuk

menjalankan program IMC melahirkan beberapa kriteria yang menurut Shimp harus dipenuhi dalam merencanakan program IMC. Kriteria yang sangat berkaitan dengan konsumen tersebut adalah sebagai berikut:

a. Start with the consumer or prospect.

IMC mengharuskan adanya pendekatan outside-in dalam perencanaan pesan

dan kegiatan yang akan dilaksanakan, sehingga segala sesuatu yang dikerjakan oleh

perusahaan untuk program IMC-nya, harus berawal dari consumer insight. Dengan

demikian, perusahaan benar-benar mengetahui pesan yang pantas dan sesuai untuk konsumen, bagaimana cara untuk menyampaikan pesan tersebut, serta bagaimana cara mempersuasi konsumen agar bertindak sesuai dengan keinginan perusahaan atau produsen.

b. Use any form of relevant contact or touch point

18 Terence A. Shimp, Integrated Marketing Communications in Advertising and Promotion, China: South-Western CENGAGE Learning, 2007, Hal. 10

(13)

IMC dilakukan dengan menggabungkan beberapa program komunikasi pemasaran namun tidak semua program dapat bekerja secara efisien karena hal tersebut sangat bergantung kepada karakteristik target konsumen. Oleh karena itu perlu dilakukan pemilihan program yang sesuai dengan tujuan dan sasarannya, salah

satunya dengan menggunakan contact atau touch point antara konsumen dengan

brand yang relevan dengan misi yang dijalankan. Shimp menerangkan contact atau touch point sebagai media yang memiliki kemampuan untuk menjangkau target dan

memberikan informasi mengenai brand dalam bentuk yang ringan dan

menyenangkan.19 Dengan memanfaatkan kemampuan contact atau touch point ini

dalam menjangkau target, brand dapat selalu hadir dimanapun konsumen berada.

Pada intinya, pemahaman yang baik terhadap consumer insight dapat

memudahkan perusahaan dalam memilih program-program komunikasi yang relevan dengan konsumen, sehingga program-program tersebut dapat lebih mudah diterima. Selain itu perusahaan juga dapat memanfaatkan segala macam hal yang

menghubungkan konsumen dengan brand dan menggunakannya sebagai media untuk

menyampaikan pesan, sekali lagi dengan cara memahami dan mengetahui hal apa saja yang dekat dengan konsumen dan potensial untuk dijadikan media komunikasi. Dengan lebih memahami konsumen, perusahaan dapat mengetahui informasi apa saja yang diinginkan oleh konsumen dan perusahaan dapat menjadikan konsumen sebagai patokan untuk menyajikan informasi yang terbaik.

Pada akhirnya, penggunaan consumer insight untuk membangun pesan dan

asosiasi dapat membantu IMC untuk membuat target konsumen mencapai tahap brand recall dalam upaya pembentukan brand awareness yang tinggi karena asosiasi

19Ibid., Hal. 14

(14)

yang kuat ini dapat membantu target konsumen mengingat brand tanpa harus

diingatkan oleh brand elements.

ii. Konsistensi Pesan

Konsistensi pesan dalam IMC berarti seluruh program komunikasi pemasaran yang dilibatkan harus menyampaikan pesan yang sama dan selalu konsisten kepada target konsumen. Konsistensi pesan membuat IMC mampu terus menerus mengingatkan konsumen

kepada hal yang sama tentang sebuah brand dan hal ini dapat mempermudah konsumen

mencapai tahap brand recognition dalam usaha pencapaian brand awareness yang tinggi.

Pengetahuan tentang karakteristik serta kelebihan dan kekuarangan masing-masing program komunikasi pemasaran dapat mengantarkan perusahaan pada perencanaan IMC yang ideal dengan cara mengintegrasikan beberapa program komunikasi pemasaran yang relevan satu sama lain. Keller menjelaskan cara menetapkan program komunikasi apa saja

yang relevan untuk diintegrasikan, yaitu melalui pendekatan “Mixing” and “Matching

Communication Options”. Dalam IMC, program komunikasi pemasaran bukan hanya dibaurkan, tetapi juga dipadu-padankan apakah satu program akan sesuai jika didampingi dengan program lain.

Mixing communication options dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal

selain masalah anggaran biaya dan efisiensi dana, yaitu pada tahapan mana brand tersebut

sedang berada dalam siklus hidupnya, karakteristik produk yang ditawarkan brand, strategi

pemilihan media oleh kompetitor, serta segmen target pasar yang berbeda.20 Hal-hal tersebut

akan mengarahkan pada berapa dan apa saja program komunikasi pemasaran yang diperlukan, dan yang cukup penting, untuk menentukan program komunikasi pemasaran manakah yang akan menjadi elemen dominan dalam sebuah IMC. Keller memberikan contoh

yaitu untuk brand-brand dengan nilai yang tinggi, atau brand brand yang menawarkan

(15)

produk bersifat teknik yang memerlukan peragaan cara penggunaan dan brand-brand dengan anggaran komunikasi yang terbatas, serta saat target pasar sangat mudah untuk diidentifikasi, personal selling bisa dijadikan program utama dalam IMC-nya, tentu saja dengan dukungan

program komunikasi pemasaran lainnya yang ditentukan melalui pendekatan Matching

Communication Options.

Matching communication options dilakukan dengan melibatkan dua pertimbangan

penting, yaitu pertimbangan konsistensi dan pertimbangan komplementer.21 Pertimbangan

konsistensi berkaitan dengan informasi yang bersifat konsisten dan saling menguatkan meskipun disampaikan melalui cara berkomunikasi yang beragam. Sedangkan pertimbangan komplementer berkaitan dengan kelebihan satu program komunikasi pemasaran yang dapat menutupi kekurangan program lainnya. Dengan begitu, IMC yang ideal akan berjalan dengan beberapa program komunikasi pemasaran yang membagikan inti informasi yang sama dengan cara yang berbeda-beda untuk mengoptimalkan kelebihan masing-masing, namun saling menutupi kekurangan masing-masing.

2.1.3 Perencanaan IMC

Dengan adanya perencanaan yang tepat, pengimplementasian IMC dapat menjanjikan hasil yang menggembirakan bagi perusahaan dalam upayanya untuk berkomunikasi dengan kosumen. Perencanaan tentang program komunikasi pemasaran manakah yang akan diintegrasikan dalam IMC mengambil peranan penting karena dengan

pemilihan contact point yang tepat, perusahaan dapat mendekati konsumen dari segara arah

dan media yang memungkinkan, sesuai dengan karakteristik konsumennya. Namun, perencanaan tentang program komunikasi pemasaran yang akan diintegrasikan bukanlah satu-satunya perencanaan yang berkontribusi terhadap kesuksesan sebuah IMC. Perencanaan

21

(16)

strategis yang lebih luas pun sangat dibutuhkan dan menjadi salah satu syarat berhasilnya IMC. Gambar 1-2 menampilkan lima langkah krusial dalam perencanaan strategis sebuah program IMC.

Gambar 2.3 Lima langkah perencanaan IMC22

2.1Brand

Brand secara umum dapat dipahami sebagai sarana untuk membedakan barang dari satu produsen dengan barang dari produsen lainnya. Pengertian umum ini sesuai dengan asal

mula kata brand, yaitu „brandr‟, sebuah kata dari bahasa Skandinavia yang berarti „to

burn‟. Awal mulanya, brandr digunakan oleh para pemilik peternakan untuk menandai

hewan ternak mereka agar mudah diidentifikasi. Lebih spesifik lagi, American Marketing

Association mendeskripsikan,“brand is a name, term, sign, symbol, or design, or a combination of them intended to identify the goods and services of one seller and to differentiate them from those competition.23

22 Lary Percy, Strategic Integrated Marketing Communication, Theory and Practice, Oxford: Elsevier Inc, 2008, Hal. 26

23Kevin Lane Keller, Ibid., Hal. 2

Step one Identify and select the appropriate target audience

Step two Determine how that target audience makes product

and brand decisions

Step three Establish how the brand will be positioned within

its marketing communication and select a benefit to support that position

Step four Set communication objectives

Step five Identify appropriate media options consistent with

(17)

Namun demikian, brand bukanlah sekedar kontes kecantikan yang memamerkan

desain simbol dan logo atau brand elements belaka, seperti diungkapkan Larry Light, “Brand

stand for something and are much more than simply trademarks or logos. A brand is a promise to the customer.”24 Menurut Light, brand elements hanyalah sebagai alat untuk

menunjukkan kepada konsumen inti dari brand itu sendiri, yaitu tentang identitas sebuah

brand, serta janji-janji tentang kualitas dan tanggung jawab perusahaan di balik brand

tersebut. Oleh karena itu, brand berbeda dengan produk. Keller menegaskan perbedaan antara

brand dengan produk yang ditekankan pada penambahan dimensi dan nilai pada produk.25 Produk merupakan segala hal yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk dikonsumsi dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen serta mendatangkan

keuntungan bagi produsen. Brand sama dengan produk, namun telah ditambahkan dimensi

lain yang dapat membedakannya dengan produk lain yang diproduksi untuk memenuhi kebutuhan yang sama. Dimensi yang membedakan tersebut dapat bersifat fisik, atau dapat pula lebih bersifat simbolis dan emosional. Dimensi fisik biasanya berhubungan dengan performa produk, sedangkan dimensi simbolis biasanya berhubungan dengan representasi brand tersebut.

Seorang guru marketing, Alvin Achenbaum seperti dikutip Keller menyebutkan

bahwa yang membedakan brand dengan produk tanpa brand adalah jumlah total dari persepsi

dan perasaan konsumen terhadap atribut dan penampilan produk, terhadap nama brand serta

perusahaan yang terkait dengan brand tersebut.26 Sama halnya dengan pendapat Kotler,

persepsi dan perasaan konsumen yang diungkapkan Achenbaum dapat dibentuk melalui

dimensi fisik dan simbolis. Beberapa brand menciptakan persepsi yang baik melalui

24

Larry Light, What High-Tech Managers Need to Know about Brands, Dalam Harvard Bussiness Review,

Juli-Agustus, 1999, Hal. 85

25Kevin Lane Keller, Ibid., Hal. 4 26 Ibid., Hal. 5

(18)

performanya, namun persepsi dan perasaan tersebut lebih dapat tercipta melalui dimensi yang tidak terkait dengan produk, yaitu dengan cara memahami hasrat dan motivasi konsumen lalu

membuatnya relevan dengan apa yang ditawarkan brand, serta menciptakan brand image

yang sesuai dengan hasrat dan motivasi tersebut. Seringkali, dimensi simbolis inilah yang

menjadi satu-satunya cara untuk benar-benar membedakan satu brand dengan brand lainnya

dalam satu kategori produk.

Brand merupakan sesuatu yang tinggal di dalam benak konsumen dan berupa

kesatuan persepsi. Kesatuan persepsi inilah yang membuat brand lebih hidup daripada

produk. Kekuatan kesatuan persepsi membuat brand tampak dapat merefleksikan persepsi

konsumen, bahkan dapat merefleksikan pula tabiat seorang konsumen.27 Oleh karena itu,

brand merupakan sesuatu yang sangat bernilai karena bagi konsumen, brand dapat

diposisikan sebagai cara simbolis untuk menunjukkan self image. Itulah mengapa,

mengenalkan brand kepada konsumen dianggap sebagai mengenalkan “siapa‟ sebuah produk

itu sebenarnya. Brand merupakan produk yang hidup, bernilai lebih, memiliki jati diri serta

image, yang dipercaya konsumen dapat dikaitkan dengan jati diri dan self image-nya.

Program komunikasi pemasaran dapat memberikan kontribusi dalam mengenalkan brand

kepada konsumen dan membuat konsumen memahami brand tersebut beserta nilai dan

image-nya, sehingga memunculkan kepercayaan pada konsumen untuk menciptakan sebuah

hubungan yang baik dengan brand.

2.2Brand Awareness

Pengenalan sebuah brand kepada konsumen jika dikelola dengan baik akan

membawanya kepada sebuah hasil yang disebut brand awareness. Secara harafiah, brand

awareness dapat dimaknai sebagai kesadaran konsumen terhadap keberadaan sebuah brand.

27

(19)

Meskipun brand awareness dapat dikatakan hanya berada di tahapan menyadari keberadaan

sebuah brand, namun hal ini menjadi sangat penting karena brand awareness merupakan

awal yang harus dicapai untuk mencapai tujuan akhir yaitu menciptakan hubungan yang baik

antara brand dengan konsumen. Jika brand awareness tidak tercapai, maka brand tersebut

akan melalui kesulitan untuk hidup dalam benak dan hati konsumen.

Aaker seperti dikutip Simamora menjelaskan brand awareness sebagai kemampuan

seseorang untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu brand merupakan bagian

dari kategori produk tertentu.28 Kemampuan tersebut dapat diciptakan dengan cara

meningkatkan keakraban konsumen terhadap brand dengan memberikan terpaan secara

berulang-ulang kepada konsumen agar brand tersebut disadari dan diakui konsumen di dalam

pikiran mereka serta dengan menciptakan asosiasi yang kuat antara brand dengan kategori

produk dan situasi penggunaan produk yang sesuai dengan brand tersebut.29

Brand awareness yang sudah terbentuk kemudian dapat dibedakan menjadi dua

macam yaitu depth brand awareness dan breadth brand awareness.30 Depth brand awareness

berhubungan dengan adanya kesadaran dan pengakuan di benak konsumen sehingga

memungkinkan brand tersebut untuk selalu muncul kembali dalam ingatan mereka. Breadth

brand awareness berkaitan dengan bermacam-macam situasi pembelian yang membuat brand tersebut muncul dalam ingatan konsumen.

Sebelumnya telah disebutkan bahwa brand awareness dapat diciptakan dengan

memberikan terpaan yang berulang-ulang tentang brand terhadap konsumen. Namun hal itu

hanya akan lebih berpengaruh pada terjadinya brand recognition saja, dan belum bisa

membantu brand mencapai tahap berikutnya yaitu brand recall. Oleh karena itu diperlukan

strategi lain dalam menciptakan atau meningkatkan sebuah brand awareness. Keller

28 Bilson Simamora, Remarketing For Business Recovery, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001

29Kevin Lane Keller, Ibid., Hal. 87 30

(20)

memberikan dua panduan untuk melakukannya, yaitu dengan memperkuat nama brand dengan menggunakan teknik verbal dan visual yang saling melengkapi, misalnya dengan mengembangkan slogan atau jingle, logo, simbol, karakter serta kemasan kreatif yang

sekaligus dapat menyatakan brand positioning, serta dengan menggunakan program IMC

sebagai cara berkomunikasi karena cara-cara berkomunikasi yang tepat dianggap mampu

meningkatkan keakraban dan kesadaran konsumen terhadap brand, sehingga berbagai macam

Gambar

Gambar 2.1 Alternatif Communication Options dalam IMC 3
Gambar 2.3 Lima langkah perencanaan IMC 22

Referensi

Dokumen terkait

Desain komunikasi adalah sub-disiplin dari desain yang memikirkan bagaimana media intermisi seperti cetak, elektronik, atau presentasi dapat berkomunikasi dengan orang banyak.

Pimpinan instansi pemerintah menetapkan dan menkomunikasikan syarat dan ketentuan otorisasi kepada pegawai. Di bawah ini jawaban responden mengenai otorisasi

Syukur Alhamdulillah dan Subhanallah atas segala rahmat, karunia Allah SWT, sehingga penulis memiliki kekuatan, kesabaran, dan kepercayaan untuk menyelesaikan

Penelitian ini bertujuan mengetahui tentang Implementasi Aplikasi Akramiy (يمركأ) Sebagai Media Pembelajaran Bahasa Arab Dimasa Pandemi Covid 19 Ma Sabilul Muttaqin

IMC adalah pendekatan untuk mencapai tujuan kampanye perusahaan, yang menggunakan metode-metode promosi yang saling terkoordinasi dengan baik yang saling memperkuat dan

Matrik penelitian merupakan perwujudan ide awal dari topik atau judul serta rencana penelitian yang secara substansial menjabarkan secara ringkas dan jelas program

Menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Menurut Persepsi Guru Kelas V SD Negeri 41 Palembang Subtema