SKRIPSI
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN
PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA
(Di Dukuh Kebunturi Desa Katur Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro)
LUSI RUSTANTI
133210035
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
2017
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN
PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA
(Di Dukuh Kebunturi Desa Katur Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro)
Skripsi
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Insan Cendekia Medika Jombang
Oleh :
LUSI RUSTANTI
13.321.0035
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CEMDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2017
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul : Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Fungsi
Kognitif pada Lansia ( Di Dukuh Kebunturi Desa Katur
Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro)
NamaMahasiswa : Lusi Rustanti
NIM : 13.321.0035
TELAH DISETUJUI KOMISI PEMBIMBING
PADA TANGGAL :
Endang Y, S.Kep.,Ns.,M.Kes Baderi, S.Kom.,MM Pembimbing I
Pembimbing II
Mengetahui
Ketua STIKes ICMe Jombang Ketua Prodi S1 Keperawatan
H. Bambang Tutuko, SH,S.Kep.,Ns,MH Inayatur Rosyidah, S.Kep.,Ns.M.Kep
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi ini telah diajukan oleh :
Nama Mahasiswa : Lusi Rustanti
NIM : 13.321.0035
Program Studi : S1 Ilmu Keperawatan
Judul : HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA
DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA di Dukuh
Kebunturi Desa Katur Kecamatan Gayam Kabupaten
Bojonegoro
Telah berhasil dipertahankan dan diuji dihadapan dewan penguji dan
diterima sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program
Studi S1 Ilmu Keperawatan.
Komisi Dewan Penguji,
Ketua Dewan Penguji : Marxis Udaya, S.Kep.,Ns.,MM ( )
Penguji I : Endang Y,S.Kep.,Ns., M.Kes ( )
Penguji II : Baderi, S.Kom,MM. ( )
Ditetapkan di :
Pada tanggal :
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Lusi Rustanti, dilahirkan di Kota Bojonegoro pada
tanggal 15 Maret 1995, penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari
pasangan Bapak Wajib dan Ibu Wakini. Memiliki kakak laki-laki bernama Aris
Setiawan.
Pendidikan yang ditempuh penulis mulai dari, SD Negeri Katur 1 penulis
lulus pada tahun 2007, SMP Negeri 2 Ngasem penulis lulus pada tahun 2010,
SMA Negeri 1 Padangan penulis lulus pada tahun 2013. Dan pada tahun 2013 penulis lulus seleksi masuk STIKes “Insan Cendekia Medika” Jombang melalui
jalur Tes Tulis Gelombang 1. Penulis memilih program studi S1 Keperawatan dari tiga pilihan program studi yang ada di STIKes “ICMe” Jombang.
Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar - benarnya.
Jombang, Juni 2017
Lusi Rustanti
MOTTO
“ Jadilah orang yang bermanfaat bukan memanfaatkan orang lain dan percayalah
pada dirimu sendiri karena kepercayaan pada diri sendiri akan menjadi kekuatan
yang mampu mengubah takdir”
Peneliti
PERSEMBAHAN
Seiring dengan do’a dan puji syukur aku persembahkan skripsi ini untuk:
1. Allah SWT, Rabb yang selalu memberi kemudahan disetiap langkah, memberi
petunjuk, membuka pintu kesabaran, dan selalu membimbing ke jalan yang
Engkau ridhai. Tidak lupa solawat dan salam selalu terlimpahkan kepada
kehadirat Rasulullah Muhammad SAW.
2. Ibuku Wakini dan Bapakku Wajib Tercinta. Tak ada kata yang pantas saya
ucapkan selain beribu-ribu “Terima Kasih” karena telah mendo’akan saya dan
selalu mendukung setiap langkahku. Kesabaran dalam do’amu menjadi
suksesnya saya dikemudian hari dan terima kasih yang telah berusaha bekerja
susah payah membanting tulang untuk merawat dan membesarkan saya sampai
saat ini dengan penuh cinta dan kasih sayang.
3. Kakakku tercinta Aris Setiawan, Terima kasih atas do’a dan semangatnya
selama ini. Hanya karya kecil ini yang dapat adik persembahkan. Maaf adik
belum bisa menjadi adik yang baik, tapi adik akan selalu berusaha menjadi
yang lebih baik lagi dan lebih bermanfaat untuk orang lain.
4. Yang tersayang Muhamad Ali yang selalu menyemangati dan menndoakan
untuk penyusunan skripsi ini.
5. Dosen-dosen S1 Keperawatan STIKES ICMe Jombang yang selalu memberi
bimbingannya. Khususnya kepada Ibu Endang Y, S.Kep. Ns.,M.Kes. dan
Bapak Baderi, S.Kom,MM. serta Bapak Marxis Udaya, S.Kep.,Ns.,MM. yang
telah sabar memberikan bimbingan kepada saya.
6. Teman-teman seperjuangan yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu -
persatu, terima kasih untuk kekompakan dan kerjasamanya serta selalu
mendukung, menemani, menghibur dan memberikan banyak kebahagiaan.
7. Seluruh responden di Dukuh Kebunturi Desa Katur Kecamatan Gayam
Kabupaten Bojonegoro yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.
Semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya proposal skripsi ini.
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “hubungan dukungan
sosial dengan penurunan fungsi kognitif pada lansia di dukuh Kebunturi desa
Katur kecamatan Gayam kabupaten Bojonegoro” ini dengan sebaik-baiknya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak akan
terselesaikan tanpa bimbingan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada H. Bambang Tutuko, SH.,S.Kep.Ns.,MH., selaku ketua STIKes
ICMe Jombang yang memberikan izin untuk membuat skripsi sebagai tugas akhir
program studi S1 Keperawatan, Ibu Inayatur Rosidah, S.Kep.Ns.,M.Kep., selaku
kaprodi S1 Keperawatan, Ibu Endang Y, S.Kep.Ns.,M.Kes selaku pembimbing
utama yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama proses
penyusunan skripsi, Bapak Baderi S.Kom.,MM selaku pembimbing kedua yang
memberikan bimbingan penulisan dan pengarahan kepada penulis, Kepala Desa
Katur Gayam Bojonegoro yang telah memberikan ijin penelitian dan teman-teman
yang ikut serta memberikan saran dan kritik sehingga penelitian ini dapat
terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
para pembaca demi penyempurnaan skripsi dan semoga bermanfaat bagi penulis
pada khususnya dan bagi pembaca bagi umumnya, Amin.
Jombang, 2017
Penulis
ABSTRAK
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA
(Di Dukuh Kebunturi Desa Katur Gayam Bojonegoro )
Oleh :
LUSI RUSTANTI
133210035
Proses menua yang dialami lansia mengakibatkan masalah yang berkaitan dengan perkembangan kehidupan lansia baik dari segi fisik, mental maupun psikososialnya. Fungsi kognitif merupakan masalah yang dialami oleh lansia dimana seseorang akan mengalami penurunan pada proses berfikir, persepsi, perhatian, dan memorinya. Dukungan sosial keluarga sangat dibutuhkan lansia yang mengalami perubahan pada fungsi kognitifnya. Semakin tinggi dukungan sosial keluarga yang diberikan akan semakin menghambat penurunan fungsi kognitif dan sebaliknya.
Desain penelitian ini yang digunakan adalah analitik korelasi. Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia di Dukuh Kebunturi Desa Katur Gayam Bojonegoro. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah probability sampling dengan jenis simple random sampling. Pengumpulan
data menggunakan kuesioner dan tes mini mental examination dengan
menggunakan uji statistik rank spearman.
Hasil penelitian menunjukkan 39 responden diketahui bahwa responden mendapatkan dukungan sosial keluarga cukup sejumlah 35 (89,7 %), responden mendapatkan dukungan sosial keluarga kurang sejumlah 4 (10,3 %) dan fungsi kognitif sedang 10 (25,6%) responden, fungsi kognitif berat 29 (74,4 %)
responden dengan hasil uji rank spearman dengan nilai p=0,016.
Kesimpulannya adalah ada hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan fungsi kognitif pada lansia di dukuh Kebunturi Desa Katur Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro.
Kata kunci : Dukungan sosial keluarga, Fungsi kognitif, Lansia
ABSTRACT
RELATIONSHIP BETWEEN SOCIAL FAMILY SUPPORT WITH COGNITIVE FUNCTION IN THE ELDERLY
(In the hamlet Kebunturi village of Katur Gayam Bojonegoro)
By :
LUSI RUSTANTI
133210035
The aging process experienced by the elderly leads to problem which is related to the development of elderly life both in terms of physical, mental and psychosocial. Cognitive function is a problem experienced by the elderly where a person will experience a decrease in the process of thinking, perception, attention, and memor. Family social support is needed elderly people who experience changes in cognitive function. The higher social support the family provides will further inhibit the decline in cognitive function and vice versa.
The design of this research used is analytic correlation. The population in this study is all elderly in Hamlet Kebunturi Village Katur Gayam Bojonegoro. In this research the sampling technique used is probability sampling with simple random sampling. Data were collected using questionnaire and mini test of mental examination by using rank spearman statistic test.
The results showed 39 respondents found that respondents get enough social support family of 35 (89.7%), Respondents get social support of family less 4 (10,3%) and medium cognitive function 10 (25,6%) responder, Weight cognitive function 29 (74,4%) respondents with rank spearman test result with p = 0,016.
The conclusion is there is a relationship between family social support with cognitive function in elderly in Hamlet Kebunturi Village Katur Gayam District Bojonegoro District.
Keywords: Family social support, Cognitive function, Elderly
DAFTAR ISI
SAMPUL LUAR... i
SAMPUL DALAM ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN... iii
LEMBAR PENGESAHAN ... iv
LEMBAR PERNYATAAN ... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vii
MOTTO ... viii
PERSEMBAHAN ... ix
KATA PENGANTAR ... xi
ABSTRAK ... xii
DAFTAR ISI... xiv
DAFTAR TABEL ... xviii
DAFTAR GAMBAR ... xix
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ... xxi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.4 Manfaat Penilitian... 4
1.4.1 Teoritis ... 4
1.4.2 Praktis ... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Lansia ... 5
2.1.1 Definisi ... 5
2.1.2 Batasan-batasan Umur Lanjut Usia ... 5
2.1.3 Karakteristik Lansia ... 6
2.1.4 Tugas Perkembangan Lansia ... 6
2.1.5 Tipe Lansia ... 7
2.1.6 Teori-Teori ProsesMenua ... 8
2.1.7 Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lansia ... 11
2.1.8 Masalah pada Lansia... 15
2.2 Fungsi Kognitif ... 17
2.2.1 Pengertian ... 17
2.2.2 Kognitif pada Lansia... 17
2.2.3 Manifestasi Gangguan Fungsi Kognitif ... 18
2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif ... 20
2.2.5 Pengukuran Fungsi Kognitif ... 22
2.3 Konsep Dasar Dukungan Sosial Keluarga... 22
2.3.1 Pengertian ... 22
2.3.2 Bentuk Dukungan Sosial Keluarga ... 23
2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dukungan sosial Keluarga 24 2.3.4 Sumber- Sumber Dukungan Sosial ... 27
2.3.5 Konsep Keluarga ... 28
2.3.6 Tipe Keluarga ... 28
2.3.7 Dukungan Keluarga ... 29
2.3.8 Peran Anggota Keluarga Terhadap Lansia ... 30
2.3.9 Peran Keluarga dalam Perawatan Lansia ... 30
2.3.10 Manfaat Dukungan Keluarga ... 31
2.3.11 Kategori Dukungan Sosial Keluarga ... 31
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Konseptual ...33
3.2 Hipotesis...34
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ...35
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian ...36
4.2.1 Waktu Penelitian ...36
4.2.2 Tempat Penelitian ...36
4.3 Populasi, Sampel dan Sampling ...36
4.3.1 Populasi penelitian ...36
4.3.2 Sampel Penelitian ...36
4.3.3 Sampling ...37
4.4 Kerangka Kerja ...38
4.5 Identifikasi Variabel ...39
4.5.1 Variabel Independen ...39
4.5.2 Variabel Dependen ...39
4.6 Definisi Operasional ...39
4.7 Pengumpulan Data dan Analisa Data ...41
4.7.1 Alat atau Instrumen Penelitian ...41
4.7.2 Uji Validitas ...42
4.7.3 Uji Reliabilitas ...43
4.7.4 Prosedur Penelitian...44
4.7.5 Teknik Pengolahan Data...44
4.7.6 Analisa Data...49
4.8 Etika Penelitian ...52
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ...53
5.2 Pembahasan ...57
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ... 64 6.2 Saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
1.Tabel 4.2Definisi Operasional Hubungan Dukungan Sosial Keluarga
dengan Fungsi Kognitif Pada Lansia di Dukuh Kebunturi Desa Katur Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro ...
2.Tabel 4.3Kriteria Koefisien Korelasi Menurut Guilford
3. Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden
berdasarkan jenis kelamin di Dukuh Kebunturi Desa Katur Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro
4. Tabel 5.2 Distribusi frekuensi karakteristik responden
berdasarkan umur di Dukuh Kebunturi Desa Katur Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro
5. Tabel 5.3 Distribusi frekuensi karakteristik responden
berdasarkan pendidikan di Dukuh Kebunturi Desa Katur Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro
6. Tabel 5.5 Distribusi frekuensi karakteristik responden
berdasarkan pekerjaan di Dukuh Kebunturi Desa Katur Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro
7. Tabel 5.6 Distribusi frekuensi karakteristik responden
berdasarkan dukungan sosial keluarga di Dukuh Kebunturi Desa Katur Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro
8. Tabel 5.7 Distribusi frekuensi karakteristik responden
berdasarkan fungsi kognitif lansia di Dukuh Kebunturi Desa Katur Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro
9. Tabel 5.8Tabulasi silang hubungan dukungan sosial keluarga
dengan fungsi kognitif pada lansia di Dukuh
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Hubungan Dukungan Sosial
Keluarga dengan Fungsi Kognitif di Dukuh Kebunturi Desa Katur Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro ...
2. Gambar 4.1 Karangka Kerja Penelitian Hubungan Dukungan Sosial
Keluarga dengan Fungsi Kognitif pada Lansia di Dukuh Kebunturi Desa Katur Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro ...
33
38
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat permohonan menjadi responden
Lampiran 2 : Surat persetujuam responden
Lampiran 3 : Kisi-kisi kuesioner dukungan sosial keluarga
Lampiran 4 : Kisi-Kisi Tes Mini Mental Stase Examination
Lampiran 5 : Kuesioner dukungan sosial keluarga
Lampiran 6 : Pemeriksaan MMSE
Lampiran 7 : Tabulasi data umum
Lampiran 8 : Tabulasi data khusus
Lampiran 9 : Dukungan sosial keluarga dengan fungsi kognitif
Lampiran 10 : Uji statistik
Lampiran 11 : Jadwal kegiatan penelitian
Lampiran 12 : Lembar pernyataan perpustakaan
Lampiran 13 : Surat keterangan pre survey data, studi pendahuluan, dan
penelitian
Lampiran 14 : Surat keterangan izin studi pendahuluan dan penelitian
Lampiran 15 : Lembar konsultasi
Lampiran 16 : Lembar bebas plagiasi
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN
1. Daftar Lambang
1. H1 : hipotesis alternatif
2. n : besar sampel
3. N : jumlah populasi
4. d : error level/tingkat kesalahan
5. ≤ : lebih kecil
6. ≥ : lebih besar
7. R : korelasi
8. X : skor pernyataan
9. Y : skor total
10.XY : skor pernyataan dikalikan skor total
11.α : alpha
12. r : reliabilitas
13. k : jumlah butir soal
14.2
: skor varian setiap butir pertanyaan
15.2 : total varian
1
16.∑ : jumlah skor yang diperoleh
17.P : presentasi
18.F : frekuensi teramati
19.N : skor maksimal
2. Daftar Singkatan
STIKES
ICME
WHO
LSM
MMSE
: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
: Insan Cendekia Medika
: Word Health Organisation
: Lembaga Swadaya Masyarakat
: Mini Mental Stase Examination
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dukungan keluarga sangat berperan dalam memotivasi seseorang untuk
melakukan suatu kegiatan, seperti dukungan moral dan material ( Sarwono, 2003).
Lansia yang mendapat dukungan dari keluarganya merupakan hal yang sangat
penting, karena lansia beranggapan bahwa keberadaannya diperhatikan oleh
keluarganya (Purnama, 2004). Penuaan yang terjadi pada lansia membutuhkan
proses sepanjang hidup tidak hanya dimulai dari satu waktu tertentu, tetapi
dimulai sejak permulaan kehidupan (Padila, 2013). Proses menua yang dialami
lansia mengakibatkan masalah yang berkaitan dengan perkembangan kehidupan
lansia baik dari segi fisik, mental maupun psikososialnya. Masalah yang sering
terjadi pada lansia berkaitan dengan fungsi kognitifnya, diantaranya lansia sering
mengalami kesulitan dalam mengingat, atau menyelesaikan masalah. Seiring
bertambahnya usia seseorang, maka kemampuan fisik juga akan semakin menurun
yang menyebabkan lansia mengalami masalah penurunan pada fungsi kognitifnya.
Dukungan sosial keluarga sangat penting bagi lansia untuk memenuhi
kebutuhannya sehari-hari.
Menurut WHO (Organisasi kesehatan dunia) pada tahun 2012 prevalensi
gangguan fungsi kognitif pada lansia diperkirakan mencapai 121 juta manusia,
dengan komposisi 5,8% pada laki-laki dan 9,5% pada perempuan. Di Indonesia
jumlah populasi lansia 10% sampai 15% yang berusia lebih dari 65 tahun dan
hampir 50% populasi berusia lebih dari 85 tahun yang mengalami perubahan
2
kognitif seperti demensia (Lanawati, 2015). Gangguan status kognitif cepat
meluas pada usia lanjut dan diperkirakan pada tahun 2050 akan mengalami
peningkatan kurang lebih 14 juta penderita gangguan kognitif (Muttaqin, 2008).
Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 5 Maret 2017, di Dukuh Kebunturi
Desa Katur Gayam Bojonegoro terhadap 8 lansia dengan usia 70 tahun ke atas
didapatkan bahwa lansia sering mengalami lupa saat menaruh barangnya sendiri,
lupa hari, tanggal bahkan sering lupa dengan apa yang baru dibicarakan. Hasil
wawancara dari 8 lansia menyatakan bahwa didapatkan 5 keluarga lansia tidak
pernah mengingatkan jadwal posyandu dan tidak pernah mengantar lansia
keposyandu sedangkan 3 keluarga lainnya mendukung lansia untuk mengikuti
posyandu lansia setiap bulannya.
Fungsi kognitif merupakan masalah yang dialami oleh lansia dimana
seseorang akan mengalami penurunan pada proses berfikir, persepsi, perhatian,
dan memorinya. Beberapa faktor yang mengalami fungsi kognitif pada lansia
diantaranya umur, jenis kelamin, pekerjaan, aktifitas, stroke dan diabetes mellitus
(Suwita, 2016). Masalah yang terjadi pada fungsi kognitif pada lansia meliputi
berkurangnya kemampuan fungsi intelektual dan berkurangnya efisiensi transmisi
sel saraf di otak yang menyebabkan proses informasi menjadi lambat, serta
banyak informasi yang hilang selama transmisi. Penurunan menyeluruh pada
fungsi sistem saraf pusat dipercaya sebagai konstributor utama terjadinya
perubahan dalam kemampuan kognitif (Setiati, 2009). Dukungan sosial keluarga
sangat dibutuhkan lansia yang mengalami perubahan pada fungsi kognitifnya.
Semakin tinggi dukungan sosial keluarga yang diberikan akan semakin
3
dukungan sosial akan semakin mempercepat penurunan fungsi kognitif (Lusiati,
2014).
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi perubahan pada fungsi kognitif
lansia, salah satunya dengan memberikan dukungan sosial keluarga. Adapun
dukungan sosial keluarga yang dapat dilakukan meliputi memberikan perhatian
dan mampu mendampingi lansia yang membutuhkan bantuan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari dan keluarga selalu mengingatkan pada lansia tentang
kegiatannya, agar lansia yang mengalami perubahan fungsi kognitifnya mampu
mengingat atau mengerjakan kegiatannya tanpa bantuan orang lain. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan dukungan sosial
keluarga dengan fungsi kognitif pada lansia di Dukuh Kebunturi Desa Katur
Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut “ Apakah ada hubungan dukungan sosial keluarga dengan
fungsi kognitif pada lansia?”.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Menganalisis hubungan dukungan sosial keluarga dengan fungsi kognitif
pada lansia.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi dukungan sosial keluarga pada lansia.
4
c. Menganalisis hubungan dukungan sosial keluarga dengan fungsi kognitif pada
lansia.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Teoritis
Diketahuinya fungsi kognitif pada lansia dengan dukungan sosial keluarga
dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya dalam bidang gerontologi.
1.4.2 Praktis
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan tentang
fungsi kognitif baik dari fisik, mental maupun psikososialnya pada usia lanjut dan
dapat memberikan masukan kepada keluarga agar dapat lebih memberikan
dukungan sosial kepada lansia di Dukuh Kebunturi Katur Gayam Bojonegoro.
Sebagai tambahan literatur bagi peneliti selanjutnya dan sebagai bahan acuan
perbandingan apabila ada peneliti yang ingin melakukan penelitian dengan judul
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep dasar Lansia 2.1.1. Definisi
Menurut Word Health Organisation (WHO) dan Undang-Undang No 13
Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada pasal 1 ayat 2 yang
menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah
suatu penyakit akan tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan yang kumulatif dan menurunnya proses daya tahan
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir
dengan kematian.
Menua merupakan suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia.
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang tidak hanya dimulai dari
satu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua
merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tahap-tahap
kehidupannya, yaitu neonates, toddler, pra sekolah, sekolah, remaja, dewasa dan
lansia (Padila, 2013).
2.1.2. Batasan-batasan Umur Lanjut Usia
Batasan – batasan umur lansia dari pendapat beberapa ahli yang dikutip dari
Padila (2013) :
a) Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), ada empat tahapan yaitu:
1. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun
6
2. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) usia >90 tahun
b) Menurut burnise (1979)
1. Young old (usia 60-69 tahun)
2. Middle age old (usia 70-79 tahun)
3. Old-old (usia 80-89 tahun)
4. Very old (usia >90 tahun).
2.1.3. Karakteristik Lansia
Menurut Budi Anna Keliat (1999), (dalam Padila, 2013) lansia memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang
kesehatan)
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga
kondisi maladptif.
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
2.1.4. Tugas Perkembangan pada Lansia
Menurut Padila (2013) tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut :
1. Tugas mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun
2. Mempersiapkan diri untuk pensiun
3. Membentuk hubungan baik dengan seusianya
7
5. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial atau masyarakat secara
santai
6. Mempersiapkan diri untuk kematiaannya dan kematian pasangan
2.1.5. Tipe Lansia
Tipe lansia bergantung pada karakter, pengalam hidup, lingkungan, kondisi,
mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho,2000) dikutip (dalam Padila, 2013).
Tipe lansia diantaranya:
1. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman,
mempunyai kesibukan, pengalaman, rendah hati, sederhana, dermawan,
menjadi undangan dan menjadi panutan.
2. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif, dalam mencari
pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
3. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah,
tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak
menuntut.
4. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agamadan melakukan
pekerjaan apa saja.
5. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif dan
8
2.1.6. Teori-teori Proses Menua
a) Teori biologis
Teori yang merupakan teori biologis adalah sebagai berikut:
1) Teori jam genetic
Menurut Hay ick (1965), secara genetic sudah terprogram bahwa material
didalam inti sel dikatakan bagaikan memiliki jam genetis terkait dengan
frekuensi mitosis. Teori ini didasarkan pada kenyataan bahwa
spesies-spesies tertentu memiliki harapan hidup (life span) yang tertentu pula.
Manusia yang memiliki rentang kehidupan maksimal sekitar 110 tahun,
sel-sel diperkirakan hanya mampu merubah sekitar 50 kali, sesudah itu akan
mengalami deteriorasi.
Teori cross-linkage (rantai silang)
Kolagen yang merupakan unsur penyusunan tulang diantara susunan
molecular, lama-kelamaan akan meningkat kekakuannya (tidak elastis).
Hal ini disebabkan oleh karenasel-sel yang sudah tua dan reaksi kimianya
menyebabkan jaringan yang sangat kuat.
Teori radikal bebas
Radikal bebas merusak membran sel yang menyebabkan kerusakan dan
kemunduran secara fisik.
Teori genetik
Menurut teori ini, menua telah terprogram secara genetic untuk spesies
9
deprogram oleh moleku-molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi
Teori immunologi
Didalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat
tertentu. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak dapat tahan terhadap zat
tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah. System imun menjadi
kurang efektif dalam mempertahankan diri, regulasi dan responsibilitas.
Teori stress-adaptasi
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempetahankan kestabilan lingkungan
internal, kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah
terpakai.
Teori wear and tear (pemakaian dan rusak)
Kelebihan usaha dan setress menyebabkan sel-sel tubuh (terpakai).
b. Teori psikososial
Teori integritas
Teori perkembangan ini mengidentifikasi tugas-tugas yang harus dicapai
dalam tiap tahap perkembangan. Tugas perkembngan terakhir
merefleksikan kehidupan seseorang dan pencapaiannya. Hasil akhir dari
pencapaiannya. Hasil akhir dari penyelesaiaan konflik antara intregitas
10
Teori stabilitas personal
Kepribadian seseorang terbentuk pada masa kanak-kanak dan tetap
bertahan secara stabil. Perubahan yang radikal pada usia tua bisa jadi
mengidentifikasi penyakit otak.
c. Teori sosiokultural
Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya, atau
menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Hal ini mengakibatkan interaksi
sosial lanjut usia menurun, sehingga sering terjadi kehilangan ganda
meliputi : kehilangan peran,hambatan kontak sosial dan berkurangnya
komitmen.
Teori aktifitas
Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses tergantung dari
bagaimana seorang usia lanjut merasakan kepuasan dalam beraktifitas
dan mempertahankan aktifitas tersebut selama mungkin. Adapun kualitas
aktifitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas aktifitas yang
dilakukan.
d.Teori konsekuensi fungsional
Teori ini mengatakan tentang konsekuensi fungsional usia lanjut yang
berhubungan dengan perubahan-perubahan karena usia dan factor resiko
tambahan. Tanpa intervensi maka beberapa konsekuensi fungsional akan negatif,
11
2.1.7. Perubahan-perubahan yang Terjadi Pada Lansia
Menurut Padila (2013), menjadi tua akan mengalami perubahan menyeluruh
baik dari segi fisik, sosial, mental dan moral spiritual.
1. Perubahan Fisik/Biologis
Secara umum menua ditandai dengan kemunduran gejala-gejala fisik dan
biologis yaitu kulit mulai mengendur dan wajah mulai keriput serta garis-garis
yang menetap, rambut kepala mulai memutih, gigi mulai ompong, penglihatan dan
pendengaran berkurang, mudah lelah, mudah jatuh, mudah terserang penyakit,
nafsu makan menurun, penciuman mulai berkurang, gerakan menjadi lamban,
kurang lincah dan pola tidur berubah.
a. Perubahan sel
Jumlahnya lebih sedikit dan ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan tubuh
dan cairan intraseluler, proporsi protein otak menurun, dan jumlah sel otak
menurun serta mekanisme perbaikan sel terganggu
b. Perubahan sistem kardiovaskuler
Menurunnya elastisitas arteri dan aorta sehingga menyebabkan peningkatan
tekanan darah pada lansia, penyempitan pembuluh darah jantung sehingga
aliran darah menuju jantung terganggu, perubahan struktural dan fungsional
jantung pada proses penuaan menyebabkan rawan terjadinya disritmia atrial
dan ventricular, lemak sub edoicard menurun, dan Respon baroreseptor
12
c. Perubahan sistem respirasi
Gerakan pernafasan dangkal,sesak dan lemah. Terjadi penumpukan gas pada
laveolus, volume dan kapasitas paru menurun serta gangguan transportasi gas.
d. Perubahan sistem gastrointestinal
Terjad atropi mukosa, atropi sel kelenjar, sel parietal dan sel chief sehingga
menyebabkan sekresi asam lambung, pepsin, dan faktor intrinsik berkurang.
Ukuran lambung pada lansia menjadi lebih kecil, sehingga daya tempung
makanan menjadi lebih berkurang. Proses perubahan protein menjadi pepton
terganggu, karena sekresi asam lambung berkurang dan rasa lapar juga
berkurang.
e. Perubahan sistem muskuloskeletal
Terjadi penurunan kekuatan otot yang disebabkan oleh penurunan massa otot
(atropi otot). Ukuran otot mengecil dan penurunan massa otot lebih banyak
terjadi pada eksremitas bawah serta kekuatan otot ekstremitas bawah berkurang
sebesar 40% antara usia 30 sampai 80 tahun. Density tulang menurun, makin
rapuh dan terjadinya osteoporosis. Rentan terserang penyakit persendian, sendi
menjadi kaku dan mudah merasa nyeri sehingga pergerakan tubuh menjadi
lebih lambat.
f. Perubahan sistem sensori (panca indra)
Terjadi penurunan ketajaman penglihatan, dan daya akomodasi jarak jauh atau
dekat berkurang. Lensa mata kehilangan elastisitas dan kaku, otot penyangga
lemah dan kehilangan tonus serta indra pengecap, perasa, penciuman berkurang
13
g. Perubahan sistem integumen
Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kering dan kurang
keelastisitasannya karena menurunnya cairan dan hilangnnya jaringan adipose.
Kelenjar-kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga tidak begitu
tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi. Kulit pucat dan terdapat
bintik-bintik hitam akibat menurunnya aliran darah dan menurunnya sel-sel
yang memproduksi pigmen. Menurunnya aliran darah juga menyebabkan
penyembuhan luka kurang baik, kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal
dan rapuh serta temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang
menurun.
h. Perubahan sistem neurologi
Berat otak menurun, hubungan persyarafan cepat menurun, lambat dalam
respon dan waktu untuk berfikir, kurangnya penglihatan, hilangnya
pendengaran, mengecilnya syaraf pencium dan perasa lebih sensitif terhadap
perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin, kurang sensitif
terhadap sentuhan, reflek tubuh akan semakin berkurang serta terjadi kurang
koordinasi tubuh, dan membuat dewasa lanjut menjadi cepat pikun dalam
mengingat sesuatu.
i. Perubahan sistem genetourinari
Pada lansia yang berusia 65 tahun akan mengalami kelemahan dalam kontrol
kandung kemih (urinary incontinence). Incontinence dapat di sebabkan oleh
beragam masalah kesehatan, seperti obesitas,konstipasi dan batuk kronik.
Otot-otot pengatur fungsi saluran kencing menjadi lemah, frekuensi buang air kecil
14
50%. Fungsi tubulus berkurang akibatnya kurang kemampusn mengkonsentrasi
urin.
j. Perubahan sistem endokrin
Hampir semua produksi hormon mengalami penurunan, fungsi paratiroid dan
sekresinya tidak berubah, pertumbuhan hormon pituitari ada tetapi lebih rendah
dan ahnya ada di pmbuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH,
FSH dan LH, menurunnya produksi adolsteron, menurunnya sekresi hormon
gonads, progesteron, estrogen, dan testosteron, dan defisiensi hormonal dapat
menyebabkan hipotiroidisme.
2. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu perubahan fisik,
pendidikan, lingkungan, kesehatan umum, tingkat kecerdasan, kenangan
(Nugroho, 2008).
3. Perubahan Psikososial
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka lansia tersebut akan
mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotornya. Fungsi kognitif
meliputi proses belajar, pemahaman, persepsi, pengertian, perhatian dan lain-lain
sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku, lansia yang semakin lambat.
Sedangkan pada fungsi psikomornya yaitu hal-hal yang berhubungan dengan
dorongan kehendak seperti tindakan, koordinasi, gerakan yang berakibat bahwa
lansia kurang cekatan.
Perubahan psikososial yang terjadi pada lansia yaitu lansia yang pensiun
15
sadar akan merasa dekat dengan kematian, mengalami perubahan cara hidup,
lansia akan mengalami perubahan pada ekonominya, merasa kehilangan teman
atau keluarganya, berkurangnya kekuatan, adanya penyakit kronis dan
ketidakmampuan, terjadiya perubahan gambaran diri, dan perubahan konsep diri
(Nugroho, 2008) dikutip (dalam Kurniantaka, 2016).
4. Perubahan Spiritual
Menurut Nugroho (2008) dalam Kurniantaka (2016) perubahan spiritual
antara lain yaitu :
a. Agama atau kepercayaan makin terintregasi dalam kehidupannya
b. Makin matur dalam kehidupan beragama, hal ini terlihat dalam cara berfikirnya
dan bertindak sehari-hari
c. Perkembangan spiritual menjadi universalizing, perkembangan yang dicapai
pada tingkat ini adalah berfikir dan bertindak dengan cara mencintai dan
keadilan.
2.1.8. Masalah pada Lansia
Menurut Padila (2013) adapun permasalahan yang berkaitan dengan lanjut usia
antara lain :
1) Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai
masalah baik secara fisik-biologi, mental, maupun sosial ekonomis. Dengan
semakin lanjut usia sesorang, mereka akan mengalami kemunduran
terutama dibidang kemampuan fisik, yang dapat mengakibatkan penurunan
16
gangguan di dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat
meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain.
2) Lanjut usia tidak saja ditandai dengan kemunduran fisik, tetapi dapat pula
berpengaruh terhadap kondisi mental. Semakin lanjut usia seseorang,
kesibukan sosialnya akan semakin berkurang yang mana akan
memngakibatkan berkurangnya intregasi dengan lingkungannya.
3) Pada usia yang telah lanjut, sebagian dari lanjut usia tersebut masih
mempunyai kemampuan bekerja. Permasalahan yang mungkin timbul
adalah bagaimana memfungsikan tenaga denga kemampuan mereka tersebut
di dalam situasi keterbatasan kesempatan kerja.
4) Disamping itu, masih ada dari sebagian lanjut usia dalam keadaan terlantar,
selain tidak mempunyai bekal hidup dan pekerjaan/penghasilan, mereka
juga tidak mempunyai keluarga atau sebatang kara.
5) Dalam masyarakat tradisonal biasanya usia lanjut dihargai dan dihormati
sehingga mereka masih dapat berperan yang berguna bagi masyarakat
industri ada kecenderungan mereka kurang dihargai sehingga mereka
terisolir dari kehidupan masyarakat.
6) Didasarkan pada sistem kultural yang berlaku maka mengharuskan generasi
tua atau lanjut usia masih dibutuhkan sebagai pembina agar jati diri budaya
dan ciri-ciri khas Indonesia tetap terpelihara kelestariannya.
7) Karena kondisinya, lanjut usia memerlukan tempat tinggal fasilitas
17
2.2 Fungsi Kognitif 2.2.1 Pengertian
Kognitif adalah kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari
proses berfikir. Proses berikir dimulai dengan memperolah pengetahuan dan
mengolah pengetahuan tersebut melalui kegiatan mengingat, menganalisa,
memahami, menilai, membayangkan, dan berbahasa. Kapasitas atau kemampuan
kognisi sering disebut kecerdasan (Ramdhani, 2012)
Fungsi kognitif merupakan suatu proses mental manusia yang meliputi
perhatian, persepsi, proses berfikir, pengetahuan dan memori. Sebanyak 75% dari
bagian otak besar merupakn area kognitif (Saladin, 2007).
2.2.2 Kognitif pada Lansia
Pada umumnya seseorang yang memasuki masa lanjut usia akan mengalami
penurunan, terutama pada masa kognitifnya yang akan mempengaruhi aspek
psikososialnya yang berkaitan dengan keadaan kepribadian dalam diri lanjut usia
tersebut (Sutarto,2008). Penurunan menyeluruh pada fungsi sistem saraf pusat
dipercaya dan efisiensi dalam pemrosesan informasi (Papillia dkk, 2008).
Penurunan terkait penuaan ditunjukan dalam kecepatan, memori jangka pendek,
memori kerja dan memori jangka panjang. Perubahan ini telah dihubungkan
dengan perubahan pada struktur dan fungsi otak (Agronin dan Maletta, 2011)
18
2.2.3 Manifestasi Gangguan Fungsi Kognitif
Menurut Pathia (2015) manifestasi gangguan fungsi kognitif meliputi :
1) Bahasa
Bahasa merupakan dasar komunikasi dan modalitas dasar yang membangun
kemampuan fungsi kognitif. Bila terdapat gangguan hal ini akan
mengakibatkan hambatan yang berarti bagi klien (Lumbontobing, 2008).
Fungsi bahasa meliputi empat parameter yaitu:
a. Kelancaran memamcu pada kemampuan untuk menghasilkan kalimat
dengan panjang, ritme dan melodi yang normal.
b. Pemahaman yang mengacu pada kemampuan untuk memahami suatu
perkataan atau perintah, dibuktikan dengan kemampuan seseorang untuk
melakukan perintah tersebut.
c. Pengulangan yang merupakan kemampuan seseorang untuk mengulangi
suatu pernyataan atau kalimat yang diucapkan seseorang
d. Penamaan yang merujuk pada kemampuan seseorang untuk menamai suatu
objek beserta bagian-bagiannya.
Orang dengan cepat dapat menyebutkan nama benda yang ditunjukkan tetapi
mengalami kesulitan kalau diminta menyebutkan nama benda dalam satu
kategori, ini didasarkan karena daya abstraknya mulai menurun (Hartono,
19
2) Emosi
Efek langsung pada gangguan aspek emosi yang paling umum dari penurunan
fungsi kognitif adalah emosi yang tumpul, kecemasan yang berkurang, dan
menurunnya sensitifitas sosial. Dapat juga terjadi kecemasan yang berlebihan,
depresi dan hipersensitif ( Hartono, 2008)
3) Visuospasial
Gangguan visuospasial yang sering timbul dini pada penurunan fungsi kognitif
biasanya pasien lupa waktu, tidak tahu kapan siang dan malam, lupa wajah
teman dan sering tidak tahu tempat sehingga sering tersesat ( disorientasi
waktu, tempat dan orang).
4) Kognisi
Gangguan kognisi yang sering terganggu terutama daya abstraksinya. Lansia
selalu berfikir konkrit sehingga sukar sekali memberi makna peribahasa dan
daya persamaan (similarities) mengalami penurunan (Hartono, 2008).
5) Memori
Memori adalah proses bertingkat dimana informasi pertama kali harus dicatat
dalam area korteks sensorik kemudian diproses melalui sistem limbik untuk
terjadinya pembelajaran baru. Secara klinik memori dibagi tipe-tipe dasar,
yaitu:
a. Immediate memory, merupakan kemampuan untuk merecall stimulus dalam
interval waktu beberapa detik.
b. Recent memory, merupakan kemampuan untuk mengingat kejadian
sehari-hari, seperti tanggal, apa yang dimakan saat sarapan, atau kejadian-kejadian
20
c. Remote memory, merupakan rekolasi atau mengintai kembali kejadian yang
terjadi bertahun-tahunyang lalu (tanggal lahir, sejarah, nama kerabat, dan
lain-lain).
2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif
Menurut Suwita (2016) faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi kognitif yaitu :
1. Umur
Dikalangan lansia penurunan fungsi kognitif merupakan penyebab terbesar
terjadinya ketergantungan terhadap orang lain untuk merawat diri sendiri akibat
ketidakmampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Hal ini disebabkan
karena dengan semakin meningkatnya umur akan mengakibatkan
perubahan-perubahan anatomi, seperti menyusutnya otak dan perubahan-perubahan biokimiawi di
Sistem Saraf Pusat (SPP) sehingga dengan sendirinya dapat menyebabkan
penurunan fungsi kognitif.
2. Jenis kelamin
Wanita tampaknya lebih beresiko mengalami penurunan kognitif. Hal ini
disebabkan adanya peranan level hormone seks endogen dalam perubahan
fungsi endogen. Reseptor estrogen telah ditemukan dalam area otak yang
berperan dalam fungsi belajar dan memori. Rendahnya level estradiol dalam
tubuh telah dikaitkan dengan penurunan fungsi kognitif umum dan memori
verbal. Estradiol diperkirakan bersifat neuroprotektif dan dapat membatasi
kerusakan akibat stress aksidatif serta terlihat sebagai protektor sel saraf dari
21
3. Pekerjaan
Pekerjaan dapat mempercepat proses menua yaitu pada pekerja keras seperti
buruh kasar/petani. Pekerjaan orang dapat mempengaruhi fungsi kognitifnya,
dimana pekerjaan yang terus-menerus melatih kapasitas otak dapat membantu
mencegah terjadinya penurunan fungsi kognitif (Sidarti, Kusmuputro, 1999).
4. Pendidikan
Banyak studi menunjukkan bahwa pendidikan yang lebih tinggi, beresiko
rendah mengalami penurunan pada fungsi kognitifnya (Kramer,Hilman, 2009).
Tingkat fungsi intelektual premorbid mempengaruhi kemungkinan
penyembuhan fungsi kognitif dan respon terhadap rehabilitas (Lifshitz, Witgen,
Gradi, 2007).
5. Aktivitas
Aktifitas fisik terlihat dapat mempertahankan aliran darah orak dan mungkin
juga meningkatkan persediaan nutrisi otak dan kegiatan fisik dapat diyakini
untuk memfasilitasi metabolisme neurotransmiter dapat juga memicu
perubahan aktivitas molekul dan seluler yang mendukung dan menjaga
plastasin otak. Selain itu aktifitas fisik juga diduga menstimulasi faktor tropic
dan neuronal growth yang kemungkinan faktor-faktor ini yang dapat
menghambat penurunan fungsi kognitif (Yaffe et al, 2001) dikutip (dalam
Pathia 2015).
6. Stroke
Stroke iskemik maupun hemoragik dapat mengakibatkan kerusakan sampai
kematian sel otak. Hal tersebut dapat menimbulkan kerusakan di sel otak pada
22
mental atau fungsi kortikal luhur termasuk fungsi kognitif (Nasreddine Z et al,
2005).
7. Diabetes militus
Diabetes militus merupakan penyakit metabolik yang dapat mempunyai efek
yang sangat merusak pada banyak organ dalam tubuh. Salah satu
komplikasinya yaitu disfungsi kognitif, pasien dengan diabetes mellitus tipe 2
dapat mengalami gangguan fungsi kognitif (Kodi Seaquist, 2008).
2.2.5 Pengukuran Fungsi Kognitif
Menurut Folstein (dalam Mubarak, 2006) Pengukuran pada fungsi kognitif
dapat dilakukan dengan menggunakan tes Mini Mental State Examination
(MMSE). Setiap satu pertanyaan yang dijawab benar diberi skor 1 dan jika salah
diberi skor 0. Dari jumlah skor yang diperoleh maka dapat dinilai dengan kriteria :
1) 24 – 30 : Normal
2) 17 – 23 : gangguan kognitif sedang
3) 0 – 16 : gangguan kognitif berat
2.3 Konsep Dasar Dukungan Sosial Keluarga 2.3.1 Pengertian
Menurut Mashudi (2013) dikutip (dalam Patmawati, 2015) dukungan sosial
dapat diartikan sebagai pemberian bantuan atau pertolongan terhadap seseorang
yang mengalami stress dari orang lain yang memiliki hubungan dekat (saudara
23
Menurut Zimet dan Kolega (2010), dukungan sosial yang dipersepsikan
dapat diperoleh dari orang lain yang signifikan atau orang terdekat yang memiliki
kontak dengan keseharian individu, keluarga dan teman.
Dukungan sosial keluarga merupakan suatu proses hubungan antara keluarga
dengan lingkungan sosialnya. Ketiga dimensi interaksi dukungan sosial keluarga
tersebut bersifat reprokasitas (timbal balik), (sifat dan kualitas komunikasi) dan
keterlibatan emosional (kedalam intimasi dan kepercayaan) dalam hubungan
sosial (Friedman, 2007).
2.3.2 Bentuk Dukungan Sosial Keluarga
Menurut Friedman (dalam Purnama, 2013) dukungan sosial keluarga meliputi:
1. Informasional
Dukungan informasi merupakan dukungan yang berfungsi sebagai
pengumpulan informasi tentang segala sesuatu yang digunakan untuk
mengungkapkan masalah. Dukungan ini memberikan sugesti berupa nasehat,
usulan, petunjuk, dan pemberian informasi.
2. Perhatian emosional
Setiap orang pasti membutuhkan bantuan afeksi dari orang lain, dukungan ini
berupa rasa simpatik, empati cinta, kepercayaaan dan penghargaan. Dengan
demikian seseorang yang menghadapi persoalan merasa dirinya tidak
menanggung beban sendirian tetapi masih ada orang lain yang memperhatikan,
mau mendengarkan segala keluhannya, bersimpati dan empati terhadap
persoalan yang dihadapinya, bahkan mau membantu memecahkan masalah
24
3. Dukungan instrumental
Bantuan bentuk ini bertujuan untuk mempermudah seseorang dalam
melakukan aktifitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang
dihadapinya. Misalnya dengan menyediakan peralatan lengkap dan memadai
bagi penderita, menyiapkan obat-obat yang dibutukan dan lain-lain.
4. Penilaian
Yaitu suatu bentuk penghargaan yang diberikan seseorang kepada orang lain
berdasarkan kondisi yang sebenarnya dari lansia. Penilaian ini bisa positif dan
negatif yang mana pengaruhnya sangat berarti sekali bagi seseorang. Berkaitan
dengan dukungan sosial maka penilaian yang sangat membantu adalah
panilaian yang positif.
2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dukungan Sosial Keluarga
Menurut Kurniantaka (2016) faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan
keluarga antara lain :
1. Faktor internal
a. Tahap perkembangan
Dukungan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini adalah
pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia
memiliki pemahaman tentang perubahan kesehatan yang berbeda-beda.
b. Tingkat pendidikan atau pengetahuan
Dukungan ini terbentuk oleh variabel intelektual yang terdiri dari
pengetahuan, pendidikan, dan pengalaman masa lalunya. Kemampuan
25
memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan untuk
menjaga kesehatannya sendiri.
c. Faktor emosi
Faktor emosi juga mempengaruhi keyakinan terhadap adanya dukungan
cara melakukannya. Seseorang yang mengalami respon stress dapat
dilakukakn dengan cara mengkhawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat
mengancam kehidupannya sedangkan seseorang ynag mempunyai respon
kecil akan terlihat sangat tenang dalam menanggapi respon sakitnya. Orang
yang tidak mempunyai koping individu secara emosional terhadap
penyakitnya akan menyangkal adanya gejala penyakit pada dirinya.
d. Spiritual
Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana individu tersebut mengalami
kehidupannya. Yaitu mencakup nilai keyakinan yang dilaksanakan,
hubungan dengan keluarga atau teman dalam mencari harapan dan arti
dalam hidup.
2. Faktor eksternal
a. Praktik keluarga
Dukungan yang diberikan keluarga biasanya mempengaruhi penderita
dalam melaksanakan kesehatannya.
b. Faktor sosial ekonomi
Faktor sosial ekonomi dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit dan
dapat mempengaruhi cara seseorang dapat mendefinisikan dan bereaksi
26
c. Latar belakang budaya
Latar belakang budaya dapat mempengaruhi keyakinan, nilai dan kebiaasan
individu dalam memberikan dukungan termasuk cara pelaksanaan
kesehatan pribadi.
2.3.4 Sumber-sumber Dukungan Sosial
Menurut rook dan Dootey (2009) yang dikutip oleh Kuntjoro (2012), ada 2
sumber dukungan sosial yaitu:
1. Dukungan sosial artificial
Dukungan sosial artifisial yaitu dukungan yang dirancang dalam bentuk primer
seseorang, misalnya dukungan sosial akibat bencana alam melalui berbagai
sumbangan sosial.
2. Dukungan sosial natural
Dukungan sosial yang natural diterima seseorang melalui interaksi dalam
kehidupannya secara spontan dengan orang-orang yang berada disekitarnya.
Misalnya anggota keluarganya (anak, suami, istri, dan kerabat), teman dekat.
Sumber dukunga sosial yang bersifat natural berbeda dengan sumber
dukungan sosial yang bersifat artificial dalam sejumlah hal. Perbedaan hal
tersebut terletak dalam hal sebagai berikut:
1. keberadaan sumber dukungan sosial natural bersifat apa adanya tanpa
dibuat-buat sehingga lebih mudah diperoleh dan bersifat spontan.
2. Sumber dukungan sosial yang natural memiliki kesesuaian dengan norma yang
berlaku tentang kapan suatu harus dilakukan.
3. Sumber dukungan sosial yang natural berakar dari hubungan yang telah
27
4. Sumber dukungan sosial yang natural memiliki keragaman dalam penyampaian
sosial, maupun mulai dari pemberian barang-barang nyata hingga sekedar
menemui seseorang dengan penyampaian salam.
5. Sumber dukungan sosial yang natural terbebas dari beban dan label psikologis.
Menurut Wangmuba (2009), sumber dukungan sosial yang natural terbebas dari
beban dan label psikologis terbagi atas :
1. Dukungan sosial utama bersumber dari keluarga
Mereka adalah orang-orang terdekat yang mempunyai potensi sebagai sumber
dukungan dan senantiasa bersedia untuk memberikan bantuan dan
dukungannya ketika individu membutuhkan. Keluarga sebagai suatu system
sosial, mempunyai fungsi-fungsi yang dapat menjadi sumber dukungan utama
bagi individu, seperti membangkitkan perasaan memiliki antara sesama
anggota keluarga, memastikan persahabatan yang berkelanjutan dan
memberikan rasa aman bagi anggota-anggotanya.
2. Dukungan sosial bersumber dari sahabat atau teman
Suatu studi yang dilakukan oleh Argyle & Furham (dalam Veiel & Baumann,
1992) menemukan bahwa ada tida proses utama dimana sahabat atau teman
dapat berperan dalam memberikan dukungan sosial.
Proses pertama yaitu dapat membantu berupa material atau instrumental.
Stress syang dialami individu dapat dikurangi bila individu mendapatkan
pertolongan untuk memecahkan masalahnya. Pertolongan ini dapat berupa
informasi tentnag cara mengatasi masalah atau pertolongan berupa uang.
Proses kedua adalah dukungan emosional yaitu perasaan tertekan dapat
28
meningkat, depresi dan kecemasan dapat dihilangkan dengan penerimaan
yangtulus dari sahabat karib.
Proses ketiga yaitu integrasi sosial dengan menjadi bagian dalam suatu
aktivitas waktu luang yang kooperatif dan diterimanya seseorang dalam
suatu kelompok sosial dapat menghilangkan perasaan kesepian yang
menghasilakn perasaan sejahtera serta memeperkuat ikatan sosial.
3. Dukungan sosial dari masyarakat
Dukungan ini mewakili anggota masyarakat pada umumnya, yang dikenal
dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan dilakukan secara
professional sesuai dengan kompetensinya yang dpat dipertanggung jawabkan
secara ilmiah. Hal ini berkaitan dengan factor-faktor yang mempengaruhi
efektifitas dukungan sosial yaitu pemberian dukungan sosial. Dukungan yang
diterima melalui sumber yang sama akan lebih mempunyai arti dan berkaitan
dengan berkesinambunagan dukungan yang diberikan, akan mempengaruhi
keakraban dan tingkat kepercayaan penerimaan dukungan.
2.3.5 Konsep Keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan
darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan yang terus menerus,
yang tinggal dalam satu atap, mempunyai ikatan emosional dan mempunyai
kewajiban satu orang dengan lainnya (Jhonson, 2010).
2.3.6 Tipe Keluarga
Beberapa tipe keluarga menurut Anderson Carter (dalam Effendi dan
29
a. Keluarga inti (nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri atas ayah, ibu, dan
anak.
b. Keluarga berantai (extended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan sanak
saudara, nenek, kakek, keponakan, sepupu, paman, bibik, dan sebagainya.
c. Keluarga berantai ( serial family) yaitu keluarga yang terdiri atas wanita dan
pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d. Keluarga duda atau janda (sigle family) yaitu keluarga ini terjadi karena adanya
perceraian atau kematian.
e. Keluarga komposisi yaitu keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup
secara sama-sama.
f. Keluarga kabitas yaitu dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi
membentuk satu keluarga.
2.3.7 Dukungan Keluarga
Dukungan merupakan suatu upaya yang diberikan kepada orang lain meliputi
moral dan material agar orang yang diberikan dukungan menjadi lebih termotivasi
dalam melakukan suatu kegiatan ( Sarwono, 2003).
Menurut Friedman (2003) dikutip (dalam kurniantaka, 2016) dukungan
keluarga yaitu sikap, tindakan atau penerimaan keluarga terhadap penderita yang
sakit. Keluarga sebagai pendukung terhadap anggota keluarga yang lain yang
30
2.3.8 Peran Anggota Keluarga Terhadap Lansia
Adapun peran keluarga terhadap lansia Menurut Padila (2013) yaitu :
a. Melakukan pembicaraan terarah.
b. Mempertahankan kehangatan keluarga, menyediakan waktu untuk
mendengarkan keluh kesahnya.
c. Membantu melakukan persiapan makan bagi lansia
d. Membantu dalam hal transportasi
e. Membantu memenuhi sumber-sumber keuangan
f. Memberikan kasih sayang dan perhatian,menghormati dan menghargai jangan
mengnggapnya sebagai beban
g. Bersikap sabar dan bijaksana terhadap perilaku lansia
h. Memberi kesempatan untuk tinggal bersamanya
i. Mintalah nasihatnya dalam peristiwa penting
j. Mengajaknya dalam acara penting
k. Memeriksakan kesehatan secara teratur, dorong untuk tetap hidup bersih sehat
2.3.9 Peran Keluarga dalam Perawatan Lansia
Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam
mempertahankan kesehatannya. Peranan keluarga antara lain : menjaga atau
merawat lansia, memepertahankan dan meningkatkan status mental,
mengantisipasi perubahan sosial, ekonomi serta memberikan motivasi dan
31
2.3.10 Manfaat Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga merupakan proses yang terjadi sepanjang masa
kehidupan, sifat, dan jenis kehidupan. Dalam semua tahap kehidupan dukungan
sosial keluarga berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya
hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 1998) dikutip
dalam Riset (Kurniantaka, 2016).
2.3.11 Kategori Dukungan Sosial Keluarga
Skala pengukuran dukungan sosial keluarga yang digunakan adalah dengan
skala likert. Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan
menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik
tolak untuk menyusun item-item instrument yang berupa pernyataan atau
pertanyaan. Jawaban setiap item instrument yang menggunakan skala likert
mempunyai nilai positif dan negatif yaitu :
32
d. Tidak pernah (4)
Dengan hasil kriteria dukungan sosial keluarga :
1)Baik : 76– 100%
2)Cukup : 56– 76%
33
BAB 3
KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah abstraksi dari suati realitas agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik variabel yang diteliti maupun tidak diteliti). Kerangka konsep akan membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam, 2015).
Dukungan sosial keluarga :
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Hubungan dukungan sosial keluarga dengan fungsi kognitif pada lansia di Desa Katur Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro.
34
3.2 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan
penelitian. Menurut La Biondo–Wondo dan Haber (2002) dalam Nursalam
(2015). Hipotesis adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan antara dua
atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu pertanyaan dalam
penelitian. Setiap penelitian terdiri atas suatu unit atau bagian dari permasalahan.
H1 : Ada hubungan dukungan sosial keluarga dengan fungsi kognitif pada lansia
35
BAB 4
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah suatu cara untuk memeperoleh kebenaran ilmu
pengetahuan dan pemecahan masalah. Pada bab ini akan menguraikan tentang
rancangan penelitian, waktu dan tempat penelitian, populasi, sampel dan
sampling, kerangka kerja, identifikasi variabel, definisi operasional, pengumpulan
dan analisa data dan etika penelitian.
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian ini yang digunakan adalah analitik korelasi. Penelitian
korelasi mengkaji hubungan antar variabel dan peneliti dapat mencari,
menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan, dan menguji berdasarkan teori
yang ada. Penelitian korelasi bertujuan mengungkapkan hubungan korelatif antar
variabel. Dengan demikian, pada rancangan peneliti melibatkan minimal dua
variabel (Nursalam, 2015).
Pendekatan penelitian ini yang digunakan model cross sectional yaitu jenis
penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel
independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat. Pada jenis ini variabel
independen dan dependen dinilai secara simulan pada satu saat, jadi tidak ada
tindak lanjut (Nursalam, 2015).
36
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan mulai penyusunan proposal sampai dengan penyusunan
laporan skripsi pada bulan Februari sampai dengan bulan Juni 2017.
4.2.2 Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Dukuh Kebunturi Desa Katur Kecamatan
Gayam Kabupaten Bojonegoro.
4.3 Populasi, Sampel dan Sampling 4.3.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia atau klien) yang
memenuhi kriteria yang sudah ditetapkan. Populasi dalam penelitian ini adalah
semua lansia di Dukuh Kebunturi Desa Katur Kecamatan Gayam Kabupaten
Bojonegoro sebanyak 156 lansia.
4.3.2 Sampel Penelitian
Sampel merupakan bagian dari populasi terjangkau yang dapat dipergunakan
sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2015).
Penentuan besar sampel dengan cara ini didasarkan pada presentase dari
besarnya populasi. Teknik ini cocok dipakai pada penelitian misalnya mengambil
5%, 10%, atau 20% atas pertimbangan biaya. Bila populasi kurang dari 100
sebaiknya dicuplik 50% dari populasi. Dan bila populasi beberapa ratus diambil
37
n = 25% x N
= 10025 156 = 39
Keterangan :
n = Besar sampel N
= Jumlah populasi
Jadi besar sampel dalam penelitian yaitu 39 lansia.
4.3.3 Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili
populasi. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
probability sampling dengan jenis simple random sampling. Untuk mencapai
38
4.4 Kerangka Kerja
Kerangka kerja merupakan pertahanan dalam suatu penelitian yang
menyajikan akan penelitian (Nursalam, 2013).
Penyusunan proposal
Populasi
Semua lansia di Dukuh Kebunturi Desa Katur Gayam Bojonegoro sebanyak 156 lansia
Sampel
Sebagian lansia di Dukuh Kebunturi Desa Katur Gayam Bojonegoro sebanyak 39 lansia Fungsi kognitif pada lansia
Pengumpulan Data
Tes Mini Mental Stase Examination
Pengolahan Data
Editing, Coding, Scoring, Tabulating
Analisa Data
Univariate, Bivariate dan Uji rank spearman
Penyusunan Laporan Akhir
39
4.5 Identifikasi Variabel
Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda
terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain) (Soeparto, Putra, Haryanto,2000)
dikutip dalam Nursalam (2015).
4.5.1 Variabel Independen (variabel bebas)
Variabel yang mempengaruhi atau nilainya menentukan variabel lain. Suatu
kegiatan stimulus yang dimanipulasi oleh peneliti menciptakan suatu dampak
pada variabel dependen (Nursalam, 2015). Variabel independen dalam penelitian
ini adalah dukungan sosial keluarga.
4.5.2 Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi nilainya oleh variabel
lain. Variabel respons akan muncul sebagai akibat dari manipulasi
variabel-variabel lain. Variabel terikat adalah faktor yag diamati dan diukur untuk
menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas (Nursalam,
2015). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah fungsi kognitif pada lansia.
4.6 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang dapat
diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati
40
Tabel 4.2 Definisi Operasional hubungan dukungan sosial keluarga dengan fungsi kognitif pada lansia di dukuh kebunturi katur gayam bojonegoro.
No Variabel Definisi Parameter Alat Skal Skor
Operasional ukur a
1 Independ Pemberian Dukungan K O Skor
ent bantuan atau sosial U R menggunakan
dukunga pertolongan keluarga: E D skalalikert :
n sosial terhadap 1. Dukungan S I Positif :
keluarga lansia baik informasi I N 1) Selalu nilai 4
dari keluarga onal O A 2) Sering nilai 3
dalam 2. Dukungan N L 3) Kadang nilai 2
lingkungan perhatian E 4) Tidak pernah
sosialnya. emosional R nilai 1
3. Dukungan Negatif :
2 Depende Kognitif 1. Orientasi Tes O Kriteria
nt adalah 2. Registrasi Mini R interpretasi Tes :
fungsi kepercayaan 3. Perhatian Men D 1) Normal :
24-kognitif lansia tentang dan tal I 30
sesuatu yang kalkulasi stase N 2) Sedang :
17-didapatkan 4. Mengingat Exa A 23
dari proses 5. Bahasa mini L 3) Berat : 0-16
berfikir. tion (Folstein dalam