• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA (Di Dukuh Kebunturi Desa Katur Gayam Bojonegoro) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA (Di Dukuh Kebunturi Desa Katur Gayam Bojonegoro) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN

PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA

(Di Dukuh Kebunturi Desa Katur Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro)

LUSI RUSTANTI

133210035

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

2017

(2)

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN

PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA

(Di Dukuh Kebunturi Desa Katur Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro)

Skripsi

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Insan Cendekia Medika Jombang

Oleh :

LUSI RUSTANTI

13.321.0035

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CEMDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2017

(3)

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Fungsi

Kognitif pada Lansia ( Di Dukuh Kebunturi Desa Katur

Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro)

NamaMahasiswa : Lusi Rustanti

NIM : 13.321.0035

TELAH DISETUJUI KOMISI PEMBIMBING

PADA TANGGAL :

Endang Y, S.Kep.,Ns.,M.Kes Baderi, S.Kom.,MM Pembimbing I

Pembimbing II

Mengetahui

Ketua STIKes ICMe Jombang Ketua Prodi S1 Keperawatan

H. Bambang Tutuko, SH,S.Kep.,Ns,MH Inayatur Rosyidah, S.Kep.,Ns.M.Kep

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah diajukan oleh :

Nama Mahasiswa : Lusi Rustanti

NIM : 13.321.0035

Program Studi : S1 Ilmu Keperawatan

Judul : HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA

DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA di Dukuh

Kebunturi Desa Katur Kecamatan Gayam Kabupaten

Bojonegoro

Telah berhasil dipertahankan dan diuji dihadapan dewan penguji dan

diterima sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program

Studi S1 Ilmu Keperawatan.

Komisi Dewan Penguji,

Ketua Dewan Penguji : Marxis Udaya, S.Kep.,Ns.,MM ( )

Penguji I : Endang Y,S.Kep.,Ns., M.Kes ( )

Penguji II : Baderi, S.Kom,MM. ( )

Ditetapkan di :

Pada tanggal :

(5)
(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Lusi Rustanti, dilahirkan di Kota Bojonegoro pada

tanggal 15 Maret 1995, penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari

pasangan Bapak Wajib dan Ibu Wakini. Memiliki kakak laki-laki bernama Aris

Setiawan.

Pendidikan yang ditempuh penulis mulai dari, SD Negeri Katur 1 penulis

lulus pada tahun 2007, SMP Negeri 2 Ngasem penulis lulus pada tahun 2010,

SMA Negeri 1 Padangan penulis lulus pada tahun 2013. Dan pada tahun 2013 penulis lulus seleksi masuk STIKes “Insan Cendekia Medika” Jombang melalui

jalur Tes Tulis Gelombang 1. Penulis memilih program studi S1 Keperawatan dari tiga pilihan program studi yang ada di STIKes “ICMe” Jombang.

Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar - benarnya.

Jombang, Juni 2017

Lusi Rustanti

(7)

MOTTO

“ Jadilah orang yang bermanfaat bukan memanfaatkan orang lain dan percayalah

pada dirimu sendiri karena kepercayaan pada diri sendiri akan menjadi kekuatan

yang mampu mengubah takdir”

Peneliti

(8)

PERSEMBAHAN

Seiring dengan do’a dan puji syukur aku persembahkan skripsi ini untuk:

1. Allah SWT, Rabb yang selalu memberi kemudahan disetiap langkah, memberi

petunjuk, membuka pintu kesabaran, dan selalu membimbing ke jalan yang

Engkau ridhai. Tidak lupa solawat dan salam selalu terlimpahkan kepada

kehadirat Rasulullah Muhammad SAW.

2. Ibuku Wakini dan Bapakku Wajib Tercinta. Tak ada kata yang pantas saya

ucapkan selain beribu-ribu “Terima Kasih” karena telah mendo’akan saya dan

selalu mendukung setiap langkahku. Kesabaran dalam do’amu menjadi

suksesnya saya dikemudian hari dan terima kasih yang telah berusaha bekerja

susah payah membanting tulang untuk merawat dan membesarkan saya sampai

saat ini dengan penuh cinta dan kasih sayang.

3. Kakakku tercinta Aris Setiawan, Terima kasih atas do’a dan semangatnya

selama ini. Hanya karya kecil ini yang dapat adik persembahkan. Maaf adik

belum bisa menjadi adik yang baik, tapi adik akan selalu berusaha menjadi

yang lebih baik lagi dan lebih bermanfaat untuk orang lain.

4. Yang tersayang Muhamad Ali yang selalu menyemangati dan menndoakan

untuk penyusunan skripsi ini.

5. Dosen-dosen S1 Keperawatan STIKES ICMe Jombang yang selalu memberi

bimbingannya. Khususnya kepada Ibu Endang Y, S.Kep. Ns.,M.Kes. dan

Bapak Baderi, S.Kom,MM. serta Bapak Marxis Udaya, S.Kep.,Ns.,MM. yang

telah sabar memberikan bimbingan kepada saya.

(9)

6. Teman-teman seperjuangan yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu -

persatu, terima kasih untuk kekompakan dan kerjasamanya serta selalu

mendukung, menemani, menghibur dan memberikan banyak kebahagiaan.

7. Seluruh responden di Dukuh Kebunturi Desa Katur Kecamatan Gayam

Kabupaten Bojonegoro yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.

Semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya proposal skripsi ini.

(10)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “hubungan dukungan

sosial dengan penurunan fungsi kognitif pada lansia di dukuh Kebunturi desa

Katur kecamatan Gayam kabupaten Bojonegoro” ini dengan sebaik-baiknya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak akan

terselesaikan tanpa bimbingan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima

kasih kepada H. Bambang Tutuko, SH.,S.Kep.Ns.,MH., selaku ketua STIKes

ICMe Jombang yang memberikan izin untuk membuat skripsi sebagai tugas akhir

program studi S1 Keperawatan, Ibu Inayatur Rosidah, S.Kep.Ns.,M.Kep., selaku

kaprodi S1 Keperawatan, Ibu Endang Y, S.Kep.Ns.,M.Kes selaku pembimbing

utama yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama proses

penyusunan skripsi, Bapak Baderi S.Kom.,MM selaku pembimbing kedua yang

memberikan bimbingan penulisan dan pengarahan kepada penulis, Kepala Desa

Katur Gayam Bojonegoro yang telah memberikan ijin penelitian dan teman-teman

yang ikut serta memberikan saran dan kritik sehingga penelitian ini dapat

terselesaikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih

jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari

para pembaca demi penyempurnaan skripsi dan semoga bermanfaat bagi penulis

pada khususnya dan bagi pembaca bagi umumnya, Amin.

Jombang, 2017

Penulis

(11)

ABSTRAK

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA

(Di Dukuh Kebunturi Desa Katur Gayam Bojonegoro )

Oleh :

LUSI RUSTANTI

133210035

Proses menua yang dialami lansia mengakibatkan masalah yang berkaitan dengan perkembangan kehidupan lansia baik dari segi fisik, mental maupun psikososialnya. Fungsi kognitif merupakan masalah yang dialami oleh lansia dimana seseorang akan mengalami penurunan pada proses berfikir, persepsi, perhatian, dan memorinya. Dukungan sosial keluarga sangat dibutuhkan lansia yang mengalami perubahan pada fungsi kognitifnya. Semakin tinggi dukungan sosial keluarga yang diberikan akan semakin menghambat penurunan fungsi kognitif dan sebaliknya.

Desain penelitian ini yang digunakan adalah analitik korelasi. Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia di Dukuh Kebunturi Desa Katur Gayam Bojonegoro. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan

adalah probability sampling dengan jenis simple random sampling. Pengumpulan

data menggunakan kuesioner dan tes mini mental examination dengan

menggunakan uji statistik rank spearman.

Hasil penelitian menunjukkan 39 responden diketahui bahwa responden mendapatkan dukungan sosial keluarga cukup sejumlah 35 (89,7 %), responden mendapatkan dukungan sosial keluarga kurang sejumlah 4 (10,3 %) dan fungsi kognitif sedang 10 (25,6%) responden, fungsi kognitif berat 29 (74,4 %)

responden dengan hasil uji rank spearman dengan nilai p=0,016.

Kesimpulannya adalah ada hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan fungsi kognitif pada lansia di dukuh Kebunturi Desa Katur Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro.

Kata kunci : Dukungan sosial keluarga, Fungsi kognitif, Lansia

(12)

ABSTRACT

RELATIONSHIP BETWEEN SOCIAL FAMILY SUPPORT WITH COGNITIVE FUNCTION IN THE ELDERLY

(In the hamlet Kebunturi village of Katur Gayam Bojonegoro)

By :

LUSI RUSTANTI

133210035

The aging process experienced by the elderly leads to problem which is related to the development of elderly life both in terms of physical, mental and psychosocial. Cognitive function is a problem experienced by the elderly where a person will experience a decrease in the process of thinking, perception, attention, and memor. Family social support is needed elderly people who experience changes in cognitive function. The higher social support the family provides will further inhibit the decline in cognitive function and vice versa.

The design of this research used is analytic correlation. The population in this study is all elderly in Hamlet Kebunturi Village Katur Gayam Bojonegoro. In this research the sampling technique used is probability sampling with simple random sampling. Data were collected using questionnaire and mini test of mental examination by using rank spearman statistic test.

The results showed 39 respondents found that respondents get enough social support family of 35 (89.7%), Respondents get social support of family less 4 (10,3%) and medium cognitive function 10 (25,6%) responder, Weight cognitive function 29 (74,4%) respondents with rank spearman test result with p = 0,016.

The conclusion is there is a relationship between family social support with cognitive function in elderly in Hamlet Kebunturi Village Katur Gayam District Bojonegoro District.

Keywords: Family social support, Cognitive function, Elderly

(13)

DAFTAR ISI

SAMPUL LUAR... i

SAMPUL DALAM ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

LEMBAR PERNYATAAN ... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vii

MOTTO ... viii

PERSEMBAHAN ... ix

KATA PENGANTAR ... xi

ABSTRAK ... xii

DAFTAR ISI... xiv

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ... xxi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.4 Manfaat Penilitian... 4

1.4.1 Teoritis ... 4

(14)

1.4.2 Praktis ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Lansia ... 5

2.1.1 Definisi ... 5

2.1.2 Batasan-batasan Umur Lanjut Usia ... 5

2.1.3 Karakteristik Lansia ... 6

2.1.4 Tugas Perkembangan Lansia ... 6

2.1.5 Tipe Lansia ... 7

2.1.6 Teori-Teori ProsesMenua ... 8

2.1.7 Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lansia ... 11

2.1.8 Masalah pada Lansia... 15

2.2 Fungsi Kognitif ... 17

2.2.1 Pengertian ... 17

2.2.2 Kognitif pada Lansia... 17

2.2.3 Manifestasi Gangguan Fungsi Kognitif ... 18

2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif ... 20

2.2.5 Pengukuran Fungsi Kognitif ... 22

2.3 Konsep Dasar Dukungan Sosial Keluarga... 22

2.3.1 Pengertian ... 22

2.3.2 Bentuk Dukungan Sosial Keluarga ... 23

2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dukungan sosial Keluarga 24 2.3.4 Sumber- Sumber Dukungan Sosial ... 27

2.3.5 Konsep Keluarga ... 28

2.3.6 Tipe Keluarga ... 28

2.3.7 Dukungan Keluarga ... 29

2.3.8 Peran Anggota Keluarga Terhadap Lansia ... 30

2.3.9 Peran Keluarga dalam Perawatan Lansia ... 30

2.3.10 Manfaat Dukungan Keluarga ... 31

2.3.11 Kategori Dukungan Sosial Keluarga ... 31

(15)

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konseptual ...33

3.2 Hipotesis...34

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ...35

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian ...36

4.2.1 Waktu Penelitian ...36

4.2.2 Tempat Penelitian ...36

4.3 Populasi, Sampel dan Sampling ...36

4.3.1 Populasi penelitian ...36

4.3.2 Sampel Penelitian ...36

4.3.3 Sampling ...37

4.4 Kerangka Kerja ...38

4.5 Identifikasi Variabel ...39

4.5.1 Variabel Independen ...39

4.5.2 Variabel Dependen ...39

4.6 Definisi Operasional ...39

4.7 Pengumpulan Data dan Analisa Data ...41

4.7.1 Alat atau Instrumen Penelitian ...41

4.7.2 Uji Validitas ...42

4.7.3 Uji Reliabilitas ...43

4.7.4 Prosedur Penelitian...44

4.7.5 Teknik Pengolahan Data...44

4.7.6 Analisa Data...49

4.8 Etika Penelitian ...52

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ...53

5.2 Pembahasan ...57

(16)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 64 6.2 Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(17)

DAFTAR TABEL

Halaman

1.Tabel 4.2Definisi Operasional Hubungan Dukungan Sosial Keluarga

dengan Fungsi Kognitif Pada Lansia di Dukuh Kebunturi Desa Katur Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro ...

2.Tabel 4.3Kriteria Koefisien Korelasi Menurut Guilford

3. Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden

berdasarkan jenis kelamin di Dukuh Kebunturi Desa Katur Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro

4. Tabel 5.2 Distribusi frekuensi karakteristik responden

berdasarkan umur di Dukuh Kebunturi Desa Katur Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro

5. Tabel 5.3 Distribusi frekuensi karakteristik responden

berdasarkan pendidikan di Dukuh Kebunturi Desa Katur Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro

6. Tabel 5.5 Distribusi frekuensi karakteristik responden

berdasarkan pekerjaan di Dukuh Kebunturi Desa Katur Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro

7. Tabel 5.6 Distribusi frekuensi karakteristik responden

berdasarkan dukungan sosial keluarga di Dukuh Kebunturi Desa Katur Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro

8. Tabel 5.7 Distribusi frekuensi karakteristik responden

berdasarkan fungsi kognitif lansia di Dukuh Kebunturi Desa Katur Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro

9. Tabel 5.8Tabulasi silang hubungan dukungan sosial keluarga

dengan fungsi kognitif pada lansia di Dukuh

(18)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Hubungan Dukungan Sosial

Keluarga dengan Fungsi Kognitif di Dukuh Kebunturi Desa Katur Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro ...

2. Gambar 4.1 Karangka Kerja Penelitian Hubungan Dukungan Sosial

Keluarga dengan Fungsi Kognitif pada Lansia di Dukuh Kebunturi Desa Katur Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro ...

33

38

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat permohonan menjadi responden

Lampiran 2 : Surat persetujuam responden

Lampiran 3 : Kisi-kisi kuesioner dukungan sosial keluarga

Lampiran 4 : Kisi-Kisi Tes Mini Mental Stase Examination

Lampiran 5 : Kuesioner dukungan sosial keluarga

Lampiran 6 : Pemeriksaan MMSE

Lampiran 7 : Tabulasi data umum

Lampiran 8 : Tabulasi data khusus

Lampiran 9 : Dukungan sosial keluarga dengan fungsi kognitif

Lampiran 10 : Uji statistik

Lampiran 11 : Jadwal kegiatan penelitian

Lampiran 12 : Lembar pernyataan perpustakaan

Lampiran 13 : Surat keterangan pre survey data, studi pendahuluan, dan

penelitian

Lampiran 14 : Surat keterangan izin studi pendahuluan dan penelitian

Lampiran 15 : Lembar konsultasi

Lampiran 16 : Lembar bebas plagiasi

(20)

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

1. Daftar Lambang

1. H1 : hipotesis alternatif

2. n : besar sampel

3. N : jumlah populasi

4. d : error level/tingkat kesalahan

5. ≤ : lebih kecil

6. ≥ : lebih besar

7. R : korelasi

8. X : skor pernyataan

9. Y : skor total

10.XY : skor pernyataan dikalikan skor total

11.α : alpha

12. r : reliabilitas

13. k : jumlah butir soal

14.2

: skor varian setiap butir pertanyaan

15.2 : total varian

1

16.∑ : jumlah skor yang diperoleh

17.P : presentasi

18.F : frekuensi teramati

19.N : skor maksimal

(21)

2. Daftar Singkatan

STIKES

ICME

WHO

LSM

MMSE

: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

: Insan Cendekia Medika

: Word Health Organisation

: Lembaga Swadaya Masyarakat

: Mini Mental Stase Examination

(22)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dukungan keluarga sangat berperan dalam memotivasi seseorang untuk

melakukan suatu kegiatan, seperti dukungan moral dan material ( Sarwono, 2003).

Lansia yang mendapat dukungan dari keluarganya merupakan hal yang sangat

penting, karena lansia beranggapan bahwa keberadaannya diperhatikan oleh

keluarganya (Purnama, 2004). Penuaan yang terjadi pada lansia membutuhkan

proses sepanjang hidup tidak hanya dimulai dari satu waktu tertentu, tetapi

dimulai sejak permulaan kehidupan (Padila, 2013). Proses menua yang dialami

lansia mengakibatkan masalah yang berkaitan dengan perkembangan kehidupan

lansia baik dari segi fisik, mental maupun psikososialnya. Masalah yang sering

terjadi pada lansia berkaitan dengan fungsi kognitifnya, diantaranya lansia sering

mengalami kesulitan dalam mengingat, atau menyelesaikan masalah. Seiring

bertambahnya usia seseorang, maka kemampuan fisik juga akan semakin menurun

yang menyebabkan lansia mengalami masalah penurunan pada fungsi kognitifnya.

Dukungan sosial keluarga sangat penting bagi lansia untuk memenuhi

kebutuhannya sehari-hari.

Menurut WHO (Organisasi kesehatan dunia) pada tahun 2012 prevalensi

gangguan fungsi kognitif pada lansia diperkirakan mencapai 121 juta manusia,

dengan komposisi 5,8% pada laki-laki dan 9,5% pada perempuan. Di Indonesia

jumlah populasi lansia 10% sampai 15% yang berusia lebih dari 65 tahun dan

hampir 50% populasi berusia lebih dari 85 tahun yang mengalami perubahan

(23)

2

kognitif seperti demensia (Lanawati, 2015). Gangguan status kognitif cepat

meluas pada usia lanjut dan diperkirakan pada tahun 2050 akan mengalami

peningkatan kurang lebih 14 juta penderita gangguan kognitif (Muttaqin, 2008).

Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 5 Maret 2017, di Dukuh Kebunturi

Desa Katur Gayam Bojonegoro terhadap 8 lansia dengan usia 70 tahun ke atas

didapatkan bahwa lansia sering mengalami lupa saat menaruh barangnya sendiri,

lupa hari, tanggal bahkan sering lupa dengan apa yang baru dibicarakan. Hasil

wawancara dari 8 lansia menyatakan bahwa didapatkan 5 keluarga lansia tidak

pernah mengingatkan jadwal posyandu dan tidak pernah mengantar lansia

keposyandu sedangkan 3 keluarga lainnya mendukung lansia untuk mengikuti

posyandu lansia setiap bulannya.

Fungsi kognitif merupakan masalah yang dialami oleh lansia dimana

seseorang akan mengalami penurunan pada proses berfikir, persepsi, perhatian,

dan memorinya. Beberapa faktor yang mengalami fungsi kognitif pada lansia

diantaranya umur, jenis kelamin, pekerjaan, aktifitas, stroke dan diabetes mellitus

(Suwita, 2016). Masalah yang terjadi pada fungsi kognitif pada lansia meliputi

berkurangnya kemampuan fungsi intelektual dan berkurangnya efisiensi transmisi

sel saraf di otak yang menyebabkan proses informasi menjadi lambat, serta

banyak informasi yang hilang selama transmisi. Penurunan menyeluruh pada

fungsi sistem saraf pusat dipercaya sebagai konstributor utama terjadinya

perubahan dalam kemampuan kognitif (Setiati, 2009). Dukungan sosial keluarga

sangat dibutuhkan lansia yang mengalami perubahan pada fungsi kognitifnya.

Semakin tinggi dukungan sosial keluarga yang diberikan akan semakin

(24)

3

dukungan sosial akan semakin mempercepat penurunan fungsi kognitif (Lusiati,

2014).

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi perubahan pada fungsi kognitif

lansia, salah satunya dengan memberikan dukungan sosial keluarga. Adapun

dukungan sosial keluarga yang dapat dilakukan meliputi memberikan perhatian

dan mampu mendampingi lansia yang membutuhkan bantuan untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari dan keluarga selalu mengingatkan pada lansia tentang

kegiatannya, agar lansia yang mengalami perubahan fungsi kognitifnya mampu

mengingat atau mengerjakan kegiatannya tanpa bantuan orang lain. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan dukungan sosial

keluarga dengan fungsi kognitif pada lansia di Dukuh Kebunturi Desa Katur

Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut “ Apakah ada hubungan dukungan sosial keluarga dengan

fungsi kognitif pada lansia?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisis hubungan dukungan sosial keluarga dengan fungsi kognitif

pada lansia.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi dukungan sosial keluarga pada lansia.

(25)

4

c. Menganalisis hubungan dukungan sosial keluarga dengan fungsi kognitif pada

lansia.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Teoritis

Diketahuinya fungsi kognitif pada lansia dengan dukungan sosial keluarga

dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya dalam bidang gerontologi.

1.4.2 Praktis

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan tentang

fungsi kognitif baik dari fisik, mental maupun psikososialnya pada usia lanjut dan

dapat memberikan masukan kepada keluarga agar dapat lebih memberikan

dukungan sosial kepada lansia di Dukuh Kebunturi Katur Gayam Bojonegoro.

Sebagai tambahan literatur bagi peneliti selanjutnya dan sebagai bahan acuan

perbandingan apabila ada peneliti yang ingin melakukan penelitian dengan judul

(26)

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep dasar Lansia 2.1.1. Definisi

Menurut Word Health Organisation (WHO) dan Undang-Undang No 13

Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada pasal 1 ayat 2 yang

menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah

suatu penyakit akan tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur

mengakibatkan perubahan yang kumulatif dan menurunnya proses daya tahan

tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir

dengan kematian.

Menua merupakan suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia.

Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang tidak hanya dimulai dari

satu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua

merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tahap-tahap

kehidupannya, yaitu neonates, toddler, pra sekolah, sekolah, remaja, dewasa dan

lansia (Padila, 2013).

2.1.2. Batasan-batasan Umur Lanjut Usia

Batasan – batasan umur lansia dari pendapat beberapa ahli yang dikutip dari

Padila (2013) :

a) Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), ada empat tahapan yaitu:

1. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun

(27)

6

2. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun

3. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun

4. Usia sangat tua (very old) usia >90 tahun

b) Menurut burnise (1979)

1. Young old (usia 60-69 tahun)

2. Middle age old (usia 70-79 tahun)

3. Old-old (usia 80-89 tahun)

4. Very old (usia >90 tahun).

2.1.3. Karakteristik Lansia

Menurut Budi Anna Keliat (1999), (dalam Padila, 2013) lansia memiliki

karakteristik sebagai berikut:

1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang

kesehatan)

2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari

kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga

kondisi maladptif.

3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

2.1.4. Tugas Perkembangan pada Lansia

Menurut Padila (2013) tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut :

1. Tugas mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun

2. Mempersiapkan diri untuk pensiun

3. Membentuk hubungan baik dengan seusianya

(28)

7

5. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial atau masyarakat secara

santai

6. Mempersiapkan diri untuk kematiaannya dan kematian pasangan

2.1.5. Tipe Lansia

Tipe lansia bergantung pada karakter, pengalam hidup, lingkungan, kondisi,

mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho,2000) dikutip (dalam Padila, 2013).

Tipe lansia diantaranya:

1. Tipe arif bijaksana

Kaya dengan hikmah, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman,

mempunyai kesibukan, pengalaman, rendah hati, sederhana, dermawan,

menjadi undangan dan menjadi panutan.

2. Tipe mandiri

Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif, dalam mencari

pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.

3. Tipe tidak puas

Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah,

tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak

menuntut.

4. Tipe pasrah

Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agamadan melakukan

pekerjaan apa saja.

5. Tipe bingung

Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif dan

(29)

8

2.1.6. Teori-teori Proses Menua

a) Teori biologis

Teori yang merupakan teori biologis adalah sebagai berikut:

1) Teori jam genetic

Menurut Hay ick (1965), secara genetic sudah terprogram bahwa material

didalam inti sel dikatakan bagaikan memiliki jam genetis terkait dengan

frekuensi mitosis. Teori ini didasarkan pada kenyataan bahwa

spesies-spesies tertentu memiliki harapan hidup (life span) yang tertentu pula.

Manusia yang memiliki rentang kehidupan maksimal sekitar 110 tahun,

sel-sel diperkirakan hanya mampu merubah sekitar 50 kali, sesudah itu akan

mengalami deteriorasi.

Teori cross-linkage (rantai silang)

Kolagen yang merupakan unsur penyusunan tulang diantara susunan

molecular, lama-kelamaan akan meningkat kekakuannya (tidak elastis).

Hal ini disebabkan oleh karenasel-sel yang sudah tua dan reaksi kimianya

menyebabkan jaringan yang sangat kuat.

Teori radikal bebas

Radikal bebas merusak membran sel yang menyebabkan kerusakan dan

kemunduran secara fisik.

Teori genetik

Menurut teori ini, menua telah terprogram secara genetic untuk spesies

(30)

9

deprogram oleh moleku-molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya akan

mengalami mutasi

Teori immunologi

Didalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat

tertentu. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak dapat tahan terhadap zat

tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah. System imun menjadi

kurang efektif dalam mempertahankan diri, regulasi dan responsibilitas.

Teori stress-adaptasi

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.

Regenerasi jaringan tidak dapat mempetahankan kestabilan lingkungan

internal, kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah

terpakai.

Teori wear and tear (pemakaian dan rusak)

Kelebihan usaha dan setress menyebabkan sel-sel tubuh (terpakai).

b. Teori psikososial

Teori integritas

Teori perkembangan ini mengidentifikasi tugas-tugas yang harus dicapai

dalam tiap tahap perkembangan. Tugas perkembngan terakhir

merefleksikan kehidupan seseorang dan pencapaiannya. Hasil akhir dari

pencapaiannya. Hasil akhir dari penyelesaiaan konflik antara intregitas

(31)

10

Teori stabilitas personal

Kepribadian seseorang terbentuk pada masa kanak-kanak dan tetap

bertahan secara stabil. Perubahan yang radikal pada usia tua bisa jadi

mengidentifikasi penyakit otak.

c. Teori sosiokultural

Teori pembebasan (disengagement theory)

Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang

berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya, atau

menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Hal ini mengakibatkan interaksi

sosial lanjut usia menurun, sehingga sering terjadi kehilangan ganda

meliputi : kehilangan peran,hambatan kontak sosial dan berkurangnya

komitmen.

Teori aktifitas

Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses tergantung dari

bagaimana seorang usia lanjut merasakan kepuasan dalam beraktifitas

dan mempertahankan aktifitas tersebut selama mungkin. Adapun kualitas

aktifitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas aktifitas yang

dilakukan.

d.Teori konsekuensi fungsional

Teori ini mengatakan tentang konsekuensi fungsional usia lanjut yang

berhubungan dengan perubahan-perubahan karena usia dan factor resiko

tambahan. Tanpa intervensi maka beberapa konsekuensi fungsional akan negatif,

(32)

11

2.1.7. Perubahan-perubahan yang Terjadi Pada Lansia

Menurut Padila (2013), menjadi tua akan mengalami perubahan menyeluruh

baik dari segi fisik, sosial, mental dan moral spiritual.

1. Perubahan Fisik/Biologis

Secara umum menua ditandai dengan kemunduran gejala-gejala fisik dan

biologis yaitu kulit mulai mengendur dan wajah mulai keriput serta garis-garis

yang menetap, rambut kepala mulai memutih, gigi mulai ompong, penglihatan dan

pendengaran berkurang, mudah lelah, mudah jatuh, mudah terserang penyakit,

nafsu makan menurun, penciuman mulai berkurang, gerakan menjadi lamban,

kurang lincah dan pola tidur berubah.

a. Perubahan sel

Jumlahnya lebih sedikit dan ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan tubuh

dan cairan intraseluler, proporsi protein otak menurun, dan jumlah sel otak

menurun serta mekanisme perbaikan sel terganggu

b. Perubahan sistem kardiovaskuler

Menurunnya elastisitas arteri dan aorta sehingga menyebabkan peningkatan

tekanan darah pada lansia, penyempitan pembuluh darah jantung sehingga

aliran darah menuju jantung terganggu, perubahan struktural dan fungsional

jantung pada proses penuaan menyebabkan rawan terjadinya disritmia atrial

dan ventricular, lemak sub edoicard menurun, dan Respon baroreseptor

(33)

12

c. Perubahan sistem respirasi

Gerakan pernafasan dangkal,sesak dan lemah. Terjadi penumpukan gas pada

laveolus, volume dan kapasitas paru menurun serta gangguan transportasi gas.

d. Perubahan sistem gastrointestinal

Terjad atropi mukosa, atropi sel kelenjar, sel parietal dan sel chief sehingga

menyebabkan sekresi asam lambung, pepsin, dan faktor intrinsik berkurang.

Ukuran lambung pada lansia menjadi lebih kecil, sehingga daya tempung

makanan menjadi lebih berkurang. Proses perubahan protein menjadi pepton

terganggu, karena sekresi asam lambung berkurang dan rasa lapar juga

berkurang.

e. Perubahan sistem muskuloskeletal

Terjadi penurunan kekuatan otot yang disebabkan oleh penurunan massa otot

(atropi otot). Ukuran otot mengecil dan penurunan massa otot lebih banyak

terjadi pada eksremitas bawah serta kekuatan otot ekstremitas bawah berkurang

sebesar 40% antara usia 30 sampai 80 tahun. Density tulang menurun, makin

rapuh dan terjadinya osteoporosis. Rentan terserang penyakit persendian, sendi

menjadi kaku dan mudah merasa nyeri sehingga pergerakan tubuh menjadi

lebih lambat.

f. Perubahan sistem sensori (panca indra)

Terjadi penurunan ketajaman penglihatan, dan daya akomodasi jarak jauh atau

dekat berkurang. Lensa mata kehilangan elastisitas dan kaku, otot penyangga

lemah dan kehilangan tonus serta indra pengecap, perasa, penciuman berkurang

(34)

13

g. Perubahan sistem integumen

Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kering dan kurang

keelastisitasannya karena menurunnya cairan dan hilangnnya jaringan adipose.

Kelenjar-kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga tidak begitu

tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi. Kulit pucat dan terdapat

bintik-bintik hitam akibat menurunnya aliran darah dan menurunnya sel-sel

yang memproduksi pigmen. Menurunnya aliran darah juga menyebabkan

penyembuhan luka kurang baik, kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal

dan rapuh serta temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang

menurun.

h. Perubahan sistem neurologi

Berat otak menurun, hubungan persyarafan cepat menurun, lambat dalam

respon dan waktu untuk berfikir, kurangnya penglihatan, hilangnya

pendengaran, mengecilnya syaraf pencium dan perasa lebih sensitif terhadap

perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin, kurang sensitif

terhadap sentuhan, reflek tubuh akan semakin berkurang serta terjadi kurang

koordinasi tubuh, dan membuat dewasa lanjut menjadi cepat pikun dalam

mengingat sesuatu.

i. Perubahan sistem genetourinari

Pada lansia yang berusia 65 tahun akan mengalami kelemahan dalam kontrol

kandung kemih (urinary incontinence). Incontinence dapat di sebabkan oleh

beragam masalah kesehatan, seperti obesitas,konstipasi dan batuk kronik.

Otot-otot pengatur fungsi saluran kencing menjadi lemah, frekuensi buang air kecil

(35)

14

50%. Fungsi tubulus berkurang akibatnya kurang kemampusn mengkonsentrasi

urin.

j. Perubahan sistem endokrin

Hampir semua produksi hormon mengalami penurunan, fungsi paratiroid dan

sekresinya tidak berubah, pertumbuhan hormon pituitari ada tetapi lebih rendah

dan ahnya ada di pmbuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH,

FSH dan LH, menurunnya produksi adolsteron, menurunnya sekresi hormon

gonads, progesteron, estrogen, dan testosteron, dan defisiensi hormonal dapat

menyebabkan hipotiroidisme.

2. Perubahan Mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu perubahan fisik,

pendidikan, lingkungan, kesehatan umum, tingkat kecerdasan, kenangan

(Nugroho, 2008).

3. Perubahan Psikososial

Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka lansia tersebut akan

mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotornya. Fungsi kognitif

meliputi proses belajar, pemahaman, persepsi, pengertian, perhatian dan lain-lain

sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku, lansia yang semakin lambat.

Sedangkan pada fungsi psikomornya yaitu hal-hal yang berhubungan dengan

dorongan kehendak seperti tindakan, koordinasi, gerakan yang berakibat bahwa

lansia kurang cekatan.

Perubahan psikososial yang terjadi pada lansia yaitu lansia yang pensiun

(36)

15

sadar akan merasa dekat dengan kematian, mengalami perubahan cara hidup,

lansia akan mengalami perubahan pada ekonominya, merasa kehilangan teman

atau keluarganya, berkurangnya kekuatan, adanya penyakit kronis dan

ketidakmampuan, terjadiya perubahan gambaran diri, dan perubahan konsep diri

(Nugroho, 2008) dikutip (dalam Kurniantaka, 2016).

4. Perubahan Spiritual

Menurut Nugroho (2008) dalam Kurniantaka (2016) perubahan spiritual

antara lain yaitu :

a. Agama atau kepercayaan makin terintregasi dalam kehidupannya

b. Makin matur dalam kehidupan beragama, hal ini terlihat dalam cara berfikirnya

dan bertindak sehari-hari

c. Perkembangan spiritual menjadi universalizing, perkembangan yang dicapai

pada tingkat ini adalah berfikir dan bertindak dengan cara mencintai dan

keadilan.

2.1.8. Masalah pada Lansia

Menurut Padila (2013) adapun permasalahan yang berkaitan dengan lanjut usia

antara lain :

1) Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai

masalah baik secara fisik-biologi, mental, maupun sosial ekonomis. Dengan

semakin lanjut usia sesorang, mereka akan mengalami kemunduran

terutama dibidang kemampuan fisik, yang dapat mengakibatkan penurunan

(37)

16

gangguan di dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat

meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain.

2) Lanjut usia tidak saja ditandai dengan kemunduran fisik, tetapi dapat pula

berpengaruh terhadap kondisi mental. Semakin lanjut usia seseorang,

kesibukan sosialnya akan semakin berkurang yang mana akan

memngakibatkan berkurangnya intregasi dengan lingkungannya.

3) Pada usia yang telah lanjut, sebagian dari lanjut usia tersebut masih

mempunyai kemampuan bekerja. Permasalahan yang mungkin timbul

adalah bagaimana memfungsikan tenaga denga kemampuan mereka tersebut

di dalam situasi keterbatasan kesempatan kerja.

4) Disamping itu, masih ada dari sebagian lanjut usia dalam keadaan terlantar,

selain tidak mempunyai bekal hidup dan pekerjaan/penghasilan, mereka

juga tidak mempunyai keluarga atau sebatang kara.

5) Dalam masyarakat tradisonal biasanya usia lanjut dihargai dan dihormati

sehingga mereka masih dapat berperan yang berguna bagi masyarakat

industri ada kecenderungan mereka kurang dihargai sehingga mereka

terisolir dari kehidupan masyarakat.

6) Didasarkan pada sistem kultural yang berlaku maka mengharuskan generasi

tua atau lanjut usia masih dibutuhkan sebagai pembina agar jati diri budaya

dan ciri-ciri khas Indonesia tetap terpelihara kelestariannya.

7) Karena kondisinya, lanjut usia memerlukan tempat tinggal fasilitas

(38)

17

2.2 Fungsi Kognitif 2.2.1 Pengertian

Kognitif adalah kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari

proses berfikir. Proses berikir dimulai dengan memperolah pengetahuan dan

mengolah pengetahuan tersebut melalui kegiatan mengingat, menganalisa,

memahami, menilai, membayangkan, dan berbahasa. Kapasitas atau kemampuan

kognisi sering disebut kecerdasan (Ramdhani, 2012)

Fungsi kognitif merupakan suatu proses mental manusia yang meliputi

perhatian, persepsi, proses berfikir, pengetahuan dan memori. Sebanyak 75% dari

bagian otak besar merupakn area kognitif (Saladin, 2007).

2.2.2 Kognitif pada Lansia

Pada umumnya seseorang yang memasuki masa lanjut usia akan mengalami

penurunan, terutama pada masa kognitifnya yang akan mempengaruhi aspek

psikososialnya yang berkaitan dengan keadaan kepribadian dalam diri lanjut usia

tersebut (Sutarto,2008). Penurunan menyeluruh pada fungsi sistem saraf pusat

dipercaya dan efisiensi dalam pemrosesan informasi (Papillia dkk, 2008).

Penurunan terkait penuaan ditunjukan dalam kecepatan, memori jangka pendek,

memori kerja dan memori jangka panjang. Perubahan ini telah dihubungkan

dengan perubahan pada struktur dan fungsi otak (Agronin dan Maletta, 2011)

(39)

18

2.2.3 Manifestasi Gangguan Fungsi Kognitif

Menurut Pathia (2015) manifestasi gangguan fungsi kognitif meliputi :

1) Bahasa

Bahasa merupakan dasar komunikasi dan modalitas dasar yang membangun

kemampuan fungsi kognitif. Bila terdapat gangguan hal ini akan

mengakibatkan hambatan yang berarti bagi klien (Lumbontobing, 2008).

Fungsi bahasa meliputi empat parameter yaitu:

a. Kelancaran memamcu pada kemampuan untuk menghasilkan kalimat

dengan panjang, ritme dan melodi yang normal.

b. Pemahaman yang mengacu pada kemampuan untuk memahami suatu

perkataan atau perintah, dibuktikan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan perintah tersebut.

c. Pengulangan yang merupakan kemampuan seseorang untuk mengulangi

suatu pernyataan atau kalimat yang diucapkan seseorang

d. Penamaan yang merujuk pada kemampuan seseorang untuk menamai suatu

objek beserta bagian-bagiannya.

Orang dengan cepat dapat menyebutkan nama benda yang ditunjukkan tetapi

mengalami kesulitan kalau diminta menyebutkan nama benda dalam satu

kategori, ini didasarkan karena daya abstraknya mulai menurun (Hartono,

(40)

19

2) Emosi

Efek langsung pada gangguan aspek emosi yang paling umum dari penurunan

fungsi kognitif adalah emosi yang tumpul, kecemasan yang berkurang, dan

menurunnya sensitifitas sosial. Dapat juga terjadi kecemasan yang berlebihan,

depresi dan hipersensitif ( Hartono, 2008)

3) Visuospasial

Gangguan visuospasial yang sering timbul dini pada penurunan fungsi kognitif

biasanya pasien lupa waktu, tidak tahu kapan siang dan malam, lupa wajah

teman dan sering tidak tahu tempat sehingga sering tersesat ( disorientasi

waktu, tempat dan orang).

4) Kognisi

Gangguan kognisi yang sering terganggu terutama daya abstraksinya. Lansia

selalu berfikir konkrit sehingga sukar sekali memberi makna peribahasa dan

daya persamaan (similarities) mengalami penurunan (Hartono, 2008).

5) Memori

Memori adalah proses bertingkat dimana informasi pertama kali harus dicatat

dalam area korteks sensorik kemudian diproses melalui sistem limbik untuk

terjadinya pembelajaran baru. Secara klinik memori dibagi tipe-tipe dasar,

yaitu:

a. Immediate memory, merupakan kemampuan untuk merecall stimulus dalam

interval waktu beberapa detik.

b. Recent memory, merupakan kemampuan untuk mengingat kejadian

sehari-hari, seperti tanggal, apa yang dimakan saat sarapan, atau kejadian-kejadian

(41)

20

c. Remote memory, merupakan rekolasi atau mengintai kembali kejadian yang

terjadi bertahun-tahunyang lalu (tanggal lahir, sejarah, nama kerabat, dan

lain-lain).

2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif

Menurut Suwita (2016) faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi kognitif yaitu :

1. Umur

Dikalangan lansia penurunan fungsi kognitif merupakan penyebab terbesar

terjadinya ketergantungan terhadap orang lain untuk merawat diri sendiri akibat

ketidakmampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Hal ini disebabkan

karena dengan semakin meningkatnya umur akan mengakibatkan

perubahan-perubahan anatomi, seperti menyusutnya otak dan perubahan-perubahan biokimiawi di

Sistem Saraf Pusat (SPP) sehingga dengan sendirinya dapat menyebabkan

penurunan fungsi kognitif.

2. Jenis kelamin

Wanita tampaknya lebih beresiko mengalami penurunan kognitif. Hal ini

disebabkan adanya peranan level hormone seks endogen dalam perubahan

fungsi endogen. Reseptor estrogen telah ditemukan dalam area otak yang

berperan dalam fungsi belajar dan memori. Rendahnya level estradiol dalam

tubuh telah dikaitkan dengan penurunan fungsi kognitif umum dan memori

verbal. Estradiol diperkirakan bersifat neuroprotektif dan dapat membatasi

kerusakan akibat stress aksidatif serta terlihat sebagai protektor sel saraf dari

(42)

21

3. Pekerjaan

Pekerjaan dapat mempercepat proses menua yaitu pada pekerja keras seperti

buruh kasar/petani. Pekerjaan orang dapat mempengaruhi fungsi kognitifnya,

dimana pekerjaan yang terus-menerus melatih kapasitas otak dapat membantu

mencegah terjadinya penurunan fungsi kognitif (Sidarti, Kusmuputro, 1999).

4. Pendidikan

Banyak studi menunjukkan bahwa pendidikan yang lebih tinggi, beresiko

rendah mengalami penurunan pada fungsi kognitifnya (Kramer,Hilman, 2009).

Tingkat fungsi intelektual premorbid mempengaruhi kemungkinan

penyembuhan fungsi kognitif dan respon terhadap rehabilitas (Lifshitz, Witgen,

Gradi, 2007).

5. Aktivitas

Aktifitas fisik terlihat dapat mempertahankan aliran darah orak dan mungkin

juga meningkatkan persediaan nutrisi otak dan kegiatan fisik dapat diyakini

untuk memfasilitasi metabolisme neurotransmiter dapat juga memicu

perubahan aktivitas molekul dan seluler yang mendukung dan menjaga

plastasin otak. Selain itu aktifitas fisik juga diduga menstimulasi faktor tropic

dan neuronal growth yang kemungkinan faktor-faktor ini yang dapat

menghambat penurunan fungsi kognitif (Yaffe et al, 2001) dikutip (dalam

Pathia 2015).

6. Stroke

Stroke iskemik maupun hemoragik dapat mengakibatkan kerusakan sampai

kematian sel otak. Hal tersebut dapat menimbulkan kerusakan di sel otak pada

(43)

22

mental atau fungsi kortikal luhur termasuk fungsi kognitif (Nasreddine Z et al,

2005).

7. Diabetes militus

Diabetes militus merupakan penyakit metabolik yang dapat mempunyai efek

yang sangat merusak pada banyak organ dalam tubuh. Salah satu

komplikasinya yaitu disfungsi kognitif, pasien dengan diabetes mellitus tipe 2

dapat mengalami gangguan fungsi kognitif (Kodi Seaquist, 2008).

2.2.5 Pengukuran Fungsi Kognitif

Menurut Folstein (dalam Mubarak, 2006) Pengukuran pada fungsi kognitif

dapat dilakukan dengan menggunakan tes Mini Mental State Examination

(MMSE). Setiap satu pertanyaan yang dijawab benar diberi skor 1 dan jika salah

diberi skor 0. Dari jumlah skor yang diperoleh maka dapat dinilai dengan kriteria :

1) 24 – 30 : Normal

2) 17 – 23 : gangguan kognitif sedang

3) 0 – 16 : gangguan kognitif berat

2.3 Konsep Dasar Dukungan Sosial Keluarga 2.3.1 Pengertian

Menurut Mashudi (2013) dikutip (dalam Patmawati, 2015) dukungan sosial

dapat diartikan sebagai pemberian bantuan atau pertolongan terhadap seseorang

yang mengalami stress dari orang lain yang memiliki hubungan dekat (saudara

(44)

23

Menurut Zimet dan Kolega (2010), dukungan sosial yang dipersepsikan

dapat diperoleh dari orang lain yang signifikan atau orang terdekat yang memiliki

kontak dengan keseharian individu, keluarga dan teman.

Dukungan sosial keluarga merupakan suatu proses hubungan antara keluarga

dengan lingkungan sosialnya. Ketiga dimensi interaksi dukungan sosial keluarga

tersebut bersifat reprokasitas (timbal balik), (sifat dan kualitas komunikasi) dan

keterlibatan emosional (kedalam intimasi dan kepercayaan) dalam hubungan

sosial (Friedman, 2007).

2.3.2 Bentuk Dukungan Sosial Keluarga

Menurut Friedman (dalam Purnama, 2013) dukungan sosial keluarga meliputi:

1. Informasional

Dukungan informasi merupakan dukungan yang berfungsi sebagai

pengumpulan informasi tentang segala sesuatu yang digunakan untuk

mengungkapkan masalah. Dukungan ini memberikan sugesti berupa nasehat,

usulan, petunjuk, dan pemberian informasi.

2. Perhatian emosional

Setiap orang pasti membutuhkan bantuan afeksi dari orang lain, dukungan ini

berupa rasa simpatik, empati cinta, kepercayaaan dan penghargaan. Dengan

demikian seseorang yang menghadapi persoalan merasa dirinya tidak

menanggung beban sendirian tetapi masih ada orang lain yang memperhatikan,

mau mendengarkan segala keluhannya, bersimpati dan empati terhadap

persoalan yang dihadapinya, bahkan mau membantu memecahkan masalah

(45)

24

3. Dukungan instrumental

Bantuan bentuk ini bertujuan untuk mempermudah seseorang dalam

melakukan aktifitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang

dihadapinya. Misalnya dengan menyediakan peralatan lengkap dan memadai

bagi penderita, menyiapkan obat-obat yang dibutukan dan lain-lain.

4. Penilaian

Yaitu suatu bentuk penghargaan yang diberikan seseorang kepada orang lain

berdasarkan kondisi yang sebenarnya dari lansia. Penilaian ini bisa positif dan

negatif yang mana pengaruhnya sangat berarti sekali bagi seseorang. Berkaitan

dengan dukungan sosial maka penilaian yang sangat membantu adalah

panilaian yang positif.

2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dukungan Sosial Keluarga

Menurut Kurniantaka (2016) faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan

keluarga antara lain :

1. Faktor internal

a. Tahap perkembangan

Dukungan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini adalah

pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia

memiliki pemahaman tentang perubahan kesehatan yang berbeda-beda.

b. Tingkat pendidikan atau pengetahuan

Dukungan ini terbentuk oleh variabel intelektual yang terdiri dari

pengetahuan, pendidikan, dan pengalaman masa lalunya. Kemampuan

(46)

25

memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan untuk

menjaga kesehatannya sendiri.

c. Faktor emosi

Faktor emosi juga mempengaruhi keyakinan terhadap adanya dukungan

cara melakukannya. Seseorang yang mengalami respon stress dapat

dilakukakn dengan cara mengkhawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat

mengancam kehidupannya sedangkan seseorang ynag mempunyai respon

kecil akan terlihat sangat tenang dalam menanggapi respon sakitnya. Orang

yang tidak mempunyai koping individu secara emosional terhadap

penyakitnya akan menyangkal adanya gejala penyakit pada dirinya.

d. Spiritual

Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana individu tersebut mengalami

kehidupannya. Yaitu mencakup nilai keyakinan yang dilaksanakan,

hubungan dengan keluarga atau teman dalam mencari harapan dan arti

dalam hidup.

2. Faktor eksternal

a. Praktik keluarga

Dukungan yang diberikan keluarga biasanya mempengaruhi penderita

dalam melaksanakan kesehatannya.

b. Faktor sosial ekonomi

Faktor sosial ekonomi dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit dan

dapat mempengaruhi cara seseorang dapat mendefinisikan dan bereaksi

(47)

26

c. Latar belakang budaya

Latar belakang budaya dapat mempengaruhi keyakinan, nilai dan kebiaasan

individu dalam memberikan dukungan termasuk cara pelaksanaan

kesehatan pribadi.

2.3.4 Sumber-sumber Dukungan Sosial

Menurut rook dan Dootey (2009) yang dikutip oleh Kuntjoro (2012), ada 2

sumber dukungan sosial yaitu:

1. Dukungan sosial artificial

Dukungan sosial artifisial yaitu dukungan yang dirancang dalam bentuk primer

seseorang, misalnya dukungan sosial akibat bencana alam melalui berbagai

sumbangan sosial.

2. Dukungan sosial natural

Dukungan sosial yang natural diterima seseorang melalui interaksi dalam

kehidupannya secara spontan dengan orang-orang yang berada disekitarnya.

Misalnya anggota keluarganya (anak, suami, istri, dan kerabat), teman dekat.

Sumber dukunga sosial yang bersifat natural berbeda dengan sumber

dukungan sosial yang bersifat artificial dalam sejumlah hal. Perbedaan hal

tersebut terletak dalam hal sebagai berikut:

1. keberadaan sumber dukungan sosial natural bersifat apa adanya tanpa

dibuat-buat sehingga lebih mudah diperoleh dan bersifat spontan.

2. Sumber dukungan sosial yang natural memiliki kesesuaian dengan norma yang

berlaku tentang kapan suatu harus dilakukan.

3. Sumber dukungan sosial yang natural berakar dari hubungan yang telah

(48)

27

4. Sumber dukungan sosial yang natural memiliki keragaman dalam penyampaian

sosial, maupun mulai dari pemberian barang-barang nyata hingga sekedar

menemui seseorang dengan penyampaian salam.

5. Sumber dukungan sosial yang natural terbebas dari beban dan label psikologis.

Menurut Wangmuba (2009), sumber dukungan sosial yang natural terbebas dari

beban dan label psikologis terbagi atas :

1. Dukungan sosial utama bersumber dari keluarga

Mereka adalah orang-orang terdekat yang mempunyai potensi sebagai sumber

dukungan dan senantiasa bersedia untuk memberikan bantuan dan

dukungannya ketika individu membutuhkan. Keluarga sebagai suatu system

sosial, mempunyai fungsi-fungsi yang dapat menjadi sumber dukungan utama

bagi individu, seperti membangkitkan perasaan memiliki antara sesama

anggota keluarga, memastikan persahabatan yang berkelanjutan dan

memberikan rasa aman bagi anggota-anggotanya.

2. Dukungan sosial bersumber dari sahabat atau teman

Suatu studi yang dilakukan oleh Argyle & Furham (dalam Veiel & Baumann,

1992) menemukan bahwa ada tida proses utama dimana sahabat atau teman

dapat berperan dalam memberikan dukungan sosial.

Proses pertama yaitu dapat membantu berupa material atau instrumental.

Stress syang dialami individu dapat dikurangi bila individu mendapatkan

pertolongan untuk memecahkan masalahnya. Pertolongan ini dapat berupa

informasi tentnag cara mengatasi masalah atau pertolongan berupa uang.

Proses kedua adalah dukungan emosional yaitu perasaan tertekan dapat

(49)

28

meningkat, depresi dan kecemasan dapat dihilangkan dengan penerimaan

yangtulus dari sahabat karib.

Proses ketiga yaitu integrasi sosial dengan menjadi bagian dalam suatu

aktivitas waktu luang yang kooperatif dan diterimanya seseorang dalam

suatu kelompok sosial dapat menghilangkan perasaan kesepian yang

menghasilakn perasaan sejahtera serta memeperkuat ikatan sosial.

3. Dukungan sosial dari masyarakat

Dukungan ini mewakili anggota masyarakat pada umumnya, yang dikenal

dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan dilakukan secara

professional sesuai dengan kompetensinya yang dpat dipertanggung jawabkan

secara ilmiah. Hal ini berkaitan dengan factor-faktor yang mempengaruhi

efektifitas dukungan sosial yaitu pemberian dukungan sosial. Dukungan yang

diterima melalui sumber yang sama akan lebih mempunyai arti dan berkaitan

dengan berkesinambunagan dukungan yang diberikan, akan mempengaruhi

keakraban dan tingkat kepercayaan penerimaan dukungan.

2.3.5 Konsep Keluarga

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan

darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan yang terus menerus,

yang tinggal dalam satu atap, mempunyai ikatan emosional dan mempunyai

kewajiban satu orang dengan lainnya (Jhonson, 2010).

2.3.6 Tipe Keluarga

Beberapa tipe keluarga menurut Anderson Carter (dalam Effendi dan

(50)

29

a. Keluarga inti (nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri atas ayah, ibu, dan

anak.

b. Keluarga berantai (extended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan sanak

saudara, nenek, kakek, keponakan, sepupu, paman, bibik, dan sebagainya.

c. Keluarga berantai ( serial family) yaitu keluarga yang terdiri atas wanita dan

pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.

d. Keluarga duda atau janda (sigle family) yaitu keluarga ini terjadi karena adanya

perceraian atau kematian.

e. Keluarga komposisi yaitu keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup

secara sama-sama.

f. Keluarga kabitas yaitu dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi

membentuk satu keluarga.

2.3.7 Dukungan Keluarga

Dukungan merupakan suatu upaya yang diberikan kepada orang lain meliputi

moral dan material agar orang yang diberikan dukungan menjadi lebih termotivasi

dalam melakukan suatu kegiatan ( Sarwono, 2003).

Menurut Friedman (2003) dikutip (dalam kurniantaka, 2016) dukungan

keluarga yaitu sikap, tindakan atau penerimaan keluarga terhadap penderita yang

sakit. Keluarga sebagai pendukung terhadap anggota keluarga yang lain yang

(51)

30

2.3.8 Peran Anggota Keluarga Terhadap Lansia

Adapun peran keluarga terhadap lansia Menurut Padila (2013) yaitu :

a. Melakukan pembicaraan terarah.

b. Mempertahankan kehangatan keluarga, menyediakan waktu untuk

mendengarkan keluh kesahnya.

c. Membantu melakukan persiapan makan bagi lansia

d. Membantu dalam hal transportasi

e. Membantu memenuhi sumber-sumber keuangan

f. Memberikan kasih sayang dan perhatian,menghormati dan menghargai jangan

mengnggapnya sebagai beban

g. Bersikap sabar dan bijaksana terhadap perilaku lansia

h. Memberi kesempatan untuk tinggal bersamanya

i. Mintalah nasihatnya dalam peristiwa penting

j. Mengajaknya dalam acara penting

k. Memeriksakan kesehatan secara teratur, dorong untuk tetap hidup bersih sehat

2.3.9 Peran Keluarga dalam Perawatan Lansia

Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam

mempertahankan kesehatannya. Peranan keluarga antara lain : menjaga atau

merawat lansia, memepertahankan dan meningkatkan status mental,

mengantisipasi perubahan sosial, ekonomi serta memberikan motivasi dan

(52)

31

2.3.10 Manfaat Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga merupakan proses yang terjadi sepanjang masa

kehidupan, sifat, dan jenis kehidupan. Dalam semua tahap kehidupan dukungan

sosial keluarga berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya

hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 1998) dikutip

dalam Riset (Kurniantaka, 2016).

2.3.11 Kategori Dukungan Sosial Keluarga

Skala pengukuran dukungan sosial keluarga yang digunakan adalah dengan

skala likert. Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan

menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik

tolak untuk menyusun item-item instrument yang berupa pernyataan atau

pertanyaan. Jawaban setiap item instrument yang menggunakan skala likert

mempunyai nilai positif dan negatif yaitu :

(53)

32

d. Tidak pernah (4)

Dengan hasil kriteria dukungan sosial keluarga :

1)Baik : 76– 100%

2)Cukup : 56– 76%

(54)

33

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah abstraksi dari suati realitas agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik variabel yang diteliti maupun tidak diteliti). Kerangka konsep akan membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam, 2015).

Dukungan sosial keluarga :

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Hubungan dukungan sosial keluarga dengan fungsi kognitif pada lansia di Desa Katur Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro.

(55)

34

3.2 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan

penelitian. Menurut La Biondo–Wondo dan Haber (2002) dalam Nursalam

(2015). Hipotesis adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan antara dua

atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu pertanyaan dalam

penelitian. Setiap penelitian terdiri atas suatu unit atau bagian dari permasalahan.

H1 : Ada hubungan dukungan sosial keluarga dengan fungsi kognitif pada lansia

(56)

35

BAB 4

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu cara untuk memeperoleh kebenaran ilmu

pengetahuan dan pemecahan masalah. Pada bab ini akan menguraikan tentang

rancangan penelitian, waktu dan tempat penelitian, populasi, sampel dan

sampling, kerangka kerja, identifikasi variabel, definisi operasional, pengumpulan

dan analisa data dan etika penelitian.

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian ini yang digunakan adalah analitik korelasi. Penelitian

korelasi mengkaji hubungan antar variabel dan peneliti dapat mencari,

menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan, dan menguji berdasarkan teori

yang ada. Penelitian korelasi bertujuan mengungkapkan hubungan korelatif antar

variabel. Dengan demikian, pada rancangan peneliti melibatkan minimal dua

variabel (Nursalam, 2015).

Pendekatan penelitian ini yang digunakan model cross sectional yaitu jenis

penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel

independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat. Pada jenis ini variabel

independen dan dependen dinilai secara simulan pada satu saat, jadi tidak ada

tindak lanjut (Nursalam, 2015).

(57)

36

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai penyusunan proposal sampai dengan penyusunan

laporan skripsi pada bulan Februari sampai dengan bulan Juni 2017.

4.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Dukuh Kebunturi Desa Katur Kecamatan

Gayam Kabupaten Bojonegoro.

4.3 Populasi, Sampel dan Sampling 4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia atau klien) yang

memenuhi kriteria yang sudah ditetapkan. Populasi dalam penelitian ini adalah

semua lansia di Dukuh Kebunturi Desa Katur Kecamatan Gayam Kabupaten

Bojonegoro sebanyak 156 lansia.

4.3.2 Sampel Penelitian

Sampel merupakan bagian dari populasi terjangkau yang dapat dipergunakan

sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2015).

Penentuan besar sampel dengan cara ini didasarkan pada presentase dari

besarnya populasi. Teknik ini cocok dipakai pada penelitian misalnya mengambil

5%, 10%, atau 20% atas pertimbangan biaya. Bila populasi kurang dari 100

sebaiknya dicuplik 50% dari populasi. Dan bila populasi beberapa ratus diambil

(58)

37

n = 25% x N

= 10025 156 = 39

Keterangan :

n = Besar sampel N

= Jumlah populasi

Jadi besar sampel dalam penelitian yaitu 39 lansia.

4.3.3 Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili

populasi. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

probability sampling dengan jenis simple random sampling. Untuk mencapai

(59)

38

4.4 Kerangka Kerja

Kerangka kerja merupakan pertahanan dalam suatu penelitian yang

menyajikan akan penelitian (Nursalam, 2013).

Penyusunan proposal

Populasi

Semua lansia di Dukuh Kebunturi Desa Katur Gayam Bojonegoro sebanyak 156 lansia

Sampel

Sebagian lansia di Dukuh Kebunturi Desa Katur Gayam Bojonegoro sebanyak 39 lansia Fungsi kognitif pada lansia

Pengumpulan Data

Tes Mini Mental Stase Examination

Pengolahan Data

Editing, Coding, Scoring, Tabulating

Analisa Data

Univariate, Bivariate dan Uji rank spearman

Penyusunan Laporan Akhir

(60)

39

4.5 Identifikasi Variabel

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda

terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain) (Soeparto, Putra, Haryanto,2000)

dikutip dalam Nursalam (2015).

4.5.1 Variabel Independen (variabel bebas)

Variabel yang mempengaruhi atau nilainya menentukan variabel lain. Suatu

kegiatan stimulus yang dimanipulasi oleh peneliti menciptakan suatu dampak

pada variabel dependen (Nursalam, 2015). Variabel independen dalam penelitian

ini adalah dukungan sosial keluarga.

4.5.2 Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi nilainya oleh variabel

lain. Variabel respons akan muncul sebagai akibat dari manipulasi

variabel-variabel lain. Variabel terikat adalah faktor yag diamati dan diukur untuk

menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas (Nursalam,

2015). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah fungsi kognitif pada lansia.

4.6 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang dapat

diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati

(61)

40

Tabel 4.2 Definisi Operasional hubungan dukungan sosial keluarga dengan fungsi kognitif pada lansia di dukuh kebunturi katur gayam bojonegoro.

No Variabel Definisi Parameter Alat Skal Skor

Operasional ukur a

1 Independ Pemberian Dukungan K O Skor

ent bantuan atau sosial U R menggunakan

dukunga pertolongan keluarga: E D skalalikert :

n sosial terhadap 1. Dukungan S I Positif :

keluarga lansia baik informasi I N 1) Selalu nilai 4

dari keluarga onal O A 2) Sering nilai 3

dalam 2. Dukungan N L 3) Kadang nilai 2

lingkungan perhatian E 4) Tidak pernah

sosialnya. emosional R nilai 1

3. Dukungan Negatif :

2 Depende Kognitif 1. Orientasi Tes O Kriteria

nt adalah 2. Registrasi Mini R interpretasi Tes :

fungsi kepercayaan 3. Perhatian Men D 1) Normal :

24-kognitif lansia tentang dan tal I 30

sesuatu yang kalkulasi stase N 2) Sedang :

17-didapatkan 4. Mengingat Exa A 23

dari proses 5. Bahasa mini L 3) Berat : 0-16

berfikir. tion (Folstein dalam

Gambar

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Hubungan dukungan sosial keluarga
Gambar 4.1 Kerangka kerja penelitian hubungan dukungan sosial keluarga dengan fungsi kognitif pada lansia di dukuh kebunturi katur gayam bojonegoro
Tabel 4.2 Definisi Operasional hubungan dukungan sosial keluarga dengan fungsi kognitif pada lansia di dukuh kebunturi katur gayam bojonegoro
Tabel 4.3 Kriteria Koefisien Korelasi Menurut Guilford
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara fungsi kognitif dengan dukungan sosial pada lansia di Kelurahan Ganting Andalas (p

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar lansia dengan kualitas hidup kurang (62,4%), fungsi keluarga kurang (72%), dukungan sosial keluarga rendah (54,4%) dan

Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan lansia dalam mengikuti posyandu lansia di Posyandu lansia Jetis Desa Krajan Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo.Skripsi STIKES

Hasil penelitian Dukungann Sosial Dengan Fungsi Kognitif Pada Lansia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Pasuruan: Sebagian besar responden memiliki dukungan sosial

Kesimpulannya adalah ada hubungan antara tipe kepribadian dengan tingkat kepuasan interaksi sosial lansia di posyandu lansia dusun gedangan desa ngudirejo

Berdasarkan hasil penelitian Kristyaningsih (2011) dengan judul Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia menyatakan bahwa hampir seluruh

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan lansia dalam mengikuti kegitan posyandu.Desain penelitian ini menggunakan desain

Apakah ada hubungan dukungan keluarga dengan intensi berhenti konsumsi minuman keras pada remaja usia 15-21 tahun berbasis Plan Behavior Model di Desa Puton