• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL SKRIPSI HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA PASURUAN DEVI ELFIANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "JURNAL SKRIPSI HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA PASURUAN DEVI ELFIANI"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA

PASURUAN

DEVI ELFIANI 1514201003

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAJAPAHIT

MOJOKERTO 2019

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini kami selaku Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit Mojokerto :

Nama : Devi Elfiani NIM : 1514201003

Program Studi : S1 Ilmu Keperawatan

Setuju/tidak setuju*) naskah jurnal ilmiah yang disusun oleh yang bersangkutan setelah mendapat arahan dari Pembimbing, dipublikasikan dengan/tanpa*) mencantumkan nama tim pembimbing sebagai co-author.

Demikian harap maklum.

Mojokerto, Juni 2019

Devi Elfiani NIM : 1514201003

Mengetahui,

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Dr. Abdul Muhith, S.Kep., Ns Ike Prafita Sari, S.Kep. Ns., M.Kep

NIK. 220 250 097 NIK. 220 250 134

(3)

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA

PASURUAN

DEVI ELFIANI 1514201003

Mengetahui,

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Dr. Abdul Muhith, S.Kep., Ns Ike Prafita Sari, S.Kep. Ns., M.Kep

NIK. 220 250 097 NIK. 220 250 134

(4)

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA

PASURUAN Devi Elfiani

Program Studi S1 Keperawatan STIKes Majapahit Mojokerto Email : elfianidephy4@gmail.com

Ike Prafita Sari,S.Kep.Ns,M.Kep

Program Studi S1 Keperawatan STIKes Majapahit Mojokerto Email : ikkeshary@gmail.com

Dr. Abdul Muhith, S.Kep., Ns

Program Studi S1 Keperawatan STIKes Majapahit Mojokerto Email : abdulmuhith1975@gmail.com

ABSTRAK

Lansia merupakan proses penuaan apabila usianya 65 tahun ke atas, lansia merupakan tahapan lanjut dari proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stress fisiologis. Tujuan penelitian adalah mengetahui korelasi hubungan dukungan sosial dengan fungsi kognitif di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Pasuruan. Jenis penelitian ini menggunakan metode analitik koreasional dengan teknik purposive sampling, diketahui jumlah sampel 31 lanjut usia. Hasil penelitian bahwa sebagian besar dukungan sosialnya buruk yaitu sebanyak 23 responden (74,2 %) dan sebagian besar gangguan fungsi kognitifnya ringan yaitu sebanyak 18 responden (58,1 %). Berdasarkan hasil statistik uji chi square dengan bantuan software SPSS pada taraf sig (0,05) diperoleh hasil p bahwa nilai korelasi 0,000 (>0,05) jadi dapat disimpulkan bahwa ada hubungan signifikan antara dukungan sosial dengan fungsi kognitif pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Pasuruan.

Kata Kunci : Dukungan Sosial, Fungsi Kognitif, Lanjut Usia

ABSTRACT

Elderly is an aging process when he is 65 years and over, while the elderly are an advanced stage of the life process characterized by a decrease in the body's ability to adapt to environmental stress which is characterized by a person's failure to maintain balance with physiological stress conditions. The purpose of the study was to determine the correlation of social support relationships with cognitive functions in the UPT of the Social Services of Tresna Werdha Pasuruan. This type of research uses a choreographic analytical method with a purposive sampling technique, known to be the number samples of 31 elderly. The results of the study showed that most of the social support was poor, as 23 respondents (74.2%) and most of cognitive function disorders were mild, namely as many as 18 respondents (58.1%). The results of the chi square test statistics with the help of SPSS software at the level of sig (0.05), the results obtained p that the correlation value is 0,000 (> 0.05) so it can be concluded that

(5)

there is a significant relationship between social support and cognitive functions in the elderly in the UPT Social Services Tresna Werdha Pasuruan.

Keywords: Social Support, Cognitive Function, Elderly

PENDAHULUAN

Lansia merupakan proses penuaan apabila usianya 65 tahun ke atas, sedangkan lansia merupakan tahapan lanjut dari proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stress fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta kepekaan secara individual. Sedangkan lansia menurut BKKBN (1995), adalah individu yang berusia di atas 60 tahun pada umumnya memiliki tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi-fungsi biologis, psikologis, sosial, ekonomi, (Muhith, & Siyoto 2016).

Badan kesehatan dunia WHO menyatakan bahwa penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 mendatang sudah mencapai angka 11,34 % atau tercatat 23,8 juta orang menyebabkan jumlah penduduk lansia tersebar di dunia (Muhith dan siyoto, 2016). Berdasarkan data proyeksi penduduk, diperkirakan tahun 2017 erdapat 23,66 juta jiwa penduduk lansia di Indonesia (9,03%).

Diprediksi jumlah penduduk lansia tahun 2020 (27,08 juta), tahun 2025 (33,69 juta), tahun 2030 (40,95 juta), dan tahun 2035 (48,19 juta) (Kementerian Kesehatan, 2017). Di Mojokerto jumlah lansia usia 6,54% (Profil Kesehatan Kota Mojokerto, 2017).

World Health Organisation (WHO) melaporkan bahwa prevalensi

penurunan fungsi kognitif meningkat sejalan bertambahnya usia, kurang dari 3 % terjadi pada kelompok usia 65-75 dan lebih dari 25 % terjadi pada kelompok usia 85 tahun ke atas (Putra, dkk, 2014).Berdasarkan data statistik 39% orang pada usia 50-60 tahun mengalami mudah lupa dan angka ini menjadi 85% pada usia di atas 80 tahun. Ciri-ciri kognitifnya adalah proses berfikir melambat, kurang menggunakan strategi memori yang tepat, kesulitan memusatkan perhatian, mudah beralih pada hal yang kurang perlu, memerlukan waktu yang lebih lama

(6)

untuk belajar sesuatu yang baru dan memerlukan lebih banyak petunjuk/isyarat (cue) untuk mengingat kembali (Legowo, 2015).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 12 Maret 2019 di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Pasuruan pada 7 orang lansia melalui kuisioner dan wawancara, dari data tersebut terdapat 4 orang lansia yang mengalami gangguan kognitif dan 3 orang lansia tidak mengalami gangguan fungsi kognitif. Dari 4 orang lansia yang mengalami gangguan fungsi kognitif diketahui tidak mendapatkan perhatian dari keluarga terdekat.

Lanjut usia membutuhkan bantuan atau dukungan yang diterima individu dari orang-orang tertentu dalam kehidupannya dan berada dalam lingkungan sosial tertentu yang membuat si penerima merasa diperhatikan, dihargai, dan dicintai. Orang yang menerima dukungan sosial memahami makna dukungan sosial yang diberikan oleh orang lain. Jenis dukungan sosial semacam ini memungkinkan seseorang memperoleh kerekatan (kedekatan) emosional sehingga menimbulkan rasa aman bagi yang menerima. Orang yang menerima dukungan sosial semacam ini merasa tenteram, aman, dan damai yang ditunjukkan dengan sikap tenang dan bahagia. Sumber dukungan sosial semacam ini yang paling sering dan umum adalah diperoleh dari pasangan hidup, atau anggota keluarga/teman dekat/sanak keluarga yang akrab dan memiliki hubungan harmonis. (Tumanggor, Ridho, & Nurrochim, 2010).

Menurut Wreksoatmodjo (2012) kemunduran fungsi kognitif pada aspek memori dapat berupa mudah lupa (forgetfulness) yang merupakan bentuk gangguan kognitif yang paling ringan. Gejala mudah lupa diperkirakan dikeluhkan oleh 39% lanjut usia yang berusia 50-59 tahun, meningkat menjadi lebih dari 85% pada usia lebih dari 80 tahun. Di fase ini seseorang masih bisa berfungsi normal walaupun mulai sulit mengingat kembali informasi yang telah dipelajari.

Dukungan sosial dapat diberikan oleh anggota keluarga, tempat ibadah, teman-teman, tetangga, dan lain-lain. Seseorang membutuhkan seseorang lainnya untuk berpaling, curhat, dan selalu ada selama masa sehat dan sakit (Meiner, 2011). Dukungan sosial telah terbukti sebagai faktor pelindung yang penting dalam menjaga fungsi kognitif lansia. Dukungan sosial biasanya mengacu pada

(7)

penyediaan sumber daya psikologis dan sumber material untuk individu oleh orang lain yang signifikan seperti anggota keluarga atau teman-teman (Barrera, 1986; dalam Zhu, Hu, dan Efird, 2012).

Menurut penelitian Corry Pathia (2015), kepada perawat komunitas diharapkan agar memberikan pendidikan kesehatan mengenai fungsi kognitif, meliputi pengertian, ciri-ciri penurunan fungsi kognitif, penyebab penurunan fungsi kognitif, dan pencegahan penurunan fungsi kognitif. Perawat komunitas juga diharapkan mampu berkoordinasi dengan kader posyandu lansia sehingga program senam otak untuk meningkatkan fungsi kognitif lansia dapat dijalankan.

Diharapkan agar keluarga agar membantu lansia meningkatkan fungsi kognitifnya dengan lebih sering mengajak lansia mengobrol, menonton TV, membaca, mengisi TTS ataupun kegiatan lainnya yang dapat meningkatkan fungsi kognitif lansia.

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif, desain penelitian deskriptif korelatif, pendekatan cross sectional. Variabel independent dalam penelitian ini adalah dukungan sosial. Variabel dependent dalam penelitian ini adaalah fungsi kognitif.Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang tinggal di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Pasuruan sebanyak 107 orang. Penentuan jumah sampel menggunakan teknik Non probality sampling dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik purposive sampling atau judgement sampling adalah suatu teknik penepatan sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat, mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal (Nursalam, 2017). Jumlah sampel yang diambil sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak 31 sampel.

Pengumpulan data untuk dukunganyaitu dengan menggunakan kuisioner SSQ sedangkan untuk fungsi kognitif kognitif dengan menggunakan kuisioner MMSE (Mini-Mental State Exam) dan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Data yang diperoleh selanjutnya di analisis korelasi menggunakan uji chi square.

(8)

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Responden

Tabel 1 Distribusi frekuensi berdasarkan usia responden di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha pasuruan

No. Umur Jumlah (f) Prosentase (%)

1 45 – 59 tahun 0 0

2 60 – 74 tahun 23 74,2

3 75 - 90 tahun 5 16,1

4 >90 tahun 3 9,7

Total 31 100

Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 31 responden sebagian besar berumur 60-74 tahun yaitu sebanyak 23 responden dengan presentase 74,2%

b. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden

Tabel 2 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin responden di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha pasuruan

No Jenis Kelamin Jumlah (f) Prosentase (%)

1 Laki – laki 8 25,8

2 Perempuan 23 74,2

Total 31 100

Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 31 responden sebagian besar berjenis kelaminperempuan yaitu sebanyak 23 responden dengan presentase 74,2 %

c. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Responden

Tabel 3 Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan responden di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha pasuruan

No Pendidikan Jumlah (f) Prosentase (%)

1 Tidak Sekolah 20 64,5

2 SD 6 19,4

3 SMP 1 3,2

4 SMA 3 9,7

5 Perguruan Tinggi/Sederajat 1 3,2

Total 31 100

Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 31 responden sebagian besar tidak sekolah yaitu sebanyak 20 responden dengan presentase 64,5 %.

d. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dukungan Sosial Responden Tabel 4 Distribusi frekuensi Dukungan Sosial Responden di UPT

Pelayanan Sosial Tresna Werdha pasuruan

No Dukungan Sosial Jumlah (f) Prosentase (%)

1 Baik 8 25,8

2 Buruk 23 74,2

Total 31 100

(9)

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa dari 31 responden sebagian besar dukungan sosialnya buruk yaitu sebanyak 23 responden dengan presentase 74,2 %.

e. Fungsi Kognitif Lansia

Berikut ini dijabarkan data fungsi kognitif lansia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Pasuruan yaitu sebagai berikut :

Tabel 5 Distribusi frekuensi Fungsi Kognitif responden di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Pasuruan

No Fungsi Kognitif Jumlah (f) Prosentase (%)

1 Normal 7 22,6

2 Gangguan kognitif ringan 18 58,1

3 Gangguan kognitif sedang 6 19,4

4 Gangguan kognitif berat 0 0

Total 31 100

Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa dari 31 responden sebagian besar gangguan fungsi kognitifnya ringan yaitu sebanyak 18 responden dengan presentase 58,1 %.

f. Dukungan Sosial Lansia

Berikut ini dijabarkan data dukungan sosial lansia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Pasuruan yaitu sebagai berikut :

Tabel 6 Hubungan dukungan sosial dengan fungsi kognitif pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Pasuruan

Dukungan Fungsi Kognitif Total

Sosial Normal Gangguan kognitif

ringan

Gangguan Kognitif

Sedang

f % f % f % f %

Baik 7 22,6 0 0 1 3,2 8 25,8

Buruk 0 0 18 58,1 5 16,1 23 74,2 Total 7 22,6 18 58,1 6 19,4 31 100 Melalui hasil uji chi squarenilai sig 0,000 α : 0,05

Berdasarkan tabulasi silang diatas menunjukkan bahwa sebagian kecil dukungan sosial baik sebanyak 8 responden (25,8%) dan sebagian kecil mempunyai gangguan kogntif sedang sebanyak 7 responden (22,6%) sedangkan sebagian besar dukungan sosial buruk sebanyak 23 responden (74,2%) dan sebagian besar gangguan kognitif ringan sebanyak 18 responden (58,1%).Melalui hasil statistik uji chi square dengan bantuan software SPSS pada taraf sig (0,05) diperoleh hasil p bahwa nilai korelasi

(10)

0,000 (>0,05) artinya ada hubungan dukungan sosial dengan fungsi kognitif pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Pasuruan.

PEMBAHASAN

1. Dukungan Sosial pada Lansia

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 31 responden sebagian besar dukungan sosialnya buruk yaitu sebanyak 23 responden dengan presentase (74,2 %).

Seiring dengan pertambahan usia, lansia akan mengalami proses degeneratif baik dari segi fisik maupun segi mental. Menurunnya derajat kesehatan dan kemampuan fisik akan mengakibatkan orang lanjut usia secara perlahan menarik diri dari hubungan dengan masyarakat sekitar.

Hal ini dapat menyebabkan interaksi sosial menurun (Fitria 2011).

Padahal, partisipasi sosial dan hubungan interpersonal merupakan bagian yang cukup penting untuk kesehatan fisik, mental, dan emosional bagi lansia. Penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan sosial mempunyai efek yang positif pada kesejahteraan emosional lansia dan kesehatan fisik serta diprediksi dapat menurunkan resiko kematian. Lansia sering kehilangan kesempatan partisipasi dan hubungan sosial. Interaksi sosial cenderung menurun disebabkan oleh kerusakan kognitif, kematian teman, fasilitas hidup atau home care (Estelle, Kirsch, & Pollack, 2006). Kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain akan dimiliki oleh individu sampai akhir hayat. Namun, sebagian dari individu masih merasa kesepian ketika tidak memiliki lawan interaksi untuk berbagi masalah (Annida, 2010).

Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah kurangnya bersosialisasi dengan semua orang dalam segala usia sehingga lansia tidak dapat berkomunikasi dan berbagi pengalaman tentang kehidupannya (Fitria, 2017). Jaringan sosial yang kurang dapat mempunyai risiko lebih besar untuk mempunyai fungsi kognitif buruk dibandingkan dengan mereka yang jaringan sosialnya baik. Demikian juga para lanjut usia yang aktivitas sosialnya kurang mempunyai risiko lebih besar untuk mempunyai fungsi kognitif buruk dibandingkan dengan mereka yang aktivitas sosialnya baik (Wreksoatmodjo, 2013).

(11)

2. Fungsi Kognitif pada Lansia

Berdasarkan tabel 4.5 menunujukkan bahwa dari 31 responden sebagian besar gangguan fungsi kognitif ringan yaitu sebanyak 18 responden (58,1%).

Lansia yang mengalami kesulitan dalam mengingat atau kurangnya pengetahuan penting dilakukan pengkajian fungsi kognitif dengan tujuan dapat memberikan informasi tentang fungsi kognitif lansia. Pengkajian fungsi kognitif pada lansia berfungsi untuk membantu mengidentifikasi lansia yang berisiko mengalami penurunan fungsi kognitif (Gallo, Reichel

& Andersen, 2000).

Dampak dari menurunnya fungsi kognitif pada lansia akan menyebabkan bergesernya peran lansia dalam interaksi sosial di masyarakat maupun dalam keluarga. Hal ini didukung oleh sikap lansia yang cenderung egois dan enggan mendengarkan pendapat orang lain, sehingga mengakibatkan lansia merasa terasing secara sosial yang pada akhirnya merasa terisolir dan merasa tidak berguna karena tidak ada penyaluran emosional melalui bersosialisasi. Keadaan ini menyebabkan interaksi sosial menurun baik secara kualitas maupun kuantitas, karena peran lansia digantikan oleh generasi muda, dimana keadaan ini terjadi sepanjang hidup dan tidak dapat dihindari (Stanley & Beare, 2007)..

3. Hubungan Dukungan Sosial dengan Fungsi Kognitif Pada Lansia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Pasuruan.

Berdasarkan tabulasi silang diatas menunjukkan bahwasebagian kecil dukungan sosial baik sebanyak 8 responden (25,8%) dan sebagian kecil mempunyai gangguan kogntif sedang sebanyak 7 responden (22,6%) sedangkan sebagian besar dukungan sosial buruk sebanyak 23 responden (74,2%) dan sebagian besar gangguan kognitif ringan sebanyak 18 responden (58,1%). Melalui hasil statistik uji chi square dengan bantuan software SPSS pada taraf sig (0,05) diperoleh hasil korelasi bahwa nilai korelasi 0,000 (>0,05) artinya ada hubungan dukungan sosial dengan

(12)

fungsi kognitif pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Pasuruan.

Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 18 responden dengan presentase (58,1%) mengalami gangguan kognitif yang ringan dengan dukungan sosial yang buruk. Hasil penelitian sebelumnya (Fitria, 2017) didapatkan 59% responden memiliki dukungan sosial buruk. Fungsi kognitif lansia menunjukkan 37,2% responden mengalami gangguan kognitif ringan dan 26,6% memiliki gangguan kognitif sedang. Menurut Desmita (2010), perkembangan kognitif pada lansia pada umumnya proses kognitif, memori dan inteligensi mengalami penurunan bersamaan dengan terus bertambahnya usia. Pada penelitian ini faktor usia sangat berpengaruh terhadap penurunan daya ingat, namun pada lansia dapat mempertahankan kemampuan yang ada dengan terus memberikan stimulasi pada otak seperti terus-menerus melakukan komunikasi.

Komunikasi merupakan salah satu bentuk dukungan sosial emosional yang dapat diberikan kepada lansia.

Menurut penelitian (Ramadian, Maja, & Runtuwene, 2013) berdasarkan jenis kelamin dapat terlihat bahwa gangguan fungsi kognitif banyak dialami oleh 7 perempuan yaitu pada TMT-A (94,7%) terganggu dan TMT-B (71,9%) terganggu. Namun pada penelitian oleh Tombaugh (2003) dan Ashendorf, dkk (2007) tidak menemukan adanya hubungan antara jenis kelamin pada pemeriksaan TMT.10,11 Perbedaan yang terjadi pada penelitian ini dikarenakan tidak seimbangnya jumlah sampel antara laki-laki dan perempuan. Pada penelitian ini sebagian besar responden memiliki gangguan kognitif ringan yang banyak di alami oleh para lansia perempuan, hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa perempuan lebih banyak mengalami gangguan fungsi kognitif Penurunan fungsi kognitif. Penurunan fungsi kognitif pada perempuan disebabkan adanya peranan level hormon seks endogen.

Reseptor esterogen telah ditemukan dalam area otak yang berperan dalam fungsi belajar dan memori, seperti hipokampus yang mempengaruhi penurunan pada fungsi kognitif.

(13)

Menurut penelitian (Ramadian, Maja, & Runtuwene, 2013) Pada pemeriksaan MMSE dan TMT berdasarkan tingkat pendidikan di tiga yayasan manula di kecamatan Kawangkoan menunjukkan hasil penurunan fungsi kognitif terbanyak pada tingkat pendidikan lulusan SD. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Lopez dkk di kutuip oleh Ramdhani (2012) yang menyatakan tingkat pendidikan rendah merupakan salah satu prediktor terjadinya gangguan kognitif. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa banyaknya para lansia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Pasuruan yang tidak bersekolah sulit dalam mengelola pola pikirnya untuk mencari jalan keluar solusi untuk mengatasi gangguan fungsi kognitif.

Menurut hasil penelitian terdahulu (Corry Pathia, 2015) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara fungsi kognitif dengan dukungan sosial pada lansia di Kelurahan Ganting Andalas (p value 0,000) dengan kekuatan hubungan sedang (0,564) dana rah korelasi yang positif, artinya semakin tinggi dukungan sosial yang dirasakan lansia, maka semakin tinggi pula fungsi kognitifnya, dan sebaliknya semakin rendah dukungan sosial yang dirasakan lansia, semakin rendah pula fungsi kognitifnya.

Hasil penelitian terdahulu (Fitria, 2017) didapatkan 59% responden memiliki dukungan sosial buruk. Fungsi kognitif lansia menunjukkan 37,2% responden memiliki gangguan kognitif ringan dan 26,6% memiliki gangguan kognitif sedang. Responden yang memiliki fungsi afektif tidak baik sebanyak 65,5%. Hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan antara dukungan sosial dengan fungsi kognitif dengan (p value : 0,000 ; p value < 0,005). Analisa uji chi square yakni ada hubungan antara dukungan sosial dengan fungsi afektif menunjukkan (p value : 0,000 ; p value < 0,005). Penelitian ini diharapkan agar lansia membina hubungan yang lebih dekat dengan keluarga maupun dengan orang yang terdekat untuk mencegah penurunan fungsi kognitif dan fungsi afektif.

(14)

SIMPULAN DAN SARAN

Hasil penelitian Dukungann Sosial Dengan Fungsi Kognitif Pada Lansia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Pasuruan: Sebagian besar responden memiliki dukungan sosial yang buruk. Sebagian besar responden memiliki gangguan kognitif yang ringan. Ada hubungan dukungan sosial dengan fungsi kognitif pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Pasuruan. Saran Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian mengenai dukungan sosial dengan fungsi kognitif pada lansia dengan memperbesar jumlah sampel, tingkat usia yang berbeda serta penerapan dukungan sosial yang berbeda dan dengan menggunakan rancang bangun menggunakan pendekatan ”cohort”.

DAFTAR PUSTAKA

Al, R. T. et. (2010). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. (E. Wahyudin, Ed.) (3rd ed.).

Jakarta: KENCANA.

Ardi, D. (2011). Hubungan antara ketuntasan belajar pendidikan agama islam dengan kematangan kognitif siswa (survei pada sekolah menengah pertama negeri 02 Bekasi), 1.

Asosiasi Azheimer Indonesia. (2003). Konsensus Nasional. Pengenalan dan Penatalaksanaan Demensia Alzheimer dan Demensia lainnya. Jakarta.

Dewi, S. R. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. (E. Supriyanto, Ed.).

Yogyakarta: BUDI UTAMA.

Fadhia, N., Ulfiana, E., & Ismono, S. R. (2012). Hubungan fungsi kognitif dengan kemadirian dalam melakukan aktivities of daily living pada lansia di UPT PSLU Pasuruan.

Fatmah. (2010). Diagnostic test of predicted height model in Indonesian elderly : a study in an urban area, 19.

Fitria, M. (2017). Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Fungsi Kognitif dan Fungsi Afektif Lansia di Dusun Sumberejo Kecamatan Geger Kabupaten Madiun. Universitas Diponegoro.

Herlinah, L. (2013). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Perilaku Lansia Dalam Pengendalian Hipertensi.

Kartinah, N.T., Komariyah L., Giriwijoyo, S. (2006). Sport Medicine. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia.

Legowo. (2015). Hipertensi sebagai faktor risiko penurunan fungsi kognitif pada lansia di posyandu lansia rajabasa Bandar Lampung. Universitas Lampung.

Maryam, R. S. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. (D. J. Asmara, Ed.). Jakarta: Salemba Medika.

Maslihah, S. (2011). Studi Tentang Hubungan Dukungan Sosial, Penyesuaian Sosial Di Lingkungan Sekolah Dan Prestasi Akademik Siswa SMPT Assyfa Boarding School Subang Jawa Barat, 10.

Mongisidi. (2013). Profil penurunan fungsi kognitif pada lansia di yayasan-

(15)

yayasan manula di Kecamatan Kawangkoan, 1.

Muhith, A. (2013a). Buku Ajar : Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:

Nuha Medika.

Muhith, A. (2013b). Stabilitas tekanan darah pada lansia di Panti Werdha Mojopahit Kabupaten Mojokerto.

Muhith, A. (2014). Pengaruh terapi william flexion exercise terhadap nyeri punggung bawah pada lansia.

Muhith, A. (2015). Kemampuan Fungsional Lansia di UPT Panti Werdha Majapahit Mojokerto.

Muhith, A. (2016a). Pengaruh pola makan dan merokok terhadap kejadian gastritis pada lansia, 9.

Muhith, A. (2018). Senam tai chi dalam menurunkan kecemasan lansia.

Muhith, A. et al. (2016b). Pendidikan Keperawatan Gerontik. (Putri Christian, Ed.). Yogyakarta: ANDI.

Notoadmodjo. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Nugroho. (2014). Hubungan antara kemampuan kognitif dan kemampuan psikomotorik di bidang teknologi informasi dan komunikasi di SMP Negeri 21 Surakarta.

Nugroho, W. (2006). Komunikasi dalam keperawatan gerontik. (D. R. Anggoro, Ed.). Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Nursalam. (2008). Asuhan Keperawatan pada pasien terinfeksi. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Parasari, G. A. T. (2015). Hubungan dukungan sosial keluarga dengan tingkat depresi pada lansia di Kelurahan Sading, 2, 68–77.

Pathia, C. (2015). Hubungan Dukungan Sosial Dengan Fungsi Kognitif Pada Lansia Di Kelurahan Ganting Andalas Padang. Universitas Andalas.

PERDOSSI. (2008). Neurobehaviour pada stroke. Jakarta: Modul Neurobehaviour.

Ramadian, D. A. (2013). Gambaran fungsi kognitif pada lansia di tiga yayasan manula di Kecamatan Kawangkoan.

Rosita, M. D. (2012). Hubungan antara fungsi kognitif dengan kemampuan interaksi sosial pada lansia di Kelurahan Mandan Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo.

Sampelan, I. (2015). Hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di Desa Batu Kecamatan Likupang Selatan Kabupaten Minahasa Utara, 3.

Sanjaya, A. (2012). Hubungan interaksi sosial dengan kesepian pada lansia.

Santoso, H. et al. (2009). Memahami Krisis Lanjut Usia. (R. U. Napitupulu, Ed.).

Jakarta: BPK.

Saputri, M. A. W. (2011). Hubungan antara dukungan sosial dengan depresi pada lanjut usia yang tinggal di Panti Wreda Wening Wardoyo Jawa Tengah.

Sarafino, E. (2011). Health Psychology Biopsychosocial Interactions, 7th Edition.

United States of America.

Septianingsih, D. S. (2012). Kesepian pada lanjut usia : studi tentang bentuk,

(16)

faktor pencetus dan strategi koping.

Taylor. (2012). Health Psychology (8th Ed). New York: Mc- Graw Hill.

Wardani, S. A. (2017). Hubungan dukungan keluarga dengan fungsi kognitif pada lansia diabetes mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Purwosari. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Wreksoatmodjo. (2012). Pemeriksaan Status Mental Mini pada Usia Lanjut di Jakarta. Jurnal Medika, Vol.XXX.

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini Senin tanggal dua puluh empat bulan September tahun dua ribu dua belas pukul 16.30 Wib, kami Panitia Pengadaan Barang/Jasa Dinas Pertanian Kabupaten Nias yang

Perlunya diadakan penelitian yang lebih spesifik lagi berkaitan dengan pengaruh media massa, pengaruh teman, citra tubuh, perilaku makan, dan aktivitas fisik pada

Tingkah laku efektif adalah tingkah laku yang menyangkut keanekaragaman perasaan seperti; takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was, dan sebagainya.

 presentasi dari dari pi'ak pi'ak )) )) Telkom Telkom Bandung Bandung tentang tentang teknologiteknologi teknologiteknologi yang yang dipergunakan di sana

Tugas Sarjana ini berjudul “ Rancang Bangun Alat Penguji Kapasitor Adsorpsi Adsorben Alumina Aktif Terhadap Refrigeran” yang akan membahas tentang pengujian terhadap

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan ijin- Nya dan segala limpahan rahmat-Nya akhirnya Tugas Akhir dengan judul “FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Dalam mengikuti tes masuk perguruan tinggi terdapat 120 soal, ditetapkan bahwa setiap menjawab soal benar diberi skor 4, menjawab soal salah diberi skor –2

Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Gunarto (2007) mengenai pengaruh tingkat perputaran piutang dan tingkat perputaran persediaan terhadap rentabilitas