• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Perilaku Pacaran 1. Perilaku

a. Pengertian

Dalam buku Notoatmodjo (2007) seorang ahli psikologi Skinner (1938) menyatakan bahwa respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar) disebut dengan perilaku. Sedangkan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok atau masyarakat disebut dengan perilaku menurut Blum dalam buku Notoatmodjo (2007).

Semua kegiatan atau aktifitas manusia , baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar disebut dengan perilaku. Baik dalam hal kepandaian, bakat, sikap, minat maupun kepribadian perilaku manusia antara yang satu dengan yang lain tidak sama (Novita dan Franciska, 2011).

Dari segi biologis, semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar disebut dengan perilaku (Notoatmodjo, 2007).

Terdapat 4 alasan pokok yang mengatakan bahwa penyebab seseorang berperilaku tertentu menurut Teori World Health Organization (WHO), antara lain:

(2)

Pemikiran dan perasaan (Throughts and feeling), yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan, dan penilaian seseorang terhadap objek (dalam hal ini adalah objek kesehatan).

1) Pengetahuan

Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.

2) Kepercayaan

Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. 3) Sikap

Sikap dapat menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap subyek. 4) Orang penting sebagai referensi

Perilaku orang lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang menurut dia penting.

5) Sumber-sumber daya (resource)

Sumber daya disini mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga, dan sebagainya.

6) Kebudayaan

Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai, dan penggunaan sumber-sumber dala suatu masyarakat akan menghasilkan pola hidup (way of life).

(3)

Menurut Maulana (2009) perilaku dapat dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus, maka perilaku manusia dibagi menjadi dua, yaitu :

1) Perilaku tertutup (covert behavior)

Respons atau reaksi yang bersifat tertutup atau terselubung.

Sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum bisa diamati secara jelas oleh orang lain, dikarenakan respons atau reaksi terhadap stimulus masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran.

2) Perilaku terbuka (overt behavior)

Bentuk perilaku ini sudah sudah dalam bentuk tindakan atau praktek (practice). Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan yang nyata atau terbuka.

c. Determinan Perilaku

Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut dengan determinan perilaku. Menurut Novita (2011) dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1) Determinan atau faktor internal, yaitu karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya.

2) Determinan atau faktor eksternal, yaitu faktor dari luar individu dan tidak bersifat bawaan, termasuk di dalamnya adalah lingkungan baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.

(4)

Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo 2003, faktor yang mempengaruhi perilaku yaitu:

1) Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)

Faktor yang mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, norma agama, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan kebudayaan masyarakat terhadap perilaku.

2) Faktor Pemungkin (Enabling Factor)

Faktor yang mencakup ketersediaan sarana dan prasarana serta keterjangkauan fasilitas yang tersedia bagi masyarakat. Sumber daya itu meliputi fasilitas pelayanan kesehatan, personalia sekolah, klinik atau sumber daya yang serupa. Faktor pemungkin ini juga menyangkut keterjangkauan berbagai sumber daya. Biaya, jarak, ketersedian transportasi, jam buka, dan sebagainya. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku.

3) Faktor Penguat (Reinforcing Factor)

Faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak disebut dengan faktor penguat. Sumber penguat menentukan, bergantung pada tujuan dan jenis program. Faktor penguat dapat bernilai positif atau negatif bergantung pada sikap dan perilaku orang lain yang berkaitan, yang sebagian diantaranya lebih kuat dari pada yang lain dalam mempengaruhi perilaku. Dalam penelitian ini faktor penguat adalah teman sebaya yang terkait dengan perilaku.

(5)

Cara mengukur indikator perilaku atau praktik yang paling akurat menurut Notoadmodjo (2003) yaitu melalui pengamatan atau observasi. Namun juga dapat dilakukan melalui wawancara dengan pendekatan recall atau mengingat kembali perilaku yang telah dilakukan oleh informan beberapa waktu yang lalu.

2. Pacaran a. Pengertian

Pacaran adalah masa pendekatan yang ditandai dengan adanya saling pengenalan pribadi baik kekurangan atau kelebihan masing-masing individu dari kedua lawan jenis..Bila masa pacaran berlanjut, maka dianggap sebagai masa persiapan individu untuk dapat memasuki masa pertunangan atau masa pernikahan (Dariyo, 2004).

Ada 2 aspek yang mempengaruhi ketertarikan antar remaja yang berpacaran yaitu: intimasi dan passion.

1) Intimasi adalah hubungan yang akrab, intim, menyatu, saling percaya, dan saling menerima antar individu yang satu dengan individu yang lain.

2) Passion adalah terjadinya hubungan antar individu tersebut, lebih dikarenakan oleh unsur-unsur biologis seperti ketertarikan fisik atau dorongan seksual.

Dengan adanya kedua faktor ini, maka para ahli menyebutnya sebagai masa percintaan atau pacaran yang romantis (Dariyo, 2004).

(6)

Banyak sebagian dari orang tua yang mengatakan bahwa gaya pacaran remaja zaman sekarang sudah tidak sehat dan terlalu berani. Sebenarnya definisi gaya pacaran sehat menurut Iwan (2010) dapat dijelaskan sebagai berikut :

Pacaran yang sehat adalah pacaran yang baik serta dapat dipengaruhi oleh 4 faktor antara lain sehat secara fisik, sehat secara psikis, sehat secara sosial, dan sehat secara seksual.

1) Gaya pacaran sehat a) Sehat secara fisik.

Pasangan yang memiliki rasa sayang terlalu berlebihan terhadap kekasihnya justru dapat memicu hubungan tesebut menjadi tidak sehat. Karena terlalu sayang, terkadang seseorang bisa bersikap terlalu mudah cemburu terhadap pasangannya. Misalnya, apabila pasangannya memiliki hubungan pertemanan dengan lawan jenis lain, hal ini dapat membuatnya cemburu dan bisa saja terjadi suatu kekerasan terhadap pasangannya. Bisa hanya dicubit, tetapi bisa juga ditampar maupun dipukuli. Gaya pacaran seperti ini sudah bisa dikatakan tidak sehat karena telah menyakiti fisik pasangan.

b) Sehat secara psikis.

Setiap hubungan tentu harus disepakati oleh kedua pihak tanpa adanya pemaksaan kehendak satu sama lain sehingga dalam hubungan tersebut

(7)

seseorang benar-benar bisa mendapatkan kenyamanan dan dapat membangun komitmen dengan baik, jangan sampai ada rasa keterpaksaan dalam membangun hubungan, misalnya karena rasa kasihan, rasa tidak tega, dan lain-lain. Rasa keterpaksaan tersebut tentu telah masuk ke dalam kategori pacaran yang tidak sehat secara psikis.

c) Pacaran sehat secara sosial.

Sikap-sikap yang dilakukan dalam proses pacaran yang dapat dilihat masyarakat dengan baik disebut dengan pacaran sehat secara sosial. Sekarang ini banyak remaja yang tidak mengenal waktu dalam berpacaran, misalnya berkunjung kerumah pacar sampai larut malam. Hal tersebut tentu akan membuat pandangan masyarakat terhadap pasangan yang terpaut terlalu jauh juga sudah dapat dikategorikan sebagai gaya pacaran tidak sehat secara sosial.

d) Pacaran sehat secara seksual.

Dengan aktifitas seksual banyak remaja yang beranggapan bahwa untuk mengungkapkan rasa cinta dan rasa sayang harus dilakukan dengan aktifitas tersebut. Biasanya aktifitas seksual ini dimulai dari hal-hal kecil, tetapi lama-lama bisa merembet ke hal-hal yang lebih berbahaya secara seksual. Kalangan remaja biasa menyebut gaya pacaran yang tidak sehat secara seksual ini dengan kissing, necking, petting dan intercourse atau disingkat dengan istilah KNPI.

(8)

Gaya pacaran tidak sehat (KNPI) merupakan singkatan dari kissing, necking, petting, intercourse. Tujuan para remaja melakukan KNPI yaitu untuk menunjukan rasa cinta, yang sebenarnya dapat ditunjukan dengan beragam cara dan tidak harus dengan aktifitas seksual. Biasanya perilaku mencemaskan ini dimulai dengan berciuman (kissing) dengan pasangan, kemudian lama-lama berlanjut ke necking (mencium leher sampai meraba-raba tubuh). Jika sudah sampai ke tahap necking maka sangat mungkin untuk berlanjut ke petting (saling menggosok-gosokkan alat kelamin). Apabila telah melakukan petting maka biasanya aktivitas ini berlanjut pada tahap intercourse. Rangsangan yang dihasilkan oleh petting dapat menyebabkan motivasi yang sangat besar bagi pasangan untuk melakukan intercourse atau hubungan seksual. Dengan terjadinya intercourse, maka resiko terjadinya kehamilan akan sangat besar (Iwan, 2010).

a) Kissing

Ciuman adalah hal yang sudah umum dilakukan. Berciuman dengan bibir serta mulut yang terbuka dan termasuk menggunakan lidah itulah yang dimaksud dengan French kiss (Mira, 2010).

b) Necking

Berciuman biasanya termasuk mencium wajah dan leher. Necking adalah istilah yang pada umumnya digunakan untuk menggambarkan ciuman dan pelukan yang lebih mendalam (Mira, 2010).

(9)

Petting adalah merasakan dan mengusap-ngusap tubuh pasangannya meskipun diluar atau di dalam pakaian termasuk lengan, dada, buah dada, kaki, dan kadang-kadang sampai ke daerah kemaluan (Mira, 2010).

d) Intercourse

Aktifitas seksual dengan cara memasukkan alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin perempuan. Aktifitas ini yang paling membahayakan dan merugikan bagi yang melakukannya (Mira, 2010).

c. Fungsi pacaran

Menurut Paul dan White, ahli psikologi perkembangan remaja, 8 fungsi pacaran yaitu sebagai berikut:

1) Pacaran sebagai masa rekreasi, maksudnya adalah remaja dapat memperoleh pengalaman yang menyenangkan. Dianggap menyenangkan, karena remaja memperoleh pengalaman baru untuk menempuh kehidupan bersama dengan seseorang yang dikasihi, disayangi, atau dicintainya. Kehadiran orang yang dicintai akan dapat membangkitkan semangat hidupnya.

2) Pacaran sebagai sumber status dan prestasi.

Mempunyai atau memperoleh seorang pacar berarti diri seseorang telah berhasil menjalani hubungan intensif, sehingga tercipta hubungan yang akrab dengan pacarnya. Seorang pacar dianggap lebih dari sekedar teman/sahabat, karena untuk memperoleh seorang pacar seseorang harus berupaya mengenal pribadi secara mendalam yang ditandai oleh unsur saling percaya.

(10)

Dalam masa pacaran, seseorang individu akan dapat bergaul untuk belajar mengenal, menyerap nilai-nilai, norma, etika sosial dari kelompok sosial lainnya, sehingga diharapkan dia akan dapat berperilaku sesuai dengan aturan-aturan norma sosial.

4) Pacaran melibatkan kemampuan untuk bergaul secara intim, akrab, terbuka, dan bersedia untuk melayani/membuat individu yang lain sejenis.

Dalam masa pacaran, seorang individu di tuntut untuk dapat memperhatikan kebutuhan orang yang dicintai. Sebab mencintai berarti memberi perhatian kebutuhan orang lain, karena orang tersebut sudah sepantasnya ditolong, dibantu, dihargai, dijaga lebih dari sekedar orang lain atau teman.

5) Pacaran sebagai penyesuaian normative.

Artinya masa ini dapat dipandang sebagai masa persiapan untuk menguji kemampuan menyalurkan kebutuhan seksual secara normative, terhormat, dan sesuai dengan norma masyarakat.

6) Pacaran sebagai masa sharing: mengekspresikan perasaan, pemikiran atau pengalaman.

Masa pacaran ini akan memberikan kesempatan individu agar berperan sebagai teman untuk berinteraksi maupun membagi berbagai pengalaman, perasaan, pemikiran, atau aktivitas kepada lawan jenis (pacar). Dengan demikian, individu dapat mengurangi beban stress, masalah pibadi dan dapat mengikis sifat-sifat egois pribadi.

(11)

Dalam memberikan pengalaman penting, masa pacaran sangat berpengaruh bagi pembentukan dan pengembangan identitas diri seorang individu.

8) Pacaran sebagai masa pemilihan calon pasangan hidup.

Masa pacaran ini berfungsi sebagai masa persiapan dalam pernikahan guna membangun rumah tangga baru yang meliputi pencarian, pemilihan, dan penentuan calon teman hidup (Agoes, 2004).

B. Aborsi

1. Pengertian aborsi

Aborsi berasal dari kata Abort yang berarti mengakhiri, dan aborsi berguna untuk mengakhiri kehamilan. Dalam istilah lain, aborsi juga digunakan untuk menunjukan penghentian kehamilan. Aborsi mungkin direncanakan dan disengaja atau mungkin tidak direncanakan dan terjadi secara spontan. Ketika kehamilan tidak mampu diteruskan, hasilnya adalah aborsi spontan, juga dinamakan keguguran. Keguguran dapat ditandai dengan adanya perdarahan yang hebat dari vagina dan mungkin membutuhkan pertolongan secara medis (Nugraha, 2010).

Aborsi (pengguguran) berbeda dengan keguguran atau keluron (bahasa jawa). Aborsi atau pengguguran kandungan adalah terminasi (penghentian) kehamilan yang disengaja (abortus provocatus). Yakni, kehamilan yang diprovokasi dengan berbagai macam cara sehingga terjadi pengguguran. Sedangkan keguguran adalah kehamilan berhenti karena faktor-faktor alamiah (abortus spontaneous) (Hawari, 2006).

Secara umum, aborsi dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu pengguguran spontan (spontanueous aborsi) dan pengguguran buatan atau disengaja (aborsi

(12)

provocatus), meskipun secara terminologi banyak macam aborsi yang bisa dijelaskan (World Health Organization, 2008), menguraikan berbagai macam aborsi, yang terdiri dari:

a. Aborsi Spontan, yaitu pengeluaran janin secara spontan sebelum janin dianggap mampu bertahan hidup selama 22 minggu.

b. Aborsi Imminens/aborsi mengancam, yaitu aborsi yang terjadi ketika perdarahan per vaginam dialami wanita hamil saat usia kehamilan mencapai 22 minggu.

c. Aborsi Insipiens/aborsi tak-terelakan, yaitu perdarahan per vaginam yang hebat karena area plasenta yang luas terlepas dari dinding uterus, serviks mengalami dilatasi dan ketuban janin dikeluarkan seluruhnya atau sebagian, biasanya menyisakan jaringan plasenta.

d. Aborsi Komplet, yaitu seluruh produk konsepsi embrio/janin, plasenta, dan selaput ketuban dikeluarkan. Kondisi ini cenderung terjadi pada usia delapan minggu pertama kehamilan.

e. Aborsi Inkomplit, yaitu walaupun janin dikeluarkan, sebagian atau seluruh bagian plasenta tertahan. Terjadi perdarahan hebat, walaupun nyeri dapat hilang, serviks tertutup sebagian. Kondisi ini cenderung terjadi pada trimester kedua kehamilan. f. Aborsi Terinduksi/yang disengaja, yaitu aborsi yang terjadi akibat campur tangan yang

bersifat medis, bedah atau akibat penggunaan sediaan herbal atau praktik tradisional yang menyebabkan uterus mengeluarkan isinya atau mengeluarkan sebagian isinya. g. Aborsi Legal, yaitu aborsi yang dilakukan oleh praktisi medis yang disetujui oleh

hukum suatu negara, yang menggugurkan kehamilan karena alasan yang diizinkan oleh hukum.

(13)

h. Aborsi Ilegal, yaitu aborsi yang dilakukan oleh orang yang tidak diizinkan oleh hukum negara yang relevan untuk menjalankan prosedur tersebut.

i. Aborsi Septic, yaitu aborsi yang dapat terjadi setelah tindakan aborsi apapun tetapi lebih sering terjadi setelah aborsi ilegal dan aborsi inkomplit dikarenakan adanya infeksi.

Abortus sendiri dibagi menjadi menjadi 2 kategori, yaitu :

a. Abortus Spontaneus secara klinis dibagi menjadi: Abortus imminens, insipiens, inkomplit, missed abortion. Istilah lain dikenal sebagai abortus berulang (Pribadi, 2009).

1) Abortus Imminens

Artinya abortus yang terjadi apabila terjadi perdarahan per vaginam pada trimester pertama kehamilan. Perdarahan abortus biasanya disertai dengan rasa nyeri perut dan nyeri punggung bawah yang menetap. Umumnya abortus imminens akan berlangsung menjadi abortus insipiens dan keguguran abortus inkompletus dan kompletus.

2) Abortus Insipiens

Artinya abortus yang terjadi dengan ditandai oleh teraba ketuban dengan disertai adanya pembukaan serviks. Bila keadaan ini terjadi, umumnya berlanjut menjadi abortus inkompletus.

3) Abortus Inkompletus

Yaitu abortus yang terjadi ketika janin dan plasenta biasanya keluar bersama-sama sebelum usia gestasi 10 minggu.

(14)

Yaitu abortus yang embrio janinnya meninggal dalam uterus selama beberapa minggu.

5) Abortus Berulang

Yaitu abortus spontan berturut-turut selama tiga kali atau lebih. b. Abortus Provokatus

Yaitu aborsi yang dilakukan dengan maksud dan pertimbangan tertentu baik dengan menggunakan obat-obatan atau alat karena kandungannya tidak dikehendaki dan diaborsi dengan sengaja. Aborsi provocatus terdiri dari (Hawari, 2006) :

1) Abortus provocatus medicalis

Yaitu penghentian kehamilan (terminasi) yang disengaja karena alasan medis. Praktek ini dapat dipertimbangkan, dapat dipertanggung-jawabkan, dan dibenarkan oleh hukum.

2) Abortus provocatus criminalis

Yaitu penghentian kehamilan (terminasi) atau pengguguran yang melanggar kode etik kedokteran, melanggar hukum agama dan melanggar undang-undang (kriminal). Cara tersebut kasusnya dapat diperkarakan dan haram menurut syariat islam.

(15)

C. KERANGKA TEORI

Faktor Predisposisi (Predisposing Factor) 1. Pengetahuan

2. Norma agama 3. Tingkat pendidikan 4. Tingkat sosial ekonomi 5. Budaya

Teori Lawrence Green Dalam Notoatmodjo, 2007 Faktor Pemungkin (Enabling Factor)

1. Ketersediaan sarana dan prasarana

2. Keterjangkauan fasilitas

Faktor Penguat (Reinforcing Factor) 1. Orang tua 2. Teman sebaya 3. Guru Perilaku Pacaran Pasca Tindakan Aborsi

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pelaksanaan Promosi di Objek Wisata Danau Bandar Khayangan Lembah Sari Kota Pekanbaru dalam bentuk advertising, personal selling, sales promotion, dan public

Adapun kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Power Otot Tungkai dengan Kemampuan Tendangan (Shooting) sepakbola pada Klub Himadirga Program

paling tengah dalam masalah hukum shalat berjamaah adalah sunnah muakkadah. Sedangkan pendapat yang mengatakan bahwa hukumnya fardhu 'ain, fardhu kifayah atau syarat

Dari hasil penelitian tentang pengaruh komposisi media dan dosis NPK terhadap pertumbuhan stek kantong semar Nepenthes ampularia Jack diketahui bahwa perlakuan komposisi

Kemudian permasalahan yang terjadi seputar akreditasi adalah kurangnya sosialisasi dan pembinaan terkait akreditasi dari pihak Kemenag sehingga madrasah sangat

Guru membagikan gambar sketsa burung melalui grup kelas Whatsapp untuk kemudian di print, atau siswa yang mampu, dapat menggambar sketsa sendiri.. siswa diminta

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Teknik pengumpulan data melalui teknik nontes dan tes dengan menggunakan lembar

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul “Perbedaan Efektivitas Sodium Perborat (Polident ® ) Terhadap Candida albicans Pada Lempeng Resin Akrilik