• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI. Penelitian mengenai konsentrat terfermentasi dilaksanakan. Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODOLOGI. Penelitian mengenai konsentrat terfermentasi dilaksanakan. Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dibagi menjadi 3 tahap. Waktu dan Lokasi penelitian masing – masing tahap adalah :

Tahap 1 : Penelitian mengenai konsentrat terfermentasi dilaksanakan

pada Minggu ke-2 bulan Juli 2014, bertempat di Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak dan Topfeed Perusahaan Makanan Ternak, Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut.

Tahap 2 : Pengujian palatabilitas dilaksanakan pada Minggu ke-1

bulan Agustus 2014 di Peternakan Kambing Perah, Desa Cilengkrang, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

Tahap 3 : Pelaksanaan uji in vivo dilaksanakan pada Minggu ke-3

bulan Agustus - Minggu ke-3 bulan September 2014 di Peternakan Kambing Perah, Desa Cilengkrang, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

(2)

3.2. Penelitian Tahap 1

Pengaruh Fermentasi terhadap Kandungan Energi, Serat Kasar dan Protein Kasar Konsentrat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan nutrien konsentrat terfermentasi yang dilihat dari kandungan Energi, Serat Kasar dan Protein Kasar.

3.2.1. Bahan Penelitian (1) Konsentrat

Bahan penyusun konsentrat terdiri atas mie kering kadaluarsa, terigu kadaluarsa, dedak padi, molases, mineral, TF Premix, limbah tepung beras, kulit kopi, onggok, urea, ampas kecap, bungkil kacang afkir, kue

kering kadaluarsa, inokulum Saccharomyces cerevisiae dan EM-4. Bahan

tersebut diperoleh dari Topfeed Perusahaan Makanan Ternak

Bayongbong.

(2) Pengukuran Energi, Serat Kasar dan Protein Kasar

1. Energi

Oksigen dan kawat sumbu pembakar.

2. Serat Kasar

H2SO4 1.25 %, NaOH 1.25 %, Aseton, Aquades panas

3. Protein Kasar

Asam sulfat pekat, Asam Chlorida, Natrium Hydroxsida 40%, katalis

campuran (yang dibuat dari CuSO4.5H2O dan K2SO4 dengan

perbandingan 1:5, Asam Borax 5%, Indikator campuran (brom cresolgreen: Methyl merah = 4:5. Sebanyak 0,9 gram campuran dilarutkan dalam alkohol 100 mL).

(3)

3.2.2 Alat Penelitian

(1) Pembuatan Konsentrat Terfermentasi

1. Timbangan skala flatform dengan kapasitas 5 kg yang digunakan

untuk menimbang konsentrat terfermentasi.

2. Mesin pencampur bahan pakan penyusun konsentrat dengan tujuan

menghomogenkan bahan.

3. Kantong plastik yang digunakan sebagai wadah dengan kapasitas 2 kg.

4. Pompa Vacum untuk mengeluarkan udara dari dalam wadah.

(2) Pengukuran Peubah

1. Energi

Bomb kalorimeter, tabung gas oksigen, tang penjepit.

2. Serat Kasar

Gelas piala khusus 600 ml, cawan porselen 30 ml, corong Buchner, satu set alat pompa vakum, eksikator, kertas saring bebas abu, tanur listrik, hot plate, tang penjepit, timbangan analitik.

3. Protein Kasar

Labu Kjeldahl 300 ml, satu set alat destilasi, Erlenmeyer 250 cc, Buret 50 cc skala 0,1 ml, timbangan analitik.

(4)

3.2.3. Metode Penelitian

(1) Prosedur Pembuatan Konsentrat Terfermentasi

1. Konsentrat dibuat dari campuran beberapa bahan seperti mie kering

afkir, terigu afkir, dedak padi, molases, mineral, TF Premix, limbah tepung beras, kulit kopi, onggok, urea, ampas kecap, bungkil kacang afkir, dan kue kering afkir.

2. Kemudian konsentrat tersebut ditimbang sebanyak 2 kg dan

ditambahkan inokulum Saccharomyces cerevisiae 0,23% dan EM-4

2,31%.

3. Konsentrat yang sudah jadi dimasukkan ke dalam kantong plastik

kedap udara.

4. Lalu difermentasi selama 3 hari (suasana anaerob).

5. Setelah selesai difermentasi kemudian diambil sampel untuk diukur energi, serat kasar, dan protein kasar.

(2) Prosedur Pengukuran Energi

1. Ujung elektroda dengan kawat sumbu pembakar dihubungkan.

2. Sampel ditimbang sebanyak 1 gram dan dimasukkan ke dalam

mangkuk pembakaran kemudian simpan tepat di bawah sumbu pembakar. (Pekerjaan ini dilakukan pada statif/standar).

3. Tutup bomb dimasukkan ke wadahnya, lalu mengencangkannya

dengan drat pengunci.

4. Bejana bomb diisi dengan oksigen sebesar 30 atmospher melalui katup selang inlet ke katup inlet.

(5)

6. Bejana bomb dimasukkan ke bejana air yang telah diisi aquades.

7. Bejana air berisi bejana bom dimasukkan kedalam wadah jaket,

kemudian tutup dengan penutup jaketnya.

8. Kabel elektroda dihubungkan ke catu daya 23 volt.

9. Motor listrik dijalankan, yang akan menjalankan pengaduk air yang

terhubung ke bejana air. Pengadukan dilakukan selama 5 menit. Pada menit ke 6 , dicatat sebagai T1 (suhu awal).

10. Tombol catu daya ditekan, sebagai pemicu pembakaran di dalam bomb.

11. Kemudian diamati perubahan suhu sampai suhu tidak naik lagi

(konstan) dan dicatat sebagai T2 (suhu akhir).

12. Kabel elektroda ke catu daya dicabut.

13. Tutup jaket kemudian diangkat.

14. Mengeluarkan bejana air dan bejana bomb.

15. Kemudian mengeluarkan gas pembakaran melalui katup outlet.

16. Drat pengunci lalu dibuka dan tutup bomnya.

(3) Prosedur Pengukuran Serat Kasar

1. Siapkan kertas saring oven dan cawan porselen kering oven.

Residu/sisa ekstraksi lemak masukkan ke dalam gelas piala khusus sebanyak 1 gram. Tambahkan asam sulfat 1,25% sebanyak 100 mL kemudian pasang pada alat pemanas khusus tepat di bawah kondensor sampai 30 menit dihitung saat mulai mendidih. Setelah cukup pemanasan siapkan corong Buchner yang telah dipasang kertas saring. Penyaringan dilakukan dengan pompa vacuum dengan

(6)

mempergunakan aquades panas 100 mL. Penyaringan ini dicuci/dibilas berturut-turut dengan air panas 100 mL, asam sulfat panas 50 mL, air panas 100 mL, dan aseton 50 mL.

2. Kertas saring dan residu dimasukkan dalam cawan porselen. Lalu

dikengeringkan dalam oven selama waktu yang ditentukan dan didinginkan dalam eksikator 15 menit. Kemudian dipanaskan dalam hot plate sampai tidak berasap lagi dengan tujuan menghilangkan senyawa organik, lebih lanjut dimasukan ke dalam tanur listrik selama 3 jam sampai abunya berwarna putih. Dalam proses ini serat kasar dibakar sampai habis dan dinginkan dalam eksikator selama 30 menit lalu ditimbang.

(4) Prosedur Pengukuran Protein Kasar

1. Tahap Destruksi : Satu gram sampel dimasukkan ke dalam labu

Kjedhal, kemudian ditambahkan 2-2,5 g selenium mixture dan asam pekat (15mL), lalu dipanaskan dengan api kecil dalam ruang asam sampai tidak berbuih. Pemanasan dilanjutkan sampai cairan dalam labu berwarna jernih, setelah itu didinginkan.

2. Tahap Destilasi : Larutan dari labu Kjedahl dipindahkan ke dalam

labu didih dan digunakan aquades sebagai pembilas, sehingga larutan tidak tersisa. Labu didih berisi larutan dipasang pada alat destilasi, lalu ke dalam Erlenmeyer ditambahkan asam borak 5% sebanyak 1mL dan ditambahkan pula indikator campuran, natrium hidroksida 5% ditambahkan sebanyak 50 mL. Proses Destilasi dianggap selesai bila dua per tiga larutan dalam labu sudah menguap dan tertampung dalam Erlenmeyer.

(7)

3. Tahap Titrasi : Labu Erlenmeyer yang berisi supernatant di titrasi dengan HCl 1 N. Proses titrasi dianggap selesai apabila telah berubah warna menjadi merah muda.

3.2.4. Metode Analisis Statistik

Perolehan data dianalisis dengan uji perbandingan rata-rata, yaitu : x = Konsentrat tidak difermentasi

y = Konsentrat terfermentasi

Masing- masing diulang sebanyak 5 kali, data diuji dengan menggunakan uji t berpasangan (Sudjana, 2005).

Hipotesis :

H0 : x = y, berarti menghasilkan konsentrat yang sama.

H1 : x ≠ y, ada perbedaan dari kedua konsentrat.

Kaidah Keputusan :

Jika t hitung ≤ t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak, serta jika t hitung > t tabel maka

H0 ditolak dan H1 diterima.

Langkah pengujian :

1. Menghitung varians dari masing-masing variabel :

(8)

Keterangan :

= varians konsentrat dengan tidak difermentasi = varians konsentrat dengan fermentasi

2. Menguji keseragaman :

F hitung = dan F tabel =

Jika F hitung ≤ F tabel maka varians sama, dan Jika F hitung > F tabel maka varians

tidak sama.

Keterangan:

F = keseragaman populasi

= jumlah sampel konsentrat dengan tidak difermentasi. = jumlah sampel konsentrat dengan fermentasi.

3. Untuk varians yang sama :

Dimana :

Statistik uji :

(9)

dan untuk varians yang tidak sama :

Statistik uji :

t

hitung

= dan t

tabel

=

dimana : dan

Keterangan :

Sd = varians.

= varians gabungan populasi konsentrat tanpa fermentasi dan konsentrat

dengan fermentasi.

= varians sampel konsentrat tanpa fermentasi. = varians sampel konsentrat dengan fermentasi.

= rata-rata parameter sampel konsentrat tanpa fermentasi. = rata-rata parameter sampel konsentrat dengan fermentasi.

= nilai t tabel baris α dan kolom sampel .

= nilai t tabel baris α dan kolom sampel .

Wx = rasio varians konsentrat tanpa fermentasi dengan jumlah sampelnya.

Wy = rasio varians konsentrat fermentasi dengan jumlah sampelnya.

3.3. Penelitian Tahap 2

Pengujian Pemberian Konsentrat Terfermentasi terhadap Palatabilitas Ransum pada Kambing Perah (Peranakan Etawah)

Pada Tahap 2 ini dilakukan pengamatan palatabilitas konsentrat terfermentasi terhadap kambing perah (Peranakan Etawah) pada yang akan dibandingkan dengan konsentrat biasa pada Tahap 1.

Untuk mengetahui tingkat palatabilitas menggunakan metode free choice

(10)

dalam bak pakan yang disekat-sekat, kemudian diamati selama 1 jam selanjutnya sisa pakan ditimbang. Ternak percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kambing perah laktasi kedua. Konsentrat diberikan pada ternak percobaan sebanyak 2 kali sehari yaitu pagi jam 07.00 dan sore jam 16.00, air minum

diberikan secara ad libitum. Setiap perlakuan mendapat ulangan sebanyak 5 ekor

kambing perah yang masing-masing ditempatkan pada kandang individual pen. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji t seperti pada Tahap 1.

3.4. Penelitian Tahap 3

Pengaruh Pemberian Konsentrat Terfermentasi terhadap Produksi dan Kualitas Kambing Perah

Penelitian pada Tahap 3 adalah pengujian konsentrat terfermentasi.

Pengujian pakan yang dilakukan kepada ternak dengan teknik In vivo.

3.4.1. Bahan Penelitian (1) Ternak

Ternak yang digunakan adalah kambing Peranakan Etawah sebanyak 18 ekor periode laktasi 2 dan 3.

(2) Kandang

Kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang individual dengan ukuran 40 x 100 cm sebanyak 18 unit yang dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat minum.

(3) Ransum Penelitian

Ransum yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumput lapangan, konsentrat, dan konsentrat terfermentasi yang dihasilkan dari penelitian Tahap 1.

(11)

3.4.2. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Timbangan berkapasitas 5 kg dengan skala ketelitian 5 g untuk menimbang ransum.

2. Tempat makan dan tempat minum.

3. Ember untuk menampung susu hasil pemerahan.

4. Gelas ukur untuk mengukur jumlah susu yang dihasilkan dalam

liter dengan skala terkecil 0.1 ml dan skala maksimal 1 liter.

5. Botol plastik sebagai tempat sampel susu untuk di uji kualitasnya.

6. Laktoscan : untuk mengukur kadar lemak, Total Solid, dan berat jenis susu.

3.4.3. Metode Penelitian (1) Pemeliharaan Ternak

1. Kambing sebanyak 18 ekor ditempatkan ke dalam kandang

individu secara acak dan dikelompokkan berdasarkan periode laktasi.

2. Selama 1 minggu ternak diadaptasikan dengan ransum sesuai

perlakuan yang diberikan. Selanjutnya selama 4 minggu ternak diberi ransum perlakuan. Ransum perlakuan terdiri atas rumput lapangan dan konsentrat. Komposisi rumput lapangan dan konsentrat disesuaikan dengan kebiasaan yang ada ditempat yang dijadikan sebagai lokasi penelitian. Masing-masing kambing setiap hari diberi rumput lapangan sebanyak 2,5 Kg dan konsentrat sebanyak 1 Kg. Adapun kandungan zat makanan bahan pakan dan ransum percobaan disajikan pada Tabel 1 dan 2 sebagai berikut :

(12)

Tabel 1. Bahan Penyusun Ransum Percobaan

Zat Makanan

Rumput

Lapang Konsentrat Konsentrat Fermentasi

Abu (%) 19,61 15,80 14,32 Protein Kasar (%) 10,70 10,81 14,06 Lemak Kasar (%) 2,00 14,08 7,88 Serat Kasar (%) 23,14 20,37 16,99 Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (%) 44,55 38,94 46,75 Total Digestible Nutrien (%) 48,05 65,47 65,81

Tabel 2. Kandungan Zat Makanan Ransum Percobaan

Zat Makanan R1 R2 R3

Abu (%) 17,50 15,00 14,71

Protein Kasar (%) 10,76 12,57 13,20

Lemak Kasar (%) 8,70 10,73 9,51

Serat Kasar (%) 21,60 18,54 17,88

Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (%) 41,44 43,17 44,69

Total Digestible Nutrien (%) 57,72 65,65 65,72

3. Pada minggu ke 2 sampai minggu ke 4 ternak diberi ransum

perlakuan dan minggu ke 5 diambil susu setiap hari untuk diukur produksi dan komposisi susu.

(2) Prosedur Pengumpulan Susu

Prosedur yang akan digunakan untuk mengumpulkan sampel susu adalah :

1. Pemerahan susu ini dilakukan di pagi hari pukul 04.00 WIB dan sore hari 16.00 WIB.

2. Susu hasil pemerahan kemudian ditimbang untuk mengetahui

(13)

3. Setelah diketahui beratnya dambil sampel susu sebanyak 100 mL dari waktu masing-masing pemerahan dan disimpan dalam botol plastik yang tertutup lalu dimasukkan ke dalam cooler box dan dibawa ke laboratorium untuk diukur komponen susu.

(3) Prosedur Pengukuran Komponen Susu

1. Sampel yang telah disimpan di dalam botol plastik 100mL

dibuka tutupnya kemudian dimasukkan ke dalam Beaker glass 50 mL.

2. Beaker glass yang telah terisi sampel susu sebanyak 50 mL ditempatkan ke dalam alat lactoscan. Ujung pipa dalam lactoscan (knee joint) dicelupkan ke dalam Beaker glass yang berisi sampel susu.

3. Diamkan selama 60 detik lalu tunggu hasil dengan melihat

layar monitor pada lactoscan. Angka yang tercatat terdiri atas nilai berat jenis, total solid, dan kadar lemak.

3.4.4. Metode Analisis Statistik

Perlakuan pada Tahap 3 adalah kombinasi antara penggunaan rumput lapang dan konsentrat. Perlakuan yang digunakan terdiri atas 3 perlakuan dan 6 ulangan. Tata letak percobaan penelitian disajikan pada lampiran 1. Perlakuan yang digunakan adalah :

R1 = Rumput Lapang + 100% konsentrat biasa

R2 = Rumput Lapang + 50% konsentrat biasa + 50% konsentrat terfermentasi R3 = Rumput Lapng + 100% konsentrat terfermentasi

(14)

Tahapan 3 penelitian yang akan dilakukan dengan metode eksperimental. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) penarikan anak contoh (subsampling) dengan ulangan yang sesuai dengan perlakuan pada masing-masing tahap.

Model matematika yang digunakan adalah sebagai berikut: Yijk =  + αi +βj + ij +δijk

Keterangan :

Yijk = Nilai pengamatan ke-k dalam kelompok ke-j yang memperoleh perlakuan

ke-i

 = Nilai tengah populasi

αi = Pengaruh perlakuan ke-i

βj = Pengaruh kelompok ke-j

ij = Pengaruh galat pada kelompok ke-j yang memperoleh perlakuan ke-i

δijk = Pengaruh galat pada pengamatan ke-k dalam kelompok ke-j yang

memperoleh perlakuan ke-i

i = Perlakuan ke-i (1,2,3)

j = Banyaknya kelompok ke-j (1,2)

k = Banyaknya pengamatan dari masing-masing perlakuan (1,2,3,...,n)

Asumsi :

1. Komponen-komponen µ, αi , βj , ij , δijk bersifat aditif

2. Nilai-nilai αi (i = 1, 2, 3) bersifat tetap; dimana jumlah αi = 0, dan E(αi) = αi

3. Nilai-nilai βj (j = 1, 2, ) bersifat tetap, dengan jumlah βj = 0, dan E(βj) = βj

4. Galat percobaan ij NI (0, 2)

(15)

X

S SSR

LSR 

Tabel 3. Daftar Sidik Ragam

S. Keragaman DB JK KT Fhitung Ftabel 0,05

Kelompok Perlakuan r-1 t-1 JKK JKP KTK KTP KTP/KTG1 Ftabel 0,05 Galat 1 (t-1)(r-1) JKG1 KTG1 KTG1/KTG2 Ftabel 0,1 Galat 2 tr(s-1) JKG2 KTG2 Total Srt-1 JKT - Keterangan: DB = Derajat Bebas JK = Jumlah Kuadrat KT = Kuadrat Tengah

Hipotesis yang akan diuji adalah :

H0 : P1 = P2 = P3=…= Pn

H1 : P1 ≠ P2 ≠ P3 ≠ ...≠ Pn, atau paling sedikit ada sepasang perlakuan yang tidak

sama.

Kaidah Keputusan:

1. Jika Fhitung ≤ F0,05 artinya perlakuan tidak berpengaruh nyata (non

significant), terima H0 dan tolak H1.

2. Jika Fhitung > F0,05 artinya perlakuan berpengaruh nyata (significant), tolak

H0 dan terima H1.

Apabila hasil yang diperoleh berbeda, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Jarak Berganda Duncan dengan rumus :

(16)

Keterangan :

Sx = Standard error

r = Banyaknya Kelompok

KTG2 = Kuadrat Tengah Galat (dua)

LSR = Least significant range test

SSR = Studentized significant range

Selisih antar perlakuan (d) dibandingkan dengan LSR d ≤ LSR, maka tidak berbeda nyata

Gambar

Tabel 2. Kandungan Zat Makanan Ransum  Percobaan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengambilan keputusan: PT Alam Permata Riau telah “MEMENUHI” standar verifikasi legalitas kayu untuk seluruh norma penilaian setiap verifier dan dinyatakan “LULUS”

Minyak kelapa yang digunakan untuk menggoreng dapat mengalami reaksi oksidasi yang disebabkan oleh suhu tinggi (±175-180ºC) mengakibatkan kerusakan dengan menghasilkan

besar maupun perusahaan kecil dapat melakukan transaksi antar pihak berelasi. Hal tersebut dikarenakan dalam perkembangannya, praktek transfer pricing dimanfaatkan

Aspek Baik Sekali (4) Baik (3) Cukup (2) Perlu Pendampingan (1) Kesesuaian pantun yang dibuat dengan ciri-ciri pantun Memenuhi 4 ciri-ciri pantun Memenuhi 3

Hal tersebut terjadi karena lokasi pegerakan yang diteliti oleh Kridijantoro berbeda dengan penelitian yang sekarang, kemudian pada saat itu salah satu pohon pakan

Sedangkan kontribusi pemerintah terhadap PDRB dari investasi yang dihitung berdasarkan nilai aset tetap pada transaksi aset non keuangan neto sampai dengan Triwulan II 2020

Parakkasi (1999) menyatakan bahwa urea molases blok merupakan pakan yang didalamnya mengandung urea dan molases Pembuatan suplemen UMB dapat dibuat dengan menggunakan

Berdasarkan analisis SWOT telah diketahui posisi pengembangan perikanan budidaya ikan nila di kolam air tenang di Kecamatan Sinjai borong terletak pada Kuadran III yang