• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN STROKE ISKEMIK DI RUANG V RUMAH SAKIT UMUMKOTA TASIKMALAYA. Ridwan Kustiawan Rani Hasriani ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN STROKE ISKEMIK DI RUANG V RUMAH SAKIT UMUMKOTA TASIKMALAYA. Ridwan Kustiawan Rani Hasriani ABSTRAK"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

10 GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN STROKE ISKEMIK

DI RUANG V RUMAH SAKIT UMUMKOTA TASIKMALAYA

Ridwan Kustiawan Rani Hasriani

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh banyaknya penderita stroke yang mengalami gangguan fisik. Gangguan aktivitas/ mobilitas yang dialami penderita stroke dalam waktu lama dapat mengakibatkan dampak psikologis terutama bisa meningkatkan kecemasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan pada pasien stroke iskemik di Ruang V Rumah Sakit Umum Kota Tasikmalaya. Kecemasan adalah respon yang ditimbulkan oleh seseorang dalam keadaan atau situasi yang berbeda. Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian ini dilakukan dari tanggal 17 Juni- 17 Juli 2013, dengan jumlah responden 39. Tekhnik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Alat pengumpulan data berupa kuesioner dengan pertanyaan tertutup berupa wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 39 responden pasien stroke yang mengalami tingkat kecemasan sedang dengan jumlah 28 responden (71,8 %), tingkat kecemasan berat dengan jumlah 7 responden (17,9 % ), kecemasan ringan dengan jumlah 4 responden (10,3%). Saran untuk rumah sakit memberikan porsi yang sama terhadap pemenuhan kebutuhan aspek fisik dan aspek psikososial serta menciptakan lingkungan yang nyaman dan kondusif.

Daftar Pustaka : 26 (1998-2013) Kata Kunci : Kecemasan, stroke

ABSTRACT

The research was motivated by the number of stroke survivors who have physical impairments. Disruption activity / mobility experienced by patients with stroke in a long time can lead to psychological effects, especially the increasing levels of anxiety. The purpose of this study is to describe the level of anxiety in patients with ischemic stroke in the space V Tasikmalaya City General Hospital. Anxiety is a response generated by a person in a state or different situations. This research uses descriptive method. This study was conducted from June 17 to July 17, 2013, with the number of respondents 39. Sampling techniques uses purposive sampling. Data collection tools such as questionnaires with closed questions in the form of interviews and observations. The results showed that of the 39 respondents stroke patients who experience moderate levels of anxiety with 28 respondents (71.8%), severe anxiety level with the number 7 respondents (17.9%), mild anxiety with number 4 respondents (10.3% ). Suggestions for maintaining the quality of hospital give equal portions to meet the needs of the physical aspects and psychosocial aspects as well as creating a comfortable and conducive environment.

References : 26 (1998-2013)

Keywords : Anxiety, stroke PENDAHULUAN

Kesehatan menurut Undang- Undang Kesehatan no. 36 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1, adalah keadaan sehat baik fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Seperti yang telah dipaparkan diatas

bentuk sehat adalah sehat mental atau jiwa ( Permana, 2009 ).Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Kesehatan jiwa meliputi bagaimana perasaan kita terhadap

(2)

11 diri sendiri, bagaimana perasaan kita

terhadap orang lain, bagaimana kemampuan kita mengatasi persoalan hidup sehari- hari. (Ian. R, dkk, 2008 ). Persoalan hidup setiap orang berbeda demikian juga dengan responnya, sehingga ada yang mengalami ketegangan ada juga yang tidak. Persoalan yang dihadapi di masyarakat salah satunya adalah masalah psikososial. Masalah psikososial adalah respon emosional terhadap tuntutan yang dialami individu yang diinterpretasikan sebagai sesuatu yang mengancam keseimbangan di dalam hidup (Emanuelsen & Rosenlicht, 1986). Masalah psikosoial yang biasa dirasakan oleh klien di rumah sakit salah satunya adalah cemas . Cemas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Stuart, 2007).

Menurut Freud ( dalam Permana, 2008 ) kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang melindungi ego karena kecemasan memberi sinyal kepada kita bahwa ada bahaya dan kalau tidak dilakukan tindakan yang tepat maka bahaya itu akan meningkat sampai ego dikalahkan.

Cemas disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kemampuan fisik untuk mengatasi stressor yang akan mengakibatkan penurunan kemampuan dalam melakukan aktivitas hidup. Gangguan aktivitas itu salah satunya terjadi pada klien stroke, karena pada pasien stroke terjadi penurunan fungsi tubuh yang menyebabkan gangguan aktivitas. Gangguan aktivitas klien stroke merupakan hal yang sangat penting dengan maksud untuk pemulihan atau pencegahan penurunan fungsi yang berkelanjutan (Permana, 2009).

Mengingat keadaan tersebut tentunya sangat perlu diperhatikan bahwa gangguan aktivitas/ mobilitas yang dialami penderita stroke dalam waktu lama dapat mengakibatkan dampak psikologis terutama bisa meningkatkan kecemasan. Kondisi kecemasan tentunya bisa dipahami karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki penderita menjadi terganggu dan tidak sedikit akibat menderita sakit yang terlalu lama klien akan mengalami kecemasan bahkan sampai depresi sebagai respon terhadap kebutuhan dasar yang terganggu. Kecemasan yang terus meningkat dapat menyebabkan prognosis yang buruk terhadap penyakit yang diderita, sehingga pengontrolan kecemasan perlu dilakukan (Semium, 2006).

Data yang diperoleh dari ruang V Rumah Sakit Umum Kota Tasikmalaya, didapatkan beberapa penyakit dengan

(3)

12 urutan tiga teratas. penyakit stroke

menempati urutan pertama dengan 780 kasus, kemudian urutan kedua headinjury dengan 267 kasus, dan chepalgia dengan 124 kasus dalam kurun waktu satu tahun terakhir (Mei 2012 – April 2013).Berdasarkan hasil wawancara pada enam klien penderita stroke iskemik di Ruang V Rumah Sakit Umum Kota Tasikmalaya diperoleh data sebanyak empat klien yang mengatakan cemas, satu klien dengan kecemasan sedang dan tiga klien dengan kecemasan ringan, kecemasan dirasakan ketika perubahan dari penurunan kemampuan melakukan aktivitas. Berdasarkan uraian- uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk mengangkat masalah tersebut dengan judul “ Gambaran Tingkat Kecemasan pada Pasien Stroke Iskemik di Ruang V Rumah Sakit Umum Kota Tasikmalaya”.

BAHAN DAN METODOLOGI

PENELITIAN 1. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya bertujuan untuk melihat gambaran fenomena (termasuk kesehatan) yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu (Notoatmodjo, 2010).

2. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien stroke iskemik di Ruang V Rumah Sakit Umum Kota Tasikmalaya. Dengan populasi pasien stroke sekitar 780 kasus dalam kurun waktu satu tahun (Mei 2012- April 2013), dan diambil rata rata sehingga menjadi 65. ukuran sampel dalam penelitian ini 39 pasien. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien dengan penderita stroke di ruang V Rumah Sakit Umum Kota

3. Variabel Penelitian

Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota – anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain (Notoatmodjo, 2010: 103). Pada penelitian ini variabelnya adalah tingkat kecemasan pada pasien stroke iskemik di Ruang V Rumah Sakit Umum Kota Tasikmalaya.

Metode pengumpulan Data

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa angket atau kuesioner yaitu daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah matang, dimana responden (dalam hal angket) dan interview (dalam hal wawancara) tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda – tanda tertentu (Notoatmodjo, 2010).Menurut Hawari (dalam Purba, 2011) pengukuran derajat kecemasan dilakukan dengan memakai skor HARS (Hamilton Anxiety

(4)

13 Rating Scale). HARS merupakan skala

kecemasan yang sederhana, praktis, standar, dan diterima secara internasional. Prinsip penilaian dengan HARS terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-masing kelompok dirinci dengan gejala-gejala yang lebih spesifik.

Penilaian masing-masing skor dari 14 kelompok tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang yaitu sebagai berikut:

Skor <14 : Tidak ada ansietas Skor 14-20 : Kecemasan ringan Skor 21-27 : Kecemasan sedang Skor 28-40 : Kecemasan berat

Skor 42-56 : Kecemasan berat sekali/ panik

Cara pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan dengan cara terlebih dahulu peneliti mengumpulkan data sekunder untuk menentukan bahwa responden yang akan diteliti benar-benar memiliki tanda- tanda kecemasan dengan cara melihat catatan keperawatan. Kemudian peneliti mengumpulkan data primer dengan memberikan kuesioner kepada responden yang berisi pertanyaan dan telah disediakan jawaban selanjutnya responden diminta untuk memilih jawaban sesuai pendapat responden.

Analisa Data

Analisa data dilakukan untuk menganalisis data yang telah di dapatkan dari

responden. Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi dengan program SPSS Statistic, analisa datanya adalah analisa univariat. Analisa univariat dilakukan terhadap variabel dari hasil penelitian, biasanya hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmojdo, 2005).

Etika Penelitian

Sebelum dilakukan penelitian, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada responden serta peneliti membuat informed consend dan memberikan hak kepada responden untuk menerima atau menolak untuk dijadikan responden penelitian. Peneliti dalam melaksanakan seluruh kegiatan penelitian menggunakan prinsip-prinsip etika penelitian dengan berpenampilan sopan, tutur kata yang baik, menghormati responden dengan tidak memaksa untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian, pada saat kegiatan responden mengeluhkan sesuatu atau lingkungan yang tidak kondusif maka dapat dihentikan, menjaga kerahasiaan identitas digantikan dengan pengkodingan, dilakukan secara jujur, hati-hati dan profesional, serta keterbukaan dalam melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian, jika penelitian sudah selesai dan data sudah didapatkan semua kuesioner dan data yang diisi oleh responden akan dimusnahkan untuk menjaga kerahasiaanya.

(5)

14 HASIL PENELITIAN

1. Karakteristik responden

Tabel. 1

Distribusi frekuensi jenis kelamin pasien stroke iskemik yang mengalami kecemasan di Ruang V RSU Kota Tasikmalaya tahun 2013

No Jenis Kelamin Frekuensi Prosentasi

1. Laki- laki 21 53,80 %

2. Perempuan 18 46,20 %

Jumlah 39 100 %

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa jenis kelamin klien penderita stroke yang mengalami kecemasan terbanyak adalah laki- laki dengan 21 responden (53,80 %).

Tabel 2

Distribusi frekuensi usia pasien stroke iskemik yang mengalami kecemasan di Ruang V RSU Kota Tasikmalaya tahun 2013

No Usia Frekuensi Prosentasi

1. 16-25 tahun 2 5,10 % 2. 26-35 tahun 2 5,10 % 3. 36-45 tahun 3 7,70 % 4. 46-55 tahun 9 23,20 % 3. 56-65 tahun 13 33,30 % 4. 66-76 tahun 10 25,60 % Jumlah 39 100 %

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa usia klien penderita stroke yang mengalami kecemasan terbanyak pada usia 56- 65 tahun dengan 13 responden (33,30 %).

Tabel 3

Distribusi frekuensi pendidikan pasien stroke iskemik yang mengalami kecemasan di Ruang V RSU Kota Tasikmalaya tahun 2013

No Pendidikan Frekuensi Prosentasi

1. SD 27 69,20 %

2. SMP 12 30,80 %

Jumlah 39 100 %

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa pendidikan klien stroke yang mengalami kecemasan terbanyak adalah SD, yaitu 27 responden (69,20 %).

Tabel 4

Distribusi frekuensi pekerjaan pasien stroke iskemik yang mengalami kecemasan di Ruang V RSU Kota Tasikmalaya tahun 2013

No Pekerjaan Frekuensi Prosentasi

1. Tidak Bekerja 13 33,30 %

2. Buruh 16 41,00 %

3. Wiraswasta 6 15,40 %

4. Swasta 4 10,30 %

Jumlah 39 100 %

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa pekerjaan klien stroke yang mengalami kecemasan terbanyak adalah buruh, yaitu 16 responden (41,00 %).

(6)

15 2. Tingkat Kecemasan pada Pasien Stroke Iskemik

Tabel. 5

Distribusi frekuensi tingkat kecemasan pasien stroke iskemik di Ruang V RSU Kota Tasikmalaya tahun 2013

No. Tingkat Kecemasan Frekuensi Prosentasi

1. 14-20= Kecemasan ringan 4 10,30 %

2. 21-27= Kecemasan sedang 28 71,80 %

3. 28-40= Kecemasan berat 7 17,90 %

Jumlah 39 100 %

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa tingkat kecemasan klien stroke terbanyak adalah kecemasan sedang, yaitu 28 responden (71,8 %).

PEMBAHASAN

1. Karakteristik Pasien Stroke yang Mengalami Kecemasan

a. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin

Hasil penelitian menunjukan jenis kelamin pasien stroke iskemik yang mengalami kecemasan terbanyak adalah laki- laki dengan 21 responden (53,80 %). Damry

dalam Pepy (2010),

mengemukakan bahwa laki- laki lebih rentan terkena penyakit stroke dibandingkan perempuan. Hal ini berhubungan dengan faktor pemicu lainnya yang lebih banyak dilakukan oleh laki- laki ,

misalnya merokok,

mengkonsumsi alkohol, dan lain-lain. Sehingga yang mengalami kecemasn pada pasien stroke pun akan lebih banyak pada laki- laki. Menurut Acharya (2003), menyatakan bahwa laki- laki mengalami tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan

perempuan karena khawatir terhadap tanggungjawab finansial. Teori di atas bertolak belakang dengan teori yang dikemukakan oleh Stuart (2007), bahwa jenis kelamin perempuan akan mengalami gangguan yang lebih sering daripada laki-laki. Laki-laki lebih banyak menggunakan logika, sedangkan perempuan menggunakan perasaannya. Dikarenakan perempuan lebih peka terhadap emosinya, yang pada akhirnya peka juga terhadap perasaan cemasnya. Menurut analisa peneliti, ketika dilakukan penelitian proporsi responden yang ada lebih banyak laki- laki daripada perempuan, sehingga akan mempengaruhi hasil. Dikaitkan dengan hal di atas, karena proporsi pasien stroke lebih banyak pada laki- laki saat penelitian dilakukan, otomatis jenis kelamin laki-laki banyak mengalami kecemasan. Selain itu

(7)

16 tanggungjawab sebagai kepala

keluarga juga menjadi beban fikiran yang akhirnya meningkatkan kecemasan. Tugas utama sebagai pencari nafkah kini tidak bisa dilakukan kembali, karena keadaan sakit tidak memungkinkan untuk bekerja dan menghasilkan uang. Sehingga timbulah konflik fikir di dalam dirinya yang mengakibatkan dampak psikologis berupa kecemasan.

b. Karakteristik Berdasarkan Usia Hasil penelitian menunjukan usia pasien stroke iskemik yang mengalami kecemasan terbanyak adalah usia 56- 65 tahun dengan 13 responden (33%). Sejalan dengan Syamsir dalam (Permana, 2010) mengemukakan bahwa semakin bertambah usia semakin tinggi resiko terkena stroke, terutama setelah usia 55 tahun. Didukung pula oleh (Mansjoer, 2000) bahwa stroke iskemik adalah penyakit yang mendominasi kelompok usia dewasa tua yaitu 55-64 tahun. Dikaitkan dengan kecemasan, Nugroho dalam (Purba, 2011) mengemukakan bahwa masalah fisik dan psikologis sering ditemukan pada lanjut usia, masalah psikologis diantaranya perasaan cemas.

Kaplan dan Sadock (1997), bahwa gangguan kecemasan dapat terjadi pada semua usia, lebih sering pada usia dewasa muda, yaitu pada umur 21-45 tahun. Hal ini bertolak belakang dengan apa yang ditemukan peneliti, bahwa usia yang mengalami kecemasan terbanyak adalah pada usia dewasa tua (56-65 tahun).Menurut analisa peneliti usia dewasa tua lebih sering mengalami masalah psikologis, karena semakin tinggi usia, maka semakin sering perasaan seseorang itu berubah-ubah. Selain itu, saat dilakukan penelitian pasien yang mengalami stroke iskemik lebih banyak pada usia dewasa tua sehingga pada akhirnya kecemasan yang dirasakan oleh pasien stroke lebih banyak pada rentang usia 56-65 tahun.

c. Karakteristik Berdasarkan Pendidikan

Hasil penelitian menunjukan pendidikan pasien stroke iskemik yang mengalami kecemasan terbanyak adalah pendidikan SD (Sekolah Dasar) dengan 27 responden (69,20%). Hal didukung oleh Stuart & Sundeen (1998), bahwa semakin rendah tingkat pendidikan seseorang maka pengetahuan yang didapat cenderung kurang. Sebaliknya

(8)

17 semakin tinggi pendidikan akan

semakin mudah berpikir rasional dan menangkap informasi.Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh pendidikan. Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh pada kemampuan berpikir, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berpikir rasional. Tingkat pendidikan yang kurang juga, akan mempengaruhi seseorang terhadap pengetahuan. Salah satunya pengetahuan akan penyakit yang sedang diderita, sehingga akan menimbulkan respon berupa respon kecemasan. Bertolak belakang dengan Gass dan Curiel dalam (Tiningsih, 2012) bahwa tingkat pendidikan berhubungan dengan tingkat kecemasan. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi pula tingkat kecemasannya. Peneliti menemukan tingkat pendidikan terbanyak saat dilakukan penelitian adalah pendidikan SD (Sekolah Dasar).Menurut analisa peneliti, pendidikan SD merupakan tingkat pendidikan formal yang paling dasar. Sehingga informasi yang terpapar mengenai penyakit masih kurang. Di dalam cara berfikir,

kemampuan untuk merasionalkan sulit. Ketidaksiapan menghadapi kenyataan saat ini, juga menjadi penyebab seseorang itu mengalami kecemasan.

d. Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan

Hasil penelitian menunjukan pekerjaan pasien stroke iskemik yang mengalami kecemasan terbanyak adalah buruh dengan 16 responden (41 %). Sesuai dengan Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), mengemukakan bahwa pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi merupakan cara mencari nafkah berulang dan banyak tantangan yang memerlukan dasar pengetahuan sebagai modal untuk pemikiran di dalam bekerja. Selain itu, pekerjaan juga didefinisikan sebagai apa yang dilakukan (diperbuat, dikerjakan) yang dijadikan pokok kehidupan untuk mendapat nafkah dan memperoleh hasil yang memuaskan (Muhaimin, 2001). Hal ini dibantah oleh (Santoso, 2013) yaitu pekerjaan merupakan sekumpulan kedudukan (posisi)

(9)

18 yang memiliki persamaan

kewajiban atas tugas- tugas pokoknya. Sejalan dengan Anggraeny (2013), bahwa pekerjaan sebagai buruh mengalami tingkat kecemasan berat, karena dipengaruhi oleh faktor usia, jenis kelamin, status ekonomi. Peneliti menemukan pekerjaan terbanyak pasien stroke yang mengalami kecemasan adalah buruh.Menurut analisa peneliti pekerjaan sebagai buruh dengan penghasilan yang minimal dan tidak menentu menunjukan status ekonomi sosial rendah. Status ekonomi sosial yang rendah dapat menyebabkan seseorang mudah mengalami kecemasan. Selain itu seorang buruh ketika bekerja tidak mempunyai banyak tantangan yang membutuhkan pemikiran hebat (keras) dan dasar pengetahuan sebagai modal. Sehingga kebiasaan berfikir secara sederhana ini yang mengakibatkan seseorang ketika menghadapi permasalahan berat tidak bisa merasionalkan fikirannya dan akhirnya menimbulkan reaksi berupa kecemasan.

2. Gambaran Umum Tingkat Kecemasan pada Pasien Stroke Iskemik

Semium (2006), mengemukakan bahwa gangguan aktivitas/ mobilitas yang dialami penderita stroke dalam waktu lama dapat mengakibatkan dampak psikologis terutama bisa meningkatkan kecemasan. Kondisi kecemasan tentunya bisa dipahami karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki penderita menjadi terganggu dan tidak sedikit akibat menderita sakit yang terlalu lama klien akan mengalami kecemasan bahkan sampai panik sebagai respon terhadap kebutuhan dasar yang terganggu. Pernyataan di atas dibantah oleh Tiningsih (2012), bahwa persoalan hidup setiap orang pada pasien stroke berbeda demikian juga dengan responnya, sehingga ada yang mengalami kecemasan ada juga yang tidak. Menurut penelitian (Anggraeny, 2013) bahwa pasien stroke iskemik memiliki tingkat kecemasan sedang dalam melakukan aktivitas secara mandiri sehingga akan menurunkan kemampuan fungsionalnya. Hal yang didapat oleh peneliti, bahwa pasien stroke iskemik mengalami tingkat kecemasan sedang. Selain dengan jumlah skor yang didapat juga timbul respon fisik seperti, mulai berkeringat suara yang tidak stabil (bergetar), tanda- tanda vital mulai meningkat, nada suara yang tinggi, sakit kepala dan seriang buang air kecil. Didukung pula dengan status ekonomi sosial

(10)

19 yang rendah dimana beban seseorang

bertambah ketika sedang mengalami suatu penyakit. Tanggungjawabnya sebagai laki-laki yang mencari nafkah, sekarang hilang dan berganti harus membutuhkan perawatan. Tetapi pada hakikatnya, kecemasan dari setiap individu itu berbeda.

Perbedaan tingkat kecemasan pada penelitian ini dipengaruhi oleh beberapa hal. Ada yang merupakan stroke pertama, stroke kedua, faktor lingkungan, dukungan keluarga, keadaan fisik, pengetahuan, faktor keyakinan juga berpengaruh terhadap tingkat kecemasan. Jadi kecemasan yang dirasakan bervariasi dari setiap pasien.

KESIMPULAN

Didapatkan hasil dari penelitian ini bahwa kejadian kecemasan pada pasien stroke iskemik dengan kategori sebagai berikut. Hasil terbanyak menunjukan pasien stroke iskemik di Ruang V Rumah Sakit Umum Kota Tasikmalaya mengalami kecemasan sedang. Terjadi pada responden dengan karakteristik laki- laki , usia 56-65 tahun, pendidikan SD dan pekerjaan sebagai buruh.

Hasil penelitian ini memberi gambaran bahwa dari 39 responden pasien stroke yang mengalami tingkat kecemasan sedang yaitu 28 responden (71,8 %), tingkat kecemasan berat 7 responden (17,9

%) dan kecemasan ringan 4 responden (10,3%).

SARAN

Bagi Institusi Pendidikan

Memberikan sumber informasi mengenai kejadian tingkat kecemasan pada pasien stroke iskemik.

Bagi Rumah Sakit

Untuk mempertahankan mutu pelayanan yang berkualitas dalam upaya perawatan pasien stroke. Memberikan porsi yang sama terhadap pemenuhan kebutuhan aspek fisik dan aspek psikososial serta menciptakan lingkungan yang nyaman dan kondusif. Selain itu perawat diharapkan mempunyai kompetensi khusus untuk mengatasi masalah psikososial. Sehingga aspek fisik dan aspek psikososial dalam masalah keperawatan bisa teratasi dengan baik.

Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data ataupun acauan dalam penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan tingkat kecemasan. Diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk menambahkan variable seperti lamanya waktu perawatan, faktor lingkungan, dukungan keluarga dan menghubungkan tingkat kecemasan dengan jenis pekerjaan. DAFTAR PUSTAKA

Anggraeny, N. 2013. Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kemampuan fungsional pada Pasien Stroke

(11)

20 Iskemik di RSAD Brawijaya

Surabaya. Surabaya. Pada http://www.

share.stikesyarsis.ac.id/ diakses pada 23/07/2013 jam 22.00 Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian,

Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta

Benny & Aldy. 2008 . Hubungan Antara Perubahan Kepribadian Pasca Stroke dengan Ansietas dan Depresi. Sumatera. Pada http://www. repository.usu.ac.id /bitstream diakses pada 07/06/2013 jam 21.00

Bondan, 2006. Prinsip Etika Penelitian Ilmiah. Jakarta.

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC

Caperinto, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC

Farida & Yudi. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika

Freud, S. 2005. Psikoanalisis . Yogyakarta : Ikon

Hawari, D. 2006. Stress Cemas dan Depresi. Jakarta: FKUI

Kaplan & Sadock. 1997. Terapi Psikiatri. Jakarta : EGC

Mansjoer. 2000. Hipertensi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Muhaimin, Y.A. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi Jakarta: PT. Rineka Cipta Nursalam. 2008. Pendekatan Praktisi

Metodologi. Jakarta : CV Sagung Seto

Pepy, R. 2007. Hubungan Antara Tingkat Ketergantungan Activity Daily Living dengan Depresi Pada Pasien Stroke. Semarang

Permana, A.M. 2009. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Klien Penderita Stroke. Tasikmalaya. Pinzon, R. 2012. Awas Stroke. Yogyakarta : CV Andi Offset

Purba, T.S. 2011. Gambaran Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi. Tasikmalaya.

Santoso, B. 2013. Pekerjaan Ideal. Semarang : Taruna Indonesia Sastroasmoro, S. 2006. Dasar- Dasar

Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta : Binarupa Aksara

Semium, Y. 2006. Kesehatan Mental 1. Yogyakarta. : Kanisius

Stuart dan Sundeen, 1998. Keperawatan Jiwa, Edisi 3. Jakarta: EGC Stuart, W.G. 2007. Buku Saku

Keperawatan Jiwa Edisi . Jakarta : EGC

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D . Bandung: CV Alfabeta Suliswati. 2004. Konsep Dasar

(12)

21 Tiningsih, D. 2012. Gambaran Tingkat

Kecemasan Orang Tua Terhadap Anak yang Dirawat Di Ruang NICU. Jakarta

Videbeck, S. L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC Wiwit. 2010. Stroke dan Penanganannya. Yogyakarta: Katahati.

Referensi

Dokumen terkait

Sebaliknya R2 sama dengan 1, maka persentase yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen adalah sempurna, atau variasi variabel independen yang

Berdasarkan tabel 1 Nilai F diketahui sebesar 1.231 dengan signifikansi sebesar .319 karena probabilitasnya lebih besar dari 0,05 (0,319 &gt; 0,05), maka model

MTs Negeri 1 Manado adalah satu - satunya MTs Negeri yang ada di Kota Manado yang berlokasi di Kelurahan Bailang Kecamatan Bunaken Kota Manado). Berdasarkan hasil penelusuran

1. Gambar ukur menggunakan format kertas standar A4 dengan ketebalan seperti kertas kartun manila. Halaman 1 menerangkan Nomor Gambar Ukur, Lokasi Bidang Tanah, Keterangan

Adapun sikap murid di kelas XII AP (Administrasi Perkantoran) dan AK (Akutansi) ini memiliki sikap rasa percaya diri yang sedang atau cukup baik. Mereka mampu

Berdasarkan pada Tabel 10, dapat diketahui bahwa seluruh item pertanyaan mengenai variabel brand image, harga, kualitas produk, promosi dan keputusan pembelian yang

Motor listrik yang digunakan adalah motor listrik DC, sistim propulsi kapal ditransmisikan dengan menggunakan sistem transmisi rantai dan dipasang dua buah gir,

akan masuk kedalam sistem tekanan kabin dengan menggunakan sensor thermostat, posisi normal adalah membuka valvenya, yang terdapat didalam pipa pnuematik setelah aliran valve dan