• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR KEBOCORAN KABIN YANG DIPERBOLEHKAN UNTUK PESAWAT BOEING DENGAN METODE PRESSURE DECAY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TUGAS AKHIR KEBOCORAN KABIN YANG DIPERBOLEHKAN UNTUK PESAWAT BOEING DENGAN METODE PRESSURE DECAY"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

KEBOCORAN KABIN YANG DIPERBOLEHKAN UNTUK

PESAWAT BOEING 737 - 700 DENGAN METODE PRESSURE

DECAY

DIBUAT OLEH :

NAMA : JAPAR SODIK NIM : 0130311-045

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS MERCU BUANA

JAKARTA

(2)

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS MERCU BUANA

JAKARTA

LEMBAR PENGESAHAN Telah Diperiksa dan disahkan oleh,

Jakarta, Agustus 2009 Menyetujui

( Ir. ALFINO ALWIE. M.Sc ) Pembimbing Utama

(3)

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS MERCU BUANA

JAKARTA

LEMBAR PENGESAHAN Telah Diperiksa dan disahkan oleh,

Jakarta, Agustus 2009 Menyetujui

( Dr.H.Abdul Hamid. M.Eng ) Ketua Koordinator Tugas Akhir

(4)

 

Teknik Mesin [ Abstrak ]

Universitas Mercu Buana | iii

ABSTRAK

Perawatan berkala atau inspeksi berkala pada pesawat terbang Boeing 737 - 700 dilaksanakan dengan waktu yang sudah ditentukan oleh pabrik pembuat pesawat dan harus dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. dalam pelaksanaan perawatan berkala pesawat terbang Boeing 737 - 700 dapat dibagi dalam beberapa waktu pengerjaannya, misal dapat dilaksanakan pada saat transit check, A - check, B - check, C – check dan juga D - check ( Over haul ).

Seluruh aktifitas pengerjaan dapat dilakukan diluar hanggar maupun didalam hanggar dengan adanya pemeriksaan atau perawatan secara berkala, maka pesawat dapat dinyatakan layak terbang dengan ketentuan atau peraturan pabrik pembuat, maka setiap penumpang dapat menggunakan pesawat dengan aman, nyaman dan selamat.

Keterlambatan waktu pelaksanaan pekerjaan banyak disebabkan oleh faktor – faktor lain seperti : suku cadang tidak tersedia digudang, dan kalibrasi komponen untuk memenuhi kebutuhan pesawat yang sedang beroperasi, proses perbaikan komponen terlalu lama, pengetesan kebocoran kabin secara manual hanya untuk mengetahui turunnya tekanan dari 4 psid hingga 2.5 psid sesuai dengan prosedur, tetapi dengan menggunakan simulasi metode pressure decay kita dapat mengetahui luas kebocoran dari ketinggian 41000 ft ( 2.0 sq in ) sampai dengan landing.

Untuk kenyamanan bagi para penumpang maka sistem udara bertekanan dan juga sistem air conditioning didalam pesawat harus memenuhi keriteria yang sudah ditentukan oleh peraturan penerbangan internasional, dan harus dalam keadaan baik dan nyaman karena jika sistem tidak bekerja dengan baik maka tubuh kita akan mengalami kekurangan oksigen didalam tubuh dan menyebabkan terjadinya Hypoxia kerusakan pada organ tubuh manusia salah satunya adalah alat pendengaran akan sakit jika terkena udara bertekanan yang besar, maka dengan standart yang telah ditentukan para penumpang dapat merasakan nyamannya menggunakan pesawat terbang.

(5)

Teknik Mesin [ Daftar Isi ] 

Universitas Mercu Buana | viii    

DAFTAR ISI

Halaman Lembar Pengesahan. Surat Pernyataan. Kata Pengantar ………... i Abstrak ………... iii Daftar Gambar ……… iv Daftar Tabel ……….... v Daftar Notasi ………... vi

Daftar Isi ……….. viii

BAB I : PENDAHULUAN ………. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ………. 1

1.2 Perumusan Masalah ……… 2

1.3 Pentingnya Pemecahan Masalah ……… 2

1.4 Pembatasan Masalah ……….. 2

1.5 Maksud dan Tujuan ……… 3

1.6 Metode Penelitian ………... 3

1.7 Sistematika Penulisan ………. 3

BAB II : LANDASAN TEORI ……… 5

2.1 Pendahuluan ……… 5

2.2 Sumber – sumber aliran udara bertekanan pada pesawat Boeing 737 - 700 ……… 6

(6)

Teknik Mesin [ Daftar Isi ] 

Universitas Mercu Buana | ix    

2.2.1 Engine bleed air system ……… 6

2.2.1.1 Precooler control valve ………... 7

2.2.1.2 Pressure regulator and shutoff valve ……….. 7

2.2.2 Auxiliry Power Unit ( APU ) Bleed air system ……… 8

2.2.3 Pneumatic Ground connection ………. 8

2.3 Prinsip dasar sistem air conditioning pada pesawat B737 – 700 ……... 10

2.3.1 Komponen pada system air conditioning Boeing 737 - 700 ………. 12

2.3.1.1 Flow control and shutoff valve ………... 12

2.3.1.2 Heat Exchangers ………. 13

2.3.1.3 Air Cycle Machine ……….. 14

2.3.1.4 Water Extractor / Water Separator …..………... 14

2.3.1.5 Reheater ...……….. 14

2.3.1.6 Turbine ………... 15

2.3.1.7 Condenser……… 15

2.4 Pembagian udara bertekanan pada pesawat Boeing 737 – 700 ………. 17

2.4.1 Sistem utama dari distribusi udara bertekanan pada pesawat …….. 19

2.4.2 Sistem distribusi untuk daerah kokpit ……….. 20

2.4.3 Sistem sirkulasi udara didalam pesawat ………... 21

2.4.4 Sistem ventilasi ………. 21

2.4.5 Sistem pendinginan pada komponen avionic pesawat ………. 22

BAB III : ANALISA DAN PEMBAHASAN……….. 24

3.1 Analisa udara bertekanan didalam kabin pesawat ……….. 24

3.1.1 Cabin pressure control system ……….. 25

(7)

Teknik Mesin [ Daftar Isi ] 

Universitas Mercu Buana | x    

3.1.3 Cabin pressure indication and warning system ………. 25

3.2 Pembahasan udara bertekanan pada kabin pesawat saat akan melakukan tahapan terbang ……….. 29

3.2.1 Pada tahap posisi di Ground ………. 29

3.2.2 Pada tahap posisi Take off ………... 30

3.2.3 Pada tahap posisi Climb ……….. 31

3.2.4 Pada tahap posisi Cruise ………. 31

3.2.5 Pada tahap posisi Descent ……… 33

3.2.6 Pada tahap posisi Landing ……… 33

3.3 Valve yang mengatur tekanan udara didalam kabin pesawat Boeing 737 – 700………. 34

3.3.1 Outflow valve ………... 34

3.3.2 Positive pressure relief valve ……….. 36

3.3.3 Negative pressure relief valve……….. 38

3.4 Analisa pengetesan kebocoran tekanan kabin pesawat B737NG – 700 yang diijinkan saat menjalani perawatan menggunakan stopwacth…… 39

3.4.1 Persiapan untuk melakukan pengetesan tekanan kabin……… 40

3.4.2 Pengetesan tekanan udara didalam kabin……….. 41

3.4.3 Daerah yang sering terjadi kebocoran pada tekanan kabin………... 45

BAB IV : PERHITUNGAN………. 47

4.1 Analisa perhitungan luas penampang kebocoran kabin pesawat pada saat melakukan Descent………. 47

(8)

Teknik Mesin [ Daftar Isi ] 

Universitas Mercu Buana | xi    

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN……… 51

5.1 Kesimpulan……….. 51 5.2 Saran saran………... 52 Daftar pustaka……….……….. 53 Lampiran – lampiran.

(9)

Teknik Mesin [ Daftar Table ]

Universitas Mercu Buana | v    

DAFTAR TABEL

Tabel. 1 14 CFR Part 121. Persyaratan penambahan oksigen.

Tabel. 2 Tekanan udara yang hilang dihitung menggunakan waktu dengan penu – runan tekanan sebesar 0.15 psid pada saat pengetesan di area hangar. Tabel. 3 Metode pressure decay untuk mencari luas kebocoran kabin.

(10)

Teknik Mesin [ Daftar Gambar ]

Universitas Mercu Buana | iv

DAFTAR GAMBAR

A. GAMBAR.1 : Sistem skematik udara bertekanan/pnuematik dari tiga sumber.

B. GAMBAR.2 : Panel P5 - 10 untuk mengontrol udara bertekanan yang didapat

dari tiga sumber utama.

C. GAMBAR.3 : Sumber udara bertekanan dari kedua mesin pesawat.

D. GAMBAR.4 : Skematik dari flow control and shutoff valve. E. GAMBAR.5 : Reheater.

F. GAMBAR.6 : Condenser.

G. GAMBAR.7 : Sistem skematik dari air conditioning pesawat Boeing 737 -700.

H. GAMBAR.8 : Diagram distribusi udara bertekanan pesawat Boeing 737 - 700.

I. GAMBAR.9 : Aliran udara bertekanan pada kabin penumpang pesawat.

J. GAMBAR.10 : Skematik distribusi udara bertekanan yang diambil dari tiga sumber.

K. GAMBAR.11 : Sistem sirkulasi udara bertekanan didalam pesawat. L. GAMBAR.12 : Overboard exhaust valve.

M.GAMBAR.13 : Skematik pengatur udara bertekanan yang masuk kedalam cabin pressure control ( CPC ) dengan mendapatkan input dari bebe - rapa komponen dan gambar P5 – Panel.

N.GAMBAR.14 : Menunjukan perbedaan tekanan kabin dengan ketinggian pesawat pada saat akan melakukan tahap – tahap penerbangan.

O. GAMBAR.15 : Aft Outflow valve.

P. GAMBAR.16 : Positive pressure relief valve. Q. GAMBAR.17 : Negative pressure relief valve.

R. GAMBAR.18 : Sumber udara bertekanan yang diambil dari udara di bawah – ( Ground source ) untuk melakukan pengetesan kabin.

S. GAMBAR.19 : Kurva kebocoran kabin setelah udara bertekanan dimatikan – menggunakan perhitungan sesuai dengan grafik dari pabrik

(11)

Teknik Mesin [ Daftar Gambar ]

Universitas Mercu Buana | v

pesawat dengan memakai stopwatch.

(12)

Teknik Mesin [ Daftar Notasi ]

Universitas Mercu Buana| vi    

 

m Masa kg

m Massa aliran fluida ( cair atau gas ) kg/s

v Volume m³

V Volume aliran udara m³/s

v Volume jenis m³/kg

ρ Masa jenis kg/m³

F Gaya N ( kg.m/s² )

W Kerja Nm ( j )

W = P Daya kW ( kJ/s )

q Panas ( Kalor ) 1 kg masa kJ/kg

Q Panas ( Kalor ) 1 kg masa kJ

Q Panas ( kalor ) aliran fluida gas / cair kJ/s

t Suhu °C

T Suhu kelvin ( absolut ) K

a Percepatan m/s²

g Grafitasi m/s²

M Berat molekul

n Jumlah molekul mol ( kmol )

R Konstanta gas kJ/kg K

Ru Konstanta gas universal kJ/mol K

w Kecepatan molekul m/s

Ek Energi kinetik kJ

Ep Energi potensial Kj

η  Visikositas dinamik m²/s, mm²/s, cSt

Tekanan kohesi N/m² / (bar)

b Konstanta

u Energi dalam 1 kg masa zat kJ/kg

U  Energi dalam m kg masa zat kJ

h Entalpi dalam 1 kg masa zat kJ/kg

H Entalpi m kg masa zat kJ

(13)

Teknik Mesin [ Daftar Notasi ]

Universitas Mercu Buana| vii    

 

c Kecepatan aliran gas m/s

A Luas penampang m²

Cv Panas jenis volume konstan kJ/ kg K

Cp Panas jenis tekanan konstan kJ/ kg K

k Indeks adiabata 1,4

n Indeks politropi 1< n < 1,4

gn Bagian masa campuran gas % masa

rn Bagian volume campuran gas % volume

α Sudut sumbu v °

β Sudut sumbu p °

Tf Suhu didih ( cairan jenuh ) K

h/g

r = hfg Panas penguapan kJ/kg

x Kadar uap ( dryness franction ) % volume

s Detik sekonde

s Entropi kJ/ kg K

S Entropi m kg masa zat kJ/ K

hf Entalpi cairan jenuh kJ/kg

hg Entalpi uap jenuh kJ/kg

sf Entropi cairan jenuh kJ/ kg K

sg Entropi uap jenuh kJ/ kg K

sfg Perbedaan entropi (Sg - Sf ) kJ/ kg K

   

(14)

 

Teknik Mesin   [ BAB – I Pendahuluan ] 

 

Universitas Mercu Buana | 1  

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dengan dilakukannya secara rutin atau berkala dalam pelaksanaan pada tekanan kabin maka suatu pesawat dapat dinyatakan aman dan layak untuk penerbangan, maka organisasi sipil yang mengatur sistem kelayakan suatu pesawat akan menstandarkan seberapa kebocoran dari kabin pesawat yang diperbolehkan atau diijinkan yang dapat merusak sistem pendengaran dari semua penumpang .

Organisasi yang mengatur kesalamatan penerbangan international International

civil aviation organization ( ICAO ) sudah mensyaratkan suatu penerbangan agar selalu

mentaati peraturan yang sudah ada di masing – masing suatu negara, dalam penulisan tugas akhir ini akan diuraikan mengenai kebocoran kabin yang diijinkan pada pesawat Boeing 737 - 700 dengan menggunakan sistem metode pressure decay untuk kenyamanan penumpang pada saat penerbangan berlangsung sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk dunia internasional.

Adapun peraturan keselamatan penerbangan sipil indonesia Civil Aviation Safety

Regulation ( CASR ) tersebut terdiri dari beberapa bab yang mensyaratkan ketentuan –

ketentuan yang mencakup kegiatan didalam Penerbangan Sipil di Indonesia antara lain : Part 43 : Tentang Maintenance Preventive, Rebuilding dan Alteration. Part 45 : Indentification pesawat dan marking.

Part 65 : Aircraft Maintenance Engineering Licensi. Part 121 : Certification and operating Requirement. Part 145 : Approval Maintenance Organization.

(15)

 

Teknik Mesin   [ BAB – I Pendahuluan ] 

 

Universitas Mercu Buana | 2  

 

Dari hasil evaluasi ataupun hasil rapat setiap bulan atau minggu yang diadakan oleh dinas perawatan pesawat ada kecenderungan mengalami gangguan pada sistem udara bertekanan didalam kabin yang menyebabkan pada saat penerbangan berlangsung, dalam jadwal penerbangan yang disebabkan oleh terlambatnya penyelesaian pada pekerjaan sistem maka biaya yang dikeluarkan sangat banyak untuk operator.

Untuk mengantisipasi kejadian tersebut yang dapat merugikan perusahaan penerbangan dan perusahaan perawatan, penulis berusaha menyajikan metode atau cara penanganan dalam menyelesaikan pekerjaan yang ada pada metode sistem pengontrol

pressure decay pada Boeing 737 - 700 dalam bentuk tulisan tesis.

1.2 Perumusan Masalah

Dengan meningkatnya jumlah frekuensi jadwal penerbangan, apakah metode yang menggunakan metode sistem pengontrol pressure decay dapat menyelesaikan dan mempermudah penanganannya untuk kenyamanan penerbangan pada saat ini.

1.3 Pentingnya Pemecahan Masalah

Analisis ini bertujuan untuk menekan nilai kerusakan penggunaan sistem

pressure decay dalam penyelesaian pelaksanaan perawatan pada pesawat Boeing 737 -

700 sehingga dapat menurunkan biaya perawatan pesawat, dapat menaikan pendapatan perusahaan dan meningkatkan kepercayaan terhadap pengguna jasa perawatan atau masyarakat yang menggunakan pesawat terbang.

1.4 Pembatasan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah tersebut diatas dan keterbatasan waktu yang tersedia, maka penulis menganggap penting untuk mencoba melakukan analisis terhadap kebocoran kabin pesawat yang sering terjadi yang dapat menyebabkan kerusakan pada telinga penumpang pada saat pesawat sedang terbang, untuk meningkatkan kenyamanan bagi penumpang dan menyelesaikan masalah pekerjaan perawatan.

(16)

 

Teknik Mesin   [ BAB – I Pendahuluan ] 

 

Universitas Mercu Buana | 3  

 

Adapun pembatasan masalah yang dapat diambil dalam penyelesaian tugas akhir ini adalah :

1. Tidak melakukan pengkajian masalah dari aspek biaya.

2. Tidak membahas masalah kerugian yang dialami oleh perusahaan.

1.5 Maksud dan Tujuan

Sesuai dengan tujuan program pendidikan yang diikuti dan dari uraian latar belakang masalah tersebut diatas serta keterbatasan waktu yang tersedia maka dalam pembuatan tugas akhir ini akan dibatasi pada pembahasan analisa. sebagai akibat dari kerusakan pada sistem Cabin pressure control system maka penulis mencoba untuk :

1. Mengetahui sistem udara bertekanan pada kabin pesawat.

2. Mengetahui besarnya perbedaan tekanan kabin saat pesawat sedang terbang. 3. Menganalisa pengetesan kebocoran kabin pesawat.

3. Mencoba metode sistem pressure decay.

1.6 Metode Penelitian

Dalam pengumpulan data guna mendukung dan melengkapi pembahasan permasalahan ini digunakan metode sebagai berikut :

1. Penelitian Pustaka 2. Penelitian Lapangan

3. Konsultasi dengan para teman – teman dan pekerja.

1.7 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis menyusun sedemikian rupa agar dapat dengan mudah memahami permasalahannya sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan, pentingnya masalah,

(17)

 

Teknik Mesin   [ BAB – I Pendahuluan ] 

 

Universitas Mercu Buana | 4  

 

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini menjelaskan tentang metode sistem udara bertekanan didalam kabin yang diambil dari tiga sumber untuk digunakan pada sistem air

conditioning di pesawat Boeing 737 - 700 uraian singkat mengenai teori dan

metode yang digunakan dalam pembatasan kasus.

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan dari sistem bertekanan yang digunakan untuk tekanan kabin pesawat pada saat terbang maupun cara pengetesan tekanan kabin pada saat di hanggar ( Ground ) dikumpulkan dan digunakan untuk penelitian, dan pemecahan masalah.

BAB IV PERHITUNGAN

Dalam bab ini berisikan pemecahan masalah berdasarkan sistematika model perhitungan dengan formula kenyataan memakai komputer dan mencari luas penampang kebocoran pada saat pesawat melakukan descent dengan waktu yang dibutuhkan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini diuraikan kesimpulan yang didapat dari penelitian ataupun perancangan yang dibuat serta saran – saran yang diusulkan untuk penerapan hasil.            

(18)

 

Teknik Mesin   [ BAB – I Pendahuluan ] 

 

Universitas Mercu Buana | 5  

   

(19)

Teknik Mesin [ BAB – II Landasan Teori ]

Universitas Mercu Buana | 5

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pendahuluan.

Dalam pembahasan landasan teori ini, penulis akan membahas teori dasar dari sistem tata udara yang digunakan pada pesawat terbang untuk kenyamanan seluruh penumpang dan awak pesawat terbang, sistem yang digunakan adalah : udara yang di dinginkan oleh mesin, dan disebut juga “ Air Cycle” apakah yang dimaksud dari “ Air

Cycle” adalah udara yang dibuat alami, nyaman untuk dihirup dan murah dalam

pembiayaan pendinginan, didalam lingkungan untuk mengurangi masalah saat ini maka sistem ini untuk mendukung undang – undang lingkungan hidup sebagai alternative dari pemecahan masalah pencemaran udara, pada sistem air cycle mempunyai beberapa spesifikasi yang menguntungkan dan dapat dipakai untuk semua permintaan yang potensial sebagai berikut:

1. Bekerjanya cairan ( udara ) yang bebas, didalam lingkungan yang nyaman dan tidak mengandung karbon ( toxic ).

2. Sistem air cycle sangat bagus dan dapat dipercaya untuk mengurangi biaya dari perawatan dan waktu melaksanakan perawatan berat ( over haul ).

3. Kemampuan dari air cycle dapat dihandalkan dan tidak buruk, tidak seperti halnya menggunakan vapour-compression ketika pada saat penggunaannya dan dari segi perancangan tidak terlalu sulit.

4. Pada saat pengoperasian selain sebagai pendingin ruangan kabin, juga dapat berfungsi memperoduksi udara panas dan bertekanan yang dibutuhkan dan bermanfaat untuk sistem yang lainnya.

Dasar dari penggunaan udara pendingin pada prinsipnya adalah kapan gas akan menguap menjadi isentropically dari suhu udara yang diberikan, suhu udara akhir dari tekanan yang baru banyak menurunkan, yang diakibatkan oleh gas dingin didalam tempat udara dapat digunakan sebagai pendingin salah satunya sebagai petunjuk dalam membuka sistem atau bukan petunjuk yang diartikan sebagai pengganti panas didalam penutup sistem.

(20)

Teknik Mesin [ BAB – II Landasan Teori ]

Universitas Mercu Buana | 6

2.2 Sumber – sumber aliran udara bertekanan pada pesawat Boeing 737 – 700.

Sumber - sumber aliran udara bertekanan yang digunakan untuk sistem dan ruangan kabin pesawat didapat dari beberapa sumber, ada tiga ( 3 ) sumber yang berbeda yaitu : ( Ref : Maintenance manual, chapter 36-00-00 )

1. Engine Bleed Air System

2. Auxiliary Power Unit ( APU ) Bleed Air System 3. Pnuematic Ground Air Connection

Pada saat normal atau pesawat dalam keadaan terbang sistem udara bertekanan untuk kabin pesawat disuplai oleh mesin, yang bersumber dari udara yang dihasilkan oleh kompresor mesin, pada saat pesawat di darat akan disuplai oleh mobil ground cart, , dan bisa didapat melalui auxiliary power unit ( APU ), dengan dikontrol oleh beberapa katup pengontrol aliran udara bertekanan, beberapa sistem yang menggunakan sumber pneumatik pada sistem pesawat.

1. Sistem untuk start engine.

2. Sistem untuk Air Conditioning and Pressurization cabin. 3. Sistem untuk Engine Inlet Cowl and anti- ice.

4. Sistem untuk Wing thermal anti –ice. 5. Sistem untuk Water tank Pressurization. 6. Sistem untuk Reservoir Pressurization.

Sistem pneumatik dikontrol dan indikasinya berada panel kokpit P5-10 dengan menggunakan listrik 28 volt DC dan 115 AC, sistem pneumatik juga menyuplai udara panas dan tekanan udara tinggi yang digunakan untuk sistem yang lainnya.

2.2.1 Engine Bleed Air System.

Setiap mesin mempunyai masing – masing satu bleed air dan engine

bleed system yaitu untuk mengontrol suhu udara dan tekanan udara yang keluar dari

mesin pesawat, Engine bleed air berasal dari stage 5th compressor dan stage 9th high

(21)

Teknik Mesin [ BAB – II Landasan Teori ]

Universitas Mercu Buana | 7 high stage regulator and high stage valve control untuk mengontrol aliran udara, dan

pada stage 5 hanya terdapat satu valve yaitu : Check valve untuk mencegah aliran balik udara bertekanan dari stage 9 masuk kedalam stage 5, pada saat putaran engine low

speed atau rendah maka udara yang bertekanan diambil dari stage 9th dan pada saat

putaran engine high speed atau tinggi, maka udara bertekanan untuk tekanan kabin diambil dari stage 5th, pada saat putaran mesin tinggi maka high stage valve akan menutup dan check valve pada stage 5th akan membuka untuk menyuplai udara bertekanan kedalam pressure regulating shutoff valve, sebelum udara bertekanan masuk kedalam sistem maka udara akan dikontrol lagi oleh dua buah valve yaitu :

1. precooler control valve.

2. pressure regulating and shutoff valve.

2.2.1.1 Precooler control valve.

Komponen valve ini akan mengontrol suhu tekanan udara yang

akan masuk kedalam sistem tekanan kabin dengan menggunakan sensor thermostat, posisi normal adalah membuka valvenya, yang terdapat didalam pipa pnuematik setelah aliran valve dan juga untuk mengontrol wing thermal anti ice ( WTAI ), kemudian sinyal akan dikirim kedalam Air Conditioning Accessories Unit ( ACAU ) yang berisikan relay yang bekerja secara elektrik dengan suhu 390 - 440°F ( 199 - 227°C ) switch pada saat pengoperasian normal, valve ini dipasang untuk mencegah kerusakan pada sistem udara bertekanan yang keluar dari mesin pesawat yang akan masuk dalam kabin pesawat agar suhu dan udara bertekanan selalu terjaga dengan baik.

2.2.1.2 Pressure regulating and shutoff valve.

Komponen ini berfungsi untuk mematikan aliran udara yang

keluar dari mesin, mengatur tekanan udara yang keluar dari mesin sebesar 42 psi nominal yang akan masuk kedalam Precooler dengan menggunakan sensor thermostat akan mengirim sinyal kedalam Air Conditioning Accessories Unit berisikan relay yang bekerja secara elektrik dan juga secara manual, dengan suhu udara tidak boleh lebih dari 450°F / 232°C maka thermostat akan mengirim sinyal.

(22)

Teknik Mesin [ BAB – II Landasan Teori ]

Universitas Mercu Buana | 8

untuk Pressure Regulating and Shutoff Valve yang dikontrol oleh Bleed Air Regulator secara pneumatik maka PRSOV akan menuju pada posisi menutup, ketika suhu sudah mencapai 490°F / 254°C dengan tekanan udara mencapai 220 psi maka terdeteksi tekanan udara dari mesin yang berlebihan dan lampu di Air conditioning control panel

cockpit akan menyala dengan tulisan Bleed trip off.

2.2.2 Auxiliry Power Unit ( APU ) Bleed Air System.

Pada APU putaran kompresor adalah putaran konstan / stabil yang dapat

mensuplai pneumatik dan listrik untuk digunakan di darat ( Ground ), tetapi untuk di udara APU generator dapat mensuplai listrik 90 KVA pada ketinggian 32,000 ft ( 9,754 meter ) dan 66 KVA pada ketinggian 41,000 ft ( 12,500 meter ), listrik dan pneumatik dapat disuplai pada saat ketinggian pesawat 10,000 ft ( 3,048 meter ), dan APU hanya dapat mensuplai udara bertekanan sampai dengan ketinggian 17,000 ft ( 5,183 meter ), pada pipa aliran udara bertekanan dipasang check valve untuk mencegah aliran udara yang datang dari mesin agar tidak merusak sistem udara bertekanan dari APU.

2.2.3 Pnuematic Ground Connection.

Udara bertekanan yang diambil dari ground atau mobil yang dapat menghasilkan udara bertekanan sebesar 2000 cfm ( 56.6^3M/minute ) atau bertekanan sebesar 10 psig ( 69 kpa ), pada pipa pneumatik ground dipasang sebuah Check valve untuk mencegah udara yang datang dari mesin pesawat maupun APU, udara yang diambil dari ground dipakai untuk sistem pesawat yaitu untuk memutar mesin dan juga bisa dipakai untuk Air conditioning system.

(23)

Teknik Mesin [ BAB – II Landasan Teori ]

Universitas Mercu Buana | 9

Gambar 1. Sistem skematik udara bertekanan/pnuematik dari tiga sumber.

( Ref : Maintenance Manual Boeing, chapter 36-00-00 )

Gambar 2 . Panel P5-10 untuk mengontrol udara bertekanan yang di dapat dari tiga

(24)

Teknik Mesin [ BAB – II Landasan Teori ]

Universitas Mercu Buana | 10 2.3 Prinsip dasar sistem air conditioning pada pesawat Boeing 737 – 700.

Sumber udara bertekanan dari sistem mesin diambil dari dua tingkat kompresor

yang berbeda dari dua mesin pesawat yaitu :

1. Compressors Stage 9th stage ini digunakan pada saat putaran mesin rendah ( Idle ) dengan dikontrol dua buah valve yaitu high stage regulator dan high

stage valve control pada saat putaran mesin tinggi dan tekanan lebih dari

110 psi maka valve tingkat 9 akan menutup.

2. Compressors Stage 5th stage ini digunakan pada saat putaran mesin dengan kecepatan tinggi pada stage ini juga dipasang check valve yang berfungsi untuk mencegah udara yang datang dari tingkat 9 pada saat putaran rendah, agar tidak merusak komponen yang berada pada tingkat 5, untuk menyuplai ( PRSOV ).

Gambar 3. Sumber udara bertekanan dari kedua mesin pesawat.

( Ref : General Electric CFM56 – 7 )

Udara bertekanan yang diambil dari mesin kemudian masuk kedalam engine

(25)

Teknik Mesin [ BAB – II Landasan Teori ]

Universitas Mercu Buana | 11

bertekanan setelah melewati valve sekitar 60 psi dan tidak boleh melebihi karena dapat menyebabkan kerusakan pada komponen pnuematik, juga dapat melukai manusia.

Pressure regulating and shutoff valve ( PRSOV ) akan menutup secara otomatis apabila kelebihan tekanan udara dan suhu yang berlebihan, dan terdeteksi oleh over

pressure valve dipasang pada Bleed air regulator yang berfungsi untuk melindungi bleed valve system, suhu udara yang didapat dari mesin sangat panas sekali oleh karena

itu dipasang precooler yang berfungsi untuk mengatur suhu yang datang dari mesin pesawat sebelum masuk kedalam pipa – pipa pneumatik, precooler valve menggunakan udara dingin didapat dari fan kompresor bagian depan mesin yang diatur oleh Precooler

control valve sensor untuk menghembuskan udara kedalam Precooler dengan

menggunakan Type ball valve akan mulai membuka jika suhu sudah mencapai 390°F ( 199°C ) dan akan penuh membuka jika suhu sudah mencapai 440°F ( 227°C ) untuk menjaga suhu yang akan masuk kedalam pipa – pipa pneumatik, apabila suhu dari mesin tidak terlalu panas maka precooler valve akan menuju secara otomatis menutup, untuk memonitor dari engine bleed system dengan menggunakan lampu indikasi yang berada didalam panel kokpit.

Lampu yang menyala dengan berwarna amber yang ditempatkan pada P5-10 panel yang berada pada kokpit dengan tulisan ( Bleed Trip Off ), maka pada saat itu suhu terdeteksi dengan menggunakan dua buah sensor berupa thermostat 450°F / 232ºC, maka yang terjadi adalah Pressure regulating and shutoff valves akan bergerak menuju menutup, dan pada suhu 490°F / 254°C atau tekanan udara mencapai 220 psi maka

Pressure regulating and shutoff valves akan penuh menutup untuk mencegah suhu dan

tekanan udara yang berlebihan yang datang dari mesin, juga untuk mencegah kerusakan dari pipa - pipa pneumatik, setelah keadaan suhu udara bertekanan yang datang dari mesin sudah normal maka kemudian udara dari bleed system masuk kedalam Air

(26)

Teknik Mesin [ BAB – II Landasan Teori ]

Universitas Mercu Buana | 12

2.3.1 Komponen pada system air conditioning Boeing 737 – 700.

Ada beberapa komponen pendukung dari sistem pendinginan didalam ruang kabin pesawat terbang untuk memberikan rasa nyaman pada setiap kru maupun penumpang pesawat, disamping itu komponen ini sebagai pemanas pada saat terbang dengan ketinggian tertentu, yaitu : ( Ref : Maintenance Manual, chapter 21-50-00 ).

1 Flow control and shutoff valve.

2 Heat Exchangers.

3 Compressor machine ( disebut Air Cycle Machine ( ACM )).

4 Water Separator / Water Extractor.

5 Reheater.

6 Turbine.

7 Condenser.

2.3.1.1 Flow control and shutoff valve.

Komponen ini dikontrol menggunakan listrik 28v dc dan pneumatik,

jika tidak terpakai maka akan kembali menutup, pada valve ini mempunyai tiga posisi switch yaitu : OFF, AUTO, HIGH.

¾ Ketika switch posisi OFF maka pada coil solenoid C akan mendorong

Butterfly plate akan menuju posisi menutup valve.

¾ Ketika switch posisi AUTO menggerakkan coil solenoid C untuk membuka, ketika solenoid C membuka maka Butterfly plate akan membuka, bergeraknya switch juga akan memberikan sinyal kepada sistem yang lain seperti : Flight management computer system,

Common display system, Pressurization system, Temperature control system, Recirculation system, jumlah udara normal yang dikontrol kira

– kira sebesar 75 pound per minute ( ppm ).

¾ Ketika switch posisi HIGH akan menggerakkan coil solenoid B untuk siap bergerak dengan membuka lebih besar lagi kira – kira sebesar 105 ppm, solenoid A akan bergerak dan geraknya solenoid A hanya untuk aliran udara yang keluar dari APU valve akan mengalirkan udara kira – kira sebesar 131 ppm, jika semua kondisi sudah memenuhi yang

(27)

Teknik Mesin [ BAB – II Landasan Teori ]

Universitas Mercu Buana | 13

disyaratkan seperti : Pack switch HIGH position, APU Bleed switch ON position, APU

operates above 95%, Airplane in ground.

Gambar 4. Skematik dari Flow control and shutoff valve.

( Ref : Maintenance Manual Boeing, chapter 21-50-00 )

2.3.1.2 Heat Exchangers.

Pada komponen ini terdiri dari dua bagian yaitu : Primary heat exchangers dan Secondary heat exchangers, fungsi keduanya sama yaitu untuk

mendinginkan udara bertekanan yang datang dari mesin pesawat terbang, tetapi setiap bagian komponen mempunya fungsi masing – masing, pada primary heat exchangers mempunyai tipe plate pin, cross flow heat exchanger pendinginan dengan cara aliran udara yang menyilang yaitu udara dari mesin akan di dinginkan oleh udara luar pesawat melalui Ram air inlet, pada saat kondisi didarat maka pintu dari ram air mendapat sinyal dari ACAU untuk posisi membuka, pada saat akan take off maka pintu dari ram air akan menutup untuk menghindari benda asing yang masuk kedalam, tetapi pada saat pesawat sudah dalam keadaan terbang maka akan menerima

(28)

Teknik Mesin [ BAB – II Landasan Teori ]

Universitas Mercu Buana | 14

sinyal dari pack/zone temperature controller kemudian udara akan dialirkan ke dalam kompresor ( ACM ). Pada Secondary heat exchanger tipe dan penerima sinyalnya sama, tetapi pendinginan udara dilakukan setelah kompresor menaikkan kembali tekanan udara dan suhu dari sebagian udara yang sudah dingin kemudian menekan udara untuk masuk kedalam secondary heat exchanger lalu udara luar yang masuk dari ram air akan mendinginkan kembali, udara dari kompresor kemudian masuk kedalam water extractor.

2.3.1.3 Air Cycle Machine. ( ACM )

Pada komponen ini berfungsi untuk menurunkan suhu udara dengan

putaran yang sangat tinggi dengan gesekan kecil, komponen ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu :

¾ Turbine. ¾ Compressore. ¾ Impeller Fan.

2.3.1.4 Water Extractor / Water separator.

Pada komponen ini adalah alat untuk memisahkan antara air dan udara yang sudah di dinginkan oleh Secondary heat exchanger, bekerjanya komponen ini dengan memakai static swirl vanes dengan aliran udara secara centripugal maka air dan udara akan memisah tetapi pada komponen ini tidak seratus persen dapat dipisahkan antara air dan udara dingin, air yang sudah dipisahkan akan dimasukkan kedalam saluran Ram air inlet duct sebagai pendingin aliran udara.

2.3.1.5 Reheater.

Pada komponen ini adalah Plate-fin, single pass, kemudian

komponen ini terbuat dari alumunium dengan aliran udara menyilang, pada komponen ini mempunyai dua fungsi yaitu :

¾ Untuk mendinginkan udara pack yang datang dari Secondary heat exchanger sebelum masuk kedalam Condenser.

(29)

Teknik Mesin [ BAB – II Landasan Teori ]

Universitas Mercu Buana | 15

¾ Memanaskan udara pack yang datang dari Water extractor sebelum masuk kedalam turbin ( ACM ).

Gambar 5. Reheater.

( Ref : Maintenance Manual Boeing, chapter 21-50-00 )

2.3.1.6 Turbine.

Pada komponen turbin adalah berfungsi untuk melanjutkan udara yang datang dari reheater setelah proses menaikkan suhu udara kembali agar bekerjanya turbin dapat menjadi effisien, kemudian udara dari turbin disalurkan kedalam

Condenser.

2.3.1.7 Condenser.

Pada komponen ini berfungsi untuk menurunkan kembali suhu udara

yang datang dari turbin pada Air conditioning pack sampai dibawah titik embun, dan sampai menyebabkan aliran pada uap udara sampai menjadi bentuk cairan. Komponen ini terbuat dari aluminium, plate-fin, single pass, crossflow, jika udara sudah cukup dingin atau menjadi bentuk cairan maka udara sudah dapat dialirkan kedalam pipa – pipa aliran distribusi udara untuk daerah yang memerlukan, untuk mencegah terjadinya es didalam condenser maka aliran udara dari Reheater dapat masuk kedalam ruang

(30)

Teknik Mesin [ BAB – II Landasan Teori ]

Universitas Mercu Buana | 16

Gambar 6. Condenser.

( Ref: Maintenance Manual Boeing, chapter 21-50-00 )

Pada Air conditioning pack mempunyai sensor panas untuk mencegah kerusakan pada komponen dan akan secara otomatis akan berhenti beroperasi jika terdeteksi panas yang berlebihan, komponen pendeteksinya yaitu :

¾ Compressore discharge overheat switch 390°F ( 199°C ).

¾ Turbine inlet overheat switch 210°F ( 99°C ).

¾ Pack discharge overheat switch 250°F ( 121°C ).

juga menyediakan udara untuk pengeringan, membersihkan dari debu bebas dari bakteri dan mensterilkan udara yang akan masuk kedalam kabin pesawat dengan suhu aliran udara yang sudah diatur oleh kru pesawat dan juga tekanan udara yang di isyaratkan untuk dikontrol pada kapasitas yang sama.

(31)

Teknik Mesin [ BAB – II Landasan Teori ]

Universitas Mercu Buana | 17

Gambar 7. Sistem skematik dari air conditioning pesawat Boeing 737 – 700.

( Ref : Maintenance Manual Boeing, chapter 21-50-00 )

2.4 Pembagian udara bertekanan pada pesawat Boeing 737 – 700.

Udara bertekanan yang datang dari mesin pesawat melalui Bleed Air System

yaitu aliran udara yang panas yang belum diatur sistem pendinginannya untuk digunakan pada pesawat, fungsi dari udara panas yang diambil dari mesin yaitu:

¾ menyediakan untuk pesawat yang terbagi oleh dua area ( zone ). ¾ sebagai alat sirkulasi pada system air conditioning pesawat.

¾ menyediakan sebagai alat untuk tata ruang udara pada galleys dan lavatories. ¾ untuk menyuplai udara sebagai pendingin pada komponen elektronik.

(32)

Teknik Mesin [ BAB – II Landasan Teori ]

Universitas Mercu Buana | 18

Gambar 8. Diagram distribusi udara bertekanan pesawat Boeing 737 – 700.

Sistem distribusi pada pesawat didapat dari dua buah air conditioning

pack yang dialirkan untuk sistem distribusi utama yang menyuplai untuk daerah

penumpang melalui bagian atas dari kabin pesawat menggunakan pipa – pipa dan lubang – lubang yang berada pada dibawah samping kaki penumpang, udara didalam pesawat tidak semuanya diambil dari mesin tetapi setelah udara sampai pada komponen utama dari sistem distribusi maka udara dari mesin pesawat akan dicampur oleh udara yang diambil dari area kabin dan kargo pesawat, tetapi sebelum udara yang diambil dari area kabin dan kargo udara akan disaring terlebih dahulu dengan menggunakan filter yang terdapat diarea kargo depan dengan menggunakan Recirculation fan kemudian udara setelah proses pencampuran akan disalurkan kedaerah penumpang dan kokpit.

(33)

Teknik Mesin [ BAB – II Landasan Teori ]

Universitas Mercu Buana | 19

Gambar 9. Aliran udara bertekanan pada kabin penumpang pesawat.

Pada sistem distribusi aliran udara bertekanan pada pesawat mempunyai beberapa sub-sistem yang dibagi yaitu :

1. sistem utama dari distribusi pesawat.

2. sistem distribusi untuk area kokpit ( flight compartment ). 3. sistem sirkulasi udara didalam pesawat.

4. sistem ventilasi.

5. sistem pendinginan pada komponen avionic pesawat.

2.4.1 Sistem utama dari distribusi udara bertekanan pada pesawat.

Pada sistem ini udara akan disalurkan kebeberapa daerah yang membutuhkan seperti pada bagian kokpit kru, bagian depan dan belakang kabin penumpang, juga ruang kargo depan dan belakang pesawat, sistem distribusi berfungsi sebagai :

¾ Penyedia udara bertekanan untuk tiga ruang pesawat terbang. ¾ Sebagai pensirkulasi udara bertekanan pada kabin penumpang. ¾ Menyediakan sistem ventilasi untuk lavatory dan galley.

(34)

Teknik Mesin [ BAB – II Landasan Teori ]

Universitas Mercu Buana | 20

Pada sistem ini mendapatkan udara bertekanan dari tiga sumber yaitu: ¾ Air conditioning pack.

¾ Ground conditioned air. ¾ Recirculation system.

Gambar 10. Skematik distribusi udara bertekanan yang diambil dari tiga sumber. ( Ref : Aircraft Miantenance Manual Boeing, chapter 21-00-00 )

2.4.2 Sistem distribusi untuk area kokpit.

Pada sistem ini mendapatkan udara dengan secara mandiri dengan aliran

udara yang stabil dan menyediakan udara yang segar bagi pilot dan kopilot dengan menggunakan sirkulasi, dengan diaturnya suhu dan aliran udara yang digunakan, udara diambil dari bagian kiri pack dan bagian pipa pencampuran udara, udara masuk dari bagian sisi kiri melalui pipa – pipa dan dikontrol masuk dan keluar udara dari kabin dengan menggunakan valve.

(35)

Teknik Mesin [ BAB – II Landasan Teori ]

Universitas Mercu Buana | 21

2.4.3 Sistem sirkulasi udara didalam pesawat.

Pada sistem ini mendapatkan udara dari mix manifold dari hasil pencampuran udara dari dalam kabin menggunakan Recirculation fan yang diambil dari area kargo pesawat tetapi sebelum masuk kedalam mix manifold udara disaring terlebih dahulu oleh filter dengan jenis High efficiency particulate air ( HEPA ) dan untuk udara dari mesin setelah melalui proses air cycle machine, setelah itu kemudian udara dialirkan melalui pipa yang berada diatas dari ceiling kabin dengan pipa utama kemudian dibagi dengan beberapa pipa dan bagian bawah sisi kiri dari kursi agar sistem pembagian udaranya dapat secara merata kebagian kabin, lavatory dan galley.

Gambar 11. Sistem sirkulasi udara bertekanan didalam pesawat.

( Ref : Maintenance Manual Boeing, Chapter 21-00-00 )

2.4.4 Sistem Ventilasi.

Pada sistem ventilasi ini menggunakan perbedaan tekanan, antara tekanan kabin dengan udara luar kabin untuk menekan udara keluar dari pesawat, komponen utama dari sistem ventilasi ini adalah Galley ventilation muffler sebagai alat untuk memperkecil kebisingan udara pada saat udara bergerak keluar dari tekanan kabin melalui celah Exhaust Nozzle dari area kabin galley dan lavatory pesawat.

(36)

Teknik Mesin [ BAB – II Landasan Teori ]

Universitas Mercu Buana | 22

2.4.5 Sistem pendinginan pada komponen avionic pesawat.

Pada sistem ini menggunakan sistem kipas dengan tujuan membuang panas dari setiap komponen dengan mengambil udara dari area kabin melalui pipa – pipa dan setiap unit komponen mempunyai masing – masing kipas utama dan cadangan, hasil dari pendinginan komponen ada satu valve yang akan mengatur kapan udara hasil pendinginan dibuang dan digunakan kembali untuk menjadi udara pemanas ruangan kargo depan yaitu Overboard Exhaust Valve yang berfungsi sebagai :

¾ Pengontrol jumlah udara untuk pendinginan komponen yang dikeluarkan.

¾ Dan dioperasikan untuk membuang udara yang berasap. Pada valve ini diameternya sebesar 4 inch dan mempunyai dua buah posisi

indikasi ( NORMAL / SMOKE ), valve ini dikontrol secara aerodinamik ( Aerodinamic

controlled shutoff vakve ). Ketika actuator dari valve menunjukan posisi NORMAL

maka valve disk dapat diputar dari posisi membuka ke posisi menutup, dan ketika actuator menunjukan posisi SMOKE maka valve disk dapat diputar dari posisi pull membuka dan juga bisa untuk tidak pull membuka kira – kira membukanya valve sekitar ( 54 derajat ). kekuatan spring untuk membuka valve yaitu ketika pesawat sudah mulai bertekanan didalam kabin aliran udara yang melalui valve akan naik, maka valve akan menutup ketika aliran udara yang melalui valve lebih dari 30 lbs/min ( 14 kg/min ) kapan valve akan menutup, selama terjadinya perbedaan tekanan sebesar 1 psid maka valve akan menutup. dengan menutupnya valve maka udara yang berasal dari komponen pendingin yang berada dibawah bagian depan kargo dimanfaatkan untuk sebagai pemanas dari lantai kargo juga untuk seluruh ruangan kargo depan pesawat pada saat pesawat dalam keadaan terbang, ketika pesawat berada dibawah maka udara dari hasil pendinginan komponen akan langsung dibuang keluar melalui overboard

(37)

Teknik Mesin [ BAB – II Landasan Teori ]

Universitas Mercu Buana | 23

Gambar 12. Overboard exhaust valve.

(38)

 

Teknik Mesin       [ BAB – III Analisa dan Pembahasan ]

Universitas Mercu Buana | 24

BAB III

ANALISA DAN PEMBAHASAN

3.1 Analisa udara bertekanan didalam kabin.

Pada bab analisa berikut ini akan diketengahkan tentang pembahasan yang berhubungan dengan bab sebelumnya, untuk mengetahui kebocoran yang terjadi pada pesawat dan berapakah perbedaan tekanan didalam pesawat pada saat terbang dengan tekanan udara yang ada diluar pesawat dan tekanan yang di ijinkan, dimana pesawat dioperasikan dengan ketinggian tekanan udara yang lebih kecil dan kerapan udara ( oksigen ) yang semakin sedikit dan tidak cukup untuk membantu pernapasan para penumpang, maka pada pesawat terdapat system cabin pressurization dimana sistem ini menyimpan atau mengatur dari tekanan udara yang ada didalam pesawat dengan tekanan udara yang berada diluar pesawat yang berfungsi untuk menyelamatkan penumpang dan pilot agar dapat menghirup udara segar dan agar menghindari effek dari hypoxia ( oxygen starvation ).

Pada sistem air conditioning pack yang mensuplai udara bertekanan pada ruang kabin pesawat, untuk mengontrol tekanan agar stabil dan aman pada ketinggian kabin,

maka sistem pengontrol udara bertekanan mempunyai tiga sub - sistem yaitu : ( Ref : Maintenance Manual Boeing )

1. Cabin pressure control system. 2. Cabin pressure relief system.

3. Cabin pressure indication and warning system.

(39)

 

Teknik Mesin       [ BAB – III Analisa dan Pembahasan ]

Universitas Mercu Buana | 25 3.1.1 Cabin Pressure Control System.

Pada sistem pengontrol tekanan kabin ini digunakan untuk mengontrol

jumlah udara yang masuk dan yang keluar pada ruang kabin pesawat dengan beberapa komponen pengontrol yaitu :

¾ Cabin pressure control module.

¾ Two digital cabin pressure controllers. ( CPC ) ¾ Outflow valve assembly with three drive motors. ¾ Overboard exhaust valve.

3.1.2 Cabin Pressure Relief System.

Pada cabin pressure relief system, sistem ini digunakan jika komponen

utama dari CPC rusak atau tidak bekerja lagi maka sistem ini digunakan untuk mencegah struktur dari badan pesawat dari tekanan yang berlebihan dari dalam pesawat dan juga tekanan negative dari luar pesawat sistem ini juga digunakan jika sistem normal tekanan pada kabin rusak, beberapa komponen pada sistem ini :

¾ Two positive pressure relief valves ¾ Negative pressure relief valve

3.1.3 Cabin Pressure Indication and Warning System.

Pada sistem ini memberikan pilot data tentang sistem tekanan yang ada

didalam kabin pesawat bagaimana status dari sistem bertekanannya, beberapa komponen yang digunakan yaitu :

¾ Cabin altitude panel ¾ Aural warning module

(40)

 

Teknik Mesin       [ BAB – III Analisa dan Pembahasan ]

Universitas Mercu Buana | 26

Pada sistem udara bertekanan untuk ruang kabin pesawat mempunyai dua pengontrol yang dapat digunakan secara otomatis dan manual, secara otomatis komponen tersebut adalah Two digital cabin pressure controllers ( CPCs ), setiap CPC mempunyai sistem penghubung dengan pengontrol yang lain dan sistem valve motor, dengan posisi switch ditempatkan pada AUTO maka sistem dikontrol oleh Dual

redundant architecture, dan hanya satu CPC yang dikontrol oleh outflow valve sewaktu

– waktu, sistem CPC yang lain hanya sebagai cadangan, secara manual dihubungkan dengan pengontrol sistem valve motor, memberikan sistem pengontrol bertekanan dikontrol oleh Triple redundant architecture.

Pada saat terbang data yang terhubung diambil dari cabin pressure

control didapat dari beberapa komponen yaitu :

¾ Pressurization Mode ¾ Flight Altitude ¾ Landing Altitude

Pada CPC mempunyai sensor yang terdapat pada kabin dan juga mendapatkan data udara dari kedua Air Data Inertial Reference Units ( ADIRUs ),

Engine Speed Data diambil dari Stall Management and Yaw Damper Computers (

SMYDCs ) dan dari Air/ground logic didapat dari Proximity Switch Electronics Unit ( PSEU ). dan pada setiap CPC menggunakan posisi umpan balik dari setiap valve yang mempengaruhi sistem udara bertekanan pada ruang kabin yaitu:

¾ Left pack valve ¾ Right pack valve

¾ Overboard exhaust valve

untuk mengontrol tekanan kabin dan ketinggian kabin pesawat dapat dikontrol melalui P5 panel yang berada tepat diatas kepala dari pilot pada saat pesawat akan memulai beberapa tahapan terbang.

(41)

 

Teknik Mesin       [ BAB – III Analisa dan Pembahasan ]

Universitas Mercu Buana | 27

Ga mbar 13. Skematik pengatur udara bertekanan yang masuk kedalam Cabin pressure

(42)

 

Teknik Mesin       [ BAB – III Analisa dan Pembahasan ]

Universitas Mercu Buana | 28 control ( CPC ) dengan mendapatkan input dari beberapa komponen dan gambar P5-

panel. ( Ref : kokpit Boeing 737-700 )

Pada P5- panel dimana udara bertekanan dan ketinggian kabin dapat

dikontrol dan isi dari panel tersebut adalah :

¾ Mode selector terdiri dari : AUTO, ALT ( sistem cadangan otomatis ),

MAN ( sistem ini menggunakan manual switch dengan tiga posisi untuk membuka outflow valve, Close, Neutral, Open ).

¾ FLT ALT ( Flight altitude ) : menggunakan display dan penggunaannya

untuk memprogram sampai cruise altitude dari – 1,000 sampai 42,000 ft dengan laju batas kenaikan sebesar 500 feet.

¾ LAND ALT ( Landing altitude ) : menggunakan display dan

penggunaannya untuk memprogram landing field altitude dari – 1,000 sampai 14,000 ft dengan laju batas penurunan sebesar 50 feet.

¾ System status light : yang mempunyai empat lampu indikasi yaitu :

ƒ AUTO FAIL ( indikasi lampu ini menyala jika sistem otomatis rusak atau gagal maka lampu akan menyala dengan warna amber ).

ƒ OFF SCHED DESCENT ( indikasi lampu ini menyala jika sistem otomatis terjadi penyimpangan dari rencana yang sudah ditentukan oleh pilot maka lampu akan menyala dengan warna amber ).

ƒ ALTN ( indikasi lampu ini menyala jika sistem otomatis tidak bekerja maka sistem cadangan otomatis sedang bekerja dengan indikasi lampu dengan warna hijau).

ƒ MANUAL ( indikasi lampu ini menyala jika semua sistem tidak bekerja secara otomatis maka sistem manual yang sedang dipakai dengan warna lampu hijau ).

(43)

 

Teknik Mesin       [ BAB – III Analisa dan Pembahasan ]

Universitas Mercu Buana | 29

¾ Cabin altitude / differential pressure indicator : Pada sistem ini terhubung dengan alternate static system dengan penunjukan jarum besar dengan lingkaran luar pada indikator menunjukan perbedaan tekanan kabin dengan satu garis kecil seharga 0.2 psid, untuk penunjukan jarum kecil dengan lingkaran dalam pada indikator yaitu menunjukan ketinggian kabin dengan satu garis kecil seharga 1000 feet.

¾ Cabin rate of climb indicator : Pada indikator ini menunjukan besarnya aliran udara bertekanan yang masuk kedalam ruang kabin, penunjukan jarum dalam lingkaran berupa garis maka dengan satu garis kecil seharga 100 fpm.

¾ ALT HORN CUTOUT : Indikasi ini digunakan jika terjadinya kelebihan dari ketinggian kabin yang di ijinkan sudah melebihi batas yang ditentukan, maka alarm dipesawat akan berbunyi dan untuk mematikan alarm tersebut dengan menekan tombol ALT HORN CUTOUT.

¾ Stiker yang ada pada kontrol panel adalah sebagai referensi pada saat pengoperasian secara manual, yaitu menyediakan informasi :

1. Untuk perbedaan tekanan pada saat Take off dan Landing.

2. Untuk mengetahui ketinggian pesawat dan perbedaan tekanan kabin.

3.2 Pembahasan udara bertekanan pada kabin saat tahapan terbang. Untuk otomatis ( AUTO atau ALTN ) akan mengontrol tekanan udara yang ada

didalam pesawat dengan beberapa tahap pada saat akan mulai terbang yaitu : 1. Ground.

2. Take off. 3. Climb. 4. Cruise.

(44)

 

Teknik Mesin       [ BAB – III Analisa dan Pembahasan ]

Universitas Mercu Buana | 30

5. Descent. 6. Landing.

3.2.1 Pada tahap posisi di Ground.

Ketika pesawat berada di bawah sistem akan mulai bekerja sesuai dengan tahapnya yaitu :

¾ Udara / Sistem dibawah menunjukan posisi dari kiri dan kanan pada roda pendarat bahwa pesawat berada di landasan.

¾ N1 ( Fan and Booster, Low pressure turbine rotor ) Pada kedua mesin pesawat menunjukan kurang dari 50% untuk waktu yang dibutuhkan paling sedikit 1,5 detik.

¾ N2 ( High pressure compressor and High pressure turbine rotor ) Pada kedua mesin pesawat menunjukan kurang dari 84 % untuk waktu yang dibutuhkan paling sedikit 1,5 detik.

Ketika pesawat berada pada tahap untuk melakukan taxi atau berjalan diatas landasan pasawat tidak dalam keadaan bertekanan dan posisi dari outflow valve yang berada dibagian belakang pesawat posisinya membuka.

3.2.2 Pada tahap Posisi Take Off.

Pada tahap ini maka sistem pesawat mulai menunjukan perubahan pada tekanan yang terjadi didalam kabin dengan tahap yaitu :

¾ N1 ( Fan and Booster, Low pressure turbine rotor ) Dengan kedua mesin akan mulai naik menuju lebih dari 60 % untuk waktu yang dibutuhkan paling sedikit 1,5 detik.

(45)

 

Teknik Mesin       [ BAB – III Analisa dan Pembahasan ]

Universitas Mercu Buana | 31

¾ N2 ( High pressure compressor and High pressure turbine rotor ) Dengan kedua mesin akan mulai naik menuju lebih dari 89 % untuk waktu yang dibutuhkan paling sedikit 1,5 detik.

Pada saat tahap take off, sistem bertekanan pada kabin akan mulai bekerja dengan ditunjukan melalui indikator 0,1 psid dibawah dari ketinggian dengan tujuan untuk mencegah dari perasaan tidak nyaman pada tekanan yang naik dirasakan oleh penumpang atau disebut juga ( Pressure bump ) dan dapat mencegah kerusakan kulit pesawat, tekanan didalam kabin akan naik selama tahap take off sebesar 350 slfpm.

3.2.3 Pada tahap posisi Climb.

Ketika pesawat sudah menunjukan indikasi dari kedua roda pendarat sudah berada diatas dengan diketahui melalui switch dan dapat dilihat oleh pilot dengan indikasi lampu roda pendarat dikokpit mati maka roda pendarat tidak lagi menyentuh dari landasan dengan penunjukan instrumen yang ada dengan ketinggian yang sudah mencapai maka sudah dimulainya ke tahap climb. tekanan udara yang dijinkan untuk penumpang agar tidak terjadi sakitnya kuping maka maximum cabin pressurization rate

of change yaitu sebesar 600 slfpm apabila kurang dari itu maka lebih bagus dan nyaman

untuk telinga penumpang, dan tidak boleh lebih dari 600 slfpm.

3.2.4 Pada tahap posisi Cruise.

Pada saat pesawat sudah mencapai ketinggian yang diinginkan oleh seorang pilot untuk menerbangkan pesawat, maka tekanan udara akan mulai menunjukan perbedaan tekanan udara yang berada didalam pesawat dan diluar pesawat, ketika udara bertekanan diluar pesawat mulai menunjukan turun dari 0.25 Psid pada display FLT ALT ( Cruise altitude ) maka dimulailah tahap Cruise.

Pada saat tahap cruise maka sistem dipesawat akan mulai menstabilkan secara konstan dari ketinggian kabin dengan ketinggian pesawat, ketinggian / tekanan dari kabin pesawat akan ditentukan dengan Landing field elevation pada saat pesawat terbang dengan ketinggian 18,500 feet atau kurang dari itu, untuk penerbangan dengan

(46)

 

Teknik Mesin       [ BAB – III Analisa dan Pembahasan ]

Universitas Mercu Buana | 32

ketinggian pesawat diatas 18,500 feet maka tekanan kabin yang ada didalam pesawat akan naik untuk perbedaan tekanan dengan ketinggian pesawat harus dengan batas aman yang sudah ditentukan.

Maka diatas ketinggian pesawat dengan tekanan yang ada didalam kabin akan terjadi perbedaan, terkadang terjadi penyimpangan dari ketinggian pada saat terbang yang dapat menyebabkan perbedaan tekanan dari kabin akan naik mencapai 8.35 psid untuk menstabilkan dari ketinggian kabin.

Table 1. 14 CFR PART 121. Persyaratan Penambahan Oksigen Ketinggian Kabin ( Feet ) Persyaratan Penambahan Oksigen ( O₂ )

10,000 ≤ 12,000

Oksigen harus digunakan dari setiap awak pesawat terbang pada saat didalam ruangan awak pesawat, dan juga harus menyediakan untuk awak yang lain, untuk ketinggian kabin tersebut pesawat boleh terbang lebih dari selama 30 menit.

Awak Pesawat

(47)

 

Teknik Mesin       [ BAB – III Analisa dan Pembahasan ]

Universitas Mercu Buana | 33 Ref : * 14 CFR 121.327 : Supplemental Oxygen ; Reciprocating engine powered airplanes.

+ 14 CFR 121.329 : Supplemental Oxygen for sustenance ; Turbine engine powered airplanes.

Batas maksimum dari ketinggian kabin pesawat yang diijinkan secara umum sesuai dengan standart peraturan FARs ( Federal Aviation Regulations). Part 25 Subpart D.FAR.25.841 dan FAR 25.843 yang berisikan tentang desain dan kontruksi pesawat terbang yang dibuat oleh pabrik dengan ketinggian kabin tidak lebih dari 8,000 feet pada saat pengoperasian kondisi normal.

Sebagai peringatan untuk pilot maka ketika pesawat dengan ketinggian tekanan kabin melebihi dari 10,000 feet, maka ketinggian kabin akan diperingatin dengan alarm yang berbunyi bahwa tekanan didalam kabin melebihi, untuk mematikan alarm dengan cara menekan ALT HORN CUTOUT.

3.2.5 Pada tahap posisi Descent.

Ketika pesawat dengan tekanan yang berada diluar dengan perbedaan tekanan naik mencapai 0.25 psid atau lebih dari switch FLT ALT yang sudah ditentukan, maka dimulailah tahap Descent.

( Crew ) > 12,000 terbang pada saat didalam ruangan awak pesawat, dan juga harus menyediakan untuk awak yang lain, selama waktu pesawat sedang terbang dengan ketinggian kabin tersebut.

* Pesawat mesin Propeller ( Reciprocating Engine Aircraft ). 8000 ≤ 14,000

Oksigen harus tersedia 10% dari jumlah penumpang pada saat pesawat sedang terbang lebih dari 30 menit.

+ Pesawat mesin turbin ( Turbine Aircraft ) 10,000 ≤ 15,000

Oksigen harus tersedia 10% dari jumlah penumpang pada saat pesawat sedang terbang lebih dari 30 menit.

Untuk semua tipe pesawat ( For All Aircraft ) 14,000 ≤ 15,000

Oksigen harus tersedia 30% dari jumlah penumpang, untuk pada saat pesawat sedang terbang dengan ketinggian kabin tersebut.

Penumpang pesawat terbang ( Passengers )

Untuk semua tipe pesawat ( For All Aircraft ) >15,000

Oksigen harus tersedia untuk setiap penumpang pesawat pada saat pesawat sedang terbang dengan ketinggian kabin tersebut.

(48)

 

Teknik Mesin       [ BAB – III Analisa dan Pembahasan ]

Universitas Mercu Buana | 34

Pada tahap ini maka maximum dari tekanan kabin ( cabin pressurization

rate of change ) untuk tekanan yang diberikan adalah 350 slfpm. dan tekanan kabin juga

dikontrol oleh CPC ( Cabin pressure control ) yang mana sudah diset dengan cabin

pressurization rate of change untuk tekanan sebesar 750 slfpm, ketika terjadi api

dikargo sistem ini berfungsi sebagai faktor penghambat pada saat dibawah dan sistem akan menekan kabin dengan tekanan 0.15 psid dibawah LAND ALT ( Landing field

elevation ) yang sudah ditentukan. kenapa tekanan harus 0.15 psid untuk mencegah

kerusakan / benjolan pada body struktur dari pesawat ( Pressure Bumps ) selama pesawat akan mendarat dari udara sampai mencapai landasan.

3.2.6 Pada tahap posisi Landing.

Pada saat pesawat akan melakukan pendaratan dan apa yang disyaratkan untuk mendarat maka dimulailah tahap Landing. Pada sistem tekanan dikabin mulai dikurangi cabin of rate sebesar 500 slfpm, ketika tekanan kabin sudah sama dengan tekanan yang ada diluar maka outflow valve akan membuka, jika tekanan didalam kabin masih besar dengan tekanan udara luar maka semua pintu – pintu pesawat tidak dapat dibuka.

(49)

 

Teknik Mesin       [ BAB – III Analisa dan Pembahasan ]

Universitas Mercu Buana | 35

Gambar 14. Menunjukan perbedaan tekanan kabin dengan ketinggian pesawat pada

saat akan melakukan tahap - tahap penerbangan. ( Ref : Aircraft Maintenance Manual Boeing, chapter 21-00-00 )

3.3 Valve yang mengatur tekanan udara didalam kabin pesawat Boeing737 – 700.

Valve yang mengatur tekanan kabin dipesawat pada saat pesawat dalam keadaan terbang yaitu:

3.3.1 Outflow valve.

Tujuan dari penggunaan Outflow valve adalah untuk mengontrol aliran udara bertekanan didalam kabin dengan cara dibuang keluar melalui bodi pesawat, pada valve terdiri dari beberapa bagian komponen yaitu :

(50)

 

Teknik Mesin       [ BAB – III Analisa dan Pembahasan ]

Universitas Mercu Buana | 36

2. Actuator Assembly and Linkage. 3. Position Transducer.

4. Two automatic mode control and one manual mode motor. 5. Two electronic actuator.

Dari valve ini juga dapat mengembalikan tekanan kabin dengan sempurna dengan model mempunyai dua buah pintu valve, valve digerakkan dengan menggunakan dua buah motor listrik 28v dc dan satu buah motor listrik 48v dc, hanya satu motor listrik saja yang dapat menggerakkan valve setiap saat, dari jumlah ketiga motor listrik semuanya sama menggunakan mekanisme aktuator. Pada valve mempunyai tiga posisi switch ( OPEN, NEUTRAL, CLOSE ) dengan posisi normal maka posisi switch akan spring- loaded kembali ke posisi Neutral, setiap elektrikal aktuator pada valve mempunyai Fail-safe aneroid switch yaitu switch pada valve dapat menyebabkan valve akan pull menutup jika ketinggian tekanan didalam kabin mencapai 14,500 ft dengan pengoperasiannya hanya dikontrol secara otomatis, dan jangan menggunakan manual operasi. Pada position transducer untuk rangkaian valve menyediakan sinyal ke valve posisi indikator yang berada pada P5 bagian depan diatas kepala dari pilot selama semua model dioperasikan, Valve position transducer juga mengirimkan sinyal kepada kedua buah cabin pressure controllers ( CPC ) yang memberikan indikasi umpan balik dari sinyal untuk secara model otomatis maupun model cadangan yang dioperasikan.

(51)

 

Teknik Mesin       [ BAB – III Analisa dan Pembahasan ]

Universitas Mercu Buana | 37

Gambar 15. Aft Outflow valve. ( Ref : Aircraft Training manual Boeing,

chapter 21-31-029 )

3.3.2 Positive pressure relief valve

Tujuan dari valve ini adalah untuk mencegah tekanan yang berlebihan dari dalam pesawat dan dapat menyebabkan kerusakan pada struktur badan pesawat jika outflow valve tidak dapat menutup, pada pesawat ini mempunyai dua buah Positive

(52)

 

Teknik Mesin       [ BAB – III Analisa dan Pembahasan ]

Universitas Mercu Buana | 38

hubungan dengan sistem bertekanan kabin pesawat juga tanpa membutuhkan awak pesawat untuk mengoperasikannya.

Pada valve ini di operasikan dengan udara pneumatik tekanan didalam kabin dengan perbedaan tekanan udara luar pesawat, valve akan mengontrol perbedaan tekanan sebesar 8.95 +/- 0.15 psi lebih besar dari tekanan udara luar. ketika perbedaan tekanan tinggi sudah mencapai ambang batas yang ditentukan maka valve akan membuka membuang udara yang ada didalam pesawat membebaskan tekanan yang berlebihan didalam kabin, ketika udara bertekanan didalam kabin dengan tekanan udara diluar kabin sudah aman maka valve akan menutup kembali, pada valve ini mempunyai filter yang digunakan untuk membersihkan udara yang digunakan didalam Internal

servo dan aktuator mekanikal.

(53)

 

Teknik Mesin       [ BAB – III Analisa dan Pembahasan ]

Universitas Mercu Buana | 39 Gambar 16. Positive pressure relief valve. ( Ref : Aircraft Maintenance manual

Boeing, chapter 21-00-00 )

3.3.3 Negative pressure relief valve

Tujuan dari valve ini adalah untuk mencegah perbedaan tekanan yang negative ( Vacuum pressure ) yang dapat menyebabkan kerusakan pada struktur badan pesawat, juga dapat mencegah kerusakan badan pesawat pada saat pesawat melakukan descent secara tiba – tiba dengan kecepatan tinggi, valve ini juga digerakkan secara mekanikal dan dioperasikan secara mandiri tanpa berhubungan dengan sistem bertekanan yang lain, juga tidak perlu awak pesawat untuk mengoperasikannya, tipe dari valve ini adalah Flapper type valve menggunakan engsel spring yang dipasang pada badan pesawat dengan membuka valve kearah dalam pesawat, perbedaan tekanan yang negative antara didalam pesawat dengan udara luar pesawat akan membuka valve ketika tekanan diluar pesawat sebesar 1.0 psi atau lebih kemudian tekanan didalam pesawat sebesar ( - 1.0 psid ).

(54)

 

Teknik Mesin       [ BAB – III Analisa dan Pembahasan ]

Universitas Mercu Buana | 40

Gambar 17. Negative pressure relief valve. ( Ref : Aircraft Maintenance manual

Boeing, chapter 21-00-00 )

3.4 Analisa Pengetesan kebocoran tekanan kabin pesawat Boeing 737 - 700 yang diijinkan saat menjalani perawatan menggunakan stopwacth.

Pada pengetesan kebocoran tekanan kabin yang di ijinkan harus menggunakan prosedur yang sudah dibuat oleh pabrik pembuat pesawat dengan keadaan disekitar pengetesan harus aman dan harus melakukan inspeksi keadaan dari pada bodi pesawat maupun pintu – pintu dari pesawat karena jika terjadi kebocoran sekecil apapun. dapat mempengaruhi tekanan didalam kabin, selama pada saat inspeksi ditemukan kebocoran maka harus melihat prosedur yang harus dilakukan, pada saat akan melakukan pengetesan kebocoran kabin maka orang yang akan melakukannya harus dalam kondisi fisik sehat dan memastikan tekanan didalam sama dengan telinga yang melakukan. Sumber utama dari udara bertekanan yang diambil adalah dari APU ( Auxiliary

Power Unit ) untuk digunakan sebagai pengetesan kabin dan jika sumber dari APU

tidak bisa maka sumber udara bertekanan dapat diambil dari Engine Bleed valve atau juga dapat diambil dari udara dibawah ( Ground Source ), Jika menggunakan udara dari bawah maka tekanan yang dibutuhkan sebesar 2000 cfm ( 56.6M^3/minute ) atau udaranya bertekanan 10 psig ( 69 kpa ). Perbedaan tekanan kabin dan harga pada tekanan kabin pada saat turun maupun naik dapat dimonitor dengan pengontrol tekanan kabin yang ada diatas kokpit P5-panel.

(55)

 

Teknik Mesin       [ BAB – III Analisa dan Pembahasan ]

Universitas Mercu Buana | 41

Gambar 18. Sumber udara bertekanan yang diambil dari udara bawah ( Ground - source ) untuk melakukan pengetesan kabin.

3.4.1 Persiapan untuk melakukan pengetesan tekanan kabin.

1. Pasang jaring pengaman sekeliling dari badan pesawat untuk mencegah jika terjadi pada pintu – pintu, jendela maupun komponen yang lain yang dapat lepas jika terjadi adanya tekanan udara didalam kabin agar lebih aman.

Perhatian : Pastikan jika kamu ingin melepas power untuk semua komponen

yang menggunakan Propeller atau Impeller tipe kipas ( kecuali ki- pas untuk pendinginan ) dengan tekanan didalam kabin jika tekan- an sebesar 15.7 psia (108.2 kpa) tekanan akan lebih besar lagi akan menyebabkan kipas akan bekerja lebih kencang dan panas, juga dapat menyebabkan kerusakan pada kipas.

2. Tempatkan switch pada Recirc fan dari Air conditioning panel pada P5 pada posisi Off untuk bagian kanan dari recirculation fan.

3. Tempatkan switch pada Recirc fan dari Air conditioning panel pada P5 pada

Gambar

Gambar 2 . Panel P5-10 untuk mengontrol udara bertekanan yang di dapat dari tiga   sumber utama
Gambar 4. Skematik dari Flow control and shutoff valve.
Gambar 5. Reheater.
Gambar 6. Condenser.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Contoh teknologi pada era ini adalah CDMA 20001xEV-DO, WCDMA, dan UMTS.Pada dasarnya, perkembangan teknologi itu adalah untuk menuju kepada Next Generation Network

We'll return to this story, too, when we discuss design flaws, errors in implementation, and various issues of secure program operation, because it so clearly represents failure

Penyusunan model kompetensi ini diharapkan dapat membantu pihak manajemen hotel “X” kota Bandung untuk melakukan rekruitmen/seleksi berdasarkan model kompetensi dan

Kridalaksana (1984:38) menyatakan bahwa Dialek adalah variasi bahasa yang berbeda-beda menurut pemakai; variasi bahasa yang dipakai oleh kelompok bahasawan ditempat tertentu

Kesulitan yang sama juga dialami oleh siswa kelas VIIIA semester 2 di SMP Negeri 3 Pulosari. Sebagian besar siswa sukar dalam membedakan aksara Jawa. selain

Tujuan dari penetian ini yaitu menganalisis lokasi dan alokasi persampahan di wilayah Kabupaten Sukoharjo dengan harapan pengelolaan sampah dapat berjalan lebih efektif

Formulasi Gel Pengharum Ruangan Menggunakan Karagenan dan Gom Xantan Dengan Minyak Nilam Sebagai Fiksatif dan Minyak Kenanga Sebagai Pewangi. Medan : Universitas Sumatera

pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar. Guru menyusun skenario pembelajaran dengan memanfaakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar dalam