• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak orang yang mengatakan masa remaja adalah masa yang paling

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak orang yang mengatakan masa remaja adalah masa yang paling"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banyak orang yang mengatakan masa remaja adalah masa yang paling menyenangkan. Dimana individu tersebut tidak lagi dianggap sebagai anak-anak, mulai diberi kebebasan oleh orang tua, dan tidak mengemban tanggung jawab layaknya orang dewasa yang harus mencari nafkah. Menurut Santrok (2003), remaja adalah transisi antara kanak-kanak dan dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Kemudian Santrock mengatakan bahwa ahli perkembangan yang mendeskripsikan masa remaja menjadi remaja awal dan remaja akhir semakin bertambah. Masa remaja awal kira-kira sama dengan anak-anak yang sedang duduk di bangku sekolah menengah pertama, yaitu usia 11-14 tahun. Kemudian, masa remaja akhir diperuntukkan bagi anak yang berusia 15-19 tahun.

Menurut Eccles & Midgley (1990), selain mengalami perubahan dalam domain (biologis, kognitif, dan sosial-emosional), anak yang baru menginjak masa remaja juga mengalami transisi dalam bidang pendidikan, yaitu perpindahan dari sekolah dasar menuju sekolah menengah pertama. Transisi dalam bidang pendidikan dapat menjadi proses yang sulit bagi para siswa. Eccles & Midgley (1990) menambahkan bahwa pada masa remaja awal, siswa rentan mengalami kegagalan dalam bidang akademis (gagal dalam pelajaran) dan putus sekolah. Nilai akademis anak-anak remaja awal mengalami penurunan saat berpindah ke sekolah menengah pertama (Eccles & Midgley, 1990). Dari fakta-fakta ini, penulis

(2)

menyimpulkan bahwa anak yang baru melalui transisi menuju sekolah menengah pertama mempunyai masalah dalam menjalani pendidikan di sekolah. Kemudian, salah satu tolak ukur untuk keberhasilan siswa di sekolah adalah prestasi akademisnya. Hal ini juga kerap menjadi sorotan pihak sekolah dan orang tua. Maka dari itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait prestasi akademis anak.

Prestasi akademis dipengaruhi oleh berbagai hal yang sangat kompleks. Berdasarkan penelitian Western Australian Aboriginal Child Health Survey yang dilakukan pada siswa Aborigin, prestasi akademis dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu siswa itu sendiri, status sosioekonomi, lingkungan keluarga, dan lingkungan sekolah (www.ichr.uwa.edu.au). Kemudian dalam Bandura (2006), terdapat sebuah konsep bernama dyadic parent-child relationship, yaitu hubungan dua arah antara anak dan orang tua, dimana kedua figur ini saling mempengaruhi. Maka, berdasarkan dyadic parent-child relationship, prestasi akademis anak dapat dipengaruhi oleh anak itu sendiri dan orang tuanya. Maka dari itu, penulis akan menjadikan dua faktor tersebut sebagai pembahasan.

Menurut Pajares (2006), individu dengan sendirinya dapat memprediksi hasil usaha dan kemampuannya dengan lebih baik melalui keyakinan yang mereka bangun mengenai pencapaiannya daripada apa yang sebenarnya mereka mampu capai. Keyakinan yang dimaksudkan di sini disebut self-efficacy, yang artinya keyakinan seseorang akan kemampuannya untuk menghasilkan prestasi dan keyakinan tersebut akan mempengaruhi berbagai tindakan yang dilakukannya (Bandura, 1994). Namun demikian, tidak berarti bahwa individu dapat menyelesaikan tugas tanpa perlu memiliki kemampuan dan hanya mengandalkan keyakinan. Jadi, kompetensi yang dihasilkan membutuhkan harmonisasi antara

(3)

self-efficacy di satu sisi dan pengetahuan serta keterampilan di sisi yang lain (Pajares, 2006).

Self-efficacy merupakan dasar dari motivasi, kesejahteraan, dan prestasi (Bandura, 2006). Selain itu, menurut Pajares (2006), self-efficacy tidak hanya mendorong orang untuk mencapai prestasi/keberhasilan tetapi juga mendorong orang untuk bertahan di saat ia mengalami kegagalan. Dengan demikian, self-efficacy dapat dijadikan sebagai salah satu indikator yang berkontribusi terhadap prestasi akademis siswa.

Berdasarkan penelitian dari Martinelli, Bartholomeu, Caliatto, & Sassi (2009), menunjukkan bahwa self-efficacy yang rendah berdampak pada ketidakmampuan mengerjakan tugas akademis. Dengan demikian, prestasi akademisnya menjadi kurang baik. Penelitian dari Usher (2009) menunjukkan bahwa siswa yang memiliki

self-efficacy yang tinggi dalam bidang matematika juga memiliki prestasi matematika yang tinggi dan sebaliknya. Dalam Martinelli dkk. (2009), self-efficacy juga dianggap sebagai prediktor yang konsisten dari prestasi akademis. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa self-efficacy merupakan salah satu komponen penting yang dapat menentukan prestasi akademis seseorang.

Self-efficacy merupakan konstruk yang kompleks. Menurut Bandura, Caprara, Barbaranelli, Pastorelli, & Regalia (2001), terdapat tiga faktor dalam self-efficacy anak yaitu academic efficacy, social efficacy, dan self-regulatory efficacy. Kemudian, social efficacy dan self-regulatory efficacy dianggap tidak memiliki kaitan yang kuat dengan prestasi akademis. Faktor self-efficacy anak yang berkaitan kuat dengan prestasi akademis adalah academic efficacy. Maka dari itu, pembahasan selanjutnya akan berfokus pada academic efficacy. Berdasarkan Bandura dkk.

(4)

(2001), faktor ini dibagi menjadi tiga domain, yaitu self-efficacy pelajaran sekolah,

self-efficacy mengatur kegiatan belajar, dan self-efficacy memenuhi harapan.

Selain academic efficacy pada anak, faktor pengaruh orang tua juga berkontribusi terhadap prestasi akademis anak. Hasil penelitian dari Jeynes (2005) menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara parental involvement

(keterlibatan orang tua) secara keseluruhan dan prestasi akademis. Hal senada juga ditemukan oleh Hill & Tyson (2009) yaitu adanya hubungan yang positif antara

parental involvement secara umum dan prestasi di sekolah menengah. Adapula penelitian dari Voorhis (2003) yang menemukan bahwa orang tua yang membimbing anak mengerjakan pekerjaan rumah (PR) akan meningkatkan prestasi akademis anak pada sekolah menengah. Maka, pembahasan mengenai kontribusi orang tua dalam prestasi akademis anaknya dapat dikhususkan menjadi parental involvement.

Parental involvement adalah keterlibatan orang tua dalam pendidikan anaknya (Jeynes, 2005). Sejak lahir, anak dirawat oleh orang tuanya dan menghabiskan banyak waktu dengan orang tua. Maka, orang tua mempunyai pengaruh signifikan dalam berbagai aspek kehidupan anak, termasuk dalam proses perkembangan dan pembelajaran anak, khususnya prestasi akademis anak (Fan & Williams, 2010). Oleh karena itu, orang tua dapat melakukan berbagai upaya untuk membantu anak mencapai prestasi akademis yang memuaskan.

Namun, ada juga beberapa penelitian yang tidak menemukan kaitan antara

parental involvement dan prestasi akademis. Misalnya, Balli, Wedman, & Demo (1997) tidak menemukan kaitan antara parental involvement dan prestasi akademis. Setelah dianalisis lebih lanjut, parental involvement dipengaruhi juga oleh kualitas sementara dalam penelitian tersebut hanya meneliti tingkat parental involvement

(5)

yang lebih baik diberikan oleh orang tua yang tingkat pendidikannya lebih tinggi (lulus perguruan tinggi) karena melibatkan aktivitas intelektual. Sehingga parental involvement dari orang tua yang pendidikannya lebih tinggi akan lebih berpengaruh signifikan terhadap pendidikan anaknya.

Kemudian Bronstein, Ginsberg, & Herrera (2005) yang menjelaskan bahwa anak sekolah menengah (kelas tujuh) lebih dipengaruhi oleh motivasi intrinsik dalam menggapai prestasi. Sedangkan parental involvement dalam penelitian Bronstein dkk. (2005) berupa dukungan secara eksternal sehingga pengaruhnya terhadap prestasi tidak signifikan. Dalam penelitian ini terdapat tiga domain dalam parental involvement yang dibagi berdasarkan Hill & Tyson (2009). Dua diantaranya adalah

home-based dan school-based involvement. Berdasarkan analisis penulis, dua domain ini berupa bantuan dari orang tua secara langsung kepada anaknya sehingga dapat dikategorikan sebagai motivasi ekstrinsik. Domain yang ketiga yaitu

academic socialization. Domain ini dapat diinternalisasikan menjadi nilai dan konsep diri ideal bagi anak sehingga berperan sebagai motivasi intrinsik. Berdasarkan tidak adanya konsistensi dari hasil penelitian sebelumnya, penulis tertarik untuk meneliti kembali parental involvement dalam kaitannya dengan prestasi akademis.

Academic efficacy dan parental involvement merupakan dua variabel yang sama-sama berkontribusi untuk mempengaruhi prestasi akademis anak. Maka, berdasarkan penjelasan di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kontribusi academic efficacy dan parental involvement terhadap prestasi akademis siswa pada tahap remaja awal.

(6)

1.2 Identifikasi Masalah

Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

‐ Bagaimana kontribusi academic efficacy dan parental involvement terhadap prestasi akademis siswa pada tahap remaja awal?

‐ Secara berturut-turut, apa saja domain-domain dalam academic efficacy

yang berkontribusi signifikan terhadap prestasi akademis siswa?

‐ Secara berturut-turut, apa saja domain-domain dalam parental involvement

yang berkontribusi signifikan terhadap prestasi akademis siswa?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

‐ Untuk mengetahui kontribusi academic efficacy dan parental involvement

terhadap prestasi akademis siswa pada tahap remaja awal

‐ Untuk mengetahui kontribusi masing-masing domain dalam academic efficacy terhadap prestasi akademis siswa

‐ Untuk mengetahui kontribusi masing-masing domain dalam parental involvement terhadap prestasi akademis siswa

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

• Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat:

(7)

‐ Dijadikan sebagai referensi untuk mengadakan penelitian selanjutnya yang terkait dengan topik ini, baik yang terkait dengan academic efficacy, parental involvement dalam pendidikan, maupun prestasi akademis remaja

‐ Memberikan kontribusi dalam memperkaya ilmu psikologi pada umumnya dan psikologi pendidikan pada khususnya

• Manfaat praktis

Dari penelitian ini diharapkan agar:

‐ Pihak pendidik dan orang tua mengetahui pentingnya academic efficacy dan parental involvement sebagai variabel psikologis yang mempengaruhi prestasi akademis anak. Maka dari itu, dapat diberikan penyuluhan dan bimbingan untuk meningkatkan academic efficacy dan mengenai bentuk-bentuk parental involvement sehingga anak mempunyai prestasi akademis yang optimal.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada Ervianty (2008) bahwa 48 responden subjek tentang faktor yang behubungan dengan kejadian sindroma dispepsia, didapatkan

STUDI KASUS AUDIT ENERGI TERINCI PADA UNIT LIME KILN PLANT DENGAN LINGKUP AREA KERJA RECAUSTICIZING AND LIME KILN DI PT.. TANJUNGENIM LESTARI

Variabel beban tanggungan penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengnagguran dengan nilai koefisen tingkat beban tanggungan penduduk adalah 0, 085

Menurut etika, hubungan individu-masyarakat ditemukan sebagai elemen esensial di dalam konsep Kesejahteraan Bersama yang memasukkan sosialitas sebagai kondisi

Secara garis besar berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dari tahun 2004 hingga 2013, disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat sumber daya manusia

Dalam bidang mikrobiologi, agar bakto digunakan untuk pertumbuhan bakteri, karena agar bakto lebih murni dibandingkan dengan agar – agar, sehingga lebih transparan dan

Dari hasil analisis indikator yang paling dominan, diketahui bahwa indikator tanggung yang terdiri dari tanggung jawab karyawan terhadap bidang pekerjaannya

Berdasarkanpadafokuspenelitian, paparan data dantemuanpenelitiansertapembahasan, makahasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut (1) Pengelolaan UKS di SDN Grogol