PENGARUH TERAPI KOMPRES HANGAT DENGAN JAHE TERHADAP
PERUBAHAN INTENSITAS NYERI PADA LANSIA YANG MENDERITA
ARTHRITIS REUMATOID DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA
PUSPAKARMA MATARAM
I Made Eka Santosa, Ainun Jaariah, Muhammad Arsani
Star Pengajar STIKES Mataram
ABSTRACT
Nyeri adalah perasaan tidak nyaman yang betul-betul subyektif dan hanya orang yang
menderitanya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasinya.Salah satu tindakan peredaan
nyeri pada pasien yang mengalami nyeri arthritis rheumatoid adalah dengan terapi kompres
hangat dan masase terapi jahe dimana menyebabkan pengeluaran endorphin pada tahap
modulasi nyeri yang dapat menyebabkan vasodiltasi sehingga dapat meningkatkan aliran
darah dan rasa nyeri pun bisa berkurang dan berhenti.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh terapi kompres hangat
dengan pemberian masase terapi jahe terhadap perubahan intensitas nyeri pada lansia yang
menderita arthritis reumatoid di PantiSosialTresnaWerdha ”Puspakarma” Mataram.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian two group pre-post test design. Tehnik
pengambilan sampel yaitu menggunakan tehnik total sampling, dengan jumlah sampel
sebanyak 24 responden. Analisa data menggunakan uji statistic t-test.
Berdasarkan hasil uji statistic didapatkan ada pengaruh terapi kompres hangat dan masase
terapi jahe dengan taraf signifikan 0,05 diperoleh (=0.001, <0.05) dan pemberian terapi
massage jahe diperoleh dengan nilai (=0.034, <0.05) terhadap perubahan intensitas nyeri
pada lansia yang menderita artritis reumatoid, maka Ho di tolak.
Dalam penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh terapi kompres hangat
dengan pemberian masase terapi jahe terhadap perubahan intensitas nyeri pada lansia yang
menderita arthritis rheumatoid diPantiSosial Tresna Werdha”Puspakarma” Mataram”,
Oleh karena itu, disarankan kepada perawat maupun tenaga kesehatan lainnya sangat
penting untuk memberikan KIE (Komunikasi Informasi dan edukasi) tentang pemberian
kompres hangat dan pemberian masase terapi jahe pada penderita athritis reumatoid.
Kata kunci: Kompres Hangat, Masase Terapi Jahe, Intensitas Nyeri
PENDAHULUAN
Proses menua (Aging Process) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Darmojo, 2004).
Salah satu perubahan fisik pada lanjut usia adalah gangguan muskuloskletal dimana kekuatan muskular mulai merosot sekitar usia 40 tahun, dengan suatu kemunduran yang dipercepat setelah usia 60 tahun. Perubahan
ISSN : 2477 – 0604 Vol. 2 No. 1 Januari-Maret 2016 | 01-09
gaya hidup dan penurunan penggunaan sistem muskuloskletal adalah penyebab utama untuk kehilangan kekuatan otot. Salah satu penyakit yang sering terjadi pada sistem muskuloskletal adalah artritis reumatoid.
Artritis reumatoid adalah kondisi dimana sendi terasa nyeri akibat inflamasi ringan yang timbul karena gesekan ujung-ujung tulang penyusun sendi.Nyeri dapat digambarkan sebagai suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang sudah atau berpotensi terjadi (Price, 2005). Menurut data yang didapatkan di Panti Sosial
Tresna Werda “Puspakarma” Mataram
didapatkan penyakit terbanyak yang dirawat selama 3 tahun terakhir yaitu, artritis reumatoid, hipertensi, gastritis dan osteoartritis.
Dari hasil studi pendahuluan di Panti Sosial Tresna Werda “Puspakarma” Mataram di dapatkan jumlah lansia yang mengalami penyakit artritis reumatoid dari tahun 2012-2013 sebanyak 24 orang.
Penanganan artritis reumatoid secara umum yaitu secara farmakologis dan non-farmakologis. Obat farmakologik adalah bentuk pengendalian nyeri yang paling sering digunakan. Namun dalam penelitian ini, peneliti berusaha untuk memberikan terapi nonfarmakologi karena mengingat bahwa terapi farmakologi itu sendiri memiliki efek samping yang cukup banyak seperti depresi pernafasan, mual dan muntah, dan konstipasi. Selain itu, obat farmakologi juga dapat menimbulkan toleransi, ketergantungan, dan
ketagihan. Situasi ini
mendorongdikembangkannyasejumlahmetode nonfarmakologik untuk mengatasi nyeri.
Dengan demikian peneliti berusaha
memberikan terapi kompres hangat dan masase terapi jahe yang kiranya patut menjadi salah satu alternatif sebagai pengontrol nyeri supaya terhindar dari resiko efek samping yang dapat merusak organ tubuh pasien yang mengalaminyeri pada penderita atritis rematoid,demi melanjutkan kehidupan yang lebih produktif.
Aplikasi panas adalah tindakan sederhana yang telah lama diketahui sebagai metode yang efektif untuk mengurangi nyeri atau kejang otot. Panas dapat disalurkan melalui konduksi (botol air panas, bantalan pemanas listrik, lampu, kompres basah panas), atau konveksi (whirlpool, sitz bath, berendam air panas), atau konversi (ultrasonografi, diatermi)(Price, 2005).
Salah satu tanaman yang sering dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional oleh masyarakat Indonesia adalah jahe. Tanaman ini sering digunakan sebagai obat alternative misalnya
dengan cara menumbuk kemudian
menyeduhkanya dengan air panas dan airnya diminum untuk mengobati masuk angin. Selain itu, jahe juga dapat mengobati berbagai macam penyakit seperti : batuk, mengurangi bau amis asi, membangkitkan nafsu makan, mulas, rematik, perut kembung, sakit kepala, gatal (Sutriano K, 19998).
Jahe yang nama ilmiahnya zingider officinale sudah tidak asing bagi kita, sifat khas jahe di sebabkan adanya minyak atsiri dan oleoresin jahe. Aroma harum jahe di sebabkan oleh minyak atsiri, sedangkan oleoresinya
02
I MADE EKA SANTOSA AINUN JAARIAH MUHAMMAD ARSANI
menyebabkan rasa pedas. Minyak jahe berisi gingero yang berbau harum khas jahe, berkhasiat mencegah dan mengobati penyakit radang sendi tulang sperti artritis.
Secara umum, komponen senyawa kimia yang terkandung dalam jahe terdiri dari minyak menguap (volatile oil), minyak tidak menguap (non volatile oil), dan pati. Minyak atsiri termaksud jenis minyak menguap dan , merupakan suatu komponen yang memberi bau yang khas . Kandungan minyak tidak menguap disebut oleoresin (gingeraol, shogaols) yaitu suatu komponen yang memberikan rasa pahit dan pedas (prasetyo, Y.T, 2003).
Berdasarkanfenomena diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “perbedaan pengaruh terapi kompres hangat dengan pemberian masase terapi jahe terhadap perubahan intensitas nyeri pada lansia yang menderita artritis reumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha”Puspakarma” Mataram
.
Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui perbedaan pengaruh terapi kompres hangat dengan pemberian masaseterapi jahe terhadap perubahan intensitas nyeri pada lansia yang menderita artritis reumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha”Puspakarma” Mataram
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi Intensitas
NyeriArthritis Rematoid Lansia Pada
Kelompok Perlakuan Sebelum
Pemberian Terapi Kompres Hangat Dan Masase Terapi Jahe Di Panti
Sosial Tresna Werdha”Puspakarma” Mataram
b. Mengidentifikasi Intensitas
NyeriArthritis Rematoid Lansia Pada
Kelompok Perlakuan Setelah
Pemberian TerapiKompres Hangat Dan Masase Terapi Jahe Di Panti Sosial Tresna Werdha ”Puspakarma” Mataram
c. Menganalisis perbedaan pengaruh terapi kompres hangat dengan pemberian masase terapi jahe terhadap perubahan intesitas nyeri pada lansia yang menderita artritis reumatoiddi Panti Sosial Tresna Werdha ”Puspakarma” Mataram
METODE PENELITIAN Populasi, Sampel dan Sampling Populasi penelitian
Populasi adalah setiap subjek (misalnya manusia; klien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2011). Pada penelitian ini populasi yang diambil adalah semua lansia yang mengalami nyeri artritis reumatoid di Panti Sosial Tresna
Werdha ”Puspakarma” Mataram yang
berjumlah sebanyak 24 orang.
Sampel adalah terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2011).Sampel dalam penelitian ini adalah lansia yang mengalami nyeri artritis reumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha ”Puspakarma” Mataram yang berjumlah 24 responden.
03
I MADE EKA SANTOSA AINUN JAARIAH MUHAMMAD ARSANI
Teknik sampling
Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan objek penelitian (Nursalam, 2011). Dalam penelitian ini teknik sampel yang digunakan adalah total sampling
Rancangan penelitiian
Desain penelitian merupakan sesuatu yang sangat penting dalam penelitian, karena desain penelitan pada dasarnya merupakan strategi untuk mendapatkan data yang dibutuhkan bagi keperluan pengujian hipotesis atau menjawab pertanyaan penelitian dan sebagai alat untuk mengontrol atau mengendalikan berbagai variabel dalam penelitian. Desain penelitian pada hakekatnya merupakan strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada seluruh proses penelitian (Nursalam, 2008). Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan kuasi eksperimen dengan menggunakan rancangan two group pre-post test design.
Pengumpulan Data dan Pengolahan Data Pengumpulan data merupakan suatu proses pendekatan kepada subyek atau
responden dan proses pengumpulan
karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu penilainan (Nursalam, 2011).
Instrumen
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga
mudah diolah (Arikunto, 2006).Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah denganpedoman observasi yang di validkan dengan wawancara.
Observasi adalah meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra (Arikunto, 2006).Pada teknik pengumpulan data menggunakan observasi terstruktur peneliti menggunakan pendekatan berdasarkan kategori sistem yang telah dibuat oleh peneliti untuk mengobservasi suatu peristiwa dan prilaku dari subyek (Nursalam, 2008).
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan lembar observasi berupa Skala Bourbonaisuntuk mengukur intensitas nyeri saat Pre-Test dan Post-test dengan melihat respon subyek; apabila responden terlihat berkomunikasi dengan baik maka termasuk nyeri ringan, apabila responden terlihat mendesis, menyeringai, menunjukan lokasi nyeri, dapat mendiskripsikan nyeri , dan bisa mengikuti perintah dengan baik maka termasuk nyeri sedang, dan apabila responden tidak mengikuti perintah tetapi dapat merespon terhadap tindakan, dapat menunjukan lokasi nyeri, tidak dapat mendiskripsikanya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi, napas panjang maka termasuk nyeri berat.
Analisa Data
Analisa pada penelitian ini
menggunakan uji t-test dengan tingkat kemaknaan α < 0.05 hasil dari perhitungan tersebut untuk memperoleh nilai signifikan dapat dikonsultasikan ke tabel harga t. Ha diterima apabila t hitung lebih besar dari t tabel.
Rumus uji t menurut Arikunto (2010) adalah:
)
1
(
2
N
N
d
x
Md
t
Keterangan : t = koefisien tMd = mean dari perbedaan pre test dengan post test (post test-pre test) xd = deviasi masing-masing subyek
(d-Md)
Σx2d = jumlah kuadrat deviasi
N = subyek pada sampel
d.b = ditentukan dengan N-1
= ditentukan dengan N-1 HASIL PENELITIAN
Identifikasi Intensitas Nyeri Arthritis Reumatoid Sebelum Diberikan Kompres Hangat Dan Terapi Masase Jahe
Tabel1.;Distribusi Intensitas Nyeri Responden Sebelum Diberikan Perlakuan
Sumber: Data Primer
Dari Tabel 1.1 menunjukkan bahwa intensitas nyeri pada kelompok lansia sebelum diberikan terapi kompres hangat sebagian besar yaitu dalam kategori nyeri ringan sebanyak 4 responden (16,67%), nyeri sedang sebanyak 6
responden (25%), dan nyeri berat 2 responden (8,33%).
Pada kelompok lansia sebelum
diberikan terapi masase jahe yaitu dalam kategori nyeri ringan sebanyak 4 responden (16,67%), nyeri sedang sebanyak 6 responden (25%), dan nyeri berat 2 responden (8,33%), dan di dapatkan dari keseluruhan kelompok sebelum diberikan perlakuan dari kategori nyeri ringan 8 responden (33,33%) nyeri sedang sebanyak 12 responden (50%) dan nyeri berat 4 responden (16,67%)
Identifikasi Intensitas Nyeri Arthritis Reumatoid Setelah Diberikan Perlakuan Kompres Hangat Dan Terapi Masase Jahe Tabel.1.2Distribusi Intensitas Nyeri
Responden Setelah Diberikan Perlakuan Intensitas nyeri Perlakuan Kompres hangat Terapi masase jahe Jumlah
Frek % Frek % frek % Nyeri ringan 8 33,3 5 20,8 13 54,1 Nyeri sedang 4 16,6 7 29,1 11 45,8 Nyeri berat 0 0 0 0 0 0 Total 12 50 12 50 24 100
Sumber : Data Primer
Dari Tabel 4.2 menunjukkan bahwa intensitas nyeri pada kelompok lansia setelah diberikan terapi kompres hangat dan terapi masase jahe berturut-turut dan diobservasi, pada kelompok lansia yang diberi kompres hangat dalam kategori nyeri ringan sebanyak 8 responden (33,33%), nyeri sedang sebanyak 4 responden (16,67%).
Pada kelompok lansia yang diberikan terapi masase jahe yaitu dalam kategori nyeri ringan sebanyak 5 responden (20,83%), nyeri sedang sebanyak 7 responden (29,17%), dan
Intensitas nyeri Perlakuan Kompres hangat Terapi masase jahe Jumlah
Frek % Frek % Frek % Nyeri ringan 4 16,6 4 16,6 8 33,3 Nyeri sedang 6 25 6 25 12 50 Nyeri berat 2 8,3 2 8,3 4 16,6 Total 12 50 12 50 24 100
di dapatkan dari keseluruhan kelompok responden setelah diberikan perlakuan dari kategori nyeri ringan 13 responden (54,17%) nyeri sedang sebanyak 11 responden (45,83%).
Analisa Perbedaan Pengaruh Terapi Kompres Hangat Dengan Pemberian Terapi Masase Jahe Terhadap Perubahan Intesitas Nyeri Pada Lansia Yang Menderita Artritis Rheumatoid.
Tabel 1.3 Perbedaan Intensitas Nyeri Sebelum Diberikan Perlakuan Dan Setelah Diberikan Perlakuan Terapi Kompres Hangat DanTerapi Masase Jahe.
Intensitas nyeri
Perlakuan
Kompres hangat Terapi masase jahe Pre test Post test Pre test Post test Nyeri ringan 4 8 4 5 Nyeri sedang 6 4 6 7 Nyeri berat 2 0 2 0 Total 12 12 12 12
Sumber : Data Primer
Pada Tabel 1.3 dapat dijelaskan hasil penelitian perbedaan pengaruh terapi kompres hangat dengan terapi masase jahe sebelum dan sesudah diberikan perlakuan terhadap perubahan intensitas nyeri pada lansia yang menderita arthritis rheumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha ”Puspakarma” Mataram. Uji T Berpasangan Pengaruh Terapi Kompres Hangat
Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji T berpasangan yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi kompres hangat dengan taraf signifikan 0,05, diperoleh hasil nilai (=0.001, <0.05). Hal ini menunjukan bahwa ada pengaruh terapi kompres hangat
terhadap perubahan intensitas nyeri pada lansia yang menderita penyakit artritis reumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha ”Puspakarma” Mataram.
Uji T Berpasangan Pengaruh Terapi Massage Jahe
Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji T berpasangan yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi masase jahe dengan taraf signifikan 0,05, diperoleh hasil nilai (=0.034, <0.05). Hal ini menunjukan bahwa ada pengaruh terapi masase jahe terhadap perubahan intensitas nyeri pada lansia yang menderita penyakit artritis reumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha ”Puspakarma” Mataram..
PEMBAHASAN
Mengidentifikasi Intensitas Nyeri Arthritis Reumatoid Sebelum Diberikan Kompres Hangat Dan Masase Terapi Jahe Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha ”Puspakarma” Mataram
Berdasarkan tabel 1.1 menunjukan bahwa sebelum di berikan terapi kompres hangat dan terapi masase jahe responden merasakan nyeri dengan nilai skala yang berbeda-beda, yaitu dari keseluruhan didapatkan responden dengan kategori nyeri sedang.Hal ini dimungkinkan karena secara alami, nyeri adalah pengalaman yang bersifat sangat pribadi/personal (Kenworthy et al, 2002) sehinggamasing-masing individu akan mempersepsikan nyerinya dengan berbeda pula tergantung pada faktor-faktor lain yang mempengaruhi nyeri. Faktor-faktor psikologis
dan kognitif berinteraksi dengan faktor-faktor neurofisiologis dalam mempersepsikan nyeri, diantaranya pengalaman masa lalu dengan nyeri, usia, budaya, ansietas, makna nyeri dan gaya koping (Potter & Perry, 2005).
Keadaan ini menunjukkan bahwa nyeri yang timbul merupakan tanda peringatan bahwa terjadi kerusakan jaringan sehingga nyeri merupakan mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk melindungi diri dan harus menjadi pertimbangan utama keperawatan saat mengkaji nyeri (Perry & Potter, 2005).
Sensasi nyeri terjadi ketika merasakan nyeri, individu bereaksi terhadap nyeri dengan cara yang berbeda. Toleransi individu terhadap nyeri merupakan titik yaitu terdapat suatu ketidakinginan untuk menerima nyeri dengan tingkat keparahan yang lebih tinggi dan durasi yang lebih lama. Toleransi bergantung pada sikap, motivasi dan nilai yang diyakini seseorang (Perry & Potter, 2005).
Pasien akan menunjukkan berbagai prilaku atau gerakan tubuh yang khas dan ekspresi wajah yang mengindikasikan nyeri meliputi: klien terlihat mendesis, memegang bagian tubuh yang terasa nyeri dan ekspresi wajah yang menyeringai tetapi masih dapat menunjukkan lokasi nyeri serta dapat mendiskusikan rasa nyeri yang dialami dan dapat mengikuti perintah dengan baik. Nyeri yang dirasakan bersifat subyektif dan sangat bersifat individual.
Mengidentifikasi Intensitas Nyeri Arthritis
Rumattoid Setelah Diberikan Kompres
Hangat Dan Terapi Massage Jahe Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha ”Puspakarma” Mataram
Berdasarkan tabel 1.2 menunjukan setelah dilakukan kompres hangat dan terapi
massage jahe di dapatkan responden dengan kategori nyeri ringan dan nyeri sedang. Hasil rata-rata tingkat nyeri sesudah diberikan perlakuan kompres hangat dan terapi Massage
jahe terdapat penurunantingkat nyeri responden di bandingkan sebelum diberikan perlakuan.Hasil tersebut menunjukkan bahwa kompres hangat dan terapi massagejahe berpengaruh didalam menurunkan intensitas nyeri yang dialami para responden.
Hasil penelitian ini diperkuat dengan
pernyataan Hidayat, (2006) yang
mengungkapkan bahwa kompres hangat merupakan tindakan keperawatan dengan memberikan kompres hangat yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan rasa
nyaman.Tindakan ini dapat dilakukan pada pasien yang mengalami nyeri, resiko terjadi infeksi luka, dan kerusakan fisik (mobilitas), tetapi pada kompres hangat digunakan pada permukaan jaringan yang tertutup (bengkak) tidak memerlukan prinsip steril.Teori gate control mengatakan bahwa stimulasi kulit mengaktifkan transmisi serabut saraf sensori A-beta yang lebih besar dan lebih cepat. Proses ini menurunkan transmisi nyeri melalui serabut C dan deta-A berdiameter kecil. Gerbang sinap menutup transmisi impuls nyeri. Kompres menggunakan air hangat akan meningkatkan aliran darah, dan meredakan
nyeri dengan menyingkirkan produk-produk inflamasi, seperti bradikinin, histamin, dan prostaglandin yang menimbulkan nyeri lokal. Panas akan merangsang serat saraf yang menutup gerbang sehingga transmisi impuls nyeri ke medula spinalis dan ke otak dihambat. Sedangkan Untuk pemberian terapi massage jahe, Hasil penelitian ini diperkuat dengan
pernyataan Prasetyo,(2003) yang
mengungkapkan bahwa kandungan gingerol pada jahe yang memberikan rasa pedas dan panas, bekerja langsung ke pusat saraf dimana menyebabkan pengeluaran endorphin yang dapat mengakibatkan terjadinya vasodilitasi sehingga dapat meningkatkan aliran darah ke bagian sendi dan memblok transmisi stimulus nyeri. Cara lainnya adalah dengan mengaktifkan transmisi serabut saraf sensori A-beta yang lebih besar dan lebih cepat, sehingga menurunkan transmisi nyeri melalui serabut C dan A-delta berdiameter kecil sekaligus menutup gerbang sinap untuk transmisi impuls nyeri.
Menganalisa perbedaan pengaruh kompres hangat dengan masase terapijahe terhadap penurunan intensitas nyeri arthritis reumatoid pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha ”Puspakarma” Mataram
Berdasarkan Hasil perhitungan
menggunakan Hasil analisa statistik dengan Uji T-tes untuk mengetahui perbedaan pengaruh terapi kompres hangat dan terapi massage jahe dengan taraf signifikan 0,05 diperoleh hasil nilai signifikan pada kompres hangat = 0,001, sedangkan hasil nilai signifikan pada terapi terapi massage jahe = 0,034. Maka dapat diartikan bahwa ada
perbedaan pengaruhterapi kompres hangat dan
terapi massage jahe terhadap perubahan intensitas nyeri arthritis reuamtoiddi Panti
Sosial Tresna Werdha ”Puspakarma”
Mataram.
Dari hasil perhitungan menunjukan kedua terapi non farmakologi berpengaruh untuk menurunkan nyeri namun bila dilihat bahwa kompres hangat lebih berpengaruh dalam menurunkan nyeri arthritis reumatoid
dengan taraf signifikan 0,001 dibandingkan dengan terapi massage jahe dengan taraf signifikansi 0,034.
Kompres hangat lebih berpengaruh dari terapi massage jahe dikarenakan pada kompres hangat pada saat terjadinya nyeri, air hangat akan meningkatkan aliran darah, dan meredakan nyeri dengan menyingkirkan produk-produk inflamasi, seperti bradikinin,
histamin, dan prostaglandin yang
menimbulkan nyeri lokal. Sedangkan pada
terapi massage jahe kandungan gingerol pada jahe yang memberikan rasa pedas dan panas, bekerja langsung ke pusat saraf dimana menyebabkan pengeluaran endorphin yang dapat mengakibatkan terjadinya vasodilitasi sehingga dapat meningkatkan aliran darah ke bagian sendi dan memblok transmisi stimulus nyeri. Cara lainnya adalah dengan mengaktifkan transmisi serabut saraf sensori A-beta yang lebih besar dan lebih cepat, sehingga menurunkan transmisi nyeri melalui serabut C dan A-delta berdiameter kecil sekaligus menutup gerbang sinap untuk transmisi impuls nyeri. Jadi kompres hangat lebih berpengaruh dikarenakan pada saat terjadinya nyeri lebih cepat di blok karena
proses mekanisme untuk penurunan nyerinya kompres hangat lebih dekat dari pada terapi massage jahe, sehingga kompres hangat lebih berpengaruh.
Dengan demikian pemberian kompres hangat dan terapi massage jahe dapat dijadikan sebagai alternatif pilihan untuk menurunkan intensitas nyeri arthritis reumatoid pada lansia secara non farmakologis yang relatif tidak menimbulkan efek samping.
KESIMPULAN
A. Sebelum diberikan terapi kompres hangat dan terapi masase jahe didapatkan responden dengan kategori nyeri sedang. B. Setelah diberikan kompres hangat dan
terapi masase jahe di dapatkan responden dengan kategori nyeri ringan dan kategori nyeri sedang
C. Berdasarkan Hasil uji statistik yang telah dilakukan, dengan taraf signifikan 0,05 diperoleh hasil nilai signifikan pada kompres hangat = 0,001, sedangkan hasil nilai signifikan pada terapi massage jahe = 0,034. Dapat diartikan bahwa ada perbedaan pengaruhterapi kompres hangat dan terapi massage jahe, maka Ha diterima.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V. Rineka Cipta: Jakarta.
Arikunto,S.2006.Prosedur penelitian suatu pendekatan peraktek.Jakarta:Rineka medika
Brunner & Suddarth. (2004). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol 1. Jakarta: EGC
Chayatin,M., Santoso. 2009. Ilmu
Keperawatan Komunitas Konsep Dan Aplikasi Edisi 2. Salemba Medika: Jakarta.
Darmojo, B. (2006). Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan UsiaLanjut) Edisi Ke-3, Balai Pustaka FKUI, Jakarta. Hegner,B.R., Caldwell,E. 2003. Asisten
Keperawatan Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Ed.6. EGC: Jakarta.
Hidayat, A.A. 2006. Pengantar kebutuhan dasar manusia : aplikasi konsep dan proses keperawatan. jakarta : salemba mediak
Irianto,K. 2004. Struktur Dan Fungsi Tubuh Manusia Paramedis, Bandung: Yrama Widya.
Kenworthy. (2002). Common Foundation Studies in Nursing , Third Edition, Churchill Livingstone, USA
Kozier,B., Berman,A. 2009. Buku Ajar Praktek Keperawatan Klinis.Ed. 5. EGC: Jakarta.
Lukito, 2007. Jahe dan hasil olahannya.jakarta: pustaka sinar harapan.
Lukman., Ningsih,N. 2011. Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Muskuloskletal,
Salemba Medika: Jakarta.
Maheshwari H.2002.Pemanfaatan obat alami: Potensi dan prospek pengembangan
(online). http://
rudct.tripod.com./sem2_012/hera_ma heshwari.htm
Mubarak, Wahit Iqbal dan Chayatin, Nurul, 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Salemba Medika.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Ed. Rev. Rineka Cipta: Jakarta.
Nugroho,W. 2008. Keperawatan Gerontik Dan Geriatrik, Edisi 3. EGC: Jakarta.
Nursalam. 2011. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, Dan Instrument Penelitian Keperawatann Edisi 2. Salemba Medika: Jakarta.
Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, Dan Instrument Penelitian Keperawatann.Jakarta:Salemba Medika
Paimin F.B. dan Murhananto.2002. budidaya pengolahan perdagangan jahe, jakarta: Penebar swadaya.
Potter,P.A., Perry,A.G. 2005. Fundamental Keperawatan Edisi 4. EGC: Jakarta. Prasetyo, Y.T.2003. Khasiat Dan Manfaat Jahe
si rimpang ajaib. Jakarta: EGC. Price,S.A., Wilson,L.M. 2005. Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. EGC: Jakarta. Stanley mickey & beare patricia gauntlet.2007.
Buku ajar keperawatan gerontik, editor bahasa indonesia: indah nurchaidah edisi 2,EGC : Jakarta. Sutrisno, K. 1998. Jahe rimpang dengan sejuta
khasiat,(online) www.E-book
pangan.com
Sukandar E.Y, Tren dan paradigma dunia farmasi industri-klinik-teknologi kesehatan. Disampaikan dalam orasi
ilmiah dies natalias ITB.
http://itb.ac.id/fokus/focus_file/orasi _ilmiah-dies-45. pdf.
Setiadi. 2007. Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan Ed 1. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Smeltzer,S.C., Bare,B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth, Edisi 8. EGC: Bandung.
Sony Prabowo, Sp.A.(2013). Jahe Obat
Tradisional Multiguna,
http://MajalahKesehatan.com/Jahe ObatTradisionalMultiguna/, Diaksestanggal 28 Februari 2013 Stanley,M., Beare,P.G. 2006. Keperawatan