1
PENDAHULUAN A. Judul Tugas Akhir
Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ibu S Dengan Nyeri Akut Akibat Gout Arthritis Dengan Pemberian Terapi Kompres Hangat Jahe Di RW 14 Kelurahan Antapani Kidul Kota Bandung.
B. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO), lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Menurut Undang Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia mendefinisikan penduduk lanjut usia (lansia) sebagai mereka yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Yulistanti & Anggraini, 2023). Lanjut usia dikelompokkan menjadi pra lansia usia (45-59 tahun), lanjut usia (60-69 tahun), dan lanjut usia resiko tinggi (lanjut usia >70 tahun atau usia 60 tahun ke atas dengan masalah kesehatan (Permenkes, 2016).
Peningkatan usia harapan hidup manusia menyebabkan populasi lanjut usia meningkat. Pada tahun 2030, diperkirakan setidaknya 1 dari 6 orang di dunia akan berusia 60 tahun atau lebih. Menurut World Health Organization (WHO) prediksi populasi penduduk dunia yang berusia 60 tahun ke atas akan berlipat ganda (2,1 miliar) pada tahun 2050. Menurut data Susenas pada bulan Maret 2022 memperlihatkan bahwa sebanyak 10,48% penduduk ndonesia adalah lansia, dengan rasio ketergantungan lansia sebesar 16,09%. Artinya, setiap satu orang lansia didukung oleh sekitar 6 orang penduduk usia produktif (umur 15-59 tahun). Lansia perempuan lebih banyak daripada laki-laki (51,81 persen berbanding 48,19 persen) dan lansia di perkotaan lebih banyak daripada perdesaan (56,05 persen berbanding 43,95 persen). Sebanyak 65,56 persen lansia tergolong lansia muda (60-69 tahun), 26,76 persen lansia madya (70-79 tahun), dan 7,69 persen lansia tua (80 tahun ke atas). Yogyakarta adalah provinsi dengan proporsi lansia tertinggi (16,69 persen), sedangkan provinsi dengan proporsi lansia terendah adalah Papua (5,02 persen) (Badan Pusat Statistik, 2022).
Sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk lansia akan menimbulkan masalah dalam berbagai aspek kehidupan terutama kesehatan. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, persentase lansia yang mengalami keluhan kesehatan relatif menurun. Pada tahun 2022, tercatat sekitar 42,09% lansia mengalami keluhan kesehatan. Persentase tersebut turun lebih dari 9% poin dibandingkan tahun 2018 sebesar 51,28%. Angka kesakitan lansia pada tahun 2022 sebesar 20,71%. Angka kesakitan pada lansia di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami penuruanan yang dapat diartikan bahwa derajat kesehatan lanjut usia semakin membaik (Badan Pusat Statistik, 2022).
Menurut Hurlock terdapat beberapa masalah yang dapat menyertai lansia diantaranya: menurunnya kemampuan fisik, ketergantungan lansia pada orang lain, ketidakjelasan sumber ekonomi, perubahan pola hidup lansia, mencari lingkungan yang baru, mencari aktivitas untuk waktu luang (Maghfuroh & dkk, 2023). Lansia mengalami berbagai masalah kesehatan baik masalah fisik maupun masalah psikologi. Hal ini disebabkan seiringnya meningkatnya usia terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan serta sistem organ dengan bertambahnya usia, fungsi fisiologi mengalami penurunan akibat proses degeneratif (penuaan) yaitu menurunkan daya tahan tubuh sehingga lansia rentan terkena infeksi penyakit menular seperti Tuberkulosis, diare, pneumonia, dan hepatitis.
Selain itu akibat masalah degeneratif lainnya yaitu penyakit tidak menular muncul pada lansia seperti hipertensi, stroke, diabetes mellitus dan radang sendi atau asam urat (Sunaryo, 2016).
Penyakit asam urat (Gout Arthritis) termasuk penyakit degeneratif yang menyerang persendian, paling sering di jumpai pada kalangan masyarakat terutama dialami pada lansia. Asam urat atau gout adalah penyakit yang ditandai dengan serangan mendadak dan berulang pada sendi dengan ditandai adanya artritis yang terasa sangat nyeri karena adanya endapan kristal monosodium urata atau asam urat, yang mengumpul di
dalam sendi sebagai akibat tingginya kadar asam urat di dalam darah (hiperurisemia) (Junaidi, 2020).
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2018 bahwa prevalensi asam urat di dunia sebanyak 34,2%. Prevalensi asam urat di Amerika sebesara 26,3% dari total penduduk. Peningkatan kejadian gout arhtritis tidak hanya terjadi di negara maju saja. Namun, peningkatan terjadi di negara berkembang seperti negara Indonesia (Zainaro & Andrianti, 2021). Prevalensi penyakit di Indonesia 11,9% dan berdasarkan gejala sebesar 24,7% jika dilihat dari karakteristik umur, prevalensi tinggi pada umur ≥ 75 (54,8%). Wanita juga lebih banyak (8,46%) dibandingkan dengan pria (6,13%). Prevalensi penyakit asam urat di JawaTimur sebesar 17%, diikuti prevalensi gout di Surabaya sebesar 56,8%, di Bali prevalensi asam urat sebesar 19,3%, di Aceh prevalensi sebesar 18,3%, di Jawa Barat sebesar 17,5%, di Minahasa prevalensi gout sebesar 29,2% dan di NTT prevalensi sebesar 33,1% (Riskesdas, 2018).
Secara umum gout arthritis akan merasakan nyeri pada sendi yang terasa sakit ketika digerakan, jari-jari terasa kaku, oedem yang membuat seseorang merasa tidak nyaman dan sulit untuk beraktivitas. Asam urat yang ada di dalam sendi disebut monosodium urat. Terbentuknya kristal monosodium urat (MSU) di jaringan lunak dan persendian yang mengakibatkan pembentukan tophus sehingga terjadi inflamasi sehingga timbul terjadinya hipertermi. Respon inflamasi yang meningkat dan pembesaran dan penonjolan sendi yang mengakibatkan deformitas sendi sehingga terjadi kontraktur sendi dan kekakuan sendi sehingga menimbulkan masalah pada instegritas jaringan dan gangguan mobilitas fisik. Asam urat dapat menyebabkan nyeri yang sedang meradang karena adanya penumpukan zat purin yang dapat membentuk kristal-kristal yang mengakibatkan nyeri, jika nyeri yang dialami tidak segera ditangani akan mengakibatkan gangguan terhadap aktivitas fisik sehari-hari. Timbulnya nyeri terjadi akibat proses peningkatan aktivitas fibrinogenik dan penurunan aktivitas fibrinolitik. Proses ini menyebabkan penumpukan trombus dan
komplek lipid pada pembuluh darah subkondral sehingga menyebabkan terjadi iskemik dan nekrosis jaringan. Hal ini mengakibatkan lepasnya mediator kimia seperti prostagladin dan interleukin yang dapat menghantarkan rasa nyeri. Rasa nyeri juga berupa akibat lepasnya mediator kimia seperti kinin yang dapat menyababkan peregangan tendo, ligamen, serta spasme otot-otot (Marlian, 2021).
Penatalaksanaan pada pasien gout arhtritis yaitu untuk mengurasi gejala yang dialami pasien, ada dua cara penatalaksanaan yaitu farmakologi dan nonfarmakologi. Penanganan nyeri asam urat secara farmakologi yaitu dengan obat antiperadangan Nonsteroid seperti ibuprofenm naproxen dan allopurinol yang sangat efektif mengurangi nyeri dan pembengkakan sendi.
Salah satu penanganan non farmakologi dalam penyembuhan penyakit gout yaitu dengan terapi komplementer. Terapi komplementer bersifat terapi pengobatan alamiah diantaranya adalah dengan terapi herbal, terapi nutrisi, akupuntur dan akupresur, relaksasi progresif, meditasi, hemeopati, aromaterapi, terapi bach flower remedy, dan refleksiologi, terapi es dan panas, Teknik relaksasi, distraksi, biofeedback, hypnosis diri. Jenis obat yang digunakan dalam terapi herbal yang dapat mengobati berbagai penyakit diantaranya asam urat, nyeri haid, reumatik, infeksi kandung kemih, asma, masuk angin, sembelit, yang lainya dengan Jahe, Buah Sirsak/Daun Sirsak, Buah Manggis, Kumis Kucing dan Temulawak (Prihandhani, 2017).
Terapi nonfarmakologi lain dapat berupa terapi kompres hangat jahe yang dapat menurunkan nyeri. Keunggulan pemberian terapi ini adalah dalam penyedian bahan yang digunakan sangat mudah ditemui dan tersedia di dapur dan kompres ini salah satu terapi yang tidak membutuhkan dana yang cukup banyak karena hanya membutuhkan jahe sebanyak 3-5 ruas dan harganya pun sangat terjangkau. Kompres air hangat jahe dapat digunakan pada terapi penurunan nyeri pada gout arthritis karena kandungan pada jahe seperti Shagaol, Zingeron, dan Ginerol atau Olerasin yang menimbulkan sensasi panas dan pedas yang dapat melancarkan sirkulasi darah sehingga
pasokan nutrisi dan oksigen menjadi lebih baik dan mengurangi nyeri serta peradangan (Rosmadyana & Fijianto, 2020).
Menurut penelitian Wijaya,dkk (2020) jahe banyak memiliki khasiat salah satunya merupakan anti-inflamasi efek yang bisa digunakan sebagai obat peradangan dan menguranggi rasa sakit akibat asam urat, efek anti- inflamasi ini diakibatkan oleh komponen-komponen aktif yang terdiri dari gingerol, jingeron berfungsi dapat menghambat leukotriene dan prostaglandin. Menurut Anggreini & Ayudytha (2019), terapi kompres hangat jahe merah untuk mengurangi nyeri sendi pemberian diberikan pada kedua responden dengan cara cuci 5 rimpang jahe dan iris tipis-tipis masukan irisan kedalam 1 liter air rebus irisan-irisan jahe sampai mendidih, tuangkan rebusan jahe kedalam baskom, tunggu hingga suhu 45°C, air rebusan jahe siap digunakan, atur posisi nyaman, cuci tangan, ambil waslap, basahi dengan air rebusan jahe lalu peras sedikit, tempelkan pada area yang sakit sampai kehangatan waslap terasa berkurang, ulangi langkah 6,7,8 hingga 10-15 menit (Muchlis & Ernawati, 2021).
Maka dari itu penulis tertarik melakukan sebuah karya tulis dengan mengambil judul Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ibu S dengan Nyeri Akut Akibat Gout Arthritis Dengan Pemberian Terapi Kompres Hangat Jahe Di RW 14 Kelurahan Antapani Kidul Kota Bandung
C. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ibu S dengan Nyeri Akut Akibat Gout Arthritis Dengan Pemberian Terapi Kompres Hangat Jahe Di RW 14 Kelurahan Antapani Kidul Kota Bandung?
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menggambarkan Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ibu S dengan Nyeri Akibat Gout Arthritis Dengan Pemberian Terapi Kompres Hangat Jahe Di RW 14 Kelurahan Antapani Kidul Kota Bandung
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan karya tulis ini yaitu penulis mampu:
a. Menggambarkan hasil pengkajian keperawatan gerontik pada Ibu S dengan gout arthritis di RW 14 Kelurahan Antapani Kidul Kota Bandung
b. Menggambarkan proses penentuan diagnosis keperawatan yang muncul pada Ibu S dengan gout arthritis di RW 14 Kelurahan Antapani Kidul Kota Bandung
c. Menyusun perencanaan keperawatan pada Ibu S dengan gout arthritis di RW 14 Kelurahan Antapani Kidul Kota Bandung d. Melakukan implementasi keperawatan pada Ibu S dengan gout
arthritis di RW 14 Kelurahan Antapani Kidul
e. Melakukan evalusasi asuhan keperawatan gerontik pada Ibu S dengan gout arthritis di RW 14 Kelurahan Antapani Kidul Kota Bandung
f. Menganalisis hasil pemberian terapi kompres hangat jahe pada Ibu S dengan gout arthritis di RW 14 Kelurahan Antapani Kidul Kota Bandung
E. Manfaat
1. Manfaat Keilmuan
Diharapkan dapat memberikan wawasan atau pengembangan ilmu terkait Asuhan Keperawatan Gerontik dengen pemberian kompres hangat jahe dengan masalah keperawatan Nyeri akut akibat Gout Arthritis.
2. Manfaat Aplikatif
a) Bagi penulis diharapkan setelah mengetahui hasil laporan yang didapat, penulis dapat menambah wawasan dan memperoleh gambaran tentang terapi kompres hangat jahe dalam pada asuhan keperawatan dengan nyeri akut
b) Bagi Puskesmas, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan evausi yang diperoleh dalam pelaksanaan praktek keperawatan yang tepat khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan gout arthritis
Bagi pasien dan keluraga, diharapkan dapat menjadi masukan atau dapat dijadikan pengalaman wawasan tentang terapi kompres hangat jahe, untuk menangani nyeri