• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI RADIO REPUBLIK INDONESIA (RRI) BANTEN DALAM MEMBANGUN EKSISTENSI SEBAGAI LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK - FISIP Untirta Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "STRATEGI RADIO REPUBLIK INDONESIA (RRI) BANTEN DALAM MEMBANGUN EKSISTENSI SEBAGAI LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK - FISIP Untirta Repository"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI RADIO REPUBLIK INDONESIA (RRI) BANTEN DALAM MEMBANGUN EKSISTENSI

SEBAGAI LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Konsentrasi Humas Program Studi Ilmu Komunikasi

Oleh:

Annisa Nurprabandari

NIM. 6662102364

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

BANTEN

(2)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Annisa Nurprabandari

NIM : 6662102364

Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 7 Mei 1992

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul STRATEGI RADIO REPUBLIK

INDONESIA (RRI) BANTEN DALAM MEMBANGUN EKSISTENSI

SEBAGAI LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK adalah hasil karya saya sendiri,

dan seluruh sumber yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan

dengan benar. Apabila dikemudian hari skripsi ini terbukti mengandung unsur

plagiat, maka gelar kesarjanaan saya bisa dicabut.

Serang, Juni 2014

(3)
(4)
(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada

kemudahan”

(Q.S. Al-Insyirah : 6)

Tanpa D-U-I-T (Doa-Usaha-Ikhtiar-Tawakal) Tidak Akan

Ada Suatu Keberkahan dan Keberhasilan Untuk Mencapai

Suatu Cita-cita

(Annisa Nurprabandari)

Skripsi ini kupersembahkan untuk Ibunda tercinta dan adikku tersayang,

(6)

vi

telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan

judul “STRATEGI RADIO REPUBLIK INDONESIA (RRI) BANTEN DALAM

MEMBANGUN EKSISTENSI SEBAGAI LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK”.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana

Ilmu Komunikasi pada konsentrasi Ilmu Humas program studi Ilmu Komunikasi

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Perlu disebutkan pula bahwa selesainya penyusunan skripsi ini tidak

terlepas dari bantuan moril maupun materiil dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu kelancaran penulisan skripsi ini, antara lain kepada:

1. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa beserta Wakil Dekan I, II, III.

2. Ibu Neka Fitriyah, S.Sos., M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa.

3. Ibu Puspita Asri Praceka, S.Sos., M.I.Kom selaku Sekretaris Program

Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

(7)

vii

5. Ibu Andin Nesia, S.IK., M.I.Kom selaku dosen pembimbing II yang

dengan sabar telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam

penyusunan skripsi ini hingga selesai.

6. Kepada Bapak Darwis Sagita, S.I.Kom selaku dosen pembimbing

akademik dan kepada seluruh dosen Program Studi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa,

terima kasih atas bimbingan dan pengetahuan yang telah diberikan kepada

penulis selama melaksanakan perkuliahan

7. Kepada pihak RRI khususnya Bapak Zahral Mutzaini, Bapak Engkay

Karsila, Pak Ardan, Mba Gita, Mas Dede Firdaus yang telah membantu

memberikan data dan informasi yang diperlukan penulis dalam menyusun

skripsi ini.

8. Terima kasih untuk orang tuaku yang tersayang, Ibu Sri Hardiyati, serta

adikku Ichsan Nurfajri Baihaqy yang telah mencurahkan kasih sayangnya,

mendukung, baik moril maupun materiil dan memberikan doa serta

motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Tanpa doa dan

dukungan dari kalian penulis tidak akan berhasil seperti ini, sayang kalian

selalu.

9. Sepupuku Dini Iftita Insani, Sabila Fikri Hanifa, si kecil mungil Khalisa

(8)

viii

motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

11.Teman – temanku, Rosa, Vitha, Maya Maul, Puput, Septa, Widi, Sarah,

Amel, Indra, Putri Delia. Kekonyolan dan kekompakan kalian takkan

pernah terlupa. Sahabatku yang selalu bersama-sama bimbingan skripsi

dan menjadi teman sharing dalam penyusunan skripsi, Ifat, Dede, Lulu,

Ara, Geby, Nurhamidah, Maya Lestari, Okta Zikriani, Tika, Ade Irfan

terima kasih sudah menjadi teman yang baik. Seluruh teman-teman

seperjuangan Humas & Jurnalistik baik reguler maupun nonreguler

angkatan 2010 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah

memberikan semangat dengan lelucon-leluconnya dan akan menjadi

kenangan yang tak terlupakan.

12.Terimakasih untuk teman-teman kosanku di blok C3 No.17, ka Novi, teh

Merry, teh Wulan, teh Tanti, Aulia, Suci yang selalu memberikan

semangat, perhatian, saran, menjadi teman saat suka maupun duka,

berbagi keluh kesah. Kalian yang terbaik bagiku, sayang kalian semua.

Ayo kita karaokean dan menggila lagi kawan...!

13.Terimakasih untuk kakakku, Teh Silvi, Teh Isti walupun kita beda jurusan

kalian selalu memberikan semangat, perhatian kepada penulis. Untuk Teh

Thia, Teh Astri (Ante), Teh Anis Nisfu, Teh Fitri Febrianti, Teh Salsa, Teh

(9)

ix

15.Semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran proses penyusunan

skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Penulis

menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, mengingat

keterbatasan waktu, tenaga, dan pikiran penulis saat penyusunan skripsi

ini. Kritik serta saran yang membangun penulis harapkan sebagai bahan

masukan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini

bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Serang, Juni 2014

(10)

x

PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATAPENGANTAR ... vi

DAFTARISI ... x

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

ABSTRAK ... xvi

ABSTRACT ...xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusaan Masalah ... 6

1.3. Identifikasi Masalah ... 6

1.4. Tujuan Penelitian ... 6

1.5. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Tinjauan Konseptual ... 8

2.1.1 Pengertian komunikasi ... 8

(11)

xi

2.4. Eksistensi RRI Banten Sebagai Lembaga Pers ... 27

2.5. Kerangka Berpikir ... 31

2.6. Penelitian Terdahulu ... 32

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 36

3.1. Pendekatan Penelitian ... 36

3.2. Paradigma Pospositivistis ... 37

3.3. Metode Penelitian ... 38

3.4. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data... 40

3.4.1. Observasi ... 40

3.4.2. Wawancara ... 40

3.4.2.1Kriteria dan Teknik Pemilihan Informan ... 42

3.4.3 Discussion Research (Riset Diskusi) ... 44

3.4.4 Dokumentasi ... 45

3.5. Uji Validitas ... 45

3.6. Teknik Analisis Data ... 47

3.7. Lokasi dan Jadwal Penelitian ... 49

3.7.1 Lokasi Penelitian ... 49

3.7.2 Jadwal Penelitian ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 50

(12)

xii –

4.1.4 Aplikasi Visi – Misi RRI ... 54

4.1.5 Program Siaran RRI Banten ... 57

4.2 Personalia ... 58

4.3 Deskripsi Informan ... 59

4.3.1 H. Engkay Karsila.,SE ... 59

4.3.2 Drs. H. Zahral Mutzaini ... 60

4.3.3 Agus Ardan Maulana.,SH ... 60

4.4 Analisis dan Pembahasan ... 60

4.4.1 SWOT RRI Banten ... 61

4.4.1.1 Kekuatan (Strength) RRI Banten ... 62

4.4.1.2 Kelemahan (Weakness) RRI Banten ... 65

4.4.1.3 Peluang (Opportunities) RRI Banten ... 66

4.4.1.4 Ancaman (Threath) RRI Banten ... 67

4.4.2 SWOT Sebagai Cara Membentuk Strategi ... 68

4.4.2.1Strategi menggunakan kekuatan untuk membangun eksistensi ... 68

4.4.2.2Strategi meminimalkan kelemahan untuk membangun eksistensi ... 69

(13)

xiii

Media) ... 74

4.4.4 Eksistensi RRI Banten ... 78

BAB V PENUTUP ... 81

5.1Kesimpulan ... 81

5.2Saran ... 83

5.2.1 Saran Teoritis ... 83

5.2.2 Saran Praktis... 84

(14)

xiv

Tabel 2.1 : Matriks SWOT Penentuan Strategi ... 23

Tabel 2.2 : Penelitian Terdahulu ... 34

Tabel 3.7 : Jadwal Penelitian ... 49

Tabel 4.1 : Kekuatan RRI Banten ... 64

Tabel 4.2 : Kelemahan RRI Banten ... 65

Tabel 4.3 : Peluang RRI Banten ... 65

Tabel 4.4 : Ancaman RRI Banten ... 67

(15)

xiv

Lampiran 3 : Sejarah RRI Banten

Lampiran 4 : Struktur Organisasi RRI Banten

Lampiran 5 : Program Acara RRI Banten

Lampiran 6 : Data Informan Penelitian

Lampiran 7 : Pedoman Wawancara

Lampiran 8 : Hasil Wawancara

Lampiran 9 : Dokumentasi Foto

Lampiran 10 : Foto copy kartu bimbingan

Lampiran 11 : Foto copy kartu sit-in sidang

Lampiran 12 : Foto copy sertifikat TOEFL

(16)

xv Pembimbing II: Andin Nesia, S.IK., M.Ikom

RRI Banten merupakan RRI termuda dari seluruh RRI di Indonesia yang mulai mengudara pada tahun 2012 dan siaran produksinya di bawah naungan atau binaan RRI Jakarta. Beroperasi pada frekuensi 94,9 FM di daerah Karundang, Serang, RRI Banten merupakan Programma 1 (PRO 1) yang merupakan kanal pemberdayaan masyarakat, yang segmentasi program siarannya digolongkan untuk semua golongan atau usia, sehingga manajemennya masih diawasi oleh pusat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi RRI Banten dalam membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif menggunakan beberapa langkah yaitu: Observasi, wawancara, riset diskusi, dokumentasi, uji validitas dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan analisis SWOT, penelitian ini menemukan bahwa Radio Republik Indonesia Banten 94,9 FM mempunyai kekuatan diantaranya RRI Banten merupakan bagian dari pemerintah sehingga permodalan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Kelemahan, yaitu Kekurangan personil dalam struktur organisasi. Peluang, Segmentasi siaran yang dibidik oleh RRI adalah masyarakat-masyarakat yang tidak terjangkau oleh hiburan-hiburan seperti halnya TV dan radio-radio swasta lainnya di pelosok-pelosok daerah. Ancaman, Banyaknya kompetitor seperti radio swasta, televisi, dan koran. Dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman tersebut, dapat ditentukan strategi yaitu, memaksimalkan akses yang dimiliki untuk kerjasama serta merangkul pemerintah untuk memudahkan perluasan jaringan, meningkatkan kualitas SDM karyawan dengan promosi ke lain daerah, rotasi dan memberi reward, menambah segmentasi PRO 2 yang kontennya untuk anak muda/remaja serta melengkapi sistem siaran dengan audio dan video streaming.

(17)

xvi

RRI banten is the youngest RRI in Indonesia that begin the on air in 2012 and the broadcast production is under the guidance RRI Jakarta. It’s operate on 94.9 FM

in Karundang, Serang. RRI Banten is the Programma (PRO 1) that’s the channel

of society empowerment, the broadcast segmentation it self is include for universal category or universal age, so the management of 94.9 FM RRI Banten is still under control RRI Jakarta (Central RRI). The purpose of this research is to know the strategy of RRI Banten in building the existence as the public broadcast institution. This research use qualitative approach with descriptive method that needed some steps like: observation, interview, discussion research, documentation, validity test, and make a conclusion. Based on the SWOT analytical, the researcher found that 94.9 FM RRI Banten has a strength, such as: RRI Banten is the part of the government, so the financial capital is come from the calculation income and state expenditure or calculation income and region expenditure. The weakness of the RRI Banten is lack of the staffin the organization structure. The opportunity of RRI Banten is the broadcast segmentation that focus

on the communities that can’t reach by the other entertainment on the TV station

and the private Radios in the outlying region. Threat, its so many competitor such private radio, television, and newspaper. From the strength, weakness, opportunity and the threat above, the researcher found the strategy: maximizing the access that RRI Banten have to work together and huddle up the government to make the network expansion easier, increasing the quality of the employee human resource with promote to the other region, rotation and give a reward, adding the PRO 2 segmentation which is the contain is exclusive for the young people/teenager and also completing the broadcast system with the audio and video streaming.

(18)

1 1.1 Latar Belakang

Di Indonesia, radio merupakan alat komunikasi penting sejak negara ini

baru berdiri. RRI adalah salah satu radio tertua di Indonesia yang berdiri pada

tahun 1945 dan menurut UU No. 32/2002 tentang penyiaran, RRI adalah

Lembaga penyiaran publik (LPP), yang merupakan stasiun penyiaran yang

mendapatkan anggaran operasional dari APBN untuk stasiun pusat yang

berkedudukan di ibukota Jakarta dan APBD untuk stasiun daerah. Disamping itu,

dana operasionalnya dapat juga berasal dari iuran masyarakat serta usaha-usaha

stasiun tersebut yang sah.

Salah satu jaringan radio RRI pusat yaitu RRI Banten yang merupakan

stasiun tipe C atau stasiun siaran kelas C, yang berkedudukan di wilayah kota,

yang siaran produksinya di bawah naungan atau binaan RRI Jakarta, yang

beroperasi pada frekuensi 94,9 FM di daerah Karundang, Serang. Dengan

pemancar berkekuatan 5 Kwh RRI Banten mencoba memberikan siaran

berita/informasi, siaran pendidikan/budaya, dan hiburan untuk lingkup siaran

wilayah Kota/Kab Serang, Kota Cilegon, Kab. Pandeglang, Cikupa, dan Balaraja.

Dengan ditunjang karyawan yang berjumlah 14 orang, sebagai lembaga

penyiaran yang mengutamakan kepentingan publik, RRI Banten tetap beroperasi

dan terus membangun dan mengembangkan siaran, dan memperluas jaringan

(19)

dan efisien sesuai dengan visi dan misi yang diemban oleh RRI. Terkait dengan

RRI Banten yang merupakan stasiun di bawah naungan RRI Jakarta, maka, segala

sesuatu yang berhubungan dengan konten siaran, pendistribusian berita, bahkan

pembiayaan operasional masih membutuhkan subsidi anggaran dari pusat oleh

karena itu, sebagai lembaga penyiaran publik, yang berjaringan terluas, RRI

Banten masih berupaya terus membangun dan megembangkan siarannya.

Disadari atau tidak, banyaknya kompetitor juga merupakan suatu kendala

bagi RRI. Sekarang ini khususnya masyarakat di Banten lebih cenderung memilih

televisi dengan programnya yang cukup menarik dan variatif. Dan selain itu

masyarakat juga membagi porsi terhadap media massa, seperti koran, majalah,

media online. Namun hal tersebut merupakan kendala yang sehat, karena dengan

penggunaan gaya bahasa yang komunikatif oleh penyiar RRI saat berinteraksi

dengan pendengarnya tidak membuat RRI kehilangan popularitas hingga saat ini

RRI Banten masih terus tetap eksis, tetap ada pendengar spesial.

RRI Banten merupakan RRI termuda dari seluruh RRI di Indonesia yang

mulai mengudara pada tahun 2012. RRI Banten merupakan Programma 1 (PRO 1)

yang merupakan kanal pemberdayaan masyarakat, yang segmentasi program

siarannya digolongkan untuk semua golongan atau usia, sehingga manajemennya

masih diawasi oleh pusat.

Sebagai radio publik yang berada di daerah Banten, RRI Banten terus

mencoba membangun eksistensi, mengembangkan dan memperluas jaringan

(20)

yang merupakan pusat kreatifitas anak muda yang segmentasi dan seluruh

siarannya ditujukan untuk anak muda.

Dengan menerapkan secara baik dan konsisten strategi manajemen

penyiaran tersebut, kiranya lembaga penyiaran publik RRI Banten akan mampu

membangun dan mengembangkan eksistensi di daerahnya, dan diharapkan RRI

Banten dapat berubah menjadi stasiun tipe B atau stasiun siaran kelas B.1

Manajemen media penyiaran diterapkan untuk membangun eksistensinya sebagai

radio penyiaran publik. Berdasarkan pra penelitian yang dilakukan oleh penulis

sebelumnya, RRI Banten memiliki beberapa posisi yang tergabung dalam tim

penyiar, reporter, teknik, maupun layanan usaha. Satu hal yang menarik dengan

keterbatasan jumlah awak kru tersebut, RRI Banten menerapkan sistem

multifungsional bagi setiap karyawannya. Posisi yang ada dalam struktur

organisasi setiap karyawan memiliki peran ganda untuk tetap menjalankan

manajemennya. Seperti contohnya posisi penyiar diperkenankan merangkap

menjadi reporter. Hal ini menjadi sesuatu yang tidak biasa dalam pengelolaan

suatu media penyiaran. Oleh karena itu, manajemen media penyiaran merupakan

manajemen yang unik dan tidak biasa dibandingkan dengan manajemen yang

lainnya.

RRI pada awalnya merupakan lembaga yang dibawah naungan

Departemen Penerangan yang status karyawannya adalah pegawai negeri sipil

atau PNS. Dan setelah RRI tidak bernaung lagi dengan Departemen Penerangan,

yang sekarang menjadi Kementerian Komunikasi dan Informasi, RRI menjadi

1

(21)

LPP dan pegawai lama yang dulu masih dalam naungan Departemen Penerangan

tersebut, statusnya Pegawai Negeri Sipil. Sementara untuk pegawai yang baru,

disebut Pegawai Bukan Pegawai Negeri Sipil atau PBPNS. Perekrutan karyawan

baru, ditentukan kemampuan dan disesuaikan dengan kebutuhan dari tiap-tiap

stasiun.

RRI menduduki posisi penting pada era awal pembangunan nasional di

masyarakat maupun media massa. RRI tidak lagi menjadi media penyiaran tanpa

saingan, karena semakin bermunculan radio siaran swasta maupun televisi.

Namun hal tersebut tidak menyurutkan eksistensi RRI hingga sekarang. Dengan

program-program yang disajikan RRI yang meliputi siaran pendidikan, seni

budaya, musik dan hiburan, berita, dan lain-lain. Dengan berbagai program yang

disajikan tersebut RRI mencoba tetap eksis di media penyiaran di tengah

persaingan yang begitu ketat, dengan cara terus memperbaiki mutu program agar

tetap diminati oleh masyarakat.

Hingga saat ini RRI mempunyai 250 stasiun di seluruh Indonesia dan

RRI menggunakan frekuensi AM (Amplitude Modulation) untuk di luar kota, FM

(Frekuansi Modulation) untuk di dalam kota, dan SW (Short Wave) untuk diluar

negeri. Salah satu keunggulan RRI adalah menggunakan satelit Palapa C2 untuk

sistem komunikasinya, sehingga bisa siaran dimana saja dan jangkauannya luas.

Sebagai upaya untuk menyiasati agar RRI semakin berkembang, maka

RRI mengembangkan siarannya yang dulu RRI hanya audio fining saja, tetapi

(22)

audio streaming dan video streaming. Bahkan ada fasilitas di Smartphone

Android yaitu RRI Play yang bisa didengarkan di mana saja.

Berbeda dengan radio lainnya, RRI adalah lembaga penyiaran publik,

satu-satunya radio yang menyandang nama negara, siarannya ditujukan untuk

kepentingan publik seluruh lapisan masyarakat di seluruh wilayah negara

kesatuan Republik Indonesia bahkan di daerah perbatasan dan pelosok-pelosok di

Indonesia.

Di setiap stasiun RRI, minimal mempunyai empat programma (PRO)

meliputi kanal PRO 1 Pusat siaran pemberdayaan masyarakat, PRO 2 Pusat

siaran kreatifitas anak muda, PRO 3 Pusat siaran jaringan berita nasional, PRO 4

Pusat siaran budaya dan pendidikan, dan Voice of Indonesia (VOI) siaran luar

negeri dengan 8 bahasa asing.

Strategi manajemen media radio seperti RRI, tidak dapat dilepaskan dari

strategi program, manajemen, dan pemrograman dari stasiun secara keseluruhan.

Dalam hal ini, radio penyiaran publik seperti RRI mempunyai kekuatan tersendiri

yaitu RRI sebagai fasilitas lembaga pemerintahan untuk memberikan aspirasi

yang tidak mungkin disaingi oleh stasiun radio swasta niaga sebagai pesaing

terberat stasiun RRI. Selain itu RRI merupakan jaringan dengan frekuensi yang

luas, mempunyai kanal-kanal tersendiri dengan frekuensi yang berbeda disetiap

programmanya. Persoalannya tinggal bagaimana mengelola perusahaan agar dapat

(23)

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merasa tertarik dan mencoba

untuk mengangkat sebagai topik penelitian dengan judul “Strategi RRI Banten

Dalam Membangun Eksistensi Sebagai Lembaga Penyiaran Publik”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai

berikut:

“Bagaimana strategi RRI Banten dalam membangun eksistensi sebagai lembaga

penyiaran publik.”

1.3 Identifikasi Penelitian

1. Bagaimana strategi RRI Banten menggunakan kekuatan (strength) untuk

membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik?

2. Bagaimana strategi RRI Banten meminimalkan kelemahan (weakness)

untuk membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik?

3. Bagaimana strategi RRI Banten memanfaatkan peluang (opportunities)

untuk membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik?

4. Bagaimana strategi RRI Banten menghindari ancaman (threat) untuk

membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik?

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana strategi RRI Banten menggunakan kekuatan

(24)

2. Untuk mengetahui bagaimana strategi RRI Banten meminimalkan

kelemahan (weakness) untuk membangun eksistensi sebagai lembaga

penyiaran publik.

3. Untuk mengetahui bagaimana strategi RRI Banten memanfaatkan peluang

(opportunities) untuk membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran

publik.

4. Untuk mengetahui bagaimana strategi RRI Banten menghindari ancaman

(threat) untuk membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik.

1.5 Manfaat Penelitian

Aspek Teoritis

Diharapkan penulis dapat mengaplikasikan materi-materi pengajaran

mengenai ilmu komunikasi khususnya mengenai komunikasi massa dan

organisasi serta dapat memberikan sumbangan pemikiran guna melakukan

pengembangan teori-teori komunikasi dan dapat memberi wawasan baru dalam

studi komunikasi, khususnya studi kehumasan.

Aspek Praktis

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menjadi masukan

khususnya bagi RRI agar dapat lebih menjaga eksistensinya. Dan penelitian ini

juga diharapkan agar penulis mendapatkan pengetahuan lebih mengenai teori yang

dipelajari serta fakta yang terdapat di lapangan, serta menerapkan ilmu yang

(25)

8 2.1 Tinjauan Konseptual

2.1.1 Pengertian Komunikasi

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari

kata Latin Communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau

communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama

(communis adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal-usul kata

komunikasi yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip.

Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan

dianut secara sama. Akan tetapi definisi-definisi kontemporer menyarankan

bahwa komunikasi merujuk pada cara berbagi hal-hal tersebut, seperti dalam

kalimat “kita berbagi pikiran”, “kita mendiskusikan makna”, dan “kita

mengirimkan pesan”2

Komunikasi adalah penyampaian informasi dan pengertian dari

seseorang kepada orang lain. Komunikasi akan dapat berhasil baik apabila timbul

saling pengertian, yaitu jika kedua belah pihak si pengirim dan penerima

informasi dapat memahami.3

2

Mulyana, Deddy, 2005, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung : Remaja Rosdakarya. hal.41 3

(26)

Adapun beberapa definisi komunikasi yang dikutip dari Riswandi adalah

sebagai berikut:4

1. Komunikasi adalah suatu proses melalui dimana seseorang komunikator menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang lainnya atau khalayak (Carl Hovland & Kelley).

2. Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa dan dengan akibat apa atau hasilnya apa, (Who says what in which channel to whom and with what effect) (Harrold Lasswell).

3. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain melalui penggunaan simbol-simnol seperti kata-kata, gambar, angka-angka, dan lain-lain (Bernard Berelson & Gary A. Steiner).

4. Komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi pikiran orang lainnya (Weaver).

5. Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari semula yang dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih (Gode).

Komunikasi adalah proses penyampaian informasi dari komunikator

kepada komunikan. Proses komunikasi tentunya tidak dapat terlepas dari

kehidupan manusia. Karena memang pada dasarnya manusia adalah makhluk

sosial yang perlu bersosialisasi dengan sesama untuk memenuhi kebutuhannya.

Dalam hal ini, penulis mendeskripsikan bahwa komunikasi akan dapat berhasil

baik apabila pihak si pengirim dan si penerima informasi dapat memahami. Hal

ini tidak berarti bahwa kedua belah pihak harus menyetujui suatu gagasan

tersebut, yang penting adalah kedua belah pihak sama-sama memahami gagasan

tersebut. Dalam hal seperti inilah baru dapat dikatakan bahwa komunikasi telah

berhasil dengan baik.

4

(27)

Dari sini dapat disimpulkan bahwa proses komunikasi dapat berhasil

dengan baik apabila ada saling pengertian dan pemahaman makna antara pihak

komunikator (pemberi informasi) dan pihak komunikan (penerima informasi).

Informasi tersebut dapat berupa rencana-rencana, instruksi-instruksi,

petunjuk-petunjuk, saran-saran, dan sebagainya.

2.1.2 Komunikasi Massa dan Media Massa

Banyak definisi tentang komunikasi massa, yang telah dikemukakan para

ahli komunikasi. Banyak ragam dan titik tekan yang dikemukakannya. Namun,

dari sekian banyak definisi itu, ada benang merah kesamaan definisi satu sama

lain. Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa

(media cetak dan elektronik). Sebab awal perkembangannya saja, komunikasi

massa berasal pengembangan kata media of mass communication (media

komunikasi massa). Media massa apa? Media massa (atau saluran) yang

dihasilkan oleh teknologi modern. Hal ini perlu ditekankan sebab ada media yang

bukan media massa yakni media tradisional seperti kentongan, angklung,

gamelan, dan lain-lain. Jadi, disini jelas media massa menunjuk pada hasil produk

teknologi modern sebagai saluran dalam komunikasi massa.

Lalu apa media massa dalam komunikasi massa? Ada banyak versi juga

tentang bentuk ini. Namun, dari sekian banyak definisi bisa dikatakan media

massa bentuknya antara lain media elektronik (televisi, radio), media cetak (surat

kabar, majalah, tabloid), buku, dan film. Dalam perkembangan komunikasi massa

(28)

massa, yakni ditemukannya internet. Belum ada, untuk tidak mengatakan tidak

ada, bentuk media dari definisi komunikasi massa yang memasukkan internet

dalam media massa. Padahal jika ditinjau dari ciri, fungsi dan elemennya, internet

jelas masuk dalam bentuk komunikasi massa. Dengan demikian, bentuk

komunikasi massa bisa ditambah dengan internet.5

Komunikasi massa dapat diartikan dalam dua cara, yakni, pertama,

komunikasi oleh media, dan kedua, komunikasi untuk massa, namun ini tidak

berarti komunikasi massa adalah komunikasi untuk setiap orang. Media tetap

cenderung memilih khalayak, dan demikian pula sebaliknya khalayak pun

memlih-milih media.

Komunikasi massa memiliki beberapa karekteristik. Karakteristik

terpenting pertama komunikasi massa adalah sifatnya yang satu arah. Memang

ada televisi atau radio yang mengadakan dialog interaktif yang melibatkan

khalayak secara langsung, namun itu hanya untuk keperluan terbatas. Kedua,

selalu ada proses seleksi.6

Industri media massa menggambarkan delapan jenis usaha atau bisnis

media massa. Kata industri ketika dipakai untuk menggambarkan usaha/bisnis

media, menekankan tujuan utama dari media massa untuk menghasilkan uang.

Kedelapan industri media tersebut adalah buku, surat kabar, majalah, rekaman,

radio, film, televisi, dan internet.7

5

Nurudin, M.Si, Pengantar Komunikasi Massa, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007 hal.3-5 6

Rivers, WL, Jensen JW, Peterseon, Theodore, 2003, Media Massa dan Masyarakat Modern Edisi Kedua, Jakarta: Prenada Media.hal. 18-19

7

(29)

Media massa dalam pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori,

yakni media massa cetak dan media elektronik. Media elektronik yang yang

memenuhi kriteria media massa adalah radio siaran, televisi, film, media online

(internet).8

Radio adalah media massa elektronik tertua dan sangat luwes. Selama

hampir satu abad lebih keberadaannya radio siaran telah berhasil mengatasi

persaingan keras dengan bioskop, rekaman kaset, televisi, televisi kabel,

elektronic games, dan personal casset players.9

2.1.3 Media Penyiaran

Penyiaran atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Broadcasting,

adalah keseluruhan proses penyampaian siaran yang dimulai dari penyiapan

materi produksi, produksi, penyiapan bahan siaran, kemudian pemancaran sampai

kepada penerimaan siaran tersebut oleh pendengar/pemirsa di satu tempat.10

Perkembangan media komunikasi modern dewasa ini telah

memungkinkan orang di seluruh dunia untuk dapat saling berkomunikasi. Hal ini

dimungkinkan karena adanya berbagai media (channel) yang dapat digunakan

sebagai sarana penyampaian pesan. Media penyiaran, yaitu radio dan televisi

merupakan salah satu bentuk media massa yang efisien dalam mencapai

audiensnya dalam jumlah yang sangat banyak. Karenanya media penyiaran

8

Ardianto, Elvinaro, Drs, Msi., Komala, Lukiati, Dra, Msi., Karlimah, Siti,Dra,M.Si, 2007,

Komunikasi Massa Suatu Pengantar, hal. 103 9

Ibid. Hal. 123 10

(30)

memegang peranan yang sangat penting dalam ilmu komunikasi pada umumnya

dan khususnya ilmu komunikasi massa.

Kemampuan media penyiaran untuk menyampaikan pesan kepada

khalayak luas menjadikan media penyiaran sebagai objek penelitian penting

dalam ilmu komunikasi massa, disamping ilmu komunikasi lainnya yaitu ilmu

komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok dann komunikasi organisasi.

Media penyiaran merupakan organisasi yang menyebarkan informasi

yang berupa produk budaya atau pesan yang mempengaruhi dan mencerminkan

budaya dalam masyarakat. Oleh karena itu, seperti politik atau ekonomi, media

massa khususnya media penyiaran merupakan suatu sistem tersendiri yang

merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan yang lebih luas.11

Diambil dari kajian literatur kepenyiaran, Chester, Garrison, dan Willis

dalam bukunya “television and radio” (dalam Harley Prayudha, 2005:23)

menyatakan bahwa “penyiaran sebagai pancaran melalui ruang angkasa oleh

sumber frekuansi dengan sinyal yang mampu diterima di telinga atau di dengar

dan dilihat oleh publik”. Beberapa tipe penyiaran: penyiaran bunyi standar AM

(Amplitude Modulation) dan penyiaran FM (Frekuansi Modulation) bentuk

ketepatan tinggi dari bunyi pancaran, televisi, pancaran dari gambar dan bunyi.

Media penyiaran dapat diklasifikasikan jenisnya menurut UU No.

32/2002 tentang penyiaran, yaitu sebagai lembaga penyiaran yang terdiri dari jasa

penyiaran radio dan televisi. Dalam hal ini, media penyiaran dapat

dikalsifikasikan sebagai (Pasal 13 UU tersebut):

11

(31)

1. Lembaga penyiaran publik (LPP), merupakan stasiun penyiaran yang

mendapatkan anggaran operasional dari APBN untuk stasiun pusat yang

berkedudukan di ibukota Jakarta dan APBD untuk stasiun daerah.

Disamping itu, dana operasionalnya dapat juga berasal dari iuran

masyarakat serta usaha-usaha stasiun tersebut yang sah. LPP yang

dimaksudkan adalah RRI dan TVRI.

2. Lembaga Penyiaran Swasta (LPS), merupakan stasiun penyiaran yang

mendapatkan anggaran operasional secara swadaya melalui potensi siaran

iklan dan jasa-jasa lain seperti pembuatan produksi yang terkait dengan

penyelenggaraan penyiaran. Mempunyai wilayah siaran secara lokal dan

berjaringan secara terbatas. Berjaringan secara terbatas diatur mengikuti

skema tertentu, yaitu berdasarkan potensi ekonomi satu daerah yang

masuk dalam jaringannya. Penentuan skema ini didasarkan pada asas

keadilan, sehingga masing-masing LPS tidak saling dirugikan.

3. Lembaga Penyiaran Komunitas (LPK), merupakan stasiun penyiaran yang

mendapatkan anggaran operasional secara swadaya yaitu dari

pengumpulan donasi komunitasnya atau pihak-pihak yang bersimpati.

Dalam UU penyiaran, LPK dilarang untuk mendapatkan dana dari siaran

iklan. Mempunyai wilayah siaran yang terbatas (radius 2,5 km) dan

berdaya pancar maksimum 50 watt (Pasal 5 PP No. 51/2002). Menurut

(32)

dalam wilayah tertentu, bersifat independen, tidak komersial, dan hanya

untuk melayani kepentingan komunitasnya.12

Perkembangan media penyiaran di Indonesia semakin pesat, jenisnya pun

semakin beragam, yakni televisi, radio, internet, dan juga media cetak. Diantara

media-media tersebut, radio menjadi salah satu media penyiaran yang cukup

menarik dan juga unik.

Menurut Dodi Mawardi (2007) radio adalah media auditif, yang hanya

bisa dinikmati dengan alat pendengaran. Radio menjadi media penyampai

gagasan, ide dan pesan melalui gelombang elektromagnetik, berupa sinyal-sinyal

audio.

Sedangkan penyiaran radio menurut Undang-undang Penyiaran

No.32/2002 adalah kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran

dan/atau sarana transmisi di darat, di laut atau di antariksa dengan menggunakan

spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan/atau media lainnya untuk

dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat

penerima siaran, yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan.

Radio sebagai media komunikasi berjenis-jenis, tetapi hanya radio siaran

(radio broadcast) yang merupakan media massa, tidak demikian radio telegrafi,

radio telefoni seperti radio CB (Citizen Band), dan lain-lain, yang sifatnya

interpersonal.

Sebagai unsur dari proses komunikasi, dalam hal ini sebagai media

massa, radio siaran mempunyai ciri dan sifat yang berbeda dengan media massa

12

(33)

lainnya. Jelas berbeda dengan surat kabar yang merupakan media cetak, juga

dengan film yang bersifat mekanik optik. Dengan televisi, kalaupun ada

persamaannya dalam sifatnya yang elektronik, terdapat perbedaan, yakni radio

sifatnya audial, televisi audio visual.

Penyampaian pesan melaui radio siaran dilakukan dengan menggunakan

bahasa lisan, kalaupun ada lambang-lambang nirverbal, yang dipergunakan

jumlahnya sangat minim, umpamanya, tanda waktu pada saat akan memulai acara

warta berita dalam bentuk bunyi telegrafi atau bunyi salah satu alat musik.

Keuntungan radio siaran bagi komunikan adalah sifatnya auditori dan

santai untuk didengarkan, lebih mudah orang menyampaikan pesan dalam bentuk

acara yang menarik, dan orang bisa menikmati acara siaran radio sambil makan,

sambil tidur-tiduran, sambil bekerja, bahkan sambil mengemudikan mobil.

Namun, dengan sifatnya yang lain, yakni “sekilas dengar”, pesan yang

sampai kepada khalayak hanya sekilas saja, begitu terdengar, begitu hilang. Arus

balik tidak mungkin pada saat itu. Pendengar yang tidak mengerti atau ingin

memperoleh penjelasan lebih jauh, tak mungkin meminta kepada penyiar untuk

mengulang lagi.

Karena kelemahan itulah, maka radio siaran banyak dipelajari dan diteliti

untuk mencari teknik-teknik yang dapat mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut

sehingga komunikasi melalui radio siaran lebih efektif.13

Perkembangan radio siaran di Indonesia dimulai dari masa penjajahan

Belanda, penjajahan Jepang, zaman kemerdekaan dan zaman orde baru. Dengan

13

(34)

peralatan siaran peninggalan Belanda dan Jepang, Radio Republik Indonesia

(RRI) diresmikan berdirinya pada tanggal 11 September 1945, yaitu hari yang

bertepatan dengan pertemuan terakhir dari beberapa pertemuan yang membahas

visi dan misi RRI selaku lembaga penyiaran negara yang merdeka.14

Di zaman orde baru, sampai akhir tahun 1966, RRI adalah satu-satunya

radio siaran di Indonesia yang dikuasai dan dimiliki oleh pemerintahan. Peran dan

fungsi radio siaran ditingkatkan. Selain berfungsi sebagai media informasi dan

hiburan, pada masa orde baru, radio siaran melalui RRI menyajikan acara

pendidikan dan persuasi. Acara pendidikan yang berhasil adalah “Siaran

Pedesaan” yang mulai diudarakan pada bulan September 1969 oleh stasiun RRI

regional. Selanjutnya, stasiun RRI regional juga membantu menginformasikan

program-program pemerintahan, seperti Keluarga Berencana, transmigrasi,

kebersihan lingkungan, imunisasi ibu hamil dan balita.15

RRI merupakan radio yang mempunyai jaringan siaran terbesar di

Indonesia, yaitu 60 stasiun dengan 191 program di Indonesia. Berdasarkan

penelitian yang diselenggarakan Universitas Indonesia pada 2003, RRI telah

menjangkau 83 persen penduduk Indonesia.

RRI mempunyai format stasiun seperti pengaturan sebelumnya, hanya

saja mengalami perubahan sebutan. Stasiun Pusat Jakarta menjadi stasiun Cabang

Utama, Stasiun I menjadi Stasiun Cabang madya, dan Stasiun

Regional-II menjadi stasiun Cabang Pratama. Tetapi dengan diundangkannya PP No.

14

Djamal, Hidajanto dan Fachruddin, Andi, 2011, Dasar-dasar Penyiaran: Sejarah, Organisasi, Operasional, dan Regulasi. Jakarta: Kencana. Hal. 17

15

Ardianto, Elvinaro, Drs, Msi., Komala, Lukiati, Dra, Msi., Karlimah, Siti,Dra,M.Si, 2007,

(35)

12/2005 tentang Lembaga Penyiaran Publik RRI, maka stasiun RRI ini menjadi

kelas-A, Kelas-B, Kelas-C. Sementara kewajiban wilayah jangkauan serta level

pejabatnya dalam tataran kepegawaian negeri sesuai dengan pengaturan

sebelumnya.16

Menurut kelas dalam jaringan nasional, berarti dari strata dalam

organisasi lembaga penyiaran tersebut. Nomenklatur kelas ini dicantumkan dalam

peraturan pemerintah No. 12/2005 tentang LPP RRI pasal 18. Dalam hal ini,

media penyiaran dapat diklasifikasikan sebagai:

1. Media penyiaran kelas A, merupakan stasiun pusat yang berkedudukan di

ibukota Jakarta

2. Media penyiaran kelas B, merupakan stasiun daerah yang berkedudukan di

ibukota Provinsi

3. Media penyiaran kelas C, merupakan stasiun daerah yang berkedudukan di

ibukota wilayah kota (walikota)17

Setelah kurang lebih selama 60 tahun RRI menjadi corong pemerintah,

maka berdasar UU No.32 tahun 2002, tentang Penyiaran, PP 11 tahun 2005

tentang Lembaga Penyiaran Publik, serta PP 12 tahun 2005, RRI dikukuhkan

sebagai satu-satunya lembaga penyiaran publik yang dapat berjaringan secara

nasional dan dapat bekerja sama dalam siaran dengan lembaga penyiaran Asing.

Lembaga Penyiaran Publik (LPP) Radio Republik Indonesia adalah

lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh negara,

bersifat independen, netral dan tidak bersifat komersial yang tugasnya adalah

16

Djamal, Hidajanto dan Fachruddin, Andi, 2011, Dasar-dasar Penyiaran: Sejarah, Organisasi, Operasional, dan Regulasi. Jakarta: Kencana. Hal. 21

17

(36)

memberikan pelayanan untuk kepentingan masyarakat yang siarannya berupa

siaran informasi, pelestarian budaya, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol

sosial dan menjaga citra positif bangsa di dunia Internasional.

Maraknya kemunculan stasiun radio siaran swasta niaga yang semakin

lama semakain banyak itu menyadari betapa pentingnya kedudukannya dan

fungsinya di masyarakat, tetapi di lain pihak menyadari pula betapa banyaknya

dan sulitnya hambatan yang harus diterjang dan masalah yang harus dipecahkan.

Karena itu stasiun-stasiun radio swasta niaga sejak 1974 berhimpun dalam satu

wadah yang dinamakannya Persatuan Radio Siaran Swasta Niaga Indonesia,

disingkat PRSSNI.

Bagi RRI, PRSSNI ini tidak merupakan saingan, bahkan dianggapnya

sebagai mitra dalam memanfaatkan media elektronik itu dalam melancarkan

pembangunan nasional di seluruh nusantara.

Radio swasta niaga yang menghimpun diri pada PRSSNI itu dalam

operasinya menghibur, mendidik, dan menyajikan informasi kepada masyarakat,

tampak berkembang kendati tidak sedikit hambatan yang harus dihadapi. Paling

tidak terdapat tiga masalah yang perlu segera di diatasinya. Menurut mingguan

Tempo No. 41 Tahun XIX-9 Desember 1989, halaman 26, masalah tersebut,

pertama, perizinannya yang harus diperbaharui setahun sekali; kedua, tunggakan

biro iklan; ketiga, diberlakukannya UU Hak Cipta bagi setiap lagu yang disiarkan

stasiun radio.

Dalam perkembangannya, untuk mempertahankan kelangsungan

(37)

dituntut untuk lebih kreatif, sebab sebagai radio komersial yang hidup dari iklan,

kehilangan pelanggan merupakan masalah yang tidak mudah diatasi.

Dalam hal itu RRI sendiri sebagai stasiun radio siaran milik pemerintah,

satu-satunya radio siaran yang mempunyai jaringan di seluruh Indonesia,

meskipun pembiayaan dijamin pemerintah, tidak berarti boleh pasif dalam

kreatifitas. Kenyataan menunjukkan diakui atau tidak oleh insan-insan RRI

pendengar di kota-kota besar sering lebih tertarik oleh stasiun-stasiun radio swasta

niaga karena acaranya yang bervariasi dan yang memenuhi selera khalayak.18

2.2 SWOT Sebagai Cara Membentuk Strategi

Strategi diperlukan untuk mencapai apa yang dikehendaki. Termasuk

RRI dalam membangun eksistensinya agar dapat mencapai visi misinya sebagai

media radio penyiaran publik. Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan

(planning) dan manajemen (management) untuk mencapai tujuan.19 Strategi juga

merupakan arah yang dipilih organisasi untuk diikuti dalam mencapai misinya.

Pengertian strategi juga di ungkapkan Arifin sebagai keseluruhan keputusan

kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan guna mencapai tujuan.20

Berdasarkan pengertian tersebut, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa

strategi adalah perencanaan tentang tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai

tujuan tertentu.

18

Efendy, Onong Uchjana. 1990. Radio Siaran, Teori dan Praktek. Bandung, CV. Mandar Maju. Hal. 67-69

19

Effendi, Onong Uchjana. 2007, Komunikasi : Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosdakarya. Hal. 32

20

(38)

Salah satu teknik yang digunakan untuk melihat kekuatan, kelemahan,

peluang dan ancaman yang akan dihadapi oleh perusahaan adalah teknik analisis

SWOT. Teknik analisis SWOT dibuat oleh Albert Humphrey, yang memimpin

proyek riset pada Universitas Stanford pada dasawarsa 1960an dan 1970an

dengan menggunakan data dari perusahaan-perusahaan fortune 500. Pada awal

mulanya, analisis SWOT digunakan untuk manajemen organisasi bisnis,

kemudian digunakan juga untuk organisasi lain dan juga individu.

Analisis SWOT menurut Albert Humphrey (1970) adalah metode

perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan,

peluang, dan ancaman dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Proses ini

melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan

mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak

dalam mencapai tujuan tersebut.21

Dalam manajemen strategis, analisis utama merupakan awal proses

perumusan strategi. Selain itu, analisis strategi juga mengharuskan para pimpinan

perusahaan untuk menemukan kesesuaian strategis antara peluang-peluang

eksternal dan kekuatan-kekuatan internal, disamping memperhatikan

ancaman-ancaman eksternal dan kelemahan-kelemahan internal. Mengingat bahwa SWOT

adalah akronim untuk Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities

(peluang), dan Threat (ancaman) dan sebuah organisasi, yang semuanya

merupakan faktor-faktor strategis.

21

(39)

Analisis SWOT merupakan kerangka pilihan karena kesederhanaannya

dan kemampuannya untuk menggambarkan esensi dari formulasi strategi yang

baik, menyesuaikan peluang dan ancaman suatu perusahaan dengan kekuatan dan

kelemahannya. Tetapi analisis SWOT merupakan pendekatan konseptual yang

sangat luas, sehingga rentan terhadap beberapa kelemahan utama dan keterbatasan

analisis SWOT itu sendiri yaitu, (1) analisis SWOT dapat terlalu menekankan

kekuatan internal dan menganggap remeh ancaman eksternal; (2) analisis SWOT

dapat bersifat statis dan beresiko mengabaikan kondisi yang berubah; (3) analisis

SWOT dapat terlalu menekankan pada satu kekuatan atau elemen strategi; (4)

suatu kekuatan tidak selalu menjadi keunggulan kompetitif.

Secara ringkas, analisis SWOT merupakan suatu pendekatan tradisional

yang sudah lama digunakan oleh para pembuat strategi untuk melakukan analisis

internal. Analisis ini menawarkan usaha umum untuk menilai kapabilitas internal

dengan mempertimbangkan faktor eksternal, terutama peluang dan ancaman

utama. Analisis ini memiliki keterbatasan yang harus dipertimbangkan jika akan

digunakan sebagai landasan bagi proses pengambilan keputusan strategis

perusahaan.22

Hunger dan Wheelen menggambarkan alur analisis SWOT yang menjadi

cara untuk membentuk strategi dalam sebuah sistem manajemen. Pemetaan

strategi-strategi tersebut secara jelas dan terperinci dapat dilihat pada bagan

berikut.

22

(40)

Tabel 2.1

Matriks SWOT Penentuan Strategi

Sumber: Hunger dan Wheelen, (1996: 231)

Berdasarkan bagan, maka penjelasan dari matriks SWOT (Strength,

Weakness, Opportunities, dan Threats) tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Pada blok berlabel (SO), berisi peluang eksternal dalam lingkungan

perusahaan saat ini dan yang akan datang. Peluang merupakan situasi yang

sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan

kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang

harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan

pertumbuhan yang agresif.

2. Pada blok berlabel (ST), berisi ancaman eksternal yang dihadapi

perusahaan saat ini dan yang akan datang. Perusahaan menghadapi

berbagai ancaman, tetapi perusahaan masih memliki kekuatan dari segi

internal. Strategi yang harus diterapkan adalah dengan menggunakan

(41)

kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara

strategi diversifikasi (produk/pasar).

3. Pada blok berlabel (WO), berisi bidang-bidang khusus kekuatan

perusahaan saat ini dan yang akan datang. Perusahaan menghadapi

peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak, perusahaan

menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi

perusahaan adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan

sehingga dapat merebut peluang yang lebih baik.

4. Pada blok berlabel (WT), berisi bidang-bidang khusus kelemahan

perusahaan saat ini dan yang akan datang. Merupakan situasi yang sangat

tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman

dan kelemahan internal.23

Selanjutnya dibuatlah sekumpulan strategi berdasarkan kombinasi

tertentu dari empat kumpulan faktor strategi tersebut. Jadi, analisis SWOT dapat

menjadi alat untuk mengidentifikasi kapabilitas atau kemampuan suatu

perusahaan tersebut. Oleh karena itu, RRI harus memiliki strategi-strategi untuk

mengetahui sejauh mana manajemen itu dapat berfungsi dengan baik. Dengan

kata lain, SWOT akan menjadi sebuah instrumen atau alat yang digunakan untuk

mengetahui strategi manajemen RRI dalam membangun eksistensinya sebagai

lembaga penyiaran publik.

23

(42)

2.3. Teori Niche (Ekologi Media)

Teori Niche muncul dari disiplin Ekologi. Ekologi merupakan konsep

sentral dalam penelitian tentang kompetisi antar industri media. Ekologi

berkenaan dengan hubungan timbal balik antara mahkluk hidup dengan

lingkungan di sekitarnya (Rachmat Kriyantono, 2006:272).

Teori Niche sebenarnya bukanlah teori yang baru. Teori ini sudah

dikembangkan sejak tahun 1960-an oleh para ahli ekologi seperti S.A. Levins

(1957), R. Levins (1968), Ricklefs (1979) E.R. Pianka (1975) dan R.H. Whittaker

(1973). Niche dapat diartikan sebagai “ceruk”, “relung” atau “ruang kehidupan”.

Fokus pembahasannya adalah mengenai proses, ciri-ciri, hubungan dan interaksi

antar populasi dalam upaya mempertahankan kehidupannya (Sendjaja, 1993).

Teori niche dapat digunakan untuk riset tingkat kompetisi antar media

massa, baik surat kabar, radio maupun televisi. Teori ini juga dapat digunakan

untuk mengukur persaingan antar program PR beberapa perusahaan. Bagi praktisi

PR, riset ini berguna sebagai upaya melakukan monitoring lingkungan eksternal,

misalnya untuk mengukur persaingan dengan kompetitor.

Dan teori ini bila diaplikasikan pada media massa bisa disebut sebagai

“ekologi media”. Ekologi Media (Teori Niche) berkenaan dengan hubungan

timbal balik antara media massa dengan lingkungan penunjangnya. Media

berinteraksi dengan lingkungannya. Kondisi ini sama dengan hubungan yang

terjadi antara mahkluk hidup dengan lingkungan tempatnya hidup. Dalam proses

interaksi ini memungkinkan terjadi kompetisi dalam mempertahankan

(43)

media-media yang secara tidak langsung membentuk suatu kelompok yang hidup dari

sumber daya yang sama. Misalnya populasi surat kabar, populasi radio atau

populasi televisi (Rachmat Kriyantono, 2006:271-272). Dan kompetisi antar

sesama warga populasi cenderung lebih ketat dibandingkan dengan kompetisi

antar populasi seperti antar surat kabar (Tevfik Dalgic, 2007:90).

Lewin (dalam Sendjaja, 1993) mengatakan bahwa sifat interaksi antar

makhluk hidup yang tinggal di suatu lingkungan, tergantung pada tiga faktor

yaitu:

1. Niche Breadth : daerah atau ruang sumber penunjang kehidupan yang

ditempati oleh masing-masing individu atau tingkat hubungan antara

populasi dengan sumber penunjang.

2. Niche Overlap : penggunaan sumber penunjang kehidupan yang sama dan

terbatas oleh dua mahkluk hidup atau lebih sehingga terjadi tumpang

tindih atau derajat persamaan ekologis atau kompetisi antar populasi

dalam memperebutkan sumber penunjang.

3. Jumlah seluruh sumber daya yang dapat digunakan oleh seluruh populasi.

Selanjutnya, kompetisi antar industri media adalah kompetisi untuk

memperebutkan sumber penunjang kehidupan. Menurut John W. Dimmick dan

Eric Rohtenbuhler (1984) mengatakan bahwa sumber penunjang kehidupan media

ada tiga yaitu :

1. Pertama, capital, yang meliputi struktur permodalan dan pemasukan iklan.

2. Kedua, types of content, yang menunjukkan aspek program dan atau jenis

(44)

bersangkutan, hal tersebut dapat dilihat dari berbagai rubrikasi/program

acara yang ada.

3. Ketiga, types of audience, yang menunjukkan jenis khalayak sasaran atau

target audien. Faktor audien pada dasarnya dapat dilihat melalui dua hal

yaitu dari data asumsi/profil media yang bersangkutan atau dari penelitian

khusus untuk mengetahui profle khalayak dan kebutuhan konsumsi media

mereka.

Ketiga sumber penunjang tersebut merupakan tiga tiang utama yang

menjadi penyangga –sekaligus sumber “makanan” bagi media agar dapat survive

dan mengembangkan dirinya dalam situasi kompetisi yang ketat.24

2.4 Eksistensi RRI Banten Sebagai Lembaga Penyiaran

Berbicara mengenai eksistensi RRI, sampai sekarang RRI masih eksis

karena segmentasi yang di bidik oleh RRI itu adalah bukan hanya dalam kota

tetapi justru yang paling jauh itu di daerah-daerah makanya RRI Banten itu sangat

direspon oleh gubernur karena Banten itu kan bentuknya masih terpencil-pencil,

dan informasi yang paling cepat disampaikan kepada masyarakat adalah radio.

RRI merupakan Lembaga publik, tidak boleh komersial atau menjadi

pesaing radio swasta, tapi perlu diingat peran publiknya jangan sampai diambil

radio swasta. Ketika radio swasta hanya melayani daerah-daerah komersial yang

berpotensi secara ekonomi seperti di kota-kota besar di segmen-segmen yang

memang laku dijual, laku iklannya, maka LPP harus memberikan layanan yang

24

(45)

bukan sekedar "yang laku", bukan melihat apa yang diinginkan publik, tapi apa

yang dibutuhkan publik. Seperti halnya berita terkait pemilu, yang harus

dipertahankan RRI adalah sisi edukatifnya, bukan emosional, sensasional, dan

konfliknya.

Sehingga, tantangan bagi RRI Pro 1 FM Banten adalah tercapainya

keberhasilan untuk meraih target pendengar sesuai dengan segmentasi dan meraih

eksistensi sebagai radio publik sehingga dapat bersaing dengan radio-radio lain

yang mempunyai kesamaan acara dan segmentasi pendengar. Selain itu, RRI Pro

1 FM juga dapat merubah pandangan masyarakat tentang image RRI yang baru

dan berbeda dengan RRI yang lama pada persepsi masyarakat secara luas dengan

tetap bertanggung jawab sebagai lembaga penyiaran publik yang independen,

netral dan tidak komersial yang berfungsi memberikan pelayanan siaran

informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol sosial, serta menjaga citra

positif bangsa di dunia internasional melalui UU No. 32 tahun 2002 tentang

Penyiaran, serta PPRI 12 tahun 2005.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia Eksistensi adalah

keberadaan, kehadiran yang mengandung unsur bertahan. Sedangkan menurut

Abidin Zaenal (2007:16):

“Eksistensi adalah suatu proses yang dinamis, suatu menjadi atau mengada. Ini sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri, yakni exsistere, yang artinya keluar dari, melampaui atau mengatasi. Jadi eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur atau kenyal dan mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduran, tergantung pada kemampuan dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya.”25

25

(46)

Dari definisi tersebut dapat dilihat bahwa pada dasarnya RRI Pro 1 FM

Banten tidak akan mengalami kemunduran, terutama dalam hal keuangan. Hal ini

dikarenakan RRI Pro 1 FM Banten adalah bagian dari lembaga penyiaran publik

yang mendapatkan dana operasional langsung dari pemerintah. Sesuai dengan UU

no. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran pasal 15, sumber pembiayaannya berasal

dari: iuran penyiaran, APBN atau APBD, sumbangan masyarakat, siaran iklan,

dan usaha lain yang sah terkait dengan penyelenggaraan penyiaran. RRI Pro 1 FM

Banten pada dasarnya tidak memerlukan adanya perubahan segmentasi, karena

RRI Pro 1 FM Banten tidak bersifat komersial dan tidak bergantung pada

masuknya iklan dari pihak lain yang membutuhkan kreativitas dan target jumlah

pendengar dalam beriklan. Tetapi pada implementasinya, RRI Pro 1 FM Banten

tetap berusaha menyejajarkan diri dengan radio swasta lainnya yang memiliki

beberapa kesamaan dengan melakukan strategi perubahan segmentasi

pendengarnya.

Tantangan untuk RRI Banten sekarang ialah bagaimana menformat

kontennya agar menarik, tidak hanya untuk golongan usia dewasa, namun juga

untuk anak muda yang notabene merupakan generasi penerus bangsa. Namun di

samping itu, RRI Banten harus tetap konsisten untuk tetap menjaga kualitas

siarannya agar sesuai dengan visi misi sebelumnya yaitu sebagai radio yang

membangun karakter bangsa berkelas dunia. Karena itu RRI Banten kemudian

mulai mengembangkan RRI pro 2 yang memang format acaranya ditujukan bagi

(47)

pemicu dan penggerak hati pendengar agar dapat berpikir dan berbuat lebih untuk

bangsa ini.

Untuk dapat memperoleh awareness dan perhatian dari masyarakat, RRI

Banten sebagai radio nasional dapat menjaga dan mempertahankan

keberadaannya, diperlukan langkah-langkah yang lebih efektif dan intensif,

diperlukan adanya kerjasama antar semua pihak yang ada didalam RRI Banten.

Menciptakan iklim kondusif yang nyaman juga merupakan salah satu

strategi yang harus diwujudkan, agar hasil kerja yang maksimal dapat dicapai

demi mendapatkan informasi yang actual dan berkualitas dan masyarakat

cenderung memilih mendengarkan siaran RRI Banten apabila hal tersebut dapat

diwujudkan dengan baik dan memperoleh pencitraan yang positif di mata

masyarakat serta dapat terus menjaga eksistensi atau keberadaanya

ditengah-tengah arus persaingan dengan kompetitornya.26

Dari penjelasan tersebut di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa RRI

Banten sebagai lembaga penyiaran publik masih dapat dikatakan eksis apabila ada

kerjasama antar semua pihak yang ada di dalam RRI Banten. Untuk pemaparan

eksistensi secara lebih mendalam, penulis akan memaparkan hasil penelitian yang

dilakukan oleh penulis di bab IV.

26

(48)
(49)

2.6 Penelitian Terdahulu

Terdapat tiga penelitian yang dianggap relevan dan ada keterkaitan

dengan penelitian yang telah dilakukan penulis. Penelitian yang pertama berjudul

“Sejarah Radio Republik Indonesia Wilayah Semarang Tahun 1945-1998” oleh

Deddi Wahyu Wijaya. Penelitian yang dilakukan tahun 2012 dengan

menggunakan metode penelitian sejarah, yang meliputi empat tahap, yaitu:

Heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan histografi. Penelitian tersebut Terfokus

pada perkembangan RRI dan peran RRI terhadap penyampaian informasi kepada

masyarakat. Deddy melihat Peran RRI Semarang bagi masyarakat dalam

penyampaian informasi. Masyarakat Semarang bisa mengetahui beberapa

peristiwa-peristiwa penting melalui RRI disetiap zamannya. Pada masa

kemerdekaan RRI sendiri berfungsi sebagai alat propaganda kemerdekaan, pada

masa orde lama sampai orde baru RRI berfungsi sebagai alat untuk menyuarakan

program-program atau kebijakan pemerintah, sedangkan pada akhir tahun 1998

RRI berfungsi sebagai alat aspirasi mahasiswa dalam aksi-aksinya untuk

meruntuhkan rezim orde baru yang penuh dengan penyimpangan. Berbeda dengan

penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi RRI Banten

dalam membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik.

Penelitian selanjutnya yakni “Strategi Perubahan Segmentasi Pendengar

RRI PRO 2 FM Surabaya” yang telah diteliti oleh Ditty Heppyanti Lulu. Ditty

lebih memfokuskan strategi perubahan segmentasi pendengar Radio Republik

Indonesia Programa Dua Surabaya (RRI PRO 2 FM Surabaya) sebagai salah satu

(50)

media. Berbeda dengan penelitian ini yang akan memfokuskan pada bagaimana

peran RRI Banten dalam membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran

publik.

Penelitian lain yang dianggap relevan adalah “Analisis Strategi

Manajemen Penyiaran Carlita TV Dalam Mempertahankan Eksistensinya Sebagai

Media Televisi Lokal”. Penelitian ini bertujuan Mengetahui Strategi manajemen

redaksi Carlita TV dalam mempertahankan eksistensinya dan menghasilkan

Strategi yang dilakukan Carlita TV dalam mempertahankan eksistensinya sebagai

media televisi lokal dengan memberdayakan minimnya tenaga kerja yang ada.

Penelitian ini mendapati bahwa Carlita TV perlu membenahi beberapa bidang

dalam manajemennya yaitu dengan memisahkan antara ruang redaksi dengan

tugas pemasaran. Dengan demikian Carlita TV dapat mempertahankan

eksistensinya sebagai media televisi lokal yang ada di Kabupaten Pandeglang

hingga saat ini. Berbeda dengan penelitian ini yang bertujuan bagaimana cara

manajemen produksi RRI Banten dalam membangun eksistensi sebagai lembaga

penyiaran publik.

Untuk lebih jelas perbedaan dan persamaan penelitian ini dengan

(51)

Tabel 2.2

Penelitian Sebelumnya

No Item Deddy Wahyu Wijaya Universitas Negeri Semarang, Vol. 1 No. 1

Ditty Heppyanti Lulu Wilayah Semarang Tahun 1945-1998 keberadaan RRI Semarang sebagai stasiun radio milik negara yang bersifat netral dan selalu tulus melayani masyarakat dalam situasi apapun, walaupun RRI pada masa orde lama dan orde baru dijuluki

sebagai “corong pemerintah”. RRI

(52)

4 Metode/ Paradigma

Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah, yang meliputi empat tahap, yaitu: Heuristik, kritik sebagai alat untuk menyuarakan program-program atau kebijakan pemerintah, sedangkan pada akhir tahun 1998 RRI berfungsi sebagai alat aspirasi mahasiswa dalam aksi-aksinya untuk meruntuhkan rezim orde baru yang penuh dengan

Director, hingga penyiar yang aktif berinteraksi

6 Persamaan Terfokus pada perkembangan RRI dan peran RRI terhadap

(53)

36 3.1Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif.

Penelitian kualitatif merupakan sebuah penelitian yang digunakan untuk

memastikan kebenaran data. Data sosial sering sulit dipastikan kebenarannya.

Dengan metode kualitatif, melalui teknik pengumpulan data secara

triangulasi/gabungan (karena dengan teknik pengumpulan data tertentu belum

dapat menemukan apa yang dituju, maka ganti teknik lain), maka kepastian akan

lebih terjamin. Selain itu dengan metode kualitatif, data yang diperoleh diuji

kredibilitasnya, dan penelitian berakhir setelah data itu jenuh, maka kepastian data

dapat diperoleh. Ibarat mencari siapa yang menjadi provokator, maka sebelum

ditemukan siapa provokator yang dimaksud maka penelitian dinyatakan belum

selesai.27

Dalam hal ini penulis memperoleh informasi secara menyeluruh

mengenai strategi RRI Banten dalam mempertahankan eksistensi sebagai lembaga

penyiaran publik. Pendekatan ini dipilih agar penulis mendapat pemahaman sesuai

dengan permasalahan yang ada. Dengan digunakannya pendekatan kualitatif,

maka data di dapat akan lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel dan bermakna,

sehingga tujuan penelitian dapat tercapai.

27

(54)

Pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan dalam melakukan

penelitian yang bersifat alamiah dimana penulis harus melakukan observasi

lapangan, wawancara, dan pengumpulan data. Sehingga hasil penelitian yang

dikaji bersifat konkrit dan sesuai dengan permasalahan yang diteliti.

3.2Paradigma Pospositivistis

Paradigma pospositivistis berbicara bukan hanya yang terlihat, terasa,

dan teraba saja tetapi mencoba memahami makna dibalik yang ada. Realitas sosial

menurut paradigma ini adalah suatu gejala yang utuh yang terikat dengan konteks,

bersifat kompleks, dinamis dan penuh makna oleh karena itu, mengetahui

keberadaannya tidak dalam bentuk ukuran akan tetapi dalam bentuk eksplorasi

untuk dapat mendeskripsikannya secara utuh.

Paradigma pospositivitis atau naturalistik melahirkan pendekatan

penelitian kualitatif yang cenderung pada penggunaan kata-kata untuk

menarasikan suatu fenomena/gejala.28

Bagi pospositivis (kualitatif) realitas disikapi sebagai fakta yang bersifat

ganda, dapat disistematisasikan, mengemban ciri, konsepsi, dan hubungan secara

asosiataif, dan mesti dipahami secara alamiah, kontekstual, dan holistik.

Ditinjau dari perspektif pospositivis, misi atau tujuan penelitian kualitatif

mungkin bersifat: (a) eksploratif: memahami fenomena secara garis besar tanpa

mengabaikan kemungkinan pilihan fokus tertentu secara khusus. (b) eksplanatif:

memahami ciri dan hubungan sistemis fenomena berdasarkan faktanya (c) teoritis:

28Satori, Djam’an & Komariah, Aan,

Gambar

Tabel 2.1 Matriks SWOT Penentuan Strategi
Tabel 2.2 Penelitian Sebelumnya
Tabel 3.7 Jadwal Penelitian
Tabel 4.3 Analisis Peluang RRI Banten
+2

Referensi

Dokumen terkait

Cattleya Zahrunisa, 2016, PEMANFAATAN MEDIA BARU OLEH MEDIA KONVENSIONAL RADIO (Studi Kasus Pola Pemanfaatan Media Sosial Twitter oleh Lembaga Penyiaran Publik RRI

Pengaruh Kepemimpinan Path Goal dan Kompensasi terhadap Disiplin Kerja Karyawan (Studi Persepsional Karyawan Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (LPP RRI) Bandung

[r]

I hereby declare that the thesis entitled “A Comparative Study on the Use of Four Types of Tenses in English Radio Broadcasting Program at Lembaga Penyiaran Publik Radio

TINJAUAN HUKUM TENTANG SIARAN DIGITAL, bab ini terdiri dari: perkembangan teknologi komunikasi, perubahan teknologi analog menjadi teknologi digital, tinjauan umum tentang