• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROTEKSI LERENG DARI EROSI PERMUKAAN DENGAN METODE BIOENGINEERING - Unika Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PROTEKSI LERENG DARI EROSI PERMUKAAN DENGAN METODE BIOENGINEERING - Unika Repository"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Daniel Hartanto 1

[email protected] Unika Soegijapranata

ABSTRAK

Biorngineering merupakan metode yang dapat dipakai untuk memproteksi lereng. Akar rumput terbukti dapat meningkatkan kuat geser tanah .Sudut geser tanah yang mengandung akar rumput meningkat ± 17% - 53% sedangkan kohesi mengalami peningkatan yaitu sebesar 10% - 56%.

Kuat tarik (tensile strength) pada akar tanaman rumput bervariasi antara 0.6687 - 1.5778 kg/cm2

Tanah dengan landcover 75% - 99%, erosi permukaan pada top soil yang terjadi berkisar 22.60 % - 35.65%.Tanah dengan landcover 50% butiran tanah yang tererosi berkisar 45%.Tanah dengan landcover 0.5% - 27%, erosi permukaan pada top soil yang terjadi berkisar 46.26 % - 64.21%.

Kata kunci : bioengineering , kohesi, landcover,tensile strngth

I. PENDAHULUAN

Masalah erosi pada lereng merupakan masalah yang sering dijumpai di Indonesia. Biasanya pada waktu musim hujan sering terjadi peristiwa pengikisan tanah yang berlebihan atau yang sering disebut dengan erosi yang mengakibatkan tanah disekitar lereng menjadi rusak dan erosi yang terjadi terus menerus dapat mengakibatkan bencana longsor. Banyak faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya erosi permukaan tanah pada lerengan antara lain: curah hujan dengan intensitas tinggi serta durasi yang lama, gempa bumi, dan lain sebagainya. Selain itu ada faktor lain pada tanah itu sendiri antara lain : jenis tanah, sifat batuan, corak topografi dan geologi yang membentuk lapisan tanah tersebut.

(2)

Road Map Penelitian 2004 - 2014:

Gambar 1 : Road Map Penelitian ( 2004 – 2014)

II. TINJAUAN PUSTAKA

1. BIOENGINERING

Pengertian Bioengineering adalah teknologi yang menggunakan bahan dari tanaman hidup dan bagian dari tanaman, untuk mengatasi persoalan-persoalan alam lingkungan antara lain : erosi permukaan tanah perbukitan dan lereng disekitar aliran sungai. Sistem bioengineering adalah memanfaatkan tanaman berperan sebagai komponen dalam struktur utama, dan sekaligus sebagai bagian dari estetika landscape.

Hal yang perlu dilakukan sebelum pelaksanaan metode bioengineering adalah pemilihan jenis tanaman dan persiapan lahan. Banyak jenis tanaman yang dapat digunakan dalam metode bioengineering, namun tidak semua jenis tanaman cocok untuk digunakan. Jenis tanaman yang cocok untuk digunakan adalah jenis tanaman yang mempunyai karakteristik tumbuh dengan cepat ,berakar cukup dalam ( tipe akar serabut ), banyak dan menyebar. Jenis tanaman yang dapat digunakan untuk menjaga stabilitas lereng dan erosi permukaan meliputi : jenis rerumputan, jenis perdu, semak-belukar, dan jenis pepohonan. Masing-masing mempunyai keuntungan dan kerugian sesuai dengan karakteristiknya

B Kuat Tarik Akar Tanaman

Rumput dan Bambu Terhadap Kuat Geser Tanah

Permodelan Lereng dan Erosi Permukaan skala laboratorium

Kuat Tarik (tensile strength) Akar Tanaman Rumput

Full Scale Model : Lereng Alam dan Besarnya Erosi Real di

l

Objek Peneltian : Semarang Selatan dan Sekitar Kamus Unika Soegijapranata

(3)

Semak belukar, perdu dan rerumputan mempunyai karakteristik akar yang tidak terlalu dalam tapi sifatnya menyebar dan dapat membuat jaring – jaring. Jenis pepohonan, mempunyai akar yang cukup dalam dan menyebar.

1.1.METODE PELAKSANAAN BIOENGINEERING

Bioengineering ini dibagi menjadi 3 bagian untuk metode pelaksanaannya yaitu : 1. Menggunakan Vegetasi secara penuh

a) Brush Layering adalah metode yang menggunakan vegetasi secara penuh.

Gambar 1.2 Pemasangan brush layering ( Gray and Leiser, 1982 )

b) Live Stakes, memanfaatkan bagian dari vegetasi ( tanaman yang berkembang biak dengan stek batangnya )

Gambar 1.3 : Live Stakes

(4)

2. Kombinasi antara vegetasi hidup dengan vegetasi mati

a) Live Fascine, kombinasi dari 2 jenis vegetasi hidup, sebagai bundle dan sebagai live stake

Gambar 1.4 : Pemasangan Live Fascine ( Gray et al, 1997 ) b) Brush Mattress, berupa ayaman / jaring – jaring semak belukar

Gambar 1.5 : Pemasangan Bursh Mattress ( Gray et al, 1997 )

3. Kombinasi antara vegetasi hidup dengan bangunan struktur

(5)

Gambar 1.6 : Pemasangan Vegetate Rock ( Gray et al, 1997 )

b) Vegetated Rock Gabion adalah metode yang mengkombinasikan antara struktur dalam hal ini adalah bronjong.

Gambar 1.7 : Vegetated Rock Gabion

(Streambank and Shoreline Protection, Robin B Sotir, 1996)

Kepedulian masyarakat terhadap masalah lingkungan, serta keterbatasan kemampuan finansial, menjadikan teknologi ini lebih dapat diterima dan sangat kompetitif serta memiliki potensi yang sangat besar untuk diterapkan di Indonesia.

2. Erosi :

Jenis – jenis erosi yang sering terjadi di sekitar tanah lerengan dan umumnya terjadi di daerah tropis antara lain :

1. Erosi Air

(6)

2. Erosi Angin (Deflasi)

Pengikisan tanah yang disebabkan oleh kekuatan angin. Biasa terjadi pada daerah gurun pasir dan pantai ketika pasir terbawa oleh angin dan dipindahkan ketempat lain yang lebih jauh,

Di daerah beriklim tropika basah seperti sebagian besar daerah di Indonesia, air hujan merupakan penyebab utama terjadinya erosi sehingga erosi yang sering terjadi adalah erosi yang ditimbulkan oleh kekuatan air.

2.1 Erosi Menurut Kenampakan Lahan

Erosi juga dapat dibedakan akibat kenampakan lahan akibat erosi itu sendiri, atas dasar itu erosi dibedakan menjadi:

1. Erosi Percikan (Splash Erotion)

Erosi Percikan terjadi pada awal hujan. Intensitas erosi percikan meningkat dengan adanya air genangan.

2. Erosi Lembar (Sheet Erotion)

Erosi Lembar akan dapat ditemukan secara jelas didaerah yang relatif seragam permukaannya.

3. Erosi Alur (Rill Erotion)

Erosi Alur dimulai dengan adanya konsentrasi limpasan permukaan. 4. Erosi Parit (Gully Erotion)

Awal dari erosi ini adalah erosi alur tetapi bila ukuran alur sudah sangat besar, 5. Erosi Tanah Longsor (Land Slide Erotion)

Erosi tanah longsor ditandai dengan bergeraknya sejumlah massa tanah secara bersama-sama. Hal ini disebabkan karena kekuatan geser tanah sudah tidak mampu untuk menahan beban massa tanah jenuh air di atasnya.

3. Erosi Permukaan

Erosi menurut bidang longsornya dibagi menjadi 2 bagian, yaitu: erosi permukaan (surficial erotion) dan erosi global massa tanah (soil mass stability). Erosi permukaan berarti erosi atau longsoran yang terjadi hanya pada permukaan tanah saja atau hanya pada kedalaman tertentu dari permukaan. Erosi global massa tanah berarti erosi yang terjadi pada keseluruhan massa dan tidak jarang diawali oleh persoalan erosi permukaan.

(7)

penanggulangan lain yang dapat dipertimbangkan adalah bioteknologi (soil bioengineering), yaitu teknologi yang menggunakan atau memanfaatkan vegetasi disekitar lereng. Lereng tanah yang mengandung akar tanaman vegetasi dapat meningkatkan kuat geser tanah, sehingga secara otomatis akan meningkatkan stabilitas tanahmya.

4. Akar Tanaman Meningkatkan Kuat Geser Tanah

Menurut greenway(1987), akar tanaman dapat menaikan kuat geser tanah dan akar tanaman dapat mengikat partikel - partikel tanah sehingga tidak mudah dibawa erosi. Hujan yang ditangkap oleh pohon (daun/canopy) dan kemudian air hujan diteruskan ke permukaan tanahu. Air hujan akan meresap dalam tanah sehinga mengurangi runoff. Meresapnya air hujan ke dalam tanah akan mengisi lapisan air tanah (aquifer) tanah. Lebih jelasnya lihat gambar 4.1 berikut ini :

Posisi akar tanaman di lerengan,menurut Sotir (1984), posisi penetrasi akar di bagi menjadi 4 (empat) bagian sebagai berikut:

Tipe A, akar tanaman hanya mencapai lapisan top soil tanah, sehingga dapat untuk menanggulangi erosi permukaan.

Tipe B, akar tanaman sudah mencapai tanah asli sehingga penjangkaran akar cukup kuat untuk mencegah erosi permukaan dan longsor dangkal.

Tipe C, akar tanaman menembus dua lapisan tanah, sehingga efek pengangkuran akar lebih effektif.

Tipe D, hampir mirip dengan tipe A tapi beda ketebalan dari top soilnya. Gambar 4.1 : Interaksi Antara Lereng dengan Vegetasi

(8)

Tipe D lebih tebal daripada tipe A Tipe - tipe tersebut sangat tergantung dari jenis tanaman, jenis akar,jenis lapis- lapisan tanah. Untuk lebih jelasnya lihat gambar 4.2 berikut ini:

5. Tanaman Rumput sebagai Vegetasi Penutup (landcover)

Landcover merupakan material yang menutupi permukaan tanah. Material yang dimaksud antara lain berupa : tanaman (vegetasi), aspalt, pohon.

Tanaman rumput mempunyai bagian pada struktur anatominya, bagian - bagian tersebut adalah sebagai berikut:

a. Batang (Culm) bagian ini tempat tumbuh daun dan rangkum bunga, bentuk umumnya silindris.

b. Buku (Nodes) bagian ini yang menbentuk bagian - bagian dari batang. c. Ruas (Internodes) bagian culm yang terletak antara dua buah nodes.

d. Pelepah daun (Sheath), bagian pangkal daun yang berapa tabung membungkus batang.

e. Lidah daun (Legula ), perbatasan antara pelepah daun, helai daun yang berbentuk Gambar 4.2 : Penetrasi Akar Pada lapisan Tanah

(9)

selaput tipis dan berwarna keputih - putihan.

f. Rhizome, modifikasi batang dibawah tanah yang berwarna putih atau pucat berbentuk silindris yang dibungkus sisik- sisik sebagai modifikasi daun yang menyebar kesamping.Bagian ujungnya muncul terbesar ditanah untuk pertumbuhan baru.

Gambar 5.1: Bagian – Bagian dari Rumput (sumber : Dirjen Perternakan , 1982)

Rumput merupakan salah satu tanaman yang masuk dalam kreteria tumbuh dengan cepat ,berakar serabut, banyak dan menyebar

6. Modified Universal Mass Loss Equation (MUSLE) Method

Metode MUSLE (Modified Universal Mass Loss Equation) merupakan model pendekatan secara empiris yang dikembangkan oleh Pusat Data Aliran Permukaan dan Erosi Nasional, Dinas Penelitian Pertanian, Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) bekerja sama dengan Universitas Purdue pada tahun 1994

Secara empiris dapat dilihat pada persamaan berikut :

SY = R.K.LS.CP ...(6.1) Dimana :

SY = jumlah tanah yang ter erosi (vol/area/time) R = aliran permukaan (run off)

K = faktor erodibiltas tanah L = panjang lereng

(10)

C = faktor penutup tanaman P = faktor tindakan konservasi

Beberapa faktor yang mempengaruhi perhitungan matematis MUSLE antara lain : a) Faktor Erosivitas Hujan (R)

Merupakan limpasan aliran air yang menimpa permukaan tanah baik sebelum maupun sesudah mencapai saluran.Faktor erosivitas hujan (R) adalah : ukuran kemampuan hujan menimbulkan erosi.

b) Faktor Erodibiltas (K)

Merupakan faktor tanah (K) menunjukan resistensi partikel tanah terhadap pengelupasan dan transportasi partikel – partikiel tanah oleh energi kinetik hujan. c) Faktor Panjang Kemiringan Lereng (LS)

Nilai faktor topografi ( LS ) adalah besarnya yang menunjukan perbandingan tanah yang hilang dari suatu luas (ton/ha) pada lereng tertentu dengan tanah yang hilang dari suatu petak baku pada tempat berdekatan.

d) Faktor Penutup Lahan (C) dan Faktor Konsevasi Praktis (P)

Nilai faktor C adalah besaran yang menunjukan perbandingan antara tanah yang hilang akibat erosi per satuan luas (ton/ha) dari lahan yang ditanami dengan sistem pengelolaan tanah dan tanamannya untuk mengurangi erosi.

7. Tensile Strength Akar Rumput

Mekanisme kuat tarik ( tensile strength ) akar dapat dilihat pada gambar 7.1 berikut ini :

Gambar 7.1 : Skematik diagram perkuatan akar ( Gray,1994 )

Menurut Gray, 1978, suatu massa tanah yang mengandung akar serabut kuat tarik ( tensile strength ) dapat diformulasikan sebagai berikut :

Intact Root

θ

TR

τ r= horisontal difleksi akar τ=gesekan kulit akar

z=tebal shear zone TR= root tensile strength

(11)

[

sinθ cosθtanφ

]

= root tensile strength

R

T = rata – rata diameter

R

A / A = gesekan dari potongan tanah yang mengandung akar θ = sudut dirtorsi geser di area geser

φ = sudut geser dalam tanah

Persamaan (7.1) oleh Wu et,al ( 1979) disederhanakan menjadi : )

8. Permodelan Lereng Skala laboratorium

Permodelan lereng dengan memposisikan kemiringan dan intensitas hujan sesuai dengan kondisi di lapangan. Berikut adalah skema permodelan lereng :

(12)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Laju erosi pemukaan pada lereng – lereng di sekitar Semarang Selatan, khususnya disekitar kampus Unika yaitu dengan pendekatan matamatis MUSLE menghasilkan : Area sekitar kampus Unika Soegijapranata terjadi laju erosi permukaan sebesar 0.037 ton/ha/tahun.

Kuat geser tanah akan mengalami peningkatan dengan adanya akar rumput. Berdasarkan hasil uji geser langsung (direct shear test) , tanah yang mengandung akar rumput mengalami peningkatan kuat geser tanah. Sudut geser tanah yang mengandung akar rumput meningkat ± 17% - 53% sedangkan kohesi mengalami peningkatan yaitu sebesar 10% - 56%.

Permodelan lereng dan erosi yang terjadi menghasilkan : Sudut kemiring model lereng 20° menghasilkan laju tanah antara : 15 cm/det - 66 cm/det untuk tanah padat. Sedangkan tanah tanpa usaha pemadatan laju : 100 cm/det. Sedangkan sudut 40° menghasilkan laju tanah antara : 100 cm/det - 125 cm/det untuk tanah padat. Sedangkan tanah tanpa usaha pemadatan laju : 85 cm/det - 200 cm/det.

Pengaruh landcover pada lerengan menghasilkan :Tanah dengan landcover 75% - 99%, erosi permukaan pada top soil yang terjadi berkisar 22.60 % - 35.65%.Tanah dengan landcover 50% butiran tanah yang tererosi berkisar 45%.Tanah dengan landcover 0.5% - 27%, erosi permukaan pada top soil yang terjadi berkisar 46.26 % - 64.21%.

Kuat tarik (tensile strength) pada akar tanaman rumput adalah Tensile strength akar rumput bervariasi antara 0.6687 - 1.5778 kg/cm2. Diameter akar maksimum yaitu 1.02 mm menghasilkan tensile strength 1.3647 kg/cm2. Sedangkan diameter akar minimum yaitu 0.8 mm menghasilkan tensile strength = 1.4576kg/cm2. Panjang akar maksimum yaitu 22 cm menghasilkan tensile strength = 0.8891 kg/cm2. Sedangkan panjang akar minimum yaitu 17.5 cm menghasilkan tensile strength =1.4576kg/cm2

IV. KESIMPULAN

Peran Bioengineering untuk memproteksi erosi permukaan pada lerengan telah terbukti dengan hasil penelitian sebagai berikut :

(13)

2. Landcover pada lerengan juga mempunyai peran juga dalam memproteksi erosi permukaan. Lewat permodelan lereng skala laboratorium beserta simulasi curah hujan yang mengacu pada kondisi curah hujan di wilayah Semarang Selatan

DAFTAR PUSTAKA

Aponno, G, dan Kuncoro, I. (2002), “Penggunaan Vegetasi Sebagai Metoda Stabilisasi Lereng”, Prosiding Seminar Nasional SLOPE 2002, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung

Blaszczynski,J (2003), Estimate Watershed Runoff and Sediment Wield Using a GIS Interface to Curve Number and MUSLE, BLM National Science and Technology Centre,

Das, B ( 1987 ), Advanced Soil Mechanics, McGraw-Hill, New York

Djaja, Bustami Usman, 2001, Peta Kerentanan GerakanTanah dan Kebencanaan Beraspek Geologi Lainnya Kota Semarang, Jawa Tengah, Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan, Semarang.

Herianto, W. (1983), Analisa Kestabilan Lereng Seri Mekanika Tanah 1 Edisi I, Bandung. Hartanto, D , Sagita, A ( 2004 ), Bioengineering dalam Pemecahan Masalah Kestabilan

Lereng

Hartanto,D, Boogard, T ( 2004 ), Quantifying The Application of Eco- Engineering for Improving The Stability of Sensitive Slope in The South Semarang Area, Utrecht-Nederland

, Seminar Nasional Pascasarjana IV, Graha Sepuluh Nopember Kampus ITS Surabaya

Hartanto, D, (2011), Permodelan Pergerakan Tanah Pada Lerengan, Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang

Jaya, F.S, dan Sagitha, R.A. ,Hartanto, D, (2004), Studi Literatur tentang Soil

Bioengineering dengan Metode Vegetated Rock Gabion, Live Fascine, dan Brush Layering, Laporan Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

Najoan, F.,T, dan Soetijono, C. (2002), “Pengaruh Akar Tanaman Terhadap Kekuatan Geser Tanah” Prociding Seminar Nasional SLOPE 2002, Universitas Katolik Parahyangan,

Bandung

Sunggono, K. H (1984), Mekanika Tanah, Nova, Bandung.

Sotir, R,B. (1992), Chapter 18 Soil Bioengineering for Upland Slope Protection and Erosion Reduction, The United States Departement of Agriculture (USDA)

Sotir, R.B, Gray, D.H. ( 1996 ), Biotechnical And Soil Bioengineering Slope, Stabilization, John Wiley & Son Inc, New York.

Sotir, R.B. (1996), Chapter 16 Streambank and Shoreline Protection, The United States Departement of Agriculture (USDA)

Susanto,Rangga (2008), Potensi Laju Erosi DAS Kaligarang dengan Menggunakan Metode MUSLE, Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Sipil, Univeristas Katolik Soegijapranata – Semarang

Santoso, Y, Tandyo, A ,Hartanto, D (2011), Studi Eksperimental Laboratorium Erosi Permukaan Pada Lerengan, Laporan Tugas Akhir Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil, Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang

(14)

Gambar

Gambar 1 : Road Map Penelitian ( 2004 – 2014)
Gambar 1.2 Pemasangan brush layering ( Gray and Leiser, 1982 )
Gambar 1.4 : Pemasangan Live Fascine ( Gray et al, 1997 )
Gambar 1.6 : Pemasangan Vegetate Rock ( Gray et al, 1997 )
+6

Referensi

Dokumen terkait

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,