• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDUKSI AKAR DARI EKSPLAN DAUN GINSENG JAWA (Talinum paniculatum Gaertn.) DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH AUKSIN SECARA IN VITRO Repository - UNAIR REPOSITORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "INDUKSI AKAR DARI EKSPLAN DAUN GINSENG JAWA (Talinum paniculatum Gaertn.) DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH AUKSIN SECARA IN VITRO Repository - UNAIR REPOSITORY"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

INDUKSI AKAR DARI EKSPLAN DAUN GINSENG JAWA (Talinum paniculatum Gaertn.) DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH AUKSIN

SECARA IN VITRO

SKRIPSI

IZZATUL MUHALLILIN

PROGRAM STUDI S-1 BIOLOGI DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA

(2)

INDUKSI AKAR DARI EKSPLAN DAUN GINSENG JAWA (Talinum paniculatum Gaertn.) DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH AUKSIN

SECARA IN VITRO

SKRIPSI

Sebagai Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Bidang Biologi

pada Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya

Disetujui Oleh:

Pembimbing I,

Dr. Y. Sri Wulan Manuhara, M.Si NIP. 19640303 198810 2 001

Pembimbing II,

(3)

LEMBAR PENGESAHAN NASKAH SKRIPSI

Judul : Induksi Akar dari Eksplan Daun Ginseng Jawa

(Talinum paniculatum) dengan Zat Pengatur Tumbuh Auksin Secara In Vitro

Penyusun : Izzatul Muhallilin

NIM : 080810061

Pembimbing I : Dr. Y. Sri Wulan Manuhara, M.Si

Pembimbing II : Drs. Hery Purnobasuki, M.Si, Ph.D

Tanggal Ujian : 16 Juli 2012

Disetujui oleh :

Pembimbing I,

Dr. Y. Sri Wulan Manuhara, M.Si NIP. 19640303 198810 2 001

Pembimbing II,

Drs. Hery Purnobasuki, M.Si, Ph.D NIP. 19670507 199102 1 001

Mengetahui:

Ketua Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Airlangga

(4)

PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI

Skripsi ini tidak dipublikasikan, namun tersedia di perpustakaan dalam

lingkungan Universitas Airlangga, diperkenankan untuk dipakai sebagai referensi kepustakaan, tetapi pengutipan harus seizin penyusun dan harus menyebutkan sumbernya sesuai kebiasaan ilmiah.

(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Induksi Akar dari Eksplan Daun Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) dengan Zat Pengatur Tumbuh Auksin Secara In Vitro. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si) pada Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga.

Kelancaran dari penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, maka pada kesempatan ini, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh sebab itu, segala kritik dan saran dari pembaca yang dapat membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi semua pihak.

Surabaya, Juni 2012

Penulis

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, segala puji syukur selalu penulis panjatkan atas kehadirat Alloh Subhanahu Wa Ta’ala yang telah menganugerahkan rahmat, taufik dan berkahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.

Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Ibu Dr. Y. Sri Wulan Manuhara, M.Si selaku dosen pembimbing I yang senantiasa mencurahkan segenap ilmu, waktu, tenaga untuk memberikan semangat, bimbingan, arahan dan masukan yang sangat berharga.

2. Bapak Drs. Hery purnobasuki, M.Si, Ph.D selaku dosen pembimbing II yang senantiasa mencurahkan segenap ilmu, waktu, tenaga untuk memberikan semangat, bimbingan, arahan dan masukan yang sangat berharga.

3. Ibu Dr. Edy Setiti Wida Utami, M.S. selaku dosen penguji III yang telah memberikan bimbingan dan arahan.

4. Bapak Drs. H. Abdul Latif Burhan, MS selaku dosen penguji IV yang telah memberikan bimbingan dan arahan.

5. Ibu Dr. Nimatuzahroh selaku dosen wali yang telah membimbing,

mengarahkan dan senantiasa memberikan motivasi selama penulis belajar di program studi Biologi.

6. Bapak dan ibu dosen yang telah memberikan ilmu, bimbingan dan arahan selama masa perkuliahan.

7. Bapak laboran (Mas Joko, Mas Eko, Pak Sunar, Pak Ni, Mas Yanto dan Mas Catur) yang telah banyak membantu selama masa perkuliahan.

(7)

9. Teman–teman penelitian di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan (Lina, Aila, Indah, Bulek, Tining, Mas Agus, Mbak Azima) atas bantuan dan dukungannya selama melakukan penelitian.

10. Teman-teman angkatan 2008 (Hanik, Rivia, Depe, Risa, Ayu koi dan lainnya yang tidak cukup disebutkan disini), Pengurus JIMM FSAINTEK, Pengurus dan warga HIMBIO, Pengurus JANUR UKMKI 2012 atas semua dukungan luar biasa yang diberikan kepada penulis.

Surabaya, 2012 Penulis

(8)

Izzatul Muhallilin, 2012. Induksi Akar dari Eksplan Daun Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn.) dengan Zat Pengatur Tumbuh Auksin Secara In Vitro. Skripsi ini di bawah bimbingan Dr. Y Sri Wulan Manuhara, M.Si dan Drs. Hery purnobasuki, M.Si, Ph.D. Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, Surabaya

ABSTRAK

Ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.) merupakan salah satu tanaman obat asli Indonesia. Bagian akar tanaman ini mengandung senyawa steroid, saponin, tanin, polifenol, dan minyak atsiri yang berkhasiat untuk afrodisiak dan tonikum. Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis zat pengatur tumbuh auksin (IAA, NAA, IBA dan 2,4-D) pada berbagai konsentrasi (1 mg/L, 2 mg/L dan 3 mg/L) terhadap induksi akar eksplan daun ginseng jawa. Jenis dan konsentrasi auksin dimasukkan kedalam media MS yang digunakan sebagai media induksi akar. Respon yang diamati meliputi waktu terbentuknya akar, jumlah akar, panjang akar, berat segar dan berat kering akar yang diamati selama 6 minggu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis dan konsentrasi auksin berpengaruh secara signifikan terhadap induksi akar eksplan daun ginseng jawa. Jenis dan konsentrasi auksin yang paling efektif adalah IBA 2 mg/L dengan menghasilkan akar dalam rerata waktu 7 hari, rerata jumlah akar 12,8, rerata panjang akar 1,828 cm, rerata berat segar 0,06532 g serta rerata berat kering 0,00924.

(9)

Izzatul Muhallilin, 2012. Root induction from Leaf Explants of Java Ginseng (Talinum paniculatum Gaertn.) with an growth regulators auxin as In Vitro. This research was written under guidance by Dr. Y Sri Wulan Manuhara, M.Si dan Drs. Hery purnobasuki, M.Si, Ph.D. Biology Departement, Faculty of Science and Technology, Airlangga University, Surabaya

ABSTRACT

Java Ginseng (Talinum paniculatum Gaertn.) is a medicinal plant in Indonesia. The roots of these plants contained steroid, saponin, tannin, polyphenol, and essential oils which believed as aphrodisiac and tonicum. The aims of this research were to know the effect of plant growth regulators auxin type (IAA, NAA, IBA and 2,4-D) at various concentrations (1 mg/L, 2 mg/L and 3 mg/L) for root induction on leaf of explants java ginseng. The types and concentrations of auxin added into the MS medium was used as a root induction medium. Responses were observed including the formation of roots, root number, root length, fresh weight and root dry weight observed for 6 weeks. These results indicated that the type and concentration of auxin had significance influence on root induction at ginseng leaf explants of Java. The most effective type and concentration of auxin was IBA 2 mg / L to produce roots in the average time was 7 days, average number of roots 12.8, average root length 1.828 cm, average fresh weight 0.06532 g and average dry weight was 0.00924 g.

(10)

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PENDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

2.2 Tinjauan Umum Kultur Jaringan ... 11

2.2.1 Pengertian dan Manfaat Kultur Jaringan Tanaman ... 11

2.2.2 Media kultur jaringan ... 12

2.2.3 Eksplan ... 13

2.2.4 Zat Pengatur Tumbuh Auksin ... 13

2.3 Pertumbuhan dan Perkembangan ... 15

BAB III METODE PENELITIAN ... 17

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 17

(11)

3.4.2 Pembuatan larutan stok untuk media MS ... 19

3.4.3 Pembuatan media MS dengan zat pengatur tumbuh auksin (IAA, NAA, IBA dan 2,4 D ... 21

4.1.1 Pengaruh jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh auksin ... terhadap lama waktu terbentuknya akar dari eksplan daun ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.) ... 25

4.1.2 Pengaruh jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh auksin terhadap jumlah akar yang terbentuknya akar dari eksplan daun ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.) ... 29

4.1.3 Pengaruh jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh auksin ... terhadap panjang akar yang terbentuk akar dari eksplan daun ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.) ... 33

4.1.4 Pengaruh jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh auksin ... terhadap lama berat segar dan berat kering akar dari eksplan daun ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.) ... 37

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

3.1 Macam-macam perlakuan pada eksplan daun ginseng

jawa (Talinum paniculatum Gaertn). 18

4.1 Rerata lama waktu (hari) terbentuknya akar pada eksplan daun ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.) dengan n = 5

26

4.2 Hasil uji statistik Anova satu arah, pengaruh zat pengatur tumbuh auksin terhadap rerata lama waktu terbentukya

4.4 Hasil uji statistik Anova satu arah, pengaruh zat pengatur tumbuh auksin (IAA, IBA, NAA dan 2,4-D) terhadap rerata jumlah akar yang terbentuk pada minggu ke 6.

33

4.5 Rerata panjang akar yang terbentuk pada eksplan daun ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.) selama 6 minggu (n = 5)

34

4.6 Hasil uji statistik Anova satu arah, pengaruh zat pengatur tumbuh auksin terhadap rerata panjang akar ginseng jawa yang terbentuk pada minggu ke 6.

37

4.7 Berat segar dan berat kering akar (gram) eksplan daun ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.) selama 6 minggu

38

4.8 Hasil uji statistik Anova satu arah, pengaruh zat pengatur tumbuh auksin (IAA, IBA, NAA dan 2,4-D) terhadap rerata berat segar dan berat kering akar yang terbentuk pada minggu ke 6.

(13)

DAFTAR GAMBAR

4.1 Akar eksplan daun ginseng jawa dengan berbagai jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh auksin pada hari ke 8 yaitu (a) IAA 1 mg/L; (b) IAA 2 mg/L; (c) IAA 3 mg/L; (d) IBA

ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.) 28 4.3 Jumlah akar yang terbentuk dari eksplan daun ginseng jawa

dengan berbagai jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh auksin pada minggu ke 6 yaitu (a) IAA 1 mg/L; (b) IAA 2

4.4 Grafik rerata jumlah akar yang terbentuk dari eksplan daun ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.) selama 6 minggu.

32

4.5 Panjang akar eksplan daun ginseng jawa dengan berbagai jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh auksin pada minggu ke 6 yaitu (a) IAA 1 mg/L; (b) IAA 2 mg/L; (c)

4.6 Rerata panjang akar yang terbentuk dari eksplan daun ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.) selama 6 minggu.

36

(14)

eksplan daun ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.) selama 6 minggu.

4.8 Akar eksplan daun ginseng jawa dengan berbagai jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh auksin IAA pada minggu ke 6 yaitu (a) IAA 1 mg/L; (b) IAA 2 mg/L; (c) IAA 3 mg/L. Anak panah menunjukkan pertumbuhan akar. Skala: 1 cm.

41

4.9 Akar eksplan daun ginseng jawa dengan berbagai jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh auksin IBA pada minggu ke 6 yaitu (d) IBA 1 mg/L; (k) 2,4-D 2 mg/L; (l) 2,4-D 3 mg/L. Anak panah menunjukkan pertumbuhan akar. Skala: 1 cm.

42

4.10 Akar eksplan daun ginseng jawa dengan berbagai jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh auksin NAA pada minggu ke 6 yaitu (g) NAA 1 mg/L; (h) NAA 2 mg/L; (i) NAA 3 mg/L. Anak panah menunjukkan pertumbuhan akar. Skala: 1 cm.

43

4.11 Akar eksplan daun ginseng jawa dengan berbagai jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh auksin 2,4-D pada minggu ke 3 yaitu (j) 2,4-D 1 mg/L; (k) 2,4-D 2 mg/L; (l) 2,4-D 3 mg/L. Anak panah berwarna menunjukkan pertumbuhan kalus. Skala: 1 cm.

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

1. Komposisi Penyusun Media Murashige and Skoog (MS) 2. Data hasil induksi akar dari eksplan daun ginseng jawa 3. Hasil uji statistik induksi akar dari eksplan daun ginseng jawa

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia memiliki ketergantungan yang besar terhadap obat dan bahan baku obat konvensional impor yang nilainya mencapai US$ 160 juta per tahun, sehingga perlu dicarikan substitusinya dengan produk industri dalam negeri. Sementara itu, kecenderungan masyarakat konsumen dunia yang menuntut pangan dan produk kesehatan yang aman dengan slogan ”back to nature”

menunjukkan pertumbuhan pesat, termasuk di Indonesia sendiri. Pengembangan obat bahan alam khas Indonesia yang dikenal sebagai “jamu”, dimana tanaman obat menjadi komponen utamanya, memiliki arti strategis dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat dan kemandirian Indonesia di bidang kesehatan (Prastowo, et al., 2007).

Ginseng jawa (Talium paniculatum Gaertn.) merupakan salah satu dari sekian banyak jenis tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat (Hidayat, 2005). Akar ginseng jawa mengandung senyawa steroid, saponin, tanin, polifenol, dan minyak atsiri (Santa dan Prajogo, 1996). Ginseng jawa berkhasiat untuk mengatasi air susu ibu terlalu sedikit, nafsu makan kurang, bisul, dan afrosidiak (Hariana, 2008).

(17)

biji sangat tergantung dari faktor fisik dan faktor biologis biji tersebut. Perbanyakan dengan stek batang memerlukan media pasir untuk kecepatan pertambahan tingginya dan pertumbuhan akarnya namun media pasir memiliki kandungan hara rendah sehingga akar tidak tumbuh optimum, sedangkan perbanyakan dengan umbi memerlukan waktu lama dan memerlukan bahan umbi yang memiliki cukup mata tunas sehingga tidak efisien (Hidayat, 2005).

Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian- bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Kegunaan utama dari kultur jaringan adalah untuk mendapatkan tanaman baru dalam jumlah banyak dalam waktu yang relatif singkat, yang mempunyai sifat fisiologi dan morfologi sama persis dengan tanaman induknya (Hendaryono dan Wijayani, 1994). Selain itu teknik kultur jaringan tidak tergantung pada musim. Stok tanaman dapat segera diperbanyak setelah pengiriman atau penyimpanan karena semua proses dilakukan di bawah kondisi lingkungan yang terkendali di laboratorium (Zulkarnain, 2011).

(18)

komponen medium bagi pertumbuhan dan diferensiasi. Tanpa penambahan zat pengatur tumbuh dalam medium, pertumbuhan sangat terhambat bahkan mungkin tidak tumbuh sama sekali (Hendaryono dan Wijayani, 1994). Auksin merupakan salah satu zat pengatur tumbuh yang ditambahkan dalam medium. Pierik (1987) menyatakan bahwa umumnya auksin meningkatkan pemanjangan sel, pembelahan sel dan pembentukan akar adventif. Untari dan Puspitaningtyas (2006) menyatakan bahwa kombinasi media organik dan konsentrasi NAA berpengaruh nyata terhadap semua parameter pertumbuhan eksplan anggrek hitam (Coelogyne pandurata Lindl.) baik tinggi eksplan, jumlah daun, jumlah tunas, jumlah akar dan panjang akar. Hasil penelitian induksi perakaran tunas Piretrum (Chrysabthemum cinerariifolium, Trevir.) vis. Klon Prau 6 secara in vitro menunjukkan bahwa penambahan NAA atau IBA ke dalam media MS berpengaruh terhadap waktu inisiasi, jumlah, panjang dan karakteristik akar piretrum klon Prau 6 (Rostiana dan Seswita, 2007). Penelitian tentang pertumbuhan bibit manggis (Garcinia mangostana L.) asal seedling di polibag menunjukkan bahwa pemberian IBA berpengaruh terhadap variabel pertambahan jumlah akar sekunder, pertambahan panjang akar, berat kering total akar dan bobot kering pupus (Asmara, 2007). Sedangkan pada penelitian induksi akar

Azadirachta excels (Jack) M. Jacobs menunjukkan bahwa perlakuan NAA 1 mg/L menghasilkan jumlah akar dan panjang akar terbesar (Raharjo, 2004).

(19)

ginseng jawa. Induksi akar ginseng jawa eksplan hipokotil dengan zat pengatur tumbuh auksin (IAA, NAA, IBA dan 2,4-D) berpengaruh terutama terhadap lama waktu terbentuknya akar, rerata jumlah akar, kemampuan ekplan dalam membentuk akar, dan kualitas perakaran (Fitriyah, 2008). Hal ini juga terjadi pada eksplan epikotil ginseng jawa (Aina, 2008).

Penelitian tentang pengaruh berbagai jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh auksin terhadap induksi akar dengan eksplan daun ginseng jawa belum banyak dilakukan sehingga penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui zat pengatur tumbuh auksin yang paling tepat digunakan untuk induksi akar ginseng jawa dengan menggunakan eksplan daun. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi cara produksi akar tanpa menumbuhkan bagian-bagian lain dari tanaman ginseng jawa.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Penelitian ini dirancang untuk menjawab permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah zat pengatur tumbuh auksin (IAA, NAA, IBA dan 2,4-D) pada berbagai konsentrasi berpengaruh pada induksi akar eksplan daun ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.)?

(20)

1.3 Asumsi Penelitian

Kondisi fisiologis suatu tanaman secara alamiah akan beragam seiring dengan perubahan tahap pertumbuhannya. Pada umumnya auksin meningkatkan pemanjangan sel, pembelahan sel, dan pembentukan akar adventif. Hasil penelitian induksi perakaran tunas Piretrum (Chrysabthemum cinerariifolium, Trevir.) vis. Klon Prau 6 Secara In Vitro menunjukkan bahwa penambahan NAA atau IBA ke dalam media MS berpengaruh terhadap waktu inisiasi, jumlah, panjang dan karakteristik akar piretrum klon Prau 6. Penelitian tentang pertumbuhan bibit manggis (Garcinia mangostana L.) asal seedling di polibag menunjukkan bahwa pemberian IBA berpengaruh terhadap variabel pertambahan jumlah akar sekunder, pertambahan panjang akar, berat kering total akar dan bobot kering pupus. Sedangkan pada penelitian induksi akar Azadirachta excels

(Jack) M. Jacobs menunjukkan bahwa perlakuan NAA 1 mg/L menghasilkan jumlah akar dan panjang akar terbesar. Berdasarkan uraian diatas maka dapat diasumsikan bahwa pemberian zat pengatur tumbuh auksin (IAA, NAA, IBA dan 2,4-D) mampu menginduksi terbentuknya akar pada eksplan daun tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.).

1.4 Hipotesis Penelitian

1.4.1 Hipotesis Kerja

(21)

berat segar dan berat kering akar dari eksplan daun ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.).

1.4.2 Hipotesis Statistik

H0 : Tidak ada pengaruh jenis zat pengatur tumbuh auksin (IAA, NAA, IBA dan 2,4-D) dengan berbagai konsentrasi tumbuh (1 mg/L, 2 mg/L dan 3 mg/L) terhadap induksi akar eksplan daun ginseng jawa (Talinum paniculatum

Gaertn.).

H1 : Ada pengaruh jenis zat pengatur tumbuh auksin (IAA, NAA, IBA dan 2,4-D) dengan berbagai konsentrasi tumbuh (1 mg/L, 2 mg/L dan 3 mg/L) terhadap induksi akar eksplan daun ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.).

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Pengaruh jenis zat pengatur tumbuh auksin (IAA, NAA, IBA dan 2,4-D) pada berbagai konsentrasi zat pengatur tumbuh (1 mg/L, 2 mg/L dan 3 mg/L) pada induksi akar eksplan daun ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.).

(22)

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi ilmiah tentang jenis

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tanaman Ginseng Jawa

2.1.1 Klasifikasi ginseng jawa

Ginseng jawa merupakan tanaman yang berasal dari Amerika tropis. Menurut Simpson, 2006 ginseng jawa diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Division : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Ordo : Caryophyllales Family : Portulacaceae Genus : Talinum

Species : Talinum paniculatum Gaertn.

Ada beberapa sinonim untuk ginseng jawa yaitu Portulaca paniculata Jacq.,

Portulaca patens L., Talinum patens (L.) Willd. Di Indonesia tanaman ini disebut ginseng jawa atau som jawa (Hidayat, 2005). Sebutan lain untuk tanaman ini di Inggris adalah panicled fameflower root, sedangkan di Cina disebut tu ren shen

(Hariana, 2008)

2.1.2 Morfologi tanaman ginseng jawa

(24)

kali 1,5-5 cm (Van Steenis, 1947). Akarnya merupakan akar tunggang (Gambar 2.2) dan berdaging tebal (Dalimartha, 1999)

Gambar 2.1 Habitus tanaman ginseng jawa yang tumbuh di pot, a: daun, b: batang, c; bunga. Skala = 1 cm.

Gambar 2.2 Akar tanaman ginseng jawa, d: akar. Skala = 1 cm

Bunga dalam malai terminal, longgar, berbunga banyak, cabang terujung bercabang lagi dengan cara menggarpu (Gambar 2.3). Tangkai bunga langsing. Daun kelopak lepas, ungu, bulat telur ± 2 mm. Daun mahkota 5, oval atau bulat

d a c

(25)

Tangkai putik bercabang 3. Buah berbentuk bola (Gambar 2.3), merah cokelat, dinding terluar rontok (Van Steenis, 1947).

Gambar 2.3 Bunga dan buah ginseng jawa, c: bunga, e: buah. Skala = 1 cm

2.1.3 Kandungan kimia ginseng jawa

Akar ginseng jawa mengandung senyawa steroid, saponin, tanin, polifenol,

dan minyak atsiri (Santa dan Prajogo, 1996). Menurut Hidayat (2005) akar ginseng jawa mengandung steroid, triterpenoid (Kalium 41,44 %, Natrium 10,03%, Kalsium 2,21 %, Magnesium 5,50% dan Besi 0,32%), tanin, saponin, dan minyak atsiri,. Daun ginseng jawa mengandung saponin, flavonoida dan tanin (Dalimartha, 1999).

2.1.4 Manfaat tanaman ginseng jawa

Ginseng jawa berkhasiat mengatasi kondisi badan lemah, banyak keringat,

pusing, lemah syahwat, batuk, paru-paru lemah, nyeri lambung, diare, ngompol (enuresis), datang haid tidak teratur, keputihan dan air susu ibu (ASI) sedikit. Sedangkan daun ginseng jawa berkhasiat melancarkan pengeluaran ASI, obat untuk bisul dan kurang nafsu makan (Dalimartha, 1999). Menurut Wijayakusuma (1994), tanaman ginseng jawa berguna sebagai obat karena mempunyai

c

(26)

bermacam-macam khasiat. Selain sebagai afrodisiak, akarnya juga dimanfaatkan sebagai tonikum, obat batuk, obat radang paru-paru, anti diare, pelancar haid dan obat untuk keputihan. Daunnya juga mempunyai kegunaan untuk melancarkan ASI dan obat bengkak.

Kajian Nugroho (2005) tentang toksisitas akut dan khasiat ekstrak ginseng jawa menunjukkan bahwa ginseng jawa berkhasiat sebagai stimulan dengan menaikkan ambang kelelahan. Selain itu tanaman ginseng jawa dimanfaatkan untuk tanaman hias (Pitojo, 2006).

2.2 Tinjauan Umum Kultur Jaringan

2.2.1 Pengertian dan manfaat kultur jaringan tanaman

Pemuliaan tanaman dengan melibatkan kultur jaringan mencakup semua teknik kultur sel atau jaringan yang meliputi perbanyakan, pengamatan, dan manipulasi genetik tanaman tanpa melibatkan siklus seksual. Pada dasarnya kultur jaringan merupakan suatu proses perbanyakan sel, jaringan, organ atau protoplas dengan teknik steril (Nasir, 2001).

Kultur jaringan berhubungan erat dengan teori totipotensi sel dari Schwan dan Schleiden yang menyatakan setiap sel yang hidup dari organisme sel banyak mempunyai kemampuan untuk tumbuh dan berkembang bila tersedia lingkungan yang sesuai (Abbas, 2011).

(27)

cair yang cocok dan dalam keadaan steril. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan kultur jaringan yaitu jenis media, jenis bahan tanaman dan lingkungan yang sesuai (Abbas, 2011).

Zulkarnain (2011) menyatakan bahwa manfaat utama kultur jaringan tanaman adalah perbanyakan klon atau perbanyakan masal dari tanaman yang sifat genetiknya identik satu sama lain. Disamping itu, teknik kultur jaringan juga bermanfaat dalam beberapa hal khusus antara lain perbanyakan klon secara cepat, keseragaman genetik, kondisi aseptik, seleksi tanaman, stok tanaman mikro, lingkungan terkendali, pelestarian plasma nutfah, produksi tanaman sepanjang tahun dan memperbanyak tanaman yang sulit diperbanyak secara vegetatif konvensional.

2.2.2 Media kultur jaringan

Media merupakan formulasi dari semua unsur-unsur yang diperlukan tanaman, organ, jaringan, sel, dan protoplas untuk dapat tumbuh dan berkembang. Media tumbuh pada kultur jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkannya. Medium merupakan substrat pertumbuhan tanaman yang mengandung garam-garam mineral yang terdiri dari unsur-unsur makro dan mikro, sumber karbon, vitamin, asam-asam amino, zat pengatur tumbuh dan bahan organik kompleks (Hendaryono dan Wijayani, 1994).

(28)

medium dasar yang berlaku universal untuk semua jenis jaringan dan organ. Meskipun demikian medium MS (Murashige and Skoog) adalah yang paling luas penggunaannya dibandingkan dengan media dasar lainnya (Zulkarnain, 2011).

2.2.3 Eksplan

Eksplan adalah bahan tanaman yang dipakai untuk perbanyakan tanaman pada sistem kultur jaringan (Hendaryono dan Wijayani, 1994). Eksplan yang berasal dari tanaman yang sehat dan kuat memiliki peluang keberhasilan kultur yang lebih besar daripada eksplan yang sakit dan lemah (Zulkarnain, 2011). Ukuran eksplan yang besar lebih mudah diregenerasikan dibandingkan eksplan yang berukuran kecil (Abbas, 2011). Jika eksplan yang dikulturkan semakin kecil, semakin kecil pula kemungkinan membawa organisme kontaminan. Namun peluang hidup eksplan tersebut untuk hidup menjadi semakin kecil (Zulkarnain, 2011). Eksplan dapat tumbuh dengan baik apabila diambil dari tanaman yang sehat dan subur dengan jaringannya yang aktif tumbuh. Pertumbuhan eksplan secara in vitro sangat ditentukan oleh genotip, umur tanaman, keadaan fisiologis tanaman induk, ukuran eksplan, musim, pelukaan dan metode inokulasi (Abbas, 2011).

2.2.4 Zat pengatur tumbuh auksin

(29)

yang ditambahkan dari luar tubuh tanaman disebut zat pengatur tumbuh (Abbas, 2011).

Pierik (1987) mengemukakan bahwa fitohormon adalah senyawa-senyawa yang dihasilkan oleh tanaman tingkat tinggi secara endogen. Senyawa tersebut berperan merangsang dan meningkatkan pertumbuhan serta perkembangan sel, jaringan, dan organ tanaman menuju arah diferensiasi tertentu. Senyawa-senyawa lain yang memiliki karakteristik yang sama dengan hormon, tetapi diproduksi secara eksogen, dikenal sebagai zat pengatur tumbuh. Upaya perbanyakan tanaman dengan cara kultur jaringan sangat perlu melibatkan zat pengatur tumbuh.

Auksin adalah sekelompok senyawa yang fungsinya merangsang pemanjangan sel-sel pucuk (Zulkarnain, 2011). Pada umumnya auksin meningkatkan pemanjangan sel, pembelahan sel, dan pembentukan akar adventif (Pierik, 1987). Menurut Campbell et al., (2003) auksin mempengaruhi beberapa aspek perkembangan tumbuhan, salah satu fungsinya yang paling penting adalah merangsang pemanjangan sel tunas muda yang sedang berkembang. Selain itu auksin mempengaruhi pertumbuhan sekunder dengan cara menginduksi pembelahan sel kambium pembuluh dan dengan mempengaruhi diferensiasi xilem sekunder. Auksin juga meningkatkan aktivitas pembentukan akar adventif.

(30)

Asetat (IAA), Indol Asam Butirat (IBA), Naftalen Asam Asetat (NAA) dan 2,4 Dikhlorofenoksiasetat (2,4-D) (Abbas, 2011).

Hasil induksi akar secara in vitro dari eksplan hipokotil dan plumulae

Helianthus annuus menunjukkan bahwa pada konsentrasi IAA 0,9 mg/L optimal menginduksi akar adventif dan pada konsentrasi 0,3 mg/L diperoleh akar yang paling panjang (Vesperinas, 1999). Kajian yang dilakukan oleh Sivanesan dan Jeong (2009) menunjukkan bahwa pemberian IBA dengan konsentrasi 1 mg/L dan NAA dengan konsentrasi 0,5 mg/L menghasilkan jumlah akar yang terbanyak pada tanaman Plumbago zeylanical. Sedangkan pada penelitian kultur ruas batang

Arabidopsis menunjukkan bahwa IBA dengan konsentrasi 10 µM efektif menginduksi akar adventif (Muller et al., 2005).

2.3 Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan berarti pembelahan sel (peningkatan jumlah) dan pembesaran sel (peningkatan ukuran). Kedua proses ini memerlukan sintesis protein dan merupakan proses yang tidak dapat berbalik. Perkembanagan tanaman merupakan suatu kombinasi dari sejumlah proses yang kompleks yaitu proses pertumbuhan dan diferensiasi (spesialisasi sel) yang mengarah pada akumulasi berat kering. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung secara terus menerus sepanjang daur hidup (Gardner et al., 1991).

(31)

pertumbuhan dan perkembangan sel yang pertama adalah pembelahan sel: satu sel dewasa membelah menjadi dua sel yang terpisah. Yang kedua adalah pembesaran sel: sel yang membelah tersebut membesar volumenya. Peristiwa yang ketiga adalah diferensiasi sel: sel yang sudah mencapai volume tertentu kemudian terspesialisasi dengan cara khusus. Berbagai macam cara sel membelah, membesar dan terspesialisasi telah menghasilkan berbagai jenis jaringan dan organ tumbuhan serta banyak jenis tumbuhan.

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan mulai bulan Januari – Mei tahun 2012, di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

3.2.1 Alat penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pinset, skalpel, cawan petri, botol kultur, erlenmeyer, autoclave, gelas ukur, gelas beaker, LAF (Laminar Air Flow), kertas payung, tisyu, gunting, kertas pH, kompor listrik, alumunium foil, kertas saring, timbangan analitik, syrink, pengaduk, oven, sprayer, magnetic stirrer dan kamera digital.

3.2.2 Bahan penelitian

(33)

3.3 Metode Kerja

3.3.1 Variabel penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel bebas : Jenis zat pengatur tumbuh auksin yaitu IAA, NAA, IBA, 2,4-D dengan konsentrasi 1 mg/L, 2 mg/L dan 3 mg/L.

b. Variabel terikat : lama waktu induksi terbentuknya akar, jumLah akar yang terbentuk, panjang akar, berat segar akar dan berat kering akar.

c. Variabel terkendali : suhu, pH, media dan cahaya.

3.3.2 Rancangan penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan menggunakan rancangan acak lengkap dengan 5 ulangan.

Tabel 3.1 Macam-macam perlakuan pada eksplan daun ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.)

No Kode Perlakuan Konsentrasi (mg/L)

1 IAA 1 IAA 1

2 IAA 2 IAA 2

3 IAA 3 IAA 3

4 IBA 1 NAA 1

5 IBA 2 NAA 2

6 IBA 3 NAA 3

7 NAA 1 IBA 1

8 NAA 2 IBA 2

9 NAA 3 IBA 3

10 2,4-D 1 2,4-D 1

11 2,4-D 2 2,4-D 2

(34)

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Sterilisasi alat

Alat-alat yang akan digunakan dicuci dengan deterjen dan dibilas sampai bersih. Untuk skalpel, gunting, pinset, dan cawan petri dibungkus dengan kertas payung sedangkan untuk erlenmeyer dan gelas beaker ditutup dengan alumunium foil, kemudian disterilkan dalam autoclave bertekanan 1 atm, temperatur 121ºC

selama 15 menit. Setelah proses sterilisasi selesai, alat-alat tersebut dikeluarkan kemudian disimpan dalam oven inkubator dengan suhu 60-70°C agar tetap steril.

3.4.2 Pembuatan larutan stok untuk media MS

a. Stok mikronutrien

Menimbang bahan-bahan kimia mikronutrien (Lampiran 1) dengan timbangan analitik, kemudian bahan-bahan tersebut dimasukkan satu per satu dalam erlenmeyer 200 mL yang berisi aquades ± 80 mL. Setiap kali memasukkan bahan kimia harus segera dilarutkan (diaduk) setelah larut bahan selanjutnya dimasukkan agar tidak terjadi presipitat (endapan), untuk itu dilarutkan dengan bantuan magnetic stirrer. Larutan yang sudah jadi ditambahkan aquades sampai volume menjadi 100 mL. Selanjutnya dimasukkan dalam botol khusus dan ditutup dengan alumunium foil dan diberi label: MIKRONUTRIEN MS 100X, 1 mL/L.

Hal ini berarti untuk membuat medium MS 1 liter, diperlukan 1 mL stok mikronutrien dan menyimpan stok dalam kulkas.

b. Stok zat besi

Menimbang 1.492 mg Na2EDTA dan 1.112 mg FeSO4.7H2O, kemudian ke

(35)

memanaskan larutan FeSO4.7H2O sampai hampir mendidih dan memasukkan

larutan Na2EDTA sedikit demi sedikit sambil diaduk dengan magnetic stirrer.

Kedua larutan akan tercampur, bening dan berwarna kuning, dibiarkan dingin dalam suhu kamar, kemudian ditambahkan aquades sampai volume 200 mL. Selanjutnya diberi label: ZAT BESI MS 40X, 5 mL/L artinya untuk membuat 1

liter medium MS, diperlukan 5 mL larutan stok zat besi. Kemudian menyimpan stok dalam kulkas.

c. Stok vitamin

Menimbang Glycin 100 mg, Nicotinic 25 mg, Pyridoxin 25 mg, Tiamin 5 mg dan melarutkan satu persatu dalam erlenmeyer yang berisi aquades steril ± 150 mL. Menambahkan aquades steril sampai volume 200 mL kemudian dimasukkan dalam botol dan menutup rapat dengan alumunium foil dan diberi label: VITAMIN MS 50X, 4mL/L artinya untuk membuat 1 liter medium MS

diperlukan 4 mL stok vitamin. Kemudian meyimpan stok dalam kulkas.

d. Stok zat pengatur tumbuh auksin (IAA, NAA, IBA dan 2,4-D)

(36)

3.4.3 Pembuatan media MS dengan zat pengatur tumbuh auksin (IAA, NAA, IBA dan 2,4-D)

Pembuatan media MS dengan zat pengatur tumbuh auksin dengan berbagai konsentrasi, diawali dengan menyiapkan erlenmeyer 1000 mL yang berisi 500 mL aquades, kemudian ditimbang dan memasukkan setiap komponen bahan kimia yang menyusun makronutrien (Lampiran 1) ke dalam erlenmeyer tersebut. Selanjutnya ditambahkan 5 mL larutan stok zat besi, 1 mL mikronutrien, 4 mL larutan stok vitamin, 100 mg myo-inositol dan sukrosa 30 g dilarutkan dengan bantuan magnetic stirrer. Kemudian menambah aquades sampai volume 1000 mL dan membagi media dalam 12 gelas beaker, kemudian ditambahkan zat pengatur tumbuh IAA, NAA, IBA dan 2,4-D dengan konsentrasi 1 mg/L, 2 mg/L dan 3 mg/L pada masing-masing gelas beaker yang berisi media tersebut.

Mengukur pH larutan 5,6-5,8 apabila terlalu asam ditambahkan KOH beberapa tetes dan apabila larutan terlalu basa ditambahkan beberapa tetes HCl. Setelah pH sesuai, 0,6 gram agar-agar dimasukkan kedalam masing-masing gelas beaker. Kemudian dipanaskan (sambil diaduk) sampai agar-agar larut. Dalam keadaan masih cair, media dimasukkan dalam botol kultur dan di tutup dengan

alumunium foil. Botol kultur yang berisi media disterilkan dalam autoclave pada suhu 121ºC, tekanan 1 atm selama 15 menit. Selanjutnya menyimpan media

tersebut dalam ruang penyimpanan.

3.4.4 Sterilisasi eksplan

(37)

direndam dalam larutan klorox 10 %. Setelah 5-10 menit, eksplan dibilas dengan akuades steril sebanyak 3 kali.

3.4.5 Sterilisasi ruang kerja

Alkohol 70 % disemprotkan pada tisyu kering kemudian mengusapkan pada meja kerja LAF. Setelah itu lampu UV dinyalakan selama 15-20 menit dan ruang kerja siap untuk digunakan. Saat bekerja dalam LAF lampu UV dimatikan diganti dengan lampu neon dan blower.

3.4.6 Induksi akar eksplan daun

Induksi akar eksplan daun ginseng jawa dilakukan dalam ruang kerja LAF. Alat-alat (botol kultur, cawan petri, pinset, skalpel, gelas ukur, erlenmeyer) dan bahan dimasukkan dalam LAF kemudian dilakukan sterilisasi ruangan. Setelah ruang kerja steril lampu UV dimatikan diganti dengan lampu neon dan blower. Eksplan yang telah disterilkan dipotong kurang lebih berukuran 1x1 cm kemudian ditanam dalam media MS dengan berbagai jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh auksin yaitu IAA (1 mg/L, 2mg/L, 3 mg/L), NAA (1 mg/L, 2mg/L, 3 mg/L), IBA (1 mg/L, 2mg/L, 3 mg/L), dan 2,4-D (1 mg/L, 2mg/L, 3 mg/L).

3.5 Paramater

(38)

berat segar dan berat kering akar hasil induksi selama 6 minggu. Parameter kualitatif berupa karakteristik morfologi akar.

3.6 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mengamati lama waktu terbentuknya akar, menghitung banyaknya akar yang terbentuk setiap hari selama 6 minggu, mengukur panjang akar yang terbentuk pada setiap eksplan setelah 6 minggu dan menimbang berat segar serta berat kering akar yang terbentuk. Data kualitatif perakaran dianalisis secara deskriptif.

3.7 Analisis Data

Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara statistik dengan menggunakan SPSS 17. Untuk mengetahui pengaruh zat pengatur tumbuh auksin (IAA, NAA, IBA dan 2,4-D) dengan konsentrasi 1 mg/L, 2 mg/L dan 3 mg/L terhadap induksi akar eksplan daun ginseng jawa, maka dilakukan uji normalitas dan homogenitas data. Untuk data yang berdistribusi normal, data dianalisis dengan menggunakan ANOVA satu arah dengan taraf signifkasi 5%. Selanjutnya dilakukan uji Tamhane’s T2 untuk mengetahui perbedaan nyata antar variabel.

(39)
(40)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh auksin yang paling sesuai untuk induksi akar dari eksplan daun ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.).

Untuk mengetahui respon eksplan daun ginseng jawa terhadap zat pengatur tumbuh auksin yang digunakan yaitu IAA, IBA, NAA dan 2,4-D dengan konsentrasi 1 mg/L, 2 mg/L dan 3 mg/L dilakukan pengamatan selama 6 minggu. Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel dan gambar yang meliputi berbagai respon yang diamati yaitu lama waktu terbentuknya akar, jumlah akar, panjang akar, berat segar dan berat kering akar yang terbentuk pada minggu ke 6. Dari berbagai perlakuan dengan jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh auksin eksplan daun ginseng jawa menghasilkan respon yang bervariasi.

4.1.1 Pengaruh jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh auksin terhadap lama waktu terbentuknya akar dari eksplan daun ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.)

(41)

Tabel 4.1 Rerata lama waktu (hari) terbentuknya akar dari eksplan daun ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.) (n = 5).

Kode Perlakuan Hari ke-

IAA 1 7,2 a

IAA 2 8,6 a

IAA 3 7,6 a

IBA 1 7 a

IBA 2 7 a

IBA 3 7,8 a

NAA 1 7,6 a

NAA 2 8,2 a

NAA 3 7,4 a

2,4-D 1 - b

2,4-D 2 - b

2,4-D 3 - b

Keterangan: Angka yang diikuti huruf tidak berbeda nyata menurut uji Tamhane’s T2 taraf 5%.

(42)

Gambar 4.1 Akar eksplan daun ginseng jawa dengan berbagai jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh auksin pada hari ke 8 yaitu (a) IAA 1 mg/L; (b) IAA 2 mg/L; (c) IAA 3 mg/L; (d) IBA 1 mg/L; (e) IBA 2 mg/L; (f) IBA 3 mg/L; (g) NAA 1 mg/L; (h) NAA 2 mg/L; (i) NAA 3 mg/L. (j) 2,4-D 1 mg/L; (k) 2,4-D 2 mg/L; (l) 2,4-D 3 mg/L. k= kalus, ak = akar. Skala: 1 cm.

a b c

d e f

i h

g

j k l

k k

k

ak ak

ak

ak ak

ak

ak ak

(43)

Gambar 4.2 Grafik rerata waktu terbentuknya akar pada eksplan daun ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.)

Berdasarkan gambar 4.2 dapat diketahui bahwa rerata waktu terbentuknya akar mulai hari ke-7. Rerata waktu terbentuknya akar paling cepat didapatkan dari hasil induksi dengan menggunakan IBA konsentrasi 1 mg/L dan 2 mg/L yaitu pada hari ke-7. Sedangkan pada 2,4-D pada semua konsentrasi tidak terbentuk akar sampai minggu ke-6.

Untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing perlakuan yaitu penambahan berbagai jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh auksin dalam menginduksi terbentuknya akar pada eksplan daun ginseng jawa, data lama waktu terbentuknya akar dianalisis menggunakan uji normalitas dan homogenitas data dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis dengan taraf signifikan (α) 5 %. Hasil uji Kruskal Wallis dapat dilihat pada tabel 4.2.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

rer

ata

waktu

(h

ar

i)

(44)

Tabel 4.2 Hasil uji statistik Kruskal Wallis, pengaruh zat pengatur tumbuh auksin terhadap rerata lama waktu terbentukya akar.

Chi Squares df Sig.

22.086 5 .000

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa nilai signifikasinya adalah 0,000 yang berarti bahwa nilai ini < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh auksin terhadap rerata waktu terbentuknya akar dari eksplan daun ginseng jawa. Untuk mengetahui beda nyata antar perlakuan terhadap rerata lama waktu terbentuknya akar pada eksplan ginseng jawa maka dilanjutkan dengan menggunakan uji Mann Whitney (Lampiran 3). Hasil uji tersebut menunjukkan ada perbedaan nyata pada perlakuan terhadap lama waktu terbentuknya akar pada eksplan daun ginseng jawa.

4.1.2 Pengaruh jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh auksin terhadap jumlah akar yang terbentuk dari eksplan daun ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.)

(45)

Tabel 4.3 Rerata jumlah akar yang terbentuk pada eksplan daun ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.) selama 6 minggu (n = 5).

Kode Perlakuan Rerata jumlah ± SD IAA 1 8,8 ± 5,891 a IAA 2 5,6 ± 2,0736 a

IAA 3 9,8 ± 5,4037 a

IBA 1 5 ± 3,3166 a

IBA 2 12,8 ± 3,6332 a IBA 3 11,8 ± 2,9496 a

NAA 1 7 ± 2,8284 a

NAA 2 5,4 ± 2,1909 a

NAA 3 3,8 ± 1,9235 a

2,4-D 1 0 b

2,4-D 2 0 b

2,4-D 3 0 b

Keterangan: Angka yang diikuti huruf tidak berbeda nyata menurut uji Tamhane’s T2 taraf 5%.

(46)

Gambar 4.3 Jumlah akar yang terbentuk dari eksplan daun ginseng jawa dengan berbagai jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh auksin pada minggu ke 6 yaitu (a) IAA 1 mg/L; (b) IAA 2 mg/L; (c) IAA 3 mg/L; (d) IBA 1 mg/L; (e) IBA 2 mg/L; (f) IBA 3 mg/L; (g) NAA 1 mg/L; (h) NAA 2 mg/L; (i) NAA 3 mg/L. (j) 2,4-D 1 mg/L; (k) 2,4-D 2 mg/L; (l) 2,4-D 3 mg/L. k= kalus, ak = akar. Skala: 1 cm.

a b c

d e f

i h

g

l

j k

ak

ak

ak

ak ak

ak

ak k

k k

k k

(47)

Gambar 4.4 Grafik rerata jumlah akar yang terbentuk dari eksplan daun ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.) selama 6 minggu.

Berdasarkan gambar 4.4 dapat diketahui bahwa akar yang diinduksi dengan menggunakan IBA 2 mg/L memiliki rerata jumlah yang paling besar sedangkan zat pengatur tumbuh auksin 2,4-D tidak menghasilkan rerata akar pada seluruh konsentrasi pada minggu ke-6.

Untuk mengetahui pengaruh masing-masing perlakuan yaitu penambahan berbagai jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh auksin dalam induksi terbentuknya akar pada eksplan daun ginseng jawa, data jumlah akar yang terbentuk pada minggu ke-6 dianalisis menggunakan uji normalitas dan homogenitas data dilanjutkan dengan uji Anova satu arah dengan taraf signifikan (α) 5 %. Hasil uji Anova satu arah dapat dilihat pada tabel 4.4.

0 2 4 6 8 10 12 14

re

rata

ju

m

lah

ak

ar

(48)

Tabel 4.4 Hasil uji statistik Anova satu arah, pengaruh zat pengatur tumbuh auksin (IAA, IBA, NAA dan 2,4-D) terhadap rerata jumlah akar yang terbentuk pada minggu ke 6.

Sum of Squares df F Sig.

1556.333 59 10.074 .000

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa nilai signifikasinya adalah 0,000 yang berarti bahwa nilai ini < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh zat pengatur tumbuh auksin terhadap rerata jumlah akar eksplan daun ginseng jawa. Untuk mengetahui beda nyata antar perlakuan terhadap rerata jumlah akar yang terbentuk pada eksplan ginseng jawa maka dilanjutkan dengan menggunakan uji Tamhane’s T2 (Lampiran 3). Hasil uji tersebut menunjukkan ada perbedaan nyata pada perlakuan terhadap jumlah akar yang terbentuk pada eksplan daun ginseng jawa.

4.1.3 Pengaruh jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh auksin terhadap panjang akar dari eksplan daun ginseng jawa (Talinum paniculatum

Gaertn.)

(49)

Tabel 4.5 Rerata panjang akar yang terbentuk pada eksplan daun ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.) selama 6 minggu (n = 5)

Kode Perlakuan Panjang akar (cm) ± SD

IAA 1 1,383 ± 0,230 ad

IAA 2 0,964 ± 0,7350 ab

IAA 3 0,839 ± 0,2061 ab IBA 1 4,043 ± 2,2868 ab

IBA 2 1,828 ± 0,908 ab

IBA 3 1,757 ± 0,4160 abcd

NAA 1 1,029 ± 0,2138 abcd

NAA 2 0,379 ± 0,1433 bc

NAA 3 0,503 ± 0,4033 ab

2,4-D 1 0 e

2,4-D 2 0 e

2,4-D 3 0 e

Keterangan: Angka yang diikuti huruf tidak berbeda nyata menurut uji Tamhane’s T2 taraf 5%.

(50)

Gambar 4.5 Panjang akar eksplan daun ginseng jawa dengan berbagai jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh auksin pada minggu ke 6 yaitu (a) IAA 1 mg/L; (b) IAA 2 mg/L; (c) IAA 3 mg/L; (d) IBA 1 mg/L; (e) IBA 2 mg/L; (f) IBA 3 mg/L; (g) NAA 1 mg/L; (h) NAA 2 mg/L; (i) NAA 3 mg/L. (j) 2,4-D 1 mg/L; (k) 2,4-D 2 mg/L; (l) 2,4-D 3 mg/L. k= kalus, ak = akar. Skala: 1 cm.

a b c

d e f

i h

g

l

j k

ak

ak

ak ak

ak

ak

ak k

k k

k

k

(51)

Gambar 4.6 Rerata panjang akar yang terbentuk dari eksplan daun ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.) selama 6 minggu.

Berdasarkan gambar 4.6 dapat diketahui bahwa akar yang di induksi dengan menggunakan IBA 1 mg/L memiliki panjang yang paling besar. Sedangkan pada media MS yang ditambah zat pengatur tumbuh auksin 2,4-D pada seluruh konsentrasi tidak terbentuk akar sampai minggu ke-6.

Untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing perlakuan yaitu penambahan berbagai jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh auksin dalam menginduksi terbentuknya akar pada eksplan daun ginseng jawa, data panjang akar yang terbentuk pada minggu ke-6 dianalisis menggunakan uji normalitas dan homogenitas data dilanjutkan dengan uji Anova satu arah dengan taraf signifikan (α) 5 %. Hasil uji Anova satu arah dapat dilihat pada tabel 4.6.

(52)

Tabel 4.6 Hasil uji statistik Anova satu arah, pengaruh zat pengatur tumbuh auksin terhadap rerata panjang akar ginseng jawa yang terbentuk pada minggu ke 6.

Sum of Squares df F Sig.

99.796 59 10.986 .000

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa nilai signifikasinya adalah 0,000 yang berarti bahwa nilai ini < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh zat pengatur tumbuh auksin terhadap rerata panjang akar dari induksi akar eksplan daun ginseng jawa. Untuk mengetahui beda nyata antar perlakuan terhadap rerata panjang akar yang terbentuk pada eksplan ginseng jawa maka dilanjutkan dengan menggunakan uji Tamhane’s T2 (Lampiran 3). Hasil uji tersebut menunjukkan ada perbedaan nyata pada perlakuan terhadap panjang akar yang terbentuk pada eksplan daun ginseng jawa.

4.1.4 Pengaruh jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh auksin terhadap berat segar dan berat kering akar dari eksplan daun ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.)

(53)

Tabel 4.7 Berat segar dan berat kering akar (gram) eksplan daun ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.) selama 6 minggu

Kode Perlakuan Berat segar (g) ± SD Berat kering (g) ± SD IAA 1 0,01606 ± 0,0185 a 0,00326 ± 0,0037 a IAA 2 0,01374 ± 0,02671 a 0,00204 ± 0,0018 a

IAA 3 0,01614 ± 0,0112 a 0,0023 ± 0,0015 a IBA 1 0,06436 ± 0,0469 b 0,00666 ± 0,0032 b

IBA 2 0,06532 ± 0,0509 b 0,00924 ± 0,0025 b IBA 3 0,02732 ± 0,0328 b 0,00594 ± 0,0038 b

NAA 1 0,02276 ± 0,0144 a 0,00218 ± 0,0008 a

NAA 2 0,00672 ± 0,0043 a 0,00108 ± 0,0007 a

NAA 3 0,00652 ± 0,0071 a 0,00116 ± 0,0010 a

2,4-D 1 0 a 0 a

2,4-D 2 0 a 0 a

2,4-D 3 0 a 0 a

Keterangan: Angka yang diikuti huruf tidak berbeda nyata menurut uji Tamhane’s T2 taraf 5%.

(54)

Gambar 4.7 Rerata berat segar dan berat kering akar yang terbentuk dari eksplan daun ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.) selama 6 minggu. Berdasarkan gambar 4.7 dapat diketahui bahwa akar yang diinduksi dengan menggunakan IBA 2 mg/L memiliki rerata berat segar dan berat kering yang paling besar. Sedangkan zat pengatur tumbuh auksin 2,4-D tidak menghasilkan akar sampai minggu ke-6 pada seluruh konsentrasi.

(55)

Tabel 4.8 Hasil uji statistik Anova satu arah, pengaruh zat pengatur tumbuh auksin (IAA, IBA, NAA dan 2,4-D) terhadap rerata berat segar dan berat kering akar yang terbentuk pada minggu ke 6.

Sum of Squares df F Sig.

Rerata berat segar .057 59 5.252 .000

Rerata berat kering .001 59 10.184 .000

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa nilai signifikasinya adalah 0,000 yang berarti bahwa nilai ini < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh zat pengatur tumbuh auksin terhadap rerata berat segar dan berat kering akar dari induksi akar eksplan daun ginseng jawa. Untuk mengetahui beda nyata antar tiap perlakuan terhadap rerata berat segar dan berat kering akar yang terbentuk pada eksplan ginseng jawa maka dilanjutkan dengan menggunakan uji Tamhane’s T2 (Lampiran 3). Hasil uji tersebut menunujukkan ada perbedaan nyata pada perlakuan terhadap berat segar dan berat kering akar yang terbentuk pada eksplan daun ginseng jawa.

4.1.5 Pengamatan akar yang terbentuk dari eksplan daun ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.) pada perlakuan berbagai jenis (IAA, IBA, NAA dan 2,4-D) dan konsentrasi (1 mg/L, 2 mg/L dan 3 mg/L) zat pengatur tumbuh auksin selama 6 minggu

(56)

Perlakuan dengan zat pengatur tumbuh IAA 1 mg/L pada hari ke-6 menunjukkan adanya pertumbuhan akar. Akar yang tumbuh berwarna putih dan berukuran pendek. Akar tersebut tumbuh pada daerah dimana kalus tumbuh. Perlakuan dengan IAA 2 mg/L pada hari ke-7 menunjukkan ada pertumbuhan akar namun ada beberapa eksplan yang baru menunjukkan adanya pertumbuhan akar pada hari ke-8, ke-9 dan hari ke-11. Perlakuan IAA 3 mg/L menunjukkan adanya pertumbuhan pada hari ke-7 namun kebanyakan eksplan baru menunjukkan adanya pertumbuhan akar pada hari ke-8. Akar yang tumbuh berwarna putih dan tumbuh pada bagian yang telah tumbuh kalus sebelumnya (Gambar 4.8). Pada kelompok perlakuan IAA sebagian eksplan mulai berwarna coklat pada hari ke-22. Perubahan warna eksplan menjadi coklat menunjukkan bahwa eksplan mengalami kematian sehingga eksplan tidak mampu menghasilkan akar lagi.

Gambar 4.8 Akar eksplan daun ginseng jawa dengan berbagai jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA pada minggu ke 6 yaitu (a) IAA 1 mg/L; (b) IAA 2 mg/L; (c) IAA 3 mg/L. Anak panah menunjukkan pertumbuhan akar. Skala: 1 cm.

Pada kelompok perlakuan IBA akar yang dihasilkan memiliki kualitas yang lebih baik daripada perlakuan yang lainnya. Pertumbuhan akar dimulai rata-rata

(57)

pada hari ke-7. Karakteristik akar kelompok perlakuan IBA memiliki penampilan lebih gemuk dari kelompok perlakuan lainnya. IBA konsentrasi 1 mg/L dapat menginduksi akar yang paling panjang sedangkan pada IBA konsentrasi 2 mg/L menginduksi jumlah akar paling banyak. Akar pada media MS yang ditambah IBA 2 mg/L dan 3 mg/L lebih bergerombol dari pada IBA 1 mg/L. Selain itu akar pada kelompok perlakuan IBA menghasilkan cabang-cabang akar. Cabang akar paling banyak dimiliki oleh akar yang diinduksi dengan menggunakan IBA 2 mg/L. Hal ini membuat berat segar dan berat kering akar hasil induksi IBA 2 mg/L menjadi semakin besar. Oleh karena itu IBA 2 mg/L merupakan jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh auksin yang paling baik dalam menginduksi akar. Akar yang tumbuh pada kelompok perlakuan IBA ini berwarna putih dan tumbuh dari bagian dimana kalus telah tumbuh (Gambar 4.9). Eksplan pada kelompok IBA ini tidak menunjukkan ada perubahan warna sampai pada minggu ke-6 sehingga hal ini memungkinkan akar masih dapat tumbuh dari eksplan daun ginseng jawa.

Gambar 4.9 Akar eksplan daun ginseng jawa dengan berbagai jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh IBA pada minggu ke 6 yaitu (d) IBA 1 mg/L; (k) 2,4-D 2 mg/L; (l) 2,4-D 3 mg/L. Anak panah menunjukkan pertumbuhan akar. Skala: 1 cm.

(58)

Pada kelompok perlakuan NAA eksplan mulai berwarna kecoklatan pada hari ke-14. Selain itu kalus yang tumbuh pada bagian yang dilukai lebih banyak dari pada perlakuan IAA dan IBA. Pada NAA 1 mg/L eksplan mulai menunujukkan adanya pertumbuhan akar pada hari ke-7 namun kebanyakan eksplan baru menunjukkan pertumbuhan akar pada hari ke-8. Pada NAA 2 mg/L eksplan mulai menunujukkan adanya pertumbuhan akar pada hari ke-7 namun kebanyakan eksplan baru menunjukkan pertumbuhan akar pada hari ke-8 sampai ke-10. Pada NAA 3 mg/L eksplan mulai menunujukkan adanya pertumbuhan akar pada hari ke-7 sampai hari-8. Akar yang dihasilkan oleh kelompok perlakuan NAA tumbuh pada daerah dimana kalus tumbuh dan berwarna putih pada awal tumbuhnya namun setelah ekpaln berwarna coklat akar juga berwarna coklat. Akar tersebut berukuran pendek dan tidak memiliki cabang (Gambar 4.10). Perubahan warna eksplan menjadi coklat menunjukkan bahwa eksplan mengalami kematian sehingga tidak dapat menghasilkan akar lagi.

Gambar 4.10 Akar eksplan daun ginseng jawa dengan berbagai jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh NAA pada minggu ke 6 yaitu (g) NAA 1 mg/L; (h) NAA 2 mg/L; (i) NAA 3 mg/L. Anak panah menunjukkan pertumbuhan akar. Skala: 1 cm.

Pada kelompok perlakuan jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh auksin 2,4-D seluruh konsentrasi, tidak dihasilkan akar. Kelompok ini hanya

i h

(59)

menghasilkan kalus (Gambar 4.11) dalam jumlah yang paling banyak dibandingkan kelompok perlakuan yang lainnya. Eksplan menunjukkan ada perubahan warna dari hijau menjadi coklat mulai hari ke-14. Perubahan warna eksplan menjadi coklat menunjukkan bahwa eksplan mengalami kematian sehingga tidak mampu menghasilkan akar lagi.

Gambar 4.11 Akar eksplan daun ginseng jawa dengan berbagai jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh 2,4-D pada minggu ke 3 yaitu (j) 2,4-D 1 mg/L; (k) 2,4-D 2 mg/L; (l) 2,4-D 3 mg/L. Anak panah berwarna menunjukkan pertumbuhan kalus. Skala: 1 cm.

(60)

4.2 Pembahasan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis (IAA, IBA, NAA dan 2,4-D) dan konsentrasi (1 mg/L, 2 mg/L dan 3 mg/L) zat pengatur tumbuh auksin berpengaruh terhadap lama waktu terbentuknya akar dari eksplan ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.).

Berdasarkan hasil pengamatan waktu terbentuknya akar dari eksplan ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.) zat pengatur tumbuh auksin IBA (konsentrasi 1 mg/L dan 2 mg/L) menunjukkan waktu terbentuknya akar yang paling cepat yaitu 7 hari (Tabel 4.1). Hal ini selaras dengan penelitian Rostiana dan Seswita (2007) pada tanaman piretrum [Chrysanthemum cinerariifolium

(Trevir.)Vis.] klon prau 6 yang menyatakan bahwa akar yang terbentuk dengan penambahan IBA konsentrasi 0,2 mg/L menujukkan waktu inisiasi yang relatif pendek (12,5 hari) dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Penelitian pada tanaman pule pandak (Raufolvia serpentine L.) menunjukkan bahwa penambahan IBA dengan konsentrasi 2 sampai 4 mg/L dapat menginisiasi pertumbuhan akar lebih cepat dari pada perlakuan lainnya yaitu 15 hari (Palestine, 2008).

(61)

Hasil perhitungan jumlah akar yang tebentuk pada eksplan ginseng jawa pada penelitian ini menunjukkan bahwa jenis (IAA, IBA, NAA dan 2,4-D) dan konsentrasi (1 mg/L, 2 mg/L dan 3 mg/L) zat pengatur tumbuh auksin berpengaruh terhadap jumlah akar dari eksplan daun ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.). Berdasarkan hasil penelitan pada tabel 4.3 perlakuan dengan menggunakan IBA 2 mg/L mampu menginduksi akar dengan jumlah akar yang paling banyak (14,1) dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini selaras dengan penelitian pada tanaman Ginkgo biloba L. yang menunjukan bahwa perlakuan dengan IBA 10 µM mampu menginduksi akar dengan rerata jumlah yang paling banyak yaitu 6,96 (Pandey et. al, 2011). Penelitian pada tanaman piretrum [Chrysanthemum cinerariifolium (Trevir.)Vis.] klon prau 6 perlakuan dengan menggunakan IBA 0,2 mg/L memperlihatkan hasil dengan jumlah akar yang cukup banyak yaitu 14,1 (Rostiana dan Seswita, 2007).

Menurut Irwanto (2001) IBA memiliki sifat penyebaran yang sangat kecil. Sehingga apabila IBA diberikan pada akar, ia hanya akan menstimulasi pada bagian akar saja, dan kemungkinan kecil untuk mampu menstimulasi pertumbuhan pada bagian atas tanaman. IBA memiliki kandungan kimia lebih stabil dan mobilitasnya di dalam tanaman rendah. Sifat inilah yang menyebabkan pemakaian IBA lebih berhasil karena sifat kimianya yang mantap dan pengaruhnya lebih lama (Hendaryono dan Wijayani, 1994).

(62)

pengaruh terhadap panjang akar dari eksplan daun ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.). Berdasarkan hasil penelitan pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa kelompok perlakuan IBA mampu menginduksi akar dengan rerata panjang paling besar dibandingkan perlakuan lainnya yaitu 4,043 cm untuk IBA 1 mg/L, 1,828 cm untuk IBA 2 mg/L dan 1,757 cm untuk IBA 3 mg/L.

Selaras dengan penelitian Palestine (2008) pada tanaman pule pandak (Raufolvia serpentine L.) menyatakan bahwa aplikasi IBA dengan berbagai konsentrasi dapat memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah dan panjang akar. Pada tanaman Ginkgo biloba L. menunjukan bahwa perlakuan dengan IBA 10 µM mampu menginduksi akar dengan rerata panjang yang besar yaitu 8,38 cm (Pandey et. al, 2011).

Pertumbuhan akar disebabkan oleh IBA yang menginisiasi pemanjangan sel dengan cara mempengaruhi pengendoran atau pelenturan dinding sel (Asmara, 2007). Dijelaskan oleh Salisbury dan Ross (1995), bahwa IBA mengakibatkan sel penerima mengeluarkan H+ ke dinding sel primer yang mengelilinginya dan

kemudian menurunkan pH sehingga terjadi pengenduran dinding dan pertumbuhan dengan cepat. pH rendah ini diduga mengaktifkan enzim yang dapat memutuskan ikatan pada polisakarida dinding sel sehingga memungkinkan dinding sel merenggang. Dengan demikian pertumbuhan dan perkembangan sel akar akan semakin cepat.

(63)

(1 mg/L, 2 mg/L dan 3 mg/L) zat pengatur tumbuh auksin terhadap berat segar dan berat kering akar dari eksplan daun ginseng jawa (Talinum paniculatum

Gaertn.). Pada tabel 4.7 dapat diketahui bahwa kelompok perlakuan IBA menunjukkan hasil yang paling tinggi. Hasil berat segar dan berat kering tertinggi dari kelompok perlakuan IBA adalah 0,06532 g dari IBA 2 mg/L. Berat segar tertinggi juga didapatkan pada IBA dengan konsentrasi 2 mg/L dari akar hasil induksi dari eksplan hipokotil ginseng jawa (Fitriyah, 2008). Penelitian Danu (1993) mendapatkan pengaruh positif terhadap berat kering akar yang dihasilkan stek Gmelina arborea Linn yang diberi perlakuan hormon IBA.

Asam indolbutarat (IBA) lebih lazim digunakan untuk memacu perakaran dibandingkan NAA atau auksin lainnya. IBA bersifat aktif, sekalipun cepat dimetabolismekan menjadi IBA-aspartat dan sekurangnya menjadi satu konjugat dengan peptida lainnya (Weisman et al., 1989 dalam Salisbury dan Ross, 1995). Diduga terbentuknya konjugat tersebut dapat menyimpan IBA yang kemudian bertahap dilepaskan. Hal itu menjadikan konsentrasi IBA bertahan pada tingkat yang tepat, khususnya pada tahap pembentukan akar selanjutnya (Salisbury dan Ross, 1995).

Zat pengatur tumbuh IAA dan NAA dapat menginduksi terbentuknya akar meskipun tidak sebaik IBA. Pada penelitian Pandey et al. (2001) menunjukkan hasil bahwa IBA 10 µM merupakan perlakuan dengan hasil perakaran terbaik dibandingkan perlakuan dengan menggunakan NAA pada tanaman Ginkgo biloba

(64)

menunjukkan hasil induksi perakaran dengan menggunakan IBA lebih baik daripada menggunakan IAA dan NAA pada eksplan hipokotil ginseng jawa.

Menurut Hartman dan Kester (1975) bahwa asam indol-3 asetat (IAA) sebagai senyawa alami yang menunjukkan aktivitas auksin yang mendorong pembentukan akar adventif. Namun senyawa IAA mudah mengalami degradasi akibat pengaruh cahaya dan oksidasi enzimatik (Zulkarnain, 2011). Menurut Wudianto (1998) IAA mudah menyebar ke bagian lain sehingga menghambat perkembangan dan pertumbuhan tunas dan NAA dalam mempergunakannya harus benar-benar tahu konsentrasi tepat yang diperlukan oleh suatu jenis tanaman, bila tidak tepat akan memperkecil batas konsentrasi optimum perakaran.

Hasil induksi akar dari ekplan daun ginseng jawa dengan zat pengatur tumbuh IAA, IBA dan NAA mampu menghasilkan akar sedangkan zat pengatur tumbuh 2,4-D tidak menghasilkan akar. Selaras dengan penelitian Fitriyah (2008) yang menyatakan induksi akar dari eksplan hipokotil ginseng jawa dengan menggunakan 2,4-D hanya menghasilkan kalus. Hal ini memunculkan dugaan bahwa 2,4-D tidak cocok untuk induksi akar. Pada perkembangan embrio somatik pada Coffea arabica terjadi pertumbuhan kalus jika pada medium diperkaya dengan 2,4-D. Menurut Abbas (2011) jenis auksin yang umum digunakan pada tahap inisiasi dan multiplikasi sel adalah 2,4-D dengan kisaran 0,5-1,0 mg/L untuk medium proliferasi sel kalus.

(65)

pembentuk akar dengan segera sehingga dapat meningkatkan pemanfaatan zat hara (Wareing, 1976 dalam Lukitariati et al., 1996). Dengan pertumbuhan akar yang baik maka jumlah akar, panjang akar, berat segar dan berat kering akar akan meningkat sehingga kualitas perakaran semakin baik.

(66)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis zat pengatur tumbuh auksin (IAA, IBA, NAA dan 2,4-D) pada berbagai konsentrasi (1 mg/L, 2 mg/L dan 3 mg/L) berpengaruh pada induksi akar dari eksplan ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.) yaitu terhadap lama waktu terbentuknya akar, jumlah akar yang terbentuk, panjang akar yang terbentuk, berat segar dan berat kering akar yang terbentuk.

2. Zat pengatur tumbuh IBA dengan konsentrasi 2 mg/L merupakan zat pengatur tumbuh yang paling baik dalam menginduksi akar dari eksplan daun ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.)

5.2 Saran

(67)

Daftar Pustaka

Abbas, B, 2011, Prinsip Dasar Kultur Jaringan, Alfabeta, Bandung

Aina, N, 2008, Induksi Akar dari Eksplan Hipokotil dan Epikotil Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum) dengan Zat Pengatur Tumbuh Auksin dan BAP, Skripsi, Unversitas Airlangga, Surabaya

Asmara, A.P, 2007, Pengaruh Beberapa Konsetrasi IBA Terhadap Pertumbuhan Bibit Manggis (Garcinia mangostana L) Asal Seedling di Polibag, Skripsi, Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jambi

Campbell, N. A, Reece, J. B, Mitchell, L. G, 2003, Biologi edisi kelima Jilid 2, Erlangga, Jakarta

Dalimartha, S, 1999, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid I, Anggota Ikapi, Jakarta

Danu, 1993, Pengaruh Bahan Stek dan Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Stek Sungkai (Peronema canescens Jack.), Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Balai Teknologi Perbenihan, Departemen Kehutanan, Bogor

Fitriyah, R, 2008, Induksi Akar Eksplan Hipokotil Ginseng Jawa (Talinum paniculatum) dengan Zat Pengatur Tumbuh Auksin Secara In Vitro, Skripsi, Universitas Airlangga, Surabaya

Gardner, Franklin P, Pearce, R. Brent, Mitchell, Roger L, 1991, Fisiologi Tanaman Budidaya, UI Press, Jakarta

Hariana, A, 2008, Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 3, Penebar Swadaya, Jakarta

Hartman, H T, Kester D E and Davies F T, 1975, Plant Propagation. Prentice Hall International Inc, London

Hidayat, S, 2005, Ginseng Multivitamin Alami Berkhasiat, Penebar Swadaya. Bogor

Hendaryono, D P S dan Wijayani, A, 1994, Teknik Dasar Kultur Jaringan Pengenalan dan Petunjuk Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif, Kanisius,

Yogyakarta

Irwanto, 2001. Pengaruh hormon IBA (Indole Butyric Acid) Terhadap Persen Jadi Pucuk Meranti Putih (Shorea montigena). Jurusan Kehutanan Fakultas

Gambar

Tabel 3.1 Macam-macam perlakuan pada eksplan daun ginseng jawa (Talinum
Tabel 4.1 Rerata lama waktu (hari) terbentuknya akar dari eksplan daun
Gambar 4.1 Akar eksplan daun ginseng jawa dengan berbagai jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh auksin pada hari ke 8 yaitu (a) IAA 1 mg/L; (b) IAA 2 mg/L; (c) IAA 3 mg/L; (d) IBA 1 mg/L; (e) IBA 2 mg/L; (f) IBA 3 mg/L; (g) NAA 1 mg/L; (h) NAA 2 mg/L;
Tabel 4.2 Hasil uji statistik Kruskal Wallis, pengaruh zat pengatur tumbuh  auksin terhadap rerata lama waktu terbentukya akar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan kombinasi konsentrasi BAP (1-1.5 mg/l) dan NAA (&lt;0.5 mg/l) untuk mendapatkan pengaruh induksi eksplan tanaman karet

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jenis eksplan dan komposisi zat pengatur tumbuh terhadap induksi kalus dan metabolit sekunder pada tanaman

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian yang berjudul “Induksi Tunas Dari Eksplan Biji Delima Hitam Punica granatum L Menggunakan Zat Pengatur Tumbuh BA Secara In Vitro dilaksanakan pada

IRA TIARMA SARI DAMANIK, 2016: Pengaruh jenis eksplan dan komposisi zat pengatur tumbuh terhadap induksi kalus dan metabolit sekunder pada tanaman binahong

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh interaksi antara konsentrasi zat pengatur tumbuh 2,4-D dan kinetin terhadap induksi kalus dari eksplan daun

4.1.1 Lama waktu induksi kalus dan persentase eksplan membentuk kalus daun sirih hitam (Piper betle L.) pada media MS dengan berbagai macam kombinasi konsentrasi zat

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kalus terbaik dari zat pengatur tumbuh golongan auksin 2,4-D dan Pikloram dalam menginduksi eksplan daun duku komering

Induksi dan pemanjangan akar kelapa sawit secara in vitro dengan perlakuan NAA 4 mg/l + IBA 4 mg/l pada media padat memberikan hasil yang terbaik, dengan