• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pengguna Software Pengelolaan Keuangan Daerah Dengan Manfaat Sistem Sebagai Variabel Intervening di Pemerintah Kota Tebing Tinggi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pengguna Software Pengelolaan Keuangan Daerah Dengan Manfaat Sistem Sebagai Variabel Intervening di Pemerintah Kota Tebing Tinggi"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Teori Pemanfaatan Teknologi Informasi

Sistem informasi yang digunakan di dalam suatu organisasi akan menjadi bagian/komponen dari organisasi bersama-sama dengan manusia sebagai penggunanya. Manusia akan berinteraksi dengan sistem teknologi informasi untuk mencapai tujuannya. Interaksi ini menimbulkan masalah keperilakuan (behavioral), perilaku yang timbul adalah manusia akan menerima atau menolak untuk menggunakan. Jogiyanto (2007) menyatakan, untuk memahami penentu-penentu perilaku tersebut menggunakan teori keperilakuan (behavioral theory).

Theory of Reasoned Action (TRA) atau Teori Tindakan Beralasan yang dikembangkan oleh Fishbein dan Azjen’s (1975) adalah suatu teori yang berhubungan dengan sikap dan perilaku individu dalam melaksanakan kegiatan atau tindakan. Teori tindakan yang beralasan dengan suatu kesimpulan bahwa reaksi dan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal, akan menentukan sikap dan perilaku orang tersebut.

Dalam konteks teknologi informasi, seseorang akan menerima untuk menggunakan teknologi informasi atau sistem informasi dengan alasan bahwa teknologi informasi tersebut akan memberikan manfaat-manfaat yang positif bagi dirinya. Menerima untuk menggunakan teknologi informasi atau sistem informasi

(2)

persepsi-persepsi pengguna. Istianingsih dan Wijanto (2008) menyatakan

bahwa dalam mengukur kesuksesan sistem informasi bila dikaitkan dengan teori sikap dari Fisbein dan Ajzen (1975), kepuasan pengguna akhir

menunjukkan sikap individu, sedangkan penggunaan sistem menunjukkan perilaku pemakai sistem informasi.

Nasution (2004) menyimpulkan bahwa interaksi antara pengguna dengan perangkat komputer yang digunakan sangat dipengaruhi oleh persepsi, sikap, afeksi sebagai aspek keprilakuan yang melekat pada diri manusia sebagai pengguna (user). Dengan demikian, penerapan suatu sistem informasi tidak terlepas dari aspek prilaku karena pengembangan sistem terkait dengan masalah individu dan organisasional sebagai pengguna sistem tersebut, sehingga sistem yang dikembangkan harus berorientasi kepada penggunanya.

2.1.2. Model Kesuksesan Sistem Informasi

Penerapan sistem informasi dalam suatu organisasi dihadapkan kepada dua hal, apakah organisasi mendapatkan keberhasilan penerapan sistem atau kegagalan sistem. Kesuksesan suatu sistem informasi merupakan harapan dari

(3)

Jogiyanto (2007) mengemukakan bahwa model kesuksesan yang dibangun oleh DeLone dan McLean (1992) baik digunakan karena langsung mengukur suatu perilaku penggunaan nyata teknologi informasi dan dampak dari perilaku tersebut terhadap organisasi. Model kesuksesan DeLone dan McLean (1992) seperti pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Model Kesuksesan Sistem informasi DeLone & McLean (1992)

DeLone dan McLean (1992) mengemukakan bahwa kesuksesan sistem informasi dapat diukur dengan enam variabel yang terdiri dari kualitas dari sistem informasi (system quality), kualitas informasi (information quality), penggunaan

(use), kepuasan pemakai (user satisfaction), dampak individual (individual impact)

dan dampak organisasi (organisasional impact). Model kesuksesan DeLone dan McLean (1992) didasarkan pada proses dan hubungan kausal dari

variabel-variabel didalam model, yaitu kualitas sistem dan kualitas informasi secara mandiri dan bersama-sama mempengaruhi baik penggunaan maupun kepuasan pemakai, besarnya penggunaan dapat mempengaruhi kepuasan pemakai secara positif ataupun negatif. Penggunaan dan kepuasan pemakai mempengaruhi dampak individu dan selanjutnya mempengaruhi dampak organisasional.

Kualitas Informasi

Kualitas Sistem

Penggunaan

Kepuasan Pemakai

Dampak

(4)

Seddon (1997) melakukan respesifikasi terhadap model DeLone dan McLean (1992), model yang direspesifikasi ini tetap mempertahankan variabel-variabel yang digunakan oleh DeLone dan McLean. Seddon (1997) menyatakan bahwa model yang dibangun DeLone dan McLean terlalu luas dan membingungkan karena tidak memisahkan antara proses yang mendasari keberhasilan sistem informasi dengan faktor yang menyebabkan keberhasilan sistem informasi tersebut. Seddon (1997) menggabungkan dua model varian menjadi sebuah model baru yang digunakan untuk mengklarifikasi model DeLone dan McLean, kedua model varian tersebut yaitu :

a. Model varian yang pertama adalah model perilaku parsial dari pemakaian sistem informasi. Variabel penggunaan sistem ditempatkan sebagai variabel dependen karena variabel penggunaan sistem dianggap sebagai perilaku yang

muncul akibat adanya keuntungan atas penggunaan sistem informasi. Perilaku yang ditimbulkan dari penggunaan sistem informasi ini, dalam proses

selanjutnya akan memberi dampak terhadap kinerja individu yang menggunakannya.

b. Model varian kedua adalah model kesuksesan sistem informasi. Variabel pemakaian sistem (use) diubah sebagai suatu variabel yang memproksikan manfaat-manfaat dari penggunaan sistem. Dengan demikian kesuksesan sistem informasi sebagai model varian, variabel independen adalah kualitas sistem dan kualitas informasi dan variabel dependennya adalah pemakaian (use) yang arti sebenarnya adalah manfaat-manfaat (usefulness) dari

(5)

Model kesuksesan sistem informasi yang diusulkan oleh Seddon (1997) yang menggabungkan dua buah model varian seperti gambar 2.2.

Model Keperilakuan Parsial dari Penggunaan SI

Gambar 2.2. Model Kesuksesan Sistem informasi Seddon (1997)

2.1.3. Kepuasan Pengguna

Sistem informasi mempunyai potensi untuk memperbaiki kinerja individu dan organisasi. Suatu sistem informasi dapat diandalkan apabila mampu memberikan kepuasan pada penggunanya. Kotler (2000), mendefinisikan kepuasan adalah seseorang merasakan kekecewaan atau kesenangan sebagai hasil membandingkan satu capaian yang dirasa dari produk (atau hasil) dalam hubungan

dengan harapannya. Dalam konteks penggunaan teknologi informasi, DeLone dan McLean, (1992) menyatakan bahwa kepuasan pengguna merupakan

1. Pengukur-Pengukur kualitas

informasi dan sistem 2.Pengukur-Pengukur persepsual umum dari manfaat-manfaat bersih dan penggunaan SI

(6)

respon dari penerima (user) terhadap penggunaan output dari sistem informasi. Jogiyanto (2007) juga mengemukakan pengertian yang sama, bahwa kepuasan

pemakai (user satisfaction) adalah respon pemakai terhadap penggunaan keluaran informasi.

Kepuasan pengguna (user satisfaction) menjadi salah satu indikator dari keberhasilan pengembangan teknologi informasi yang ada. DeLone dan McLean (1992) menyatakan bahwa ketika manfaat sebuah sistem informasi diperlukan, kesuksesan interaksi antara manajemen dengan sistem informasi dapat diukur dengan kepuasan pengguna. Kepuasan pengguna menunjukkan seberapa jauh pemakai puas dan percaya pada sistem informasi yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan mereka, (Ives, et al., 1983) dalam Komara (2005). Seddon (1997) menyatakan bahwa dengan mengatasi kelemahan pengukuran menjadi lebih baik,

kepuasan pengguna akhir dapat digunakan untuk mengukur keuntungan atau keberhasilan software yang digunakan perusahaan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepuasan pengguna sistem menyangkut penilaian apakah kinerja suatu sistem informasi itu bagus atau buruk, informasi yang disajikan cocok atau tidak cocok dengan tujuan pemakainya, pengguna akan merasa puas apabila harapan mereka terpenuhi. Kepuasan atas sifat-sifat sistem informasi akan membawa pada keberhasilan implementasi sistem dengan memberikan dorongan pemakai untuk secara terus menggunakan sistem. Pemakai yang puas atas sifat-sifat sistem informasi akan termotivasi untuk menggunakan sistem informasi, dimana pengggunaan ini membawa pada

(7)

2.1.4. Manfaat Sistem

Organisasi yang menerapkan teknologi informasi perlu memperhatikan sejauh mana keberhasilan sistem tersebut membawa dampak positif dalam peningkatan kinerja baik individu maupun organisasi secara keseluruhan. Menurut Davis (1989) dalam Seddon dan Kiew (1996), manfaat dari sebuah sistem informasi adalah sejauh mana seseorang percaya bahwa dengan menggunakan

suatu sistem akan meningkatkan kinerjanya. Pengertian yang sama dikemukakan oleh Jogiyanto (2007), kegunaan persepsian (perceived usefulness)

sebagai ukuran sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan meningkatkan pekerjaannya. Seddon (1997) menyatakan bahwa persepsi kegunaan adalah indikator untuk mengukur sejauh mana pengguna percaya bahwa dengan menggunakan sistem dapat merubah kinerjanya, atau

kinerja kelompok atau kinerja organisasi.

Berdasarkan defenisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa manfaat sistem dinilai secara subyektif oleh pemakai, dengan demikian manfaat sistem merupakan sebuah persepsi pengguna terhadap manfaat yang dirasakan atas penggunaan sistem informasi dalam meningkatkan produktivitas kinerjanya. Gondodiyoto (2007) menyebutkan bahwa dalam sebuah organisasi non-profit kegunaan atau peran strategis sistem informasi dalam suatu organisasi adalah meningkatkan efesiensi dalam pelaksanaan pekerjaan dan meningkatkan kinerja mereka dalam melakukan aktivitas pelayanan.

Manfaat sistem membentuk suatu kepercayaan dalam proses

(8)

merasa percaya bahwa sistem informasi kurang bermanfaat maka dia enggan atau tidak akan menggunakannya. Nasution (2004) menyimpulkan bahwa kemanfaatan penggunaan teknologi informasi dapat diketahui dari kepercayaan pengguna teknologi informasi dalam memutuskan penerimaan teknologi informasi, dengan satu kepercayaan bahwa penggunaan teknologi informasi tersebut memberikan kontribusi positif bagi penggunanya. Seseorang mempercayai dan merasakan dengan menggunakan komputer sangat membantu dan mempertinggi prestasi kerja yang akan dicapainya, atau dengan kata lain orang tersebut mempercayai penggunaan teknologi informasi telah memberikan manfaat terhadap pekerjaan dan pencapaian prestasi kerjanya.

2.1.5. Kualitas Sistem

Kualitas sistem merupakan karakteristik dari informasi yang melekat mengenai sistem itu sendiri, DeLone dan McLean (1992). Demikian juga Jogiyantio (2007) menyatakan bahwa kualitas sistem digunakan untuk mengukur kualitas sistem informasi itu sendiri. Hal ini berarti kualitas sistem berkaitan dengan kemampuan teknis sistem informasi yang digunakan dalam memenuhi

kebutuhan pengguna (user). Istianingsih dan Wijanto (2008) menyebutkan kualitas sistem sebagai persepsi kemudahan penggunaan, merupakan karakteristik informasi yang melekat dalam sistem informasi serta merupakan persepsi pemakai atas rasa kemudahan dalam memahami sistem informasi yang digunakan.

Menurut Seddon (1997), kualitas sistem menyangkut ada atau tidaknya “kerusakan” pada sistem, kualitas user-interface yang baik, mudah digunakan,

(9)

software dalam sistem informasi, menyangkut performa dari sistem itu sendiri, yang merujuk pada seberapa baik kemampuan perangkat keras, perangkat lunak, dan prosedur dari sistem informasi dapat menyediakan informasi kebutuhan pengguna. Istianingsih dan Wijanto (2008) mengemukakan bahwa kesulitan teknis yang mengganggu dalam software, masalah interfacing dalam sistem, dan kesulitan dalam hardware dapat membuat pemakai frustrasi dan menurunkan tingkat kepuasan pemakai. Vladimir Zwass (1998) dalam Gondodiyoto (2007) mengungkapkan permasalahan kualitas sistem antara lain meliputi kegunaan yang rendah, kualitas data rendah, penyediaan informasi yang berkualitas rendah, biaya operasi sangat tinggi dan problem operasional yaitu sistem yang sering macet dan membutuhkan banyak waktu untuk perbaikannya.

Radityo dan Zulaikha (2007) mengemukakan bahwa semakin baik

kualitas sistem dan kualitas output sistem yang diberikan, misalnya dengan cepatnya waktu untuk mengakses dan kegunaan dari output sistem, akan menyebabkan pengguna tidak merasa enggan untuk melakukan pemakaian kembali (reuse), dengan demikian intensitas pemakaian sistem akan meningkat. Intensitas pemakaian sistem yang meningkat dapat dimaknai bahwa pemakaian yang dilakukan karena bermanfaat bagi pemakai. Besarnya manfaat yang diperoleh mengakibatkan pemakai akan lebih puas. Tjakrawala dan Cahyo (2010) menyimpulkan bahwa penekanan atas aspek kualitas sistem di dalam suatu pengimplementasian software akuntansi akan meningkatkan antusiasme penggunanya yang tercermin lewat meningkatnya nilai persepsi atas kualitas

(10)

2.1.6. Kualitas Informasi

Tujuan dari sistem informasi adalah menghasilkan informasi, informasi (information) merupakan data yang diolah menjadi bentuk yang berguna bagi para pemakainya, baik menyangkut pengelolaan dan keputusan rutin maupun bersifat strategi. DeLone dan McLean (1992) menyatakan bahwa kualitas informasi mengukur kualitas keluaran dari sistem informasi. Dengan demikian dapat diartikan bahwa kualitas informasi mengacu pada karakteristik informasi yang dihasilkan oleh suatu sistem informasi. Informasi yang berkualitas menunjukkan bahwa informasi yang disajikan sesuai dengan harapan dan kebutuhan pengguna (user)berdasarkan dimensi kualitas informasi. Gondodiyito (2007) menyebutkan

bahwa kualitas informasi yang dihasilkan sistem merupakan salah satu ukuran keberhasilan implementasi, sekaligus merupakan faktor yang

mempengaruhi kepuasan pengguna.

Informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi harus bermanfaat bagi kebutuhan organisasi dan keputusan yang diambil untuk masing-masing tingkat (level) manajemen. Menurut Jogiyanto (2003), karakteristik suatu informasi dapat berguna, maka informasi tersebut harus didukung oleh 3 pilar yakni, tepat kepada orangnya atau relevan (relevance), tepat waktu (timeliness) dan tepat nilainya atau akurat (accurate). Vladimir Zwass (1998) dalam Gondodiyoto menyebutkan bahwa ada 7 atribut-atribut kualitas informasi secara umum yaitu tepat waktu, meliputi semua keperluan, tidak meliputi elemen yang tidak diperlukan, berhubungan langsung dengan situasi, sesuai dengan realita dan bebas dari

(11)

Seddon (2007), menyatakan bahwa kualitas informasi menyangkut relevansi dari informasi, ketepatan waktu dan akurasi dari informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi. Tjakrawala dan Cahyo (2010) menyimpulkan bahwa penekanan atas aspek kualitas informasi di dalam suatu pengimplementasian software akuntansi akan meningkatkan kepuasan penggunanya yang tercermin lewat meningkatnya nilai kepuasan pengguna akhir, sehingga pada akhirnya memberikan kontribusi terhadap keberhasilan implementasi dari software akuntansi.

2.1.7. Pelatihan

Pelatihan (training) bagi pengguna (user) merupakan aktivitas implementasi yang vital dalam suatu organisasi yang akan menggunakan sebuah sistem informasi. Pelatihan dilaksanakan dalam upaya peningkatan kemampuan dan pengetahuan pengguna mengenai sistem informasi yang akan digunakan. Pelatihan menurut Mangkuprawira (2004) adalah sebuah proses mengajarkan pengetahuan dan keahlian tertentu serta sikap agar karyawan semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawab dengan semakin baik, sesuai dengan

standar. Menurut Choe (1996) dalam Komara (2005), pelatihan dan pendidikan pengguna merupakan usaha secara formal untuk tujuan transfer pengetahuan sistem informasi yang disyaratkan yang meliputi konsep-konsep sistem informasi, kemampuan teknis, kemampuan organisasi, dan pengetahuan mengenai produk-produk sistem informasi spesifik.

Sebagai bagian dari suatu pengembangan atau pembaharuan sebuah sistem informasi, pemberian pelatihan kepada pengguna atau calon pengguna perlu

(12)

pada waktu pengoperasiannya nanti. Sering terdapat user yang enggan untuk menghadapi kebiasaan baru, termasuk mengoperasikan software baru atau hasil pembaharuan yang tidak seperti biasanya mereka gunakan. Keengganan tersebut pada mumnya karena takut melakukan kesalahan ketika menjalankannya yang akan mengakibatkan kehilangan data atau bahkan merusak sistem. Oleh karena itu harus dipersiapkan suatu bentuk pelatihan kepada pengguna dengan tujuan

memberikan tata cara penanganan terhadap aplikasi baru tersebut, serta memahami bagaimana cara kerja program disetiap langkah yang akan mereka kerjakan. Selain itu, dengan adanya pelatihan dapat membangun rasa

percaya diri dari pengguna sehingga mengantisipasi timbulnya kecemasan dan penolakan dari pengguna (user) terhadap sistem informasi tersebut. Oleh karena itu, harus dipastikan bahwa para pengguna akhir terlatih untuk menjalankan

sistem informasi yang baru atau implementasinya akan gagal.

Shield (1995) dalam Latifah dan Sabeni (2007) berpendapat bahwa pelatihan dalam desain, implementasi dan penggunaan suatu inovasi seperti adanya sistem baru memberikan kesempatan bagi organisasi untuk dapat mengartikulasi hubungan antara implementasi sistem baru tersebut dengan tujuan organisasi serta menyediakan suatu sarana bagi pengguna untuk dapat mengerti, menerima dan merasa nyaman dari perasaan tertekan atau perasaan khawatir dalam proses implementasi. Menurut Kendall (2003), dalam memberikan pelatihan, ada beberapa indikator pelatihan yang sebaiknya dipenuhi, diantaranya

yaitu menetapkan sasaran yang jelas dan terukur, menggunakan metode pelatihan

(13)

memberikan keuntungan, pelatihan diberikan oleh ahli, materi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pemakai dan materi pelatihan disiapkan dengan baik.

2.2. Review Peneliti Terdahulu

Dalam penelitian ini peneliti menjadikan penelitian terdahulu sebagai bahan referensi yang akan memberikan tambahan pengetahuan dan membuka wawasan peneliti terhadap penelitian yang akan dilakukan.

Kurniati (2012) meneliti pengaruh faktor-faktor kesuksesan sistem informasi dan computer self-efficacy terhadap kepuasan pengguna SIMDA di Sulawesi Tengah. Variabel yang digunakan terdiri 3 variabel bebas yaitu kualitas sistem, kualitas informasi dan computerself-efficacy, kemudian variabel terikat yaitu kepuasan pengguna sistem informasi dan variabel intervening yaitu perceived usefulness. Populasi dalam penelitiannya adalah SKPD yang telah

menggunakan SIMDA lebih dari 3 tahun di Provinsi Sulawesi Tengah. Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode survei melalui kuesioner.

Data yang telah dikumpulkan diuji dengan mengggunakan analisis jalur. Hasil penelitiannya menunjukkan kualitas informasi, kualitas sistem, dan

computer self-efficacy berpengaruh signifikan positif terhadap perceived usefulness. Kualitas informasi berpengaruh signifikan positif terhadap kepuasan pengguna sistem informasi. Kualitas sistem dan computer self-efficacy tidak berpengaruh terhadap kepuasan pengguna sistem informasi. Perceived usefulness berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna sistem informasi.

(14)

digunakan terdiri 3 variabel bebas yaitu kualitas sistem informasi, kualitas informasi, dan perceived usefulness kemudian variabel terikat yaitu kepuasan pengguna. Populasi dalam penelitian adalah karyawan pada divisi akuntansi di hotel berbintang di Provinsi Bali yang terlibat langsung dalam penggunaan

software akuntansi yaitu Financial Controller, Chief Accounting, Credit Manager, Account Receivable, Income Audit, Accounting Payable,General

Cashier,Cost Control, Night Audit, Book Keeper. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas sistem informasi, kualitas informasi, dan

perceived usefulness berpengaruh positif pada kepuasan pengguna akhir sistem informasi.

Supada (2013) meneliti faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan

pemakai sistem informasi pada Unit Akuntansi Dinas Pendapatan Daerah Kota Depok. Variabel yang digunakan terdiri 4 variabel bebas yaitu

keterlibatan pemakai, faktor sosial, pelatihan dan dukungan manajemen, kemudian variabel terikat yaitu kepuasan pemakai SIA dan loyalitas pengguna SIA. Metode penelitian yang digunakan adalah metode riset lapangan, dimana penulis terlibat secara langsung dalam proses implementasi SIA, menyusun instrumen berupa kuesioner dan wawancara untuk mengetahui faktor-faktor yangdapat berpengaruh terhadap loyalitas penggunaan sistem informasi (SIA). Hasil dari penelitiannya menunjukkkan bahwa variabel pelatihan, faktor sosial dan dukungan manajemen puncak secara signifikan mempunyai hubungan dengan

(15)

lemah/tidak signifikan berhubungan dengan kepuasan pemakai, hal ini terutama disebabkan responden tidak dilibatkan/berperan dalam pengembangan sistem. Variabel kepuasan pemakai secara signifikan mempunyai hubungan dengan faktor dependen, yaitu loyalitas pemakai sistem informasi.

Darmawan (2010) meneliti pengaruh pentingnya sistem, kualitas sistem dan kualitas informasi terhadap kegunaan dan kepuasan pengguna dalam pengembangan sistem informasi manajemen keuangan daerah di Kabupaten Sragen. Variabel yang digunakan dalam penelitiannya terdiri tiga variabel bebas yaitu kualitas sistem, kualitas informasi dan pentingnya sistem, kemudian variabel terikat yakni kegunaan sistem dan kepuasan pengguna. Populasi dalam penelitian

adalah seluruh Aparat Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen. Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode survei melalui kuesioner.

Data yang telah dikumpulkan diuji dengan mengggunakan analisis jalur. Hasil penelitian yang diperoleh yakni pentingnya sistem dan kualitas informasi

tidak berpengaruh terhadap kepuasan pengguna, sementara kualitas sistem secara signifikan berpengaruh terhadap kepuasan pengguna. Kemudian, kualitas sistem dan pentingnya sistem secara signifikan berpengaruh positif terhadap kegunaan sistem, sementara kualitas informasi tidak berpengaruh terhadap kegunaan sstem, dan kegunaan sistem berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan pengguna.

Istianingsih dan Utami (2009) meneliti pengaruh kepuasan pengguna sistem informasi terhadap kinerja individu. Keberhasilan sistem informasi diuji dengan modifikasi keberhasilan sistem informasi dari DeLone dan McLean

(1992) dan Model Myers (1997). Variabel yang digunakan dalam penelitian terdiri

(16)

informasi, kepuasan pengguna, dan kinerja individu. Populasi dalam penelitian ini adalah pengguna paket program aplikasi sistem informasi akuntansi di indonesia. Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode survei melalui kuesioner. Data yang telah dikumpulkan diuji dengan mengggunakan bentuk Struktural Equation Model (SEM). Hasil penelitian yang diperoleh yakni kualitas layanan, kualitas sistem, kualitas informasi secara signifikan berpengaruh positif terhadap

kepuasan pengguna, dan kepuasan pengguna secara signifikan berpengaruh positif terhadap kinerja individu.

Istianingsih dan Wijanto (2008) meneliti pengaruh kualitas sistem informasi, perceived usefulness, dan kualitas informasi terhadap kepuasan pengguna akhir software akuntansi. Keberhasilan sistem informasi diuji dengan memodifikasi keberhasilan sistem informasi dari DeLone dan McLean (1992) dan

Model Seddon (1997). Variabel yang digunakan dalam penelitian terdiri dari kualitas sistem, kualitas informasi, perceived usefulness, dan kepuasan pengguna sistem informasi. Populasi dalam penelitian ini adalah para pengguna software akuntansi pada berbagai perusahaan di Indonesia. Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode survei melalui kuesioner. Data yang telah dikumpulkan diuji dengan mengggunakan bentuk Struktural Equation Model (SEM). Hasil penelitian yang diperoleh yakni kualitas sistem informasi dan kualitas informasi berpengaruh positif signifikan terhadap perceived usefulness, kualitas sistem informasi dan kualitas informasi berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan pengguna sistem informasi, kemudian perceived usefulness berpengaruh positif

(17)

Istianingsih dan Wijanto (2008) meneliti keberhasilan penggunaan perangkat lunak akuntansi ditinjau dari persepsi pemakai. Keberhasilan sistem

informasi diuji dengan modifikasi keberhasilan sistem informasi dari Seddon (1997). Variabel yang digunakan dalam penelitian terdiri atas lima

variabel yaitu kualitas sistem, kualitas informasi, persepsi manfaat, kepuasan pengguna akhir dan penggunaan sistem. Populasi dalam penelitian ini adalah para

pengguna software akuntansi pada berbagai perusahaan di Indonesia. Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode survei melalui kuesioner.

Data yang telah dikumpulkan diuji dengan mengggunakan bentuk Struktural Equation Model (SEM). Hasil penelitian yang diperoleh yakni kualitas sistem informasi dan kualitas informasi berpengaruh positif signifikan terhadap persepsi manfaat, kualitas sistem informasi dan kualitas informasi berpengaruh positif

signifikan terhadap kepuasan pengguna akhir, kemudian persepsi manfaat berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan pengguna akhir, namun kepuasan pengguna akhir tidak mempengaruhi penggunaan sistem.

Puspitasari (2007) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja sistem informasi akuntansi Pasar Swalayan ADA di Semarang. Variabel yang digunakan terdiri 3 variabel bebas yaitu, partisipasi user, program pelatihan dan dukungan manajemen puncak, kemudian variabel terikat yaitu kinerja sistem

informasi akuntansi yang diukur melalui kepuasan user dan pemakaian sistem. Populasi dalam penelitiannya adalah seluruh karyawan Pasar Swalayan ADA yang merupakan pengguna sistem dengan difokuskan kepada karyawan dari

(18)

dibagikan kepada responden. Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa faktor partisipasi user, program pelatihan dan dukungan manajemen puncak berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap kinerja sistem informasi akuntansi yang diukur melalui kepuasan user dan pemakaian sistem.

Livari (2005) melakukan penelitian dengan menggunakan model kesuksesan Delone dan McLean untuk menguji kesuksesan sistem informasi keuangan dan akuntansi Kota Oulu, Finlandia. Penelitian Livari (2005) menguji data longitudinal dari studi lapangan yang didapatkan dari sebuah organisasi kota praja. Hasil penelitian Livari (2005) menunjukkan kualitas sistem persepsian berpengaruh positif terhadap kepuasan pemakai, kualitas informasi persepsian berpengaruh positif terhadap kepuasan pemakai, kualitas sistem persepsian berpengaruh positif terhadap pengguna nyata, kepuasan pemakai berpengaruh

positif terhadap dampak individual, dan penggunaan nyata berpengaruh positif terhadap dampak individual. Sedangkan kualitas informasi persepsian tidak

berpengaruh terhadap pengguna nyata. Kepuasan pemakai juga tidak berpengaruh terhadap pengguna nyata, dan pengguna nyata tidak berpengaruh

terhadap kepuasan pemakai.

Seddon dan Kiew (1996) melakukan penelitian pada pengguna Departmental Accounting System (DAS) dengan menggunakan dua metode analisis, yakni ordinary least squares (OLS) linear regressions dan structural equation method (SEM). Variabel yang digunakan dalam penelitiannya terdiri dari

kualitas sistem, kualitas informasi, kegunaan, dan kepuasan pengguna.

(19)

kegunaan sistem berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna, pentingnya sistem berpengaruh terhadap kegunaan sistem, dan pentingnya sistem tidak berpengaruh terhadap kepuasan pengguna.

Adapun nama peneliti, topik, variabel yang digunakan dan hasil penelitian

yang diperoleh penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai referensi dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian

Kurniati

(2012) Pengaruh Faktor-Faktor Kesuksesan

Sistem Informasi

Kualitas sistem informasi, kualitas informasi, dan

perceived usefulness

(20)

Hari Supada

(2013) Analisis Faktor-Faktor Yang

Berpengaruh

(2010) Pengaruh Pentingnya Sistem,

(21)

Istianingsih dan

2.Kualitas sistem dan

kualitas informasi secara signifikan berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna akhir.

3.Persepsi manfaat secara

signifikan berpengaruh

(2007) Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi

Partisipasi user, program

(22)

1. Actual use; 2. User satisfaction; 3. Individual impact

3.Information quality tidak berpengaruh terhadap

Gambar

Gambar 2.1 Model Kesuksesan Sistem informasi DeLone & McLean (1992)
Gambar 2.2. Model Kesuksesan Sistem informasi Seddon (1997)
Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telahmemberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi iniyang merupakan tugas

[r]

Dengan demikian, untuk menggambar grafik garis lurus pada bidang Cartesius dapat dilakukan dengan syarat minimal terdapat dua titik yang memenuhi garis tersebut, kemudian menarik

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai diagnostik NGAL serum dibandingkan Cystatin C serum dalam mendeteksi cedera ginjal akut (CGA) pada pasien

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang brejudul

[r]

Dengan kata lain, jika pembilang dan penyebut suatu pecahan memiliki faktor yang sama kecuali 1 maka pecahan tersebut dapat disederhanakan.. Hal ini juga berlaku pada pecahan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi mahasiswa angkatan 2014/2015 program studi bimbingan dan konseling terhadap perilaku mencontek diperoleh nilai 65,79 %