BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Meluasnya penggunaan pestisida oleh petani, perkebunan besar dan masyarakat menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan. Penggunaan pestisida dapat memberikan berbagai efek ekologis yang merugikan termasuk penyakit akut pada manusia, ikan, membunuh satwa liar, kegagalan reproduksi pada burung dan penurunan fungsi hutan (Ogot et al. 2013).
Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa hanya 2-3% dari pestisida kimia secara efektif digunakan untuk mencegah, mengendalikan dan membunuh hama, sedangkan sisanya tetap berada di lingkungan. Permukaan tanah yang mengandung residu pestisida dapat meracuni lingkungan sekitarnya. Saat ini, limbah pestisida banyak dikelola dengan metode kimia-fisika yang tidak efisien dan efektif. Akibatnya, residu pestisida tetap berada di lingkungan air-tanah menjadi racun untuk biota dan selanjutnya masuk ke dalam rantai makanan. Oleh karena itu perlu dicari cara lain dalam mengelola limbah pestisida. Pendekatan biologis dengan menggunakan mikroba yang memiliki kemampuan degradatif dianggap pilihan yang paling efisien dan hemat biaya untuk membersihkan wilayah yang terkontaminasi pestisida. Cara ini disebut juga sebagai bioremediasi lingkungan tercemar (Massiha et al. 2011).
Mikroorganisme yang ada di lingkungan terpapar oleh minyak bumi mampu mendegradasi hidrokarbon dengan menghasilkan metabolit berupa biosurfaktan, biopolimer, asam, biomassa dan gas. Biosurfaktan merupakan surfaktan yang dihasilkan oleh metabolisme mikroorganisme. Bakteri penghasil biosurfaktan antara lain Pseudomonas aeruginosa, Pseudomonas fluorescens,
Bacillus cereus, Bacillus thuringiensis, Bacillus sphaericus (Banat, 1995).
Beberapa penelitian mengenai bakteri penghasil biosurfaktan dan kemampuannya dalam mendegradasi pestisida telah dilakukan, diantaranya Sihombing (2015) menyatakan bahwa terdapat isolat bakteri lokal dari Laut Belawan yang mampu mendegradasi herbisida berbahan aktif glifosat. Fadhilah
1
(2015) dan Zupliker (2015), juga telah mempelajari bakteri penghasil surfaktan
yang mampu mendegradasi pestisida berbahan aktif karbofuran. Bakteri-bakteri tersebut terbukti mampu mendegradasi pestisida ditandai berkurangnya konsentrasi dari senyawa aktif pestisida.
Untuk memaksimalkan kinerja dari bakteri dalam mendegradasi cemaran pestisida dapat dilakukan dengan cara imobilisasi bakteri. Bayat et al. (2015) dan Martins et al. (2013) menjelaskan bahwa ada banyak keunggulan dari sistem imobilisasi sel yang telah dilaporkan, berikut beberapa diantaranya: dapat menyediakan angka biomassa yang tinggi, dapat digunakan secara berulang-ulang, mengurangi tercucinya sel pada proses yang membutuhkan tingkat kelarutan yang tinggi, volume produktifitas yang besar, menyediakan kondisi lingkungan mikro yang sesuai bagi bakteri, memperkuat stabilitas genetik, memperkuat resistensi terhadap bahan kimia beracun, pH, suhu dan logam berat.
1.2.Permasalahan
Sejauh ini telah dilakukan kajian mengenai biodegradasi pestisida berbahan aktif karbofuran menggunakan bakteri penghasil biosurfaktan.Namunterdapat beberapa kendala yaitu viabilitas, efektifitas dan efisiensi dari bakteri yang digunakan masih terbatas. Untuk memaksimalkan efektifitas bakteri dan kemampuannya dalam mendegradasi residu pestisida maka perlu dilakukan imobilisasi sel bakteri. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang viabilitas bakteri terimobilisasi dalam dua bahan penyalut dan mengetahui
kemampuannya dalam mendegradasi pestisida secara in-vitro.
1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini ialah:
a. Untuk mengetahui viabilias bakteri terimobilisasi dalam beberapa bahan
penyalut.
b. Untuk mengetahui karakteristik dari bahan penyalut yang digunakan.
c. Untuk mengetahui kemampuan bakteri terimobilisasi dalam mendegradasi
pestisida secara in-vitro.
d. Untuk mengetahui bahan penyalut yang lebih baik untuk digunakan. 2
1.4.Hipotesis
Bakteri terimobilisasi memiliki viabilitas dan kemampuan yang baik dalam mendegradasi pestisida bila dibandingkan dengan sel bebas.
1.5.Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini ialah:
a. Memberikan informasi mengenai karakteristik dari bahan penyalut.
b. Memberikan informasi mengenai viabilias bakteri terimobilisasi dalam dua
bahan penyalut.
c. Memberi informasi mengenai kemampuan bakteri terimobilisasi dalam
mendegradasi pestisida secara in-vitro.
d. Dapat diketahui teknik imobilisasi yang paling baik untuk diterapkan dalam
aplikasi untuk bioremediasi lingkungan tercemar pestisida.
3