• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Struktur Atas Jembatan Gantung Pejalan Kaki Di Desa Aek Libung, Kecamatan Sayur Matinggi, Kabupaten Tapanuli Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Struktur Atas Jembatan Gantung Pejalan Kaki Di Desa Aek Libung, Kecamatan Sayur Matinggi, Kabupaten Tapanuli Selatan"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum

Jembatan adalah suatu bangunan yang memungkinkan suatu jalan

menyilang sungai atau saluran air, lembah atau menyilang jalan lain yang tidak

sama tinggi permukaannya. Secara umum suatu jembatan berfungsi untuk

melayani arus lalu lintas dengan baik, dalam perencanaan dan perancangan

jembatan sebaiknya mempertimbangkan fungsi kebutuhan transportasi,

persyaratan teknis dan estetika-arsitektural yang meliputi: Aspek lalu lintas,

Aspek teknis, Aspek estetika (Supriyadi dan Muntohar, 2007).

Sejarah jembatan sudah cukup tua bersamaan dengan terjadinya hubungan

komunikasi atau transportasi antara sesama manusia dan antara manusia dengan

alam lingkungannya. Macam dan bentuk serta bahan yang digunakan mengalami

perubahan sesuai dengan kemajuan jaman dan teknologi, mulai dari yang

sederhana sekali sampai pada konstruksi yang mutakhir. Mengingat fungsi dari

jembatan yaitu sebagai penghubung dua ruas jalan yang dilalui rintangan, maka

jembatan dapat dikatakan merupakan bagian dari suatu jalan, baik jalan raya atau

jalan kereta api.

Jembatan mempunyai arti penting bagi setiap orang. Akan tetapi tingkat

kepentingannya tidak sama bagi tiap orang, sehingga akan menjadi suatu bahan

studiyang menarik. Suatu jembatan tunggal diatas sungai kecil akan dipandang

berbeda oleh tiap orang, sebab penglihatan dan pandangan masing-masing orang

(2)

iamenyatakan bahwa jembatan adalah sebuah jalan yang diberi sandaran pada

tepinya. Tentunya bagi seorang pemimpin pemerintahan dan dunia bisnis akan

memandang hal yang berbeda pula. Dari keterangan diatas, dapat dilihat bahwa

jembatan merupakan suatu system transportasi untuk tiga hal, yaitu:

1. Merupakan pengontrolan kapasitas dari sistem,

2. Mempunyai biaya tertinggi per mil dari sistem,

3. Jika jembatan runtuh, sistem akan lumpuh.

Macam-macam jembatan berdasarkan jenis daerah yang dilaluinya dapat

dilihat pada Gambar 2.1, Gambar 2.2, Gambar 2.3. dan Gambar 2.4.

Gambar 2.1 Jembatan Diatas Jalan. Gambar 2.2 Jembatan Diatas Rel Kereta Api.

(3)

2.2 Pengertian Jembatan Gantung

Jembatan gantung adalah jembatan yang berfungsi sebagai pemikul

langsung beban lalu lintas yang melewati jembatan tersebut, terdiri dari lantai

jembatan, gelagar pengaku, batang penggantung, kabel pemikul dan pagar

pengaman. Seluruh beban lalu lintas dan gaya-gaya yang bekerja dipikul oleh

sepasang kabel pemikul yang menumpu di atas 2 pasang menara dan 2 pasang

blok angkur (Surat Edaran Menteri PU, 2010). Tipe jembatan ini sering digunakan

untuk jembatan bentang panjang. Pertimbangan pemakaian tipe jembatan

gantung adalah dapat dibuat untuk bentang panjang tanpa pilar ditengahnya.

Jembatan gantung terdiri atas pelengkung penggantung dan batang

penggantung (hanger) dari kabel baja, dan bagian yang lurus berfungsi

mendukung lalu lintas (dek jembatan). Selain bentang utama, biasanya jembatan

gantung mempunyai bentang luar (side span) yang berfungsi untuk mengikat dan

mengangkerkan kabel utama pada blok angker. Walaupun pada kondisi tertentu

terdapat keadaan dimana kabel utama dapat langsung diangkerkan pada ujung

jembatan dan tidak memungkinkan adanya bentang luar, bahkan kadangkala tidak

membutuhkan dibangunnya pilar.

Jembatan Gantung merupakan salah satu tipe jembatan yang sering

digunakan untuk jembatan pejalan kaki dengan bentang panjang. Jembatan

gantung pejalan kaki adalah jenis Jembatan gantung yang hanya boleh dilewati

oleh lalu lintas pejalan kaki, dan kendaraan ringan seperti sepeda, gerobak, motor

dan maksimum kendaraan bermotor ringan dengan roda tiga dalam keadaan

(4)

Jenis Jembatan Gantung(Suspension Bridge) dibagi berdasarkan aspek

tertentu. Berkaitan dengan bentang luar (side span) terdapat jenis bentuk struktur

jembatan gantung sebagai berikut:

1. Bentuk bentang War bebas (side span free)

Pada jenis jembatan ini bentang luardan kabel utama tidak menahan atau

dihubungkan dengan lantai jembatan oleh hanger (penggantung), jadi tidak ada

hanger pada bentang luar. Disebut juga dengan tipe straight backstays atau kabel

utama pada bentang luar berbentuk lurus.

2. Bentuk bentang luar digantungi (side span suspended)

Pada jembatan gantung bentuk ini kabel utama pada bentang luar menahan

struktur lantai jembatan dengan dihubungkan oleh hanger.

Sedangkan menurut Steiveman (1953) membedakan jembatan gantung menjadi 2

jenis yaitu:

a. Jembatan gantung tanpa pengaku

Jembatan gantung tanpa pengaku adalah tipe jembatan gantung dimana

seluruh beban sendiri dan lalu lintas didukung penuh oleh kabel. Hal ini

dikarenakan tidak terdapatnya elemen struktur kaku pada jembatan. Jembatan

gantung tanpa pengaku hanya digunakan untuk struktur yang sederhana (bukan

untuk struktur yang rumit dan berfungsi untuk menahan beban yang terlalu berat),

karena tidak adanya pendukung lantai jembatan yang kaku atau kurang memenuhi

syarat untuk diperhitungkan sebagai struktur kaku/balok menerus.

(5)

Jembatan dengan pengaku adalah tipe jembatan gantung dimana pada salah

satu bagian stukturnya mempunyai bagian yang lurus yang berfungsi untuk

mendukung lantai lalu lintas(dek). Dek pada jembatan gantung jenis ini biasanya

berupa struktur rangka, yang mempunyai kekuatan EI tertentu.Jembatan gantung

dengan pengaku mempunyai dua dasar bentuk umum, yaitu:

- Tipe rangka batang kaku (stiffening truss)

Pada tipe ini jembatan mempunyai bagian yang kaku atau diperkaku

yaitu pada bagian lurus pendukung lantai jembatan atau dek yang dengan

hanger dihubungkan dengan kabel utama.

- Tipe rantai kaku (braced chain)

Pada tipe ini bagian yang kaku atau diperkaku adalah bagian yang

berfungsi sebagai kabel utama.

Gambar 2.5 Tipe Stiffening Truss

(6)

Keunggulan jembatan gantung dibandingkan dengan jembatan lainnya,

antara lain, memiliki nilai estetika dan memiliki bentang relatif panjang untuk

melewati sungai atau jurang dimana pemasangan tiang-tiang penyangga secara

menerus dengan bentang pendek tidak dimungkinkan(Anggraeni I.,2008). Tipe

jembatan ini mampu digunakan pada bentang 100 – 2000 m. Dimana lebar untuk

jalan masuk dan lintasan untuk tipe jembatan pejalan kaki yang berbeda dan

tingkat-tingkat lalu lintas terdiri dari dua lebar standar, yaitu:

a. 1 m sampai dengan 1,4 m untuk pejalan kaki,sepeda, hewan

ternak,sekawanan hewan,gerobak dorong beroda satu dan beroda dua,

dan motor (jembatan pejalan kaki kelas II).

b. 1,4 m sampai dengan 1,8 m untuk kendaraan yang ditarik hewan

dankendaraan bermotor ringan dengan maksimum roda tiga (jembatan

pejalan kaki kelas I).

Lebar ini hanya akan memberikan akses satu arah pada beberapa tipe

lalulintas danperingatan yang sesuai harus diletakkan pada setiap ujung jembatan.

Untuk jembatan kelasI dianjurkan agar lantai jembatan dibuat dengan lebar 1,8 m

untuk memberikan akseskendaraan bermotor ringan dengan maksimum roda tiga,

tetapi kendaraan yang lebih besarharus dicegah, misalnya dengan memasang tiang

besi atau patok di ujung jembatan.

(7)

Komponen- komponen Jembatan gantung pejalan kaki dapat kita lihat

seperti gambar dibawah ini :

Komponen atau bagian-bagian jembatan meliputi komponen struktur atas,

komponen struktur bawah, dan bangunan pelengkap jembatan.

a. Komponen utama bangunan atas jembatan (upper structure) meliputi : • Lantai jembatan (dek)

berfungsi untuk memikul beban lalu lintas yang melewati jembatan

serta menyalurkan beban dan gaya-gaya tersebut ke gelagar melintang. • Gelagar melintang (cross girder)

berfungsi sebagai pemikul lantai dan sandaran serta menyalurkan

beban dan gaya-gaya tersebut ke gelagar memanjang. • Gelagar memanjang (stringer)

berfungsi sebagai pemikul gelagar serta menyalurkan beban dan

gaya-gaya tersebut ke batang penggantung. • Batang penggantung

(8)

berfungsi sebagai pemikul gelagar utama serta melimpahkan

beban-beban dan gaya-gaya yang bekerja ke kabel utama. • Kabel utama (main cable)

berfungsi sebagai pemikul beban dan gaya-gaya yang bekerja pada

batang penggantung serta melimpahkan beban dan gaya-gaya tersebut

ke menara pemikul dan blok angkur. • Pagar pengaman

berfungsi untuk mengamankan pejalan kaki. • Kabel ikatan angin

berfungsi untuk memikul gaya angin yang bekerja pada bangunan

atas. Pertambatan angin (bracing) • Menara

berfungsi sebagai penumpu kabel utama dan gelagar utama, serta

menyalurkan beban dan gaya-gaya bekerja melalui struktur pilar ke

fondasi.

b. Komponen utama bangunan bawah jembatan (substructure) meliputi : • Blok angkur

merupakan tipe gravitasi untuk semua jenis tanah yang berfungsi

sebagai penahan ujung-ujung kabel utama serta menyalurkan

gaya-gaya yang dipikulnya ke fondasi. • Pondasi menara dan fondasi angkur

berfungsi sebagai pemikul menara dan blok angkur serta

melimpahkan beban dan gaya-gaya yang bekerja ke lapisan tanah

(9)

c. Bangunan pelengkap jembatan meliputi : • Tembok samping dan tembok muka

• Dinding penahan tanah (retaining wall)

• Pelindung lereng (slope protection)

• Pelindung erosi dan gerusan (scouring)

2.5 Lokasi Dan Elevasi Jembatan Gantung 2.5.1 Lokasi Jembatan

Dalam pemilihan lokasi jembatan pejalan kaki harus mempertimbangkan

aspek ekonomis, teknis, dan kondisi lingkungan yang antara lain terdiri dari :

a. Biaya pembuatan jembatan harus seminimal mungkin.

b. Mudah untuk proses pemasangan dan perawatan.

c. Mudah diakses dan memberikan keuntungan untuk masyarakat yang akan

menggunakannya.

d. Berada pada daerah yang memiliki resiko minimal terhadap erosi aliran

sungai.

Proses pemilihan juga harus mempertimbangkan keseluruhan pemasangan

jembatan maupun jalan masuk. Faktor-faktor berikut ini perlu dipertimbangkan:

a. Panjang bentang terpendek yang mungkin dari jembatan.

b. Jembatan pejalan kaki harus berada pada bagian lurus dari sungai atau arus,

jauh daricekungan tempat erosi dapat terjadi.

c. Pilih lokasi dengan kondisi fondasi yang baik untuk penahan kepala

(10)

d. Lokasi harus sedekat mungkin dengan jalan masuk yang ada atau lintasan

lurus.

e. Lokasi harus memberikan jarak bebas yang baik untuk mencegah banjir dan

harusmeminimalisasi kebutuhan untuk pekerjaan tanah pada jalan masuk

untuk menaikkan permukaan pada jembatan.

f. Arus sungai harus memiliki penguraian yang baik dan jalan aliran yang

stabil denganresiko yang kecil dari perubahan karena erosi.

g. Lokasi harus terlindung dan seminimal mungkin terkena pengaruh angina.

h. Lokasi harus memberikan jalan masuk yang baik untuk material dan

pekerja.

i. Akan sangat membantu bila terdapat penyedia material setempat yang

mungkindigunakan dalam konstruksi seperti pasir dan batu.

j. Lokasi harus mendukung masyarakat setempat.

2.5.2 Elevasi Jembatan

Utuk elevasi lantai jembatan ditentukan oleh jarak bebas dan tinggi banjir

dengan periode ulang 20 tahun.

1. Jarak bebas

Jarak bebas yang dianjurkan adalah:

a. Pada daerah yang agak datar ketika air banjir dapat menyebar ke batas

ketinggianpermukaan air dianjurkan jarak bebas minimum 1 m.

b. Pada daerah berbukit dan memiliki kelandaian lebih curam ketika

(11)

bebas lebih dari 5 mdisarankan untuk daerah berbukit dengan arus sungai

yang mengalir pada tepi jurangyang curam.

Faktor kritis lain dari jarak bebas untuk perahu dan lokasi dari kepala

jembatan juga perludiperiksa untuk melihat kriteria mana yang mengatur tinggi

minimum lantai jembatan.

2. Tinggi banjir

Tinggi banjir rata-rata dapat diamati dengan:

a. Observasi tempat yang ditandai oleh material yang tertahan pada

tumbuhan, jenis arus, endapan pasir/tanah.

b. Diskusi dengan masyarakat setempat.

c. Data muka air banjir tertinggi.

Penentuan ketinggian lantai jembatan ditunjukkan pada Gambar 1.

2.6 Pembebanan Jembatan Gantung Pejalan Kaki

Spesifikasi pembebanan yang membahas masalah beban dan aksi-aksi

lainnya yang akandigunakan dalam perencanaan jembatan pejalan kaki dan

(12)

untuk Jembatan (RSNI T-02-2005) yang merupakan revisi dari SNI 03-1725-1989

(Tata Cara Pembebanan Jembatan Jalan Raya).

Jembatan pejalan kaki harus kuat dan kaku (tanpa lendutan yang berlebih)

untuk menahan beban berikut:

2.6.1 Beban Vertical

Beban vertikal rencana adalah kombinasi dari beban mati dan beban hidup

terbesar yang diperkirakan dari pengguna jembatan.Beban vertikal berupa:

1. Beban mati dari berat sendiri jembatan.

Berat sendiri ( self weight ) adalah berat bahan dan bagian jembatan yang

merupakan elemen struktural, ditambah dengan elemen non-struktural yang

dipikulnya dan bersifat tetap. Dalam menentukan besarnya muatan mati

harus dipergunakan nilai berat volume untuk bahan-bahan bangunan.

2. Beban hidup dari pengguna jembatan.

Ada dua aspek beban hidup yang perlu dipertimbangkan:

a. Beban terpusat pada lantai jembatan jembatan akibat langkah kaki

manusia untuk memeriksa kekuatan lantai jembatan;

b. Beban yang dipindahkan dari lantai jembatan ke batang struktur

yang kemudian dipindahkan ke tumpuan jembatan. Aksi beban ini

akan terdistribusi pendek atau menerus sepanjang batang-batang

longitudinal yang menahan lantai jembatan.

Beban hidup yang paling kritis yang dipikul karena pengguna jembatan

pejalan kaki ditunjukkan pada Tabel 1. Dipertimbangkan bahwa beban

(13)

5 kPa memberikan batas yang cukup untuk keselamatan untuk semua

pengguna biasa dari jembatan pejalan kaki.

Kelas Pengguna Lebar Beban Terpusat

Beban Pejalan Kaki Kelas I

(beban hidup

ringan pada satu

bentang jembatan)

5 kPa 1/200 L

Jembatan Gantung Pejalan Kaki Kelas II

(beban hidup dibatasi

hanya untuk pejalan

kaki dan sepeda motor)

1,4 m

4 kPa 1/100 L

Keterangan :

L adalah bentang utama jembatan

(14)

2.6.2 Beban Samping

Beban samping disebabkan oleh:

a. Tekanan angina.

b. Gempa.

c. Pengguna yang bersandar atau membentur pagar keselamatan.

d. Benturan ringan yang diakibatkan oleh batuan-batuan yang terbawa

oleh sungai/arus.

Jika benturan keras dari objek yang lebih besar pada aliran air yang cepat

maka jarak bebas lantai jembatan harus ditambah untuk mengurangi resiko

benturan dan kerusakan.Beban samping yang harus dipertimbangkan dalam desain

adalah beban angin yang terjadi pada sisi depan yang terbuka dari batang-batang

jembatan dan beban yang diakibatkan oleh pengguna yang bersandar atau

membentur pagar keselamatan dan tiangtiang penahan. Benturan dari

batuan-batuan tidak akan terjadi jika ada jarak bebas yang memadai di bawah jembatan.

Standar perencanaan untuk jembatan pejalan kaki mempertimbangkan

standar perencanaan kecepatan angin 35 m/detik, yang mengakibatkan tekanan

seragam pada sisi depan yang terbuka dari batang-batang jembatan dari 130

kg/m2. Karena tidak mungkin lalu lintas di atas jembatan pada angin yang besar,

beban angin dipertimbangkan terpisah dari beban hidup vertikal.

Beban gempa dihitung secara statik ekuivalen dengan memberikan beban

lateral di puncak menara sebesar 15% sampai dengan maksimum 20% beban mati

pada puncak menara. Beban gempa tidak dihitung bersamaan dengan beban angin

(15)

2.7 Perencanaan Jembatan Gantung Pejalan Kaki

Standar perencanaan jembatan menetapkan kriteria perencanaan yang perlu

dipertimbangkan untuk memastikan bahwa jembatan pejalan kaki aman dan sesuai

untuk pengguna.

2.7.1 Kekuatan

Batang-batang jembatan harus cukup kuat untuk menahan beban hidup dan

beban mati yang didefinisikan di atas dengan batas yang cukup untuk keselamatan

untuk mengizinkan beban yang tidak terduga, properti material, kualitas

konstruksi, dan pemeliharaan.

2.7.2 Lendutan

Jembatan pejalan kaki tidak boleh melendut untuk batas yang mungkin

menyebabkan kecemasan atau ketidaknyamanan untuk pengguna atau

menyebabkan batang-batang yang terpasang menjadi tidak rata. Batas maksimum

untuk balok dan rangka batang jembatan pejalan kaki ditunjukkan pada Tabel 1.

Batasan ini adalah lendutan maksimum pada seperempat bentang jembatan

pejalan kaki ketika dibebani oleh beban hidup asimetris di atasnya.

2.7.3 Beban dinamik

Pada jembatan pejalan kaki dapat saja terjadi getaran akibat angin atau

(16)

2.8 Persyaratan Bahan

Ada 4 bahan pokok yang diginakan dalam perencanaan jembatan gantung

yaitu beton, baja, kabel dan kayu. Standar persyaratan yang digunakan untuk ke 4

bahan tersebut yaitu antara lain :

2.8.1 Beton

Mutu beton harus sesuai dengan SNI 03-1974 seperti tampak pada Tabel 2.

Jenis Beton

Mutu Beton Ukuran

agregat maksimum

(mm)

(17)

Mutu Sedang

a. Penyimpanan bahan

Baja, baik ketika pabrikasi di bengkel maupun di lapangan, harus

ditumpuk di atas balokpengganjal atau landasan sedemikian rupa sehingga

tidak bersentuhan dengan tanah.Jika baja ditumpuk dalam beberapa lapis,

pengganjal untuk semua lapis harus beradadalam satu garis.

(18)

1. Permukaan yang akan dicat harus bersih dan bebas dari lemak, debu,

produkkorosi, residu, garam dan sebagainya.

2. Perbaikan lapis pelindung struktur baja;Bahan pelindung untuk

struktur baja yang akan dilapis ulang dengan lapispelindung harus

disesuaikan dengan jenis bahan dasar struktur baja yang telahdiberi

lapisan pelindung. Sebelum dilakukan pelapisan ulang, struktur baja

harusdibersihkan terlebih dahulu sampai kondisi permukaan tertentu

sesuai dengankondisi kerusakan pada lapisan tersebut.

c. Baja struktur.

Baja yang digunakan sebagai bagian struktur baja harus mempunyai sifat

mekanis bajastruktural seperti dalam Tabel 2.3.

Jenis Baja

Kabel merupakan bahan atau material utama dalam struktur jembatan

(19)

berubah bentuk drastis apabila pembebanan berubah. Dalam hal pemakaiannya

kabel berfungsi sebagai batang tarik. Karakteristik kabel kaitannya dengan

struktur jembatan gantung antara lain:

a. Mempunyai penampang yang seragam / homogen pada seluruh bentang.

b. Tidak dapat menahan momen dan gaya desak.

c. Gaya – gaya dalam yang bekerja selalu merupakan gaya tarik aksial.

d. Bentuk kabel tergantung pada beban yang bekerja padanya.

e. Bila kabel menderita beban terbagi rata, maka wujudnya akan merupakan

lengkungan parabola.

f. Pada jembatan gantung kabel menderita beberapa beban titik sepanjang

beban mendatar.

g. Kabel utama yang digunakan berupa untaian (strand). Jenis-jenis kabel

ditunjukkan dalam Gambar 4.

h. Kabel dengan inti yang lunak tidak diizinkan digunakan pada jembatan

gantung ini.

i. Kabel harus memiliki tegangan leleh minimal sebesar 1500 MPa.

j. Batang penggantung menggunakan baja bundar sesuai spesifikasi baja

seperti tampak pada Tabel 3.

k. Kabel ikatan angin menggunakan baja bundar sesuai spesifikasi baja

(20)

2.8.4 Kayu

a. Persyaratan bahan

Jenis bahan kayu yang akan digunakan sebagai struktur utama jembatan

kayu harus mempunyai mutu minimum sama dengan kayu kelas II yang sudah

diawetkan dengan kuat lentur minimum 85 kgf/cm2.

b. Bahan pendukung

Material pendukung mencakup pelat baja pengaku, baut sambungan, paku,

klem sertabahan-bahan lain yang diperlukan dalam pekerjaan struktur kayu.

c. Bahan Pelindung

Material pelindung dapat berupa cat dan bahan anti serangga.

2.9 Gaya Tarik Kabel Utama

(21)

1. akibat beban hidup merata penuh

H1 =��2

8�………...…. (2.1)

2. akibat beban hidup tidak simetris pada setengah bentang

H1 =(�⁄ �2) 2

8� ……… (2.2)

3. akibat beban mati

H1 =��2

8� ……….. (2.3)

Keterangan:

H1, H2, H3 adalah komponen horizontal gaya tarik (kN)

P adalah beban hidup merata (kN/m)

w adalah berat sendiri struktur (kN/m)

L adalah bentang utama (m)

d adalah cekungan kabel di tengah bentang (m)

Besarnya cekungan kabel (d) berkisar antara 1/8 L sampai dengan 1/11 L

Kabel utama dan backstay dihitung berdasarkan gaya tarik T maksimum:

untuk backstay :

T = �

����………... (2.4)

Atau untuk kabel utama :

T = ���

�………... (2.5)

Keterangan:

H adalah komponen horizontal gaya tarik, yang merupakan nilai maksimum

(22)

θ adalah sudut kabel di menara antara horizontal dan kabel bentang utama

φ adalah sudut kabel di menara antara horizontal dan kabel angkur.

Perubahan panjang kabel diantara dua tumpuan (ΔL) adalah sebagai hasil dari

pemanjangan elastis. Gelinciran sadel, atau perubahan suhu, sedangkan akibat dari

lendutan pilar dan lendutan kabel perubahan panjang bentang adalah (ΔL). Dan Δf

adalah perubahan simpangan (sag) kabel.

ΔH =�

�� ��

�� (2.6)

Dimana

E : koefisien elastis kabel

A : luas penampang kabel

Untuk perubahan kecil dari slag kabel Δf,

ΔH =−�

��Δf (2.7)

2.10 Lendutan

Lendutan akibat beban hidup merata yang bekerja pada seperempat bentang

utama, dihitung berdasarkan pembagian beban antara gelagar pengaku sebesar (1-α )dan kabel utama sebesar (α):

Δ’ = 5(1−�)��4

(23)

Δ = �(�⁄8)

�+�(�⁄2) � ………... (2.9)

Keterangan:

Δ’ adalah lendutan gelagar pengaku pada seperempat bentang (m)

Δ adalah lendutan kabel pada seperempat bentang (m)

α adalah fraksi beban yang menunjukkan proporsi beban hidup yang ditahan

oleh kabel, yang besarnya diperoleh dari Δ’ = Δ

2.10.1 Lendutan Akibat Beban Asimetris

Lendutan terbesar dari kabel akibat beban asimetris dihasilkan oleh beban

terbagi merata menerus, memanjang untuk jarak kl dari tumpuan (Gambar 2.10).

�= �′

Dari persamaan = �′

�, titik terendah dari kelengkungan kabel terletak pada ��′

�� = 0 ketika titik puncak v terletak disebelah kiri dari tepi beban/pembebana

(E).

��′ �� =

2(� −2�) + 1 2��

2= 0 (2.10)

(24)

bergerak menyentuh titik terendah v. Bila nilai ini disubsitusikan kepersamaan

(2.10) maka akan diperoleh :

� = −� +�� +� (2.11)

Selanjutnya penyimpangan terbesar dari puncak v dari pusat bentang c

adalah (lihat Gambar 2.10)

� � =

1 2+

� � − �

� � +

�2

�2 (2.12)

Kelengkungan total kabel kenyataannya tidak berubah untuk semua harga

p/w. Oleh karen itu naiknya atau terangkatnya kabel pada tengah bentangakan

bernilai :

∆� =� 2�

1+2�� �� (2.12)

2.10.2Lendutan Akibat Beban Simetris

Harga lendutan yang diakibatkan oleh perubahan kurva kabel dihitung

dengan mengakibatkan adanya pemanjangan kabel atau adanya lendutan pada

sadel (tumpuan diatas menara).

(25)

Lendutan vertikal maksimum ditengah bentang akan terjadi ketika kabel

pada bagian tengah tertentu sepanjang kl dikenai beban hidup terbagi merata (p).

Termasuk beban mati (w) yang terdapat disepanjang bentang.

�′ ��

8�+

��2

8� (2�) (2.13)

Dari persamaan untuk panjang kabel pada keadaan awal dan setelah

melendut akibat adanya beban, secara terpisah panjangnya ditentukan oleh

persamaan (2.14) dan dengan q=p/w, didapatkan :

� =� �1 +8�2

3 �=�+

�23

24�2(1 + 3��+ 3�

23− ��3223) (2.14)

Selanjutnya penyelesaian persamaan diatas untuk harga H, dan

disubstitusikan kepersamaan (2.13), akan didapatkan :

�′ � =

1+2�� −��2

(1+3��+3�2�3−��3−2�3�3)1/2 (2.15)

Dari pendiferensialan persamaan (2.15) untuk harga k, didapatkan harga

maksimum dari f’ sebagai berikut :

��4(1 + 2) + 23(1− �) + 32(1− �)4+ 1 = 0 (2.16)

Dengan mensubstitusikan harga k dari persamaan (2.16) kepersamaan (2.15)

didapat harga-harga lendutan ∆f=f’-f

2.11 Sistem Kabel

Kabel merupakan bahan atau material utama dalam struktur jembatan

gantung. Karakteristik kabel kaitannya dengan struktur jembatan gantung antara

lain:

(26)

• Gaya-gaya dalam yang bekerja selalu merupakan gaya tarik aksial,

• Bentuk kabel tergantung pada beban yang bekerja padanya,

• Bila kabel menderita beban terbagi merata, maka wujudnya akan

merupakan lengkung parabola,

• Pada jembatan gantung kabel menderita beberapa beban titik sepanjang

beban mendatar.

Schodek (1991) menyatakan bahwa kabel bersifat fleksibel cenderung

berubah bentuk drastis apabila pembebanan berubah.Dalam hal pemakaiannya

kabel berfungsi sebagai batang tarik.

2.11.1 Panjang Kabel Angkur

Untuk perencanaan kabel angkur ditentukan bebarapa hal sebagai

persyaratannya yaitu sebagai berikut :

a. Panjang teoritis kabel angkur adalah jarak geometrik antara titik pusat

blok angkur di permukaan tanah dan titik pusat kabel di pelana;

b. Panjang bersih kabel angkur pada kondisi bebas beban, yaitu jarak bersih

antara sumbu pelana dan titik untuk jangkar, diperoleh dengan

mengadakan koreksi terhadap panjang teoritis.

• koreksi pengurangan panjang sesuai dengan dimensi blok angkur.

• koreksi penambahan panjang sesuai dengan lengkungan kabel di

pelana.

• koreksi panjang ulur, yaitu panjang teoritis dikalikan tegangan

kabel akibat beban mati penuh, dan dibagi dengan nilai modulus

(27)

• jika digunakan soket pada ujung kabel, panjang teoritis yang telah

dikoreks sesuai butir 1 sampai dengan 3, harus ditambah sepanjang

keperluan soket.

• koreksi untuk sudut penyebaran kabel ke blok angkur adalah kecil

dan diabaikan.

2.11.2 Panjang Kabel Utama

Untuk menentukan panjang kabel utama ada 2 hal yang perlu diperhatikan

antara lain :

a. Panjang teoritis kabel utama (Lk) adalah jarak parabolik antara titik-titik

pusat kabel dipelana:

��=�{1 +8

3�

� �

2

�}………. ... (2.17)

Keterangan:

L adalah panjang bentang utama

d adalah cekungan kabel di tengah bentang

b. Panjang bersih kabel utama pada kondisi bebas beban diperoleh dengan

mengadakan koreksi pengurangan terhadap panjang teoritis: • koreksi penambahan panjang sesuai lengkungan di pelana.

• koreksi pengurangan panjang ulur elastis sebanding dengan

tegangan rata-rata akibat beban mati penuh berdasarkan tegangan

(28)

2.11.3 Kabel Penggantung

Dimensi batang penggantung harus mampu menahan gaya aksial tarik yang

berasal dari lantai kendaraan.

2.11.4 Kabel Ikatan Angin

Dimensi kabel ikatan angin harus mampu memberikan stabilitas lateral

untuk menahan beban angin rencana.

2.12 Kelandaian Jembatan

Jembatan dapat dibangun dengan kelandaian maksimum sebesar 1/20

bentang antaramenara-menara. Untuk kelandaian sampai 1/100 bentang, tidak ada

perubahan dalampengukuran dan pemasangan jembatan. Penyesuaian dimensi

untuk kelandaian n di atas1/100 adalah:

a. Bentang horizontal aktual antara menara-menara:

��=� −�2�

2 ………... (2.18) Keterangan:

La adalah bentang horizontal aktual antara menara-menara

n adalah kelandaian memanjang jembatan

Pada kelandaian n ≤ 1/100, La diambil sama dengan L dan pada

kelandaian

n> 1/100 bentang horizontal aktual dihitung dengan persamaan (11).

b. Koreksi sudut kabel �� terhadap horizontal:

(29)

Sudut kabel angkur untuk kondisi kelandaian n, adalah sudut kondisi

horizontalyang dikoreksi dengan + ��untuk sisi tinggi dan –��untuk sisi rendah.

2.13 Menara

Menara yang digunakan harus didesain untuk mampu menahan aksial tekan

dan lentur serta memiliki stabilitas terhadap tekuk dan beban gempa statik

ekuivalen. Menara pada system jembatan gantung akan menjadi tumpuan kabel

utama. Beban yang dipikul oleh kabel selanjutnya diteruskan ke menara yang

kemudian disebarkan ketanah melalui pondasi. Dengan demikian agar dapat

menyalurkan beban dengan baik, perlu diketahui pula bentuk atau macam menara

yang akan digunakan.

Bentuk menara dapat berupa portal, multistory, atau diagonally braced

frame sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar .konstruksi menara tersebut

dapat juga berupa konstruksi cellular yang terbuat dari pelat baja lembaran, baja

berrongga, atau beton bertulang. Tumpuan menara baja biasanya dapat

diasumsikan jepit atau sendi, sedangkan tumpuan kabel di bagian atas menara,

sering digunakan tumpuan rol untuk mengurangi pengaruh ketidakseimbangan

menara akibat lendutan kabel.

2.14 Blok Angkur

Dimensi dari blok angkur harus didesain sedemikian rupa sehingga

memiliki kapasitas yang lebih besar dari gaya pada kabel backstay (menahan

(30)

tanah dan gaya gravitasi blok angkur harus bertemu pada satu titik tangkap agar

tidak terguling. Blok angkur harus tertanam dalam tanah asli.

2.15 Pondasi

Dimensi dan jenis fondasi harus didesain sedemikian rupa sehingga

memiliki kapasitas menahan beban sendiri, beban hidup dan beban angin yang

bekerja pada bagian atas struktur jembatan dengan mempertimbangkan kondisi

tanah setempat.

2.16 Sandaran

Sandaran harus aman bagi pengguna pejalan kaki baik anak-anak maupun

Gambar

Gambar 2.2 Jembatan Diatas Rel Kereta Api.
Gambar 2.5 Tipe Stiffening Truss
Gambar 2.7 Skema Bagian Jembatan Gantung Pejalan Kaki
Gambar 2.8  Ketinggian Dari Lantai Jembatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

1. Alat ukur seperti jangka sorong. Dial indicator untuk menentukan titik pusat. Pahat yang digunakan adalah pahat HSS untuk baja dengan kecepatan tinggi. Kunci–kunci

Kekerasan terhadap perempuan termasuk dalam konteks dalam rumah tangga merupakan perbuatan berdasarkan pembedaan berbasis gender yang berakibat atau mungkin

Mohon Bapak/Ibu/Saudara untuk memberikan pendapat terhadap pernyataan- pernyataan dibawah ini sesuai dengan yang dirasakan atau dialami Bapak/Ibu/Saudara di tempat kerja

1) Prevensi umum, tujuan pemerintah menjatuhkan pidana adalah untuk mencegah rakyat pada umumnya melakukan kejahatan. 2) Prevensi khusus, pidana adalah pembenaran

Dari penelitian yang telah dilakukan tentang strategi coping pada remaja yang tinggal pada keluarga dengan kekerasan dalam rumah tangga ditarik kesimpulan bahwa

BANGSA, POLITIK DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT Pengawasan dan Evaluasi Penguatan Perdamaian 6

Dana Pekerjaan 10 DINAS PERDAGANGAN DAN PASAR Pemeliharaan rutin/berkala peralatan gedung kantor 1 SIM Pasar,Peralatan Kantor Rp.

Pemerintahan Desa Mata Air harus merubah pola pikirnya menjadi lebih maju dengan menggunakan aplikasi akuntansi yang sudah banyak ada dan mudah untuk didapatkan,