• Tidak ada hasil yang ditemukan

K3 KONSTRUKSI DALAM DOKUMEN PERENCANAAN KONSTRUKSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "K3 KONSTRUKSI DALAM DOKUMEN PERENCANAAN KONSTRUKSI"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

1

K3 KONSTRUKSI DALAM

DOKUMEN PERENCANAAN KONSTRUKSI

A. PENDAHULUAN

Dalam pelaksanaan konstruksi banyak pihak mempertanyakan kenapa pelaksana konstruksi kurang memperhatikan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), mengingat para pekerja konstruksi paling rentan mengalami kecelakaan kerja. Dalam tulisan ini akan sedikit dikemukakan mengenai hal hal apa saja yang sepatutnya diperhatikan oleh penyelenggara konstruksi/pengguna jasa agar ketentuan K3 dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya.

B. PEMBAHASAN

Definisi K3 adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada pekerjaan konstruksi1.

1 Pasal 1 angka 1 PermenPU No 5/PRT/M/2014

tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan

Dalam pelaksanaan konstruksi, K3 diterapkan berdasarkan potensi bahaya yaitu sebagai berikut :

1. Potensi bahaya tinggi2, apabila pekerjaan bersifat berbahaya dan/atau mempekerjakan tenaga kerja paling sedikit 100 orang dan/atau nilai kontrak diatas Rp. 100.000.000.000,- (seratus milyar rupiah);

2. Potensi bahaya rendah, apabila pekerjaan bersifat tidak berbahaya dan/atau mempekerjakan tenaga kerja kurang dari 100 orang dan/atau nilai kontrak dibawah Rp. 100.000.000.000,- (seratus milyar rupiah)3.

Untuk potensi bahaya tinggi, pelaksana konstruksi harus melibatkan Ahli K3 Konstruksi4 sedangkan untuk

dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.

Potensi bahaya adalah kondisi atau keadaan baik pada orang, peralatan, mesin, pesawat, instalasi, bahan, cara kerja, sifat kerja, proses produksi dan lingkungan yang berpotensi menimbulkan gangguan, kerusakan, kerugian, kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran dan penyakit akibat kerja. (Pasal 1 angka 6 PermenPU No 5/PRT/M/2014)

3

Pasal 5 PermenPU No 5/PRT/M/2014 4

(2)

2

potensi bahaya rendah cukup melibatkan Petugas K3 Konstruksi5.

Pasal 7 PermenPU No 5/PRT/M/2014 telah menjelaskan pentahapan agar penerapan K3 Konstruksi dapat berjalan, antara lain :

a. Tahap Pra Konstruksi

b. Tahap Pemilihan Penyedia Barang/Jasa

c. Tahap Pelaksanaan Konstruksi

d. Tahap Penyerahan Hasil Akhir Pekerjaan

Tahap Pra Konstruksi merupakan tahapan paling krusial karena pada tahap ini pengguna jasa menyiapkan dokumen perencanaan yang akan menjadi dasar bagi pelaksanaan konstruksi serta pegangan bagi Unit Layanan Pengadaan (ULP)/Bagian Purchasing/Pembelian Pengadaan Barang/Jasa untuk melakukan pemilihan penyedia barang/jasa. Dokumen Perencanaan ini

5

Petugas K3 Konstruksi adalah petugas di dalam organisasi Pengguna Jasa dan/atau organisasi Penyedia Jasa yang telah mengikuti pelatihan/bimbingan teknis SMK3 Konstruksi Bidang PU, dibuktikan dengan surat keterangan mengikuti pelatihan/bimbingan teknis SMK3 Konstruksi Bidang PU. (Pasal 1 angka 5 PermenPU No 5/PRT/M/2014)

oleh pengguna jasa dapat disediakan oleh pengguna jasa itu sendiri (swakelola) atau disediakan oleh penyedia jasa konsultansi perencana terpilih. Dokumen Perencanaan setidaknya memenuhi hal sebagai berikut :

a. Rancangan Konseptual (Studi Kelayakan, Survei dan Investigasi) wajib memuat telaahan aspek K3. b. Penyusunan Detailed Engineering

Desain (DED) wajib:

i. mengidentifikasi bahaya, menilai Risiko K3 serta pengendaliannya pada penetapan kriteria perancangan dan pemilihan material, pelaksanaan konstruksi, serta Operasi dan Pemeliharaan; ii. mengidentifikasi dan

menganalisis Tingkat Risiko K3 dari kegiatan/proyek yang akan dilaksanakan.

c. Penyusunan Dokumen Pemilihan Penyedia Barang/Jasa wajib memuat: i. potensi bahaya, jenis bahaya dan identifikasi bahaya K3 Konstruksi yang ditetapkan oleh PPK berdasarkan Dokumen Perencanaan atau dari sumber lainnya;

(3)

3

Konstruksi termasuk kriteria penilaian dokumen RK3K6.

Penyusunan dokumen perencanaan konstruksi yang disediakan secara mandiri oleh pengguna jasa dilakukan dengan cara membentuk tim yang anggotanya merupakan pegawai internal yang mempunyai kompetesi untuk menyusun dokumen perencanaan konstruksi, dan dari dokumen perencana konstruksi ini nanti akan menjadi pedoman bagi tim lain yaitu Unit Layanan Pengadaan (ULP)/Bagian

Purchasing/Pembelian untuk melakukan

pemilihan penyedia jasa konstruksi.

Sedangkan untuk dokumen perencana yang disediakan oleh konsultan perencana, maka pengguna jasa hanya menyediakan Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan RAB yang nantinya akan menjadi pedoman bagi tim lain yaitu Unit Layanan Pengadaan (ULP)/Bagian Purchasing/Pembelian untuk melakukan pemilihan penyedia jasa konsultansi.

6 RK3K adalah dokumen lengkap rencana

penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang PU dan merupakan satu kesatuan dengan dokumen kontrak suatu pekerjaan konstruksi, yang dbuat oleh penyedia jasa dan disetujui oleh Pengguna Jasa, untuk selanjutnya dijadikan sarana interaksi antara penyedia jasa dengan pengguna jasa dalam penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang PU. (Pasal 1 angka 11 PermenPU No 5/PRT/M/2014)

C. KESIMPULAN

Dalam penyusunan dokumen perencanaan konstruksi, selain dapat sediakan oleh konsultan perencana dapat pula disediakan oleh pengguna jasa secara mandiri, khusus bagi pengguna jasa yang berencana hanya ingin melakukan pekerjaan konstruksi sederhana dengan nilai kecil, misal : pekerjaan renovasi.

Namun pada kenyataannya tidak semua pegawai di lingkungan pengguna jasa mempunyai kompetensi yang sesuai untuk melakukan telaah aspek K3, identifikasi bahaya, menilai Risiko K3 serta menyusunan rencana pengendalian pada setiap tahapan pekerjaan konstruksi.

(4)

4

Tabel : Contoh RAB Paket Jasa Konsultansi

No Uraian Volume Hasat Jumlah

A. Biaya Personil

1 Tenaga Ahli ... ... OB ... ...

2 Tenaga Ahli K3 Konstruksi

... OB ... ...

Jumlah Biaya Personil ( A ) ...

B. Biaya Non Personil

1 ... ... ... ...

2 ... ... ... ...

Jumlah Biaya Non Personil ( B ) ...

A + B ( C ) ...

PPN ( D ) ...

TOTAL ( C + D ) ...

D. SARAN

1. Memberikan pemahaman mengenai pentingnya K3 Konstruksi kepada seluruh pengguna jasa, agar bisa melakukan telaah aspek K3, identifikasi bahaya, menilai Risiko K3 serta menyusunan rencana pengendalian pada setiap tahapan pekerjaan konstruksi.

2. Memberikan pemahaman kepada pengguna jasa agar setiap menyusun Kerangka Acuan Kerja (KAK) Paket Pekerjaan Konsultansi terkait Konstruksi dan memasukkan unsur Tenaga Ahli K3 Konstruksi, dengan harapan dokumen perencana yang akan dihasilkan oleh konsultan perencana tersebut terdapat telaah aspek K3, identifikasi bahaya, penilaian Risiko K3 serta rencana pengendalian pada setiap tahapan pekerjaan konstruksi.

E. REFRENSI

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2014 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.

_______________________

Referensi

Dokumen terkait

• Standar profesi akuntan publik yang terus bertambah juga membuat profesi auditor menjadi sangat mudah untuk dituntut bilamana terjadi pelanggaran dalam penyajian laporan keuangan

[r]

Dari hasil analisis, model antrian yang digunakan di Padepokan Silaturahmi adalah Multi Channnel Single Phase dimana sistem antrian yang terdapat pada tahap pembekaman untuk

Motif santri Hidayatullah Jember dalam belajar kewirausahaan adalah uang yang mereka dapatkan dari pembagian hasil laba penjualan yang mereka peroleh pada saat

Menggali, dan mengungkapkan permasalahan dan potensi yang berkaitan dengan penyelenggaraan, pengelolaan serta pelayanan pada perpustakaan untuk dapat dianalisis dan

Tentang : Pengesahan Revisi Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Institut Pertanian Bogor..

Resin pemisah ion yang biasa dipakai pada kromatografi modern sudah mempunyai ukuran yang lebih kecil, akan tetapi kelebihannya memiliki kapasitas yang rendah di banding

Pada hari ini Selasa, tanggal tiga belas bulan Desember tahun Dua ribu enam belas, yang bertandatangan dibawah ini Pejabat Pengadaan pada Dinas Prasarana Wilayah Kabupaten