• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kompetensi Manajerial KEPALA SEKOLAH. pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kompetensi Manajerial KEPALA SEKOLAH. pdf"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

LEMBAGA PEMBERDAYAAN PENGEMBANGAN KEPALA SEKOLAH

(LPPKS)

Kp Dadapan RT 06/RW 07, Desa Jatikuwung Gondangrejo Karanganyar, Jawa Tengah Indonesia Telp. (0271) 8502888, 8502999 / Fac. (0271) 8502000 Website: www.lppks.org:

Email: lp2kssolo@gmail.com

KOMPETENSI MANAJERI

AL

(Suplemen Diklat Jilid 1)

Materi Penguatan Kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah

Tahun 2015

TU

T W

URI HANDAY

A N

(2)

ii

Apakah Anda ingin memberikan umpan balik/masukan mengenai Bahan

Pembelajaran Penguatan Kepala Sekolah/Madrasah?

Kami mengajak para individu dan organisasi untuk memberikan umpan balik/masukan, baik positif atau negatif, tentang bahan pembelajaran Penguatan Kepala Sekolah ini.

Dalam hal ini, Anda diajak untuk memberikan umpan balik (masukan keluhan) ke Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS), melalui:

Situs Web : www.lppks.org Email : lp2kssolo@gmail.com Telephone : (0271) 8502888, 8502999 Fax : (0271) 8502000

Surat : Petugas Penanganan Keluhan Modul Kampung Dadapan RT. 06/ RW. 07, Desa Jatikuwung, Kec. Gondangrejo,

Karanganyar, Jawa Tengah.

Terima kasih atas masukan untuk penyempurnaan materi Bahan

(3)

iii

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah, rahmat, tuntunan Tuhan yang Maha Esa pula sehingga dapat disusunnya Bahan Pembelajaran materi manajerial jilid 1 ini untuk peserta pendidikan dan pelatihan penguatan Kepala Sekolah/Madrasah.

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat urgen untuk menimgkatkan kualitas sumber daya manusia. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah kemudian mengeluarkan kebijakan berupa Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang secara operasionalnya dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah ini memberi arahan terhadap seluruh satuan pendidikan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan, yang meliputi: (1) standar isi; (2) standar proses; (3) standar kompetensi lulusan; (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan; (5) standar sarana dan prasarana; (6) standar pengelolaan; (7) standar pembiayaan dan (8) standar penilaian.

Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah dan guru merupakan tenaga pendidik dan kependidikan yang mutlak terstandarisasi kompetensinya secara nasional menurut PP No 19 tahun 2005 di atas. Karena pengawas, kepala sekolah dan guru adalah tiga unsur yang berperan aktif dalam persekolahan. Guru sebagai pelaku pembelajaran yang secara langsung berhadapan dengan para siswa di ruang kelas, dan pengawas serta kepala sekolah adalah pelaku pendidikan di dalam pelaksanaan tugas Kepengawasan dan Manajerial pendidikan dalam satuan pendidikan yang meliputi tiga aspek yaitu supervisi, pengendalian dan inspeksi kependidikan.

Bahan Pembelajaran Manajerial ini merupakan materi tambahan yang dapat melengkapi buku-buku maupun modul-modul yang telah banyak beredar tentang tugas manajerial kepala sekolah. Materi Bahan Pembelajaran ini dapat digunakan sebagai materi pengembang modul (MPM) pada pendidikan dan pelatihan Penguatan Kepala Sekolah/Madrasah.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan bahan pembelajaran ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberkati kita semua.

Karanganyar, Pebruari 2015 Kepala LPPKS,

(4)

iv

TIM PENGEMBANG BAHAN PEMBELAJARAN LPPKS

Nama Bahan Pembelajaran:

Manajerial Kepala Sekolah/Madrasah

(Jilid 1)

Pengarah Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd Kepala BPSDMP-PMP

Moh. Hatta, M.Ed Kepala Pusbangtendik

Prof. Dr, Siswandari, M.Stats Kepala LPPKS

Penanggung Jawab Gentur Sulistyo, MM. Ka.Sub.Bag. Umum

Yuli Cahyono, M.Pd. Koordinator Widyaiswara

Farikha, MM Ka.Sie. Sistem Informasi

Tim Penulis Setyo Hartanto, S.Pd. M.Kom.

Dra. Yusnaini Agustina, M.Pd

Drs. Edy Pudiyanto, M.Pd

.

Diterbitkan Oleh:

LPPKS, Indonesia

@2015

Dilarang keras menerjemahkan, memfotocopy, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi

(5)

v

PENJELASAN UMUM

A. Pengantar Bahan Pembelajaran Manajerial Kepala Sekolah/Madrasah (Jilid 1)

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, dan puji syukur kita panjatan pada Tuhan Yang Maha Esa, Mata Diklat Manajerial untuk membekali sebagai penyegaran kompetensi kepala sekolah/madrasah, dalam rangka meningkatkan dan menguatkan kompetensi manajerial (permendiknas 13 tahun 2007 tentang standar kepala sekolah). Mata diklat ini dialokasikan selama proses pembelajaran di kelas melalui kegiatan teori dan praktik serta diskusi dalam bentuk kegiatan tugas mandiri dan kelompok.

Dalam melaksanakan kegiatan pada Bahan Pembelajaran ini, Bapak/Ibu harus mempertimbangkan inklusi sosial tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, status sosial ekonomi, orang dengan HIV/AIDS dan yang berkebutuhan khusus. Inklusi sosial ini juga diberlakukan bagi pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik.

B. Hasil Pembelajaran yang Diharapkan

Bahan pembelajaran ini diarahkan untuk mencapai target kompetensi yang berkaitan dengan standar kompetensi manajerial bagi kepala sekolah/madrasah (Permendiknas No. 13 tahun 2007) yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan kualitas manajerial kepala sekolah dalam rangka meningkatkan prestasi sekolah/madrasah maupun pencapaian visi, misi, tujuan sekolah.

Adapun hasil pembelajaran yang diharapkan, setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan dapat memahami konsep manajerial di sekolah dan terampil sebagai:

1. Perencana Program-Program Sekolah/Madrasah

2. Pengembang Organisasi Sekolah

3. Pemimpin Sumber Daya Sekolah/Madrasah

4. Pemimpin Pembelajaran Sekolah/Madrasah Yang Efektif

5. Inovator Budaya Dan Iklim Sekolah Yang Kondusif Dan Inovatif

6. Pengelola Sumber Daya Manusia (SDM) Sekolah/Madrasah

7. Pengelola Sarana Dan Prasarana Sekolah/Madrasah

8. Pengelola Hubungan Masyarakat (HuMas)

C. Tagihan

Menjelaskan tentang konsep manajerial sekolah dan mempresentasikan tugas dan fungsi kepala sekolah sebagai:

1. Perencana Program-Program Sekolah/Madrasah

2. Pengembang Organisasi Sekolah

3. Pemimpin Sumber Daya Sekolah/Madrasah

4. Pemimpin Pembelajaran Sekolah/Madrasah Yang Efektif

5. Inovator Budaya Dan Iklim Sekolah Yang Kondusif Dan Inovatif

6. Pengelola Sumber Daya Manusia (SDM) Sekolah/Madrasah

7. Pengelola Sarana Dan Prasarana Sekolah/Madrasah

8. Pengelola Hubungan Masyarakat (HuMas)

D. Ruang Lingkup Materi

(6)

vi

Pembelajaran Sekolah/Madrasah Yang Efektif (5) Inovator Budaya Dan Iklim Sekolah Yang Kondusif Dan Inovatif, (6) Pengelola Sumber Daya Manusia (SDM) Sekolah/Madrasah, (7) Pengelola Sarana Dan Prasarana Sekolah/Madrasah, (8) Pengelola Hubungan Masyarakat (HuMas).

E. Refleksi

1. Apa yang sudah dikuasai?

2. Apa yang belum dikuasai?

3. Apa yang harus dilakukan?

4. Apa yang perlu ditambah?

F. Alokasi Waktu Alokasi Waktu

Selanjutnya, alokasi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan rangkaian kegiatan belajar materi ini dipisahkan antara waktu belajar individual dan kelompok, Untuk waktu belajar individual sifatnya fleksibel karena dilakukan di luar pertemuan diklat. Sedangkan waktu untuk kegiatan kelompok diperkirakan sekitar14jam pelajaran, dengan rincian sebagai berikut:

1 Mendiskusikan isi bahan belajar untuk memperoleh pemahaman bersama…. 3 jam

2 Mendiskusikan rancangan manajerial yang disusun peserta………. 4 jam

3 Melakukan diskusi hasil rancangan manajerial yang disusun……….. 1 jam

4 Membuat rangkuman bersama... 1 jam

5 Melakukan refleksi……….. 1 jam

(7)

vii

DAFTAR ISI

Halaman:

Halaman Judul ... i

Penanganan Keluhan (umpan balik) ... ii

Halaman Kata Pengantar... iii

Tim Pengembang Bahan Pembelajaran LPPKS ... iv

Penjelasan Umum ... v

Halaman Daftar Isi ... vii

Manajerial Sekolah/Madrasah ... 1

Kepala Sekolah Sebagai Perencana Program-Program Sekolah/Madrasah... 5

Kepala Sekolah Sebagai Pengembang Organisasi Sekolah/Madrasah ... 15

Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Sumber Daya Sekolah/Madrasah ... 17

Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pembelajaran Sekolah/Madrasah Yang Efektif ... 24

Kepala Sekolah Sebagai Inovator Budaya Dan Iklim Sekolah Yang Kondusif Dan Inovatif ... 31

Kepala Sekolah Sebagai Pengelola Sumber Daya Manusia (SDM) Sekolah/Madrasah ... 38

Kepala Sekolah Sebagai Pengelola Sarana Dan Prasarana Sekolah/Madrasah ... 44

Kepala Sekolah Sebagai Pengelola Hubungan Masyarakat (Humas) ... 50

Penutup ... 56

(8)

1

MANAJERIAL SEKOLAH/MADRASAH I. Pengertian

A. Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah

Mengacu pada lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 bahwa Kompetensi Kepala Sekolah ada 5 macam, antara lain: (1) Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepala sekolah dalam menampilkan dirinya atau performance diri sebagai pribadi yang bertanggungjawab, kreatif, memiliki motivasi, (2) Kompetensi sosial adalah kemampuan kepala sekolah dalam membina hubungan dengan berbagai pihak serta aktif dalam kegiatan organisasi profesi. (3) Kompetensi Supervisi Akademik adalah kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan pengawasan akademik yakni menilai dan membina guru dalam rangka mempertinggi kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakannya agar berdampak terhadap kualitas hasil belajar siswa. (4) Kompetensi Kewirausahaan adalah kemampuan untuk mengembangkan kepentingan pendidikan di satuan pendidikan yang bersifat sosial (inovatif, bekerja keras, motivasi yang kuat, pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik, dan memiliki naluri kewirausahaan) bukan untuk kepentingan komersial. (5) Kompetensi Manajerial adalah Kemampuan mengendalikan seluruh sumber daya dalam satuan pendidikan untuk mencapai visi, dan misi, serta tujuan satuan pendidikan.

1. Arti Manajemen Sekolah

Dikatakan oleh George R. Terry, Ph.D. dalam bukunya, Principles of Management,

sebagai berikut: Manajemen adalah suatu proses tertentu yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunkan manusia dan sumber-sumber lainnya.

Dikatakan oleh Setyo Hartanto, S.Pd. M.Kom. dalam buku ditat Mulok SLTP,

Manajemen Perkantoran dalam Kesekretarisan, sebagai berikut; Istilah manajemen merupakan kata serapan dari Management yang berasal dari bahasa Latin "manus“ dan „giare“, kemudian

terjadilah kata „managiare“ artinya melakukan, melaksanakan, menangani. Dalam bahasa

Inggris istilah yang identik dengan itu ialah „ to manage“ artinya mengurus, membimbing,

mengawasi. Dari istilah „manage“ timbullah istilah management (manajemen=bahasa

Indonesia), yang mengandung pengertian: Sebagai proses kegiatan untuk

mengendalikan/mengelola suatu usaha guna mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Suatu usaha ini dapat berupa perusahaan atau pabrik atau organisasi atau kantor, dan sebagainya. Dikatakan dalam PP 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada Bab VIII Standar Pengelolaan, Bagian Kesatu, Standar Pengelolaan Oleh Satuan Pendidikan, Pasal 49, berbunyi; (1) Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas.

Manajemen Sekolah dapat disimpulkan sebagai proses mengelola/mengendalikan satuan pendidikan secara mandiri, kemitraan, partisipatif, terbuka dan akuntabel guna mencapai visi, misi, tujuan satuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya. Manajemen Berbasis Sekolah secara utuh dan independen menjadi pilihan setiap satuan pendidikan dalam rangka penjaminan mutu sekolah.

2. Tujuan Manajemen Sekolah

Manajemen Sekolah bertujuan untuk meningkatkan kinerja kepala sekolah yang bermuara tercapainya visi, misi, dan tujuan sekolah melalui pemberian kewenangan dan tanggungjawab yang diberikan kepada sekolah untuk dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola sekolah yang baik meliputi kemitraan, kemandirian, partisipasi, transparansi, dan

(9)

2

akuntabilitas. Peningkatan kinerja sekolah yang dimaksud meliputi peningkatan kualitas, efektivitas, efisiensi, produktivitas, dan inovasi pendidikan.

Bukti-bukti empirik lemahnya manajemen pola lama pendidikan nasional (sentralisasi) dan kemudian digulirkannya otonomi daerah telah mendorong dilakukannya penyesuaian dari manajemen pola lama pendidikan menuju manajemen pola baru pendidikan nasional. Perubahan paradigma tersebut dapat digambarkan dalam tabel di bawah ini.

Tabel Dimensi-Dimensi Perubahan Pola Manajemen Pendidikan

II. Proses Manajemen A. Pengendalian

Pengertian kompetensi manajerial bermakna pula kemampuan mengendalikan, sedangkan pengendalian sebagai bagian terpadu dari manajemen, dalam manajemen proses

organizing (pengendalian) dapat digambarkan dalam skema di bawah ini!

Pengendalian dalam suatu organisasi pada dasarnya terdiri dari 2 (dua) kegiatan atau tindakan yang saling terkait:

1. Pengukuran

Pola Lama Arah Pola Baru

Subordinasi  Otonomi

Pengambilan keputusan terpusat  Pengambilan keputusan partisipatif

Ruang gerak kaku  Ruang gerak luwes

Pendekatan birokratik  Pendekatan professional

Sentralistik  Desentralistik

Diatur  Motivasi diri

Overregulasi  Deregulasi

Mengontrol  Mempengaruhi

Mengarahkan  Memfasilitasi

Menghindari resiko  Mengelola resiko

Gunakan uang semuanya  Gunakan uang seefisien mungkin

Individual yang cerdas  Teamwork yang cerdas

Informasi terpribadi  Informasi terbagi

Pendelegasian  Pemberdayaan

Organisasi herarkis  Organisasi datar

Man

Money

Materials

Method (Technology, Procedur)

Market (Pelanggan atau Sasaran)

Minutes (Waktu, Jadwal dll)

Kegiatan Manajemen Aspek atau Sasaran Manajemen

(6M)

P

O

A

(10)

3

Pengukuran adalah kegiatan membandingkan kondisi nyata dengan standar atau kondisi ideal atau yang diharapkan. Kemungkinan Hasil Pengukuran Ada 3 (tiga) kemungkinan hasil Pengukuran:

a. Kemungkinan 1: Tepat atau sesuai dengan standar atau yang diharapkan.

b. Kemungkinan 2: Menyimpang dan kurang dari standar atau yang diharapkan.

c. Kemungkinan 3: Menyimpang, tetapi lebih baik dari standar atau yang diharapkan Contoh-contoh penyimpangan;

1) Hasil Pengukuran yang menyimpang dari target yang telah diharapkan, dapat diilustrasikan sebagai berikut;

2) Hasil Pengukuran yang menyimpang dari waktu yang telah distandarkan, dapat

diilustrasikan sebagai berikut;

3) Hasil Pengukuran yang menyimpang dari sumber daya secara optimal dalam

pemanfaatan, dapat diilustrasikan, sebagai berikut;

4) Hasil Pengukuran yang menyimpang dari kompetensi yang diinginkan, dapat

diilustrasikan sebagai berikut

Diharapkan

Capaian atau kenyataan

Error atau Penyimpangan atau Delta

Waktu Standar Waktu Yang

Dilaksanakan

Error atau Penyimpangan atau Delta

Sumber daya

Tersedia

Sumber daya Termanfaatkan

(11)

4

2. Pengaturan

Pengaturan adalah kegiatan inti dari pengendalian. Pengaturan atau pengendalian dapat diartikan sebagai upaya atau tindakan meluruskan kembali dalam rangka untuk pencapaian standar atau tujuan yang telah ditentukan/diharapkan.

B. Peran Error Dalam Pengendalian

Ditemukannya error atau penyimpangan atau delta mengindikasikan adanya sesuatu yang kurang sesuai dalam pelaksanaan kegiatan dengan perencanaan sebelumnya. Setelah

ditemukannya error maka direkomendasikan sejumlah langkah untuk meluruskan kembali

berbagai aspek yang kurang sesuai agar tercapai tujuan yang telah diharapkan. Error tidak hanya mengenai pada sarana dan prasarana serta infrastruktur yang dipakai akan tetapi dapat menimpa pada sumber daya manausianya (SDM). Kepedulian yang responsif secara cepat meluruskan error yang ada sangat berpengaruh terhadap ketepatan dan kecepatan mencapai visi, misi, tujuan sekolah yang diinginkan, sehingga pimpinan yang handal dan tangguh tidak akan mengesampingkan error sampai kedaluarsa hingga masalahnya menjadi berlarut-larut.

Lembar Kerja:

Identifikasilah! Error yang mungkin terjadi dalam aspek 6M penyelenggaraan Satuan Pendidikan Bapak/Ibu, antara perencanaan dengan hasil untuk standar-standar berikut ini:

1. SDM (Pendidik dan Tenaga Kependidikan)

2. Biaya (Pembiayaan)

3. Materi (Sarana Prasarana)

4. Metoda atau Penyelenggaraan (Pengelolaan)

5. Peserta Didik

6. Waktu Penyelenggaraan (Struktur Program)

Kerjakan! dalam komputer dan presentasikan di dalam kelompok dan perwakilan kelompok mempresentasikan di depan kelas.

Tingkat Kompetensi Yang Diharapkan

Tingkat Kompetensi Yang Dicapai

(12)

5

KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PERENCANA PROGRAM-PROGRAM SEKOLAH/MADRASAH

I. Rencana Kerja Sekolah (RKS)

Tugas dan Fungsi Kepala Sekolah pada Dimensi Manajerial Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan perencanaan, tingkatan ini dapat dikategorikan dalam waktu yang direncanakan atau dapat dikategorikan urgensi permasalahan yang dihadapi sekolah.

Salah satu bentuk kegiatan perencanaan pendidikan dalam suatu satuan Pendidikan disebut Rencana Kerja Sekolah/Madrasah (RKS/M) yang perlu mempertimbangkan Evaluasi Diri Sekolah (EDS) dan memperhitungkan pencapaian Standar Nasional Pendidikan (SNP), termasuk visi dan misi sekolah, melihat pula profil dari satuan pendidikan tersebut.

A. Pengertian Rencana Kerja Sekolah/Madrasah

1. Proses menentukan tindakan masa depan sekolah/madrasah yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan ketersediaan sumber daya.

2. Dokumen tentang gambaran kegiatan sekolah/madrasah di masa depan untuk mencapai tujuan dan sasaran sekolah/madrasah yang telah ditetapkan.

B. Tujuan Penyusunan RKS/M:

1. Menjamin agar tujuan dan sasaran sekolah/madrasah dapat dicapai;

2. Mendukung koordinasi antar pelaku sekolah/madrasah;

3. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik intra pelaku di sekolah/madrasah, antar sekolah/ madrasah, Disdik Kab/Kota/Provinsi, Kemenag Kab/Kota/Provinsi, dan antar waktu;

4. Menjamin keterkaitan antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pelaporan dan pengawasan;

5. Mengoptimalkan partisipasi warga sekolah/madrasah dan masyarakat;

6. Menjamin penggunaan sumber daya sekolah/madrasah yang ekonomis, efisien, efektif, berkeadilan, berkelanjutan serta memperhatikan kesetaraan gender.

C. Sistematika Penyusunan RKS/M

1. Pendahuluan (latar belakang, tujuan, sasaran, dasar hukum, sistematika, alur

penyusunan).

2. Identifikasi kondisi sekolah/madrasah saat ini.

3. Identifikasi kondisi sekolah/madrasah masa depan yang diharapkan.

4. Perumusan program dan kegiatan.

5. Perumusan rencana anggaran sekolah/madrasah.

6. Perumusan RKT dan RKAS/M.

Setelah RKT, RKAS, RKJM telah dirumuskan maka langkah selanjutnya kepala sekolah mengembangkannya dengan program lainnya berdasarkan data hasil evaluasi dalam pemenuhan 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP) sehingga diharapkan mampu menyusun perencanaan sekolah untuk berbagai tingkatan perencanaan dengan hasil yang diinginkan, antara lain: Dokumen RKJM, RKT/RKAS yang disepakati pemangku kepentingan,tujuan kegiatan terukur, memenuhi skala prioritas, pengalokasian anggaran jelas, meliputi 8 SNP, instrumen evaluasi program dan/atau EDS.

Pencapaian tujuan pendidikan ini harus didukung dengan kemampuan penyusunan dan implementasi program-program yang terarah, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan nyata

(13)

6

sekolah/madrasah. Untuk itu, diperlukan data dan informasi yang relevan. Dengan menggunakan instrumen EDS/M, data dan informasi ini dapat dikumpulkan.

Untuk membahas hal ini dengan jelas perlu dibarengi dengan mempelajari Instrumen EDS/M itu sendiri dan mempraktekkannya. Evaluasi Diri Sekolah/Madrasah adalah proses Evaluasi Diri Sekolah/Madrasah yang bersifat internal untuk melihat kinerja sekolah/madrasah berdasarkan SPM dan SNP yang hasilnya dipakai sebagai dasar Penyusunan Rencana Kerja Sekolah/ Madrasah (RKS/M) dan sebagai masukan bagi perencanaan investasi pendidikan tingkat kab/kota.

D. Evaluasi Diri Sekolah/Madrasah (EDS/M)

Proses Evaluasi Diri Sekolah/Madrasah merupakan siklus, yang dimulai dengan pembentukan Tim Pengembang Sekolah (TPS), pelatihan penggunaan instrumen, pelaksanaan EDS/M di sekolah/madrasah dan penggunaan hasilnya sebagai dasar penyusunan RKS (RKJM, RKT/RKAS). Sekolah/Madrasah melakukan proses EDS/M setiap tahun sekali. EDS/M dilaksanakan oleh Tim Pengembang Sekolah (TPS) yang terdiri atas: Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, wakil unsur guru, wakil Komite Sekolah/Madrasah, wakil orang tua siswa, dan Pengawas Sekolah.

Proses EDS/M ini secara mendasar menjawab 3 (tiga) pertanyaan kunci di bawah ini. 1. Seberapa baikkah kinerja sekolah/madrasah kita? Hal ini terkait dengan posisi pencapaian

kinerja untuk masing-masing indikator SPM dan SNP.

2. Bagaimana kita dapat mengetahui kinerja sekolah/madrasah? Hal ini terkait dengan tahapan pemenuhan yang tergambar dari hasil pengolahan data EDS/M dari responden

3. Bagaimana kita dapat meningkatkan kinerja? Dalam hal ini sekolah/madrasah melaporkan dan menindaklanjuti apa yang telah ditemukan sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut.

EDS/M sangat diperlukan oleh sekolah/madrasah karena evaluasi ini adalah evaluasi internal yang dilakukan oleh dan untuk sekolah/madrasah sendiri guna mengetahui kekuatan dan kelemahannya sendiri, semacam cermin muka yang dapat dipakai dalam melihat kekuatan dan kelemahannya sendiri untuk selanjutnya dipakai dasar dalam upaya memperbaiki kinerja.

a. Instrumen Evaluasi Diri Sekolah/Madrasah (EDS/M)

Instrumen EDS/M sampai dengan saat ini telah mengalami beberapa kali perubahan instrument, hal ini dipandang perlu untuk mendapatkan data yang valid, obyektif dan bebas dari subyektifitas. Pada awalnya instrument EDS/M menggunakan bentuk naratif kualitatif dan pengisianya hanya dilakukan oleh Tim Pengembang Sekolah/Madrasah (TPS/M). Kemudian dikembangkan lagi dengan menggunakan kuisioner dengan responden yang melibatkan berbagai unsur yang ada di Sekolah/Madrasah.

b. Bentuk Instrumen

Bentuk Instrumen EDS/M terdiri dari 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan. Setiap standar dikembangkan dengan mengajukan pertanyaan kepada responden yang terdiri atas unsur kepala sekolah/madrasah, unsur guru dan unsur siswa. Semua unsur tersebut mencakup 8 (delapan) standar. Delapan standar ini digunakan sebagai dasar bagi Sekolah/Madrasah dalam memperoleh informasi kinerjanya yang bersifat kuantitatif. Perolehan angka dari setiap standar merupakan gambaran lebih menyeluruh dari komponen yang dimaksudkan. Pengolahan hasil jawaban dari responden diproses melalui program, dan data yang muncul berupa data kuantitatif yang mencerminkan tahapan pemenuhan 8 Standar Nasional Pendidikan.

c. Tahapan Pemenuhan

(14)

7

(satu), belum memenuhi SNP. Pada tahap ini, kinerja sekolah/madrasah mempunyai banyak kelemahan dan membutuhkan banyak perbaikan. (2) Tahapan pemenuhan 2 (dua), memenuhi SNP. Pada tahap ini, terdapat beberapa kekuatan dan kelemahan tetapi masih sangat perlu perbaikan. (3) Tahapan 3 (tiga), melampaui pemenuhan 8 SNP. Pada tahap ini, kinerja sekolah/madrasah baik, namun masih perlu peningkatan.

Tahapan pemenuhan bisa berbeda dalam indikator yang berbeda pula. Hal ini penting sebab sekolah/madrasah harus menilai kinerja apa adanya. Dalam pelaksanaan EDS/M yang dilakukan setiap tahun, sekolah/madrasah mempunyai dasar yang nyata untuk menjadi indikator atau komponen atau standar mana yang memerlukan perbaikan secara terus-menerus. Setelah mengetahui tahapan pemenuhan, sekolah/madrasah kemudian menyusun rekomendasi berdasarkan deskripsi tahapan pemenuhan untuk setiap indikator.

d. Rekomendasi

Kolom rekomendasi pada instrumen EDS/M diisi uraian singkat yang menjelaskan situasi nyata yang terjadi di sekolah/madrasah sesuai dengan indikator pada setiap komponen yang mengacu kepada Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Standar Nasional Pendidikan (SNP). Rekomendasi tidak hanya difokuskan pada indikator yang dianggap lemah namun juga disusun untuk setiap indikator yang telah mencapai SNP. Sehingga rekomendasi ini dapat digolongkan dengan rekomendasi perbaikan/peningkatan dan rekomendasi pengembangan.

Berdasarkan pada rekomendasi yang telah tertera, kemudian sekolah/madrasah menganalisis indikator-indikator yang ada di bawahnya untuk melihat posisi tahapan pencapaian. Selanjutnya sekolah/madrasah memilih indikator-indikator mana saja yang belum mencapai tahapan pemenuhan, untuk dijadikan skala prioritas dalam program pemenuhan selanjutnya. Rekomendasi ini kemudian direkap sebagai dasar masukan dalam penyusunan Rencana Kerja Sekolah/Madrasah (RKS/M). Instrumen EDS/M yang lebih lengkap lihat pada Softwere EDS/M

e. Mengidentifikasi SNP (Untuk Sekolah Yang Belum Menggunakan EDS/M)

Sebelum memulai kegiatan ini lakukan hal-hal sebagai berikut, Persiapkan!

1) PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,atau PP. No. 32 tahun 2013

utuk sekolah yangmenggunakan kurikulum 2013 2) Profil sekolah/madrasah Saudara.

Lembar Kerja 1:

Lengkapi! diagram di bawah ini sesuai dengan kondisi yang ada di sekolah/madrasah Saudara. Setelah Saudara melakukan pemetaan tersebut, lanjutkan dengan mengidentifikasi SNP dan SPM bagi pendidikan dasar, dan membandingkannya dengan profil/keadaan sekolah/madrasah Saudara bertugas. Selanjutnya. Jawablah pertanyaan berikut:

(15)

Standar

Saudara telah mengidentifikasi bagian penting dari dasar-dasar perencanaan sekolah/madrasah, yaitu SNP dan SPM bagi pendidikan dasar. Selanjutnya, silakan melanjutkan mengidentifikasi kondisi sekolah/madrasah berdasar analisis konteks atau hasil evaluasi diri sekolah/madrasah.

Lembar Kerja 2:

Buatlah peta konsep SNP dengan cara menuliskan kembali standar apa saja yang seharusnya dipenuhi oleh sekolah/madrasah Saudara. Pemetaan konsep ini dilakukan secara berkelompok, dimana setiap anggota kelompok menuliskan standar dan sedikit uraian yang seharusnya dipenuhi oleh sekolah/madrasah Saudara berdasar pada 8 SNP dan SPM bagi Pendidikan Dasar. Pemetaan konsep dilakukan dengan menggunakan diagram di bawah ini (sebagai acuan gunakan Permendiknas nomor : 19 Tahun 2007).

II.Visi, Misi Sekolah/Madrasah

Kepala sekolah diharapkan mampu merumuskan visi, misi, tujuan sebagai arah

(16)

9

A. Visi Sekolah

Visi adalah wawasan yang menjadi sumber arahan bagi sekolah yang digunakan untuk memandu perumusan misi sekolah. Dengan kata lain visi adalah pandangan jauh ke depan ke mana sekolah akan dibawa. Visi adalah gambaran masa depan yang diinginkan oleh sekolah agar sekolah yang bersangkutan dapat menjamin kelangsungan hidup dan perkembangannya. Gambaran masa depan atau visi tentunya harus didasarkan pada landasan yuridis, yaitu Undang-Undang Pendidikan dan sejumlah Peraturan Pemerintahannya, khususnya tujuan pendidikan nasional sesuai jenjang dan jenis sekolahnya dan sesuai dengan profil sekolah yang bersangkutan. Dengan kata lain, visi sekolah harus tetap berada dalam koridor kebijakan nasional, tetapi sesuai dengan kebutuhan anak dan masyarakat yang dilayani. Tujuan pendidikan nasional sama, tetapi profil sekolah khususnya potensi dan kebutuhan masyarakat yang dilayani sekolah tidak selalu sama. Oleh karena itu, dimungkinkan sekolah memiliki visi yang tidak sama dengan sekolah lain, asalkan tidak keluar dari koridor nasional yaitu tujuan pendidikan nasional.

1. Penyusunan Visi

Visi merupakan keinginan dan pernyataan moral yang menjadi dasar atau rujukan dalam menentukan arah dan kebijakan pimpinan dalam membawa gerak langkah organisasi menuju masa depan yang lebih baik, sehingga eksistensi/keberadaan organisasi dapat diakui oleh masyarakat. Visi merupakan gambaran tentang masa depan (future) yang realistik dan ingin diwujudkan dalam kurun waktu tertentu. Ini sejalan dengan yang Visi adalah pernyataan yang diucapkan atau ditulis hari ini, yang merupakan proses

manajemen saat ini yang menjangkau masa yang akan datang” (2006:94).

2. Rumusan Visi

Visi yang tepat bagi suatu instansi pemerintah akan menjadi accelerator (pemercepat) kegiatan instansi pemerintah bersangkutan, meliputi perencanaan strategi, perencanaan kinerja tahunan, pengelolaan sumber daya, pengembangan indikator kinerja, pengukuran kinerja, dan evaluasi pengukuran kinerja instansi tersebut. Visi sekolah juga merupakan gambaran tentang kualitas pendidikan di tingkat sekolah yang diinginkan di masa depan. Sebelum merumuskan visi sekolah perlu sekiranya terlebih dahulu mempelajari visi pendidikan nasional, mempelajari visi pendidikan di tingkat propinsi; mempelajari visi pendidikan daerah; kemudian baru dapat merumuskan visi sekolah yang dapat dicapai dalam jangka waktu tertentu ke depan.

a. Syarat perumusan visi

1) Visi bukanlah fakta, tetapi gambaran pandangan ideal masa depan yang ingin diwujudkan.

2) Visi dapat memberikan arahan, mendorong anggota organisasi untuk menunjukkan kinerja yang baik.

3) Dapat menimbulkan inspirasi dan siap menghadapi tantangan 4) Menjembatani masa kini dan masa yang akan datang.

5) Gambaran yang realistik dan kredibel dengan masa depan yang menarik. 6) Sifatnya tidak statis dan tidak untuk selamanya.

b. Prosedur Perumusan, Perumusan Visi Satuan Organisasi dilakukan prosedur dan tahapan sebagai berikut:

1) Mengkaji makna visi satuan organisasi diatasnya unuk digunakan sebagai acuan; 2) Menginventarisasi rumusan tugas satuan organisasi yang tercantum dalam struktur dan

tata kerja satuan organisasi yang bersangkutan;

(17)

10

4) Konsep rumusan visi satuan organisasi didiskusikan dengan seluruh anggota organisasi untuk memperoleh masukan, klarifikasi dan saran-saran;

5) Rumusan Visi Satuan Organisasi dikomunikasikan dengan seluruh stakeholders guna memperoleh penyempurnaan;

6) Rumusan Visi Satuan Organisasi yang telah menjadi kesepakatan ditetapkan dengan Keputusan Pimpinan Satuan Organisasi, sehingga visi tersebut menjadi milik bersama, mendapat dukungan dan komitmen seluruh anggota organisasi.

c. Kriteria Visi

Rumusan Visi yang baik mempunyai kriteria (ciri-ciri) sebagai berikut : 1) Rumusannya singkat, padat dan mudah diingat;

2) Bersifat inspiratif dan menantang untuk mencapainya;

3) Sesuatu yang ideal yang ingin dicapai dimasa yang akan datang yang membawa eksistensi/keberadaan suatu organisasi;

4) Menarik bagi seluruh anggota organisasi dan pihak-pihak yang terkait (stakeholders); 5) Memberikan arah dan fokus strategi yang jelas;

6) Mampu menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan strategis yang terdapat dalam suatu organisasi;

7) Memiliki orientasi terhadap masa depan, sehingga segenap jajaran organisasi ikut berperan dalam pencapaiannya;

8) Mampu menumbuhkan komitmen seluruh anggota organisasi;

9) Menjamin kesinambungan kepemimpinan dan kebijakan organisasi serta menjembatani keadaan masa sekarang dan masa yang akan datang;

10) Memungkinkan untuk perubahan atau penyesuaian dengan perkembangan/perubahan tugas dan fungsi.

d) Teknik Perumusan Visi

Visi Satuan Organisasi dirumuskan dengan cara sebagai berikut: Mereview (meninjau kembali) masalah yang dihadapi, baik internal maupun eksternal dengan pendekatan analisis Strengths, Weakness, Opportunities, dan Threats (SWOT); dengan cara menganalisis konteks tentang kekuatan, kelemahan yang dimiliki oleh sekolah. Serta melihat peluang dan ancaman yang terjadi di sekeliling sekolah.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perumusan Visi adalah sebagai berikut:

1) Melibatkan seluruh anggota satuan organisasi dan satuan kerja untuk memberikan partisipasi (sharing) secara maksimal sesuai dengan kemampuannya;

2) Menumbuhkan sikap rasa memiliki (melu handarbeni atau sense of belongingness) mengenai visi yang akan dirumuskan bersam;.

3) Mengakomodasi cita-cita dan keinginan seluruh anggota satuan organisasi atau satuan kerja. Dengan pendekatan seperti ini (bottom up) akan menstimulasi segenap komponen yang ada dalam satuan organisasi untuk memberikan kontribusi terbaiknya bagi pencapaian visi yang akan disepakat;

4) Rumusan Visi yang berasal dari pimpinan (top down) perlu disosialisasikan kepada seluruh anggota organisasi dengan pendekatan yang demokratis dan terbuka untuk penyempurnaan dan memperoleh masukan atau partisipasi dari bawah.

3. Contoh Visi Sekolah

a) Sekolah yang terletak di kota besar, peserta didiknya berasal dari keluarga mampu, berpendidikan tinggi, yang memiliki harapan anaknya menjadi orang hebat, lulusannya melanjutkan ke sekolah favorit yang lebih tinggi, dapat merumuskan visinya:

(18)

11

b) Sekolah yang terletak di daerah pedesaan yang umumnya tidak maju dari sekolah perkotaan dan banyak peserta didiknya tidak melanjutkan ke sekolah favorit atau berprestasi, dapat merumuskan visinya:

“Cerdas, Terampil, Dan Mandiri Berdasarkan Iman Taqwa”

c) Sekolah yang terletak di pinggiran kota (urban) yang umumnya tingkat kemajuannya menengah dibanding sekolah di perkotaan atau pedesaan, masyarakatnya pekerja, perilaku moral rendah, dan banyak peserta didiknya tidak melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi, dapat merumuskan visinya:

“Berkarakter, Cerdas, Mandiri, Dan Terampil Berdasarkan Imtaq”

Ketiga contoh visi tersebut, sama-sama benar sepanjang dalam koridor tujuan pendidikan nasional, sesuai dengan tujuan dari setiap jenjang sesuai dengan peraturan pemerintah. Visi yang pada umumnya dirumuskan dalam kalimat yang filosofi seperti contoh di atas seringkali memiliki aneka tafsir, setiap orang dapat menafsirkan secara berbeda-beda sehingga dapat menimbulkan perselisihan dalam implementasinya. Bahkan jika terjadi penggantian pimpinan sekolah maka kepala sekolah yang baru tidak jarang memberi tafsir yang berbeda kepada kepala sekolah sebelumnya. Oleh karena itu agar tidak memberikan tafsir yang berbeda, visi itu sebaiknya diberikan penjelasan berupa indikator-indikator atau penanda-penanda yang dimaksudkannya. Perhatikan contoh penjelasan indikator-indikator visi Unggul dalam prestasi berdasarkan iman dan taqwa dapat dijabarkan indikatornya sebagai berikut:

4. Visi Indikator

Unggul dalam prestasi? Unggul dalam memperoleh UASBN atau UN, Unggul dalam persaingan melanjutkan ke jenjang pendidikan di atasnya, Unggul dalam karya ilmiah remaja Unggul dalam lomba kreativitas ?

Unggul dalam lomba kesenian Unggul dalam lomba olah raga

Unggul dalam keterampilan (mengoprasikan Komputer dan internet, Public Speaker) Beriman dan bertaqwa ? Unggul dalam disiplin

Unggul dalam aktvitas keagamaan Unggul dalam kepedulian sosial

B. Misi Sekolah

Misi adalah sesuatu yang harus dilaksanakan oleh organisasi agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik. Suatu pernyataan misi setidaknya harus mampu menjawab tiga pertanyaan, berikut ini: Apa yang akan kita lakukan? Untuk siapa kita melakukannya? Bagaimana kita melaksanakannya?

Misi sekolah juga merupakan tindakan dalam rangka merealisasikan visi, yang telah dirumuskan. Sebelum merumuskan misi sekolah terlebih dahulu melakukan kegiatan-kegiatan; mempelajari visi sekolah; dan merumuskan tindakan untuk mencapai/merealisasikan visi sekolah. organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.

(19)

12

d. Misi menggambarkan tentang produk atau pelayanan yang akan diberikan pada masyarakat (siswa);

e. Kualitas produk atau layanan yang ditawarkan harus memiliki daya saing yang tinggi, namun disesuaikan dengan kondisi organisasi.

2. Kriteria Misi

Rumusan misi yang baik mempunyai kriteria (ciri-ciri) sebagai berikut : a. Rumusannya sejalan dengan visi satuan organisasi/satuan kerja;

b. Rumusannya jelas dengan bahasa yang lugas;

c. Rumusannya menggambarkan pekerjaan atau fungsi yang harus dilaksanakan; d. Dapat dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu;

e. Memungkinkan untuk perubahan/penyesuaian dengan perubahan visi.

3. Contoh Misi Sekolah

Misi Indikator (misi)

a. Mengembangkan sumber daya secara optimal dalam rangka mempersiapkan siswa di

era global

b. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga setiap peserta didik berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi yang dimiliki.

c. Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga sekolah. d. Mendorong dan membantu setiap peserta didik untuk mengenali potensi dirinya

sehingga apat dapat dikembangkan secara optimal.

e. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut dan budaya bangsa sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak.

f. Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga sekolah warga

sekolah dan kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah.

III. Tujuan Sekolah/Madrasah

(20)

13

Kepala sekolah menentukan strategi pencapaian tujuan sekolah, dilengkapi dengan indikator pencapaian yang terukur. Hasil yang diinginkan, antara lain: Dokumen program yang memuat strategi pencapaian tujuan pada tiap kegiatan pemenuhan stadar yang dijabarkan dalam indikator pencapaian yang spesifik, terukur, realistik, dan berbatas waktu.

1. Kriteria Tujuan

Beberapa kriteria penyusunan tujuan antara lain : a) mendeskripsikan hal-hal yang perlu diwujudkan sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan. Tujuan harus serasi dan menantang, namun realistik dan dapat dicapai.

2. Perumusan Tujuan Sekolah

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan tujuan sekolah: a. Tujuan sekolah harus memberikan ukuran yang spesifik dan akuntabel

b. Tujuan sekolah merupakan penjabaran dari misi, oleh karena itu harus selaras dengan visi dan misi

Sedangkan target sekolah adalah penjabaran tujuan yang ingin dicapai ke dalam target seperti peningkatan mutu akademik (prestasi belajar) dan non akademik (kesenian, pramuka, olahraga, sikap) yang harus dicapai dalam setiap tahun ajaran, semester, dan bulanan. Cara-cara untuk mencapai target sekolah antara lain sebagai berikut:

a. membangkitkan dedikasi guru dengan cara meluruskan niat pengabdian sebagai sumber daya

manusia yang melaksanakan tugasnya secara professional;

b. membuat kesepakatan tugas (kewajiban) imbalan (hak) ganjaran jika berprestasi dan sanksi jika mengingkari kewajiban berdasarkan aturan yang disepakati;

c. menanamkan rasa memiliki pada seluruh warga sekolah dan masyarakat terhadap sekolah;

d. melakukan rapat berkala untuk mengetahui kemajuan, mencari solusi bersama dalam

menghadapi dan memecahkan masalah; dan

e. menciptakan iklim kerja yang kondusif sehingga tercipta suasana kerja yang menyenangkan

dan saling mendukung

IV. Rencana Evaluasi

(21)

14

(22)

15

BERPOTENSI

MAJU

TEKNIK PENGELOLA

AN

TIM KERJA YANG EFEKTIF

CONTOH BERBUDAYA

MUTU PROGRAM

BARU

TARGET AKADEMIKN

ON AKADEMIK

KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PENGEMBANG ORGANISASI SEKOLAH

Kepala sekolah dalam mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sekolah memerlukan strategi dalam pencapaian keberhasilan tujuan sekolah dengan target akademik dan target non akademik. Strategi tersebut meliputi 5 macam, antara lain;

A. Program Baru

Kepala sekolah mampu mengembangkan program baru untuk meningkatkan pencapaian target yang lebih tinggi. Target adalah upaya mendesak yang harus dicapai dalam rangka mencapai tujuan sekolah yang sesuai dengan visi, maupun misinya. Ide-ide kepala sekolah dalam pelaksanaan proram perencanaan sebelumnya sangat berpotensi mencapai sesuai target. Setiap wacana yang dimunculkan kepala sekolah merupakan hasil pengembangan program-program baru bagi kepala sekolah sehingga hasil yang diinginkan, antara lain: Program pengembangan sekolah mengandung target pencapaian pada indikator keunggulan khas satuan pendidikan, kerja sama tim, dan data realisasi target yang meningkat daripada pencapaian sebelumnya.

B. Tim Kerja Yang Efektif

Kepala sekolah terampil dalam membangun tim kerja yang efektif untuk mendapatkan produk kinerja yang lebih unggul. Memotivasi mitra kepala sekolah untuk hidup rukun bersama menyelesaikan masalah-masalah sekolah dengan koordinasi dan

(23)

16

kerja sama dalam suatu tim yang solid. Pembina dan pelaksana tim kerja (Pokja) selalu dibentuk jika terdapat hal-hal yang mendesak dalam menyelesaikan permasalahan sekaolah, meminta pertanggung jawaban tim kerja yang telah terbentuk tentang hasil pelaksanakan pekerjaaan yang menjadi tugas tim, dengan selalu menghormati dan menghargai karya orang lain. Hasil yang diinginkan, antara lain: Terdapat struktur organisasi yang dilengkapi dengan distribusi dan deskripsi pembagian tugas sesuai kriteria, pembentukan tim kerja, catatan penilaian dan perbaikan hasil kinerja tim, dan rekomendasi perbaikan pelaksanaan kegiatan.

C. Teknik Pengelolaan

Kepala sekolah menerapkan berbagai teknik pembaharuan dalam pengelolaan pembelajaran, dinamika pembelajaran menuntut kreativitas maupun inovasi-inovasi kepala sekolah sebagai kepemimpinan pembelajaran. Kegiatan-kegiatan yang bersifat pembaharuan akan menjadi penggerak (motor) warga sekolah dalam membantu kepala sekolah mencapai visi, misi, tujuan sekolah. Dengan selalu mengupdate kebutuhan pengelolaan pembelajaran dan dinamika pembelajaran maka diharapakan hasil yang diinginkan, antara lain: Terdapat penerapan strategi pembaharuan dengan strategi yang terprogram, adanya rekam jejak penerapan strategi yang dilaksanakan secara berkelanjutan yang didukung dengan kerja sama tim untuk memperoleh prestasi sekolah yang meningkat dari hasil sebelumnya.

D. Berpotensi Maju

Kepala sekolah menunjukkan kemampuan dalam mengembangkan potensi dan

meningkatkan prestasi sekolah. Memfasilitasi setiap ide, gagasan maupun inovasi dari warga sekolah tentang kemajuan dan prestasi dari sekolah, dapat yang berhubungan social kemasyarakatan, forum PGRI, forum OSIS, maupun bentuk-bentuk kegiatan seremonial dari Dinas Pendidikan.

Hasil yang diinginkan, antara lain: Dokumen peningkatan KKM, target hasil ulangan, hasil UN dan target keunggulan nonakademik peserta didik yang terprogram, terlaksana, dan meningkat hasilnya.

E. Contoh Berbudaya Mutu

Kepala Sekolah menjadi contoh berbudaya mutu yang kompetitif dalam

mendorong peningkatan prestasi akademik dan non akademik peserta didik. Segala upaya kepala sekolah dalam kompetisi-kompetisi berupa; Olimpiade Sain Nasional, Pekan Olah

Raga dan Seni Daerah, cerdas cermat, lomba baca tulis kaligrafi Al Qur’an dan tilawatil Al Qur’an, Pekan Bahasa Nasional, dan masih banyak lagi yang dirintis mulai tingkat

sekolah, tingkat kecamatan, tingkat kabupaten, tingkat provinsi, tingkat nasional, sampai tingkat internasional.

(24)

17

KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PEMIMPIN SUMBER DAYA SEKOLAH/MADRASAH

Kepala sekolah berperan aktif dalam memfasilitasi kegiatan-kegiatan lomba di bidang akademik dan non akademik bagi peserta didik hingga memperoleh prestasi semaksimalnya minimal sesuai misi sekolah, harapan dari kompetensi ini akan mendapatkan hasil yang diinginkan, antara lain: Dokumen penyelenggaran kegiatan kompetisi yang dimulai dari tingkat sekolah, peroleh piagam penghargaan, piala, trofi perlombaan bidang akademik dan nonakademik.

I. Manajemen Sumber Daya bukan Manusia

A. Manajemen Progam Sekolah

Proses belajar mengajar akan berlangsung dengan baik di sekolah jika didukung oleh adanya program, baik di tingkat kelas, sekolah. Hal ini berarti bahwa proses pendidikan harus dikelola dengan baik yang tersusun dalam sebuah program sekolah. Proses penyusunan program ini merupakan proses yang terdiri atas kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan. Dengan kata lain program adalah suatu kegiatan dalam membuat atau membentuk pengelolaan sekolah secara mandiri berdasarkan analisis kekuatan, kelemahan, peluang, tantangan atau analisis situasi dan kondisi dengan memperhatikan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan tuntutan masyarakat.

Dalam menyusun program peran serta sumber daya manusia yang ada perlu dilibatkan seperti:

1. kepala sekolah, guru, dan tenaga administrasi, 2. orang tua/wali siswa,

3. tokoh masyarakat,

4. utusan siswa, dan

5. pengawas.

Program kerja yang baik adalah program kerja yang dapat dilaksanakan sesuai kemampuan; dapat diukur kemajuannya; memiliki rincian siapa yang melaksanakan, dimana dan kapan dilaksanakan, serta biaya yang diperlukan untuk bisa melaksanakan program kerja itu.

Keputusan strategis adalah cara jitu yang dikembangkan untuk mengatasi tantangan dan meraih peluang dengan mempertimbangkan faktor kekuatan dan kelemahan yang dimiliki sekolah dalam mencapai hasil maksimal sesuai dengan tujuan. Keputusan strategis perlu dilakukan agar sekolah memiliki perencanaan yang tepat untuk memperoleh keunggulan kuantitas dan kualitas (akademik/non akademik) sesuai keinginan dan tuntutan masyarakat dengan dukungan maksimal dari sumber daya yang dimilikinya.

Cara yang dapat ditempuh dalam melakukan pengambilan keputusan strategis adalah dengan melakukan analisis situasi dan kondisi yang berkenaan dengan:

1. pengidentifikasian masalah;

2. pengumpulan data;

3. penganalisian kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman secara komprehensif (tenaga

kependidikan, keuangan, kegiatan belajar mengajar, sarana/prasarana, kesiswaaan, kerjasama, dan lain-lain);

4. penentuan skala prioritas.

(25)

18

Setelah melakukan analisis dan kondisi seperti di atas, maka pengambilan keputusan strategis lain yang perlu dilakukan antara lain sebagai berikut:

1. menyusun program kerja;

2. menyusun pembagian tugas;

3. menyusun strategi untuk mencapai tujuan; dan

4. menyusun anggaran yang diperlukan.

B. Manajemen Kurikulum

Manajemen kurikulum bagi kepala sekolah akan mengarahkan supaya pembelajaran berjalan dengan baik dengan mengacu pada pencapaian tujuan belajar siswa. Manajemen kurikulum berkaitan dengan pengelolaan pengalaman belajar yang dialami siswa. Tahapan dalam manajemen kurikulum di sekolah adalah tahap perencanaan, pelaksanaan, dan tahap pengendalian. Manajemen kurikulum adalah kegiatan mengoperasionalkan visi, misi, tujuan, dan target sekolah dengan mengacu pada kurikulum nasional dan kurikulum muatan lokal yang berlaku sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah yang dijabarkan dalam program tahunan dan program semester berdasarkan kalender pendidikan.

Pada tahun 2015 ini merupakan sejarah baru dalam dunia pendidikan di Indonesia tentang pemberlakuan 2 macam kurikulum; KTSP 2006 dan KTSP 2013 (permendikbud 160 tahun 2014). Hal ini merupakan tantangan yang sangat besar yang mengorbankan biaya, tenaga, pemikiran, waktu dan hampir semua sumber daya sekolah terkuras habis karena pemberlakuan 2 macam kurikulum dalam satu tahun pembelajaran. Secara operasional pemberlakuan 2 macam kurikulum ini sama sekali tidak sesuai dengan program tahunan sekolah, akan tetapi program tahunan sekolah tetap harus dilakukan sebab pembuatan program/perencanaan merupakan bagian awal manajemen yang selalu dilakukan.

Program tahunan sekolah adalah rancangan kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler di sekolah menurut kelas dalam satu tahun ajaran. Sedangkan program semesteran sekolah adalah rancangan kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler untuk semua mata pelajaran menurut kelas dalam satu semester pada tahun ajaran berjalan. Cara yang dapat ditempuh dalam menyusun program tahunan kegiatan belajar mengajar antara lain sebagai berikut:

1. menentukan hari belajar efektif dengan berpedoman pada hari belajar efektif yang berlaku;

2. menentukan hari belajar efektif per minggu dan melakukan analisis materi pelajaran dengan mempertimbangkan: pencapaian tujuan, kedudukan mata pelajaran dalam mata pelajaran lainnya, nilai aplikasinya, kemuktahiran, karakteristik pelajaran, dan kebutuhan sekolah;

3. menugaskan tenaga kependidikan untuk menyusun program tahunan;

4. melakukan pembahasan program tahunan;

5. menyusun jadwal pelajaran;

6. menyepakati perlunya untuk menyusun rencana pelajaran;

7. membahas bersama rencana pelajaran yang disusun guru;

8. melakukan supervisi secara berkala;

9. mengembangkan sistem penilaian;

10.memenuhi media pembelajaran;

11.menyepakati sistem pemberdayaan yang dapat mengakomodasi kemajuan belajar siswa;

12.menyepakati bahwa pembelajaran senantiasa berpedoman pada prinsip-prinsip didaktik; 13.metodik yang baik.

(26)

19

A. Manajemen Personil Sekolah

Manajemen personil sekolah adalah kegiatan pembinaan dan pemberdayaan personil yang ada di sekolah dan masyarakat untuk pencapaian visi, misi dan tujuan pendidikan di sekolah. Cara yang dapat ditempuh dalam manajemen personil di sekolah adalah dengan melakukan pembinaan dan pemberadayaan yang terarah dan terus menerus agar personil yang ada dapat melaksanakan tugas profesionalnya dengan baik dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan pendidikan di sekolah. Pembinaan dan pemberdayaan personil mencakup pembinaan akademis atau profesionalnya, karier dan kesejahteraan.

1. Pembinaan Akademis

Dalam melakukan pembinaan akademis terhadap tenaga kependidikan adalah berkenaan dengan penguasaan materi pelajaran dan penguasaan keterampilan pedagogis dalam mengelola kegiatan belajar mengajar serta sikap tenaga kependidikan sebagai pendidik dan pengajar. upaya yang dapat dilakukan dalam melakukan pembinaan kemampuan akademis tenaga kependidikan antara lain sebagai berikut:

a. Menentukan syarat minimal kompetensi yang mesti dimiliki oleh setiap tenaga

kependidikan yang ada.

b. Mengajak tenaga kependidikan yang ada di sekolah untuk dapat mengenali kemampuan

yang dimilikinya.

c. Meningkatkan kemampuan akademis tenaga kependidikan melalui berbagai cara yang bisa

ditempuh, antara lain:

1) mengikutsertakan tenaga kependidikan dalam kegiatan pelatihan yang relevan;

2) menanamkan budaya untuk meningkatkan kemampuan terhadap setiap tenaga

kependidikan yang ada;

3) menanamkan budaya untuk berprestasi;

4) menanamkan budaya rasa memiliki;

5) menanamkan budaya belajar, kerja keras, dan membangun diri.

2. Pemberdayaan Personil dan Staf lainnya

Pemberdayaan personil dan staf yang ada di sekolah maupun yang ada di masyarakat sebenarnya adalah pemanfaatan pengetahuan, keterampilan dan sikap mereka untuk membantu sekolah dalam rangka mencapai tujuan-tujuan sekolah. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam pemberdayaan personil dan staf yang ada di sekolah antara lain sebagai berikut:

a. mencatat dan mendaftarkan tugas-tugas yang harus dikerjakan;

b. mengupayakan agar tugas tersebut dapat dilaksanakan oleh staf sekolah, bila ada tugas-tugas yang tidak dapat dilaksanakan oleh staf yang ada di sekolah, maka dapat mencarikan tenaga yang ada di masyarakat setempat;

b. memahamkan minat dan kemampuan personil yang ada;

c. merumuskan tugas dan tanggung jawab masing-masing;

d. mendiskusikan tugas dan tanggung jawab;

e. melakukan pembagian tugas bersama;

f. melakukan supervisi secara berkala;

g. memberikan tugas tambahan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan sesuai

kemampuan masing-masing. 3. Pembinaan Karier

(27)

20

waktu sesuai peraturan yang berlaku. Pembinaan karier terhadap personil akan dapat terlaksana dengan baik apabila situasi dan kondisi lingkungan kerja dapat tercipta dengan baik. Untuk itu, penciptaan situasi dan kondisi seperti yang diinginkan merupakan hal yang sangat penting. Kegiatan yang dapat dilakukan dalam menciptakan situasi dan kondisi yang diinginkan:

a. menanamkan budaya malu apabila datang tidak tepat waktu;

b. melakukan penilaian secara obyektif dan jujur;

c. mendorong tenaga kependidikan mencapai jenjang karier secara optimal dengan

menyediakan

fasilitas yang dibutuhkan. 4. Kesejahteraan Personil

Kesejahteraan berarti suatu pemenuhan kebutuhan yang terkait dengan mental spiritual, keadaan jasmaniah, dan penghasilan dari personil yang ada di sekolah. Kegiatan yang dapat dilakukan dalam mengusahakan kesejahateraan terhadap personil yang berkaitan dengan mental spiritual antara lain sebagai berikut:

a. memfasilitasi sarana dan prasarana ibadah pemeluk agama, kemudian memprioritaskan pelaksanaan kewajiban pemeluk agama semua personil yang ada di sekolah;

b. mendahulukan menciptakan iklim sosial yang menyenangkan;

c. meningkatkan hubungan kekeluargaan;

d. meningkatkan kerjasama dengan orang tua siswa, alumni, dan masyarakat setempat.

Sedangkan kegiatan yang dapat dilakukan untuk dapat mengupayakan kesejahteraan terhadap personil yang berkaitan dengan keadaan jasmaniah:

a. olah raga bersama secara terjadwal b. rekreasi bersama

c. jaminan sosial

Sementara itu, kegiatan yang dapat ditempuh oleh kepala sekolah dalam mengupayakan kesejahteraan terhadap personil yang ada di sekolah yang berkenaan dengan penghasilan antara lain sebagai berikut:

a. insentif yang layak sesuai dengan kinerja

b. penghargaan dalam bentuk material dan moril bagi yang berprestasi

B. Manajemen Kesiswaan

Manajemen kesiswaan merupakan pengaturan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan siswa yang dimulai dari kegiatan penerimaan sampai dengan kelulusan dan pelepasan siswa. Oleh karena itu, manajemen kesiswaan menjadi penting untuk dipahami dan dikuasai oleh kepala sekolah karena manajemen kesiswaan bukan hanya merupakan kegiatan yang dirancang sekolah yang dimulai dari kegiatan penerimaan siswa baru, penempatan siswa, dan pembinaan tetapi juga agar potensi rohaniah dan jasmaniah yang dimiliki siswa tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga pada saat siswa tersebut lulus memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diharapkan. Tahapan kegiatan dalam manajemen kesiswaan adalah sebagai berikut:

1. Penerimaan Siswa Baru

a. mempelajari ketentuan-ketentuan proses penerimaan siswa baru;

b. mengkoordinasikan dengan sekolah lain;

c. merumuskan dengan jelas tugas dan wewenang panitia penerimaan siswa baru;

d. melakukan promosi.

2. Orientasi Siswa Baru

Sebelum siswa mengikuti pelajaran, sebaiknya diadakan masa orientasi. Tujuan dari diadakannya orientasi bagi siswa baru antara lain adalah:

(28)

21

b. Siswa dapat aktif dalam kegiatan belajar di sekolah;

c. Siswa merasa betah di sekolah, semua warga sekolah mesti bersikap ramah kepada siswa

baru dan selalu siap membantu apabila diperlukan.

Setelah siswa diterima, Kepala Sekolah mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pengarahan dalam program penyesuaian terhadap siswa baru tentang situasi dan kondisi sekolah mereka. Dalam masa orientasi ini siswa baru hendaknya diterima dalam suatu upacara sekolah yang biasanya diselenggarakan di halaman sekolah. Kepala Sekolah dalam kesempatan ini dapat memanfaatkan untuk menjelaskan yang berkenaan dengan hal-hal sebagai berikut:

a. Memperkenalkan semua warga sekolah (guru dan bukan guru);

b. Menjelaskan semua program sekolah;

c. Menjelaskan tentang tata tertib sekolah;

d. Menjelaskan fasilitas pendidikan yang dimiliki oleh sekolah; dan e. Menjelaskan tentang struktur organisasi sekolah.

3. Penempatan Siswa

Sebelum siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar, terlebih dulu siswa perlu ditempatkan dan dikelompokkan dalam kelompok belajarnya dengan mengacu pada: a. Fungsi integrasi yaitu pengelompokkan siswa menurut umur, jenis kelamin, dan lain

sebagainya;

b. Fungsi perbedaan yaitu pengelompokkan siswa berdasarkan pada perbedaan individu, misalnya, bakat, kemampuan, minat, dan lain sebagainya.

Sementara itu, dasar pengelompokkan siswa antara lain sebagai berikut:

a. Friendship grouping, yaitu pengelompokkan belajar siswa berdasarkan atas kesukaan di dalam memilih teman di antara siswa itu sendiri;

b. Achievement grouping, yaitu pengelompokkan belajar siswa berdasarkan atas campuran antara siswa yang berprestasi tinggi dan siswa yang berprestasi rendah;

c. Aptitude grouping, yaitu pengelompokkan siswa berdasarkan atas kemampuan dan bakat yang sesuai dengan apa yang dimiliki oleh siswa itu sendiri;

d. Attention or Interest grouping, yaitu pengelompokkan siswa berdasarkan atas perhatian atau

minat yang didasarkan atas kesenangan siswa itu sendiri; dan

e. Intelligence grouping, yaitu pengelompokkan siswa berdasarkan atas hasil tes intelegensi. 4. Pembinaan siswa secara tertib dan akurat

Keberhasilan kemajuan belajar siswa dan prestasi yang ditempuh siswa memerlukan data otentik yang dapat dipercaya serta memiliki keabsahan. Oleh karena itu, pada pembinaan siswa perlu melakukan kegiatan-kegiatan antara lain sebagai berikut:

a. melakukan pendataan siswa (biodata)

b. mengikutsertakan siswa dalam merumuskan kegiatan kesiswaan

c. mengembangkan potensi siswa secara optimal melalui penyusunan program bimbingan dan konseling dan penyusunan kegiatan ekstrakurikuler wajib Kepramukaan dan ektrakurikuler pilihan

d. Kelulusan dan pelepasan siswa

C. Manajemen Kerjasama Sekolah dengan Masyarakat

1. Konsep Dasar

(29)

22

masyarakat terhadap sekolah. Oleh karena itu, hubungan timbal balik antara sekolah dan masyarakat perlu dijalin demi tercapai jalinan kerjasama untuk kelancaran pendidikan.

Hubungan sekolah dan masyarakat adalah suatu proses komunikasi antara sekolah dengan masyarakat untuk berusaha menanamkan pengertian warga masyarakat tentang kebutuhan dari hasil pendidikan serta mendorong minat dan tanggung jawab masyarakat dalam ikut serta mendorong dan memanjukan sekolah.

2. Prinsip Hubungan Sekolah dengan Masyarakat

Kerjasama sekolah dengan masyarakat adalah kegiatan sekolah yang melibatkan masyarakat baik secara individual maupun organisasi dengan prinsip sukarela, saling menguntungkan dan memiliki kepentingan bersama dalam suatu wadah guna membantu kelancaran penyelenggaraan pendidikan di sekolah.

Kegiatan kerjasama sekolah dan masyarakat ini perlu dilakukan adalah untuk mendayagunakan potensi masyarakat dalam membantu kelancaran penyelenggaraan pendidikan di sekolah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Waktu pelaksanaan kerja sama sekolah dengan masyarakat bisa dirancang secara antara lain sebagai berikut:

a. terjadwal, terencana, dan berkesinambungan dalam melakukan pertemuan dengan tokoh masyarakat maupun pihak-pihak terkait lainnya;

b. tidak terjadwal, dapat dilakukan sesuai dengan keperluan misalnya kunjungan ke rumah tokoh masyarakat.

Pihak-pihak masyarakat yang dapat kerjasama dengan sekolah:

a. warga masyarakat (tokoh masyarakat) baik secara individu maupun organisasi; b. alumni;

c. instansi-instansi terkait lainnya seperti Puskesmas, Kelurahan, Kecamatan, Sekolah lain dan lain-lain;

d. dunia usaha/bisnis; dan e. orang tua siswa.

Sementara itu teknik pendekatan yang dapat dilakukan dalam upaya kerjasama antara sekolah dan masyarakat antara lain sebagai berikut:

a. melakukan kunjungan ke rumah tokoh-tokoh masyarakat;

b. melakukan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan;

c. mengadakan kegiatan atau program kerjasama dengan masyarakat;

d. mengadakan bulletin atau majalah sekolah;

e. mengadakan pertemuan rutin atau dialog dengan tokoh masyarakat sekitar serta pihak-pihak

terkait; dan

f. membina hubungan dengan instansi-instansi terkait dalam upaya mendapat dukungan dalam

penyelenggaraan pendidikan di sekolah.

D. Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan adalah kegiatan sekolah untuk merencanakan, memperoleh, menggunakan, dan mempertanggungjawabkan keuangan sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Manajemen keuangan perlu dilakukan karena sumber pembiayaan sekolah biasanya terbatas. Karena itu, sekolah harus mampu meyakinkan pihak-pihak yang berkepentingan bahwa program sekolah memerlukan tambahan biaya.

(30)

23

ada. (3) mengajukan proposal dan RKAS ke instansi terkait misalnya komite sekolah, badan peran serta masyarakat, alumni atau donator lainnya.

Dalam menggunakan keuangan sekolah, maka warga sekolah melakukan: memilih bendahara, pemegang buku, dan pengawas yang bertanggung jawab, menentukan mekanisme pengeluaran keuangan sekolah misalnya sebelum mengeluarkan uang harus mendapat persetujuan pengawas dan kepala sekolah, menggunakan keuangan sekolah sesuai dengan RKAS, dan mencatat secara tertib dan cermat pendapatan dan pengeluaran sekolah.

E. Manajemen Sarana dan Prasarana

Manajemen sarana dan prasarana pendidikan dalam istilah asing dikenal dengan nama

“school plant administration”, yang mencakup lahan, bangunan, perabot dan perlengkapan

sekolah. Manajemen sarana dan prasarana diartikan sebagai kegiatan mulai dari kegiatan perencanakan kebutuhan, pengadaan, inventarisasi, penyimpanan, pemeliharaan, penggunaan dan penghapusan sampai dengan penataan penataan lahan, bangunan, perlengkapan, dan perabot sekolah secara tepat guna dan tepat sasaran. Cara yang dapat ditempuh oleh sekolah dalam merencanakan sarana pendidikan, di antaranya, adalah sebagai berikut:

1. merencanakan kebutuhan alat pelajaran (buku, alat praktik, bahan praktik, dan alat

2. laboratorium), alat peraga, dan media pengajaran berdasarkan kurikulum yang berlaku dengan

3. memperhatikan jumlah siswa yang ada;

4. mendiskusikan jenis alat pelajaran, alat peraga, dan media pengajaran yang harus dibeli dan 5. dikembangkan atau dibuat sendiri;

6. mengadakan didasarkan pada prioritas;

7. mencatat fasilitas perpustakaan dengan cermat dan tertib; dan

8. menentukan penanggung jawab laboratorium dan perpustakaan.

Kegiatan yang dilakukan di sekolah dalam memanfaatkan dan memelihara sarana pendidikan di sekolah antara lain sebagai berikut:

1. Menyusun jadwal pemanfaatan sesuai dengan peruntukan masing-masing sarana

2. Menunjuk penanggung jawab untuk masing-masing peralatan atau sarana

Sementara itu, kegiatan dilakukan sekolah dalam memanfaatkan dan memelihara prasarana pendidikan yang tersedia di sekolah:

1. Menunjuk petugas tata usaha sekolah sebagai penanggung jawab keamanan dan

kebersihan prasarana

2. Menetapkan pemanfaatan masing-masing fasilitas yang ada

3. Menyusun jadwal pemeliharaan masing-masing fasilitas

(31)

24

KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN SEKOLAH/MADRASAH YANG EFEKTIF

Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju organisasi pembelajar yang efektif dengan langkah yang ditempuh oleh Kepala sekolah dengan memfasilitasi efektivitas tim kerja guru dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran. Dengan langkah tersebut maka hasil yang diinginkan, antara lain: Bukti pelaksanaan kerja sama guru pada tingkat satuan pendidikan, antar satuan pendidikan dalam meningkatkan mutu perencanaan, proses, penilaian, kompetisi dan kolaborasi siswa, dalam perbaikan mutu pembelajaran

Sejalan dengan tuntutan masyarakat terhadap mutu pendidikan di Indonesia, belakangan ini banyak muncul ide persekolahan modern dengan berbagai nama, seperti: Sekolah Unggul, Sekolah Terpadu, Sekolah Percontohan, dan seterusnya. Di beberapa negara maju gerakan ini dinamakan dengan ide Sekolah Efektif. Ciri utama sekolah efektif, berdasarkan berbagai riset meliputi: (a) kepemimpinan pembelajaran yang kuat; (b) harapan yang tinggi terhadap prestasi siswa; (c) adanya lingkungan belajar yang tertib dan nyaman; (d) menekankan kepada keterampilan dasar; (e) pemantauan secara kontinyu terhadap kemajuan siswa; dan (f) terumuskan tujuan sekolah secara jelas (Davis & Thomas, 1989: 12). Fred M. Hechinger (dalam Davis & Thomas, 1989: 17) pernah menyatakan:

“Saya tidak pernah melihat sekolah yang bagus dipimpin oleh kepala sekolah yang buruk dan sekolah buruk dipimpin oleh kepala sekolah yang buruk. Saya juga menemukan sekolah yang gagal berubah menjadi sukses, sebaliknya sekolah yang sukses tiba-tiba menurun kualitasnya. Naik atau turunnya kualitas sekolah sangat tergantung kepada kualitas kepala sekolahnya”.

Pandangan tersebut menganjurkan kepada para kepala sekolah untuk memahami tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin pendidikan secara cermat.

I. Pentingnya Studi tentang Kepemimpinan Sekolah Efektif

Telah menjadi harapan masyarakat bahwa kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan selayaknya mampu memimpin dirinya sendiri dan mempunyai kelebihan dibandingkan dengan yang lainnya. Untuk meningkatkan kualitas diri, banyak upaya yang dapat ditempuh. Adair (1984) menawarkan ada lima hal yang dapat dilakukan, yaitu: (1) mengenal diri sendiri dengan

Strength, Weaknesess, Opportunities, Threats (SWOT), (2) berusaha memiliki Kredibilitas, Akseptabilitas, Moralitas, dan Integritas (KAMI), (3) mempelajari prinsip-prinsip kepemimpinan, (4) menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan, dan (5) belajar dari umpan balik. Jadi, punya ilmu harus dipraktikkan seperti nasehat Confius, seorang filosof kuno yang

menyatakan, ”Inti pengetahuan ialah mempunyai dan menggunakannya.”

Secara obyektif, kehidupan sekolah akan selalu mengalami perubahan sejalan dengan dinamika pembangunan. Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan harus berupaya mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya dalam mengelola perubahan yang terjadi di sekolah. Melihat posisinya sebagai top leader, kepala sekolah efektif akan menjadi penentu keberhasilan atau kegagalan reformasi pendidikan pada tingkat sekolah.

Dengan melakukan studi terhadap kepemimpinan sekolah efektif kita dapat menggali informasi tentang nilai-nilai efektifitas harus dipelihara di sekolah. Sergiovanni (1987) menjelaskan kriteria sekolah efektif ke dalam hal-hal berikut:

1. Skor tes UN meningkat

Gambar

Tabel Dimensi-Dimensi Perubahan Pola Manajemen Pendidikan

Referensi

Dokumen terkait

Rendahnya kualitas SMA Negeri di Kota Medan diyakini karena kepala sekolah belum mampu menjadi key person dalam pencapaian kualitas sekolah diakibatkan kelemahan

Adanya pengaruh tidak langsung dari peran pengawas sekolah terhadap kinerja guru dengan melalui kompetensi manajerial kepala sekolah dapat diinterpretasikan bahwa program

mengarahkan kinerja pegawai pada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan sekolah merupakan proses membimbing dan mengembangkan bakat dan energi guru, murid,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (i) kepala sekolah dalam melakukan perencanaan sudah sesuai dengan konsep serta strategi perencanaan; (ii) kepala sekolah sudah

Seorang kepala sekolah hendaknya memahami konsep manajemen untuk dapat mencapai tujuan organisasi yang dipimpinnya. Kepala sekolah mengarahkan stafnya dan sumber

PELATIHAN KURIKULUM NASIONAL BAGI KEPALA SEKOLAH DAN

Apa yang harus dilakukan oleh kepala sekolah dalam manajemen..

kondusif akan menghambat upaya pencapaian mutu sekolah yang diharapkan. Hasil penelitian dan analisis data menunjukkan bahwa kinerja manajerial kepala sekolah dan