• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Pengawas Sekolah dan Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Pengawas Sekolah dan Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU

WAWAN KURNIAWAN

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

▸ Baca selengkapnya: contoh laporan observasi kepala sekolah terhadap guru

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Peran Pengawas Sekolah dan Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru adalah benar karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, November 2014

(3)

Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru. Dibimbing oleh SYAMSUL MAARIF dan MUKHAMAD NAJIB.

Dalam organisasi publik, cara bawahan bekerja sangat dipengaruhi dan cenderung bergantung pada kemampuan pimpinan. Bila pimpinan tidak memiliki kemampuan memimpin, maka tugas-tugas yang sangat kompleks tidak dapat dikerjakan dengan baik. Apabila manajer mampu melaksanakan fungsi-fungsinya dengan baik, sangat memudahkan organisasi tersebut dapat mencapai sasarannya. Suatu organisasi membutuhkan pemimpin yang efektif, mempunyai kemampuan memengaruhi perilaku anggotanya atau anak buahnya. Terdapat paling sedikit tiga pihak yang dinilai sangat menentukan keberhasilan maupun ketidakberhasilan pencapaian tujuan pendidikan, yaitu kepala sekolah, pendidik/guru, dan pengawas sekolah. Pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran di sekolah menuntut guru dan kepala sekolah untuk memperhatikan dan memahami Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang tertuang dalam PP No. 19 tahun 2005 beserta penjabarannya yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri pendidikan Nasional.

Di lingkungan Kementerian Agama (Kemenag) Kantor Wilayah DKI Jakarta, masih banyaknya persoalan pendidikan dilihat dari berbagai indikator seperti prestasi siswa dalam Ujian Nasional. Pada tahun 2013, sekolah di lingkungan Kemenag provinsi DKI Jakarta prestasinya jauh tertinggal oleh sekolah-sekolah lain yang berada dibawah binaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Data hasil ujian nasional tahun 2013 untuk tingkat SMP/MTs menunjukkan sekolah terbaik di lingkungan kemenag hanya menempati urutan ke 78 diantara 1200 sekolah. Demikian juga untuk tingkat SMA/MA baik untuk jurusan IPA, IPS atau Bahasa sekolah terbaik di lingkungan Kemenag hanya berada pada peringkat 79 dari 434 sekolah yang ada di DKI Jakarta. Metode kuantitaf dengan alat analisis menggunakan SEM, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran pengawas sekolah dan kompetessi manajerial kepala sekolah terhadap kinerja guru dari persepsi para guru.

Penelitian ini membuktikan pengaruh peran pengawas sekolah dengan kinerja guru dinyatakan tidak signifikan, kompetensi manajerial kepala sekolah berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru dan peran pengawas sekolah berpengaruh signifikan terhadap kompetensi manajerial kepala sekolah. Hasil penelitian ini memberikan gambaran bagaimana pola hubungan antara pengawas sekolah, kepala sekolah dan guru. penelitian ini dapat menjadi acuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah melalui penguatan dan perbaikan manajemen sekolah.

(4)

Competence of Principal to The Teacher Performance. Supervised by SYAMSUL MAARIF and MUKHAMAD NAJIB.

In public organizations, subordinate work always depends on the leadership. If the leadership does not have the ability to lead, then the tasks are very complex can not be done well. If the manager is able to carry out their functions properly, then it is possible that the organization can achieve its goals. A needy organization effective leader, who has the ability to influence the behavior of its members or his men. There are at least three parties are assessed to determine the success or the failure of education goals, namely the head of school, educators / teachers, and the school superintendent.

In the Ministry of Religious Affairs (Kementerian Agama) Regional Office Jakarta, there are many educational problems of various indicators such as student achievement in the National Exam. In 2013, schools’ in the achievement far behind by other schools that are under the guidance of the Ministry of Education and Culture. Data national test results in 2013 for SMP / MTs showed the best schools in the neighborhood kementerian agama only ranks 78th among the 1200 schools. Similarly, for the level of SMA / MA is good for majoring in science, social studies or language best school in the neighborhood it solely is ranked 79 out of 434 schools in Jakarta. In this context, the role of supervisors and principals should be able to be one solution to the problem of low quality of education, particularly in relation to the quality and performance of teachers. Government programs that have been made in improving the quality of education will not run if the maximum no supervision.

The purpose of this study was to analyze the role of the school superintendent on teachers’ performance, to analyze the role of principals competence manejerial on teachers’ performance, and to analyze the role of the school superintendent to the principals managerial competence. The datas collected in this study were analyzed using descriptive analysis and analysis using SEM. For the purposes of rejection or acceptance of the hypothesis used a significance level of 5 percent. Analysis of Structural Equation Modeling (SEM) with the help of software AMOS18 used to see the direct influence of the role of school superintendents and principals managerial competence on teachers’ performance, and the indirect influence between the role of the school superintendent and teachers’ performance through the school principal managerial competencies. Based on the analysis and discussion above, we can conclude this study showed that the effect of the relationship between the role of the school superintendent declared significant to teachers’ performance. This study also proves that there is a significant effect relationship between managerial competencies principals on teachers’ performance, and this study proves that there is a significant correlation between the effect of the regulatory role of the principals managerial competence.

(5)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(6)

WAWAN KURNIAWAN

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Manajemen

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)
(8)

NIM : H251120444

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir M Syamsul Maarif, M.Eng, Dipl.Ing, DEA Dr Mukhamad Najib, S.TP, MM

Ketua Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Dekan Pascasarjana

Ilmu Manajeman

Dr Ir Abdul Kohar Irwanto, M.Sc Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(9)

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Illahi Robbi atas segala ridho dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Penelitian dengan judul Peran Pengawas Sekolah dan Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru ini dilaksanakan sejak bulan Januari sampai dengan Juni 2014 di Kementerian Agama Kantor Wilayah Provinsi DKI Jakarta.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Syamsul Maarif, M.Eng, Dipl.Ing, DEA dan Dr. Mukhamad Najib, S.TP, MM selaku dosen pembimbing dan Ibu Dr.Ir. Anggraini Kusumawati, MM selaku dosen penguji. Terima kasih kepada Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta, Kepala Bidang Pendidikan Madrasah Kanwil Kemenag DKI Jakarta, Kepala Madrasah dan guru-guru yang sudah berkenan memberi izin dan membantu dalam memberikan data yang dibutuhkan. Tak lupa ucapan terima kasih untuk istri dan ananda tercinta: Dafa dan Raiqa, Ayah, Ibu dan seluruh keluraga, serta rekan-rekan atas segala doa, motivasi dan dukungannya. Tak ada gading yang tak retak.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2014

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTAR LAMPIRAN iii

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 6

Kegunaan Penelitian 6

Ruang Lingkup Penelitian 6

2 TINJAUAN PUSTAKA 6

Peranan Pengawas Sekolah 6

Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah 9

Kinerja Guru 11

Hubungan antar Variabel 12

Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan 13

3 METODOLOGI 14

Kerangka Pemikiran 15

Tipe Penelitian 15

Variabel Penelitian 15

Definisi Operasioanal Variabel 15

Hipotesis Penelitian 17

Populasi dan Sampel 18

Teknik Penarikan Sampel 19

Teknik Pengumpulan Data 19

Teknik Analisis Data 19

Uji Kesesuaian Model 20

Tempat dan Waktu Penelitian 21

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 22

Karakteristik Responden dan Analisis Deskriptif 22

Analisis SEM 23

Model Struktural dan Model Pengukuran 23

Kesesuaian Model Pengukuran 24

Evaluasi Kriteria Kebaikan Model 26

Analisis Pengaruh Langsung dan Tidak langsung 27

Pengujian Hipotesis 28

(11)

5 SIMPULAN DAN SARAN 31

Simpulan 31

Saran 32

DAFTAR PUSTAKA 32

LAMPIRAN 35

(12)

DAFTAR TABEL

1 Jumlah guru menurut ualifikasi pendidikan tahun 2013 4

2 Tabel penelitian terdahulu 13

3 Populasi berdasarkan wilayah dan tingkatan sekolah 18

4 Analisis persepsi responden 22

5 Karakteristik responden 23

6 Hasil uji validitas indikator pada masing-masing konstrak 25

7 Hasil uji reliabilitas terhadap konstrak 26

8 Hasil uji kebaikan model 27

9 Pengaruh langsung 27

10 Pengaruh tidak Langsung 28

11 Hasil uji hipotesis 28

DAFTAR GAMBAR

1 Bagan pengembangan pola kerja harmonis dan sinergis pengawas, kepala

sekolah, dan guru 3

2 Kerangka pemikiran 15

3 Model konseptual penelitian 17

4 Konsep model struktural penelitian 18

5 Model struktural 24

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner penelitian 33

(13)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Institusi pendidikan merupakan sebuah lembaga yang bertugas mengantarkan peserta didik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, semua kegiatan yang dilakukan didalamnya selalu dimaksudkan untuk cita-cita luhur tersebut. Namun, dalam praktiknya lembaga ini sering dihadapkan pada berbagai masalah sehingga pencapaian tujuan dan sasaran pendidikan menjadi terhambat dan sering tidak optimal. Terdapat paling sedikit tiga pihak yang dinilai sangat menentukan keberhasilan maupun ketidakberhasilan pencapaian tujuan pendidikan, yaitu kepala Sekolah, Pendidik/Guru, dan Pengawas sekolah (Agung 2013). Pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran di sekolah menuntut guru dan kepala sekolah untuk memperhatikan dan memahami Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang tertuang dalam PP No. 19 tahun 2005 beserta penjabarannya yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri pendidikan Nasional (Permendiknas) (Mulyasa 2012)

Kompetensi manajerial seorang kepala sekolah sangat penting dalam menentukan arah dan prestasi sekolah. Kepala sekolah secara khusus diberi wewenang untuk menilai dan membina guru. Kepala sekolah yang berkompetensi ialah yang responsif terhadap berbagai perubahan yang berlangsung dalam kehidupan. Respon organisasi terhadap perubahan harus difasilitasi oleh kompetensi yang memadai dari seorang kepala sekolah, memiliki kemampuan mengelola dinamika organisasi dan menyesuaikan dengan perubahan tersebut (Karweti 2012). Guru adalah figur manusia yang memiliki peran yang paling strategis dalam kegiatan pendidikan di jalur sekolah. Usaha-usaha yang dilakukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan melalui pembinaan kurikulum, perbaikan sarana dan prasarana serta penyesuaian peraturan tidak akan memberikan makna yang berarti jika tidak didukung oleh guru yang profesional dan memiliki kinerja yang tinggi, karena proses penyelenggaraan pendidikan sebagai upaya pengembangan kepribadian dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia hanya akan mencapai hasil yang optimal jika didukung oleh kinerja dan kemampuan guru yang tinggi. Tanpa disertai kompetensi, profesioanalisme, dan kinerja yang tinggi, seorang guru sulit menghasilkan peserta didik yang memadai (Agung 2013).

Dalam organisasi publik, bawahan bekerja selalu bergantung pada pimpinan. Bila pimpinan tidak memiliki kemampuan memimpin, maka tugas-tugas yang sangat kompleks tidak dapat dikerjakan dengan baik. Apabila manajer mampu melaksanakan fungsi-fungsinya dengan baik, sangat mungkin organisasi tersebut dapat mencapai sasarannya. Suatu organisasi membu-tuhkan pemimpin yang efektif, yang mempunyai kemampuan mempengaruhi perilaku anggotanya atau anak buahnya (Alimuddin 2002). Jadi, seorang pemimpin akan diakui sebagai pemimpin apabila ia dapat memberi pengaruh dan mampu mengarahkan bawahannya ke arah tujuan organisasi. Fungsi manajemen menurut G.R. Terry meliputi Planning (perencanaan), Organizing

(14)

berhenti pada tahap pelaksanaan (kepala sekolah dan guru), tetapi masih ada tahap pengendalian atau pengawasan. Pengendalian atau pengawasan berada pada tahap akhir fungsi manajemen, yang diperlukan agar fungsi-fungsi manajemen yang lain dapat berjalan sesuai dengan tugasnya.

Pada pendidikan formal fungsi pengendalian atau pengawasan ditugaskan pada jabatan pengawas dan kepala sekolah. Pengawas dan kepala sekolah adalah tenaga kependidikan yang diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan dalam meningkatkan kualitasnya. Sebagai penunjang penyelenggaraan pendidikan tentunya pengawas memiliki peran dan kontribusi yang penting. Pengawas dan kepala sekolah merupakan tenaga kependidikan yang peranannya sangat penting dalam membina kemampuan profesional tenaga pendidik dalam meningkatkan kinerja sekolah. Pengawas sekolah berfungsi sebagai supervisor baik supervisor akademik maupun supervisor manajerial. Sebagai supervisor akademik, pengawas sekolah berkewajiban untuk membantu kemampuan profesional guru agar guru dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran, sedangkan sebagai supervisor manajerial, pengawas berkewajiban membantu kepala sekolah agar mencapai sekolah yang efektif.

Pengendalian dan pengawasan kedua aspek tersebut hendaknya menjadi tugas pokok pengawas sekolah. Peranan pengawas menjadi konsultan pendidikan yang senantiasa menjadi pendamping bagi guru dan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Lebih dari itu kehadiran pengawas menjadi agen dan pelopor dalam inovasi pendidikan di sekolah binaannya. Kinerja pengawas salah satunya akan dilihat dari kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh sekolah binaannya. Dalam proses pendidikan, pengawasan atau supervisi merupakan bagian tidak terpisahkan dalam upaya peningkatan prestasi belajar dan mutu sekolah. Sahertian (2000), menegaskan bahwa pengawasan atau supervisi pendidikan tidak lain dari usaha memberikan layanan kepada stakeholder pendidikan, terutama kepada guru-guru, baik secara individu maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki kualitas proses dan hasil pembelajaran.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, penyelenggaraan pendidikan di sekolah tidak terlepas dari kinerja berbagai pihak didalamnya terutama kepala sekolah, pengawas, dan guru. Kinerja ketiga pihak itu ditentukan oleh kompetensi yang dimiliki mereka dalam menjalankan tugasnya (Agung 2013). Oleh karenanya, tak heran jika kebijakan meningkatkan mutu pendidikan nasional pun memberikan perhatian dan pendekatannya terhadap upaya meningkatkan kinerja berbagi pihak, khusunya kepala sekolah, pengawas, dan guru. Hal ini jelas tergambar dengan diterbitkannya PP. No. 19/2005 tentang Standar Nasioanal Pendidikan dan diikuti dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 12/2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Kepala Sekolah; No.13 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Pengawas, dan No.16 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru.

(15)

Gambar 1. Bagan pengembangan pola kerja harmonis dan sinergis pengawas, kepala sekolah, dan guru

Dengan demikian, keberadaan pengawas dan kepala sekolah untuk meningkatkan kinerja guru sangatlah penting, namun jika dicermati masih banyak permasalahan yang ditemukan dalam dunia pendidikan kita termasuk yang terkait dengan tiga kompenan penting di atas yaitu, guru, kepala sekolah dan pengawas. Masih banyaknya sekolah-sekolah yang belum bisa memenuhi standar sekolah yang baik atau bahkan sekedar memenuhi standar-standar minimal yang sudah ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP). Ditemukannya guru yang

Peningkatan Mutu dan Hasil

Pendidikan

Pengelolaan Kerja: - Identifikasi masalah dan

kebutuhan

- Alternatif pemecahan masalah dan kebutuhan

- Perumusan rencana kerja - Pelaksanaan rencana kerja - Revisi, Supervisi, dan Evaluasi Kemendiknas, Dinas. Visi dan Tujuan Sekolah

(16)

belum mampu menjalankan tugas keprofesionalannya, serta prestasi siswa sebagai output dari proses pembelajaran yang masih jauh dari harapan dan tertinggal jauh oleh negara lain.

Beberapa fakta menjadi indikator bahwa masih rendahnya kualitas pendidikan kita. Hasil penelitian Trends in Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun2012 yang diikuti siswa kelas VIII Indonesia tahun 2011. Penilaian yang dilakukan International Association for the Evaluation of Educational Achievement Study Center Boston College tersebut, diikuti 600.000 siswa dari 63 negara. Untuk bidang Matematika, Indonesia berada di urutan ke-38 dengan skor 386 dari 42 negara yang siswanya dites. Pada TIMSS matematika kelas VIII tersebut, peringkat pertama diraih siswa Korea (613), selanjutnya diikuti Singapura. Nilai rata-rata yang dipatok 500 poin. Adapun bidang sains, Indonesia berada di urutan ke-40 dengan skor 406 dari 42 negara yang siswanya dites di kelas VIII. Skors tes sains siswa Indonesia ini turun 21 angka dibandingkan TIMSS 2007.

Meskipun ada data yang menunjukkan perbaikan terkait kualifikasi para guru, namun belum memenuhi standar persyaratan nasional. Hal ini tergambar dari data berikut :

Tabel 1. Jumlah Guru Setiap Satuan Pendidikan Menurut Kualifikasi Pendidikan

Satuan

Sumber: Balitbang pengembangan sumber daya manusia pendidikan dan kebudayaan dan penilaian mutu pendidikan, depdikbud, 2013

Kinerja guru yang sudah lolos sertifikasi juga masih belum memuaskan. Demikian temuan dari hasil survei yang dilakukan Persatuan Guru Republik (PGRI). Data yang diperoleh dari 28 provinsi yang diteliti. Hasilnya ternyata kurang memuaskan. Kinerja guru yang sudah lolos sertifikasi masih belum memuaskan. Motivasi kerja yang tinggi justru ditunjukkan oleh guru-guru di berbagai jenjang pendidikan yang belum lolos sertifikasi, dengan harapan segera mendapat sertifikasi berikut uang tunjangan profesi. Di lingkungan Kementerian Agama (Kemenag) Kantor Wilayah DKI Jakarta, kita dapat melihat masih banyaknya persoalan pendidikan dari berbagai indikator seperti prestasi siswa dalam Ujian Nasional. Pada tahun 2013, sekolah di lingkungan Kemenag provinsi DKI Jakarta prestasinya jauh tertinggal oleh sekolah-sekolah lain yang berada dibawah binaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

(17)

sekolah terbaik di lingkungan Kemenag hanya berada pada peringkat 79 dari 434 sekolah yang ada di DKI Jakarta. Hal ini membuktikan masih rendahnya kualitas pendidikan di negara kita, khususnya di lingkungan Kanwil Kemenag Provinsi DKI Jakarta. Dalam konteks ini relevan untuk dikaji sejauh mana peran pengawas dan kepala sekolah yang semestinya dapat menjadi salah satu solusi terhadap persoalan rendahnya kualitas pendidikan khususnya yang terkait dengan kualitas dan kinerja guru. Program-program pemerintah yang telah dibuat dalam upaya peningkatan mutu pendidikan tidak akan berjalan optimal apabila tidak ada pengawasan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang akan mengungkap sejauhmana peran pengawas dan kepala sekolah terhadap kinerja guru.

Rumusan Masalah `

Sebagai ujung tombak pelaksana program pendidikan di sekolah, kemampuan guru dalam mengajar menjadi faktor yang amat penting dan menentukan capaian prestasi jika prestasi peserta didik. Kemampuan guru dalam merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melakukan program remidial pembelajaran merupakan aspek-aspek yang menunjang kinerjanya sebagai guru profesional. Hasil sebuah proses pendidikan yang baik adalah peserta didik yang memiliki kompetensi yang baik, salah satau indikator kompetensi yang baik tergambar oleh prestasi yang diperoleh peserta didik baik berupa prestasi akademis maupun non akademis. Dengan kata lain, jika kinerja guru baik maka akan baik pula prestasi peserta didiknya demikian sebaliknya. Faktor yang berkaitan dengan baik tidaknya kinerja guru adalah peran kepala sekolah dan pengawas sekolah sebagai pimpinan sekaligus pihak yang berfungsi memberikan bimbingan dan pembinaan profesi guru. Jika pengawas dan kepala sekolah telah menjalankan tugas dan fungsinya dengan optimal maka hal tersebut akan kolah tberdampak terhadap peningkatan kinerja guru, demikian pula sebaliknya. Fakta yang terjadi dalam bidang pendidikan khususnya persekolahan di lingkungan kementerian agama masih banyak persoalan yang terjadi diantaranya prestasi peserta didik dalam raihan nilai ujian nasional yang masih sangat rendah dan tertinggal oleh sekolah-sekolah lain yang berada di bawah naungan kementerian pendidikan dan kebudayaan, hal tersebut patut diduga memiliki pengaruh dengan kualitas kinerja guru. Berdasarkan hal-hal yang dipaparkan di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Peran Pengawas Sekolah dan Kompetensi Manjerial Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru”

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka disusun rumusan masalah sebagai berikut, menurut persepsi guru :

1. Bagaimanakah peran pengawas sekolah terhadap kinerja guru?

2. Bagaimanakah peran kompetensi manajerial kepala sekolah terhadap kinerja guru ?

(18)

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis peran pengawas sekolah terhadap kinerja guru.

2. Menganalisis peran kompetensi manejerial kepala sekolah terhadap kinerja guru.

3. Menganalisis peran pengawas terhadap kompetensi manajerial kepala sekolah

Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini diantaranya adalah :

1. Kegunaan teoritis, dapat menambah informasi dan studi tentang mutu pendidikan, khususnya yang terkait dengan peran pengawas, kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja guru.

2. Kegunaan praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi lembaga terkait mengenai pentingnya peran pengawas sekolah dalam mekanisme kontrol yang berjenjang terhadap proses pelaksanaan pendidikan.

3. Sebagai bahan acuan menentukan strategi pengawasan dalam upaya perbaikan mutu pendidikan yang dimulai pada institusi sekolah.

Ruang Lingkup Penelitian

Agar tidak terjadi kerancuan dalam mencapai tujuan penelitian, maka penelitian ini dibatasi pada analisis peran pengawas sekolah dan kompetensi manajerial kepala sekolah terhadap kinerja guru di lingkungan Kementerian Agama Kantor Wilayah Provinsi DKI Jakarta berdasarkan persepsi guru.

2 TINJAUAN PUSTAKA

Peranan Pengawas Sekolah

(19)

1. Menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan, hambatan dan ketidaktertiban.

2. Mencegah terulangnya kembali kesalahan, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan, hambatan dan ketidaktertiban tersebut.

3. Mencari cara-cara yang lebih baik atau membina yang telah baik untuk mencapai tujuan dan melaksanakan tugas-tugas organisasi.

4. Menciptakan suasan keterbukaan, kejujuran, partisipasi dan akuntabilitas organisasi

5. Meningkatkan kinerja organisasi

6. Meningkatkan kelancaran operasi organisasi 7. Memberikan opini atas kinerja organisasi

8. Mengarahkan manajemen untuk melakukan koreksi atas masalah-masalah pencapaian kinerja yang ada

9. Menciptakan terwujudnya pemerintahan yang bersih

Dengan demikian fungsi pengawasan adalah untuk mencegah sekecil dan sedini mungkin terjadinya suatu penyimpangan dalam pelaksanaan suatu pekerjaan atau tugas. Persoalannya tanpa pengawasan, proses pelaksanaan suatu pekerjaan atau tugas bisa saja menyimpang atau bertentangan dari prosedur dan ketentuan yang berlaku. Menurut Siagian P. Sondang (1996), pengawas adalah orang yang melakukan proses pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi guna lebih menjamin bahwa semua pekerjaan yang sedang dikerjakan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Menurut Agung (2013), salah satu pihak yang dinilai memiliki peran penting dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah/madrasah adalah pengawas. Sebagai unsur tenaga kependidikan yang memiliki tugas pokok memantau, mengawasi, dan mengevalusai penyelenggaraan pendidikan di sekolah/madrasah terkait dengan hal-hal yang bersifat administrasi maupun akademik. Seorang pengawas memiliki seperangkat peran dan tugas yang tidak hanya bertujuan mengawasi jalannya penyelenggaraan pendidikan di sekolah secara baik dan terarah, tetapi juga memberi masukan, bimbingan, dan bantuan kepada kepala sekolah dan guru dalam melaksanaakan tugasnya di sekolah. Ada tiga hal pokok yang terkait dengan tugas pengawas, yakni melakukan supervisi manajerial, supervisi akademis, dan supervisi evaluasi.

Arikunto (2004), menyatakan pengawas sekolah adalah penanggung jawab utama atas terjadinya pembinaan sesuai dengan jenis dan lembaga pendidikannya. Dalam melaksanakan tugas pokoknya, pengawas sekolah berfungsi sebagai supervisor pendidikan atau pengawas pendidikan, baik pengawasan akademik maupun maupun pengawasan manajerial (Sudjana 2012). Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pengawas sekolah adalah orang yang memiliki kewenangan untuk melakukan pembinaan, pengawasan dan pengarahan terhadap orang-orang atau jabatan tertentu yang berada dibawah tanggung jawabnya, yaitu kepala sekolah dan guru-guru. Dalam implementasinya dilakukan oleh pejabat fungsional yang bertugas melakukan pengawasan terhadap sekolah-sekolah yang menjadi binaannya. Pembinaan diawali dengan mengidentifikasi dan mengenali kelemahan sekolah binaannya, menganilisis kekuatan/potensi dan prospek pengembangan sekolah sebagai bahan untuk menyusun program pengembangan mutu dan kinerja sekolah binaannya.

(20)

yang ditetapkan. Merujuk pada satuan pendidikan, maka kemudian jabatan pengawas dibedakan menjadi pengawasan TK/RA, pengawasan SD//MI, pengawasan SMP/MTs, pengawasan SMA/MA, dan pengawasan SMK/MAK. Dalam melaksanakan tugas pokoknya, pengawas sekolah berfungsi sebagai supervisor pendidikan atau pengawas pendidikan, baik pengawasan akademik maupun pengawasan manajerial (Sudjana 2012). Berkaitan dengan Pengawasan manajerial pada dasarnya memberikan pembinaan, penilaian dan bantuan/ bimbingan mulai dari rencana program, proses, sampai dengan hasil.Bimbingan dan bantuan diberikan kepada kepala sekolah dan seluruh staf sekolah dalam pengelolaan sekolah atau penyelenggaraan pendidikan di sekolah untuk meningkatkan kinerja sekolah. Pengawasan akademik berkaitan dengan membina dan membantu guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran/bimbingan dan kualitas hasil belajar siswa.

Wewenang yang diberikan kepada pengawas sekolah meliputi: (1) memilih dan menentukan metode kerja untuk mencapai hasil yang optimal dalam melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kode etik profesi, (2) menetapkan tingkat kinerja guru dan tenaga lainnya yang diawasi beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya, (3) menentukan atau mengusulkan program pembinaan serta melakukan pembinaan. Pemantauan merupakan pengawasan yang dilaksanakan langsung terhadap proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah. Hal ini dilakukan untuk melihat secara riil pelaksanaan proses pendidikan secara komprehensif dan faktual. Supervisi dilakukan untuk mengembangkan dan meningkatkan situasi dan proses pembelajaran menjadi lebih baik dan berkualitas, sedangkan Evaluasi dimaksukkan sebagai proses penilaian terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan, apakah sudah dapat mencapai kompetensi yang menjadi target dalam perencanaan pembelajaran. Pelaporan merupakan data tertulis yang diperolah dari hasil pemantauan, supervisi dan evaluasi. Data tersebut sekaligus menjadi acuan untuk perbaikan dan peningkatan proses pendidikan yang dilaksanakan disekolah. Tindak lanjut merupakan lingkup terakhir dalam pengawasan yang lebih diarahkan kepada pejabat yang memiliki kewenangan untuk mendistribusikan dan koordinasi bagi kebijakan-kebijakan yang perlu diambil kemudian. Perlu disadari sebelumnya bahwa pembinaan profesional yang distimulasi atau dilakukan oleh pihak pengawas terhadap guru dan kepala sekolah tidak akan berhasil bila tidak diikuti dengan kesadaran pribadi.

(21)

yang dinilai (Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 2012).

Bisa disimpulkan bahwa peran pengawas sekolah adalah adalah tindakan yang dilakukan oleh pengawas sekolah dalam upaya menggunakan kewenangan sesuai tugas dan tanggung jawabnya untuk mempengaruhi guru dan kepala sekolah binaannya melalui program-program kepengawasan. Berbagai konsep di atas juga menunjukkan bagaimana strategisnya peran pengawas sekolah terhadap kemajuan sebuah sekolah. Jika setiap pengawas sekolah menjalankan tugas sesuai peran yang sudah ditetapkan, tentu saja akan sangat berpengaruh terhadap kepala sekolah dan juga guru yang menjadi binaannya.

Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah

Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan dalam melaksanakan tugas/pekerjaan. Pekerja yang kompeten cenderung memperlihatkan kinerja dan hasil kerja yang memadai, dan sebaliknya terjadi (Agung 2012). Sekolah merupakan sebuah lembaga yang merupakan tempat menerima dan memberi pelajaran. Secara sederhana kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai seseorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat dimana terjadinya interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Kepala sekolah adalah mereka yang banyak mengetahui tugas-tugas dan mereka yang menentukan irama bagi sekolah mereka (Karwati 2013).

Kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai seseorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat dimana terjadinya interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Kepala sekolah adalah mereka yang banyak mengetahui tugas-tugas mereka dan mereka yang menentukan irama bagi sekolah mereka (Karwati 2013). Kompetensi manajerial adalah seperangkat keterampilan teknis dalam melaksanakan tugas sebagai manajer untuk mendayagunakan segala sumber yang tersedia untuk mencapai tujuan usaha secara efektif dan efisien (Karweti 2010). Kemampuan manajerial menurut Siagian (1997) adalah kemampuan untuk mengelola usaha seperti perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi, pengawasan dan penilaian. Jadi dapat di simpulkan bahwa kepala sekolah dapat diartikan sebagai ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi.

(22)

dapat diterima. Kepala sekolah merupakan pemimpin, agen pembaharu (Agent of change), penggerak, inovator dan fasilitator dari sumber-sumber yang ada di sekolah (Muhaimin 2004). Salah satu faktor penting yang menentukan tinggi rendahnya mutu pendidikan dan keefektifan sekolah ialah kepemimpinan kepala sekolah. Makna kepemimpinan bukan hanya mengambil inisiatif, tetapi juga mengandung makna kemampuan manajerial, yaitu kemampuan mengatur dan menempatkan sesuatu sesuai dengan tempatnya. Keberhasilan suatu sekolah pada hakikatnya terletak pada efisiensi dan efektivitas penampilan seorang kepala sekolah (Simamora 1999).

Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan terhadap pendidik lainnya dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana (Mulyasa 2004). Setiap Kepala Sekolah dihadapkan pada tantangan untuk melaksanakan pengembangan pendidikan secara terarah, berencana dan berkesinambungan serta harus dapat mengupayakan peningkatan kinerja guru melalui program pembinaan kemampuan tenaga kependidikan. Kepala sekolah dituntut memiliki standar kemampuan kepemimpinan sebagaimana diamanahkan dalam Permendiknas No. 13 tahun 2007. Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah baik itu prestasi akademis dan non akademis, dibutuhkan kompetensi kepala sekolah yang sangat mumpuni. Dengan kompetensi tersebut apa yang diinginkan oleh masyarakat dan orangtua murid yakni tercapainya keberhasilan pendidikan di sekolah dapat terwujud, sehingga sekolah dengan apa yang dimiliki dapat berjalan dari berbagai bidang karena sifatnya yang kompleks dan unik tersebut, sekolah sebagai organisasi memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi.

Sagala (2009) dalam bukunya Adiminstrasi Pendidikan Kontemporer menjelaskan kompetensi manajerial kepala sekolah meliputi :

1. Mampu menyusun perencanaan sekolah untuk berbagai tingkatan perencanaan. 2. Mampu mengembangkan organisasi sekolah sesuai dengan kebutuhan.

3. Mampu memimpin guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya secara optimal.

4. Mampu mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal.

5. Mampu mengelola sarana dan prasarana sekolah

(23)

menjalankan tugas-tugas kepemimpinan yang diembannya termasuk berpengaruh kepada kinerja guru.

Kinerja Guru

Guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada tingkat institusional dan intruksional. Peran strategis tersebut sejalan dengan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yang menempatkan kedudukan guru sebagai tenaga profesional sekaligus sebagai agen pembelajaran. Sebagai tenaga profesional, pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi dan sertifikat pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional mempunyai terwujudnya penyelenggaraan pembelajaran sesuai dengan prinsip profesionalisme untuk memenuhi hak yang sama bagi setiap warga negara dalam memperoleh pendidikan yang bermutu.

Kedudukan guru sebagai agen pembelajaran berkaitan dengan peran guru dalam pembelajaran, antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik. Peran tersebut menuntut guru untuk mampu meningkatkan kinerja yang dihasilkannya seiring dengan perubahan dan tuntutan yang muncul dari masyarakat terhadap dunia pendidikan. Menurut Gibson, Ivancevich dan Donnelly (1992), dikatakan bahwa kinerja adalah tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas dan kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Batasan tersebut mengandung makna bahwa kinerja dinyatakan baik dan sukses, jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik. Kinerja guru adalah kemampuan dan keberhasilan guru dalam melak-sanakan tugas-tugas pembelajaran yang ditunjukkan oleh indikator-indikator : (1) kemampuan menyusun rencana pembelajaran (2) melaksanakan pembelajaran, (3) kemampuan mengadakan hubungan antar pribadi, (4) kemampuan melaksanakan penilaian, (5) kemampuan melaksanakan program pengayaan, (6) kemampuan melaksanakan program remidial (Supardi 2013).

(24)

afektif dan psikomotorik sebagai upaya mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan tindak lanjut agar mencapai tujuan pengajaran. Guru harus memiliki kemampuan merencanakan pengajaran, menuliskan tujuan pengajaran, menyajikan bahan pengajaran, memberikan pertanyaan kepada peserta didik mengajarkan konsep berkomunikasi dengan peserta didik, mengamati kelas, dan mengevaluasi hasil belajar.

Kemampuan mengajar guru yang sesuai dengan tuntutan standar tugas yang diemban memberikan efek positif bagi hasil yang ingin dicapai seperti perubahan hasil akademik, sikap, keterampilan peserta didik dan perubahan pola kerja guru yang makin meningkat sebaliknya jika kemampuan mengajar yang dimiliki guru sangat sedikit akan berakibat bukan saja menurunkan prestasi belajar peserta didik tetapi juga menurunkan tingkat kinerja guru itu sendiri. Adapun yang menunjang kinerja guru, yaitu: (1) Kompetensi Pedagogik, (2) Kompetensi Kepribadian, (3) Kompetensi Sosial, dan (4) Kompetensi Profesional (Agung 2012). Kompetensi Pedagogik berkaitan pada saat guru mengadakan proses belajar mengajar di kelas. Mulai dari membuat unsur pembelajaran, memilih metode, media, juga alat evaluasi bagi anak didiknya. Kompetensi Kepribadian guru sangat penting agar setiap guru memiliki sikap unik, dapat dibedakan ia dengan guru yang lain. Kepribadian mencakup semua unsur, baik fisik maupun psikis. Sehingga dapat diketahui bahwa setiap tindakan dan tingkah laku seseorang merupakan cerminan dari kepribadian seseorang, selama hal tersebut dilakukan dengan penuh kesadaran. Setiap perkataan, tindakan, dan tingkah laku positif akan meningkatkan citra diri dan kepribadian seseorang.

Kompetensi sosial mengharuskan guru memiliki komunikasi sosial baik dengan peserta didik, sesama guru, kepala sekolah, pegawai tata usaha, bahkan anggota masyarakat. Kemudian dalam Kompetensi profesional mengharuskan guru memiliki pengetahuan yang luas dan dalam tentang bidang studi yang akan diajarkan serta penguasaan metodologi yaitu menguasai konsep teoretik, maupun memilih metode yang tepat dan mampu menggunakannya dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, seorang guru memerlukan kepribadian yang unik. Kepribadian guru ini meliputi kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Kemampuan mengajar guru menjadi sangat penting dan menjadi keharusan bagi guru dalam menjalankan tugas dan fungsinya, tanpa kemampuan mengajar yang baik sangat tidak mungkin guru mampu melakukan inovasi atau kreasi dari materi yang ada dalam kurikulum yang pada gilirannya memberikan rasa bosan bagi guru maupun peserta didik untuk menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing.

Hubungan antar Variabel

(25)

hanya bertujuan mengawasi jalannya penyelenggaraan pendidikan di sekolah secara baik dan terarah, tetapi juga memberi masukan, bimbingan, dan bantuan kepada kepala sekolah dan guru dalam melaksanaakan tugasnya di sekolah. Ada tiga hal pokok yang terkait dengan tugas pengawas, yakni melakukan supervisi manajerial, supervisi akademis, dan supervisi evaluasi.

Tercapainya keberhasilan penyelenggaraan pendidikan diduga tidak cukup hanya didasari pada pemenuhan kompetensi guru, kepala sekolah dan pengawas. Hal penting yang harus diperhatikan adalah bagaimana jalinan hubungan kerja dari ketiga pihak tersebut. Jalinan kerja yang kurang harmonis, sinergis, dan kurang mendukung satu sama lain diprediksi akan mempengaruhi kelancaran dan keberhasilan penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Hubungan kerja ketiga pihak ibarat tungku yang memiliki peran dan fungsi masing-masing yang perlu berjalan harmonis dan sinergis dalam menopang pencapaian hasil pendidikan di sekolah. Diduga, kurang berjalannya peran dan fungsi salah satu pihak akan mengakibatkan ketimpangan dalam penyelenggaraan pendidikan, yang pada akhirnya bermuara pada pencapaian hasil yang kurang memuaskan (Agung 2013). Teori-teori tersebut dapat menjelaskan perihal keterkaitan variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian ini.

Tinjauan Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan

Agar penelitian ini lebih terarah pada masalah pokok yang akan ditelaah, dalam penelitian ini ada beberapa tinjauan hasil penelitian terdahulu yang menjadi referensi dalam mengembangkan analisis. Lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Penelitian terdahulu

No Peneliti Topik Penelitian

1. Irmawati (2009) Meneliti dengan metode deskriptif korelasional dengan menggunakan tendensi sentral dan tabulasi silang. Penelitian ini menyimpulkan ada keterkaitan antara supervisi yang dilakukan kepala sekolah dengan kinerja guru.

2. Atep Yogaswara (2010)

(26)

Lanjutan Tabel 2. Penelitian terdahulu

No Peneliti Topik Penelitian

3. Anas Rupaedi (2012)

Peran pengawas sekolah sebagai supervisor, advising, monitoring, reporting ,coordinating dan performing leadership diteliti dengan jenis Mix Method (kuanti-tatif dan kuali(kuanti-tatif). Dari hasil penelitian dan temuan di lapangan menunjukan bahwa terjadi kesenjangan peran pengawas. Pengawas sekolah belum melaksanakan perannya secara maksimal sebagai

supervisor, advising, monitoring, reporting, coordinating, dan performing leadership sesuai dengan tupoksi pengawas.

Engkay Karwati (2012)

Meneliti tentang bagaimana pengaruh kompetensi manajerial kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru. Penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja guru berada pada kategori sedang yang artinya gur belum mampu menunjukkan kinerja ayang baik salah satunya disebabkan karena belum ditopangnya kompetensi guru.

Anance Aibekob (2012)

Meneliti dengan jenis penelitian expost facto dengan desain korelasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan faktor-faktor yang berkorelasi dengan kinerja guru diantaranya kompetensi, motivasi dan supervisi. Peneletian ini menyimpulkan adanya korelasi anatara faktor-faktor kompetensi, motivasi dan supervisi bagi para guru.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya diantaranya terkait dengan variabel penelitian, objek dan pemilihan alat analisis yang digunakan. Pendekatan analisis SEM dipilih dengan harapan dapat menggali lebih dalam perihal variabel-variabel yang menjadi objek penelitian.

3 METODE

Kerangka Pemikiran

(27)

Keterangan: Proses Hubungan Ruang lingkup penelitian

Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Metode yang digunakan adalah metode eksplanatif kuantitatif, yaitu metode sistematis yang bertujuan untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara dua atau lebih konsep (variabel) yang diteliti. Metode ini dipergunakan karena penelitian ini berusaha untuk menemukan ada tidaknya pengaruh peran pengawas sekolah dan kompetensi manajerial kepala sekolah terhadap kinerja guru di lingkungan kementerian agama provinsi DKI Jakarta.

Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah peranan pengawas sekolah yang merupakan variable eksogen, sedangkan kompetensi manajerial kepala sekolah dan kinerja guru sebagai variabel endogen yang dipengaruhi oleh variabel eksogen. Indikator dari masing-masing variabel tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.

Definisi Operasional Variabel

Untuk menyamakan persepsi dan kesamaan konsep dalam mengartikan istilah, maka perlu ditegaskan beberapa istilah sebagai berikut:

Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah

Kinerja Guru Menjamin Pencapaian 8 SNP

Peran Pengawas Sekolah

Implikasi Manajerial

(28)

1. Peran pengawas sekolah adalah tindakan yang dilakukan oleh pengawas sekolah dalam upaya menggunakan kewenangan sesuai tugas dan tanggung jawabnya untuk mempengaruhi guru dan kepala sekolah binaannya melalui program-program kepengawasan yang meliputi penyusunan program, pelaksanaan program, evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan, dan membimbing dan melatih profesional guru

2. Kompetensi manajerial kepala sekolah adalah seperangkat keterampilan teknis dalam melaksanakan tugas sebagai manajer di sekolah yang meliputi penyusu-nan rencana program sekolah, pengembangan organisasi, kepemimpipenyusu-nan, pengelolaan konflik dan pengelolaan sarana dan prasarana..

3. Kinerja Guru adalah kemampuan dan usaha guru untuk melaksanakan tugas pembelajaran sebaik-baiknya yang meliputi perencanaan program pengajaran, pelaksanaan kegiatan pembelajaran, penilaian/evaluasi pembelajaran, peningkatan hasil pembelajaran (remidial), program pengayaan dan mengelola hubungan antar pribadi.

(29)

Gambar 3. Model konseptual penelitian

Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian ini, hipotesis yang dikembangkan sebagai berikut : 1. Hipotesis pertama (H1)

H01 : Peran pengawas sekolah tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja

guru

H11 : Peran pengawas sekolah mempunyai pengaruh terhadap kinerja guru

2. Hipotesis kedua (H2)

H02: Kompetensi manjerial kepala sekolah tidak mempunyai pengaruh

terhadap kinerja guru.

H12: Kompetensi manjerial kepala sekolah mempunyai pengaruh terhadap

kinerja guru. 3. Hipotesis ketiga (H3)

H03:Peran pengawas sekolah tidak mempengaruhi kompetensi manajerial

kepala sekolah.

Mengetahui Pengaruh Peran Pengawas Sekolah dan Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru

Variabel ( Pengawas Sekolah) dengan indikator sebagai berikut :

1. Penyusunan program pengawasan. (X1) 2. Pelaksanaan program pengawasan. (X2) 3. Evaluasi hasil pelaksanaan program

pengawasan. (X3) 4. Membimbing guru. (X4)

5. Melatih profesionalitas guru. (X5)

Variabel (Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah) dengan indikator sebagai berikut:

1. Menyusun perencanaan sekolah. (X6)

2. Mengembangkan organisasi sekolah.

(X7)

3. Memimpin guru dan staf. (X8)

4. Mengelola guru dan staf. (X9)

5. Mengelola sarana dan prasarana sekolah. (X10)

Variabel (Kinerja Guru) dengan indikator sebagai berikut:

1. Merencanakan pembelajaran. (Y1)

2. Melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu. (Y2)

3. Mengevaluasi hasil pembelajaran. (Y3)

4. Melakukan program remidial. (Y4)

5. Melakukan program pengayaan (Y5)

(30)

H13:Peran pengawas sekolah mempengaruhi kompetensi manajerial kepala

sekolah.

Hipotesis di atas dapat digambarkan dalam bentuk model sebagai berikut :

Gambar 4. Model struktural penelitian

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru yang ada sekolah di bawah naungan lingkungan kementerian agama kanwil provinsi DKI Jakarta yang mencangkup jenjang pendidikan MI, MTs, dan MA. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 14883 guru. Data lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Populasi berdasarkan wilayah dan tingkatan sekolah

No Wilayah Tingkat Jumlah Jumlah

(31)

Penelitian ini melibatkan 176 responden sebagai sampel yang tediri dari guru yang dipilih dari sekolah yang berada di lingkungan kementerian agama kantor wilayah provinsi DKI Jakarta. Menurut Fedinand (2000), ukuran minimal sampel untuk dapat diuji dengan structural Equation modelling adalah 100. Imam Ghozali (2005) menyarankan agar ukuran jumlah sampel minimal untuk analisis SEM adalah 100 sampai dengan 200.

Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik non-probablity dengan dua tahap. Tahap pertama pemilihan sekolah dengan teknik quota sampling, teknik pengambilan sampling dalam bentuk distratifikasikan secara proposional, namun tidak dipilih acak melainkan secara kebetulan saja. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan keterwakilan wilayah dari masing-masing daerah di DKI Jakarta, sehingga dalam penelitian ini ditentukan sekolah dari masing-masing jenjang pendidikan. Selanjutnya tahap kedua adalah pemilihan guru dari 15 sekolah yang dipilih sebelumnya menggunakan purposive sampling, yakni penarikan sampel yang digunakan pada situasi peneliti melakukan pemilihan sampel dengan tujuan tertentu yang ingin dicapai (Neuwan 2007).

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan sebagai berikut: 1. Kuesioner, peneliti mempersiapkan daftar pernyataan yang diisi oleh

responden guna memperoleh data dan informasi tentang peran pengawas sekolah, kompetensi manajerial kepala sekolah dan kinerja guru di lingkungan kementerian agama kanwil provinsi DKI Jakarta.

2. Dokumentasi , yaitu mencari data yang berupa catatan, dokumen, sebagai pelengkap data primer.

Teknik Analisis Data

Structural Equation Modelling

(32)

ataupun diskrit, dalam bentuk variabel laten atau variabel indikator. SEM merupakan gabungan dari dua metode statistika yang terpisah yang melibatkan analisis faktor dan model persamaan simultan (Sitinjak 2006).

Evaluasi model struktural berfokus pada hubungan-hubungan antara variabel laten eksogen dan endogen, serta hubungan antara variabel endogen. Menurut Ghozali (2005), terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam mengevaluasi model struktural, yaitu:

a. Tanda (arah) hubungan antara variabel-variabel laten mengindikasikan apakah hasil hubungan antara variabel-variabel tersebut memiliki pengaruh yang sesuai dengan yang dihipotesiskan.

b. Signifikansi parameter yang diestimasi memberikan informasi yang sangat berguna mengenai hubungan-hubungan antar variabel laten. Batas untuk menolak atau menerima suatu hubungan dengan tingkat signifikansi 5 persen adalah 1,96 (nilai mutlak), dimana apabila nilai t terletak diantara -1,96 dan 1,96 maka hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh harus ditolak, sedangkan apabila nilai t lebih besar daripada 1.96 atau lebih kecil daripada -1,96 harus diterima dengan taraf signifikansi sebesar 5 persen.

c. Koefisien determinasi (R2) pada persamaan struktural mengindikasikan jumlah varian pada variabel laten endogen yang dapat dijelaskan secara simultan oleh variabel-variabel laten independen. Semakin tinggi nilai R2, maka semakin besar variabel-variabel independen tersebut dapat menjelaskan variabel endogen, sehingga semakin baik persamaan struktural.

Uji Kesesuaian Model

Tahapan evaluasi kesesuaian model ditujukan untuk mengevaluasi derajat kesesuaian atau Goodness of Fit (GOF) antara data dan model. Menurut Hair et.

al. dalam Sitinjak (2006), evaluasi terhadap GOF model dilakukan melalui uji kecocokan keseluruhan model (overall model fit). Penilaian derajat kecocokan suatu SEM secara menyeluruh tidak dapat dijalankan secara langsung sebagaimana pada teknik multivariat yang lain. SEM tidak mempunyai uji statistik terbaik yang dapat menjelaskan kekuatan prediksi model. Untuk itu telah dikembangkan beberapa ukuran derajat kecocokan yang dapat digunakan secara saling mendukung. Dalam penelitian ini, ukuran derajat kesesuaian model yang digunakan adalah:

a. Statistic Chi-Square (χ2) atau CMIN

Nilai chi-square menunjukkan adanya penyimpangan antara sample covariance matrix dan model (fitted) covariance matrix. Nilai chisquare

yang diperoleh relatif besar terhadap derajat bebas, mengindikasikan bahwa matriks hasil dugaan model tidak sesuai dengan matriks data. Sebaliknya nilai chi-square yang relatif kecil terhadap derajat bebas, mengindikasikan bahwa matriks hasil dugaan model sesuai dengan matriks data. Nilai chi-square yang semakin kecil maka model akan semakin baik. Nilai chi-square sebesar nol menunjukkan bahwa model memiliki fit yang sempurna (Ghozali 2005).

(33)

P-value adalah probabilitas untuk memperoleh penyimpangan (deviasi) besar sebagaimana ditunjukkan oleh nilai chi-square, sehingga nilai chi-square yang signifikan (< 0,05) menunjukkan bahwa data empiris yang diperoleh memiliki perbedaan dengan teori yang telah dibangun berdasarkan Structural Equation Modelling (SEM). P-value yang tidak signifikan (> 0,05) adalah yang diharapkan, yang menunjukkan bahwa data empiris sesuai dengan model (Ghozali, 2005). Hipotesisnya adalah: H0 : Data empiris identik dengan teori atau model

H1 : Data empiris berbeda dengan teori atau model

c. CMIN/df ( Normed Chi-Square )

Merupakan salah satu indikator mengukur tingkat fitnya sebuah model. CMIN/df tidak lain adalah nilai chi-square dibagi dengan df, sehingga disebut chi-square relatif. Nilai chi-square relatif ≤ 2 adalah indikasi dari model yang fit dengan data (Kusnendi 2008).

d. Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA).

Nilai RMSEA merupakan ukuran ketidakcocokan model berdasarkan derajat bebas model. Rata-rata perbedaan per derajat bebas yang diharapkan terjadi dalam populasi dan bukan dalam sampel. Model dengan nilai RMSEA lebih kecil atau sama dengan 0,08 (RMSEA ≤ 0,08) mengindikasikan bahwa model tersebut baik dalam hal kecocokan antara matriks hasil dugaan model struktural dengan matriks data asal (Sitinjak, 2006).

e. Goodness of Fit Index (GFI)

Nilai GFI mempresentasikan persen keragaman data yang dapat diterangkan oleh model. Nilai berkisar antara 0-1, dengan nilai lebih tinggi adalah lebih baik. Model dengan nilai GFI lebih besar atau sama dengan 0,90 (GFI ≥ 0,90) mengindikasikan bahwa model tersebut baik dalam hal kecocokan antara matriks hasil dugaan model struktural dengan matriks data asal (Sitinjak 2006).

f. Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI)

Nilai AGFI merupakan modifikasi dari GFI dengan mengakomodasi derajat bebas model dengan model lain yang dibandingkan. Nilai berkisar antara 0-1, dengan nilai lebih tinggi adalah lebih baik. Model dengan nilai AGFI lebih besar atau sama dengan 0,90 (AGFI ≥ 0,90) mengindikasikan bahwa model tersebut baik dalam hal kecocokan antara matriks hasil dugaan model struktural dengan matriks data asal (Sitinjak 2006)

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di 15 sekolah yang mewakili 5 wilayah kantor kemenag kota Jakarta Pusat, Timur, Utara, Barat dan Selatan. Sekolah yang dipilih juga meliputi 4 sekolah untuk jenjang Madrasah Ibtidaiyah (MI), 8 sekolah untuk jenjang Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan 3 sekolah untuk jenjang Madrasah Aliyah (MA) negeri dan swasta. Waktu pelaksanaan selama 6 (enam) bulan yang dimulai dari sejak bulan Januari sampai dengan Juni 2014.

(34)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden dan Analisis Deskriptif

Responden yang dijadikan sampel penelitian berjumlah 176 orang guru. Responden merupakan guru yang berasal dari 4 Madrasah Ibtidaiyah (MI), 8 Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan 3 Madrasah Aliyah (MA) yang berstatus negeri maupun swasta. Data lengkap responden ditampilkan pada tabel 5. Sebelum menguraikan hasil analisis kuantitaif melalui pendekatan SEM, terlebih dahulu dipaparkan deskripsi hasil pendalaman informasi melalui wawancara dengan perangkat instrumen yang berisi pertanyaan terbuka. Tabel 4 menjelaskan simpulan pendapat responden yang memberikan keterangannya.

Tabel 4. Analisis persepsi responden

Pertanyaan Jumlah

137 Peran pengawas sekolah dan kompetensi manajerial kepala sekolah sangat penting dalam meningkatkan kinerja para guru

26 Peran pengawas sekolah dan kompetensi manajerial kepala sekolah penting dalam meningkatkan kinerja para guru

13 Peran pengawas sekolah dan kompetensi manajerial kepala sekolah tidak berpengaruh terhadap peningkatkan kinerja para guru

Apa saran yang ingin anda sampaikan kepada pengawas sekolah ?

149 Sangat berharap pengawas sekolah meningkatkan intensitas waktu pembinaan dan bimbingan yang dilakukan pengawas

28 Perdalam komunikasi kepada individu guru yang membutuhkan perhatian khusus.

Bagaiamana dengan jadual pembinaan atau supervisi ?

142 Mengharapkan pengawas sekolah memiliki jadual supervisi rutin dan disepakati bersama dengan guru-guru, tidak melalui kepala sekolah 34 Jadual disusun fleksibel tapi disepakati oleh guru

dan diketahui kepala sekolah Kendala yang

dihadapi dalam berkomunikasi dengan

pengawas?

152 Minimnya waktu yang dimiliki oleh pengawas sekolah

(35)

Tabel 5. Karakteristik responden

No Identitas Responden Jumlah Persentase 1 Jenis Kelamin Laki-laki 71 40.3

Perempuan 105 59.7 2 Status Kepegawaian Honorer 41 23.3

PNS 127 72.2

Swasta 1 0.6

Swasta Tetap 7 4

3 Pendidikan Terakhir SMA 3 1.7

Diploma 8 4.5

S1 140 79.5

S2 22 12.6

S3 3 1.7

4 Tingkat Sekolah MI 31 17.6

MTS 111 63.1

MA 34 19.3

5 Lama Mengajar 1 – 5 tahun 38 21.6 6 – 10 tahun 72 40.9 >10 tahun 66 37.5

Total Responden 176 100

Analisis SEM

Model Struktural dan Model Pengukuran

(36)

Gambar 6. Model struktural

Gambar 6 menjelaskan bahwa ingin diketahui pengaruh pengawas sekolah terhadap kinerja guru dan kompetensi manajerial kepala sekolah. Selain itu ingin diketahui juga pengaruh kompetensi manajerial kepala sekolah terhadap kinerja guru. Untuk itu, dalam hal ini pengawas sekolah berperan sebagai variabel eksogen. Sedangkan vaiabel kompetensi manajerial kepala sekolah dan kinerja guru berperan sebagai variabel endogen. Pada konstruk variabel pengawas sekolah terdiri atas lima indikator yang diberi label x1, x2, x3, x4, dan x5. Begitu juga dengan konstruk variabel kompetensi manajerial kepala sekolah terdiri atas lima indicator yang diberi label x6, x7, x8, x9, dan x10. Sedangkan pada konstrak variabel kinerja guru terdiri atas enam indikator yang diberi label y1, y2, y3, y4, y5, dan y6.

Kesesuaian Model Pengukuran

(37)

Tabel 6. Hasil uji validitas indikator pada masing-masing konstrak Konstrak Indikator Nilai Korelasi

Pengawas Sekolah

x1 0.823

x2 0.829

x3 0.832

x4 0.820

x5 0.672

Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah

x6 0.677

x7 0.724

x8 0.769

x9 0.672

x10 0.585

Kinerja Guru

y1 0.491

y2 0.646

y3 0.511

y4 0.477

y5 0.423

y6 0.281

Tabel 6 menjelaskan bahwa seluruh indikator kecuali indikator y6 memiliki nilai korelasi ≥ 0.3. Untuk itu, dapat disimpulkan bahwa seluruh indikator kecuali y6 dapat dikatakan valid. Akan tetapi, walaupun y6 memiliki nilai korelasi < 0.3, y6 tetap diikutsertakan di dalam model dengan pertimbangan kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini sebelumnya sudah diuji validitasnya oleh peneliti sebelumnya. Dilakukan uji reliabilitas konstrak yang bertujuan untuk mengetahui tingkat konsistensi dari suatu indikator dalam mengukur konstrak latennya. Bollen (1989) menyatakan bahwa pengukuran reliabilitas kontrak dilakukan menggunakan Contruct Relibility (CR) dan

(38)

Tabel 7. Hasil uji reliabilitas terhadap konstrak

Konstruk Kode Loading factor VE CR

Pengawas Sekolah

x1 0.868

0.792 0.922

x2 0.891

x3 0.885

x4 0.844

x5 0.689

Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah

x6 0.625

0.772 0.840

x7 0.733

x8 0.849

x9 0.798

x10 0.747

Kinerja Guru

y1 0.750

0.748 0.689

y2 0.880

y3 0.533

y4 0.404

y5 0.390

y6 0.329

Diketahui dari Tabel 7, bahwa tiap konstrak memiliki nilai VE ≥ 0.5, yaitu masing-masing sebesar 0.792, 0.772, dan 0.748. Kemudian di tiap-tiap kontrak juga memiliki nilai CR ≥ 0.6, yaitu masing-masing sebesar 0.922, 0.840, dan 0.689. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh konstrak yang terdiri atas Pengawas sekolah, kompetensi manajerial kepala sekolah, dan kinerja guru dapat dikatakan telah reliable atau dapat dikatakan indicator-indikatornya mempunyai konsistensi yang tinggi dalam mengukur variabel latennya.

Evaluasi Kriteria Kebaikan Model (Goodness of Fit)

Dalam analisis SEM tidak ada alat uji statistik tunggal untuk mengukur atau menguji hipotesis mengenai model. Umumnya terhadap berbagai jenis fit index yang digunakan untuk mengukur derajat kesesuaian antara model yang dihipotesiskan dengan data yang disajikan. Hasil evaluasi kriteria goodness of fit

(39)

Tabel 8. Hasil uji kebaikan model (goodness of fit)

Kreiteria Hasil Nilai kritis Kesimpulan Chi-square 199.662

≥0,05 Tidak baik

p-value 0.000

RMSEA 0.075 ≤0,08 Baik

RMR 0.096 Mendekati nol Baik

GFI 0.857 ≥0,90 Dapat Diterima

AGFI 0.808 ≥0,90 Dapat Diterima

CMIN/DF 1.977 ≤2,00 Baik

Dari Tabel 8, dapat diketahui bahwa hampir seluruh kriteria kebaikan model (goodness of fit) dapat dinyatakan baik dan dapat diterima, kecuali nilai p-value dari uji chi-square. Nilai GFI disini berperan sama seperti koefisien determinasi (R2). Untuk itu dapat dikatakan bahwa sebesar 85.70% keragaman dari variabel endogen dapat dijelaskan oleh model yang terbentuk.

Analisis Pengaruh Langsungdan Tidak Langsung

Analisis ini digunakan untuk melihat kekuatan pengaruh antar konstruk, baik pengaruh langsung maupun pengaruh tidak langsung. Menurut Ferdinand (2000) pengaruh langsung (direct effect) merupakan koefisien dari semua garis dengan anak panah satu ujung. Sedangkan pengaruh tidak langsung (indirect effect) adalah pengaruh yang muncul melalui sebuah variabel antara.

Tabel 9. Pengaruh langsung

Pengawas

Sekolah

Kompetensi Manajerial kepsek

Kinerja Guru Kompetensi

Manajerial kepsek 0.427 0.000 0.000

Kinerja Guru 0.089 0.381 0.000

(40)

Tabel 10. Pengaruh tidak langsung

Pengawas

Sekolah

Kompetensi

Manajerial Kepsek Kinerja guru Kompetensi

Manajerial Kepsek 0.000 0.000 0.000

Kinerja guru 0.163 0.000 0.000

Selanjutnya dalam penelitian ini juga diukur pengaruh tidak langsung antar variabel, yaitu variabel pengawas sekolah terhadap variabel kinerja guru melalui variabel kompetensi manajerial kepala sekolah seperti pada tabel 10, untuk itu dapat diketahui pengaruh hubungan pengawas sekolah terhadap kinerja guru secara tidak langsung melalui kompetensi manajerial kepala sekolah sebesar 0.163.

Pengujian Hipotesis

Langkah berikutnya adalah evaluasi terhadap model struktural yang mencakup pemeriksaan terhadap signifikansi koefisien-koefisien yang diduga, dengan hipotesis:

H0: βi=0 lawan H1 : βi ≠ 0

di mana βi merupakan parameter model struktural untuk variabel laten ke-i. Kriteria uji adalah menerima H0 jika nilai P lebih besar dari taraf nyata 5%, yang berarti terdapat hubungan yang tidak signifikan antar variabel-variabel laten. Sebaliknya menolak H0 jika nilai P kurang dari taraf nyata 5%, yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antar variabel-variabel laten. Hasil evaluasi terhadap model struktural dirangkum pada Tabel 11.

Tabel 11. Hasil uji hipotesis

Hipotesis Variabel 1 Variabel 2 P Taraf

Nyata Keterangan

H1 Pengawas Sekolah Kinerja Guru 0.319 0.050 Terima H0

H2

Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah

Kinerja Guru 0.001 0.050 Tolak H0

H3 Pengawas Sekolah Kompetensi Manajerial

Kepala Sekolah 0.000 0.050 Tolak H0

Peran Pengawas Sekolah terhadap Kinerja Guru

(41)

supervisi merupakan bagian tidak terpisahkan dalam upaya peningkatan prestasi belajar dan mutu sekolah. Sahertian juga menegaskan bahwa pengawasan atau supervisi pendidikan tidak lain dari usaha memberikan layanan kepada stakeholder pendidikan, terutama kepada guru-guru, baik secara individu maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki kualitas proses dan hasil pembelajaran. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada kesenjangan antara teori dan peran pengawas sekolah dalam menjalankan tugasnya terutama melakukan supervisi terhadap guru. Hasil uji ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Rupaedi (2012) yang menyimpulkan bahwa skor rata-rata terendah persepsi guru adalah pada peran pengawas sebagai supervisor yaitu -1,84. Nilai negatif mengandung arti peran yang dilakukan pengawas tidak sesuai dengan kondisi idealnya.

Pengamatan mendalam yang dilakukan oleh penulis yang didukung wawancara dengan guru juga menemukan fakta-fakta di lapangan yang mendukung kesimpulan dari hasil uji ini. Fakta tersebut diantaranya adalah terbatasnya waktu dan intensitas pengawasan dan pembinaan yang dilakukan pengawas sekolah terhadap guru-guru. Tidak semua guru dapat dengan leluasa berkomunikasi ataupun berinteraksi dengan pengawas sekolah, guru-guru masih kesulitan meski sekedar untuk bertanya dan memohon bimbingan pengawas, apalagi mengharapkan bimbingan yang bersifat intensif dari pengawas. Hal ini akhirnya memacu guru-guru untuk lebih banyak berusaha sendiri dalam meningkatkan kualitas pengajaran dan kinerjanya. Harapan guru akan bimbingan dan pengawasan dari pengawas sekolah begitu besar, namun faktanya bahwa harapan tersebut masih belum dapat dipenuhi oleh pengawas sekolah yang memang masih banyak memiliki keterbatasan dalam beberapa aspek.

Analisis Peran Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru

Pada hasil uji terhadap hipotesis kedua (H2) diperoleh nilai P sebesar 0.01, jika dibandingkan dengan taraf nyata 5%, maka nilai P < 0.05 sehingga H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari peran kompetensi manajerial kepala sekolah terhadap kinerja guru. Relevan dengan yang dikemukakan oleh Mulyasa (2012) bahwa perilaku instrumental kepala sekolah merupakan tugas-tugas yang diorientasikan dan secara langsung diklarifikasikan dalam peranan dan tugas-tugas para guru, sebagai individu dan sebagai kelompok. Perilaku kepala sekolah yang positif dapat mendorong, mengarahkan, dan memotivasi seluruh warga sekolah untuk bekerja sama dalam mewujudkan visi, misi dan tujuan sekolah. Hasil uji hipotesis kedua (H2) ini juga memperkuat hasil penelitian yang dilakukan oleh Irmawati (2009) yang menyimpulkan ada keterkaitan antara supervisi yang dilakukan kepala sekolah dengan kinerja guru.

(42)

dengan baik antara kepala sekolah dan guru. Supervisi langsung ataupun tidak langsung yang dilakukan kontinyu oleh kepala sekolah juga menjadi faktor yang mempengaruhi kinerja para guru. Di banyak sekolah sudah membuktikan bahwa kepala sekolah yang kompeten dapat mendorong terciptanya kinerja guru atau karyawan menjadi lebih baik.

Analisis Peran Pengawas Sekolah terhadap Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah

Pada hasil uji terhadap hipotesis ketiga (H3) diperoleh nilai P sebesar 0.000, jika dibandingkan dengan taraf nyata 5%, maka nilai P < 0.05 sehingga H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari peran pengawas sekolah terhadap kompetensi manajerial kepala sekolah. Hasil uji di atas selaras dengan teori yang menyatakan bahawa dalam organisasi publik, bawahan bekerja selalu bergantung pada pimpinan. Bila pimpinan tidak memiliki kemampuan memimpin, maka tugas-tugas yang sangat kompleks tidak dapat dikerjakan dengan baik. Apabila manajer mampu melaksanakan fungsi-fungsinya dengan baik, sangat mungkin organisasi tersebut dapat mencapai sasarannya. Suatu organisasi membutuhkan pemimpin yang efektif, yang mempunyai kemampuan mempengaruhi perilaku anggotanya atau anak buahnya (Alimuddin 2002).

Pengawas sekolah yang mampu melaksanakan perannya dengan baik tentu dapat mempengaruhi seorang kepala sekolah yang menjadi binaannya. Intensitas dan kualitas komunikasi yang terbangun antara pengawas dan kepala sekolah dapat menjadi faktor penting yang berpengaruh pada baik buruknya kompetensi manajerial seorang kepala sekolah. Faktor-faktor lain yang mendukung kesimpulan H3 ini juga ditemukan setalah penulis menganalisis bahwa pengawas sekolah dalam menjalankan tugasnya cenderung lebih banyak berkomunikasi dan berinteraksi dengan kepala sekolah dibanding dengan guru. Begitu sebaliknya, guru lebih banyak berinteraksi dengan kepala sekolah. Segala informasi yang dimiliki oleh pengawas sekolah banyak disampaikan melalui kepala sekolah, meskipun itu informasi yang terkait langsung dengan guru. Intensitas dan kualitas komunikasi pengawas sekolah dengan kepala sekolah yang relatif lebih baik berimplikasi terjadinya interaksi dan koordinasi yang produktif. Terlihat ada kesepahaman antara pengawas sekolah dan kepala sekolah dalam mengemban dan melaksankan tupoksinya masing-masing.

Implikasi Manajerial

(43)

menjalankan tugas kepengawasannya baik dalam melakukan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi program sebagai pengawas sekolah. Kompetensi manajerial kepala sekolah yang terbukti mempengaruhi kinerja guru harus menjadi catatan penting bagi para kepala sekolah. Kesadaran akan pentingnya meningkatkan kompetensi manajerial harus muncul dari dalam diri para kepala sekolah. Kesadaran bahwa sebagai seorang kepala sekolah memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai manager sekaligus

leader di lingkungan sekolah yang dipimpinnya. Guru sebagai ujung tombak pelaksanaan kurikulum juga harus mampu menjalankan fungsi-fungsi pokok manajemen dari membuat perencanaan pembelajaran sampai dengan melaksanakan evaluasi yang benar-benar terukur. Guru juga harus mampu menjalin komunikasi yang baik dengan kepala sekolah dan pengawas sekolah agar memudahkan pencapaian prestasi yang sudah menjadi target dalam perencanaannya.

Pembinaan dan pengawasan pengawas terhadap kepala sekolah mengenai kompetensi manajerial perlu terus dipertahankan dan ditingkatkan karena hal tersebut dapat mempengaruhi kinerja guru. Kementerian Agama khususnya kantor wilayah provinsi DKI Jakarta perlu terus meningkatkan kualifikasi para pengawas sekolah yang ada di bawah naungannya. Hal ini dapat dilakukan mulai dari tahapan seleksi berkualitas pada saat melakukan rekrutmen calon pengawas sekolah sampai dengan peningkatan kompetensi pengawas sekolah yang dilakukan melalui pendidikan dan latihan (diklat) secara kontinyu. Mengingat pentingnya peran yang dimiliki para pengawas sekolah, maka tata kelola dan pemberdayaan peran pengawas sekolah perlu terus ditingkatkan. Kemenag sebagai lembaga yang berwenang dan bertanggung jawab harus mampu melakukan upaya tersebut melalui program-program kerja yang mengarah pada pencapaian tujuan tersebut.

5 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Gambar

Gambar 1. Bagan pengembangan pola kerja harmonis dan sinergis pengawas, kepala sekolah, dan guru
Tabel 1. Jumlah Guru Setiap Satuan Pendidikan Menurut Kualifikasi Pendidikan
Tabel 2. Penelitian terdahulu
Gambar 2. Kerangka pemikiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil kajian juga menunjukkan bahawa terdapat hubungan positif yang signifikan di antara efikasi-kendiri guru dengan persepsi guru terhadap amalan kepemimpinan

Sejumlah 77.9 peratus responden bersetuju bahawa bangunan tradisional yang merupakan warisan sejarah Melaka yang telah ditukarkan menjadi muzium dipulihara

Kerusakan glomerolus menyebabkan protein (albumin) dapat melewati glomerolus sehingga dapat ditemukan dalam urin yang disebut dengan mikroalbuminuria. Sekali nefropati

kawalan sewa tidak sesuai clengan zarnan ini Contah kaeclall kajian yang telah dijalankan terhaclap bangunan clibawah kC1\-V,llan sewa yan~J telal1 ciilalankall di

Dari keseluruhan pengujian yang dilakukan, didapatkan algoritma SS dapat lebih efektif digunakan pada kondisi dimana request per detik pada server cukup tinggi pada

Kecenderungan hibrid (hybrid) pada Indang Tigo Sandiang; ketika sebuah bentuk seni pertunjukan tradisi berinteraksi dengan bentuk seni pertunjukan lainnya dalam model perkawinan

ANALISIS KEMAMPUAN, MOTIVASI, DAN BUDAYA KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DENGAN KEPEMIMPINAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA USAHA KONVEKSI MIKRO KECIL DI

1. Aswadi, M.Ag, selaku dekan Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Abdullah Sattar, S.A.g, M.Fil. I, selaku ketua jurusan komunikasi penyiaran Islam