• Tidak ada hasil yang ditemukan

PUJHAN NILAI FILOSOFIS PENDIDIKAN OLEH DOSEN MKDU SEBAGAI TENAGA EDUKATIF DI PERGURUAN TINGGI : Suatu Studi Terhadap Dosen MKDU IKIP Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PUJHAN NILAI FILOSOFIS PENDIDIKAN OLEH DOSEN MKDU SEBAGAI TENAGA EDUKATIF DI PERGURUAN TINGGI : Suatu Studi Terhadap Dosen MKDU IKIP Bandung."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

PUJHAN NILAI FILOSOFIS PENDIDIKAN OLEH DOSEN MKDU SEBAGAI TENAGA EDUKATIF DI PERGURUAN TINGGI

(Suatu Studi Terhadap Dosen MKDU UOP Bandung)

TESIS

Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis

Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung

untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat

Program Pascasarjana

Bidang Studi Pendidikaan Umum

Oleh

AMSALAMRI

9132393

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDD3IKAN

(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN UNTUK

UJIAN TAHAP II

DR. H. M. I. SOELAEMAN

Pembimbing I

PROF. DR. H. ACHMAD SANUSI, SH,. M.PA

(3)

Artinya:

Ajaklah kepada jalan Tuhanmu dengan cara yang bijaksana dan dengan mengajarkan yang baik, dan berdiskusilah dengan mereka

(4)

ABSTRAK

Judul Penelitian : PILIHAN NILAI FILOSOFIS PENDIDIKAN OLEH

DOSEN MKDU SEBAGAI TENAGA EDUKATIF DI

PERGURUAN TINGGI

(Studi Terhadap Dosen MKDU IKIP Bandung)

Sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahunan dan

teknolo-gi dalam arus globalisasi dewasa ini, persoalan pendidikan senantiasa mencuat ke permukaan, yang ditandai dengan

munculnyanya kritikan dari berbagai pihak. Dalam bentuk

apapun kritikan itu pada umumnya dialamatkan pada guru sebagai pendidik di sekolah, tak terkecuali terhadap dosen di perguruan tinggi. Kritikan yang muncul berkisar pada "kualitas lulusan" yang dihasilkan oleh suatu lembaga pendidikan, yang dianggap masih jauh dari harapan masyara-kat pada umumnya, terutama mengenai pembinaan sikap dan kepribadian peserta didik, yang mengharuskan dosen memiliki

landasan berfikir berupa nilai filosofis pendidikan sebagai

landasan dan pedoman pendidikan yang dilakukannya.

Adapun yang menjadi permasalahan adalah nilai filosofis

pendidikan apakah yang dianut dosen MKDU yang dijadikan

sebagai landasan dan pedoman dalam kegiatan pendidikan yang

sesuai dengan tujuan pendidikan nasional?

Bertolak dari permasalah di atas, studi ini bertujuan

menyingkap nilai filosofis pendidikan yang dianut dosen yang

dijadikan landasan dan pedoman dalam bertindak edukatif tentang : tujuan pendidikan, peserta didik (mahasiswa), pendidik (dosen), bahan perkuliahan, metode pendidikan,

penilaian pendidikan.

Adapun yang dijadikan subyek penelitian ini adalah

dosen MKDU yang mengasuh mata kuliah: Pendidikan Pancasila,

Pendidikan Agama, Pendidikan Kewiraan, IBD, ISD, dan IAD. Untuk mengumpulkan data penelitian ini cara yang utama

digunakan adalah wawancara, karena yang ingin disingkap

adalah apa yang terkandung dalam alam pikiran responden, di samping itu dilakukan observasi tentang kegiatan perkuliahan untuk melengkapi data wawancara tersebut. Cara pengolahan dan analisis data mengikuti prosudur penelitian kualitatif.

Dari hasil singkapan nilai-nilai filosofis pendidikan yang dianut dosen MKDU melalui penelitian ini, dapat

disim-pulkan sebagai berikut:

1. Untuk menentukan dan mengartikan tujuan pendidikan, dosen

MKDU tampak lebih mengutamakan landasan berpikirnya pada

taqwa dipandang sebagai inti yang paling pokok dalam tujuan pendidikan yang sekaligus dijadikan pula sebagai landasan

dan pedoman bertindak dalam seluruh kegiatan pendidikan yang

(5)

dilakukannya. Dalam hal ini pengaruh again a (Islam) tampak

sangat dominan dalam diri dosen.

Apabila ditinjau dari sudut pandangan tentang hakekat kemakhlukan (manusia), maka ungkapan di atas tampaknya lebih dominan diwarnai oleh nilai filsafat yang humanistik, karena manusia dipandang sebagai totalitas aspek kepribadian, yang tidak mementingkan satu aspek saja dari kepribadian-manusia, akan tetapi semuanya dipandang penting untuk di kembangkan dengan tujuan agar terbinanya manusia yang

me-miliki kepribadian yang utuh.

2. Untuk merumuskan dan mengartikan sifat-hakekat manusia

(mahasiswa), pandangan dosen MKDU tampak lebih dominan diwarnai oleh nilai filsafat yang humanistik,karena meman dang manusia (mahasiswa) sebagai makhluk yang terdiri dari totalitas aspek kepribadian, yang tidak mengutamakan satu aspek saja, akan tetapi seluruh aspek kepribadian manusia dipandang perlu untuk dikembangkan secara utuh.

Selanjutnya pandangan dosen MKDU tampak diwarnai pula oleh nilai filsafat yang eksistensialis, karena lebih me-nekankan pada kebebasan individu untuk memilih dan ber-tanggungjawab atas pilihannya itu.

3. Untuk merumuskan dan mengartikan sifat-hakekat pendidik, pandangan dosen MKDU tampak lebih dominan diwarnai oleh nilai filsafat yang hunanistik, karena dosen memandang bahwa dengan menghargai harkat dan martabat kemanusiaan peserta didik dan dengan menumbuhkan sikap saling percaya, maka semua potensi yang dimiliki peserta didik akan dapat ber-kembang seoptimal mungkin. Kemudian pandangan dosen MKDU diwarnai pula oleh nilai filsafat yang idealistik, karena

memandang pendidik lebih mengetahui dari pada peserta

didik, dan karena ini pula pendidik dijadikan teladan bagi peserta didik.

4. Untuk menentukan dan mengartikan bahan perkuliahan, ter-rungkap bahwa pandangan dosen MKDU diwarnai oleh nilai filsafat yang humanistik, karena secara keseluruhan bahan perkuliahan yang disajikan mengacu pada pembinaan seluruh aspek kepribadian manusia, yang disajikan secara

terintegra-si.

Selanjutnya pandangan dosen MKDU diwarnai pula nilai filsafat yang pragmatik, karena bahan perkuliahan yang disajikan diangkat dari pengalaman nyata yang aktual dan sesuai dengan perkembangan zaman.

5. Untuk menentukan dan mengartikan hakekat hubungan pen didik dan peserta didik (cara atau metode pendidikan), tampak lebih diwarnai oleh nilai filsafat yang humanistik, karena pendidik lebih menghargai nilai kemanusiaan, yaitu

dengan memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk melakukan berbagai aktivitas dan kreativitas. Selanjutnya

diwarnai pula oleh nilai filsafat yang pragmatik, karena

(6)

kepada peserta didik dihadapkan berbagai problema aktual yang menantang yang diangkat dari perkembangan masyarakat.

6. Untuk menentukan dan mengartikan tentang penilaian pen

didikan, tampak lebih dominan diwarnai oleh nilai filsafat yang humanistik. Namun dalam mata kuliah tertentu (Pen didikan Agama dan Pendidikan Pancasila), di samping penilai an aspek kognitif juga penilaian aspek afektif. Ungkapan ini diwarnai pula oleh nilai filsafat yang idealistik, karena di

samping penilaian pada aspek kognitif (intelektual) juga

pada aspek afektif (moral).

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

RATA PENGANTAR iii

UCAPAN TERIMA KASIH vi

ABSTRAK xii

DAFTAR ISI xv

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Fokus Penelitian 7

C. Ruang Lingkup Penelitian 8

D . Definisi Operasional 9

E Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian. 10

F. Asumsi Penelitian 11

G. Tujuan Penelitian 12

H. Pentingnya Penelitian 12

BAB II PERLUNYA FILSAFAT PENDIDIKAN BAGI DOSEN DALAM

RANGKA PENDIDIKAN UMUM DI PERGURUAN TINGGI 14

A. Karakteristik Pendidikan Umum 14

1. Pengertian dan tujuan pendidikan .14 2. Mengapa Pendidikan Umum itu dibutuhkan?.. 24 3. MKDU sebagai salah satu sarana program

Pendidikan Umum di perguruan tinggi 27

4. Hubungan dan peranan filsafat dalam

Pendidikan Umum 31

B. Filsafat Pendidikan Dosen dan Perwujudannya

dalam Pelaksanaan Pendidikan 39

1. Setiap dosen mempunyai filsafat pendidikan 39 2. Filsafat pendidikan do&en berwujud dalam

pelaksanaan pendidikan 42

3. Karakteristik nilai-nilai filosofis pen didikan menurut beberapa pandangan filsafat

(8)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Subyek Penelitian 54

B. Instrumen Penelitian 54

- -C. Pengumpuian Data Penelitian 56

D. Pengolahan Data Penelitian 57

E. Tahap-tahap Penelitian 60

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN 66

A. Analisis Data 66

1. Reduksi data 67

2. Display dan pengelompokan data 123

3. Interpretasi 132

B. Hasil-hasil Penelitian 144

BAB V PEMBAHASAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI 151

A. Pembahasan 151

B. Implikasi 156

C. Rekomendasi 158

DAFTAR PUSTAKA 161

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia. Dengan pendidikan kepribadian manusia dapat dibina, dapat ditingkatkan harkat, martabat dan nilai kemanusian; dapat dipelihara dan dikembangkan nilai kebudayaan; dapat membawa masyarakat menjadi maju dan hidup sejahtera. Karena itu pendidikan tidak dapat ditiadakan dalam kehidupan. la merupakan bagian yang integral terjalin dengan kehidupan manusia, merupakan kebutuhan hidup yang pokok, merupakan suatu kemutlakan bagi kehidupan manusia (Soelaiman, 1979:1).

Semakin maju peradaban manusia, persoalan pendidikan mendapat perhatian yang semakin besar dan semakin mendapat tempat yang penting dalam kehidupannya. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam arus globali-sasi dewasa ini, pendidikan tidak luput dari tantangan dengan berbagai persoalan yang mendasar yang perlu mendapat perhatian dan pemecahannya secara bijaksana dan bertanggung jawab, terutama dari guru sebagai pelaksana pendidikan

formal di sekolah.

Perkembangan pendidikan dewasa ini banyak mendapat kritikan dari berbagai pihak. Kejadian-kejadian beberapa

dasawarsa yang akhir-akhir ini menunjukkan bahwa ada

(10)

Manusia telah memperoleh kekuatan yang besar dalam sains dan teknologi, tetapi sangat sering mempergunakan _

kekuatan-kekuatan itu untuk maksud destruktif. Manusia telah mem

peroleh jangkauan dan kuantitas pengetahuan tetapi belum

dapat mendekati terciptanya individu yang ideal dan

realisa-si diri (self-realization). Manusia telah menemukan ber

bagai cara untuk memperoleh keamanan, dan kenikmatan, pada

waktu yang sama mereka tidak yakin akan arti kehidupan

mereka dan tidak tahu arah mana yang mereka pilih dalam

kehidupan itu (Titus, Smith, Nolan, 1984:9).

Kutipan di atas menunjukkan bahwa betapa pentingnya

landasan berpikir yang kokoh dan jelas arah tujuannya bagi

kehidupan manusia terutama dalam dunia pendidikan, karena

landasan berpikir itu akan mewarnai pelaksanaan pendidikan.

Sesunggunya banyak pendidikan dewasa ini didasarkan

atas pandangan dunia yang mengatakan bahwa mencari nafkah

merupakan kebaikan tertinggi. Menciptakan seorang ahli yang

cakap terlampau sering menjadi tujuan pendidikan yang hendak

kita capai. Kita mendidik ahli di bidang kedokteran untuk

menjadikan diri kita lebih sehat, demikian pula

di-bidang-bidang lainnya, tetapi sayang cenderung lalai men

didik ahli yang dapat menjadikan kita lebih bijaksana

(11)

Salah satu problema besar lainnya dalam pendidikan pada masa sekarang ini adalah kurangnya kesatuan (irvtegrasi) dalam pengalaman pendidikan. Yang diterima oleh seorang mahasiswa adalah serangkaian penyajian dalam bidang

spe-sialisasi yang tak ada hubungannya antara satu dengan yang

lainnya. Penyajian secara sepotong-sepotong ini

menggambar-kan fragmentasi umum dari pengalaman yang menandai kehidupan

modern (Titus, Smith, Nolan, 1984: 5-6).

Kutipan di atas mengisyaratkan pula bahwa adalah merupakan kewajiban bagi seorang pendidik menganut landasan

berpikir yang komprehensif dan mendalam terutma bagi pendi

dik Pendidikan Umum, karena menyangkut pembinaan kepribadian

peserta didik secara menyeluruh dan terintegrasi.

Meskipun kritikan-kritikan yang dikemukan di atas

muncul di Barat dan dalam konteks peradaban Barat, namun

kritikan-kritikan serupa berlaku pula untuk Indonesia.

Kita khawatir, baik pendukung iptek maupun pencinta

humaniora, kelewat asyik mengunggulkan satu dari lainnya,

merupakan masalah-masalah mendasar yang justru semestinya

dibenahi dalam dunia pendidikan kita. Dosen universitas,

karena kesibukannya dengan berbagai proyek atau karena

ketinggian ilmunya, menutup dialog. Dari SD hingga PT,

konsep mengajar menjadi menjemukan karena bersifat satu

(12)

Kecenderungan lembaga-lembaga pendidikan kita untuk

memati-kan daya kritis mahasiswa membuat semuanya lebih

menjemu-kan lagi. Mata kuliah humaniora yang penting seperti

Kewira-an dan Pendidikan Moral Pancasila sulit diamati hasilnya

pada perilaku mahasiswa sehingga harus diwajibkan melalui

absensi

karena

mustahil

untuk

didiskusikan

penyeleweng-an praktek moral di luar kampus yang seringkali melenceng

jauh dari teori yang diajarkan di ruang kuliah. Kepedulian

mahasiswa pada masalah-masalah di sekitarnya tidak dipandang

sebagai cermin dari kepekaan yang manusiawi bagi pendewasaan

politik, melainkan sebagai aksi politik praktis yang mesti

dikebiri (REPUBLIKA, 25 April 1993, hal. 3).

Permasalahari dan kritikan-kritikan seperti yang

di-kemukakan

di atas merupakan bagian dari

permasalahan

pen

didikan

terutama

di perguruan tinggi yang

tidak

terlepas

dari peran dan tanggung jawab dosen sebagai tenaga edukatif.

Permasalahan tersebut menuntut adanya pemikiran yang

men-dalam dan upaya-upaya yang lebih bijaksana dari dosen berupa

nilai-nilai filosofis pendidikan yang jelas, benar dan kokoh

serta konsisten dengan tujuan pendidikan nasional, yang

nenjadi pilihan dosen tersebut sebagai landasan dan pedoman

bertindak edukatif dalam pelaksanaan pendidikan.

Dosen

sebagai

tenaga edukatif merupakan

orang

yang

nempunyai peran dan tanggung jawab yang sangat penting bagi

(13)

seharus-5

dilandasi nilai-nilai filosofis yang jelas dan benar sebagai

landasan dalam pelaksaan tugasnya sehari-hari.

Dalam hal ini Fauzy Al-Najjar, sebagaimana dikutip

oleh Al-Syaibany (1979:33), mengemukakan bahwa :

Pendidikan tidak akan tumbuh, berkembang, dan selaras dalam bidang kemajuan selagi hal itu tidak bersandar pada pemikiran falsafah yang selalu disertai pembaruan dan daya cipta dalam dunia yang selalu bertarung dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selagi kita masih bertanya: Mengapa kita mengajar? Bagaimana kita mengajar? Selama itu pendidikan akan tetap sangat memerlukan falsafah.

Permasalahan di atas menunjukkan bahwa bagi para dosen

di perguruan tinggi yang mempunyai peran dan tanggung jawab

yang besar bagi terlaksananya pendidikan, sepatutnya dan

dituntut agar memiliki nilai-nilai filosofis pendidikan yang

jelas dan benar, sebagai landasan bertindak dalam pelaksana

an pendidikan. Penggunaan pemikiran kefilsafatan dalam

pelaksanaan pendidikan harus jelas dan kokoh, karena hal ini

merupakan landasan bagi pelaksanaan pendidikan tersebut.

Dalam zaman teknologi sekarang ini, penggunaan pemiki ran kefilsafatan menjadi kiam penting. Teknik tidak mungkin

berjalan tanpa teori, dan bila mungkin tentu merupakan

teknik yang buruk. Perenungan kefilsafatan memperkuat serta

memberikan arah kepada teknologi. Dan tidak hanya sampai

disitu. Perbuatan macam apapun yang tidak didasarkan atas

teori yang sehat akan kehilangan arah dan dapat

(14)

Sebagai pribadi dan sebagai pelaksana pendidikan, seorang guru (dosen) sewajarnya menganut dan mendalami filsafat. la tak boleh buta terhadap filsafat. Sebabnya antara lain karena tujuan-tujuan pendidikan senantiasa lang sung berhubungan denga tujuan-tujuan kehidupan dari individu dan masyarakat yang melaksanakan pendidikan. Pendidikan tak dapat dimengerti sepenuhnya tanpa memahami tujuannya. Justru

tujuan itulah yang perlu dipahami dalam rangka hubungannya

yang sejati dengan kehidupan itu sendiri. Hanya guru (dosen)

yang memiliki filsafat yang memadai sajalah yang berada pada

jalan kearah suatu filsafat pendidikan yang tepat (Hender

son, 1978:8).

Adapun yang menjadi permasalahan adalah apakah dosen

MKDU ada menganut nilai-nilai filosofis pendidikan yang

dapat dijadikan sebagai landasan dan pedoman bagi pelaksa^

naan Pendidikan Umum di perguruan tinggi?

Untuk mengetahui nilai-nilai filosofis pendidikan yang dianut oleh dosen MKDU tersebut tidak cukup diperoleh berdasarkan apa yang tercantum dalam kurikulum yang ada dan dalam undang-undang pendidikan yang telah ditetapkan secara

formal, tetapi memerlukan pengkajian yang mendalam. Atas

dasar inilah peneliti merasa perlu mengadakan penelitian,

(15)

ini, kepada para dosen dituntut memiliki wawasan berpikir

yang menyeluruh dan mendaiam dengan dilandasi oleh

nilai-nilai filosofis pendidikan yang jelas dan benar dalam upaya

mendidik calon-calon sarjana yang berkualitas sesuai dengan

yang dicita-citakan oleh bangsa dan negara.

B. Fokus Penelitian

Memperhatikan uraian penjelasan pada latar belakang

masalah di atas, maka yang dijadikan fokus penelitian ini

adalah berkenaan dengan: pilihan nilai-nilai filosofis pen didikan yang dianut oleh dosen MKDU sebagai tenaga edukatif

di Perguruan Tinggi, tentang:

1. Tujuan pendidikan

2. Peserta didik (mahasiswa)

3. Pendidik (diri dosen itu sendiri)

4. Bahan perkuliahan

5. Hubungan pendidik dan peserta didik (cara atau metode

pendidikan)

6. Penilaian Pendidikan

Dengan fokus permasalahan di atas, berarti penelitian ini mencoba menyingkap pilihan nilai-nil^.i filosofis pen didikan oleh dosen MKDU sebagai tenaga edukatif di perguruan tinggi, yang dijadikan prinsip, landasan, serta pedoman

dalam kegiatan pendidikan yang dilakukannya sehari-hari di

(16)

(mahasiswa), pendidik (dosen), bahan perkuliahan, hubungan

pendidik dan peserta didik (cara atau metode pendidikan), dan penilaian pendidikan.

C. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di perguruan tinggi, karena

perguruan tinggi merupakan lembaga pendidikan yang penting

dalam kerangka sistem pendidikan nasional yang menyiapkan

calon-calon pemimpin bangsa (terutama di bidang pendidikan)

yang memerlukan integritas pribadi untuk dapat mengemban

kelangsungan hidup bangsa dan negara di masa depan sesuai

dengan tujuan pendidikan yang dicita-citakan.

Adapun Perguruan Tinggi yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah IKIP Bandung. Dijadikan IKIP Bandung sebagai lokasi penilitian ini, dilandasi oleh beberapa pertimbangan

antara lain :

1. IKIP Bandung merupakan satu-satunya perguruan tinggi

yang menyelenggarakan Program Pascasarjana Bidang Studi Pendidikan Umum (PU)

2. IKIP Bandung merupakan salah satu perguruan tinggi tertua

di Indonesia yang menyiapkan tenaga edukatif dalam rangka mengupayakan manusia yang mempunyai pribadi yang

terintergasi yaitu manusia seutuhnya. Hal ini dapat di

(17)

menyiapkan calon-calon tenaga edukatif yang berkualitas

sesuai dengan tuntutan zaman. _ _ _

3. Nilai-nilai filosofis pendidikan yang dimaksudkan dalam

penelitian ini, bukan sekedar nilai-nilai filosofis

pendidikan yang berasal dari aliran-aliran filsafat

pendidikan menurut para ahli filsafat yang telah ada

secara formal, tetapi nilai-nilai filosofis pendidikan yang disingkap dari pandangan atau yang dianut oleh dosen

MKDU sebagai tenaga edukatif, tentang: tujuan pendidikan,

peserta didik (mahasiswa), pendidik (dosen), bahan per

kuliahan, metode, dan penilaian pendidikan.

D. Definisi Operasional

Untuk menghindari kerancuan dalam penelitian ini, maka

istilah-istilah yang digunakan didefinisikan sebagai be-rikut:

1. Pilihan, yaitu apa yang dianggap terbaik, benar dan

bermakna bagi kehidupan manusia, sehingga hal tersebut

dimiliki sebagai pilihannya.

2. Nilai-nilai f i l o s o f i s pendidikan, yaitu seperangkat prinsip kebenaran atau nilai-nilai kebenaran yang diyakini dan berharga bagi manusia berdasarkan hasil pemikiran yang mendalam dan matang, yang dijadikan landasan atau dasar pertimbangan dalam bertindak edukatif dan dapat mewarnai tindakannya dalam pelaksanaan pen

(18)

10

3.

Dosen

MKDU,

ialah tenaga pengajar di

perguruan

tinggi

dalam Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU), yaitu: Pendidikan

Agama,

Pendidikan Pancasila, Pendidikan

Kewiraan,

Ilmu

Budaya Dasar (IBD), Ilmu Sosial Dasar (ISD), dan Ilmu

Alamiah Dasar (IAD).

E. Perunusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Masalah utama yang ingin dijawab melalui penelitian

ini

adalah berkenaan dengan apakah dosen MKDU ada

menganut

nilai-nilai filosofis pendidikan yang dapat dijadikan seba

gai landasan dan pedoman bagi pelaksanaan Pendidikan Umum di

perguruan tinggi. Masalah utama tersebut dirumuskan sebagai

berikut

: nilai-nilai filosofis

pendidikan

apakah

yang

dianut sebagai pilihan dosen MKDU di perguruan tinggi?

Sesuai dengan ruang lingkup penelitian ini, maka

per

masalahan penelitian ini dapat dijabarkan ke dalam

sejumlah

pertanyaan penelitian, yaitu :

1. Nilai-nilai

filosofis

pendidikan

apakah

yang

dianut

oleh dosen MKDU

untuk menentukan dan mengartikan

tujuan

pendidikan?

2. Nilai-nilai

filosofis

pendidikan

apakah

yang

dianut

cleh

dosen

MKDU untuk merumuskan

pandangannya

tentang

hakekat manusia (mahasiswa) sebagai peserta didik?

3. Nilai-nilai filosofis pendidikan apakah yang dianut oleh

dosen

MKDU

untuk merumuskan pandangannya

tentang

pen

(19)

11

4. Nilai-nilai filosofis pendidikan apakah dianut oleh

dosen MKDU untuk menentukan dan mengartikan bahan per

kuliahan?

5. Nilai-nilai filosofis pendidikan apakah dianut oleh dosen

MKDU untuk menetukan dan mengartikan hubungan pendidik

dan peserta didik (cara atau metode pendidikan)?

6. Nilai-nilai filosofis pendidikan apakah dianut oleh

dosen MKDU untuk menentukan penilaian pendidikan?

F. Asunsi Penelitian

1. Setiap orang memiliki filsafat walaupun ia mungkin tidak

selalu menyadari akan hal tersebut (Titus, Smith, Nolan,

1984:10). Setiap orang mempunyai filsafat dalam arti

pandangan hidup. Berkenaan dengan pendidikan orang mem

punyai pandangan terhadapnya. Minimal apa itu pendidikan,

apa tujuan pendidikan, dan bagaimana cara mencapainya.

Hal ini mengandung makna bahwa filsafat merupakan dasar

untuk memandang dan melandasi sesuatu perbuatan

(Wiryoku-sumo dan Mulyadi, 1988:26).

2. Dalam filsafat yang dianut pendidik terkandung gambaran

tentang bagaimana masyarakat yang dicita-citakan dan

bagaimana individu yang harus dibentuknya. Tujuan, corak,

metode, dan alat-alat pendidikan banyak ditentukan oleh

filsafat

yang

dianut

oleh

si

pendidik

(Nasution,

(20)

12

3. Bagi dosen-dosen MKDU sebagai tenaga edukatif di per-- guruan tinggi wajib menganut nilai-nilai filosofis yang jelas, kokoh yang merupakan landasan dan pedoman dalam

melaksanakan tugasnya sehari-hari sebagai tenaga eduka

tif. Nilai-nilai filosofis yang dianutnya itu mewarnai tindakannya dalam pelaksanaan pendidikan.

G. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

gambaran tentang nilai-nilai filosofis pendidikan yang

dianut oleh dosen MKDU sebagai tenaga edukatif di perguruan

tinggi. Secara khusus penelitian bertujuan untuk:

Memperoleh informasi tentang nilai-nilai filosofis pendidikan yang dianut oleh dosen MKDU untuk:

1. Menentukan dan mengartikan tujuan pendidikan

2. Merumuskan pandangannya tentang hakekat manusia (maha siswa) sebagai peserta didik

3. Merumuskan pandangannya tentang hakekat pendidik

(dosen)

4. Menentukan dan mengartikan bahan perkuliahan

5. Menentukan dan mengartikan hubungan pendirik dsn peserta didik (cara atau metode pendidikan)

6. Menentukan penilaian pendidikan

H. Pentingnya Penelitian

(21)

pentingnya dosen memiliki atau menganut nilai-nilai filoso fis pendidikan yang jelas dan. kokoh dalam melaksanakan

tugasnya sebagai tenaga edukatif di perguruan tinggi.

Dari segi praktis, hasil penelitian ini dapat menjadi

masukan/umpan balik bagi para dosen MKDU di perguruan tinggi yang bersangkutan dan juga bagi perguruan tinggi lainnya

dalam penyelenggaraan MKDU sebagai salah satu sarana Pen

(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode deskriptif, yaitu metode yang menggambarkan

dan memecahkan masalah-masalah aktual yang sedang

berlang-sung. Metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada

pe-ngumpulan data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi

data. Sedangkan langkah kerja yang digunakan dalam peneli

tian ini sebagian besar adalah langkah kerja penelitian

kualitatif.

Disebut kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan

yang bercorak kualitif, bukan kuantitatif, karena tidak menggunakan alat-alat pengukur (Nasution, 1988:18). Metode

kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan.

Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila

berhadapan dengan kenyataan ganda; kedua, metode ini

menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti

dan responden; dan ketiga, metode ini lebih peka dan lebih

dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh

bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Moleong,

1991:5). Sesuai dengan sifatnya, maka sistematika metodo-logis penelitian ini disusun sebagai berikut.

A. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah dosen MKDU IKIP Bandung.

(23)

55

MKDU merupakan salah satu sarana bagi program Pendidikan

Umum di perguruan tinggi.

Untuk menentukan subjek penelitian ini, terlebih dahulu peneliti berkonsultasi dengan Ketua dan Sekretaris Jurusan MKDU IKIP Bandung, karena mereka lebih mengenai secara dekat tentang keadaan subjek penelitian ini.

Adapun yang dijadikan kriteria sebagai subyek dalam penelitian ini adalah dosen senior, yaitu dosen yang telah

memiliki kualifikasi antara lain minimal dari segi

ke-pangkatan Gol. IV dan/atau dosen yang telah menempuh jenjang

pendidikan Program Pascasarjana,. dengan asumsi bahwa mereka

telah memiliki banyak pengalaman dengan wawasan berpikir

yang luas dan mendasar (filosofis) mengenai problem-problem pendidikan terutama di perguruan tinggi.

MKDU yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah MKDU

yang berdasarkan SK Dirjen Dikti Depdikbud No. 32/DJ/

Kep/1983, yaitu: Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila, Pendidikan Kewiraan, Ilmu Budaya Dasar (IBD), Ilmu Sosial Dasar (ISD), dan Ilmu Alamiah Dasar (ISD).

MKDU feperti tersebut di atas masih berlaku sekarang

bagi semua perguruan tinggi di Indonesia (didukung oleh

keterangan dari Ketua dan Sekretaris Jurusan MKDU IKIP

Bandung berdasarkan hasil konsultasi dengan peneliti,

(24)

56

lijadikan sebagai subyek penelitian ini adalah enam orang,

jesuai dengan mata kuliah yang disebutkan di atas.

J. Instrumen Penelitian

Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti

sendiri. Dalam hal ini, Faisal (1990:45) mengemukakan bahwa

ialam penelitian kualitatif peneliti merupakan instrumen

itamanya.

Selaku instrumen penelitian,

peneliti

memainkan

peranan

sebagai instrumen kreatif. Selanjutnya

ia

melacak

Pakta/informasi deskriptif, juga sekaligus melakukan

reflek-si dan secara simultan pula menggunakan berpikir konvergen

dan

divergen

dalam "merakit" sejumlah

fakta/informasi

ke

tingkat konsep, hipotesis, atau teori.

Menurut Moleong (1991:121), kedudukan peneliti dalam

penelitian

kualitatif cukup rumit. Ia

sekaligus

merupakan

perencana,

pelaksana pengumpulan data,

analisis,

penafsir

data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil

penelitian-nya. Pengertian instrumen atau alat penelitian di sini tepat

karena ia menjadi segalanya dari keseluruhan proses peneli

tian. Namun, instrumen penelitian di sini dimaksudkan seba

gai alat pengumpulan data.

Cara yang diambil yaitu data lapangan diinterpretasi,

diberi kode, kemudian dilakukan unitisasi dan kategorisasi,

(25)

C. Pengumpulan Data Penelitian

Dalam pelaksanaan pengumpulan data penelitian ini,

dilakukan oleh peneliti sendiri dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan.

a. Setelah disain penelitian disetujui oleh pembimbing, selanjutnya diajukan permohonan izin penelitian me lalui Direktur Program Pascasarjana IKIP Bandung untuk diteruskan kepada Rektor IKIP Bandung dan seterusnya kepada Ketua Jurusan MKDU IKIP Bandung, untuk disam-paikan kepada responden. sebagaimana kriteria yang

telah ditentukan.

b. Menyusun pedoman wawancara agar pertanyaan-pertanyaan yang diajukan terarah sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan.

2. Tahap Pengumpulan Data

Pelaksanaan pengupulan data dilakukan dengan cara-cara

sebagai berikut :

(26)

58

wawancara cara sesuai dengan karakteristik data yang

ingin dikumpulkan, yakni nilai-nilai filofis pendidi

kan yang dianut, yang terkandung dalam dalam pikiran

responden. Hal ini sesuai dengan tujuan dilakukan

wawacanra, sebagaimana dikemukakan Nasution (1988:73),

yaitu tujuan wawancara adalah untuk mengetahui apa

yang terkandung dalam pikiran dan hati orang lain,

bagaimana pandangannya tentang dunia, yaitu hal - hal

yang tidak dapat kita ketahui melalui observasi.

Sekaitan dengan hal ini, Faisal (1990:61) mengemukakan

bahwa :

Dalam penelitian kualitatif biasanya teknik wa wancara sebagai cara utama untuk mengumpulkan data/informasi. Ini bisa dimengerti, setidak-tidak-nya dua alasan. Pertama, dengan wawancara peneliti dapat menggali tidak saja apa yang diketahui dan

dialami seseorang/subyek yang diteliti, tetapi juga

apa yang tersembunyi jauh di dalam diri subyek

penelitian (explicit knowledge maupun tacit know ledge). Kedua, apa yang ditanyakan kepada informan

bisa mencakup hal-hal yang bersifat lintas-waktu

yang berkaitan dengan masa lampau, masa sekarang,

dan juga masa mendatang.

• Wawancara dilakukan dalam bentuk terbuka, artinya

responden mendapat kebebasan dan kesempatan untuk

mengeluar-kan buah pikiran, pandangan, dan perasaannya tanpa diatur

ketat oleh peneliti. Kemudian setelah peneliti memperoleh

sejumlah keterangan, peneliti melakukan wawancara yang lebih

terstruktur yang disusun berdasarkan apa yang telah

(27)

5y

b. Melakukan observasi berkenaan dengan kegiatan per kuliahan. Hal ini dilakukan untuk melengkapi data

hasil wawancara. Observasi ~dalam penelitian ini

di-fokuskan pada kegiatan perkuliahan, yaitu tentang komunikasi edukatif antara dosen dan mahasiswa yang

tercermin dalam metode perkuliahan yang digunakan oleh

dosen yang bersangkutan.

D. Pengolahan dan Analisis Data Penelitian

Data dapat dianalisis dengan beberapa pola (cara) yang melibatkan cara berpikir tertentu, yang mengacu kepada

pengujian sistematis tentang sesuatu hal guna menentukan bagian-bagiannya, hubungan antar bagian, dan hubungan dengan keseluruhan. Semuanya itu dilakukan guna memperoleh

"makna-nya"

Mengenai pola analisis data dalam penelitian edukatif,

Nasution (1988:126) mengemukakan bahwa tidak ada cara ter

tentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis sehingga tiap peneliti harus mencari sendiri metode yang dirasanya

cocok dengan sifat penelitinya.

Berdasarkan pendapat di atas, maka peneliti mencari

pola analisis data yang cocok menurut pandangan peneliti

(28)

60

(1) reduksi data, (2) diplay data, (3) mengambil kesimpulan/

verifikasi.

Analisis data itu dilakukan dalam suatu proses. Proses berarti pelaksanaannya sudah mulai dilakukan sejak pengum

pulan data dan dikerjakan secara intensif, yaitu sesudah

meninggalkan lapangan (Moleong, 1991:104).

Untuk lebih jelas mengenai pola pengolahan dan analisis

data penelitian ini, maka langkah - langkahnya sebagai

berikut :

1. Selama data dikumpulkan

Selama pengumpulan data, maka kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh peneliti, yaitu :

a. Pembuatan cacatan lapangan.

Pembuatan cacatan lapangan dilakukan pada saat pe

neliti melakukan wawancara dan obsevasi dilapangan. Hasil cacatan lapangan direvisi, kemudian disusun kedalam rangkum-an cacatan lapangan (lampiran). Hasil wawancara yang telah disusun kedalam rangkuman cacatan lapangan, kemudian

di-perlihatkan kepada responden untuk dipeiiksa kebenarannya,

apakah telah sesuai dengan apa yang dimaksud oleh responden

bersangkutan. Apabila terdapat kekeliruan mengenai data/

(29)

bl

Perlu

ditegaskan

bahwa dalam

penelitian

ini

tidak

dilakukan

triangulasi

yaitu

untuk

membuktikan

kebenaran

informasi

yang diberikan responden, sebab

responden

dalam

penelitian ini mempunyai kebebasan sepenuhnya untuk memiliki

pendapatnya secara pribadi.

b. Pemberian kode

Setelah responden mencek laporan berupa rangkuman hasil

wawancara,

maka segera diberi kode awal yang

secara

lebih

spesifik dan terpola, sesuai dengan permasalahan

penelitian

yang dijabarkan melalui sejumlah pertanyaan penelitian.

c. Penggunaan matriks

Dalam

menggunakan

matriks,

maka

kegiatan

peneliti

meliputi

: (a) mebentuk matriks berdasarkan sub-pokok

per-masalahan/klasifikasi data/kode, (b) memasukkan data lapang

an

(sudah dirangkum) ke dalam matriks sesuai

dengan

kolom

dan

kode

data, dan (c) menganalisis

data

matriks

dengan

mambaca

lebih teliti, melakukan interpretasi,

dan

menarik

kesimpulan sementara.

2. Setelah data terkumpul

Kegiatan

yang dilakukan setelah data

terkumpul,

me

(30)

a. Membuat reduksi data

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mem buat rangkuman data menurut tema-tema pokok. Dengan demikian akan diperoleh sejumlah inti permasalahan berdasarkan penda

pat/ informasi para responden.

b. Membuat display data

Kegiatan mendisplay (menyajikan) data penelitian ini, dilakukan dengan cara menyusun data tau mengelompokkan data

pokok-pokok pendapat responden ke dalam maktris yang dibuat

sedemikian rupa.

c. Interpretasi dan kesimpulan

Setelah dilakukan reduksi dan display data, maka ke

giatan selanjutnya yang dilakukan dalam memberikan inter pretasi terhadap data tersebut dan akhirnya diperoleh suatu

kesimpulan dari data tersebut.

E. Tahap-tahap pelaksanaan penelitian

Secara garis besar, pelaksanaan penelitian ini terdiri

atas tiga tahap, yaitu : tahap orientasi, tahap eksplorasi

dan tahap member-chek.

Kegiatan yang dilakukan pada masing-masing tahap ter

(31)

63

1. Tahap orientasi

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah

diusaha-*an mendapatkan informasi pendahuluan yang dikembangkan

selanjutnya dalam penelitian ini. Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:

a. Melakukan studi kepustakaan untuk menelaah berbagai

informasi yang berkenaan dengan permasalahan yang ber

kaitan dengan fokus awal penelitian.

b. Bertukar pikiran dengan beberapa dosen MKDU IKIP Bandung

(diantaranya Sekretaris Jurusan MKDU) dan teman-teman

sejawat untuk memperoleh berbagai informasi lebih lanjut

yang berkaitan dengan fokus penelitian.

c. Mengadakan konsultasi dengan pembimbing untuk memperoleh

kejelasan tentang permasalahan yang berkaitan dengan

fokus penelitian ini.

Berdasarkan hasil kegiatan orientasi tersebut, maka ditemukan beberapa hal yang menarik terutama adalah bagi

setiap dosen perlu sekali menganut nilai-nilai filosofis

yang jelas dan kokoh dalam melaksanakan tugasnya sebagai

tenaga edukatif di perguruan tinggi. Hal ini perlu karena

dalam filsafat yang dianut dosen sebagai pendidik terkandung

gambaran tentang bagaimana masyarakat yang dicita-citakan

dan bagaiman individu yang harus dibentuknya. Aktivitas

pendidikan yang menyangkut tentang tujuan, peserta didik,

(32)

64

ditentukan oleh filsafat (nilai-nilai filosofis) yang dianut

oleh dosen sebagai pendidsik, karena nilai-nilai filosofis yang dianutnya itu merupakan landasan bagi aktivitas pen

didikan yang dilaksanakannya sehari-hari. Gambaran yang

diperoleh tersebut, memberi keyakinan kepada peneliti untuk

menetapkan fokus penelitian ini.

2. Tahap Eksplorasi

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah

penggali-an informasi/data secara lebih mendalam. Kegiatan yang

dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Menyusun pedoman wawancara ag'ar pertanyaan-pertayaan yang

diajukan terarah sesuai dengan tujuan penelitian yang

telah ditetapkan.

b. Mengadakan wawancara dengan para responden sesuai dengan

kesepakatan mengenai waktu dan tempat antaar responden

dengan peneliti

c. Kegiatan penyusunan hasil laporan yang meliputi kegiatan mendeskripsikan, menganalisis, menafsirkan data hasil penelitian, secara terus menerus hingga diperkirakan

mencapai gejala ketuntasan.

3. Tahap memberchek

Kegiatan yang dilakukan pada tahap memberchek ini

adalah sebagai berikut :

(33)

65

b. Hengajukan laporan tersebut kepada masing-masing kepada

responden untuk dicek kesesuaiannya dengan pendapat

responden yang bersangkutan.

c. Setelah menelaah laporan tersebut, para responden

mem-perbaiki hal-hal yang belum sesuai dengan maksud respon

(34)

BAB V

PEMBAHASAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana telah

di-uraikan pada bab terdahulu, maka pada bab terakhir ini

dikemukakan pula pembahasan, implikasi dan rekomendasi.

A. Penbahasan

Secara umum dapat ditegaskan bahwa meskipun dalam

proposisi tertentu ada perbedaan antara satu pandangan

filsafat dan pandangan filsafat yang lain tentang hal-hal

yang menjadi sorotan penelitian ini, namun dalam hal-hal

tertentu terdapat pula kesamaannya. Oleh karenanya antara

satu pandangan filsafat dan pandangan filsafat yang lain

tidak dapat dipisahkan secara tegas. Untuk menentukan pan

dangan filsafat yang dominan mewarnai pola berpikir dosen

MKDU tentang pendidikan berupa nilai filosofis pendidikan,

disingkap dengan merujuk pada karakteristik nilai filosofis

pendidikan menurut beberapa pandangan filsafat (lihat hal.

48-53).

1. Tentang tujuan pendidikan.

Untuk menentukan dan mengartikan tujuan pendidikan, dosen MKDU tampak lebih mengutamakan landasan berpikirnya

pada nilai-nilai agama, yaitu inan dan taqwa. Iman dan taqwa

dipandang sebagai inti yang paling pokok dalam tujuan pen

(35)

dilakukannya. Dalam hal ini pengaruh agama (Islam) tampak

sangat dominan dalam diri dosen.

Dosen mengharapkan aktualisasi diri mahasiswa agar terbinanya manusia yang memiliki kepribadian yang utuh. Manusia utuh dipandang bukan hanya yang cerdas (memiliki ilmu pengetahuan yang banyak), akan tetapi juga memiliki mo

ral yang baik, yang tercermin pada perilakunya sehari-hari,

dan memiliki keahlian serta keterampinan, semua itu ter

integrasi pada diri peserta didik (mahasiswa).

Apabila ditinjau dari sudut pandangan tentang hakekat kemakhlukan (manusia), maka ungkapan di atas tampaknya lebih dominan diwarnai oleh nilai filsafat yang hunanistik, karena manusia dipandang sebagai totalitas aspek kepribadian,

yang tidak mementingkan satu aspek saja dari kepribadian

manusia, akan tetapi semuanya dipandang penting untuk di

kembangkan dengan tujuan agar terbinanya manusia yang

memiliki kepribadian yang utuh.

2. Tentang peserta didik (mahasiswa)

Untuk merumuskan dan mengartikan sifat-hakekat maha

siswa, dosen MKDU memandang mahasiswa sebagni manusia adalah makhluk yang memiliki potensi untuk berkembang secara utuh (intelektual, perasaan, kemauan, keterampilan dan sebagai nya). Ungkapan ini tampaknya lebih dominan diwarnai oleh nilai filsafat yang hunanistik,karena memandang mahasiswa

(36)

kepribadi-153

tetapi

seluruh

aspek kepribadian manusia

dipandang

perlu

untuk dikembangkan secara utuh.

Selanjutnya manusia juga dipandang sebagai makhluk

yang memiliki kebebasan, yakni kebebasan yang bertanggung

jawab,

dalam batas-batas aturan norma yang berlaku.

Dengan

kebebasan yang dimilikinya, mahasiswa akan dapat berkembang

dalam melakukan berbagai aktivitas dan kreativitas. Manusia

dipandang

sebagai

subyek, bukan sebagai obyek

yang

daps.t

diperlakukan

menurut kemauan pendidik. Dalam ungkapan

ini

tampak

lebih

dominan

diwarnai oleh

nilai

filsafat

yang

eksistensialis, karena lebih menekankan pada kebebasan

individu untuk memilih dan bertanggungjawab atas pilihannya

itu.

3. Tentang pendidik (dosen)

Untuk merumuskan dan mengartikan sifat-hakekat pen

didik, dosen MKDU memandang pendidik sebagai orang dewasa

dalam arti pisik dan mental yang berperan sebagai pendorong,

pembimbing, dan sebagai fasilitator bagi peserta didik,

dan

'pendidik

dipandang

sebagai orang

yang

menumbuhkan

sikap

saling percaya. Ungkapan ini tampak lebih dominan diwarnai

oleh nilai filsafat yang hunanistik, karena dosen memandang

bahwa dengan menghargai harkat dan martabat kemanusiaan

peserta didik dan dengan menumbuhkan sikap saling percaya,

maka semua potensi yang dimiliki peserta didik akan dapat

(37)

didiknya, dengan menekankan pada aspek intelektual dan moral. Ungkapan ini tampak lebih dominan diwarnai oleh

nilai filsafat yang idealistik, karena memandang pendidik

lebih mengetahui dari pada peserta didik, dan karena ini

pula pendidik dijadikan teladan bagi peserta didik.

4. Tentang bahan perkuliahan

Untuk menentukan dan mengartikan bahan perkuliahan, terungkap bahwa bahan perkuliahan disajikan dosen kepada peserta didik terintegrasi dan saling melengkapi antara satu

disiplin ilmu dengan disiplin ilmu yang lain, yang mengacu

kepada pembinaan seluruh aspek kepribadian peserta didik. Ungkapan ini diwarnai oleh nilai filsafat yang hunanistik, karena secara keseluruhan bahan perkuliahan yang disajikan mengacu pada pembinaan seluruh aspek kepribadian manusia,

yang disajikan secara terintegrasi.

Selanjutnya bahan perkuliahan yang disajikan tidak

terbatas pada kurikulum yang telah ditentukan secara formal,

akan tetapi bahan perkuliahan diangkat dari berbagai

pro-blema aktual yang berkembang di masyarakat, dan dipecahkan

bersama dalam perkuliahan. Ungkapan ini lebih dominan di

warnai oleh nilai filsafat yang pragnatik, kerena bahan

perkuliahan yang disajikan diangkat dari pengalaman nyata

yang aktual dan sesuai dengan perkembangan zaman.

5. Tentang hubungan pendidik dan peserta didik (cara atau

metode pendidikan)

(38)

155

terungkap bahwa hubungan pendidik dan peserta didik bersifat

dialogis

yang

menghargai

nilai

kemanusiaan.

Menggunakan

berbagai

metode

yang

relevan,

lebih

banyak

memberikan

kebebasan kepada peserta didik, dan pendidik sebagai

fasili-tator. Ungkapan ini diwarnai oleh nilai filsafat yang

huma

nistik,

karena pendidik lebih menghargai nilai

kemanusiaan,

yaitu dengan memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk

melakukan

berbagai aktivitas dan

kreativitas.

Selanjutnya

untuk menumbuhkan sikap kritis pada peserta didik, kepadanya

dihadapkan berbagai persoalan yang menantang dan aktual

yang

diangkat dari berbagai probleraa

yang berkembang di masyara

kat.

Ungkapan

ini tampaknya lebih

dominan

diwarnai

oleh

nilai filsafat yang pragnatik.

6. Tentang penilaian pendidikan

Untuk menentukan dan mengartikan tentang penilaian

pendidikan, dosen MKDU memandang bahwa penilaian

pendidikan

mecakup

seluruh

aspek

kepribadian

peserta

didik

secara

terintegrasi,

dan

pada

aktualisasi

diri

peserta

didik.

Adapun

yang

dijadikan tolok ukur

keberhasilan

pendidikan

adalah terbinanya aspek-aspek kepribadian mahasiswa secara

keseluruhan

dan

terintegrasi. Ungkapan lebih

dominan

di

warnai oleh nilai filsafat yang

hunanistik.

Namun dalam mata

kuliah tertentu (Pendidikan Agama dan Pendidikan Pancasila),

di

samping

penilaian aspek kognitif juga

penilaian

aspek

(39)

156

B. Implikasi

Dengan menelaah hasil-hasil pene-litian'dan

pembahasan

sebagaimana

telah

disarikan pada bagian

kesimpulan,

maka

dari studi ini ada beberapa implikasi yang dapat ditarik.

Sebagai pendidik, seorang dosen dalam mengemban tugas

nya

tidak hampa nilai. Artinya setiap dosen sebagai

pendi

dik, dalam kegiatan pendidikan yang dilakukannya, sadar atau

tidak,

ada menyiratkan nilai filosofis pendidikan

tertentu

yang berakar pada pandangan (aliran) filsafat tertentu dalam

tindakan

pendidikan

yang

dilakukannya.

Nilai

filosofis

pendidikan

tersebut menjadi landasan berpikir dan

mewarnai

pula tindakannya dalam mendidik.

Nilai

filosofis pendidikan yang dianut

oleh

seorang

pendidik

mengandung

kebenaran yang dijunjung

tinggi

yang

senantiasa diupayakannya untuk mewujudkannya dalam

kegiatan

mendidik

sehari

hari.

Itu

sebabnya

pekerjaan

mendidik

dipandang

sebagai

kegiatan yang bersifat

normatif,

yaitu

kegiatan

penanaman dan pembinaan nilai dan norma

kehidupan

yang

sesuai dengan dan bersumber pada dasar-dasar

filsafat

hidup dosen yang berupa nilai-nilai filosofis pendidikannya.

Bagi seorang dosen yang bergelut dengan pendidikan

di

perguruan

tinggi,

dengan tugas yang diembannya

itu

meng

haruskan

ia menganut

dasar berpikir

yang kokoh dan

jelas

arah dan tujuannya yang melahirkan pula nilai-nilai

filoso-c^k^k boLroHm-nn rian tidak konsistennya

(40)

157

negara dan

nilai-nilai agama, maka akan berakibat fatal

bagi

upaya pendidikan

yang dilakukannya.

Itu

sebabnya,

kejelasan,

kebenaran dan konsistennya nilai filosofis

pen

didikan yang dianut dosen dengan tujuan pendidikan berdasar

kan

pada falsafah negara merupakan satu keharusan. Hal

ini

akan

berpengaruh fositif bagi upaya-upaya

pendidikan

yang

dilakukannya.

Apa

yang telah terungkap melalui penelitian

ini

me

nunjukkan bahwa nilai-nilai filosofis pendidikan yang dianut

dosen

adalah

bervariasi dalam

proposisinya.

Namun

perlu

dicatat bahwa bervariasinya nilai filosofis pendidikan

yang

dianut

dosen,

tidak berarti menghambat dan

merusak

upaya

pendidikan yang dilakukannya.

Sebab,

secara keseluruhan

nilai-nilai filosofis pendidikan yang dianut dosen

tersebut

selaras dengan tujuan pendidikan nasional yang bertumpu pada

nilai-nilai agama (Islam)

yakni iman dan taqwa.

Menyatunya

nilai-nilai

filosofis

pendidikan

dengan

falsafah hidup bangsa dan nilai-nilai agama secara

harmonis

pada diri dosen sebagai pendidik, maka akan

berimplikasi

dalam

merumuskan

dan mengartikan tujuan

pendidikan,

pe

rumusan

sifat-hakekat

manusia (peserta

didik),

perumusan

sifat-hakekat

pendidik, penentuan bahan, penentuan

metode,

serta

penentuan

penilaian pendidikan. Semua

itu

bertumpu

pada iman dan taqwa. Ini berarti setiap kegiatan

pendidikan

(41)

158

Dalam menentukan dan mengartikan tujuan pendidikan,

mengacu

pada

pembinaan seluruh aspek

kepribadian

manusia

secara utuh dan terintegrasi. Hal ini mencerminkan tujuan

"Pendidikan Umum" yang mengandung konsekuensi bagi

upaya-upaya Pendidikan Pmum di perguruan tingggi, mencakup pe

nentuan bahan perkuliahan (MKDU), hubungan pendidik dan

peserta didik (cara atau metode pendidikan), dan penentuan

penilaian pendidikan.

C. Rftknnendasi

Permasalahan yang diangkat melalui penelitian ini

merupakan permasalahan yang tidak dapat dipisahkan dengan

kehidupan dosen dan tidak bisa pula diabaikan, karena me

nyangkut tugas dan tanggung jawab dosen sebagai tenaga

edukatif di perguruan tinggi. Tugas dan tanggung jawab dosen

di perguruan tinggi bukan hanya sebatas mengajar, tetapi

juga

mendidik. Sebagai pendidik, dosen

memerlukan

pribadi

yang

mantap

dan terintregasi yang

patut

diteladani

oleh

mahasiswa, karena yang dibina melalui upaya pendidikan

adalah sikap mental dan seluruh aspek kepribadian mahasiswa

secara menyeluruh dan utuh.

Bertolak dari uraian di atas, maka ada beberapa hal

yang patut dipertimbangkan dari penelitian ini, yaitu:

1. Apabila seorang dosen mendapat kepercayaan dan kehormatan

mengajar, kepadanya juga dipercayakan kemampuan untuk

(42)

Keputusan-J.DV

hidup dosen. Setiap tindakan dosen harus dapat

dikembali-kan pada dasar pemikiran yang melandasinya berupa

falsa-fat pendidikannya. Oleh karena

itu diperlukan

pandangan

filosifis dosen yang konsisten dengan tujuan hidupnya dan

tujuan hidup bangsanya.

2. Upaya

pembinaan

kepribadian manusia

(mahasiswa)

bukan

pekerjaan

sambil lalu, akan tetapi memerlukan

pemikiran

mendalam yang meliputi keseluruhan permasalahan pendidik

an

yang

dihadapi. Secara keseluruhan

upaya

pendidikan

berkaitan dengan komponen-komponen pendidikan, yaitu:

tujuan,

peserta

didik,. pendidik,

bahan,

metode,

dan

penilaian.

Dalam

setiap

komponen

pendidikan

tersebut

terkandung

nilai-nilai filosofis pendidikan yang

dianut

oleh

pendidik. Bagaimana gambaran tentang

manusia

yang

dicita-citakan harus tergambar dalam tujuan pendidikan.

Kepada

siapa

pendidikan itu

diupayakan

dan

bagaimana

caranya,

apa bahannya, serta bagaimana upaya

penilaian-nya, banyak diwarnai oleh filsafat pendidikan dosen. Oleh

karena itulah dosen wajib memiliki landasan berpikir yang

mendalam, menyeluruh, dan sistematis berupa nilai-nilai

filosofis pendidikan.

3. Penyajian

MKDU

di

peguruan tinggi

bukan

hanya

untuk

dikuasai secara kognitif oleh mahasiswa, tetapi dari apa

yang 'dipelajari itu dapat diwujudkan melalui

sikap

dan

(43)

xt>u

perilaku

peserta didik. Dengan demikian dosen

hendaknya

menggunakan cara atau alat penilaian yang dapat menjaring

seluruh aspek kepribadian mahasiswa yang dinilai,

sehingga penilaian terhadap keberhasilan itu benar-benar

sejalan

dengan

tujuan pendidikan yang

diharapkan,

dan

dapat

pula

dipertanggungjawabkan baik

secara

akademis

maupun secara moral.

4. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkapkan pilihan

nilai-nilai filosofis pendidikan oleh dosen MKDU dengan

menggunakan wawancara sebagai cara pengungkapan data yang

qtama.

Oleh karenanya untuk memperoleh hasil

penelitian

yang

komprehensif, maka perlu dilakukan pula

penelitian

terhadap

mahasiswa. Penggunaan wawancara

terbatas

pada

pengungkapan apa yang terkandung dalam pikiran

responden

berupa nilai-nilai filosofis pendidikan, sedangkan penga

matan dilakukan dalam kegiatan perkuliahan. Oleh karena

nya

penelitian

ini

belum

sampai

pada

pengungkapan

tindakan dosen dalam melaksanakan tugasnya secara

keseluruhan sebagai tenaga edukatif diperguruan tinggi.

Untuk itu penelitian dalam konteks ini perlu dilajutkan

yang lebih komperfensif baik di dalam situasi perkuliah

an maupun di luar perkuliahan. Namun demikian hasil

penelitian

ini dapat digunakan

untuk

kembangkan

dalam

rangka menunjang pengembangan program Pendidikan Umum di

(44)

DAFTAR PUSTAKA

1-Quran dan Terjemahannya (978). Jakarta: Proyek Pengadaan

Kitab Suci Al-Quran, Departeman Agama RI.

bdul Fayid,

Syekh

Mahmud

(1989).

Pendidikan

dalam

Al=.

Qilxan_(Terjemahan

Drs. Judi Al-Falasany).

Semarang:

Wicaksana.

.hmad, Khursyid

(1992). PrinRJP-prinsip

Pendidikan

Islam.

(Terjemahan A.S. Robuth) Surabaya: Pustaka Progeresif.

,1-Attas,

Syed Muhammad al-Naquib (1979). Aims,

and

objec

tives

of. Tgiamic Education. Jeddah: King

Abdul

Aziz

University.

U-Jammali,

Muhammad Fadlil (1993). RojofifiE. Pendidikan

Q"X^

ani..

(Terjemahan

Judi

Al-Falasani).

Solo:

Rama-dhani.

U-Maududi, Abul A'la (1993) .Islam. Sjenagai Sistem

HldiiR dan

Rproikir.(Terjemahan Drs..A. Syatibi Abdullah). Ban

dung: Sinar Baru.

M-Syaibany,

Omar Mohammad Al-Toumy (1979).

Filsafat

Esn^

didikan Islam(Alih Bahasa Hasan Langgulung). Jakarta:

Bulan Bintang.

Arifin,

H.M.

(1986). Filsafat Pendidikan

Islam.

Jakarta:

Bina Aksara.

(1991) Pendidikan Islam dalam Atjis. Dinamika Masyarakat:

Sjialn

Pendekatan Filosofis,

Pedagogis,

Pfnko-sosial

dan Knltnral. Jakarta: Golden Terayon Press.

Asy'arie,

Musa (Ed.) (1989) Pemudan dan Perkembangan

IETJE&

D_alam Prft«pf>ktif Agama.. Yokyakarta: Pusat Studi Filsa

fat dan Kebudayaan Islam IAIN Sunan Kalijaga.

Azhar Basyir, Ahmad (1993). Refleksi atas. Persoalan

Keislam-an: Seontar Filssfat. Hliltlim^ Politik dan

Ekonomi-Bandung: Mizan.

Barnadib,

Imam

(1976).

Filsafat

Pjejididikan:

Sistem

dan

Metode.

Yogyakarta: Yayasan Penerbit FIP IKIP

Yogya-karta.

Brameld, Theodre (1955). Philosphies of. Education in

Cultur-al Perspective. New York: Holt, Rinehart and Winston.

(45)

162

Jogdan, Robert dan Taylor, Steven J. (1992). Pengantar

Metoda Penelitian Kualitatif. (Terjemahan Arief Fur-chan). Surabaya: Usaha Nasional.

Sutler, J.D. (1957). Eojir. Philosophies and Xnelx. Praktice in

Education and Religion.New York: Happer & Brather

Publisher.

:ombs, A.W., et.al. (1988). Pendidikan

Humanistik.(Terjemah-an Drs. Adang affandi). Bandung: Ewing Offset.

3rijakara, S.J. (1964). Peroikan Filsafat- Jakarta: PT.

Pembangunan.

Direktorat Pembinaan Sarana Akademik (1991). Pembinaan Hata

Kalian Dasax Umum Di Pendidikan TJjiggi. Dirjen Dikti,

Depdikbud. Jakarta.

(1991). Jurusan nata Kuliah. Dasar Umum. Dirjen Dikti,

Depdikbud. Jakarta.

(1991). TOR studi Penataan Fakultas. Jurusan dan Ena.

gram S_tudi. Dirjen Dikti, Depdikbud. Jakarta.

Faisal, Sanafiah (1990). Peneliitan Kualitatif; Dasar-dasar

dan ApIikasi. Malang: Yayasan Asah asih Asuh (YA3).

Faridah (1992). Konsep Dasar. Pendidikan Umum dan ttaia Kuliah

Dasar. Umum (MKDU) S_exta Kedudukan HKDIL dalam Pengem

bangan Pandidikan Umum di Perguruan Xinggi. (Tesis)-.

Bandung: Program Pascasarjana IKIP Bandung.

Finch, R. Curtis dan Crunkilton, Jhon R. (1979). Development

in Vocational and Technical Educatin: Planning. Gonteji

and Implementation. Boston: Allyn and Bacon Inc.

Goetz, J.P. and Lecompte, M.D. (1983). Ethnographi and Qualitative and Design in Educational Research. Lon

don: Academic Press INC.

Hadisubroto, Subino (1988). Pnkok-pokok Pengumpulan Data, Analisis Data. Penafsiran Data dan Rekomendasi dalam

Penelitian Kualitatif. Bandung: IKIP Bandung.

Harold, H. Titus (1959). Living Issuas. in Philosophy. New York: American Book Coy.

Harris, Chrester W. (1968). Encyclopedia o_f_ Educational Research. New York: The MacMillan.

(46)

163

enderson,

S.V.P.

(1978). introduction

to.

Philosophy,

of.

Eduction.

(Disadur

oleh St. Santi

Arbi

dan

Kami

Rasyidin,

Ed. M.I. Soelaeman). Bandung: Jurusan

Fun-dasi-fundasi Pendidikan FIP IKIP Bandung.

enry,

Nelson

B.

(1952).

Fifty-first

le^^k of.

the.

National Society and Study, of. Education. Chicago: The

University of Chicago.

ieriaty,

Toeti (1984). Akn Dalam Budaya.

Jakarta:

Pustaka

Jaya.

SPI (1989).

PP^kemhangan

Ilmu Pendidikan

di

Indonesia

Dalam

Kurun Haktu 1965-1985. Dalam Jurnal

Pendidikan

No. 2 Mei 1989. Jakarta: ISPI.

Lattsoff,

Lois 0. (1987). Penffantar Filsafat. (Alih

Bahasa

Soejono Soemargono). Yogyakarta: Tiara Wacana.

kelompok Pengaji Sejarah dan Filsafat Pendidikan IKIP Jakar

ta

(l990).KeEarluar

dan Keharusan

Ilmu

Pendidikan.

Jakarta: IKIP Jakarta.

Kneller,

G.

F. (1971). Tntrndnction to tne. Philosophy

oX

Education. New York: Jhon Wiley & Sons, Inc.

Knight, G. R. (1992).Issues and Alternatives in Educational

Philosophy. Michigan: Andrews University Press.

Langeveld, M.J. (1959). Mjmujji ke. Pemikiran Filsafat. Jakar

ta: PT. Pembangunan.

(1956). Rerpikir dan Bertindak dalam Ilmu.

Pendidikan-(Alih Bahasa M.I Soelaeman). Bandung: IKIP Bandung.

Langgulung,

Hasan

(1986). llanusia

dan

Pendidikan-

Suatu

Analisa Psikoiogi. Filsafat, dan Pendidikan.

Jakarta:

Al-Husna.

Martin Rich,

John (1971). Humanistic Foundation

of.Educa^

tion. Woerthington, Ohio: Charles A. Jones

Publishing

Company.

Mimbar Pendidikan (1990). Eilsafai Pendidikan dan Ekpistensi

I£iP_Dalam

Jurnal

Pendidikan No. 1 Tahun

IX

April

1990. Bandung IKIP Bandung.

Moleong, Lexy J. (1991). Metode. Penelitian Kualitatif.

Bandung: Remaja Karya.

Moore, T.W.

(1982). Philosophy of Education:

An

(47)

164

liles, Matthew B. dan Huberman, A. Michael (1992).

Analisis

Data Kualitatif. (Terjemahan Tjetjep Rohidi). Jakarta: UI Press.

luhajir,

Noeng

(1990). Metodologi

Penelitian

Kualitatif.

Yokyakarta: Rake Sarasin.

-Jasution, S. (1982). Asas-asas Kurikulum. Bandung: Jemmars.

(1987).

Metode

Penelitian

N»turalistik

Kualitatif-Bandung: Tarsito.

(1989). Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bina

Aksa-ra.

Noor Syam, M. (1S84) .Eilsafat Pendidikan dan dasar. Filsafat

Pendidikan Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional.

Pengasuh

Majalah

BASIS

(1991).

Drijarkara

Tentang

Ean^

didikan. Yokyakarta: Kanisius.

Phenix, Philip H. (1964). Realm of. Meaning: A Philosophy of.

The Curriculum fcir General Education. New York:

McGraw-Hill Book Company.

Power, E.

J.

(1982). Philosophy of Education:

Studies

in

Philosophies. Schooling and Educational Policies.

Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall Inc.

Puspoprodjo, W. (1987). Tnterpretasi. Bandung: Remaja Karya.

REPUBLIKA ( Surat Kabar Harian Umum ), Minggu tanggal 25

April 1993, hal. 3.

Saifullah, Ali (1983). Antara Filsaafat dan Pendidikan:

Pengantar Filsafat Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasio

nal .

Saleh Abdullah, Abdurrahman (1990). Teori-teori Pendidikan

Rerdasarkan AT-Quran. (Terjemahan H.M. Arifin dan

Zainuddin). Jakarta: Rineka Cipta.

Scheffler, I. (1973). Rjeason and Teaching. Landon: Routledge

& Kegan Paul.

Soejono," Ag. (1980). Pendahuluan Pendidikan UjaumJBandung: Bina ilmu.

Soelaeman, M.I. (1977). Penghaoiran Fenomenologis Terhadap

Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung.

(48)

165

(1988). SjiaJm lelflflh Tentang

Manusia-Religi-Pendidik-an- Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi Depdikbud.

Soelaiman, Darwis A. (1979). Pengantar Kepada Teori dan

Praktek Pengajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.

(1985). Pengantar Filsafat Urnum dan Filsafat E^nn

didikan. Darussalam - Banda Aceh: FKIP Unsyiah.

Soltis, Jones F., Ed. (1988). Filsafat Pendidikan S_eiak

Pertengahan Ab_ad ini. (Terjemahan Sutan Zanti Arbi).

Jakarta: Depdikbud.

Sumaatmadja, Nursid (1990). Konsep. dan Eksistensisi Een^

didikan U_mum^ Bandung: IKIP Bandung.

Surakhmad, Winarno (1984). Pengantar Interaksi

Bela.iar-Mengaiar: Dasar dan Teknik MetodolQgi Pengajaran.

Bandung: Tarsito.

(1980). Mewuiudkan Nilai-nilai ttidup. Dalam Tingkah

LaJiiu. Bandung: Tarsito.

Suseno, Fanz Magnis (1991). Berfilsafat daxi Konteks. Ja

karta: Gramedia Pustaka Utama.

(1992). Filsafat Sebagai Ilmu Kritis- Yogyakarta:

Kanisius.

Tim Dosen FIP IKIP Malang (1988). Pengantar Pasar-dasar

Kependidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Titus, Smith, Nolan (1984). Persoalan-persoalan

Filsafat-(Terjemahan H.M. Rasyidi). Jakarta: Bulan Bintang. Van Peursen, C.A. (1988). Orientasi di Alam Filsafat. Jakar

ta: Gramedia.

(1975). Eandu dalam Dunia Filsafat. (Alih bahasa M.I.

Soelaeman). Bandung: IKIP Bandung.

Wiryokusumo, Iskandar dan Mulyadi, Usman (198L). Dasar-Dasar

Referensi

Dokumen terkait

Kajian Pengelolaan Hasil Tangkapan Sampingan Pukat Udang : Studi Kasus Di Laut Arafura Provinsi Arafura.. [tesis] Sekolah Pascasarjana Institut

Tujuan dari penelitian yang telah dilakukan adalah untuk mengetahui komposisi optimum limbah beton yang digunakan sebagai agregat kasar pada campuran aspal porus dan

[r]

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ... Latar Belakang Masalah ... Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ... Rumusan Masalah ... Kajian Pustaka ... Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Dengan demikian penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Nainggolan pada tahun 2014 dengan judul skripsi “Pengaruh Kualitas Produk dan Brand Image terhadap

Kemampuan Kondisi Fisik Dan Psikologis (Pengendalian Emosional) Atlet Gulat Pelatda Jawa Barat Dikaitkan Dengan Prestasi Pada Babak Kualifikasi Porda 2014.. Universitas

PT NH Korindo Sekuritas Indonesia — Morning Brief | www.nhsec.co.id Page 2 2 Stocks Recommendation.. MAPI Last

Bagian dari laut yang sudah tidak dapat lagi ditembus oleh sinar matahari disebut dengan …b. Di bawah ini adalah organism nekton yang hidup di laut, kecuali