• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELATIHAN TATA RIAS DAN BUSANA TARI ANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PELATIHAN TATA RIAS DAN BUSANA TARI ANAK"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Artikel Pengabdian

PELATIHAN TATA RIAS DAN BUSANA TARI ANAK USIA DINI BAGI GURU TAMAN KANAK-KANAK KECAMATAN GUNUNGPATI SEMARANG

Eny Kusumastuti

Staf Pengajar Pendidikan Seni Tari, Jurusan Pendidikan Sendratasik Enyeny68@yahoo.com

Abstrak

Guru Taman Kanak-kanak dalam proses pembelajaran seni tari, disamping harus menguasai teori-teori yang melandasi pendidikan seni tari dan keterampilan seni tari, juga dituntut untuk mampu menata rias wajah dan busana tari anak didiknya. Permasalahannya, guru belum memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang tata rias wajah dan busana tari anak. Tujuan dan manfaat kegiatan pengabdian kepada masyarakat adalah ingin meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang tata rias wajah dan busana tari anak usia dini bagi guru taman kanak-kanak Kecamatan Gunungpati Semarang. Materi yang diberikan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah pengetahuan tentang tata rias wajah, rambut dan busana tari anak usia dini. Bentuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini berupa penyuluhan dan pelatihan. Dalam prosesnya, kegiatan akan dilakukan dengan menggunakan beberapa metode seperti ceramah, tanya jawab, diskusi, latihan, dan tugas. Hasil dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat adalah guru Taman Kanak-kanak Kecamatan Gunungpati Semarang memahami dan mampu mempraktekkan tata rias wajah, rambut dan busana tari anak usia dini. Saran, hendaknya guru Taman kanak-kanak Kecamatan Gunungpati Semarang berlatih secara terus menerus menata rias wajah, rambut dan busana dan mempraktekkannya pada saat siswa melakukan kegiatan pementasan seni tari.

Kata Kunci: penyuluhan, pelatihan, tata rias wajah, tata rias busana, tata rias rambut, anak usia dini

PENDAHULUAN

(2)

kreasi anak. Pendidikan seni tari juga sangat efektif diberikan pada anak karena dapat melatih ketrampilan dan koordinasi gerakan anak, sekaligus sebagai sarana untuk membudayakan dan menanamkan nilai-nilai seni budaya bangsa (Kusumastuti 2003: 42). Pendidikan seni tari juga mampu membentuk budi pekerti anak sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa (Lestari 1998: 160). Dari ketiga penelitian tersebut, jelas membuktikan bahwa pendidikan seni sangat berperan penting dalam proses pembentukan pribadi anak dan pengembangan kreatifitas anak sebagai penyeimbang berfikir vertikal dan internal. Hal yang perlu diperhatikan lebih dalam adalah keterbatasan guru dalam aspek kognitif dan psikomotorik dalam bidangnya.

Pendidikan seni tari untuk anak usia dini, tidak hanya meliputi keterampilan bergerak saja tetapi juga meliputi elemen-elemen pendukung tari yaitu iringan, rias, busana, pola lantai, dan property. Tata rias dan busana tari sangat penting dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan tari, sehingga guru selain harus memiliki keterampilan bergerak juga harus memiliki keterampilan menata rias dan busana tari.

Berdasarkan pengamatan awal, banyak guru Taman Kanak-kanak khususnya guru Taman Kanak-kanak Kecamatan Gunungpati yang tidak memiliki keterampilan menata rias dan busana tari secara memadai. Hal ini tentu saja akan sangat merepotkan manakala anak didiknya akan mementaskan keterampilannya menari baik dalam kegiatan di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Guru Taman kanak-kanak Kecamatan Gunungpati lebih banyak mengandalkan perias dari luar, sehingga hal ini akan menambah pengeluaran sekolah atau orang tua siswa. Oleh karena itu, perlu adanya pelatihan tata rias dan busana tari anak usia dini bagi guru Taman Kanak-kanak Kecamatan Gunungpati sebagai upaya peningkatan kompetensi profesional guru.

Berkaitan dengan uraian di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan yang akan dipecahkan melalui Pengabdian kepada masyarakat ini, yaitu: terbatasnya pengetahuan dan keterampilan guru Taman Kanak-kanak Kecamatan Gunungpati dalam tata rias dan busana tari Anak Usia Dini.

Tata Rias dan Busana Tari

(3)

membawakan. Tata rias juga diperlukan untuk dapat memunculkan karakter tokoh yang dibawakan, oleh karena itu riasan penari harus sesuai dengan tokoh atau tema tarian yang diperankan.

Poerwasoenoe dalam Surani (2008: 14) menjelaskan bahwa tata rias terbagi dalam tiga macam yaitu rias wajah, rias rambut dan rias busana. Rias wajah bertujuan untuk membuat wajah lebih menarik dan sesuai dengan karakter yang dibawakan. Rias rambut adalah riasan yang dilakukan untuk mengubah bentuk rambut. Rambut ditata supaya lebih rapi dan dapat mendukung rias wajah agar dapat memunculkan karakter yang tepat. Rias busana adalah segala sesuatu yang dipakai dari rambut sampai kaki atau dapat dikatakan kostum yang dikenakan penari di atas panggung. Rias busana bertujuan untuk mengubah, memperindah diri dan memunculkan karakter melalui busana yang dipakai.

Tata Rias Rambut Pengertian Rias Rambut

Rambut merupakan mahkota bagi manusia, dan karena itu harus ditata sedemikian rupa agar bermakna bagi diri sendiri dan orang lain (Lestari 1993: 45). Rambut dapat menjadi ciri dari pemakainya atau asal daerah rias rambut yang dipakai, misalnya saja seorang wanita yang menggunakan sanggul tekuk atau gelung tekuk, maka akan diketahui bahwa tata rias rambut yang digunakan berasal dari Jawa Tengah atau Yogyakarta. Rambut juga berpengaruh terhadap penampilan seseorang sehingga rambut perlu ditata sedemikian rupa agar dapat menambah daya tarik penampilan dan dapat memperkuat karakter seseorang.

Rambut mempunyai peran sebagai pelindung kepala yang sekaligus dapat berfungsi sebagai hiasan, sehingga akan menambah keagungan dan dapat dipergunakan sebagai simbol dari tempat dan tingkat kedudukan pemakainya (Jafar dalam Lestari 1993: 45).

Pengertian Rias Wajah

(4)

Merias berarti menggambarkan watak (Bastomi 1985: 30). Oleh karena itu, perias harus memahami watak tari atau tokoh yang akan diperankan oleh penari. Apabila perias tersebut tidak mengetahui watak dari tari atau tokoh yang akan ditarikan maka perias tersebut akan kesulitan untuk memunculkan karakter tokoh tersebut yang akan berpengaruh pula pada tari yang akan dibawakan.

Tujuan mendasar mengenai tata rias wajah adalah menciptakan suatu karakter. Karakter dibentuk antara lain dengan cara mengubah penampilan aktor sehingga sesuai dengan karakter yang dikehendaki (Lestari 1993: 57). Menurut Jazuli (2007: 23) bagi seorang penari, rias merupakan hal yang sangat penting. Rias juga merupakan hal yang paling peka dihadapan penonton, karena penonton biasanya sebelum menikmati tarian selalu memperhatikan wajah penarinya, baik untuk mengetahui tokoh/peran yang sedang dibawakan maupun untuk mengetahui siapa penarinya. Misalnya apakah penarinya tampak cantik, apakah rias penari mencerminkan karakter peran yang sedang dilakukan dan sebagainya.

Jenis-jenis Rias Wajah

Tata rias wajah menurut Anwar dkk (2010: 123) untuk pementasan tari dikenal tiga jenis, yaitu: (1) Rias wajah korektif, yaitu rias wajah untuk tujuan memperbaiki bagian-bagian wajah yang kurang sempurna, (2) Rias wajah karakter, yaitu rias wajah untuk tujuan menggambarkan dan memperjelas karakter tokoh atau karakter tari, (3) Rias wajah fantasi, yaitu rias wajah untuk tujuan mewujudkan angan-angan atau imajinasi, misalnya untuk mewujudkan sosok putri bunga, rias wajah dibuat menyerupai bunga.

Fungsi Rias Wajah

Fungsi rias wajah pada umumnya adalah untuk memperindah wajah. Wajah yang indah adalah wajah yang berhubungan antara bagian-bagian satu dengan yang lainnya seimbang, artinya merupakan satu kesatuan yang harmonis. Rias menjadi satu perhatian yang sangat penting karena wajah adalah hal yang pertama kali dilihat oleh penonton (Surani 2008: 16).

(5)

pertunjukan tari hendaknya dapat mencerminkan karakter tokoh yang diperankan. Rias wajah harus tampak rapi, bersih, garis-garis rias harus jelas dan desain yang digunakan harus tepat. Tata Rias Busana

Pengertian Rias Busana

Busana adalah segala sesuatu yang dipakai mulai dari rambut sampai kaki (Lestari 1993: 15). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa tata busana adalah cara-cara dalam berpakaian dan berhias. Binarul (1998: 6) menjelaskan bahwa busana dapat diartikan sebagai suatu barang yang dipakai pada tubuh manusia dengan tujuan untuk menutup aurat atau melindungi tubuhnya baik secara fisik etik dan estetik maupun untuk tujuan simbolis sesuai dengan lingkungan alam dan nilai-nilai sosial budayanya.

Tata busana tari adalah segala sesuatu yang dikenakan atau melekat dengan seorang penari. Busana penari merupakan sarana pembantu yang berperan mendukung perwujudan tari. Busana dalam tari mengandung pengertian pakaian atau perhiasan yang indah yang dipakai oleh seorang penari dalam memperagakan tariannya di atas panggung atau pertunjukan (Supriyatna 2010: 109).

Jenis Rias Busana

Tata busana menurut Supriyatna (2010: 109) terdiri dari beberapa jenis: (1) Busana dasar, sebagai dasar sebelum mengenakan busana pokoknya. Misalnya, stagen, korset, rok dalam, straples, (2) Busana kaki yang dikenakan pada bagian kaki. Misalnya kaos kaki dan sepatu, (3) Busana tubuh, pakaian pokok yang dikenakan pemain pada bagian tubuh mulai dari dada sampai pinggul. Misalnya kain, rok, kemeja, mekak, rompi, kace, rapek, simbar dada, selendang atau sampur, (4) Busana kepala, busana yang dikenakan pada bagian kepala. Misalnya berbagai macam jenis tata rambut seperti gelung (hairdo) dan irah-irahan, (5) Perlengkapan/accessories, adalah perlengkapan yang melengkapi ke empat pakaian tersebut di atas untuk memberikan efek dekoratif, pada karakter yang dibawakan. Misalnya perhiasan kalung, sumping, uncal, epek timang, gelang tangan, binggel, kaos tangan, boro, samir.

(6)

Fungsi Rias Busana

Pemakaian busana dimaksudkan untuk memperindah tubuh, disamping itu juga untuk mendukung isi tarian. Busana sebagai hiasan maupun pendukung tarian mempunyai fungsi yang cukup penting yaitu sebagai penguat gerak pernyataan tari (Bastomi 1985: 34). Anwar dkk (2010: 56) menyebutkan bahwa fungsi utama pakaian adalah melindungi dan menutup tubuh. Pada tari daerah fungsi ini ditambah dengan memperindah dan memperjelas karakter tarian dan tokoh yang dibawakan. Pakaian juga dapat menjadi identitas daerah asal tarian.

Fungsi busana tari adalah untuk mendukung tema atau isi tari dan untuk memperjelas peran-peran dalam suatu sajian tari (Jazuli 2007: 20). Sedangkan Anwar dkk (2010: 122) menyebutkan fungsi busana dalam tari bukan hanya untuk keindahan, untuk penutup tubuh, namun juga untuk memperjelas karakter tokoh dan karakter tari yang sedang diperankan oleh penari.

Warna Rias Busana

Warna busana adalah warna yang terdapat pada busana pokok seperti celana, mekak dan rompi. Berhubungan dengan makna simbolis dan fungsi busana, maka banyak berkaitan dengan pemilihan busana dan pemilihan warna. Karena warna dapat menimbulkan suasana psikologis yang mendukung isi tari. Lestari (1993: 20) menyebutkan warna busana memiliki simbol seperti berikut (1) Warna merah: kedinamisan, (2) Warna jingga: kegembiraan, (3) Warna kuning: keakraban, kehangatan (4) Warna hijau: cinta dan kesuburan, (5) Warna biru: keagungan, (6) Warna ungu: kedalaman, (7)Warna hitam: kesedihan, kegembiraan.

Anak Usia Dini: Ciri-ciri dan Perkembangannya

(7)

maka mainan tersebut menjadi rusak. Dorongan rasa ingin tahu inilah yang menjadi salah satu cirri kreativitas alamiah pada anak-anak.

Salah satu fase penting dalam perkembangan anak adalah tahap pra-sekolah yang berlangsung sekitar 2-6 tahun, ketika anak mulai memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai pria dan wanita, dapat mengatur diri dalam buang air (toilet training) dan mengenal beberapa hal yang dianggap berbahaya (mencelakakan dirinya) (Yusuf 2001: 162-163). Pada masa pra-sekolah ini, berbagai aspek perkembangan anak sedang berada pada keadaan perubahan yang sangat cepat, baik dalam kemampuan fisik, bahasa, kecerdasan, emosi, sosial dan kepribadian.

Dalam Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan Pra-Sekolah, yang dimaksud dengan usia dini adalah anak yang berusia empat tahun sampai memasuki pendidikan dasar (Depdikbud 1990: 2). Periode umur ini adalah amat penting, namun sekaligus amat krusial khususnya dalam perkembangan dan pertumbuhan fisik dan psikologi anak.

Direktorat PADU (2002), Abdullah (2003) menjelaskan bahwa hasil penelitian dibidang neurology (Osborn, White, dan Bloom), pada usia 4 tahun pertama separuh kapasitas kecerdasan manusia sudah terbentuk. Artinya kalau pada usia tersebut otak anak tidak mendapatkan rangsangan yang maksimal, maka potensi otak anak tidak akan berkembang secara optimal. Secara keseluruhan sampai usia 8 tahun 80 % kapasitas kecerdasan manusia sudah terbentuk, artinya kapasitas kecerdasan anak hanya akan bertambah 30 % setelah usia 4 tahun hingga mencapai usia 8 tahun. Selanjutnya kapasitas kecerdasan anak tersebut akan mencapai 100 % setelah berusia sekitar 18 tahun.

(8)

Pendidikan dan pembinaan serta pengelolaan anak di periode ini akan menentukan manusia yang bagaimana yang akan berkembang dikemudian hari. Perkembangan motorik anak pada usia ini, ditandai dengan bertambah matangnya perkembangan otak yang mengatur system syaraf otot (neoromuskuler), sehingga memungkinkan anak lebih lincah dan aktif bergerak. Dalam masa ini tampak adanya perubahan dalam gerakan yang semula kasar menjadi lebih halus yang memerlukan kecermatan dan kontrol otot-otot yang lebih halus serta terkoodinir. Untuk melatih keterampilan dan koordinasi gerakan, dapat dilakukan dengan beberapa permainan dan alat bermain yang sederhana seperti kertas koran, kubus-kubus, bola, balok titian dan tingkat.

Pertumbuhan keterampilan motorik baik kasar maupun halus tidak berkembang begitu saja, tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mencakup kesiapan belajar, kesempatan belajar, kesempatan berpraktek, model yang baik, bimbingan, motivasi, setiap keterampilan harus dipelajari secara individu satu demi satu. Apabila salah satu faktor tersebut tidak ada, maka perkembangan keterampilan jasmani anak akan berada di bawah kemampuannya.

Menurut Yusuf (2001: 164), kemampuan motorik anak dapat dideskripsikan sebagai berikut :

K

Sementara itu, gerakan yang sering dilakukan anak-anak dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu (1) motorik statis, yaitu gerakan tubuh sebagai upaya memperoleh keseimbangan gerak pada saat berjalan, (2) motorik ketangkasan, yaitu gerakan untuk melakukan tindakan yang berwujud ketangkasan dan keterampilan, (3) motorik penguasaan, yaitu gerak yang dilakukan untuk mengendalikan otot-otot tubuh sehingga ekspresi muka terlihat jelas (Zulkipli 1992: 32).

Dalam rentang usia pra-sekolah, anak memiliki kepekaan yang kuat dalam menerima rangsangan baik dalam dirinya, maupun dari luar dirinya, rasa ingin tahunya sangat besar.

Usia Kemampuan Kemampuan Motorik Kasar Motorik Halus/Lembut 3-4 tahun 1. naik turun tangga 1. menggunakan krayon 2. meloncat dengan dua kaki 2. menggunakan benda/alat

3. melempar bola 3. meniru bentuk (meniru gerakan orang lain)

4-6 tahun 1. meloncat 1. menggunakan pensil 2. mengendarai sepeda anak 2. menggambar

(9)

Pikiran anak tercurah pada sesuatu yang dinamis dan bergerak dan sangat aktif (Ahmadi 1992: 81). Anak semakin hari perkembangannya semakin meningkat, selalu terangsang dari apa yang dilihatnya dan ingin dipraktekkan sesuai dengan kemampuannya. Secara psikologis, pada dasarnya anak memang suka menyanyi dan berbicara meniru dari apa yang dilihat dan didengar, juga sering menari, menggambar atau mencorat-coret.

James Mark Baldwin (dalam Suryabrata 1993: 182-183) menerangkan perkembangan sebagai proses sosialisasi dalam bentuk imitasi yang berlangsung dengan adaptasi dan seleksi. Adaptasi dan seleksi ini berlangsung atas dasar hukum efek (law of effect), Juga tingkah laku pribadi diterangkan sebagai imitasi. Kebiasaan adalah imitasi terhadap diri sendiri, sedangkan adaptasi adalah peniruan terhadap orang lain.

Mengacu pendapat tersebut, Baldwin (dalam Suryabrata 1993: 183-184) membagi proses peniruan menjadi tiga tahap, yaitu: (1) tahap proyektif (projective stage) adalah tahap di mana anak mendapatkan kesan mengenai model (objek) yang ditiru, (2) tahap subyektif (subjective stage) adalah tahap dimana anak cenderung untuk meniru gerakan-gerakan, atau sikap model atau obyeknya, (3) tahap efektif (ejective stage) adalah tahap dimana anak telah menguasai hal yang ditirunya, dia dapat mengerti bagaimana orang merasa, berangan-angan, berfikir dan sebagainya.

Target yang akan dicapai melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah meningkatnya pengetahuan dan keterampilan guru Taman Kanak-kanak Kecamatan Gunungpati Semarang terhadap tata rias dan busana tari anak usia dini. Luaran kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bagi para guru Taman Kanak-kanak Kecamatan Gunungpati Semarang adalah meningkatnya pengetahuan dan keterampilan tata rias dan busana tari anak usia dini.

METODE PELAKSANAAN

(10)

pelatihan dengan cara mewajibkan peserta mempraktekan merias dan menata busana salah satu tari anak, (5) Mengukur keberhasilan penyuluhan dan pelatihan tata rias dan busana tari anak usia dini guru Taman Kanak-kanak Semarang dengan cara melihat hasil riasan dan penataan busana tari anak usia dini. Apabila mencapai 80 % dari jumlah seluruh peserta yang mampu merias dan menata busana tari anak usia dini, maka kegiatan pelatihan dan penyuluhan ini dianggap berhasil. Peserta pelatihan ini, akan mendapatkan sertifikat pelatihan apabila penyuluhan dan pelatihan ini selesai. Bagi yang tidak mengikuti praktek tata rias dan busana tari anak, maka peserta tersebut dianggap gagal dan tidak mendapatkan sertifikat.

Apabila digambarkan dalam sebuah bagan, metode pelaksanaan program tersebut mengacu pada kerangka pemecahan masalah sebagai berikut:

KONDISI AWAL TREATMENT HASIL

Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat yang dilakukan ini, melibatkan guru Taman Kanak-kanak Kecamatan Gunungpati Semarang. Dalam Hal ini, guru Taman Kanak-kanak Kecamatan Gunungpati Semarang sebagai peserta pelatihan kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Sedangkan pelaksana kegiatan pengabdian kepada masyarakat, sekaligus pemberi materi adalah tim pengusul dibantu oleh mahasiswa yang berfungsi sebagai panitia pelatihan.

Metode Pelaksanaan Kegiatan

(11)

diskusi, demonstrasi, latihan, dan tugas. Pada proses penyampaian materi teori beberapa metode seperti ceramah, tanya jawab, dan demontrasi digunakan secara bervariasi. Sedangkan pada materi praktek proses pelatihan dilakukan dengan menggunakan metode diskusi, demonstrasi, latihan, dan tugas. Kegiatan penyuluhan dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah teoritis tentang peningkatan pengetahuan tata rias dan busana untuk anak usia dini sedangkan kegiatan pelatihan dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah pengetahuan dan ketrampilan guru Taman Kanak-kanak dalam tata rias dan busana tari anak usia dini.

Rancangan Evaluasi

Keberhasilan sebuah kegiatan diperlukan adanya evaluasi. Evaluasi dilakukan dengan cara evaluasi proses dan evaluasi akhir. Evaluasi proses dilakukan dengan cara memperhatikan dan menilai perkembangan gerak yang dilakukan oleh guru dalam penguasaan tari bentuk selama proses pelatihan berlangsung. Sedangkan evaluasi akhir dilakukan dengan cara menampilkan karya tari bentuk peserta pelatihan secara keseluruhan. Evaluasi ini dilakukan selama pelatihan berlangsung dan akhir pelatihan. Kriteria keberhasilan kegiatan kepada masyarakat ini adalah (1) peserta pelatihan memenuhi kuota yang disediakan pengabdi, (2) peserta pelatihan mengikuti setiap tahapan pelatihan sampai selesai, (3) peserta pelatihan mampu mendemostrasikan tata rias dan busana tari anak usia dini.

KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI

(12)

diperoleh guru-guru Taman Kanak-kanak tersebut setelah mendapatkan penyuluhan dan pelatihan tata rias dan busana tari adalah meningkatnya pengetahuan, dan keterampilan guru Taman Kanak-kanak dalam tata rias dan busana tari anak usia dini.

Khalayak sasaran yang dilibatkan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah para guru Taman kanak-kanak Kecamatan Gunungpati Semarang. Penentuan sasaran kegiatan tersebut selain sebagai upaya tindak lanjut kegiatan penelitian dan pengabdian yang pernah dilakukan sebelumnya, juga dengan mempertimbangkan bahwa Kecamatan Gunungpati merupakan salah satu wilayah kecamatan di Kota Semarang Jawa Tengah yang berada dekat dengan kampus Universitas Negeri Semarang, sehingga harapannya kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan profesional guru dalam bidang seni tari.

Pelaksanaan pelatihan ini melibatkan seluruh guru Taman Kanak-kanak Kecamatan Gunungpati Semarang yang berjumlah 10 orang, sehingga setiap Taman Kanak-kanak rata-rata mengirimkan satu orang guru. Secara berantai mereka yang mengikuti kegiatan pelatihan dan penyuluhan ini diharapkan selanjutnya akan menyebarluaskan pengetahuan dan ketrampilannya kepada guru Taman Kanak-kanak yang lain.

HASIL DAN PEMBAHASAN

(13)

Mengukur keberhasilan penyuluhan dan pelatihan tata rias dan busana tari anak usia dini guru Taman Kanak-kanak Semarang dengan cara melihat hasil riasan dan penataan busana tari anak usia dini. Apabila mencapai 80 % dari jumlah seluruh peserta yang mampu merias dan menata busana tari anak usia dini, maka kegiatan pelatihan dan penyuluhan ini dianggap berhasil. Peserta pelatihan ini, akan mendapatkan sertifikat pelatihan apabila penyuluhan dan pelatihan ini selesai. Bagi yang tidak mengikuti praktek tata rias dan busana tari anak, maka peserta tersebut dianggap gagal dan tidak mendapatkan sertifikat.

Tahapan-tahapan kegiatan yang dilakukan dalam pengabdian kepada masyarakat sebagai berikut: (1) Identifikasi Kemampuan Awal dan Keterampilan Guru Taman Kanak-kanak Kecamatan Gunungpati Semarang dalam Tata Rias dan Busana Tari Anak perlu dilakukan sebelum memberikan materi keterampilan tata rias dan busana tari anak dengan cara memberikan free test yaitu bertanya kelengkapan alat dan bahan, kegunaan masing-masing alat dan bahan tata rias, serta meminta guru untuk merias dirinya sendiri terlebih dahulu. Dari hasil riasan wajah guru tersebut, dapat diidentifikasi kekurangan dan kelebihannya, sehingga pengabdi dapat memberikan pelatihan sesuai dengan kemampuan awal guru Taman Kanak-kanak.

Penyuluhan tentang pengetahuan dan keterampilan tata rias dan busana tari anak usia dini kepada guru Taman Kanak-kanak diberikan secara terpadu, dengan cara memberikan contoh serta memberikan pengetahuannya. Merias wajah anak dimulai dengan cara membersihkan wajah, memberikan alas bedak, memulas bedak, membuat alis, memulas eye shadow, memulas blush on, memasang bulu mata, membuat bayangan hidung, dan memberikan warna pada bibir.

Setelah proses penyuluhan selesai, guru Taman Kanak-kanak diminta untuk mendemonstrasikan tata rias wajah anak dengan cara merias temannya secara bergantian. Pada saat guru-guru sedang mendemonstrasikan tata rias wajah anak, pengabdi mendampingi dan memberikan koreksi terhadap hasil riasan guru Taman Kanak-kanak tersebut. Selain tata rias wajah dan busana, guru Taman Kanak-kanak Kecamatan Gunungpati juga mendemonstrasikan tata rias rambut. Pada tahapan evaluasi ini, guru Taman Kanak-kanak Kecamatan Gunungpati diminta untuk merias dirinya masing-masing untuk mengetahui sejauhmana hasil materi penyuluhan dan pelatihan diterima.

(14)

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan memberikan penyuluhan dan pelatihan tata rias wajah dan busana tari anak usia dini kepada guru Taman kanak-kanak di Kecamatan Gunungpati Semarang meliputi identifikasi kemampuan awal dan keterampilan guru Taman Kanak-kanak Kecamatan Gunungpati dalam tata rias dan busana tari anak, penyuluhan tentang pengetahuan tata rias dan busana tari anak usia dini, pelatihan tata rias dan busana tari anak bagi guru Taman Kanak-kanak Kecamatan Gunungpati Semarang, evaluasi pelatihan dengan cara mewajibkan peserta mempraktekan merias dan menata busana salah satu tari anak, hasil penyuluhan dan pelatihan tata rias dan busana tari anak usia dini guru Taman Kanak-kanak Semarang dengan cara melihat hasil riasan dan penataan busana tari anak usia dini.

Saran

Berdasarkan hasil penyuluhan dan pelatihan tata rias wajah dan busana tari anak usia dini bagi guru Taman kanak-kanak di Kecamatan Gunungpati Semarang, saran yang bisa disampaikan adalah hendaknya guru terus berlatih dan tidak segan-segan lagi mendemonstrasikan hasil penyuluhan dan pelatihan dalam kegiatan pementasan seni tari siswanya.

Daftar Pustaka

Ahmadi, H. A.1992. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta.

Bastomi, Suwaji. 1985. Seni Rupa dalam Pagelaran Tari. Semarang: Toko Dewi.

Binarul, Anas dkk. 1998. Indonesia Indah : Busana Tradisional Seri ke-10. Jakarta: Perum Percetakan Negara Republik Indonesia.

Jazuli. 2007. Pendidikan Seni Budaya Suplemen Pembelajaran Seni Tari. Semarang: UNNES Press.

(15)

Lestari, Wahyu. 1989. Proses Sosialisasi, Enkulturasi dan Internalisasi dalam Pengajaran Seni Tari Pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Tesis. Yogyakarta: PPS IKIP Togyakarta.

Lestari, Wahyu. 1993. Teknologi Rias Panggung. Semarang: IKIP Semarang.

Sumarni, Nanik Sri. 2001. Warna Garis dan Bentuk Ragam Hias Dalam Tata Rias dan Busana Wayang Wong Sriwedari Sebagai Sarana Ekspresi. Harmonia, Jurnal Pengetahuan dan Pemikiran Seni Vol. 2 No. 3/ September-Desember 2001. Semarang: Jurusan Pendidikan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni UNNES.

Supriyatna, Atang dan Rama Sastra Negara. 2010. Pendidikan Seni Tari Untuk SMP/MTs. Jakarta. Depdiknas.

Surani, Sri. 2008. Makna Simbolis Rias dan Busana Tari Bedaya Ketawang di Keraton Kasunanan Surakarta. Skripsi Jurusan Pendidikan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni UNNES

Surya, Muhammad. 2003. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Yayasan Bhakti Winaya.

Suryabrata, Sumadi. 1993. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa.

Triyanto. 2001. Pembelajaran Kreativitas Melalui Pendidikan Seni Rupa di Taman Kanak-kanak. Lingua Artistika: Jurnal Bahasa dan Seni FBS UNNES Semarang : CV. IKIP Semarang Press.

Referensi

Dokumen terkait

Latar belakang masalah yaitu untuk mengetahui makna simbolis tata rias dan tata busana Tari Prajuritan di Desa Candi Garon Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang dengan

Penari putera berjumlah empat orang, bertugas menari di depan penonton dan senat sama kedudukannya dengan penari bedayan, sehingga busana penari putera menggunakan model kain

Selain fungsi utama tersebut busana dapat dipakai sebagai fungsi estetik atau keindahan, juga untuk menutup kekurangan tubuh si pemakai, misalnya orang yang gemuk

Busana tari bedaya menggunakan tata rias paes ageng dan kampuh seperti penganten putri raja,dari Sultan HB VII sampai dengan Sultan HB X tidak tampak adanya

Peningkatan kemampuan dan keterampilan guru Taman Kanak-kanak Tadika Puri wilayah Semarang dalam pembelajaran seni tari sebagai proses alih budaya pada anak usia dini, dilakukan

TARI KREASI DOGDOG LOJOR DI SANGGAR MUTIARA PAWESTRI PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI (ANALISIS MAKNA GERAK, RIAS, DAN

Dalam merancang busana panggung untuk tata rias karakter dan tata rias fantasi, penggunaan unsur meliputi: garis, arah, ukuran, bentuk, nilai gelap terang, warna dan

Abstrak: Rias dan busana adalah aspek visual dalam unsur elemen tari yang berarti berias atau dandan dan berbusana yang bertujuan untuk mengundang perhatian penonton untuk