• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANAK YANG MENGIKUTI PENDIDIKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN ANAK YANG MENGIKUTI PENDIDIKAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 15

HUBUNGAN ANAK YANG MENGIKUTI PENDIDIKAN ANAK USIA

DINI (PAUD) DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK PRA

SEKOLAH YANG MASUK SD DI DESA GELORA KECAMATAN

BAGAN SINEMBAH KABUPATEN ROKAN HILIR TAHUN 2014

Syukrianti Syahda

Dosen STIKes Tuanku Tambusai Riau, Indonesia

ABSTRAK

Masa emas (golden age) perkembangan anak terjadi pada usia pra sekolah dimana 80% perkembangan kognitif telah dicapai pada masa ini. Perkembangan kognitif anak harus mendapat stimulasi agar dapat berkembang optimal. Berdasarkan survey APK-PAUD di Indonesia 2014 melaporkan hasil survey pendidikan anak usia dini yaitu sebesar 72,6%. PAUD yang efektif sangat bermanfaat untuk membangun struktur perkembangan kognitif anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Anak Yang Mengikuti PAUD Dengan Perkembangan Motorik Anak Pra Sekolah Yang Masuk SD Di Desa Gelora Kecamatan Bagan Sinembah Kabupaten Rokan Hilir. Penelitian ini menggunakan desain penampang analitis (Analytic Cross Sectional Study). Sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 43 anak. Pengambilan data dilakukan dengan cara kuesioner. Analisa data yang digunakan adalah univariat dan bivariat. Hasil analisa bivariat berdasarkan uji statistik chi-square didapat nilai p value = 0,010 berarti Ho ditolak. Hal ini menunjukkan adanya hubungan anak yang mengikuti PAUD dengan perkembangan motorik anak pra sekolah yang masuk SD. Diharapkan kepada orang tua agar meningkatkan pengetahuan dan menambah pengetahuannya tentang tumbuh kembang anak sehingga orang tua bisa mengetahui perkembangan motorik anak.

Kata kunci : Anak yang mengikuti PAUD, perkembangan motorik anak pra sekolah.

(2)

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 16

PENDAHULUAN

Anak merupakan aset Bangsa. Pada pundak mereka memikul tanggung jawab dan kelangsungan kehidupan bangsa. Jika sejak usia dini, anak dibekali dengan pendidikan dan nilai yang baik maka kelak akan mampu mengenali potensi-potensi yang ada pada dirinya sehingga mereka dapat mengembangkan potensi tersebut dan menyumbangkan potensi yang ada pada dirinya untuk kemajuan bangsa dan negara ini agar mampu bersaing diera globalisasi (Wijana, 2011).

Rentang perkembangan sepanjang kehidupan manusia dimulai dan didasari oleh pertumbuhan dan perkembangan anak sejak usia dini yang berlangsung sejak usia lahir sampai 6 tahun. Masa usia ini

memiliki peran penting bagi

perkembangan individu dan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada usia ini anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat pada berbagai dimensi atau aspek. Oleh karena itu, perkembangan yang terjadi pada masa dini ini menjadi penentu bagi kehidupan Negara dimasa yang akan datang (Wijana, 2011).

Bloom mengemukakan sekitar 50% kapasitas kecerdasan orang dewasa telah terjadi ketika anak berumur 4 tahun, 80% telah terjadi perkembangan yang pesat jaringan otak ketika anak berumur 8 tahun, dan mencapai puncaknya yaitu 100% ketika anak berumur 18 tahun. Otak manusia bersifat dapat mencatat, menyerap, meyimpan, memproduksi dan merekontruksikan informasi. Implikasinya bahwa anak yang tidak mendapat lingkungan yang merangsang pertumbuhan otak atau tidak mendapat stimulasi psikososial seperti jarang disentuh atau jarang diajak bermain, secara fisik

perkembangan otak akan lebih kecil hingga 20-30 % dari ukuran normal anak seusianya. Kehidupan intelektual bersumber dari otak manusia, yaitu ekpresi dan bentuk perilaku seseorang merupakan cerminan dari intelektualnya (Wijana, 2011).

Menyikapi keberadaan anak yang

memiliki potensi yang dapat

dikembangkan seoptimal mungkin perlu adanya upaya pendidikan yang memadai baik formal, informal maupun nonformal. Terkait dengan faktor psikososial yaitu stimulasi sangat penting bagi perkembangan anak, hal ini dapat diperoleh baik dari orang tua maupun pendidikan formal. Pendidikan formal yang tepat untuk memberikan stimulasi pada anak usia dini yaitu PAUD (Pratisti,

2008). Menurut Hamid Muhamad

(Direktur Jendral Pendidikan Nonformal dan Informal) menetapkan kebijakan pengembangan PAUD melalui pendekatan “holistik integratif” yaitu PAUD yang

tidak hanya menekankan aspek pendidikan semata, tetapi mencakup aspek pelayanan gizi, pelayanan kesehatan, pengasuhan dan perlindungan anak.

Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk

membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU No.20 Tahun 2003 pasal 1 butir 14).

(3)

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 17 kondisi tersebut pemerintah telah

menetapkan rencana 5 tahun ke depan APK-PAUD diharapkan mencapai 21,3 juta (72,6%). Secara bertahap harapan untuk mencapai jumlah APK-PAUD tersebut terlihat pada Tabel 1.1 berikut: Tabel 1.1 Target Pendidikan Anak Usia

Dini di Indonesia Tahun 2010 2014

Target / Sasaran

Tahun Pencapaian Target

2010 2011 2012 2013 2014

Dilihat dari penyebaran jumlah peserta PAUD di Indonesia secara kuantitatif nominal memang dipengaruhi oleh jumlah penduduk di setiap provinsi, artinya makin besar jumlah penduduk suatu provinsi semakin besar jumlah anak yang mengikuti PAUD. Namun apabila dilihat dari persentasenya, ternyata tidak demikian karena besarnya persentase peserta PAUD di suatu provinsi dipengaruhi oleh tingkat kesadaran tentang pentingnya PAUD masyarakat di provinsi tersebut.

Salah satu kemampuan anak yang sedang berkembang saat usia dini yaitu kemampuan motorik. Pada anak-anak tertentu, latihan tidak selalu dapat membantu memperbaiki kemampuan motoriknya. Sebab ada anak yang memiliki masalah pada susunan syarafnya sehingga menghambatnya keterampilan motorik tertentu. Ada beberapa penyebab yang mempengaruhi perkembangan motorik anak yaitu faktor genetik, kekurangan gizi, pengasuhan serta latar belakang (Indraswari, 2008).

Perkembangan motorik terbagi atas dua yaitu motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar memerlukan koordinasi kelompok otot-otot anak yang tertentu yang dapat membuat mereka melompat, memanjat, berlari, menaiki sepeda. Sedangkan motorik halus memerlukan koordinasi tangan dan mata seperti menggambar, menulis, menggunting (Indraswari, 2008).

Menurut Susanto (2011) motorik halus adalah gerakan halus yang melibatkan bagian-bagian tertentu saja yang dilakukan oleh otot-otot kecil saja, karena tidak memerlukan tenaga. Namun begitu gerakan yang halus ini memerlukan koordinasi yang cermat.

Masalah dalam perkembangan fisik yang sering dialami oleh anak usia 4-6 tahun adalah masalah malnutrisi (kekurangan gizi) serta obesitas

(kegemukan). Masalah dalam

(4)

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 18 jelas pada anak-anak prasekolah, yaitu

bahwa mereka belum mampu membuat gambar yang bermakna serta belum rapi mewarnai. PAUD merupakan tempat dimana gizi anak dikontrol dengan pemberian makan sesuai kebutuhan dan anak mendapat stimulasi (rangsangan) secara dini untuk mengembangkan kreatifitas dan keaktifan dalam bergerak (Hildayani, 2011).

Dampak PAUD bagi anak akan lebih terlihat pada saat anak duduk dibangku Sekolah Dasar (SD). Anak yang mengikuti PAUD akan lebih mandiri dan lebih muda bersosialisasi dengan teman sebaya, serta lebih percaya diri. Sedangkan anak yang tidak mengikuti PAUD cenderung lambat dan pendiam, serta sulit untuk berinteraksi dengan teman sebaya (Hildayani, 2011).

Berdasarkan data kelembagaan PAUD se Kecamatan Bagan Sinembah Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2014 terdapat 35 PAUD / POS PAUD dengan jumlah anak PAUD 1621 anak. Ini berarti baru sekitar 9,75% anak yang ikut PAUD. Sedangkan di desa Gelora sendiri terdapat 158 anak yang mengikuti PAUD dari 356 jumlah anak usia dini, yang terdiri dari 3 anak dari kelompok 0-2 tahun, 74 anak dari kelompok 3-4 tahun, dan 85 anak dari kelompok 5-6 tahun. Data tersebut memperlihatkan bahwa pendidikan anak usia dini belum cukup mendapatkan perhatian padahal kapasitas perkembangan kognitif dan karakter anak sudah terbentuk pada usia dini jauh dihawah usia sekolah.

Angka partisipasi kasar terhadap PAUD di Desa Gelora adalah 21,63% (Data Kelembagaan PAUD se Kecamatan Rohil), sedangkan target APK (Angka Partisipasi Kasar) pemerintah adalah 69,3% (Haryanto, 2012). Pentingnya pendidikan anak usia dini belum mendapat perhatian dan belum banyak diketahui oleh

orang tua. Desa Gelora sudah ada 2 PAUD yaitu SPS (Satuan PAUD Sejenis) POS PAUD Melati dan PAUD TK Negeri (Data kelembagaan PAUD se Kabupaten ROHIL tahun 2013).

Hasil penelitian Mustika (2011) menyatakan bahwa anak yang mengikuti PAUD memiliki perkembangan motorik halus yang lebih baik dari anak yang tidak mengikuti PAUD. Orang tua anak yang tidak mengikuti PAUD mengatakan bahwa anak kurang aktif dan tidak bersemangat ketika anak mengikuti berbagai kegiatan seperti perlombaan untuk anak. Sedangkan orang tua anak senang berinteraksi dengan orang lain, mandiri, aktif, dan bersemangat.

Begitu juga dengan perkembangan motorik kasar anak yang mengikuti PAUD lebih baik dari pada anak yang tidak mengikuti PAUD. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan di PAUD terbukti meningkatkan perkembangan motorik kasar anak (Mustika, 2011).

Penelitian yang dilakukan Rista

Aprina dengan judul Hubungan

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dengan Perkembangan Motorik Anak Usia Prasekolah di kelurahan Tinjomoyo kecamatan Banyumanik Semarang Tahun 2009 menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendidikan anak usia dini dengan perkembangan motorik anak usia prasekolah.

Dari latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Anak yang Mengikuti PAUD dengan Perkembangan Motorik Anak Pra Sekolah yang Masuk SD di Desa Gelora

Kecamatan Bagan Sinembah

(5)

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 19

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain penampang analitis (Analytic Cross Sectional Study). Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 18 sampai 22 Agustus 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak pra sekolah yang saat ini berumur 6 tahun (72 bulan) yang akan masuk SD di desa Gelora sebanyak 43 anak. Sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 43 anak. Pengambilan data dilakukan dengan cara kuesioner. Analisa data yang digunakan adalah univariat dan bivariat.

HASIL DAN PEMBAHASAN A.Analisa Univariat.

Analisa univariat bertujuan untuk

memperoleh gambaran dari

karakteristik data umum, variabel dependen dan variabel independen, data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Anak yang Mengikuti PAUD dan Perkembangan Motorik Anak

2 Perkembangan motorik responden mengikuti PAUD dan berada pada kategori perkembangan motorik yang sesuai.

B. Analisa Bivariat.

1. Hubungan Anak yang

Mengikuti PAUD dengan

Perkembangan Motorik Anak Pra Sekolah yang Masuk SD.

Setelah dilakukan analisa univariat, hasil penelitian dilanjutkan dengan analisa

bivariat yaitu dengan

menggunakan uji chi – square untuk mengetahui hubungan antara variabel Independent (anak yang mengikuti PAUD) dengan variabel dependen (Perkembangan motorik anak pra sekolah yang masuk SD) dengan derajat

kepercayaan 95% maka

didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 4.2 Distribusi Anak yang

Mengikuti PAUD

dengan

Perkembangan Motorik

(6)

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 20 artinya ada hubungan pada derajat

kemaknaan 5%. statistiknya. Untuk itu dilakukan penggabungan (transfer / dumy) pengkategorian variabel. Variabel yang berdekatan kriterianya (pengkategorian) digabung.

Penggabungannya adalah

perkembangan motorik anak pra

sekolah yang masuk SD

(meragukan + ada penyimpangan). Tabel 4.3 Hubungan Anak yang

Mengikuti PAUD

dengan responden yang mengikuti PAUD terdapat 5 (41,7%) responden yang tidak sesuai perkembangan motoriknya. Dari 12 responden yang tidak mengikuti PAUD terdapat 5 (16,1%) responden yang sesuai perkembangan motoriknya. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan hubungan anak

yang mengikuti PAUD dengan

perkembangan motorik anak pra sekolah yang masuk SD tahun 2014. Hal ini

dibuktikan dengan Pvalue = 0,010 < α =

0,05, sehingga Ho diterima artinya ada hubungan pada derajat kemaknaan 5%.

Menurut asumsi peneliti, anak yang mengikuti PAUD lebih memiliki semangat dan kreatifitas karena mendapat rangsangan di PAUD. Ini mendidik anak menjadi terbiasa bersemangat dan kreatif saat melanjutkan pendidikan. Sedangkan anak yang tidak mengikuti PAUD tidak memiliki semangat dan kreatifitas karena tidak mendapat rangsangan di PAUD.

Elizabeth B Hurlock dalam Yuningtias, 2012 menyatakan bahwa perkembangan motorik diartikan sebagai perkembangan dari unsur kematangan pengendalian gerak tubuh dan otak sebagai pusat gerak. Gerak ini secara jelas dibedakan menjadi gerak kasar dan halus.

Perkembangan terjadi secara simultan dengan pertumbuhan, sehingga tumbuh kembang tidak bisa dipisahkan. Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling berkaitan yaitu menimbulkan perubahan, menetukan tahap selanjutnya, kecepatan berbeda, saling berhubungan, pola yang menetap dan tahap yang berurutan (Hidayat, 2005).

Masalah dalam perkembangan fisik yang sering dialami oleh anak usia 4-6 tahun adalah masalah malnutrisi (kekurangan gizi) serta obesitas

(kegemukan). Masalah dalam

(7)

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 21 kreatifitas dan keaktifan dalam bergerak

(Hildayani, 2011).

Dampak PAUD bagi anak akan lebih terlihat pada saat anak duduk dibangku Sekolah Dasar (SD). Anak yang mengikuti PAUD akan lebih mandiri dan lebih muda bersosialisasi dengan teman sebaya, serta lebih percaya diri. Sedangkan anak yang tidak mengikuti PAUD cenderung lambat dan pendiam, serta sulit untuk berinteraksi dengan teman sebaya (Hildayani, 2011).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rista Apriana tahun 2009 yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara Pendidikan Anak Usia Dini dengan perkembangan motorik anak usia prasekolah (p value = 0,000).

Hasil penelitian Mustika (2011) menunjukkan bahwa ada perbedaan perkembangan motorik kasar antara anak yang ikut PAUD dengan anak yang tidak ikut PAUD dengan nilai P=0,002 dan Z skor sebesar -2,295. Begitu juga dengan perkembangan motorik halus pada anak, terdapat perbedaan perkembangan motorik halus antara anak yang ikut PAUD dengan anak yang tidak ikut PAUD dengan nilai P=0,001 dan Z skor sebesar -2,083.

PENUTUP A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa :

Dari 43 anak terdapat 31(72,1%) anak yang mengikuti PAUD dan 12 (27,9%) anak yang tidak mengikuti PAUD. Terdapat 26 anak (83,9%) yang mengikuti PAUD memiliki perkembangan motorik yang sesuai sedangkan 5 anak (16,1%) yang mengikuti PAUD tidak sesuai perkembangan motoriknya. Hubungan anak yang mengikuti PAUD dengan perkembangan motorik anak pra sekolah yang masuk SD di desa gelora kecamatan bagan sinembah kabupaten rokan hilir tahun 2014 di dapatkan p

value = 0,010 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara anak yang mengikuti PAUD dengan perkembangan motorik anak pra sekolah yang masuk SD.

B. Saran

1. Untuk Institusi Pendidikan. Diharapkan dari penelitian ini dapat memberi masukan dan sebagai dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan perkembangan motorik anak terutama tentang pelaksanaan program PAUD. 2. Untuk Orang Tua

Diharapkan kepada orang tua

anak agar meningkatkan

pengetahuan tentang pentingnya

PAUD dan menambah

pengetahuannya bagaimana tumbuh kembang anak sehingga orang tua bisa mengetahui perkembangan motorik anak. 3. Untuk Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat meneliti lebih lanjut faktor lain yang

berhubungan dengan

perkembangan motorik anak seperti kematangan saraf, urutan usia, motivasi dan pengalaman yang dimiliki anak.

DAFTAR PUSTAKA

Adriana, D, (2011). Tumbuh Kembang Dan Terapi Bermain pada Anak.

Jakarta : Salemba Medika.

Aisyah, S. Dkk, (2010). Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Edisi Kesatu Cetakan ke 10. Jakarta : Universitas Terbuka.

Anik Maryunani, (2010). Ilmu Kesehatan anak Dalam Kebidanan. Jakarta : CV. Trans Info Media.

(8)

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 22 Tidak Diterbitkan. Universitas

Diponegoro. Semarang. Indonesia. Fitrianingsih, S, (2012). Profil PHBS Desa

Gelora. Buku Profil Tidak Diterbitkan. Pustu Gelora Kec. Bagan Sinembah, Rohil.

Haryanto, (2012). Pendidikan Anak Usia Dini. Diambil pada 2013 dari http://kimwaradesa.blogspot.com/2 012/03/pendidikan-anak-usia-dini.html

Hidayat, A. A. A, (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Edisi 1. Jakarta : Salemba Medika.

Hidayat, A. A. A, (2008). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa. Jakarta : Salemba Medika.

Hildayani, R. (2006), Psikologi Perkembangan Anak. Edisi 1 Cetakan 6. Jakarta : Universitas Terbuka.

Kartini Kartono, (2007). Psikologi anak. Cetakan 6.Bandung : Mandar Maju.

Lapau, Buchari, (2013). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Lolita Indrasari, (2011). Peningkatan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalaui Kegiatan Mozaik Di Taman Kanak-Kanak Pembina Agam.

Mustika, (2011). Perbedaan

Perkembangan Motorik Sosial dan Bahasa Anak Toddler Antara Yang Mengikuti PAUD Dan Tidak Mengikuti PAUD di Kelurahan Nglorog Sragen

Muhammad, Hamid. (2010). Pedoman Teknis Penyelenggaraan Pos PAUD. Jakarta : Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini.

Noor Rachmi Wulan Mustika. (2011).

Perbedaan Perkembangan Motorik Sosial Dan Bahasa Anak Toddler Antara Yang Mengikuti Paud Dan Tidak Mengikuti Paud Di Kelurahan Nglorog Sragen.

Surakarta.

Notoatmojo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta.

Pratisti, W. D. (2008). Psikologi Anak Usia Dini. Jakarta : Rineka Cipta. Prof.Dr. Buchari Lampau,dr.MPH. (2012).

Metode Penelitian Kesehatan.

Jakarta

Rista Apriana. (2009). Hubungan Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Dengan Perkembangan Kognitif Anak Usia Prasekolah di Kelurahan Tinjomoyo Kecamatan Banyumanik Semarang. Semarang Rusmil, K. Dkk. (2010). Pedoman

Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Riau : Dinas Kesehatan Propinsi Riau. Santi, D. (2009). Pendidikan Anak Usia

Dini-Antara Teori dan Praktik. Jakarta : Indeks.

Sujarwo, S. (2012). Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Rendah. Diambil pada Desember

2013 dari

gununglaban.wordpress.com/2012/ 03/30.

Sulistyawati,Ari. (2014). Deteksi Tumbuh Kembang anak. Jakarta Selatan : Selembah Medika.

Wijana, D. W. Dkk. (2011). Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Edisi I Cetakan 8. Jakarta : Universitas Terbuka.

__________(2010). Instrumen Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak. Riau : Dinas Kesehatan Propinsi Riau. Wiyana, N.A dan Barnawi. (2012). Format

Gambar

Tabel 4.3 Hubungan Anak yang Mengikuti PAUD

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tabel output SPSS pada tabel diatas diperoleh nilai signifikansi alpha untuk variabel penuruan tarif PPh adalah sebesar 0,045 &lt; 0,05, ini membuktikan bahwa

Penelitian ini dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan produktivitas itik petelur melalui perbaikan mutu bibit itik yang dipelihara dan direncanakan untuk mengintroduksikan bibit

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pembayaran Upah Komentator Dengan Sistem Penjualan Tiket Kursi Pada Turnamen Bola Voli (Studi

Komponen serat pada tepung rebung bambu tabah tertinggi terdapat pada bagian pangkal yaitu 30.99% (bk) hemiselulosa, 37,55% (bk) selulosa dan kandungan lingnin tidak berbeda nyata

Aplikasi Berbasis Web untuk Menampilkan Absensi dan Nilai Akhir Peserta Didik ini dikembangkan dengan menggunakan basis data MySQL sebagai media

Apabila bahaya seperti menyebarnya api telah mengancam tempat evakuasi awal, dan diperlukan evakuasi lebih lanjut, maka dengan bantuan polisi dan petugas pemadam kebakaran, Anda

Menimbang, mengenai petitum keempat yaitu : menyatakan secara hukum Para Tergugat telah melakukan perbuatan ingkar janji atau wanprestasi kepada Penggugat karena tidak

Baja tersebut selanjutnya diamati permukaannya dengan mikroskop dan dibandingkan dengan baja yang diinteraksikan dengan medium korosif tanpa inhibitor sehingga dapat