• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tindakan Pengawasan dalam Kegiatan Intelijen Terhadap Penyelundupan Barang Palsu dan Bajakan di Bidang Kepabeanan ditinjau dari Hukum Internasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tindakan Pengawasan dalam Kegiatan Intelijen Terhadap Penyelundupan Barang Palsu dan Bajakan di Bidang Kepabeanan ditinjau dari Hukum Internasional"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan perdagangan bebas yang telah terjadi secara simultan baik pada

tingkat regional ASEAN (Association of South East Asia Nations) dan Asia Pasifik

maupun pada tingkat global membutuhkan kesiapan Indonesia untuk menghadapi

persaingan yang cenderung akan semakin ketat. Hal ini akibat diterimanya persetujuan

umum tentang Perdagangan dan Tarif GATT (General Agreement on Tariff and

Trade). Untuk mengatasi persoalan tersebut di atas, diperlukan berbagai upaya untuk

meningkatkan efisiensi termasuk perbaikan sistem dan pranata hukum yang mampu

mendukung kegiatan ekonomi dan bisnis yang semakin modern dan global sifatnya.

Indikator paling kuat dari era liberalisasi ekonomi dan perdagangan itu adalah

kaburnya atau bahkan gugurnya sekat atau aturan-aturan yang bersifat lokal, nasional

maupun regional. Dengan kata lain, aturan-aturan tersebut harus menyelaraskan diri

dengan aturan-aturan yang sudah disepakati di dalam World Trade Organization

(WTO), Asia Pacific Economic Cooperation (APEC), Asean Free Trade Agreement

(AFTA) maupun World Customs Organization (WCO). Implikasinya adalah produk

barang dan jasa suatu Negara tidak hanya bisa dipasarkan di dalam negerinya sendiri,

tetapi juga diperbolehkan untuk masuk ke berbagai penjuru dunia terutama bagi

Negara-negara yang meratifikasi perjanjian tersebut. Klimaksnya pada suatu Negara

akan mengalami “banjir” produk barang dan jasa yang berasal dari negara lain.1

1

(2)

Mencermati kompleksitas perdagangan multilateral menuju era globalisasi ekonomi

dan liberalisasi perdagangan, serta kemajuan teknologi informasi, berbagai upaya

perbaikan dan pengembangan melalui serangkaian program reformasi kepabeanan

belum sepenuhnya memuaskan dan mampu menciptakan sistem dan prosedur ekspor

yang dapat memberikan keyakinan atas kebenaran ekspor barang, sehingga tidak

memberi peluang terjadinya ekspor fiktif serta menekan tingkat penyelundupan.

Kegiatan kepabeanan merupakan kegiatan yang sangat penting bagi suatu

negara, baik yang berkaitan dengan aspek penerimaan negara maupun aspek

kedaulatan, serta aspek security dari keluar masuknya barang di suatu negara. Ketiga

aspek tersebut merupakan kesatuan pemikiran yang wajib diatur dalam suatu peraturan

hukum internasional mengenai bidang kepabeanan. Selain itu ada beberapa aspek lain

yang nendukung pelaksanaan tugas kepabeanan suatu negara, yaitu antara lain aspek

sumber daya manusia dan aspek infrastruktur dari kepabeanan internasional.

Sebagaimana diketahui, kegiatan kepabeanan yang merupakan pintu utama

kegiatan ekonomi antara Indonesia dengan negara-negara lain di dunia, masih

menghadapi berbagai hambatan, baik hambatan internal maupun hambatan eksternal.

Hambatan-hambatan tersebut justru sangat mempengaruhi kemampuan bersaing

berbagai produk Internasional di pasar ekonomi global. Salah satu contoh hambatan

internal adalah fakta adanya persepsi di masyarakat akan barang penyeludupan barang

palsu dan bajakan di bidang kepabeanan internasional. Betapa tidak, sebagai pengawas

lalu lintas kepabeanan wajib melaksanakan fungsinya yakni perlindungan kepada

masyarakat dari masuknya barang-bahaya bahaya, perlindungan kepada

industri-industri tertentu dari persaingan barang ekspor ke negara lain, Pemberantasan

(3)

institusi internasional yang berkepentingan dengan lalu lintas barang yang melampui

batas-batas negara.2 Dengan perkataan lain, disatu pihak kepabeanan dituntut untuk

akomodatif terhadap instrumen-instrumen (hukum) kepabeanan internasional yang

menghendaki simplikasi di segala pihak, sementara lainnya dituntut pula untuk

mengamankan kepentingan negara di bidang kepabeanan.

Peran pabean sebagai trade fasilitator dengan fungsi yang tampak paradoksal

tersebut diatas, sebenarnya telah terlihat sejak merebaknya resolusi industri di Eropa.

Pada saat itu peran pabean meski yang dominan baru fungsi sebagai pengawas

penerimaan negara, lebih mementingkan perlindungan terhadap industri

masing-masing negara daripada perlindungan terhadap industri-industri masing-masing-masing-masing negara

daripada perlindungan terhadap masyarakat dunia yang berakses pada visi global.

Konsekuensinya, penentuan tarif bea masuk, sistem dan prosedur serta

formalitas-formalitas lainnya dari instituti kepabeanan di tiap negara berbeda-beda dan bahkan

cenderung bermuara pada proteksi-proteksi dari pembatasan-pembatasan perdagangan.

Kondisi ini pula yang kemudian membidani lainnya upaya-upaya menyederhanakan

dan menstandarisasikan formalitas-formalitas, sistem dana prosedur kepabeanan dalam

perdagangan.

Perjuangan panjang menuju ke arah keseragaman dan penyederhanaan tersebut

disponsori oleh kalangan industri dan perdagangan eropa. Hasilnya pada tahun 1953

telah dibentuk organisasi pabean sedunia World Customs Organization (WCO), yang

hingga kini telah beranggotakan 145 negara, termasuk Indonesia. Selama lebih kurang

44 tahun berdirinya organisasi ini, selain telah berbuat banyak untuk menyeragamkan

2

Abdul Sani dan kawan-kawan, 2007, Buku Pintar Kepabeanan, Gramedia Pustaka Utama,

(4)

sistem dan prosedur kepabeanan di negara anggotanya, juga telah menghasilkan 7

(tujuh) konvensi utama dan 2 (dua) konvensi titipan yang diharapkan dapat menjadi

standar aturan main bagi institusi kepabeanan di tiap negara anggota World Customs

Organization (WCO). Pemerintah maupun masyarakat luas memerlukan bacaan yang

kritis tentang pengorganisasian dan pelaksanaan fungsi intelijen dalam suatu negara

yang sedang dalam proses mengkonsolidasi demokrasinya. Ada beberapa unsur dari

konsolidasi demokrasi yang kiranya patut mendapat perhatian sehingga tidak

diabaikan begitu saja ketika merumuskan legislasi di bidang intelijen yang selaras

(compatible) dengan tujuan menciptakan negara demokrasi yang modern.3

Pertama, akibat dominasi pada masa lalu telah berkembang mindset yang salah

di internasional di mana intelijen diasosiasikan dengan militer yang bisa menangkap

orang tanpa proses pengadilan dan secara rahasia melakukan berbagai rekayasa sosial

politik demi kepentingan penguasa. Cara berpikir seperti ini berkembang dalam

masyarakat karena praktek-praktek penangkapan dan bahkan penghilangan orang

secara paksa merupakan hal yang biasa pada masa lalu dan tidak satu kekuatan pun

dalam masyarakat yang mampu mencegah praktek tersebut. Meskipun kita mengakui

bahwa unsur kerahasiaan dalam intelijen sangat penting namun tidak itu tidak berarti

bahwa intelijen harus dikaitkan dengan tentara.

Kedua, karena telah begitu lama intelijen di Internasional dijadikan alat oleh

penguasa untuk melestarikan kepentingannya sendiri, maka segala aturan yang

berkaitan dengan intelijen datangnya hanya dari kekuasaan eksekutif. Demikianpun

penentuan pimpinan badan intelijen selalu mengikuti selera penguasa tanpa ada

3

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Pertumbuhan & Perkembangan Bea dan Cukai Dari Masa

(5)

keterlibatan wakil rakyat maupun masyarakat sipil secara luas. Belum berkembang di

lingkungan kita suatu budaya untuk melihat suatu jabatan publik sebagai persoalan

yang harus disepakati antara penguasa dan yang dikuasai sehingga unsur

pertanggungjawaban publik terjamin. Intelijen sebagai bagian dari fungsi

pemerintahan terlalu penting untuk dipayungi secara hukum hanya melalui keputusan

atau instruksi internasional. Secara rinci menginformasikan kepada kita hal-hal pokok

apa saja yang harus ada dalam legislasi intelijen sehingga tidak memberikan peluang

diterapkannya mekanisme self-tasking yang justru membahayakan demokrasi, hak

azasi manusia dan kebebasan sipil. Apalagi di Indonesia ada mental feodal di kalangan

pejabat yang selalu berusaha menyenangkan pemimpinnya meskipun untuk itu ia

harus melakukan penindasan terhadap orang lain.

Ketiga, karena tidak adanya legislasi yang jelas tentang pelaksanaan fungsi

intelijen, maka koordinasi menjadi kelemahan yang menonjol. Di samping itu terjadi

tumpang tindih otoritas antara intelijen dengan fungsi pemerintah lainnya. Salah satu

prinsip yang ditekankan dalam buku ini adalah pemisahan yang tegas antara intelijen

dengan fungsi law enforcement yang biasanya dilakukan oleh kepolisian dan didukung

oleh lembaga-lembaga penegak hukum lainnya. Pemisahan fungsi yang tegas ini

membawa implikasi yang luas dalam masyarakat karena masyarakat mendapatkan

kepastian hukum bahwa mereka tidak mungkin ditangkap oleh aparat intelijen tanpa

melalui prosedur hukum yang berlaku. Karena kompleksnya tantangan keamanan

internasional yang datang dari jaringan penyeludupan barang palsu dan bajakan

dibidang kepabeanan global dan mengingat adanya peluang untuk penahanan orang

yang dicurigai terlibat dalam tindakan terorisme yang diberikan oleh legislasi intelijen

(6)

intelijen untuk melakukan penahanan ini akan menjadi topik perdebatan yang hangat

antara pemerintah dengan civil society.4

Berdasarkan uraian diatas maka penting untuk diteliti persoalan tentang

tindakan pengawasan dalam kegiatan intelijen terhadap penyeludupan barang palsu

dan bajakan di bidang kepabeanan ditinjau dari segi hukum internasional.

B. Perumusan Masalah

Adapun yang merupakan permasalah yang timbul dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana regulasi kepabeanan dalam rangka pengamanan hak-hak negara?

2. Bagaimana pengawasan dalam kegiatan intelijen terhadap penyelundupan

barang palsu dan bajakan di bidang kepabeanan internasional?

3. Bagaimana penindakan dan pengamanan dalam kegiatan intelimjen terhadap

penyelundupan barang palsu dan bajakan di bidang kepabeanan ditinjau dari

hukum Internasional?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui regulasi kepabeanan dalam instrument hukum kepabeanan

dalam rangka pengamanan hak-hak negara.

4

Bambang Semedi, Modul Penindakan Pengawasan dan di Bidang Kepabeanan,

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Badan pendidikan dan pelatihan keuangan Pusdiklat bea

(7)

2. Untuk mengetahui pengawasan dan penindakan dalam kegiatan intelijen

terhadap penyeludupan barang palsu dan bajakan di bidang kepabeanan

internasional.

3. Untuk mengetahui pengamanan dalam kegiatan intelijen terhadap barang

penyeludupan barang palsu dan bajakan di bidang kepabeanan ditinjau dari

hukum Internasional.

2. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan ini adalah sebagai berikut:

a. Secara Teoritis

dapat memberikan gambaran yang tuntas tentang dinamika sektor

kepabeanan di era perdagangan global di satu pihak dan di pihak lainnya perihal

eksistensi intelijen terhadap penyeludupan barang palsu dan bajakan di bidang

kepabeanan internasional.

b. Secara Praktis

Secara praktis penulis mengharapkan agar penulisan skripsi ini dapat

memberikan masukan pada :

Pemerintah :

1. Memudahkan pelaksanaan penegakan hukum oleh aparat pemerintah dalam

kaitan dengan kegiatan ekspor-impor;

2. Meningkatkan perlindungan atas kepentingan nasional dari ancaman yang

mungkin timbul karena lalu-lintas barang ekspor-impor

(8)

4. Memberikan kemudahan-kemudahan dan fasilitas di bidang fiskal atas

pemasukkan barang dari luar daerah pabean sehingga dapat memberikan

manfaat bagi masyarakat dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Pelaku usaha:

1. membenahi sistem dan sejumlah peraturan pelaksana di bidang kepabeanan.

Aparat hukum :

1. penegakan hukum terhadap praktik-praktik Kepabeanan yang menyimpang

dari Ketentuan dan tata cara Kepabeanan yang ada serta mengakibatkan

kerugian bagi masyarakat dan Negara.

2. Mendukung penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam

seluruh kegiatan pelayanan ekspor-impor.

Masyarakat :

1. Memberikan fasilitasi dan perlindungan perdagangan dan industri.

2. Mempertegas ketentuan mengenai hukum internasional untuk menangkal

penyelundupan barang palsu dan bajakan di bidang kepabeanan.

3. Memperberat sanksi terhadap pelanggaran kepabeanan untuk menimbulkan

efek jera.

4. Kewenangan kepada Direktorat jenderal Bea dan Cukai untuk mengawasi

pengangkutan atas Barang Tertentu dalam Daerah Pabean.

D. Keaslian Penulisan

Adapun judul tulisan ini adalah tindakan pengawasan dalam kegiatan intelijen

terhadap penyeludupan barang palsu dan bajakan di bidang kepabeanan ditinjau dari

(9)

asli dalam hal tidak ada judul yang sama. Dengan demikian ini keaslian skripsi ini

dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Penulisan ini disusun berdasarkan literatur-literatur yang berkaitan dengan

kepabeanan internasional. Oleh karena itu, penulisan ini adalah asli karya penulis.

E. Tinjauan Kepustakaan

Pengertian Kepabeanan menurut Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 17

Tahun 2006 tentang Kepabeanan (UU Kepabeanan) ialah “Kepabeanan adalah segala

sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau

keluar daerah pabean serta pemungutan bea masuk dan bea keluar.5 Batasan

pengertian pengawasan Pabean berdasarkan International Convention on the

simplicatiaon and harmonization of custom procedures adalah pengawasan Pabean

berarti langkah-langkah yang diambil untuk menjamin pematuhan undang-undang dan

peraturan-peraturan yang pelaksanaannya menjadi tanggungjawab pabean.6

Prinsip yang dianut dalam konvensi Internasional tentang prosedur pabean

tersebut juga menyatkan bahwa “semua barang yang dibawa ke dalam daerah pabean,

terlepas apakah akan dikenakan bea masuk dan pajak atau tidak, harus tetap diawasi

oleh instansi pabean. lalu lintas barang yang masuk (ke dalam daerah pabean) ialah

pergerakan barang impor).7

5 Himpunan Peraturan Perundang-Undangan, Penerbit Fokusmedia, Bandung, 2011, hal 3 6 Daeng Nazir, Post Audit dalam Sistem Kepabeanan di Indonesia , Makalah, Seminar Nasional UU Kepabeanan dan UU Cukai, Surabaya, 10 Maret 1996

(10)

Masalah pabean adalah merupakan masalah universal yang menyangkut

perdagangan internasional dan pertukaran internasional lainnya (international trade

and international exchange).8

Deklarasi Columbus menegaskan bahwa, Pabean memainkan peranan kunci

dalam perdagangan internasional selalu melibatkan paling sedikit intervensi dua

institusi Bea Cukai, satu pada saat ekspor dan satu lagi pada saat impor. Berawal daari

upaya tindakan sementara, dengan pertimbangan terpenuhi kebutuhan internasional

yang sangat mendesak untuk negara memenuhi perekonomian dunia yang hancur

akibat perang Dunia I dan II, maka dalam persidangan I yang berlangsung di London

15 Oktober sampai dengan 26 November 1946, dicapai persetujuan untuk langsung

diadakan perundingan bagi pengurangan berbagai hambatan perdagangan

internasional, terutama dalam penurunan tarif.9

Sidang di Jenewa, melahirkan ketentuan-ketentuan dalam bentuk perjanjian

multilateral yang kemudian lebih dikenal dengan nama “General Agreement on Tariff

and Trade (GATT)”. Ketentuan-ketentuan GATT dalam kenyataannya merupakan

satu-satunya instrumen hukum yang meletakkan dasar bagi terselenggaranya kegiatan

perdagangan antar negara. GATT mempunyai dua fungsi yaitu sebagai lembaga

internasional dalam perdagangan internasional dalam bidang perdagangan dan sebagai

kumpulan ketentuan umum mengenai perdagangan internasional.10

Permasalahan perdagangan internasional pada umumnya berhulu dari dua

kepentingan yang berbeda yaitu kepentingan nasional dan kepentingan internasional

dalam kenyataannya GATT seringkali menjadi wadah dam mempertemukan dua

8 Ibid

9 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Deklarsai Columbus, Jakarta, 1997

(11)

kepentingan tersebut ke dalam hubungan yang bersifat mutualistik dan saling

menguntungkan melalui penerapan skedul tarif, dengan tujuan untuk menciptakan

perdagangan bebas berdasarkan pedoman-pedoman dalam ketentuan GATT dengan

mendasari dengan nilai keadilan, kegunaan dan kepastian hukum. 11

Masalah utama yang menghambat kelancaran arus barang dan orang

(perdagangan) yang melintas perbatasan suatu negara adalah diterapkannya prosedur

kepabeanan yang rumit dan berbeda-beda serta diberlakukannya berbagai macam

persyaratn. oleh karena itu untuk mengatasi hal tersebut, World Customs Organization

(WCO) telah menetapkan salah satu tujuannya yaitu menjamin tercapainya tingkat

harmonisasi dan keseragaman sistem kepabeanan yang memadai dalam rangka

memperlancar perdagangan. pencapaian tujuan tersebut menjadi tanggungjawab the

permanent Technical Commitee (PTC).12

WCO juga membina hubungan kerjasama yang erat dengan organisasi

internasional terkait dalam bidang penegakan hukum. pembinaan hubungan kerjasama

tersebut antara lain meliputi masalah pencucian uang dan transaksi ilegal serta

penyimpangan penggunaan bahan-bahan berbahaya.

Permasalahan utama yang digadapi negara anggota WCO adalah masalah

pencegahan dan pendektisian pelanggaran dalam bidang perniagaan. di banyak negara

anggota yang dikategorikan sebagian negara berkembang. masalah penerimaan masih

merupakan masalah yang dominan, sedangkan pada negara yang sudah tergolong

maju, masalah bukan saja terbatas pada masalah penerimaan, tetapi juga pada masalah

ketentuan perdagangan dan pengawasan yang berbelit-belit. di negara-negara yang

11 Ibid

(12)

telah menggunakan pasar sebagai kekuatan ekonominya, tugas-tugas kepabeanan

ditransformasikan kedalam suatu mekanisme yang efektif disamping untuk melindungi

pasar luar negeri dan dalam negeri serta mengatur arus permintaan dan penawaran,

tetapi juga sekaligus untuk menunjang kebijaksanaan rekonstruksi ekonomi dan

peningkatan penerimaan negara.13

F. Metode Penelitian

Metode merupakan cara bertindak menurut sistem aturan tertentu. Maksud

metode ini ialah supaya kegiatan praktis dapat terlaksana secara rasional dan

terarah agar mencapai hasil optimal.14

1. Tipe Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian hukum normatif.

Penelitian hukum normatif merupakan suatu bentuk penulisan hukum yang

mendasarkan pada karakteristik ilmu hukum yang normatif.15 Langkah pertama

dilakukan penelitian normatif yang didasarkan pada bahan hukum primer dan

sekunder yaitu inventarisasi peraturan-peraturan yang berkaitan dengan

kepabeanan ditinjau dari hukum internasional. Penelitian bertujuan menemukan

landasan hukum yang jelas dalam meletakkan persoalan ini dalam pengawasan

dan tindakan kegiatan intelijen terhadap penyeludupan barang palsu dan

bajakan di bidang kepabeanan berdasarkan hukum internasional.

2. Data dan Sumber Data

Bahan atau data yang dicari berupa data sekunder yang terdiri dari:

13 Taryana Sunandar, Penulisan Karya Ilmiah Tentang Perkembangan Hukum Perdagangan Internasional dari GATT 1947 sampai Terbentuknya WCO, Badan Nasional Departemen Kehakiman, 1994

14 Sudarsono, Pengantar Ilmu Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2004, hlm 15

(13)

a. Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan yang mengikat dan terdiri dari

norma atau kaidah dasar, peraturan dasar, peraturan, bahan hukum yang

tidak dikodifikasikan, yurisprudensi dan traktat.16 Dalam penelitian ini

bahan hukum primer : perjanjian-perjanjian (konvensi) yang mengatur

mengenai kepabeanan, dan Undang-undang Kepabeanan.

b. Bahan hukum sekunder yaitu memberikan penjelasan mengenai bahan

hukum primer.17 Dalam penelitian ini adalah buku-buku, makalah, artikel

dari surat kabar, majalah, dan artikel dari internet.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penelitian, maka

digunakan metode pengumpulan data dengan cara18 : Studi Kepustakaan, yaitu

mempelajari dan menganalisis secara digunakan sistematis buku-buku, surat

kabar, makalah ilmiah, majalah, internet, peraturan internasional dan

bahan-bahan lain yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini.

4. Analisis Data

Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis kualitatif,

yaitu data yang diperoleh kemudian dikemudian disusun secara sistematis dan

selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang

akan dibahas dan hasilnya tersebut dituangkan dalam bentuk skripsi. Metode

16

Soerjono Soekanto, dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat. Penerbit Rajawali Pers, Jakarta, 2004, hlm 13

(14)

kualitatif dilakukan guna mendapatkan data yang bersifat deskriptif19, yaitu

data-data yang akan diteliti dan dipelajari sesuatu yang utuh.

Referensi

Dokumen terkait

Dari uraian di atas, perumusan masalah yang dapat dinyatakan pada penelitian ini adalah apakah prestasi belajar siswa yang diajar dengan metode Jigsaw

dari Lampung Mangrove Center pada Kultur Skala Laboratorium dengan Pupuk Pro Analis dan Urea yang Berbeda Growth and Nutritional Content of Tetraselmis sp.. lsolated

Penelitian ini digunakan sebagai acuan dalam merancang kriptografi, dimana kriptografi yang dirancang sederhana namun yang membedakan adalah alur pita pertumbuhan dan

Pemungutan suatu pajak dikatakan menimbulkan distorsi, apabila pemungutan pajak tersebut tidak netral atau tidak memenuhi keadilan dalam pembebanan pajak

KONSTRUKSI MODEL PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS NILAI MULTIKULTURAL DAN KEARIFAN LOKAL SEBAGAI UPAYA PENGUATAN PEMBANGUNAN MANUSIA DAN DAYA SAING BANGSA.

[r]

Pada penelitian ini akan dirancang sebuah simulasi sistem transmisi menggunakan kanal Flat Fading dengan modulasi Phase Shift Keying M-array (M-PSK), dimana di penerima

Berdasarkan hasil penelitian, Saran penelitian yang dilakukan adalah bahwa faktor eksternal mempunyai pengaruh langsung yang paling dominan terhadap keputusan pembelian dan