• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Budaya Organisasi Dan Komitmen Terhadap Kienerja Karyawan Pt.Karya Panen Raya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Budaya Organisasi Dan Komitmen Terhadap Kienerja Karyawan Pt.Karya Panen Raya"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakuka

Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada CV. Jabal Rahmat Medan”.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan dilanjutkan dengan menganalisa data

yang diperoleh, maka hasilnya adalah terdapat pengaruh yang sedang antara budaya

organisasi terhadap kinerja karyawan CV. Jabal Rahmat Medan dengan nilai

koefisien determinasi (�2) sebesar 0,2143 atau 21,43% hal ini berarti variabel

independen (budaya organisasi) mampu menjelaskan variabel dependen (kinerja

pegawai) sebesar 21,43% sedangkan 78,57% merupakan variabel yang tidak

terungkap

Pengaruh Budaya Organisasi Dan Etos Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan”. Jenis penelitian adalah deskriptif

kuantitatif, dan sifat penelitian adalah penelitian penjelasan (explanatory). Metode

pengumpulan data dilakukan dengan wawancara (interview), daftar pertanyaan

(questionaire), dan studi dokumentasi, hasilnya adalah bahwa terdapat pengaruh yang

cukup kuat antara Budaya Organisasi Dan Etos Kerja Terhadap Kinerja Pegawai

(2)

determinasi (�2) sebesar 0,689 atau 68,9% hal ini berarti variabel independen

(budaya organisasi dan etos kerja) mampu menjelaskan variabel dependen (kinerja

pegawai) sebesar 68,9%, sedangkan sisanya 31,1% merupakan variabel yang tidak

terungkap.

Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai (Studi Pada Dinas Informasi

Komunikasi dan Pengolahan Data Elektronik Kota Medan)”. Hasil penelitian tersebut

menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang cukup kuat antara budaya organisasi

dengan kinerja pegawai sebesar 0,578 atau 57,8% sedangkan sisanya 42,2% adalah

variabel yang tidak terungkap. Koefesien bersifat positif, sehingga hipotesa yang

menyatakan bahwa ada pengaruh antara budaya organisasi terhadap kinerja pegawai

dapat diterima.

“Hubungan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor Sekretariat

Daerah Kabupaten Dairi”. Dari hasil perhitungan koefisien determinan diperoleh

hasil sebesar 45,5% maka dapat dikatakan adanya hubungan budaya organisasi

(3)

2.2.Teori Tentang Budaya Organisasi 2.2.1.Pengertian Budaya Organisasi

Menurut Peter dalam Tika (2008:4) budaya organisasi adalah pokok

penyelesaian masalah-masalah eksternal dan internal yang pelaksanaannya

dilaksanakan secara konsisten oleh suatu kelompok yang kemudian diwariskan

kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang tepat untuk memahami, memikirkan

dan merasakan terhadap masalah-masalah terkait dalam organisasi.

Kreitner (Moeljono, 2005: 12) mendefinisikan bahwa : “Budaya organisasi

adalah perekat organisasi yang mengikat anggota organisasi melalui nilai-nilai yang

ditaati, peralatan simbolik, dan cita-cita sosial yang ingin dicapai”.

Dwiyanto dalam Kurniawan (2005 : 115) mendefinisikan budaya organisasi

adalah suatu sistem atau perangkat nilai yang memiliki simbol, orientasi nilai,

keyakinan, pengetahuan dan pengalaman kehidupan yang terinternalisasi ke dalam

pikiran, seperangkat nilai yang diaktualisasikan ke dalam sikap, tingkah laku dan

perbuatan yang dilakukan oleh setiap anggota oleh sebuah organisasi.

Sedangkan menurut Edward dalam Muchlas (2005:531) budaya organisasi

adalah sebuah corak dari asumsi-asumsi dasar, yang ditemukan atau dikembangkan

oleh kelompok tertentu untuk belajar mengatasi problem-problem kelompok dari

adaptasi eksternal dan integrasi internal yang telah bekerja dengan baik. Hal itu cukup

(4)

pantas diajarkan oleh para anggota baru sebagai cara yang benar untuk berfikir, dan

berperasaan dalam hubungannya dengan problem-problem tersebut.

Menurut Robbins dalam Riani (2011: 7) budaya organisasi adalah nilai-nilai

dominan yang disebarluaskan dalam organisasi yang dijadikan filosofi kerja

karyawan yang menjadi panduan bagi kebijakan organisasi dalam mengelola

karyawan dan konsumen.

Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengetian budaya

organisasi adalah perekat organisasi dimana para anggotanya memiliki kesamaan visi,

misi, tujuan, dan cara berfikir yang diaktualisasikan dalam perilaku oleh setiap

anggota oleh sebuah organisasi. Budaya organisasi inilah yang harus dikendalikan

pemimpin untuk menjadikan karyawannya berprilaku seperti kehendaknya, dan

tujuan organisasipun dapat tercapai.

2.2.2.Sumber-sumber Budaya Organisasi

Menurut Tosi seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:264), budaya organisasi

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Pengaruh umum dari luar yang luas. Mencakup faktor-faktor yang tidak dapat

dikendalikan atau hanya sedikit dapat dikendalikan oleh organisasi.

b. Pengaruh dari nilai-nilai yang ada di masyarakat. Keyakinan-keyakinan dn

nilai-nilai yang dominan dari masyarakat luas misalnya kesopansantunan dan

(5)

c. Faktor-faktor yang spesifik dari organisasi. Organisasi selalu berinteraksi

dengan lingkungannya. Dalam mengatasi baik masalah eksternal maupun

internal organisasi akan mendapatkan penyelesaian-penyelesaian yang

berhasil. Keberhasilan mengatasi berbagai masalah tersebut merupakan dasar

bagi tumbuhnya budaya organisasi.

2.2.3.Fungsi Budaya Organisasi

Menurut Robbins (1996 : 294), fungsi budaya organisasi sebagai berikut :

a. Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang

lain.

b. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.

c. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas

daripada kepentingan diri individual seseorang.

d. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi

itu dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh

karyawan.

e. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan

(6)

2.2.4.Karakteristik Budaya Organisasi

Karakteristik Budaya Organisasi menurut Robbins dalam Tika (2008:10):

1. Inisiatif Individual

Yaitu tingkat tanggung jawab, kebebasan atau independensi yang dimiliki

oleh setiap anggota organisasi dalam mengemukakan pendapat. Inisiatif

individu tersebut perlu dihargai oleh kelompok atau pimpinan organisasi

sepanjang menyangkut ide untuk memajukan dan mengembangkan organisasi

atau perusahaan.

2. Toleransi terhadap tindakan beresiko

Budaya organisasi dikatakan baik apabila dapat memberikan toleransi kepada

anggota untuk dapat bertindak agresif dan inovatif dalam memajukan

organisasi atau perusahaan.

3. Pengarahan

Yaitu sejauh mana organisasi dapat menciptakan dengan jelas sasaran dan

harapan yang diinginkan. Tercantum dalam visi, misi dan tujuan organisasi.

4. Integrasi

Yaitu sejauh mana organisasi dapat mendorong unit-unit organisasi untuk

bekerja dengan cara terkoordinasi, kekompakan unit-unit tersebut dapat

(7)

5. Dukungan manajemen

Yaitu sejauh mana para manajer dapat memberikan arahan atau komunikasi,

bantuan serta dukungan yang jelas terhadap bawahan.

6. Kontrol

Alat yang dipakai adalah peraturan-peraturan atau norma-norma yang berlaku

di dalam organisasi. Diperlukan sejumlah peraturan dan tenaga pengawas

yang dapat mengawasi dan mengendalikan perilaku anggota organisasi atau

karyawan.

7. Identitas

Yaitu sejauh mana para anggota suatu organisasi atau perusahaan dapat

mengidentifikasikan dirinya sebagai suatu kesatuan dalam perusahaan dan

bukan sebagai kelompok kerja tertentu atau keahlian professional tertentu.

8. System imbalan

Sejauh mana alokasi imbalan (kenaikan gaji, promosi, dan sebagainya)

didasarkan atas dasar prestasi kerja karyawan, bukan didasarkan sinioritas,

sikap pilih kasih dan sebagainya.

9. Toleransi terhadap konflik

Sejauh mana para karyawan didorong untuk mengemukakan konflik dan

kritik secara terbuka. Perbedaan pendapat merupakan fenomena yang sering

terjadi di suatu organisasi, namun perbedaan pendapat dan kritikan dapat

digunakan sebagai perbaikan atau perubahan strategi untuk mencapai tujuan

(8)

10.Pola komunikasi

Sejauh mana komunikasi dibatasi oleh hirarki kewenangan yang formal.

Kadang- kadang hirarki ini dapat menghambat terjadinya pola komunikasi

antara atasan dan bawahan atau antar karyawan itu sendiri.

Dengan menilai organisasi itu berdasarkan sepuluh karakteristik ini, akan

diperoleh gambaran majemuk dari budaya organisasi itu. Gambaran ini menjadi dasar

untuk perasaan pemahaman bersama yang dimiliki para anggota mengenai organisasi

itu, bagaimana urusan diselesaikan di dalamnya, dan cara para anggota berperilaku.

2.2.5.Cara-cara Budaya Organisasi Terbentuk

Robbins (2003:729) menyatakan bahwa proses penciptaan budaya organisasi

terjadi dalam beberapa cara. Pertama, para pendiri hanya memperkerjakan dan

mempertahankan karyawan yang memiliki pola pikir sama dan sependapat dengan

cara-cara yang mereka tempuh. Kedua, mereka mengindoktrinasikan dan

mensosialisasikan para karyawan ini dengan cara berpikir dan cara berperasaan

mereka. Bila organisasi berhasil, maka visi pendiri menjadi terlihat sebagai penentu

utama keberhasilan. Pada titik ini, keseluruhan kepribadian pendiri menjadi tertanam

ke dalam budaya organisasi.

Robbins (2003:724) membedakan budaya yang kuat dan budaya yang lemah.

Budaya yang kuat mempunyai dampak yang lebih besar pada perilaku karyawan dan

lebih langsung terkait dengan pengutangan turn-over karyawan. Dalam budaya yang

(9)

meluas. Makin banyak anggota yang menerima nilai-nilai inti dan makin besar

komitmen mereka pada nilai-nilai tersebut, maka makin kuat budaya tersebut. Budaya

yang kuat juga memperlihatkan kesepakatan yang tinggi di kalangan anggota

mengenai apa yang dipertahankan oleh organisasi. Kebulatan maksud tersebut

selanjutnya membina keakraban, kesetiaan, dan komitmen organisasi.

2.2.6.Ciri-ciri Budaya Organisasi Kuat/Lemah

Ciri-ciri budaya kuat menurut Robbins dalam Tika (2008:109):

a. Anggota-anggota organisasi loyal kepada organisasi

b. Pedoman bertingkah laku bagi orang-orang di dalam perusahaan digariskan

dengan jelas, dimengerti, dipatuhi dan dilaksanakan oleh orang-orang di

dalam perusahaan sehingga orang-orang yang bekerja menjadi sangat kohesif.

c. Nilai-nilai yang dianut organisasi tidak hanya berhenti pada slogan, tetapi

dihayati dan dinyatakan dalam tingkah laku sehari-hari secara konsisten oleh

orang-orang yang bekerja dalam perusahaan.

d. Organisasi memberikan tempat khusus kepada pahlawan-pahlawan organisasi

dan secara sistematis menciptakan bermacam-macam tingkat pahlawan

e. Dijumpai banyak ritual, mulai dari ritual sederhana hingga yang mewah.

f. Memiliki jaringan kulturan yang menampung cerita-cerita kehebatan para

(10)

Ciri-ciri budaya organisasi lemah menurut Kennedy dalam Tika (2008:111):

a. Mudah terbentuk kelompok-kelompok yang bertentangan satu sama lain.

b. Kesetiaan kepada kelompok melebihi kesetiaan kepada organisasi.

c. Anggota organisasi tidak segan-segan mengorbankan kepentingan organisasi

untuk kepentingan kelompok atau kepentingan diri sendiri.

Langkah-langkah kegiatan untuk memperkuat budaya organisasi (Tika,

2008:112):

a. Memantapkan nilai-nilai dasar budaya organisasi

b. Melakukan pembinaan terhadap anggota organisasi

c. Memberikan contoh atau teladan

d. Membuat acara-acara rutinitas

e. Memberikan penilaian dan penghargaan

f. Tanggap terhadap masalah eksternal dan internal

g. Koordinasi dan control

Unsur-unsur yang merupakan ciri khas budaya kuat (Tika, 2008:112):

a. Kejelasan nilai-nilai dan keyakinan

b. Penyebarluasan nilai-nilai dan keyakinan

(11)

2.3.Teori Tentang Komitmen 2.3.1.Defenisi Komitmen

Menurut Porter dalam Munandar (2004:75) komitmen karyawan adalah

kekuatan yang bersifat relatif dari individu dalam mengidentifikasikan keterlibatan

dirinya ke dalam bagian organisasi. Hal ini dapat ditandai dengan tiga hal yaitu :

1. Penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi.

2. Kesiapan dan kesediaan untuk berusaha dengan sungguh-sungguh atas nama

organisasi.

3. Keinginan untuk mempertahankan keanggotaan di dalam organisasi

Sedangkan menurut Richard (Munandar, 2004:76) komitmen karyawan adalah :

1. Rasa identifikasi yaitu kepercayaan terhadap nilai-nilai organisasi.

2. Keterlibatan yaitu kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi

kepentingan organisasi yang bersangkutan.

3. Loyalitas yaitu keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi.

Dimana semuanya dinyatakan oleh pegawai terhadap organisasinya. Richard

berpendapat bahwa komitmen karyawan merupakan kondisi di mana pegawai sangat

tertarik terhadap tujuan, nilai-nilai, dan sasaran organisasinya. Komitmen karyawan

lebih dari sekedar keanggotaan formal, karena meliputi sikap menyukai organisasi

dan kesediaan untuk mengusahakan tingkat upaya yang tinggi bagi kepentingan

organisasi demi pencapaian tujuan. Jadi komitmen karyawan mencakup unsur

(12)

nilai-nilai dan tujuan organisasi. Di samping itu komitmen karyawan mengandung

pengertian sebagai suatu hal yang lebih dari sekedar kesetiaan yang pasif melainkan

menyiratkan hubungan pegawai dengan perusahaan secara aktif. Karena pegawai

yang menunjukkan komitmen tinggi memiliki keinginan untuk memberikan tenaga

dan tanggungjawab yang lebih dalam menyokong kesejahteraan dan keberhasilan

organisasinya.

Becker dalam Panggabean (2002: 127) menggambarkan komitmen sebagai

kecendrungan untuk terikat dalam garis kegiatan yang konsisten karena menganggap

adanya biaya pelaksanaan yang lain atau berhenti bekerja.

2.3.2.Jenis Komitmen Karyawan

Jenis komitmen menurut Robbins (2008: 101) terbagi atas tiga, yaitu :

a. Komitmen afektif yaitu perasaan emosional untuk organisasi dan keyakinan

dalam nilai-nilainya.

b. Komitmen berkelanjutan yaitu nilai ekonomi yang dirasa dari bertahan dengan

sebuah organisasi bila dibandingkan dengan meninggalkan organisasi

tersebut.

c. Komitmen normative yaitu komitmen untuk bertahan dengan organisasi untuk

alasan-alasan moral atau etis.

Pegawai dengan komitmen afektif memiliki tingkah laku yang berbeda dengan

pegawai dengan komitmen berkelanjutan. Pegawai berkomitmen afektif memiliki

(13)

berkomitmen berkelanjutan merasa terpaksa menjadi anggota organisasi dan

menghindari kerugian finansial serta kerugian lain, sehingga melakukan usaha yang

tidak maksimal.

Menurut Mowdey dalam Munandar (2002:73) komitmen karyawan dikenal

sebagai pendekatan sikap terhadap organisasi. Komitmen karyawan memiliki dua

komponen yaitu sikap dan kehendak untuk bertingkah laku. Sikap mencakup

identifikasi dengan organisasi yaitu penerimaan tujuan organisasi, di mana

penerimaan ini merupakan dasar komitmen karyawan. Identifikasi pegawai tampak

melalui sikap menyetujui kebijaksanaan organisasi, kesamaan nilai pribadi dan

nilai-nilai organisasi, rasa kebanggaan menjadi bagian dari organisasi. Sikap juga

mencakup keterlibatan seseorang sesuai peran dan tanggungjawab pekerjaan di

organisasi tersebut.

Pegawai yang memiliki komitmen tinggi akan menerima hampir semua tugas dan

tanggungjawab pekerjaan yang diberikan padanya. Selain itu sikap juga mencakup

kehangatan, afeksi, dan loyalitas terhadap organisasi merupakan evaluasi dari

komitmen, serta adanya ikatan emosional dan keterikatan antara organisasi dengan

pegawai. Pegawai dengan komitmen tinggi merasakan adanya loyalitas dan rasa

memiliki terhadap organisasi. Sedangkan yang termasuk kehendak untuk bertingkah

laku adalah kesediaan untuk menampilkan usaha. Hal ini tampak melalui kesediaan

bekerja melebihi apa yang diharapkan agar organisasi dapat maju. Pegawai dengan

komitmen tinggi, ikut memperhatikan nasib organisasi. Keinginan juga termasuk

(14)

Pada pegawai yang memiliki komitmen tinggi, hanya sedikit alasan untuk keluar

dari organisasi dan berkeinginan untuk bergabung dengan organisasi yang telah

dipilihnya dalam waktu lama.

Jadi seseorang yang memiliki komitmen tinggi akan memiliki identifikasi

terhadap organisasi, terlibat sungguh-sungguh dalam pegawai dan ada loyalitas serta

afeksi positif terhadap organisasi. Selain itu tampil tingkah laku yang berusaha ke

arah tujuan organisasi dan keinginan untuk tetap bergabung dengan organisasi dalam

jangka waktu lama.

2.4.Teori Tentang Kinerja Karyawan 2.4.1.Pengertian Kinerja karyawan

Menurut Timpe (2000: 73) Kinerja adalah sebuah aksi, bukan kejadian. Aksi

kinerja itu sendiri terdiri dari banyak komponen dan bukan merupakan hasil yang

dapat dilihat pada saat itu juga. Pada dasarnya kinerja karyawan merupakan sesuatu

hal yang bersifat individual, karena setiap karyawan memiliki tingkat kemampuan

yang berbeda dalam mengerjakan tugasnya. Kinerja tergantung pada kombinasi

antara kemampuan, usaha, dan kesempatan yang diperoleh. Hal ini berarti bahwa

kinerja karyawan merupakan hasil kerja karyawan dalam bekerja untuk periode

waktu tertentu dan penekanannya pada hasil kerja yang diselesaikan karyawan dalam

periode waktu tertentu. Kinerja yang tinggi dapat tercapai oleh karena kepercayaan

(trust) timbal balik yang tinggi di antara anggota - anggotanya artinya para anggota

(15)

mencapai kinerja yang tinggi memerlukan waktu lama untuk membangunnya,

memerlukan kepercayaan, dan menuntut perhatian yang seksama dari pihak

manajemen.

2.4.2.Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Ada empat faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja karyawan, seperti yang

dikemukakan oleh Richard dalam Tika (2008:9), yaitu:

a. Karakteristik Organisasi

Karakteristik organisasi terdiri dari struktur dan tehnologi organisasi yang dapat

mempengaruhi segi-segi tertentu dari efektivitas dengan berbagai cara. Yang

dimaksud struktur adalah hubungan yang relatif tepat sifatnya, seperti dijumpai dalam

organisasi, sehubungan dengan susunan sumber daya manusia struktur meliputi

bagaimana cara organisasi menyusun orang-orangnya dalam menyelesaikan

pekerjaan, sedangkan yang dimaksud tehnologi adalah mekanisme suatu organisasi

umtuk mengubah masukan mentah menjadi keluaran.

b. Karakteristik Lingkungan

Lingkungan luar dan lingkungan dalam juga telah dinyatakan berpengaruh

atas efektivitas, keberhasilan hubungan organisasi lingkungan tampaknya amat

tergantung pada tingkat variabel kunci yaitu tingkat keterdugaan keadaan lingkungan,

(16)

faktor ini mempengaruhi ketepatan tanggapan organisasi terhadap perubahan

lingkungan.

c. Karakteristik Pekerja

Pada kenyataannya para anggota organisasi merupakan faktor pengaruh yang

paling penting karena perilaku merekalah yang dalam jangka panjang akan

memperlancar atau merintangi tercapainya tujuan organisasi. Pekerja merupakan

sumber daya yang langsung berhubungan dengan pengelolaan semua sumber daya

yang ada di dalam organisasi, oleh sebab itu perilaku pekerja sangat berpengaruh

terhadap pencapaian tujuan organisasi.

Pekerja merupakan modal utama di dalam organisasi yang akan berpengaruh

besar terhadap efektivitas, karena walaupun tehnologi yang digunakan merupakan

tehnologi yang canggih dan didukung oleh adanya struktur yang baik, namun tanpa

adanya pekerja maka semua itu tidak ada gunanya.

d. Karakteristik Kebijaksanaan dan Praktek Manajemen

Dengan makin rumitnya proses teknologi dan perkembangannya lingkungan

maka peranan manajemen dalam mengkoordinasi orang dan proses demi keberhasilan

(17)

2.4.3.Alat Ukur Kinerja Karyawan

Menurut Richard dalam Tika (2008:192) alat ukur kinerja karyawan meliputi

unsur kemampuan menyesuaikan diri /

a. Kemampuan menyesuaikan diri

Kemampuan manusia terbatas dalam sagala hal, sehingga dengan

keterbatasannya itu menyebabkan manusia tidak dapat mencapai pemenuhan

kebutuhannya tanpa melalui kerjasama dengan orang lain. Hal ini sesuai pendapat

Ricard M. Steers yang menyatakan bahwa kunci keberhasilan organisasi adalah

kerjasama dalam pencapaian tujuan. Setiap organisasi yang masuk dalam

organisasi dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan orang yang bekerja

didalamnya maupun dengan pekerjaan dalam organisasi tersebut. Jika

kemampuan menyesuaikan diri tersebut dapat berjalan maka tujuan organisasi

dapat tercapai.

b. Prestasi kerja

Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam

melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas

kecakapan, pengalaman, kesungguhan dan waktu (Moeljono, 2003:94). Dari

pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan kecakapan, pengalaman,

kesungguhan waktu yang dimiliki oleh pegawai maka tugas yang diberikan dapat

(18)

c. Kepuasan kerja.

Tingkat kesenangan yang dirasakan seseorang atas peranan atau pekerjaannya

dalam organisasi. Tingkat rasa puas individu bahwa mereka mendapat imbalan

yang setimpal, dari bermacam-macam aspek situasi pekerjaan dan organisasi

tempat mereka berada.

2.4.4.Cara - Cara untuk Meningkatkan Kinerja

Berdasarkan pernyataan menurut Timpe (2000:134) cara - cara untuk

meningkatkan kinerja, antara lain :

a. Diagnosis

Suatu diagnosis yang berguna dapat dilakukan secara informal oleh setiap

individu yang tertarik untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengevaluasi

dan memperbaiki kinerja. Teknik - tekniknya : refleksi, mengobservasi kinerja,

mendengarkan komentar - komentar orang lain tentang mengapa segala sesuatu

terjadi, mengevaluasi kembali dasar - dasar keputusan masa lalu, dan mencatat

atau menyimpan catatan harian kerja yang dapat membantu memperluas

pencarian manajer penyebab - penyebab kinerja.

b. Pelatihan

Setelah gaya atribusional dikenali dan dipahami

(19)

c. Tindakan

Tidak ada program dan pelatihan yang dapat mencapai hasil sepenuhnya tanpa

dorongan untuk menggunakannya. Analisa atribusi kausal harus dilakukan secara

rutin sebagai bagian dari tahap - tahap penilaian kinerja formal.

2.5.Kerangka Konseptual

Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara

abstrak: kejadian, dan keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian

ilmu sosial. Melalui konsep peneliti diharap mampu menyederhanakan pemikirannya

dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa kejadian (event) yang berkaitan satu

sama lainnya (Singarimbun, 1995:33).

Menurut Robbins dalam Riani (2011: 7) budaya organisasi adalah nilai-nilai

dominan yang disebarluaskan dalam organisasi yang dijadikan filosofi kerja

karyawan yang menjadi panduan bagi kebijakan organisasi dalam mengelola

karyawan dan konsumen.

Menurut Porter dalam Munandar (2004:75) komitmen karyawan adalah

kekuatan yang bersifat relatif dari individu dalam mengidentifikasikan keterlibatan

dirinya ke dalam bagian organisasi.

Menurut Timpe (2000: 72) kinerja karyawan adalah hasil kerja yang dicapai

seseorang karyawan dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung

(20)

Budaya organisasi membentuk kesamaan penafsiran visi, misi, dan tujuan

kemudian komitmen membentuk loyalitas, sehingga karyawan memberikan kinerja

yang maksimal secara sukarela dan bekerja diatas standar yang ditetapkan

organisasi/perusahaan, kedua hal inilah yang sangat berpengaruh terhadap kinerja

karyawan, dimana tinggi rendahnya kinerja karyawan mempengaruhi tinggi

rendahnya produktivitas organisasi/perusahaan.

Berdasarkan penjelasan diatas maka diperoleh kerangka konseptual sebagai berikut:

Gambar 2.1: Kerangka Konseptual

Sumber: Riani (2011:100), Timpe (2000: 73), Munandar (2004: 75), Muchlas (2005:531) (data diolah).

2.6.Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang menerangkan fakta-fakta atau

kondisi-kondisi yang diamati dan digunakan untuk langkah penelitian selanjutnya. Adapun hipotesis

dalam penelitian ini adalah : “Budaya organisasi dan Komitmen Berpengaruh Secara

Positif dan Signifikan Terhadap Kinerja Karyawan PT. Karya Panen Raya ”.

(�1)

Budaya Organisasi

(�2)

Komitmen

Kinerja Karyawan

Gambar

Gambar 2.1: Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Perlu dipilih atau dikembangkan metode peramalan selain Double Exponential Smoothing untuk meramalkan harga emas Antam sehingga nilai Tracking Signal dalam setiap data

Hasil temuan lain adalah pada aspek sikap terhadap tingkah laku dan aspek sikap norma subjektif memiliki sumbangan efektif yang lebih besar daripada aspek sikap kontrol

Step 8b: Dari semua alternatif rute mesin yang mememuaskan semua constraint, di- identifikasi mesin mana yang memiliki biaya produksi terendah (Sebuah set mesin standard yang

Pelaksanaan program keluarga berencana di Desa Maligano Kecamatan Maliganno Kabupaten Muna.Adapun dimensi tersebut yaitu (1) Dimensi alat kontrasepsi pil tanggapan responden

menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul “Peramalan Jumlah Ekspor Provinsi Sumatera Utara Menurut Sektor Pertambangan dan Penggalian Tahun 2018”. Terimakasih penulis sampaikan

Model fuzzy dari warna, bentuk wajah dan pola rambut telah digunakan untuk mendeteksi wajah [1], namun dalam proses deteksinya ia meng- abaikan informasi detil landmark wajah yang

Fiscal Deficit financed by:. Drawdown from Cash Reserves

The Smart Campus Demonstrator building at the University of Brescia, Italy, is equipped with sensors to monitor and control comfort, indoor air quality and HVAC parameters, such