BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1Pengertian Bank
Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, “bank adalah badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank umum adalah
bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan
prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa lalu lintas pembayaran.”
Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa bank mempunyai peranan yang penting
dalam arus perekonomian suatu Negara.
Dalam Memahami Bisnis Bank (2013:6) yang diterbitkan oleh Ikatan Bankir
Indonesia menjelaskan bahwa “bank dapat didefinisikan sebagai suatu badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat kembali dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak".
Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok
perbankan, sedangkan memberikan jasa-jasa bank lainnya merupakan kegiatan
deposito, serta deposito berjangka di mana masing-masing jenis simpanan yang ada
mempunyai keuntungan atau kelebihan tersendiri. Kegiatan menghimpun dana
tersebut disebut dengan istilah funding. Dalam menghimpun dana masyarakat, bank
memiliki strategi yaitu dengan cara memberikan balas jasa yang menarik minat
masyarakat untuk menyimpan uangnya ke bank. Balas jasa tersebut dapat berupa
bunga, bagi hasil, hadiah, pelayanan, atau balas jasa lainnya. Untuk itu bank harus
memberikan rangsangan dan kepercayaan sehingga masyarakat tertarik atau berminat
menanamkan dananya di bank.
Setelah perbankan menerima dana dalam bentuk simpanan dari masyarakat,
bank memutar kembali atau menjual kembali ke masyarakat dalam bentuk pinjaman
(kredit) atau dikatakan dengan istilah lending. Dalam pemberian kredit, dikenakan
jasa pinjaman kepada penerima kredit (debitur) dalam bentuk bunga dan administrasi.
Sedangkan untuk bank yang berdasarkan prinsip syariah berdasarkan bagi hasil atau
penyertaan modal.
Jasa pendukung atau pelengkap kegiatan bank yaitu memberikan jasa bank
lainnya yang berguna untuk mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dan
menyalurkan dana. Jasa perbankan lainnya meliputi:
a. Jasa Menerima Setoran, seperti setoran telepon, listrik, air, atau uang kuliah
b. Jasa Pembayaran, seperti pembayaran gaji, pensiun atau hadiah
c. Jasa Pengiriman Uang (Transfer)
d. Jasa Letter of Credit (L/C)
f. Jasa Penjualan Mata Uang Asing (Valas)
g. Jasa Bank Garansi
h. Jasa Penyimpanan Dokumen (Safe Deposit Box)
i. Jasa Cek Wisata (Travellers Cheque)
j. Jasa Bank Lainnya.
2.1.2 Pertumbuhan Laba
Hamidu (2013) menyatakan, Laba adalah perbedaan antara pendapatan
(revenue) yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dengan
biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut. Informasi laba yang disajikan
dalam laporan keuangan merupakan fokus kinerja perusahaan yang penting karena
laba mengindikasikan sejauh mana perusahaan mampu secara efektif mengelola
penerimaan dengan pengorbanan berbagai sumber daya (Sapariyah, 2010).
Menurut Harahap (2008 : 263) “Laba merupakan angka yang penting dalam
laporan keuangan karena berbagai alasan antara lain: laba merupakan dasar dalam
perhitungan pajak, pedoman dalam menentukan kebijakan investasi dan pengambilan
keputusan, dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan
lainnya dimasa yang akan datang, dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi
dalam menjalankan perusahaan, serta sebagai dasar dalam penilaian prestasi atau
kinerja perusahaan”.
Pertumbuhan laba merupakan kenaikan laba atau penurunan laba pertahun
dijadikan sebagai alat ukur efisiensi manajemen dan membantu meramalkan arah
masa depan suatu perusahaan dan juga pembagian dividen di masa depan.
Pertumbuhan laba dapat mempengaruhi investor dalam pengambilan keputusan
investasi dan calon investor yang akan menanamkan modalnya ke dalam perusahaan.
Untuk mengetahui bagaimana laba mengalami pertumbuhan diperlukan paling
sedikit dua periode pada saat bank mengalami laba, karena dari situ dapat kita
bandingkan antara laba pada tahun sekarang dengan laba tahun sebelumnya (Hamidu,
2013). Pertumbuhan laba yang baik mencerminkan kinerja operasional perusahaan
yang baik pula, khususnya perbankan. Pertumbuhan laba yang dimaksud dalam
penelitian ini dihitung dari selisih jumlah laba bersih tahun yang bersangkutan
dengan jumlah laba bersih tahun sebelumnya dibagi dengan jumlah laba bersih tahun
sebelumnya.
2.1.3 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Tingkat kesehatan bank adalah bank yang dapat menjalankan
fungsi-fungsinya dengan baik, yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan
masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, pemerintah dalam melaksanakan
berbagai kebijakan, terutama kebijakan moneter (Rivai et al., 2013:465). Posisi
dimana suatu bank dapat dikatakan sehat atau tidak dapat dilihat dari tingkat
kesehatan suatu bank. Laporan keuangan suatu bank mencerminkan kondisi dan
standar yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia selaku pembina dan pengawas
bank.
Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum, Bank Indonesia telah menetapkan sistem Penilaian
Tingkat kesehatan Bank berbasis risiko dengan menggunakan analisis RGEC.
Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 tanggal 5 Januari 2011 Pasal 3 Tentang
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum yaitu:
1. Bank wajib melakukan penilaian sendiri (self assessment) atas tingkat kesehatan
bank dengan menggunakan pendekatan risiko baik secara individu maupun secara
konsolidasi.
2. Penilaian sendiri (self assessment) tingkat kesehatan bank dengan menggunakan
pendekatan risiko baik secara individu maupun secara konsolidasi dilakukan
paling kurang setiap semester untuk posisi akhir bulan Juni dan Desember.
3. Bank wajib melakukan pengkinian self assessment tingkat kesehatan bank
sewaktu-waktu apabila diperlukan.
4. Hasil self assessment tingkat kesehatan bank yang dilakukan paling kurang setiap
semester untuk posisi bulan Juni dan Desember dan pengkinian sewaktu-waktu
apabila diperlukan yang telah mendapat persetujuan dari direksi wajib
disampaikan kepada dewan komisaris.
5. Bank wajib menyampaikan hasil self assessment tingkat kesehatan bank yang telah
a. Untuk penilaian tingkat kesehatan bank secara individu, paling lambat tanggal
31 Juli untuk penilaian tingkat kesehatan bank posisi akhir bulan Juni dan
tanggal 31 Januari untuk penilaian tingkat kesehatan bank posisi akhir bulan
Desember, dan
b. Untuk penilaian tingkat kesehatan bank secara konsolidasi paling lambat pada
tanggal 15 Agustus untuk penilaian tingkat kesehatan bank posisi akhir bulan
Juni dan tanggal 15 Februari untuk tingkat kesehatan bank posisi akhir bulan
Desember.
Menurut Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011, Bank wajib melakukan
penilaian Tingkat Kesehatan Bank secara individual dengan menggunakan
pendekatan risiko (Risk-based Bank Rating). Pendekatan risiko (Risk-based Bank
Rating) dengan penilaian terhadap faktor-faktor seperti yang telah dijelaskan pada
Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 Pasal 7 adalah sebagai berikut:
1. Risk Profile (Profil Risiko)
Meliputi penilaian yang dilakukan terhadap 8 (delapan) risiko antara lain: risiko
kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko
stratejik, risiko kepatuhan, dan risiko reputasi.
2. Good Corporate Governance (GCG)
Merupakan penilaian terhadap manajemen bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip
3. Earnings (Rentabilitas)
Meliputi penilaian terhadap kinerja earnings, sumber-sumber earnings, dan
substainability earnings bank.
4. Capital (Permodalan)
Meliputi penilaian terhadap tingkat kecukupan permodalan dan pengelolaan
permodalan.
2.1.4 Risk Profile
Risk Profile atau profil risiko merupakan penilaian terhadap risiko inheren dan
kualitas penerapan manajemen risiko dalam operasional bank. Penilaian risiko
inheren merupakan penilaian atas risiko yang melekat pada kegiatan bisnis bank, baik
yang dapat dikuantifikasikan maupun yang tidak, yang berpotensi mempengaruhi
posisi keuangan bank. Penilaian kualitas penerapan manajemen risiko merupakan
penilaian terhadap kecukupan sistem pengendalian risiko yang bertujuan
mengevaluasi efektivitas penerapan manajemen risiko bank sesuai prinsip-prinsip
yang diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai penerapan manajemen risiko
bagi bank umum.
Penilaian terhadap faktor profil risiko merupakan penilaian terhadap risiko
yang berkaitan dan kualitas penerapan manajemen risiko dalam operasional bank
yang dilakukan dengan delapan risiko yaitu risiko kredit, risiko pasar, risiko
risiko reputasi. Dalam penelitian ini penulis hanya berfokus pada risiko kredit dan
risiko likuiditas yang dijadikan variabel penelitian, karena keterbatasan akses data.
1. Risiko Kredit
Risiko kredit merupakan risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain
dalam memenuhi kewajiban kepada bank. Menurut Pratiwi (2015), risiko kredit
adalah risiko kerugian yang ditanggung oleh bank karena tidak melunasi kembali
kewajibannya kepada pihak bank. Analisis rasio yang sering digunakan bank dalam
menilai risiko kredit adalah rasio Non Performing Loan (NPL).
NPL merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk melihat tingkat
pengembalian kredit yang diberikan deposan kepada bank atau dapat dikatakan
sebagai tingkat kredit macet bank tersebut, semakin tinggi NPL maka bank tersebut
akan mengalami kerugian yang diakibatkan karena terjadi tingkat pengembalian
kredit macet, namun sebaliknya apabila NPL semakin rendah maka bank tersebut
akan semakin mengalami keuntungan (Syahputra et al., 2014). Tingginya angka NPL
dapat terjadi apabila suatu bank tidak mampu meningkatkan atau memperbaiki
kualitas kredit yang disalurkan. Umumnya, resiko ini akan semakin besar bagi
bank-bank yang sangat ekspansif menyalurkan kredit, sehingga mengabaikan kualitas
kredit.
2. Risiko Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan
waktu(Syahyunan, 2015:104). Rasio likuiditas yang sering digunakan dalam menilai
kinerja suatu bank adalah Loan to Deposit Ratio (LDR).
LDR menggambarkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan
dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai
sumber likuiditasnya. Dalam arti kata, seberapa jauh bank memberikan kredit kepada
nasabah yang membutuhkan kredit dalam mengimbangi kewajiban bank untuk segera
memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang
sebelumnya telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit. Oleh karena itu,
semakin tinggi rasionya memberikan indikasi rendahnya kemampuan likuiditas bank
tersebut, hal ini karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi
semakin besar (Rivai et al., 2013:484). LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit
yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank.
2.1.5 Earnings
Earnings atau disebut dengan rentabilitas meliputi evaluasi terhadap kinerja
rentabilitas, sumber-sumber rentabilitas, kesinambungan rentabilitas, dan manajemen
rentabilitas (Agustina, 2015). Rentabilitas merupakan kemampuan bank dalam
menciptakan laba atau untuk mengukur tingkat efisiensi dan profitabilitas yang
dicapai oleh bank yang bersangkutan. Penilaian faktor rentabilitas dapat diukur
dengan menggunakan ROA (Return on Assets). Apabila semakin tinggi laba yang
semakin efektif dalam penggunaan aset untuk menghasilkan keuntungan(Rivai et al.,
2013:481).
Rentabilitas dapat juga dinilai menggunakan NIM (Net Interest Margin). NIM
memberikan gambaran tentang persentase pendapatan bunga bersih dibagi total
aktiva. Menurut Anggreini (2015), “untuk dapat meningkatkan perolehan NIM maka
perlu menekan biaya dana, biaya dana adalah bunga yang dibayarkan oleh bank
kepada masing-masing sumber dana yang bersangkutan. Secara keseluruhan, biaya
yang harus dikeluarkan oleh bank akan menentukan berapa persen bank harus
menetapkan tingkat bunga kredit yang diberikan kepada nasabahnya untuk
memperoleh pendapatan netto bank”.
2.1.6 Capital
Capital atau disebut dengan penilaian atas faktor permodalan meliputi
evaluasi terhadap kecukupan permodalan dan kecukupan pengelolaan permodalan.
Dalam melakukan perhitungan permodalan, bank wajib mengikuti ketentuan Bank
Indonesia yang mengatur Kewajiban Penyediaan Modal Minimum bagi umum
(Agustina, 2015). Penilaian pada aspek permodalan didasarkan kepada Capital
Adequacy Ratio(CAR) yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Menurut Peraturan
Bank Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008 menyatakan bahwa bank wajib menyediakan
modal minimum sebesar 8% dari aset tertimbang.
CAR adalah rasio yang menunjukkan seberapa besar seluruh aktiva bank yang
dibiayai dari dana modal sendiri bank, di samping memperoleh dana-dana dari
sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan
lain-lain. CAR digunakan untuk mengukur kemampuan bank untuk menutupi penurunan
aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian yang diderita bank yang disebabkan
oleh aktiva yang berisiko(Rivai et al., 2013:473).
Banyak atau sedikitnya modal yang dimiliki bank dapat dimanfaatkan sebagai
alat untuk memprediksi apakah bank tersebut akan mengalami kebangkrutan atau
tidak dimasa yang akan datang. Apabila bank memiliki permodalan yang cukup
maka bank tersebut dapat menjalankan operasinya secara efisien dan hal ini
mengindikasikan bahwa kinerja bank tersebut dikatakan baik, sehingga potensi untuk
mengalami kerugian dapat diminimalisir.
2.2 Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan laba perbankan, antara lain:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Peneliti/
Tahun
Judul Penelitian Variabel
Penelitian Daerah di Indonesia dengan Pertumbuhan dan signifikan terhadap pertumbuhan laba 2. ROA berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba
Lanjutan Tabel 2.1
No Peneliti/
Tahun
Judul Penelitian Variabel
Penelitian (NPL), Net Interest Margin (NIM) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) Terhadap Perubahan Laba Pada Bank Devisa dan Bank Non Devisa di Indonesia Tahun 2006-2010
1. NPL berpengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan laba
2. NIM berpengaruh tidak positif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba
3. LDR berpengaruh tidak positif dan signifikan terhadap Earning dan Liquidity Terhadap
Pertumbuhan Laba Pada Perbankan di Indonesia (Study
1. Variabel capital (CAR), Variabel assets (NPL) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba
2. Variabel liquidity (LDR) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba
Lanjutan Tabel 2.1
No Peneliti/
Tahun
Judul Penelitian Variabel
Penelitian
Teknik Analisis Data
Hasil Penelitian
5 Hadiwidjaja (2016)
The Influence of the Bank’s
Performance Ratio to Profit Growth on Banking Companies 2. Capital, Asset, dan
Earnings study of Nepal
Dependen:
1. CAR berpengaruh positif dan 3. CD berpengaruh
negatif dan tidak signifikan terhadap CAMEL Model on Banks Listed in Indonesia Stock
The Influence of Financial Ratio Analysis to Predict Banking Companies
Lanjutan Tabel 2.1
No Peneliti/
Tahun
Judul Penelitian Variabel
Penelitian
Bank Spread in Latin Amerika
1. CAR berpengaruh positif dan
signifikan terhadap laba (Bolivia dan Columbia) 2. LDR berpengaruh
positif dan
signifikan terhadap laba (Bolivia, Columbia, Peru) 3. NPL berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap laba (Peru).
2.3 Kerangka Konseptual
Peningkatan kinerja perusahaan perbankan mempunyai pengaruh terhadap
laba yang dimiliki perusahaan tersebut. Dengan meningkatnya kinerja perbankan
maka perolehan laba yang dimiliki akan meningkat. Penggunaan variabel Risk Profile
yang diukur dengan risiko kredit pada rasio Non Performing Loan (NPL) dan risiko
Likuiditas pada rasio Loan to Deposit Ratio (LDR), variabel Earnings yang diukur
dengan rasio Return on Assets (ROA) dan Net Interest Margin (NIM), dan Capital
diukur dengan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) sebagai pengukur kinerja bank
dapat digunakan sebagai acuan untuk melihat pengaruh dari setiap rasio tersebut
terhadap pertumbuhan laba. Adapun variabel independen dan variabel dependen pada
penelitian ini yaitu Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR),
Risiko kredit Non Performing Loan (NPL) merupakan kredit yang masuk ke
dalam kualitas kurang lancar, dalam perhatian khusus, diragukan, atau macet
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia (SE NO.
15/28/DPNP). Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia menetapkan bahwa tingkat
NPL maksimum suatu bank sebesar 5%. Apabila bank telah melebihi dari batas yang
telah ditetapkan oleh Bank Indonesia, maka bank tersebut dapat dikatakan tidak sehat.
Hal ini mengindikasikan bahwa NPL yang tinggi berdampak negatif terhadap laba
pada bank. Penelitian Brock dan Suarez (2000) menunjukkan bahwa rasio NPL
secara negatif dan signifikan berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.
Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio yang digunakan untuk menilai
likuiditas suatu bank, dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank
terhadap dana pihak ketiga. Tingkat LDR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dalam
Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/7/PBI/ 2013 yaitu pada tingkat 78% - 92%.
MenurutRivai et al., (2013:484) LDR menggambarkan kemampuan bank dalam
membayar kembali penarikan dana oleh deposan dengan mengandalkan kredit yang
diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Oleh karena itu, semakin tinggi rasio tersebut
memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang
bersangkutan dan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba. Berdasarkan
penelitian terdahulu Sapariyah (2010),Anggraeni (2015)menyatakan bahwa LDR
berpengaruh negatif pada pertumbuhan laba.
2013:480). Dengan menggunakan rasio ini dapat diketahui seberapa besar laba bersih
yang diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva. Apabila semakin besar ROA
yang dimiliki oleh perusahaan maka semakin efisien penggunaan aktiva sehingga
dapat meningkatkan pertumbuhan laba, hal ini mengindikasikan bahwa bank semakin
efektif dalam penggunaan aset untuk menghasilkan keuntungan dan kinerja
perusahaan juga meningkat. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan
Lestari et al. (2015), Irawan (2015) menunjukkan bahwa ROA memiliki pengaruh
positif terhadap pertumbuhan laba.
Menurut Ikatan Bankir Indonesia (2013:179), “Net Interest Margin (NIM)
adalah perbandingan antara pendapatan bunga bersih terhadap rata-rata aset
produktif.”NIM menunjukkan kemampuan bank dalam menghasilkan pendapatan
dari bunga dengan melihat kinerja bank dalam menyalurkankredit, pendapatan
operasional bank sangat tergantung dari selisih bunga (spread) dari kredityang
disalurkan. Pendapatan yang diperoleh dari bunga yang diterima dari pinjaman yang
diberikan dikurangi dengan biaya bunga dari sumber dana yang dikumpulkan,
sehingga peningkatan ataupun penurunan NIM akan mempengaruhi kenaikan atau
penurunan laba (Aini, 2013). Meningkatnya pendapatan bunga dapat memberikan
kontribusi laba terhadap bank. Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Aini (2013), Jha dan Hui (2011), NIM berpengaruh signifikan positif terhadap laba.
CAR adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang
dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung risiko. CAR merupakan
kecukupan modal yang dimiliki bank, sehingga semakin kecil risiko maka semakin
meningkat laba yang diperoleh. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor
10/15/PBI/2008 menyatakan bahwa bank wajib menyediakan modal minimum
sebesar 8% dari aset tertimbang.Semakin tinggi CAR yang dicapai oleh bank
menunjukkan kinerja bank semakin baik dan keuntungan bank akan semakin
meningkat. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Aini (2013),
Sapariyah (2012), Brock dan Suarez (2000) yang menyatakan bahwa CAR
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba.
Kerangka konseptual dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Non Performing Loan (NPL)
Loan to Deposit Ratio (LDR)
Pertumbuhan Laba Return on Assets (ROA)
Net Interest Margin (NIM)
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual, maka dirumuskan
hipotesis penelitian sebagai berikut:
Risk Profile (Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio), Earnings (Return
on Assets, Net Interest Margin) dan Capital (Capital Adequacy Ratio) berpengaruh
terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek