• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Risk Profile, Earnings, dan Capital Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Risk Profile, Earnings, dan Capital Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2015"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1Pengertian Bank

Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, “bank adalah badan usaha

yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk

lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank umum adalah

bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan

prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa lalu lintas pembayaran.”

Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa bank mempunyai peranan yang penting

dalam arus perekonomian suatu Negara.

Dalam Memahami Bisnis Bank (2013:6) yang diterbitkan oleh Ikatan Bankir

Indonesia menjelaskan bahwa “bank dapat didefinisikan sebagai suatu badan usaha

yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya kepada masyarakat kembali dalam rangka meningkatkan taraf hidup

rakyat banyak".

Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok

perbankan, sedangkan memberikan jasa-jasa bank lainnya merupakan kegiatan

(2)

deposito, serta deposito berjangka di mana masing-masing jenis simpanan yang ada

mempunyai keuntungan atau kelebihan tersendiri. Kegiatan menghimpun dana

tersebut disebut dengan istilah funding. Dalam menghimpun dana masyarakat, bank

memiliki strategi yaitu dengan cara memberikan balas jasa yang menarik minat

masyarakat untuk menyimpan uangnya ke bank. Balas jasa tersebut dapat berupa

bunga, bagi hasil, hadiah, pelayanan, atau balas jasa lainnya. Untuk itu bank harus

memberikan rangsangan dan kepercayaan sehingga masyarakat tertarik atau berminat

menanamkan dananya di bank.

Setelah perbankan menerima dana dalam bentuk simpanan dari masyarakat,

bank memutar kembali atau menjual kembali ke masyarakat dalam bentuk pinjaman

(kredit) atau dikatakan dengan istilah lending. Dalam pemberian kredit, dikenakan

jasa pinjaman kepada penerima kredit (debitur) dalam bentuk bunga dan administrasi.

Sedangkan untuk bank yang berdasarkan prinsip syariah berdasarkan bagi hasil atau

penyertaan modal.

Jasa pendukung atau pelengkap kegiatan bank yaitu memberikan jasa bank

lainnya yang berguna untuk mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dan

menyalurkan dana. Jasa perbankan lainnya meliputi:

a. Jasa Menerima Setoran, seperti setoran telepon, listrik, air, atau uang kuliah

b. Jasa Pembayaran, seperti pembayaran gaji, pensiun atau hadiah

c. Jasa Pengiriman Uang (Transfer)

d. Jasa Letter of Credit (L/C)

(3)

f. Jasa Penjualan Mata Uang Asing (Valas)

g. Jasa Bank Garansi

h. Jasa Penyimpanan Dokumen (Safe Deposit Box)

i. Jasa Cek Wisata (Travellers Cheque)

j. Jasa Bank Lainnya.

2.1.2 Pertumbuhan Laba

Hamidu (2013) menyatakan, Laba adalah perbedaan antara pendapatan

(revenue) yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dengan

biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut. Informasi laba yang disajikan

dalam laporan keuangan merupakan fokus kinerja perusahaan yang penting karena

laba mengindikasikan sejauh mana perusahaan mampu secara efektif mengelola

penerimaan dengan pengorbanan berbagai sumber daya (Sapariyah, 2010).

Menurut Harahap (2008 : 263) “Laba merupakan angka yang penting dalam

laporan keuangan karena berbagai alasan antara lain: laba merupakan dasar dalam

perhitungan pajak, pedoman dalam menentukan kebijakan investasi dan pengambilan

keputusan, dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan

lainnya dimasa yang akan datang, dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi

dalam menjalankan perusahaan, serta sebagai dasar dalam penilaian prestasi atau

kinerja perusahaan”.

Pertumbuhan laba merupakan kenaikan laba atau penurunan laba pertahun

(4)

dijadikan sebagai alat ukur efisiensi manajemen dan membantu meramalkan arah

masa depan suatu perusahaan dan juga pembagian dividen di masa depan.

Pertumbuhan laba dapat mempengaruhi investor dalam pengambilan keputusan

investasi dan calon investor yang akan menanamkan modalnya ke dalam perusahaan.

Untuk mengetahui bagaimana laba mengalami pertumbuhan diperlukan paling

sedikit dua periode pada saat bank mengalami laba, karena dari situ dapat kita

bandingkan antara laba pada tahun sekarang dengan laba tahun sebelumnya (Hamidu,

2013). Pertumbuhan laba yang baik mencerminkan kinerja operasional perusahaan

yang baik pula, khususnya perbankan. Pertumbuhan laba yang dimaksud dalam

penelitian ini dihitung dari selisih jumlah laba bersih tahun yang bersangkutan

dengan jumlah laba bersih tahun sebelumnya dibagi dengan jumlah laba bersih tahun

sebelumnya.

2.1.3 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Tingkat kesehatan bank adalah bank yang dapat menjalankan

fungsi-fungsinya dengan baik, yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan

masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, pemerintah dalam melaksanakan

berbagai kebijakan, terutama kebijakan moneter (Rivai et al., 2013:465). Posisi

dimana suatu bank dapat dikatakan sehat atau tidak dapat dilihat dari tingkat

kesehatan suatu bank. Laporan keuangan suatu bank mencerminkan kondisi dan

(5)

standar yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia selaku pembina dan pengawas

bank.

Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian

Tingkat Kesehatan Bank Umum, Bank Indonesia telah menetapkan sistem Penilaian

Tingkat kesehatan Bank berbasis risiko dengan menggunakan analisis RGEC.

Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 tanggal 5 Januari 2011 Pasal 3 Tentang

Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum yaitu:

1. Bank wajib melakukan penilaian sendiri (self assessment) atas tingkat kesehatan

bank dengan menggunakan pendekatan risiko baik secara individu maupun secara

konsolidasi.

2. Penilaian sendiri (self assessment) tingkat kesehatan bank dengan menggunakan

pendekatan risiko baik secara individu maupun secara konsolidasi dilakukan

paling kurang setiap semester untuk posisi akhir bulan Juni dan Desember.

3. Bank wajib melakukan pengkinian self assessment tingkat kesehatan bank

sewaktu-waktu apabila diperlukan.

4. Hasil self assessment tingkat kesehatan bank yang dilakukan paling kurang setiap

semester untuk posisi bulan Juni dan Desember dan pengkinian sewaktu-waktu

apabila diperlukan yang telah mendapat persetujuan dari direksi wajib

disampaikan kepada dewan komisaris.

5. Bank wajib menyampaikan hasil self assessment tingkat kesehatan bank yang telah

(6)

a. Untuk penilaian tingkat kesehatan bank secara individu, paling lambat tanggal

31 Juli untuk penilaian tingkat kesehatan bank posisi akhir bulan Juni dan

tanggal 31 Januari untuk penilaian tingkat kesehatan bank posisi akhir bulan

Desember, dan

b. Untuk penilaian tingkat kesehatan bank secara konsolidasi paling lambat pada

tanggal 15 Agustus untuk penilaian tingkat kesehatan bank posisi akhir bulan

Juni dan tanggal 15 Februari untuk tingkat kesehatan bank posisi akhir bulan

Desember.

Menurut Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011, Bank wajib melakukan

penilaian Tingkat Kesehatan Bank secara individual dengan menggunakan

pendekatan risiko (Risk-based Bank Rating). Pendekatan risiko (Risk-based Bank

Rating) dengan penilaian terhadap faktor-faktor seperti yang telah dijelaskan pada

Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 Pasal 7 adalah sebagai berikut:

1. Risk Profile (Profil Risiko)

Meliputi penilaian yang dilakukan terhadap 8 (delapan) risiko antara lain: risiko

kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko

stratejik, risiko kepatuhan, dan risiko reputasi.

2. Good Corporate Governance (GCG)

Merupakan penilaian terhadap manajemen bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip

(7)

3. Earnings (Rentabilitas)

Meliputi penilaian terhadap kinerja earnings, sumber-sumber earnings, dan

substainability earnings bank.

4. Capital (Permodalan)

Meliputi penilaian terhadap tingkat kecukupan permodalan dan pengelolaan

permodalan.

2.1.4 Risk Profile

Risk Profile atau profil risiko merupakan penilaian terhadap risiko inheren dan

kualitas penerapan manajemen risiko dalam operasional bank. Penilaian risiko

inheren merupakan penilaian atas risiko yang melekat pada kegiatan bisnis bank, baik

yang dapat dikuantifikasikan maupun yang tidak, yang berpotensi mempengaruhi

posisi keuangan bank. Penilaian kualitas penerapan manajemen risiko merupakan

penilaian terhadap kecukupan sistem pengendalian risiko yang bertujuan

mengevaluasi efektivitas penerapan manajemen risiko bank sesuai prinsip-prinsip

yang diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai penerapan manajemen risiko

bagi bank umum.

Penilaian terhadap faktor profil risiko merupakan penilaian terhadap risiko

yang berkaitan dan kualitas penerapan manajemen risiko dalam operasional bank

yang dilakukan dengan delapan risiko yaitu risiko kredit, risiko pasar, risiko

(8)

risiko reputasi. Dalam penelitian ini penulis hanya berfokus pada risiko kredit dan

risiko likuiditas yang dijadikan variabel penelitian, karena keterbatasan akses data.

1. Risiko Kredit

Risiko kredit merupakan risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain

dalam memenuhi kewajiban kepada bank. Menurut Pratiwi (2015), risiko kredit

adalah risiko kerugian yang ditanggung oleh bank karena tidak melunasi kembali

kewajibannya kepada pihak bank. Analisis rasio yang sering digunakan bank dalam

menilai risiko kredit adalah rasio Non Performing Loan (NPL).

NPL merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk melihat tingkat

pengembalian kredit yang diberikan deposan kepada bank atau dapat dikatakan

sebagai tingkat kredit macet bank tersebut, semakin tinggi NPL maka bank tersebut

akan mengalami kerugian yang diakibatkan karena terjadi tingkat pengembalian

kredit macet, namun sebaliknya apabila NPL semakin rendah maka bank tersebut

akan semakin mengalami keuntungan (Syahputra et al., 2014). Tingginya angka NPL

dapat terjadi apabila suatu bank tidak mampu meningkatkan atau memperbaiki

kualitas kredit yang disalurkan. Umumnya, resiko ini akan semakin besar bagi

bank-bank yang sangat ekspansif menyalurkan kredit, sehingga mengabaikan kualitas

kredit.

2. Risiko Likuiditas

Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan

(9)

waktu(Syahyunan, 2015:104). Rasio likuiditas yang sering digunakan dalam menilai

kinerja suatu bank adalah Loan to Deposit Ratio (LDR).

LDR menggambarkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan

dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai

sumber likuiditasnya. Dalam arti kata, seberapa jauh bank memberikan kredit kepada

nasabah yang membutuhkan kredit dalam mengimbangi kewajiban bank untuk segera

memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang

sebelumnya telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit. Oleh karena itu,

semakin tinggi rasionya memberikan indikasi rendahnya kemampuan likuiditas bank

tersebut, hal ini karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi

semakin besar (Rivai et al., 2013:484). LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit

yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank.

2.1.5 Earnings

Earnings atau disebut dengan rentabilitas meliputi evaluasi terhadap kinerja

rentabilitas, sumber-sumber rentabilitas, kesinambungan rentabilitas, dan manajemen

rentabilitas (Agustina, 2015). Rentabilitas merupakan kemampuan bank dalam

menciptakan laba atau untuk mengukur tingkat efisiensi dan profitabilitas yang

dicapai oleh bank yang bersangkutan. Penilaian faktor rentabilitas dapat diukur

dengan menggunakan ROA (Return on Assets). Apabila semakin tinggi laba yang

(10)

semakin efektif dalam penggunaan aset untuk menghasilkan keuntungan(Rivai et al.,

2013:481).

Rentabilitas dapat juga dinilai menggunakan NIM (Net Interest Margin). NIM

memberikan gambaran tentang persentase pendapatan bunga bersih dibagi total

aktiva. Menurut Anggreini (2015), “untuk dapat meningkatkan perolehan NIM maka

perlu menekan biaya dana, biaya dana adalah bunga yang dibayarkan oleh bank

kepada masing-masing sumber dana yang bersangkutan. Secara keseluruhan, biaya

yang harus dikeluarkan oleh bank akan menentukan berapa persen bank harus

menetapkan tingkat bunga kredit yang diberikan kepada nasabahnya untuk

memperoleh pendapatan netto bank”.

2.1.6 Capital

Capital atau disebut dengan penilaian atas faktor permodalan meliputi

evaluasi terhadap kecukupan permodalan dan kecukupan pengelolaan permodalan.

Dalam melakukan perhitungan permodalan, bank wajib mengikuti ketentuan Bank

Indonesia yang mengatur Kewajiban Penyediaan Modal Minimum bagi umum

(Agustina, 2015). Penilaian pada aspek permodalan didasarkan kepada Capital

Adequacy Ratio(CAR) yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Menurut Peraturan

Bank Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008 menyatakan bahwa bank wajib menyediakan

modal minimum sebesar 8% dari aset tertimbang.

CAR adalah rasio yang menunjukkan seberapa besar seluruh aktiva bank yang

(11)

dibiayai dari dana modal sendiri bank, di samping memperoleh dana-dana dari

sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan

lain-lain. CAR digunakan untuk mengukur kemampuan bank untuk menutupi penurunan

aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian yang diderita bank yang disebabkan

oleh aktiva yang berisiko(Rivai et al., 2013:473).

Banyak atau sedikitnya modal yang dimiliki bank dapat dimanfaatkan sebagai

alat untuk memprediksi apakah bank tersebut akan mengalami kebangkrutan atau

tidak dimasa yang akan datang. Apabila bank memiliki permodalan yang cukup

maka bank tersebut dapat menjalankan operasinya secara efisien dan hal ini

mengindikasikan bahwa kinerja bank tersebut dikatakan baik, sehingga potensi untuk

mengalami kerugian dapat diminimalisir.

2.2 Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan faktor-faktor

yang mempengaruhi pertumbuhan laba perbankan, antara lain:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti/

Tahun

Judul Penelitian Variabel

Penelitian Daerah di Indonesia dengan Pertumbuhan dan signifikan terhadap pertumbuhan laba 2. ROA berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba

(12)

Lanjutan Tabel 2.1

No Peneliti/

Tahun

Judul Penelitian Variabel

Penelitian (NPL), Net Interest Margin (NIM) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) Terhadap Perubahan Laba Pada Bank Devisa dan Bank Non Devisa di Indonesia Tahun 2006-2010

1. NPL berpengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan laba

2. NIM berpengaruh tidak positif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba

3. LDR berpengaruh tidak positif dan signifikan terhadap Earning dan Liquidity Terhadap

Pertumbuhan Laba Pada Perbankan di Indonesia (Study

1. Variabel capital (CAR), Variabel assets (NPL) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba

2. Variabel liquidity (LDR) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba

(13)

Lanjutan Tabel 2.1

No Peneliti/

Tahun

Judul Penelitian Variabel

Penelitian

Teknik Analisis Data

Hasil Penelitian

5 Hadiwidjaja (2016)

The Influence of the Bank’s

Performance Ratio to Profit Growth on Banking Companies 2. Capital, Asset, dan

Earnings study of Nepal

Dependen:

1. CAR berpengaruh positif dan 3. CD berpengaruh

negatif dan tidak signifikan terhadap CAMEL Model on Banks Listed in Indonesia Stock

The Influence of Financial Ratio Analysis to Predict Banking Companies

(14)

Lanjutan Tabel 2.1

No Peneliti/

Tahun

Judul Penelitian Variabel

Penelitian

Bank Spread in Latin Amerika

1. CAR berpengaruh positif dan

signifikan terhadap laba (Bolivia dan Columbia) 2. LDR berpengaruh

positif dan

signifikan terhadap laba (Bolivia, Columbia, Peru) 3. NPL berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap laba (Peru).

2.3 Kerangka Konseptual

Peningkatan kinerja perusahaan perbankan mempunyai pengaruh terhadap

laba yang dimiliki perusahaan tersebut. Dengan meningkatnya kinerja perbankan

maka perolehan laba yang dimiliki akan meningkat. Penggunaan variabel Risk Profile

yang diukur dengan risiko kredit pada rasio Non Performing Loan (NPL) dan risiko

Likuiditas pada rasio Loan to Deposit Ratio (LDR), variabel Earnings yang diukur

dengan rasio Return on Assets (ROA) dan Net Interest Margin (NIM), dan Capital

diukur dengan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) sebagai pengukur kinerja bank

dapat digunakan sebagai acuan untuk melihat pengaruh dari setiap rasio tersebut

terhadap pertumbuhan laba. Adapun variabel independen dan variabel dependen pada

penelitian ini yaitu Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR),

(15)

Risiko kredit Non Performing Loan (NPL) merupakan kredit yang masuk ke

dalam kualitas kurang lancar, dalam perhatian khusus, diragukan, atau macet

berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia (SE NO.

15/28/DPNP). Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia menetapkan bahwa tingkat

NPL maksimum suatu bank sebesar 5%. Apabila bank telah melebihi dari batas yang

telah ditetapkan oleh Bank Indonesia, maka bank tersebut dapat dikatakan tidak sehat.

Hal ini mengindikasikan bahwa NPL yang tinggi berdampak negatif terhadap laba

pada bank. Penelitian Brock dan Suarez (2000) menunjukkan bahwa rasio NPL

secara negatif dan signifikan berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.

Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio yang digunakan untuk menilai

likuiditas suatu bank, dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank

terhadap dana pihak ketiga. Tingkat LDR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dalam

Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/7/PBI/ 2013 yaitu pada tingkat 78% - 92%.

MenurutRivai et al., (2013:484) LDR menggambarkan kemampuan bank dalam

membayar kembali penarikan dana oleh deposan dengan mengandalkan kredit yang

diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Oleh karena itu, semakin tinggi rasio tersebut

memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang

bersangkutan dan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba. Berdasarkan

penelitian terdahulu Sapariyah (2010),Anggraeni (2015)menyatakan bahwa LDR

berpengaruh negatif pada pertumbuhan laba.

(16)

2013:480). Dengan menggunakan rasio ini dapat diketahui seberapa besar laba bersih

yang diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva. Apabila semakin besar ROA

yang dimiliki oleh perusahaan maka semakin efisien penggunaan aktiva sehingga

dapat meningkatkan pertumbuhan laba, hal ini mengindikasikan bahwa bank semakin

efektif dalam penggunaan aset untuk menghasilkan keuntungan dan kinerja

perusahaan juga meningkat. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan

Lestari et al. (2015), Irawan (2015) menunjukkan bahwa ROA memiliki pengaruh

positif terhadap pertumbuhan laba.

Menurut Ikatan Bankir Indonesia (2013:179), “Net Interest Margin (NIM)

adalah perbandingan antara pendapatan bunga bersih terhadap rata-rata aset

produktif.”NIM menunjukkan kemampuan bank dalam menghasilkan pendapatan

dari bunga dengan melihat kinerja bank dalam menyalurkankredit, pendapatan

operasional bank sangat tergantung dari selisih bunga (spread) dari kredityang

disalurkan. Pendapatan yang diperoleh dari bunga yang diterima dari pinjaman yang

diberikan dikurangi dengan biaya bunga dari sumber dana yang dikumpulkan,

sehingga peningkatan ataupun penurunan NIM akan mempengaruhi kenaikan atau

penurunan laba (Aini, 2013). Meningkatnya pendapatan bunga dapat memberikan

kontribusi laba terhadap bank. Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh

Aini (2013), Jha dan Hui (2011), NIM berpengaruh signifikan positif terhadap laba.

CAR adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang

dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung risiko. CAR merupakan

(17)

kecukupan modal yang dimiliki bank, sehingga semakin kecil risiko maka semakin

meningkat laba yang diperoleh. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor

10/15/PBI/2008 menyatakan bahwa bank wajib menyediakan modal minimum

sebesar 8% dari aset tertimbang.Semakin tinggi CAR yang dicapai oleh bank

menunjukkan kinerja bank semakin baik dan keuntungan bank akan semakin

meningkat. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Aini (2013),

Sapariyah (2012), Brock dan Suarez (2000) yang menyatakan bahwa CAR

berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba.

Kerangka konseptual dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Non Performing Loan (NPL)

Loan to Deposit Ratio (LDR)

Pertumbuhan Laba Return on Assets (ROA)

Net Interest Margin (NIM)

(18)

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual, maka dirumuskan

hipotesis penelitian sebagai berikut:

Risk Profile (Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio), Earnings (Return

on Assets, Net Interest Margin) dan Capital (Capital Adequacy Ratio) berpengaruh

terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Cairan tubuh yang dibuang pada saat ultrafiltrasi adalah cairan intravaskuler, dengan berkurangnya jumlah cairan intravaskuler secara cepat pada saat proses hemodialisa maka

Transaksi penjualan harus mendapat otorisasi dari direktur, sebagai fungsi kredit sebelum barang dikirim kepada pembeli untuk mengurangi risiko tidak tertagihnya piutang. Pengiriman

Total biaya tetap dapat diperoleh dari biaya ternak kambing di tambah dengan keseluruhan biaya-biaya yang nilainya tetap yang dikeluarkan oleh responden

End Dump atau Rear Dump jenis dump truck yang memiliki cara.. pengosongan bak yang mana muatannya

(Susunlah kata kata berikut menjadi kalimat yang

The text below is for question number 1 – 3 (Text dibawah adalah untuk menjawab pertanyaan nomor 1 – 3).. Me and my family goes to Yogyakarta

Berdasarkan hasil perhitungan korelasi antara Prestasi Belajar Statistika dengan Konsep Diri tanpa variabel pengontrol diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar

Santi works at school, she teach the students, she