• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Metode CPM Dan PERT Pada Penjadwalan Proyek Konstruksi (Studi Kasus: Rehabilitasi Perbaikan Dan Peningkatan Infrastruktur Irigasi Daerah Lintas Kabupaten Kota D.I Pekan Dolok)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Metode CPM Dan PERT Pada Penjadwalan Proyek Konstruksi (Studi Kasus: Rehabilitasi Perbaikan Dan Peningkatan Infrastruktur Irigasi Daerah Lintas Kabupaten Kota D.I Pekan Dolok)"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENJADWALAN DAN PERENCANAAN PROYEK

Penjadwalan dalam pengertian proyek konstruksi merupakan perangkat untuk menentukan aktivitas yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek dalam urutan serta kerangka waktu tertentu, di mana setiap aktivitas harus dilaksanakan agar proyek selesai tepat waktu dengan biaya yang ekonomis (Callahan, 1992). Penjadwalan meliputi tenaga kerja, material, peralatan, keuangan, dan waktu. Dengan penjadwalan yang tepat maka beberapa macam kerugian dapat dihindarkan seperti keterlambatan, pembengkakan biaya, dan perselisihan.

Setiap kegiatan pada network diagram sebuah proyek selalu diapit oleh dua peristiwa yaitu peristiwa awal saat kegiatan yang bersangkutan dimulai dan peristiwa akhir saat kegiatan yang bersangkutan diselesaikan. Masing-masing peristiwa tersebut memiliki saat paling awal dan saat paling lambat yang pada umumnya satu sama lain berbeda. Rencana pelaksanaan yang pasti atau jadwal kegiatan yang pasti masih harus ditentukan dari alternatif / kemungkinan yang dihadapi. Alternatif tersebut timbul karena adanya perubahan saat paling awal dan saat paling lambat pada masing-masing peristiwa tersebut.

(2)

diagram proyek yang bersangkutan. Jumlah alternatif jadwal kegiatan, disamping

ditentukan oleh saat paling lambat dan saat paling awal peristiwa awal ataupun peristiwa akhir, juga ditentukan oleh lama kegiatan dan sifat lama kegiatan. Sifat lama kegiatan dapat konstan ataupun bervariasi mulai dari harga minimum sampai dengan harga maksimum tertentu.

Alternatif jadwal kegiatan tersebut dibatasi oleh dua batas (limit) yaitu: pertama, jadwal terawal yaitu jadwal kegiatan yang dimulai dan diselesaikan seawal mungkin (Tipe I), dan kedua, jadwal paling lambat yaitu jadwal kegiatan yang pelaksanaanya dimulai dan diselesaikan selambat mungkin (Tipe II). Antara kedua batas tersebut terdapat sejumlah alternatif jadwal kegiatan yang banyaknya bergantung pada data yang ada. Salah satu yang terpenting dari alternatif tersebut adalah jadwal kegiatan yang pelaksanaanya menghabiskan free float-nya. Kegiatan yang memiliki free float mempunyai fleksibilitas yang tinggi karena penundaan pekerjaan selama masih kurang dari free Float bisa bebas dilaksanakan.

(3)

Jadwal sebuah proyek bagai sebuah peta dalam perjalanan tanpa membaca peta dengan baik, perjalanan dapat tersesat sehingga menghabiskan banyak waktu, biaya bahan bakar, atau tidak sampai ketujuan karena kehabisan bahan bakar (proyek gagal). Untuk itu, sebelum proyek dimulai sebaiknya seorang manajer yang baik terlebih dahulu merencanakan jadwal proyek agar proyek dapat diselesaikan secara konsisten tepat waktu dan efisien.

Seperti yang dibahas diatas bahwa jadwal bagi proyek bagaikan sebuah peta dalam perjalanan. Karena ini sangat penting dalam penentuan arah dan mengetahui item pekerjaan lebih dahulu dikerjakan atau pekerjaan yang mendahului.

Tujuan dari perencanaan jadwal (Putri Lynna,2005) adalah :

1. Mempermudah perumusan masalah proyek, 2. Menentukan metode atau cara yang sesuai, 3. Agar kelancaran kegiatan lebih terorganisir, 4. Mendapatkan hasil akhir yang optimum.

Manfaat perencanaan tersebut bagi proyek adalah:

1. Mengetahui keterkaitan antar kegiatan,

2. Mengetahui kegiatan yang diperlukan menjadi perhatian (kegiatan kritis), 3. Mengetahui dengan jelas kapan memulai kegiatan dan kapan harus

(4)

Perencanaan adalah suatu proses yang mencoba meletakkan dasar tujuan dan sasaran termasuk menyiapkan segala sumber daya untuk mencapainya. Perencanaan memberikan pegangan bagi pelaksanaan mengenai alokasi sumber daya untuk melaksanakan kegiatan (Imam Soeharto, 1997). Secara garis besar, perencanaan berfungsi untuk meletakkan dasar sasaran proyek, yaitu penjadwalan, anggaran dan mutu.

Perencanaan merupakan bagian terpenting untuk mencapai keberhasilan proyek konstruksi. Pengaruh perencanaan terhadap proyek konstruksi akan berdampak pada pendapatan dalam proyek itu sendiri. Hal ini dikuatkan dengan berbagai kejadian dalam proyek konstuksi yang menyatakan bahwa perencanaan yang baik dapat menghemat ±40% dari biaya proyek, sedangkan perencanaan yang kurang baik dapat menimbulkan kebocoran anggaran yang sangat besar.

(5)

penyimpangan itu dapat ditekan sekecil mungkin sehingga kesulitan besar untuk mencapai sasaran proyek dapat dihindari.

Sebuah kegiatan jasa konstruksi memiliki pekerjaan yang sangat banyak dan kompleks maka kebutuhan perencanaan dan pengelolaan amat vital. Padahal didalam perencanaan, penjadwalan merupakan salah satu maasalah yang dapat mempengaruhi kinerja pelaksanaan proyek. Karena itu perlu ditentukan penggunaan metode mana yang mempunyai waktu penyelesaian proyek paling pendek. Maka dari itu pemakaian metode penjadwalan sangat berpengaruhi waktu selesainya suatu proyek.

Sering terjadi ketidakpastian persepsi oleh pihak industri konstruksi antara “perencanaan” dan “penjadwalan”. Kedua kata tersebut sering disatukan dan digunakan untuk menyebut jabatan seseorang dalam unit usaha “perencanaan dan

penjadwalan”. Arti sesungguhnya dari keduanya sangat berlainan meskipun tetap

saling berkaitan. “penjadwalan” digunakan untuk menggambarkan proses dalam

(6)

merefleksikan perencanaan dan oleh karenanya perencanaan harus dilakukan lebih dahulu. Hal-hal yang mendasar dari kegiatan perencanaan adalah pencarian informasi dan data, pengembangan dari berbagai alternatif yang mungkin, melakukan analisis dan evaluasi dari berbagai alternatif pelaksanaan dan memberi masukan. (Wulvram,2002)

Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan suatu proyek merupakan kegiatan yang relatif kompleks dan sulit dilakukan karena kita dituntut untuk memperhatikan berbagai aspek seperti waktu, biaya, sumber daya, perkembangan pencapaian tujuan dan masih banyak lagi yang lain. Proyek memang merupakan suatu rangkaian tugas atau kegiatan yang melibatkan berbagai komponen dan sumber daya yang saling bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan secara efektif dan efisien. (Putri Lynna,2005)

Dalam proses untuk mencapai tujuan proyek terdapat batasan yang harus dipenuhi biaya atau anggaran, waktu atau jadwal, serta kualitas atau mutu. Tiga hal tersebut merupakan parameter penting dalam penyelengaraan suatu proyek dan sering disebut juga triple constrain.

Triple constrain tersebut yaitu:

1. Biaya atau anggaran

(7)

disesuaikan dengan keperluan. Dengan demikian penyelesaian bagian-bagian proyek harus memenuhi sasaran anggaran per-periode.

2. Waktu atau jadwal

Proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu yang telah ditentukan dan penyerahannya tidak boleh melewati batas waktu yang telah ditentukan.

3. Kualitas atau mutu

Hasil kegiatan atau produk harus memenuhi spesifikasi dan kriteria mutu yang telah dipersyaratkan.

Gambar 2.1 Hubungan triple constrain

(Iman Soeharto, 1997:3)

Tiga batasan tersebut diatas bersifat saling bersangkutan dan saling tarik-menarik. Jika ingin meningkatkan kinerja produk yang telah ditentukan, maka secara umumnya harus diikuti dengan meningkatkan mutu. Hal ini selanjutnya berakibat pada naiknya biaya sehingga melebihi anggaran. Sebaliknya jika ingin menekan atau memperkecil biaya, maka biasanya harus memperhatikan jadwal atau waktu dan mutu juga.

Biaya

(8)

2.2 CPM (CRITICAL PATH METHOD)

2.2.1 Pengertian CPM

CPM adalah metode yang berorientasi pada waktu yang mengarah pada penentuan jadwal dan estimasi waktunya bersifat pasti. Menurut Srivastava (1995:663).

Critical Path Method (CPM) merupakan model kegiatan proyek yang

digambarkan dalam bentuk jaringan. Kegiatan yang digambarkan sebagai titik pada jaringan dan peristiwa yang menandakan awal atau akhir dari kegiatan digambarkan sebagai busur atau garis antara titik.

Dalam metode CPM dikenal dengan adanya jalur kritis, yaitu jalur yang memiliki rangkaian komponen-komponen kegiatan dengan total jumlah waktu terlama. Jalur kritis terdiri dari rangkaian kegiatan kritis, dimulai dari kegiatan pertama sampai pada kegiatan terakhir proyek (Soeharto, 1999). Lintasan kritis (Critical Path) melalui aktivitas-aktivitas yang jumlah waktu pelaksanaannya paling lama. Jadi, lintasan kritis adalah lintasan yang paling menentukan waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan, digambar dengan anak panah tebal (Badri,1997).

(9)

dikembangkan untuk mengatasi masalah ini, salah satunya adalah metode lintasan kritis.

Lintasan kritis suatu proyek adalah lintasan dalam suatu jaringan kerja sedemikian sehingga kegiatan pada lintasan ini memiliki kelambanan nol. Sedangkan lintasan kritis adalah jalur atau jalan yang dilalui atau dilintasi yang paling menentukan berhasil atau gagalnya suatu pekerjaan. Dengan kata lain lintasan kritis adalah lintasan yang paling menentukan penyelesaian proyek secara keseluruhan.

Lintasan kritis memiliki arti penting dalam pengelolaan proyek karena lintasan kritis merupakan waktu atau durasi penentu penyelesaian proyek. Penundaan atau keterlambatan tugas dalam kategori lintasan kritis menyebabkan penundaan penyelesaian proyek secara keseluruhan. Keterlambatan tugas dalam kategori lintasan non-kritis tidak akan menunda penyelesaian proyek.

(10)

CPM mengasumsikan bahwa umur proyek bisa dipersingkat dengan penambahan sumber daya tenaga kerja, peralatan, modal untuk kegiatan-kegiatan tertentu. Bila tidak ada ketentuan lain, maka waktu pelaksanaan kegiatan dianggap berada pada kondisi "Normal", waktu pelaksanaan pada kondisi normal dinamakan waktu normal (Tn).Ongkos pelaksanaan suatu kegiatan pada kondisi normal dinamakan biaya normal (Cn). Penambahan tenaga kerja atau kerja lembur bisa mengurangi waktu normal. Penambahan tenaga kerja tersebut berarti penambahan biaya. Waktu normal (Tn) biasanya merupakan waktu terpanjang bagi suatu kegiatan sedangkan biaya normal (Cn) adalah biaya paling murah.

Gambar 2.2 Hubungan Biaya - Waktu Pada Keadaan Normal dan Crash

Bila semua sumber daya yang dipunyai perusahaan dikerahkan sehingga suatu kegiatan bisa diselesaikan secepat mungkin, kegiatan tersebut dikatakan Crashed. Kondisi crashed tidak hanya berhubungan

Crash

Cn Cc

CostSlope

normal Biaya

Tc=5 Tn=10

18

(11)

dengan waktu tercepat, tetapi juga dengan biaya terbesar. Dalam kondisi crashed waktu pelaksanaan kegiatannya adalah (Tc), dan biayanya (Cc).

Garis yang berhubungan dua titik dalam gambar tersebut dinamakan Cost Slope. Untuk suatu aktivitas mempunyai cost-slope tersendiri.

Cc dan Cn adalah biaya crash dan biaya normal (biaya crashed > biaya normal), Tn dan Tc adalah waktu normal dan waktu crash (waktu normal > waktu crashed) untuk kegiatan yang sama. Cost Minimalis Biaya dan Alokasi Sumber daya Slope menyatakan berapa besar berubahnya biaya bila suatu aktivitas dipercepat atau diperlambat. Kemiringan cost slope akan bertambah bila aktivitas dipercepat penyelesaiannya, dengan ongkos perwaktunya lebih mahal.

2.2.2 Komponen-komponen CPM

1. Diagram Network

Variabel kegiatan dalam membuat diagram network adalah kurun waktu, tanggal mulai dan tanggal berakhir. Bila kegiatan tersebut dijumlahkan kembali akan menjadi lingkup proyek keseluruhan.

(12)

b) Node i dan node j, yang berada diekor anak panah adalah node i, sedangkan yang dikepala adalah node j. Tetapi node j akan menjadi node i untuk kegiatan berikutnya.

c) Kecuali kegiatan awal maka sebelum suatu kegiatan dapat dimulai, kegiatan terdahulu harus sudah selesai.

d) Dummy merupakan anak panah yang hanya menjelaskan hubungan ketergantungan antara dua kegiatan, tidak memerlukan sumber daya dan tidak membutuhkan waktu.

e) Penyajian grafis jaringan kerja tidak membutuhkan skala, kecuali untuk keperluan tertentu.

Gambar 2.3 Hubungan Kegiatan dalam CPM Keterangan:

i :Nomor dari lingkaran kegiatan yang merupakan permulaan dari kegiatan yang ditinjau.

j :Nomor dari lingkaran kejadian yang merupakan ujung akhir dari kegiatan yang ditinjau.

L :Durasi kegiatan.

Untuk menyusun network planning digunakan tanda atau simbol sebagai berikut:

LETi EETi i

LETj EETj j

Kegiatan i-j

(13)

a) Anak panah (arrow)

Adalah lambang aktifitas atau kegiatan. Anak panah menggambarkan keterkaitan antar kegiatan proyek atau urutan kegiatan yang harus diselesaikan. Kegiatan ini memerlukan jangka waktu tertentu dengan menggunakan sumber daya.

b) Lingkaran kecil (node)

Menyatakan suatu kegiatan, peristiwa atau event. Kejadian didefinisikan sebagai ujung atau pertemuan dari satu atau lebih kegiatan.

c) Anak panah sejajar (double arrow)

Merupakan yang menunjukkan kegiatan dilintasan kritis.

d) Anak panah terputus-putus (dummy)

Menunjukan kaitan antara dua kegiatan yang satu harus menunggu selesainya satu kegiatan lain/kegiatan semu. Dummy berfungsi untuk membatasi mulainya kegiatan. Dummy tidak mempunyai durasi karena tidak memakai atau menghabiskan sumber daya.

2. Hubungan antar simbol dan urutan kegiatan

Dalam proses perhitungan dengan metode CPM dikenal adanya beberapa parameter sebagai berikut:

(14)

waktu paling cepat suatu kegiatan yang berasal dari node tersebut dapat dimulai karena menurut aturan dasar suatu kegiatan baru dapat dimulai bila kegiatan-kegiatan terdahulu selesai.

b. EETi : Saat paling cepat peristiwa yang mungkin terjadi, maksudnya waktu mulai paling awal suatu kegiatan. Bila waktu kegiatan dinyatakan dalam hari, maka waktu ini merupakan hari pertama kegiatan dimulai.

c. EETj : Saat paling cepat peristiwa terakhir mungkin terjadi, berarti waktu selesai paling awal suatu kegiatan. Bila hanya ada satu kegiatan terdahulu, maka EETj kegiatan terdahulunya merupakan EETi kegiatan berikutnya.

Untuk sebuah kegiatan menuju ke sebuah peristiwa:

Gambar 2.4 Hubungan EET Satu Kegiatan Menuju Ke Satu Peristiwa

Rumus :

EETj = EETi + L

Keterangan :

X = Kegiatan EETi i

EETj j

X

(15)

J = Peristiwa akhir kegiatan X

I = Peristiwa awal kegiatan X

L = Lama kegiatan X yang diperkirakan

EETi = Saat paling awal peristiwa awal

EETj = Saat paling awal peristiwa akhir

Untuk sebuah kegiatan menuju ke sebuah peristiwa

Gambar 2.5 Hubungan EET Beberapa Kegiatan Menuju Ke Satu Peristiwa

Rumus :

EETj = (EETin + Ln) maksimum

Keterangan :

n = Nomor kegiatan (n = 1,2,3…….z)

Xn = Nma kegiatan ke – n

X2

L2

L1

X1

EETi2

EETj j

EETi1

i1

(16)

j = Peristiwa akhir bersama dari semua kegiatan Xn

in = Peristiwa awal kegiatan Xn

EETin = Saat paling awal peristiwa awal dari kegiatan Xn

Ln = Lama kegiatan Xn yang diperkirakan

EETj =Saat paling awal peristiwa akhir seluruh kegiatan.

LET (Latest Event Time/Saat Paling Lambat) : Saat paling lambat suatu peristiwa boleh terjadi, berarti waktu paling lambat yang masih diperbolehkan bagi suatu peristiwa terjadi.

a. LETi : Saat paling lambat peristiwa awal boleh terjadi atau waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai, yaitu waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai tanpa memperlambat proyek secara keseluruhan.

b. LETj : Saat paling lambat peristiwa akhir boleh terjadi, berarti waktu paling akhir kegiatan boleh selesai tanpa memperlambat penyelesaian proyek.

Untuk sebuah kegiatan keluar dari sebuah peristiwa

Gambar 2.6 Hubungan LET Sebuah Kegiatan Keluar dari Satu Peristiwa LETi

i

LETj j

X

(17)

Rumus :

LETi = LETj – L

Keterangan:

X = Kegiatan

j = Peristiwa akhir kegiatan X

i = Peristiwa awal kegiatan X

L = Lama kegiatan X yang diperkirakan

LETi = Saat paling lambat peristiwa awal

LETj = Saat paling lambat peristiwa akhir.

Untuk beberapa kegiatan keluar dari sebuah peristiwa

Gambar 2.7 Hubungan LET Beberapa Kegiatan Keluar dari Satu Peristiwa LETj2

LETj1 j1

X1 L1

X2

L2 LETi

i

(18)

Rumus :

LETi = (LETjn - Ln) minimum

Keterangan:

n = Nomor kegiatan (n = 1,2,3…….z)

Xn = Nama kegiatan ke – n

i = Peristiwa awal bersama dari semua kegiatan n

jn = Peristiwa akhir masing-masing kegiatan n

LETjn = Saat paling lambat peristiwa akhir kegiatan Xn

Ln = Lama kegiatan Xn yang diperkirakan

LETi = Saat paling lambat peristiwa awal kegiatan

3. Jalur Kritis

(19)

Kesimpulannya berarti :

EETi = LETi EETj = LETj

Karena harus dimulai pada suatu saat awal saja dan selesai suatu saat akhir saja dan tidak ada alternatif saat lainnya, maka :

EETi + L = EETj LETi + L = LETj

Keterangan:

L = Lama kegiatan kritis

EETi = EET peristiwa awal

EETj = EET peristiwa akhir

LETi = LET peristiwa awal

LETj = LET peristiwa akhir

(20)

a) Perhitungan maju

Hitungan maju adalah cara perhitungan waktu mulai dari selesai suatu kegiatan dalam rangkaian jaringan kerja hanya mempergunakan EETi, EETj, dan L. Aturan dalam hitungan maju.

 Kecuali kegiatan awal, maka suatu kegiatan baru dapat dimulai bila

kegiatan yang mendahuluinya telah selesai.

Rumus :

EETj = EETi + L

 Bila suatu kegiatan memiliki dua atau lebih kegiatan menggabung,

maka EETj kegiatan tersebut adalah EETi yang terbesar dari kegiatan terdahulu.

b) Perhitungan mundur

Perhitungan mundur dimaksudkan untuk mengetahui waktu paling akhir kegiatan masih dapat dimulai dan mengakhiri masing-masing kegiatan. Hitungan mundur dimulai dari ujung kanan suatu jaringan kerja atau waktu akhir penyelesaian proyek. Aturan dalam hitungan mundur

 Bila hanya ada satu kegiatan yang keluar dari peristiwa, maka waktu

(21)

Rumus :

LETi = LETj – L

 Bila suatu kegiatan memiliki dua atau lebih yang mengikuti, maka

LETi kegiatan tersebut adalah sama dengan LETj kegiatan berikutnya yang terkecil.

4. Tenggang Waktu Kegiatan

Tenggang waktu kegiatan adalah jangka waktu yang merupakan ukuran batas toleransi keterlambatan kegiatan. Dengan ukuran ini dapat diketahui karakteristik pengaruh keterlambatan terhadap penyelenggaraan proyek dan terhadap pola kebutuhan sumber daya dan biaya.

a) Syarat menghitung tenggang waktu kegiatan adalah:

 Telah ada network diagram yang tepat yaitu terdiri dari kegiatan,

peristiwa, dan dummy (bila diperlukan) yang jumlahnya tepat, hubungan logika antar kegiatan memenuhi persyaratan, dan nomor-nomor peristiwanya memenuhi persyaratan.

 Lama kegiatan perkiraan masing-masing telah ditentukan.

 Telah dihitung EET dan LET semua peristiwa.

b) Float

(22)

sengaja / tidak sengaja, tetapi penundaan tersebut tidak menyebabkan proyek menjadi terlambat dalam penyelesainnya. Ada tiga macam bentuk tenggang waktu kegiatan yaitu :

Total Float (TF) : Pada penyusunan dan perencanaan jadwal proyek,

arti penting dari total Float adalah menunjukan jumlah waktu yang diperkenankan suatu kegiatan boleh ditunda tanpa mempengaruhi jadwal proyek secara keseluruhan.

Rumus :

TF = LETj - L – EETi

Free Float (FF) : adalah jangka waktu antara saat paling awal

peristiwa akhir (EETj) kegiatan yang bersangkutan dengan saat selesainya kegiatan yang bersangkutan, bila kegiatan tersebut dimulai pada saat paling awal (EETi).

Rumus :

FF = EETj - L – EETi

5. Limit jadwal kegiatan

a) Keadaan jadwal paling awal

(23)

bersangkutan. Keadaan ini selanjutnya disebut jadwal tipe I dan disebut juga hari mulai satu (HM1), dan hari penyelesaian kegiatan tersebut adalah hari selesai satu (HS1).

Rumus :

HM1 = EET1+1 HS1= EET1+L

b) Keadaan jadwal paling lambat

Merupakan keadaan pada saat pelaksanaan kegiatan dimulai dan diselesaikan selambat mungkin. Oleh karena itu kegiatan tersebut tidak boleh berlangsung melebihi saat paling lambatnya, agar proyek tidak mengalami keterlambatan. Hari mulai jadwal tipe II disebut hari mulai dua (HM2) dan hari penyelesaian disebut hari penyelesaian dua (HS2).

Rumus :

HM2 = LETj+L+1

HS2 = EETj

(Tubagus haedar ali, 1997, 111)

(24)

2.2.3 Metodologi CPM

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. (Arikunto, 2000:309). Untuk mempermudah analisis dalam penelitian ini maka diperlukan data-data yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan proyek pembangunan. Data-data tersebut antara lain : Rencana kerja dalam bentuk kurva S, Rencana Angaran Biaya (RAB), item pekerjaan dan volume pekerjaan beserta harga satuan pekerjaan, dan data lain yang berhubungan dengan permasalahan penelitian. Langkah-langkah analisis dengan metode CPM adalah sebagai berikut :

1) Pengumpulan data baik di lingkungan proyek maupun dari instansi terkait.

2) Menguraikan jenis kegiatan menjadi kegiatan atau kelompok kegiatan yang merupakan komponen proyek.

3) Menyusun hubungan ketergantungan antara kegiatan-kegiatan yang terlibat dalam pelaksanaan dan menjadikannya mata rantai dengan urutan yang sesuai dengan logika ketergantungan tersebut. Urutan ini dapat berbentuk seri atau paralel.

(25)

5) Menentukan kurun waktu bagi masing-masing kegiatan yang dihasilkan dari penguraian lingkup proyek. Umumnya satuan waktu yang digunakan adalah hari. Penentuan kurun waktu kegiatan tergantung dari volume pekerjaan, sumber daya, ruangan, dan produktifitas jam kerja perhari kerja.

6) Menentukan atau mengidentifikasi jalur kritis dan Float pada jaringan kerja.

7) Analisa waktu yang dilakukan yaitu dengan membuat tolak ukur waktu pada saat paling awal / EET dan pada saat paling lambat / LET.

8) Setelah diperoleh diagram network dengan tolak ukur yang menunjukan EET dan LET, maka kita dapat membandingkan antara perencanaan atau jadwal dari pihak kontraktor dengan hasil analisis ini.

9) Pengambilan kesimpulan dari hasil analisis yang dilakukan dan merupakan jawaban atas rumusan masalah.

2.2.4 Manfaat CPM

Menurut Badri (1997:24) manfaat yang diperoleh jika mengetahui lintasan kritis adalah sebagai berikut:

(26)

b) Proyek dapat dipercepat penyelesaiannya bila pekerjaan-pekerjaan yang ada dilintasan kritis dapat dipercepat.

c) Pengawasan atau kontrol hanya diperketat pada lintasan kritis saja, sehingga pekerjaan-pekerjaan dilintasan kritis perlu pengawasan ketat agar tidak tertunda dan kemungkinan di trade off (pertukaran waktu dengan biaya yang effisien) dan crash program (diselesaikan dengan waktu yang optimum dipercepat dengan biaya yang bertambah pula) atau dipersingkat waktunya dengan tambahan biaya atau lembur.

Time slack (kelonggaran waktu) terdapat pada pekerjaan-pekerjaan yang tidak dilalui oleh lintasan kritis. Ini memungkinkan bagi manajer untuk memindahkan tenaga kerja, alat-alat, dan biaya-biaya kepekerjan-pekerjaan dilintasan kritis demi efisiensi.

2.2.5 Kelebihan dan Kelemahan CPM

1. Kelebihan CPM

a. Menghemat waktu dan biaya proyek, b. Alat komunikasi yang efektif,

c. Sangat berguna untuk mengetahui pekerjaan mana yang bersifat kritis,

d. Dapat digunakan untuk menghitung toleransi keterlambatan suatu pekerjaan yang tidak bersifat kritis.

2. Kelemahan CPM

(27)

c. Penilaian interdependensi pekerjaan,

d. Pembuatan dan pembacaan jadwal yang jauh lebih sulit.

2.3 PERT

2.3.1 Pengertian PERT

PERT merupakan singkatan dari Program Evaluation and Review Technique (teknik menilai dan meninjau kembali program). Teknik PERT

adalah suatu metode yang bertujuan untuk sebanyak mungkin mengurangi adanya penundaan, maupun gangguan produksi, serta mengkoordinasikan berbagai bagian suatu pekerjaan secara menyeluruh dan mempercepat selesainya proyek (Levin, 1972).

Metode PERT tidak hanya memungkinkan pengguna untuk menghitung durasi proyek yang paling mungkin terjadi, namun juga memungkinkan pengguna untuk menghitung kemungkinan (probabilitas) proyek, atau sebagian proyek yang akan diselesaikan dalam jangka waktu tertentu.

Metode CPM, PDM dan PERT adalah metode deterministik, yang artinya semua nilai yang dihitung baik itu waktu kegiatan, durasi pekerjaan, dan lain-lain, semuanya ditentukan dari data yang digunakan.

(28)

asumsi yang akan mempermudah proses perhitungan. Dengan adanya nilai-nilai asumsi tersebut maka didapatkanlah nilai-nilai yang lebih akurat.

Metode PERT dikembangkan sebagai metode yang berorientasi pada kejadian. Secara teknis, waktu yang di taksir / perkirakan adalah waktu yang diperlukan suatu kejadian.

Metodologi PERT divisualisasikan dengan suatu grafik atau bagan yang melambangkan ilustrasi dari sebuah proyek. Diagram jaringan ini terdiri dari beberapa titik (nodes) yang merepresentasikan kejadian (event) atau suatu titik tempuh (milestone). Titik-titik tersebut dihubungkan oleh suatu vektor (garis yang memiliki arah) yang merepresentasikan suatu pekerjaan (task) dalam sebuah proyek. Arah dari vektor atau garis menunjukan suatu urutan pekerjaan.

Adapun langkah awal dalam melakukan perencanaan dengan menggunakan metode PERT ialah mengidentifikasi aktivitas (activity) dan titik tempuhnya (milestone), kemudian menetapkan urutan pengerjaan dari aktivitas-aktivitas yang telah direncanakan. Setelah urutan pekerjaan didapat langkah selanjutnya adalah memperkirakan waktu pengerjaannya, bisa dalam satuan hari, minggu atau bulan.

(29)

lambat. tm merupakan waktu yang paling memungkinkan untuk terjadi, artinya proyek berjalan pada kondisi yang wajar dimana beberapa kali dijumpai adanya kendala. Setelah perkiraan waktu pengerjaan didapat, ditetapkanlah suatu jalur kritis (critical path),

Suatu jalur kritis bisa didapatkan dengan menambah waktu suatu aktivitas pada tiap urutan pekerjaan dan menetapkan jalur terpanjang pada tiap proyek. Biasanya sebuah jalur kritis terdiri dari pekerjaan-pekerjaan yang tidak bisa ditunda waktu pengerjaannya.

Berdasarkan jalur kritis yang didapat dari Network Diagram, dapat ditentukan waktu tercepat yang diharapkan dan waktu terlama penyelesaian pekerjaan yang diperbolehkan.

2.3.2 Penentuan Urutan Pekerjaan

Perencanaan suatu proyek pelaksanaan terdiri dari tiga tahap,yaitu:

1. Membuat uraian-uraian kegiatan, menyusun logika urutan kejadian-kejadian, menentukan syarat-syarat pendahuluan, menguraikan interaksi dan interdependensi antara kegiatan-kegiatan.

2. Penaksiran waktu yang diperlukan untuk melaksanakan tiap kegiatan, menegaskan kapan suatu kegiatan berlangsung dan kapan berakhir. 3. Menetapkan alokasi biaya dan peralatan guna pelaksanaan tiap

(30)

Ada 3 hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan urutan pekerjaan suatu proyek konstruksi, yaitu : Predecessor adalah pekerjaan (aktivitas) sebelumnya atau yang pekerjaan yang mendahului pekerjaan yang bersangkutan. Successor / followers, adalah semua pekerjaan yang dilakukan setelah pekerjaan yang bersangkutan selesai. Dan Concurrent, adalah pekerjaan ataupun kegiatan-kegiatan yang dapat berlangsung dan dikerjakan bersamaan dengan pekerjaan yang bersangkutan.

2.3.3 Komponen-komponen PERT

Komponen-komponen dalam pembuatan PERT adalah :

a. Kegiatan (activity)

Suatu pekerjaan / tugas dimana penyelesaiannya memerlukan periode waktu, biaya, serta fasilitas tertentu. Kegiatan ini diberi simbol tanda panah. b. Peristiwa (event)

Menandai permulaan dan akhir suatu kegiatan. Peristiwa diberi simbol lingkaran (nodes) dan nomor, dimana nomor dimulai dari nomor kecil bagi peristiwa yang mendahuluinya.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan network PERT:

1) Sebelum suatu kegiatan dimulai, semua kegiatan yang mendahului harus sudah selesai dikerjakan.

2) Anak panah menunjukkan urutan dalam mengerjakan pekerjaan. 3) Nodes diberi nomor supaya tidak terjadi penomoran nodes yang

(31)

4) Dua buah peristiwa hanya bisa dihubungkan oleh satu kegiatan (anak panah).

5) Network hanya dimulai dari suatu kejadian awal yang sebelumnya tidak ada pekerjaan yang mendahului dan network diakhiri oleh satu kejadian saja.

Berikut adalah penjelasan network PERT melalui contoh gambar.

1) Sebuah kegiatan (activity) merupakan proses penyelesaian suatu pekerjaan selama waktu tertentu dan selalu diawali oleh node awal dan di akhiri oleh node akhir yaitu saat tertentu atau event yang menandai awal dan akhir suatu kegiatan.

Gambar 2.8 Notasi network PERT

2) Kegiatan B baru bias dimulai setelah kegiatan A selesai

Gambar 2.9 Hubungan kegiatan pada network PERT

1 2 3

B A

Node awal kegiatan Node akhir kegiatan

Kegiatan

(32)

3) Kegiatan C baru bisa mulai dikerjakan setelah kegiatan A dan B selesai.

Gambar 2.10 Hubungan kegiatan pada network PERT c. Waktu Kegiatan (activity time)

Activity time adalah kegiatan yang akan dilaksanakan dan berapa lama waktu penyelesaiannya. Ada 3 estimasi waktu yang digunakan dalam penyelesaian suatu kegiatan:

1) Waktu optimistik (ta), 2) Waktu realistik (tm), 3) Waktu pesimistik (tb).

d. Taksiran Waktu Penyelesaian Kegiatan

Ketiga estimasi waktu kemudian digunakan untuk mendapatkan waktu kegiatan yang diharapkan (expected time) dengan rumus:

6 4tm tb ta

te  

Untuk menghitung varians waktu penyelesaian kegiatan, maka dihitung dengan rumus:

1

C

B A

4

2

(33)

2

PERT menggunakan varians kegiatan jalur kritis untuk membantu menentukan varians proyek keseluruhan. Varians proyek dihitung dengan menjumlahkan varians kegiatan kritis :

kritis)

2.3.4 Metodologi PERT

(34)

a. Kegiatan pada titik (activity on node – AON)

Pada AON, titik menunjukkan kegiatan.

Gambar 2.11 Hubungan peristiwa dan kegiatan pada AON

b. Kegiatan pada panah (activity on arrow – AOA)

Pada AOA, panah menunjukkan aktivitas.

Gambar 2.12 Hubungan peristiwa dan kegiatan pada AOA

AOA kadang-kadang memerlukan tambahan kegiatan dummy untuk memperjelas hubungan. Kegiatan dummy adalah kegiatan yang sebenarnya tidak nyata, sehingga tidak membutuhkan waktu dan sumberdaya. Dummy digambarkan dengan garis putus-putus dan diperlukan bila terdapat lebih dari satu kegiatan yang mulai dan selesai pada event yang sama. Kegunaan dari kegiatan dummy (semu) yaitu:

a. Untuk menunjukkan urutan pekerjaan yang lebih tepat bila suatu kegiatan tidak secara langsung tergantung pada suatu kegiatan lain.

Keg.A Keg.B

(35)

b. Untuk menghindari network dimulai dan diakhiri oleh lebih dari satu peristiwa dan menghindari dua kejadian dihubungkan oleh lebih dari satu kegiatan.

2.3.5 Kelebihan dan kelemahan PERT

1) Kelebihan pada metode PERT

a. Berguna pada tingkat manajemen proyek. b. Secara matematis tidak terlalu rumit.

c. Menampilkan secara grafis menggunakan jaringan untuk menunjukkan hubungan antar kegiatan.

d. Dapat ditunjukkan jalur kritis, jalur yang tidak ada slack nya atau halangan.

e. Dapat memantau kemajuan proyek.

f. Dapat diketahui waktu seluruh proyek akan diselesaikan.

g. Mengetahui apa saja kegiatan kritis yaitu kegiatan yang akan menunda proyek jika terlambat dikerjakan.

h. Apa kegiatan non-kritis : kegiatan yang boleh dikerjakan terlambat.

i. Mengetahui probalilitas proyek selesai pada waktu tertentu. j. Mengetahui jumlah uang yang dibelanjakan sesuai rencana

sesuai dengan proyek tersebut.

(36)

2) Kelemahan PERT

a. Kegiatan proyek harus didefinisikan dengan jelas.

b. Hubungan antar kegiatan harus ditunjukkan dan dikaitkan. c. Perkiraan waktu cenderung subyektif oleh perancang PERT. d. Terlalu fokus pada jalur kritis, jalur yang terlama dan tanpa

hambatan.

2.3.6 Manfaat PERT

1) Mengetahui ketergantungan dan keterhubungan tiap pekerjaan dalam suatu proyek.

2) Dapat mengetahui implikasi dan waktu jika terjadi keterlambatan suatu pekerjaan.

3) Dapat mengetahui kemungkinan untuk mencari jalur alternatif lain yang lebih baik untuk kelancaran proyek.

4) Dapat mengetahui kemungkinan percepatan dari salah satu atau beberapa jalur kegiatan.

5) Dapat mengetahui batas waktu penyelesaian proyek.

2.4 PERBEDAAN CPM DAN PERT

(37)

Tabel 2.1 Perbedaan CPM dan PERT

No. PERT CPM

1.

Menggunakan tiga perkiraan waktu untuk setiap kegiatan. Yaitu, waktu tercepat,terlama dan terlayak/paling memungkinkan.

Hanya menggunakan satu perkiraan waktu yaitu waktu yang paling tepat dan layak untuk menyelesaikan suatu proyek,

2. Penekanan pada tepat waktu Penekanan pada tepat biaya

3.

Anak panah menunjukkan tata urutan (hubungan presidential)

Anak panah menunjukkan kegiatan

4.

Memusatkan perhatian pada penemuan waktu penyelesaian kegiatan yang bersifat probabilistic sehingga waktu penyelesaian proyek bisa dianalisis dengan menggunakan hukum-hukum statistik.

Memusatkan perhatian pada penemuan waktu percepatan suatu kegiatan dengan biaya minimum agar proyek bisa selesai dalam waktu tertentu.

5.

Digunakan pada proyek yang taksiran waktu kegiatannya tidak bisa dipastikan.

(38)

2.5 PERSAMAAN CPM DAN PERT

1) Menggunakan diagram anak panah untuk menggambarkan kegiatan, perencanaan, dan pengendalian proyek.

2) Mengenal istilah jalur kritis dan Float (slack).

3) Memerlukan prasyarat dalam melaksanakan kegiatan.

4) Mendeskripsikan aktifitas proyek dalam jaringan kerja dan mampu dilakukan berbagai analisis untuk pengambilan keputusan tentang waktu, biaya, serta penggunaan sumber daya.

2.6 REVIEW PENELITIAN TERDAHULU

1. Menurut Joakem Ndeo (2013) dalam “Analisi Durasi Proyek Jalan dengan Penggabungan Metode CPM dan PERT (Studi Kasus Pada Ruas Jalan Dalam Kota Lewoleba Kabupaten Lembata – Provinsi Nusa Tenggara Timur)”, pada perhitungan durasi proyek dengan menggunakan

penggabungan metode Critical Path Method (CPM) dan Program Evaluation and Review Technique (PERT), di dapat:

a. Paket I :Durasi tidak optimal, dari 175 HK naik menjadi 180 HK

b. Paket II : Durasi tidak optimal, dari 128 HK naik menjadi 135 HK

(39)

d. Paket IV : Durasi tidak optimal, dari 70 HK naik menjadi 99 HK

e. Paket V : Durasi tidak optimal, dari 68 HK naik menjadi 76 HK

f. Paket VI : Durasi tidak optimal, dari 64 HK naik menjadi 75 HK

g. Paket VII : Durasi tidak optimal, dari 60 HK naik menjadi 62 HK

h. Paket VIII : Durasi tidak optimal, dari 73 HK naik menjadi 106 HK

Dari 8 (delapan) paket proyek jalan dalam Kota Lewoleba yang diteliti didapat hanya 1 (satu) yaitu paket III yang durasinya paling optimal dan ada efisiensi cost.

2. Menurut Petrus Maranresy,Bonny F.Sompie, dan Pingkan Pratasis (2015) dalam “Sistem Pengendalian Waktu pada Pekerjaan Konstruksi Jalan Raya

dengan Menggunakan Metode CPM”, Berdasarkan hasil penelitian

terhadap 20 item pekerjaan konstruksi jalan raya di Kepulauan Tanimbar, Kabupaten Maluku Tenggara Barat dari Desa Arui Das sampai Desa Arma, tentang sistem pengendalian waktu pada pekerjaan konstruksi jalan raya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:

(40)

perkiraan proyek sebesar 178 hari dari umur rencana proyek yaitu 175 hari kerja.

b. Percepatan durasi pada pekerjaan Lapis Resap Pengikat Aspalt Cair dapat dipakai karena durasi percepatan (d’s) 7 hari yang

dibutuhkan lebih kecil atau sama dengan durasi rencana pekerjaan Lapis Resap Pengikat Aspalt Cair yaitu 7 hari, hal ini disebabkan karena Pekerjaan tersebut memiliki Total Float atau tenggang waktu 0.

c. Percepatan durasi pada pekerjaan Laston Lapis Pondasi (ARS-Base) dapat dipakai karena durasi percepatan (d’s) 34 hari yang

dibutuhkan lebih kecil dari durasi rencana pekerjaan Laston Lapis Pondasi (ARS-Base) yaitu 35 hari, hal ini disebabkan karena Pekerjaan tersebut memiliki Total Float atau tenggang waktu 0. d. Percepatan durasi pada pekerjaan Timbunan Pilihan dapat dipakai

karena durasi percepatan (d’s) 14 hari yang dibutuhkan lebih kecil

dari durasi rencana pekerjaan Timbunan Pilihan yaitu 14 hari, hal ini disebabkan karena Pekerjaan tersebut memiliki Float atau tenggang waktu 0.

3. Menurut Sugiyarto, Siti Qomariyah, dan Faizal hamzah (2013) dalam “Analisi Network Planning dengan CPM (Critical Path Method) dalam

(41)

biaya Rp. 979.239.000,- sedangkan perhitungan yang dilakukan oleh CV. Catur Tunggal membutuhkan waktu 150 hari dengan biaya Rp. 1.001.454.000,-. Berdasarkan metode CPM menghemat waktu penyelesaian proyek 15 hari (10%) dan biaya sebesar Rp. 22.215.000,-.

4. Menurut Dewi Taurusyanti, dan muh.Fikri Lesmana (2015) dalam “Optimalisasi Penjadwalan Proyek Jembatan Girder Guna Mencapai

Efektifitas Penyelesaian dengan Metode PERT dan CPM pada PT Buana Masa Metalindo”,

a) Peluang/probabilitas pencapaian target waktu penyelesaian proyek yang diharapkan yaitu, 35 hari adalah 99,98% dengan nilai Z atau peluang 3.653970257.

(42)

kenaikan biaya sebesar Rp5,915,000 atau 10,54% dari total biaya proyek normal. Total biaya proyek pada alternatif sub-kontrak terjadi kenaikan yang paling besar dibandingkan penambahan tenaga kerja ataupun jam lembur sebesar Rp12,385,000 atau 19,79 dari total biaya proyek normal.

c) Durasi dan biaya proyek optimal untuk menyelesaikan Proyek Jembatan Girder adalah dengan efektivitas waktu yang tercapai selama 35 hari dan biaya sebesar Rp48,650,000.00 dengan menggunakan alternatif penambahan tenaga kerja.

Tabel 2.2 Daftar referensi terdahulu

No. Judul

Penulis,

Tahun

No. ISSN Hasil Penelitian

(43)

No. Judul

Penulis,

Tahun

No. ISSN Hasil Penelitian

(44)

No. Judul

Penulis,

Tahun

No. ISSN Hasil Penelitian

10% yang besar uangnya sekitar Rp 8.500.000,- Perbandingan antara kondisi percepatan lebih besar keuntungannya

(45)

No. Judul

Penulis,

Tahun

No. ISSN Hasil Penelitian

5.

Dari hasil analisis didapat biaya optimum pada penambahan jam kerja untuk masing-masing kegiatan dengan biaya penambahan biaya sebesar Rp. 7.540.000,00 dan waktu pemendekan durasi pada lintasan kritis yaitu 16 hari, artinya saat durasi dipercepat akan ada biaya akibat pemendekan durasi tersebut.

(46)

No. Judul

Penulis,

Tahun

No. ISSN Hasil Penelitian

Berdasarkan metode CPM menghemat waktu penyelesaian proyek 15 hari (10%) dan biaya sebesar Rp. 22.215.000,-. pada pekerjaan Lapis Pondasi Agregat Kelas B tahap dua, sehingga total umur perkiraan proyek sebesar 178 hari dari umur rencana proyek yaitu 175

(47)

No. Judul

Penulis,

Tahun

No. ISSN Hasil Penelitian

Fasilitas Rumah Karyawan.

dilakukan oleh penulis selama 55 hari dengan total biaya Rp 277.619.172,71. probability of completion of

the project the week to 110

of the completion of this project suggests that the timing of the planning over

the target and the target does not match the optimal

execution time so that the time spent in completing the construction of Main

(48)

No. Judul

Penulis,

Tahun

No. ISSN Hasil Penelitian

10.

Optimalisasi Pelaksanaan Proyek Dengan Metode PERT dan CPM

Dannyanti Eka, 2010

Hasil penelitian menunjukkan durasi optimal proyek adalah 150 hari dengan biaya total proyek sebesar

Gambar

Gambar 2.1  Hubungan triple constrain
Gambar 2.2 Hubungan Biaya - Waktu Pada Keadaan Normal dan Crash
Gambar 2.3 Hubungan Kegiatan dalam CPM
Gambar 2.6 Hubungan LET Sebuah Kegiatan Keluar dari Satu Peristiwa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini adalah motivasi dan pelatihan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan dikarenakan adanya pemberian motivasi dan pelatihan

Berikut ini adalah perkembangan organisasi BKKBN sejak awal pembentukan hingga pada era baru (BKKBN, 2001: 3) diantaranya (1) Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN); (2)

Melihat banyaknya tantangan yang dihadapi oleh misionaris katolik pada saat awal penyebaran agama katolik di tanah batak maka dari pemasahan itu, maka penulis merasa tertarik

( Jakarta: PT.. dilakukan sendiri maupun lembaga. 2 Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan. Dari

Peraturan Gubernur No 174 tahun 2015 mengenai Bantuan Biaya Personal Pendidikan (BBPP) Bagi Peserta didik Dari Keluarga Tidak Mampu melalui program Kartu Jakarta

Bila dibandingkan dengan BI Rate yang mengalami penurunan, hal tersebut tidak sesuai karena bila BI Rate menurun seharusnya bank ikut menurunkan suku bunganya.Namun

Untuk mewujudkan hal tersebut di perlukan adanya orientasi bagi karyawan baru seluruh staf baik klinis maupun non klinis pada unit kerja atau unit

Hasil penelitian hubungan karakteristik dan motivasi pasien hipertensi terhadap kepatuhan dalam menjalani pengobatan di puskesmas talang kabupaten solok yang