• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Pendahuluan ANSIETAS Keperawatan Jiwa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Pendahuluan ANSIETAS Keperawatan Jiwa"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN KECEMASAN

A. Definisi

Kecemasan merupakan reaksi yang sering terjadi pada keadaan sakit, pengobatan, dan sistem perawatan kesehatan itu sendiri, bagi sebagian klien kecemasan merupakan saringan terhadap persepsi dan reaksi mereka, bagi sebagian lainnya kecemasan dapat menjadi bagian dari sakit yang dideritanya. ( Lynn S. Bickley 2009 )

Cemas (ansietas) adalah sebuah emosi dan penglaman subjektif dri seseorang. Pengertian lain cemas adalah suatu keadaan yang membuat seseorng tidak nyaman dan terbagi dalam beberapa tingkatan. Jdi, cemas berkaitan dengan persaan tiidak pasti dan tidak berdaya. (Kususmawati, 2010)

B. Etiologi

1. Faktor Predisposisi

Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa :

- Peristiwa Traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.

- Konflik Emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.

- Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.

- Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego.

(2)

- Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga. - Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respons

individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya. - Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang

mengandung benzodiazepin, karena benzodiazepine dapat menekan neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.

2. Faktor presipitasi

Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :

a. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik yang meliputi :

 Sumber Internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil).

 Sumber Eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.

b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal :  Sumber Internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di

rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.  Sumber Eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian,

perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

(3)

Rentang Respon Kecemasan (Stuart & Sundeen, 1990).

Kecemasan (ansietas) diklasifikasikan menjadi tiga tingkat, yaitu:

1. Kecemasan Ringan

Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar, bertindak, menyelesaikan masalah, merasakan, dan melindungi dirinya sendiri. Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan waspada.

2. Kecemasan Sedang

Ansietas sedang merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada sesuatu yang benar-benar berbeda, individu menjadi gugup atau agitasi. Misalnya, seorang wanita mengunjungi ibunya untuk pertama kali dalam beberapa bulan dan merasa bahwa ada sesuatu yang sangat berbeda. Ibunya mengatakan bahwa berat badannya turun banyak tanpa ia berupaya menurunkannya. Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun, individu lebih memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal yang lain.

3. Kecemasan Berat

(4)

freeze, yakni kebutuhan untuk pergi secepatnya, tetap ditempat dan berjuang, atau menjadi beku atau tidak dapat melakukan sesuatu.

4. Panik

Individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena kehilangan kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah. (Prabowo, 2014)

D. Rentang Respon

Menurut Videbeck (2008), respon dari setiap tingkat kecemasan adalah sebagai berikut:

Tingkat Kecemasa

n

Respon Fisik Respon Kognitif Respon Emosional

Ringan a) Ketegangan otot

ringan

b) Sadar akan lingkungan

c) Rileks atau sedikit gelisah

d) Penuh perhatian e) Rajin

a) Lapang persepsi luas b) Terlihat tenang, percaya

diri

c) Perasaan gagal sedikit

d) Waspada dan

memperhatikan banyak hal

e) Mempertimbangkan informasi

f) Tingkat pembelajaran optimal

a) Perilaku otomatis b) Sedikit tidak sadar c) Aktivitas mandiri d) Terstimulasi e) Tenang

Sedang a) Ketegangan otot

sedang

b) Tanda-tanda vital meningkat

c) Pupil dilatasi, mulai berkeringat

d) Sering mondar-mandir, memukul

a) Lapang persepsi menurun b) Tidak perhatian secara

selektif

c) Fokus terhadap stimulus meningkat

d) Rentang perhatian menurun

e) Penyelesaian masalah

a) Tidak nyaman b) Mudah

tersinggung

c) Kepercayaan diri goyah

(5)

tangan

e) Suara berubah: bergetr, nada suara tinggi

f) Kewaspadaan dan ketegangan

meningkat

g) Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung

menurun

f) Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan

Berat a) Ketegangan otot berat b) Hiperventilasi

c) Kontak mata buruk d) Pengeluaran keringat

meningkat

e) Bicara cepat, nada suara tinggi

f) Tindakan tanpa tujuan dan serampangan g) Rahang menegang,

mengertakan gigi h) Mondar-mandir,

berteriak

i) Meremas tangan, gemetar

a) Lapang persepsi terbatas b) Proses berpikir

terpecah-pecah

c) Sulit berpikir

d) Penyelesaian masalah buruk

e) Tidak mampu

mempertimbangkan informasi

f) Hanya memperhatikan ancaman

g) Preokupasi dengan pikiran sendiri

h) Egosentris

a) Sangat cemas b) Agitasi c) Takut d) Bingung e) Merasa tidak

adekuat f) Menarik diri g) Penyangkalan h) Ingin beban

Panik a) Fight, fight, atau

freeze

b) Ketegangan otot sangat berat

c) Agitasi motorik kasar d) Pupil dilatasi

a) Persepsi sangat sempit b) Pikiran tidak logis,

terganggu

c) Kepribadian kacau

d) Tidak dapat

menyelesaikan masalah

a) Merasa terbebani b) Merasa tidak

mampu, tidak berdaya

(6)

e) Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun

f) Tidak dapat tidur g) Hormon stress dan

neurotransmitter berkurang

h) Wajah menyeringai, mulut ternganga

e) Fokus pada pikiran sendiri f) Tidak rasional

g) Sulit memahami stimulus eksternal

h) Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi

asa

e) Marah, sangat takut

f) Mengharapkan hasil yang buruk g) Kaget, takut, lelah

E. Proses Terjadinya Masalah a. Faktor Predisposisi

Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa:

1. Peristiwa traumatik, yang daapt memicu terjadinya kecemasan berkitan dengan krisis yang dilami individu baik krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan maupun situasional

2. Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.

3. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.

4. Frusatasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego.

5. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.

(7)

7. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.

8. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang mengandung benzodiazepin, karena benzodiazepin dapat menekan neurotransmitter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.

b. Faktor Presipitasi

Stressor presipitas adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor presipitasi dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:

1. Ancaman terhadap integritas fisik, meliputi:

a) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya: hamil)

b) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.

2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal a) Sumber internal, kesulitan dalam hubungann interpersonal di rumah

dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri. b) Sumber eksternal, kehilangan orang yang dicintai, perceraian,

perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

F. Manifestasi Klinik 1. Respon Fisik

a. Kardiovaskular

Palpitasi, Jantung Bedebar, Tekanan Darah Meninggi, Denyut Nadi Cepat b. Pernafasan

(8)

c. Neuromuskular

Refleks Meningkat, Insomnia, Tremor, Gelisah, Wajah Tegang, Kelemahan Umum, Kaki Goyah, Gerakan Yang Janggal

d. Gastrointestinal

Anoreksia, Diare/Konstipasi, Mual, Rasa Tidak Nyaman Pada Abdomen e. Traktur Urinarius

Sering Berkemih Dan Tidak Dapat Menahan Kencing f. Kulit

Wajah Kemerahan, Berkeringat, Gatal, Rasa Panas Pada Kulit 2. Respons Kognitif

Lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima rangsang luar, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya

3. Respons Perilaku

Gerakan tersentak-sentak, bicara berlebihan dan cepat, perasaan tidak aman 4. Respons Emosi

Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup, sukacita berlebihan, ketidakberdayaan meningkat secara menetap, ketidakpastian, kekhawatiran meningkat, fokus pada diri sendiri, perasaan tidak adekuat, ketakutan, distressed, khawatir, prihatin

G. Mekanisme Koping

Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi merupakan faktor utama yang membuat pasien berperilaku patologis atau tidak. Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat, dan panik membutuhkan banyak energi. Menurut Suliswati (2005), mekanisme koping yang dapat dilakukan ada dua jenis, yaitu:

a. Task Oriented Reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas. Tujuan yang ingin dicapai dengan melakukan koping ini dalah individu mencoba menghadapi kenyataan tuntutan stress dengan menilai secara objektif ditujukan untuk mengatasi masalah, memulihkan konflik dan memenuhi kebutuhan.

1) Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan

(9)

3) Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang mengoperasikan, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan personal seseorang.

b. Ego Oriented Reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Koping ini tidak selalu sukses dalam mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali digunakan untuk melindungi diri, sehingga disebut mekanisme pertahanan ego diri biasanya mekanisme ini tidak membantu untuk mengatasi masalah secara realita. Untuk menili penggunaan mekanisme pertahanan individu apakah adaptif atau tidak adaptif, perlu dievalusi hal-hal berikut:

1. Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme pertahanan pasien

2. Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri tersebut apa pengaruhnya terhadap disorganisasi kepribadian

3. Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap kemajuan kesehatan pasien

4. Alasan pasien menggunakan mekanisme pertahanan.

H. Penatalaksanaan

Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya seperti pada uraian berikut :

1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :  Makan makanan yang berigizi dan seimbang

 Tidur yang cukup  Olahraga yang teratur

 Tidak merokok dan tidak minum minuman keras 2. Terapi psikofarmaka

Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.

3. Terapi Somatik

(10)

keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.

4. Psikoterapi

Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain - Psikoterapi Suportif

- Psikoterapi Re-Edukatif - Psikoterapi Re-Konstruktif

- Psikoterapi Kognitif Psikoterapi Psikodinamik - Psikoterapi Keluarga

5. Terapi Psikoreligius

Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial.

I. Pohon Masalah

Kerusakan Interaksi Sosial

Gangguan Suasana Perasaan : Cemas

Koping Individu Inefektif

J. Diagnosa Keperawatan

a. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan cemas

b. Gangguan alam perasaan: cemas berhubungan dengan koping individu inefektif

K. Rencana Asuhan Keperawatan

Tujuan Intervensi

Tujuan umum :

Cemas berkurang atau hilang Tujuan khusus:

TUK 1 : Pasien dapat menjalin dan

1. Jadilah pendengar yang hangat dan responsif

2. Beri waktu yang cukup pada pasien Effect

Core Problem

(11)

membina hubungan saing percaya unuk berespon

3. Beri dukungan pada pasien untuk mengekspresikan perasaannya 4. Identifikasi pola perilaku pasien atau

pendekatan yang dapat menimbulkan perasaan negatif 5. Bersama pasien mengenali perilaku

dan respon sehingga cepat belajar dan berkembang

TUK 2 : Pasien dapat mengenali ansietasnya

1. Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya

2. Hubungkan perilaku dan perasaannya

3. Validasi kesimpulan dan asumsi terhadapa pasien

4. Gunakan pertanyaan terbuka untuk mengalihkan dari topik yang mengancam ke hal yang berkaitan dengan konflik

5. Gunakan konsultasi untuk membantu pasien mengungkapkan perasaannya TUK 3 : Pasien dapat memperluas

kesadarannya terhadap perkembangan asietas

1. Bantu pasien menjelaskan situasi dan interaksi yag dapat segera menimbulkan ansietas

2. Bersama pasien meninjau kembali penilaian pasien terhadap stressor yang drasakan mengacam dan menimbulkan konflik

3. Kaitkan pengalaman yang baru terjadi dengan pengalaman masa lalu yang relevan

TUK 4 : Pasien dapat menggunakan mekanisme koping yang adaptif

(12)

2. Tunjukkan akibat mal adaptif dan destruktif dari respon koping yang digunakan

3. Dorong pasien utnuk menggunakan respon koping adaptif yang dimilikinya

4. Bantu pasien untuk menyusun kembali tujuan hidup, memodifikasi tujuan menggunakan sumber dan koping yang baru

5. Latih pasien dengan menggunakan ansietas sedang

6. Beri aktivitas fisik untuk menyalurkan energinya

7. Libatkan pihak yang berkepentingan sebagai suber dan dukungan sosial dalam membantu pasien menggunakan koping adaptif yang baru

TUK 5 : Pasien dapat menggunakan teknik relaksasi

1. Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa percaya diri

2. Dorong pasien untuk menggunakan relaksasi dalam menurunkan tingkat ansietas

TUK 6 : Pasien dapat menggunakan teknik distraksi

1. Ajarkan pasien teknik distraksi untuk meningkatkan kontrol dan rasa percaya diri

2. Dorong pasien untuk menggunakan teknik distraksi dalam menurunkan tingkat kecemasan

TUK 7 : Pasien dapat menggunakan teknik relaksasi hipnotis 5 jari

(13)

kontrol dan rasa percaya diri

2. Dorong pasien untuk menggunakan relaksasi hipnotis 5 jari dalam menurunkan tingkat kecemasan

Daftar Pustaka

Referensi

Dokumen terkait

Anak mulai mengembangkan dirinya sebagai individu yang mandiri, mulai mengenal lingkungannya lebih luas, anak mulai membina hubungan dengan teman-temannya. Konflik terjadi

Ketidaknyamanan atau distress abdomen bagian atas yang berhubungan dengan makanan yang merupakan keluhan utama dari pasien dengan disfungsi gastrointestinal. Dasar

Insidensinya meningkat sesuai dengan usia (kebanyakan pada pasien yang berusia lebih dari 55 tahun) dan makin tinggi pada individu dengan riwayat keluarga yang mengalami kanker

Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah yang timbul pada pasien gangguan jiwa dimana seseorang yang mengalami kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan