• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Jiwa pada Pasien Ansietas

N/A
N/A
Yunik Yunita

Academic year: 2024

Membagikan "Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Jiwa pada Pasien Ansietas"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA

PASIEN DENGAN MASALAH PSIKOSOSIAL ANSIETAS

Oleh:

NI KD. YUNITA NIM: 239013097

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIRA MEDIKA BALI DENPASAR

2024

(2)

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ANSIETAS

I. Konsep Ansietas A. Pengertian

Ansietas berbeda dengan rasa takut. Ansietas adalah respons emosional terhadap penilaian intelektual terhadap bahaya (Stuart, 2013). Ansietas adalah kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman (PPNI, 2016).

B. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala ansietas menurut PPNI (2016) yaitu:

1. Gejala dan tanda mayor ansietas a. Merasa bingung

b. Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi c. Sulit berkonsentrasi

d. Tampak gelisah e. Tampak tegang f. Sulit tidur

2. Gejala dan tanda minor ansietas a. Mengeluh pusing

b. Anoreksia c. Palpitasi

d. Merasa tidak berdaya

e. Frekuensi napas meningkat f. Frekuensi nadi meningkat g. Tekanan darah meningkat h. Diaphoresis

i. Tremor

j. Muka tampak pucat k. Suara bergetar

(3)

l. Kontak mata buruk m. Sering berkemih

n. Berorientasi pada masa lalu II. Proses Terjadinya Masalah

Menurut Stuart & Sundeen (2013) ansietas terjadi disebabkan oleh:

A. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi adalah faktor yang mempermudah dan mendasari untuk terjadinya perilaku tertentu. Faktor predisposisi terjadinya ansietas diantaranya:

1. Dalam pandangan psikoanalitis

Ansietas terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu id dan superego. Id mewakili dorongan instring dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya. Ego atau Aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi ansietas adalah meningkatkan ego bahwa ada bahaya.

2. Menurut pandangan interpersonal

Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami ansietas yang berat.

3. Menurut pandangan perilaku

Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ahli teori pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa sejak kecil dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya.

4. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas biasanya terjadi dalam keluarga. Gangguan ansietas juga tumpang tindih antara gangguan ansietas dengan depresi.

5. Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam

(4)

gama-aminobutirat (GABA) yang berperan dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan ansietas.

B. Faktor Presipitasi

Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal. Stresor pencetus dapat dikelompokkan dalam dua kategori :

1. Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologis yang akan terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.

2. Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi pada individu.

C. Mekanisme Koping

Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping yaitu sebagai berikut (AH.Yusuf, 2015) :

1. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi stress, misalnya perilaku menyerang untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan.

Menarik diri untuk memindahkan dari sumber stres. Kompromi untuk mengganti tujuan atau mengorbankan kebutuhan personal.

2. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang, tetapi berlangsung tidak sadar, melibatkan penipuan diri, distorsi, dan bersifat meladaptif D. Rentang respon

Menurut Stuart & Sundeen (2013) rentang respon tingkat kecemasan diidentifikasi menjadi beberapa bagian :

Respons adaptif :

Hasil yang positif akan didapatkan jika individu dapat menerima dan mengatur kecemasan. Kecemasan dapat menjadi suatu tantangan, motivasi yang kuat untuk

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Rentang respon Ansietas

(5)

menyelesaikan masalah dan merupakan sarana untuk mendapatkan penghargaan yang tinggi. Strategi adaptif biasanya digunakan seseorang untuk mengatur kecemasan antara lain dengan berbicara kepada orang lain, menangis, tidur, latihan, dan menggunakan teknik relaksasi.

Respons maladaptif :

Ketika kecemasan tidak dapat diatur, individu menggunakan mekanisme koping yang disfungsi dan tidak berkesinambungan dengan yang lainnya. Koping maladaptif mempunyai banyak jenis termasuk perilaku agresif, bicara tidak jelas isolasi diri, banyak Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik RENTANG RESPONS ANSIETAS Respons adaptif Respons maladaptif Gambar 1. Rentang Respons Ansietas Sumber:

Stuart 2016 15 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta makan, konsumsi alkohol, berjudi, dan penyalahgunaan obat terlarang.

E. Fase-Fase Kecemasan

Kecemasan terdiri dari beberapa fase (Nursalam, 2008):

1. Fase protes (Phase of protest)

Tahap ini di manifestasikan dengan menangis kuat, menjerit,dan memanggil ibunya atau menggunakan tingkah laku agresif, seperti menendang, mengigit, memukul, mencubit, mencoba untuk membuat orang tuanya tetap tinggal dan menolak perhatian orang lain. Perilaku protes tersebut terus berlanjut dan hanya akan berhenti bila merasa kelelahan. Pendekatan dengan orang asing yang tergesa- gesa akan meningkatkan protes.

2. Fase putus Asa (phase of despair)

Pada tahap ini pasien tampak tegang, tensinya berkurang, tidak aktif, kurang berminat untuk melakukan sesuatu, tidak ada nafsu makan, menarik diri, tidak mau berkomunikasi, sedih, apatis dan regresi.

3. Fase Menolak (phase of Denial)

Pada tahap ini akan samar-samar menerima, mulai tertarik pada apa yang ada sekitarnya, dan membina hubungan dangkal dangan orang lain.

F. Klasifikasi jenis dan sifat masalah

Stuart & Sundeen (2013) mengidentifikasi tingkat kecemasan dapat dibagi menjadi:

1. Ansietas ringan

(6)

Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari- hari, ansietas ini menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkat lapang persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

2. Ansietas sedang

Ansietas sedang memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Ansietas ini mempersempit perhatian lapang persepsi individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya.

3. Ansietas berat

Ansietas berat sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.

4. Tingkat panik

Tingkat panik dari ansietas berhubungan dengan ketakutan, dan terror. Hal ini rinci terpecah dari porsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, perepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan, jika berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan kematian.

G. Menentukan Tingkat Kecemasan

Skala HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) yang dikutip Nursalam (2003) penilaian kecemasan terdiri dan 14 item, meliputi:

1. Perasaan Cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung.

2. Ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu.

3. Ketakutan: takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri dan takut pada binatang besar.

(7)

4. Gangguan tidur: sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak pulas dan mimpi buruk.

5. Gangguan kecerdasan: penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit konsentrasi.

6. Perasaan depresi: hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.

7. Gejala somatik: nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil dan kedutan otot.

8. Gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah dan pucat serta merasa lemah.

9. Gejala kardiovaskuler: takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras dan detak jantung hilang sekejap.

10. Gejala pernapasan: rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik napas panjang dan merasa napas pendek.

11. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di perut.

12. Gejala urogenital: sering kencing, tidak dapat menahan kencing, aminorea, ereksi lemah atau impotensi.

13. Gejala vegetatif: mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma berdiri, pusing atau sakit kepala.

14. Perilaku sewaktu wawancara: gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek dan cepat.

Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori:

0 = tidak ada gejala sama sekali 1 = Satu dari gejala yang ada

2 = Sedang/ separuh dari gejala yang ada 3 = berat/lebih dari ½ gejala yang ada 4 = sangat berat semua gejala ada

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1-14 dengan hasil:

Skor kurang dari 6 = tidak ada kecemasan.

Skor 7 – 14 = kecemasan ringan.

(8)

Skor 15 – 27 = kecemasan sedang.

Skor lebih dari 27 = kecemasan berat

III. Pohon Masalah dan Masalah Keperawatan Yang Perlu Di Kaji

Effect

Core problem

Causa

Data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stress, sumber koping, dan kemampuan koping yang dimiliki pasien. Menurut Damaiyanti & Iskandar (2014), pengkajian meliputi :

1. Identitas

Identitas pasien ditulis dengan identitas lengkap seperti nama, usia, jenis kelamin, nomor rekam medis, dan diagnosa medis. Hal ini dapat dilihat pada Rekam Medik atau wawancara langsung bila memungkinkan.

2. Alasan Masuk

Alasan dirawat meliputi : keluhan utama dan riwayat penyakit. Keluhan utama berisi tentang sebab pasien atau keluarga datang kerumah sakit dan keluhan pasien saat pengkajian.

3. Faktor Predisposisi dan Presipitasi

Pada riwayat penyakit terdapat faktor predisposisi dan faktor presipitasi. Pada faktor predisposisi meliputi faktor yang mempengaruhi jenis dan sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress (faktor pencetus atau faktor penyebab utama timbulnya gangguan jiwa). Pada faktor ini yang dibahas adalah menanyakan

Harga diri rendah

Ansietas

Koping individu tidak efektif

Penyakit kronis

(9)

apakah ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil pengobatan sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan kriminal.

Menanyakan kepada pasien dan keluarga apakah ada yang mengalami gangguan jiwa dan menanyakan kepada pasien tentang pengalaman yang tidak menyenangkan.Sedangkan faktor presipitasi yaitu faktor yang mencangkup stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman atau tuntutan dan memerlukan energy ekstra untuk mengatasinya (faktor yang memperparah atau memberat terjadinya gangguan jiwa).

4. Fisik

Memeriksa tanda-tanda vital signs, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan apakah ada keluhan fisik yang dirasakan pasien.

5. Psikososial a. Genogram

Genogram dapat dikaji melalui tiga tahap yaitu sebagai berikut : 1) Kajian Adopsi

Kajian ini membandingkan sifat antara anggota keluarga satu keturunan dengan keluarga adopsi.

2) Kajian kembar

Kajian kembar disini membandingkan sifat antara anggota keluarga yang kembar identik.

3) Kajian keluarga

Kajian keluarga ini membandingkan apakah suatu sifat banyak kesamaan antara keluarga dengan keluarga yang lain.

b. Konsep Diri

Konsep diri adalah semua tentang jenis pikiran, kepercayaan atau keyakinan yang membuat seseorang individu mengetahui tentang dirinya dan dapat mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Konsep diri ini terdiri atas beberapa komponen yaitu sebagai berikut :

1) Citra tubuh

(10)

Tanyakan persepsi yang dirasakan pasien pada tubuhnya, bagian tubuh yang paling disukai dan bagaimana reaksi pasien terhadap bagian tubuh yang paling tidak disukai dan bagian yang paling di sukai.

2) Identitas diri

Status dan posisi pasien sebelum pasien dirawat, kepuasan pasien terhadap status dan posisinya, kepuasaan pasien sebagai laki-laki atau perempuan, keunikan yang dimiliki sesuai dengan jenis kelamin dan posisinya.

3) Peran diri

Tugas atau peran pasien dalam keluarga, pekerjaan atau kelompok masyarakat, kemampuan pasien dalam melaksanakan fungsi atau perannya, perubahan pasien akibat perubahan tersebut.

4) Ideal diri

Harapan pasien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan pasien terhadap lingkungan, harapan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan harapan.

5) Harga diri

Hubungan pasien dengan orang lain sesuai dengan kondisi, dampak pada pasien dalam berhubungan dengan orang lain, harapan, identitas diri tidak sesuai harapan, fungsi peran tidak sesuai harapan, ideal diri tidak sesuai harapan, penilaian pasien terhadap pandangan/penghargan orang lain.

c. Hubungan Sosial

Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup pasien, tanyakan upaya yang biasa dilakukan bila ada masalah, tanyakan kelompok apa saja yang diikuti dalam masyarakat, keterlibatan atau peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat, hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, minat dalam berinteraksi dengan orang lain.

d. Spiritual

Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah atau menjalankan keyakinan, kepuasan dalam menjalankan keyakinan.

(11)

6. Status mental

Pengkajian pada aspek status mental dapat dilakukan pada penampilan, pembicaraan, aktivitas motorik , afek emosi, yang akan diuraikan secara singkat sebagai berikut :

a. Penampilan

Melihat penampilan pasien dari ujung rambut sampai ujung kaki apakah ada yang tidak rapi, penggunaan pakaian yang tidak sesuai, cara berpakaian, dampak ketidakmampuan berpenampilan baik atau berpakaian terhadap status psikologis pasien.

b. Pembicaraan

Cara berbicara digambarkan dalam frekuensi (kecepatan, cepat atau lambat), volume (keras atau lembut), jumlah (sedikit membisu atau ditekan) dan karakternya (gugup, kata-kata bersambung).

c. Aktivitas motorik

Lesu, tegang, gelisah, agitasi (gerakan motorik yang menunjukan kegelisahan), Tik (gerakan-gerakan kecil otot muka yang tidak terkontrol), Grimasem (gerakan otot muka yang berubah-ubah yang tidak terkontrol pasien), Tremor (jari-jari yang bergetar ketika pasien menjulurkan tangan dan merentangkan jari-jari), Kompulsif (kegiatan yang di lakukan berulang-ulang).

d. Alam perasaan

Sedih, putus asa, gembira yang berlebihan, ketakutan (objek yang ditakuti sudah jelas), dan khawatir (objeknya belum jelas).

e. Afek dan emosi

Datar (tidak ada perubahan pada roman muka atau wajah pada saat ada stimulus yang menyenangkan atau menyedihkan), tumpul (hanya bisa bereaksi bila ada stimulus emosi yang sangat kuat dari stimulus), labil (emosi pasien cepat berubah- ubah), tidak sesuai (emosi yang bertentangan atau berlawanan dengan stimulus yang ada).

f. Interaksi selama wawancara

(12)

Keadaan yang dapat ditampilkan saat pasien di wawancara seperti bermusuhan (kata-kata atau pandangan yang tidak bersahabat atau tidak marah), tidak kooperatif (tidak dapat atau tidak mau menjawab pertanyaan yang diberikan oleh pewawancara secara spontan), mudah tersinggung, kotak mata kurang (tidak mau menatap lawan bicara), detensif (selalu berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya) atau curiga (menunjukan sikap atau perasaan tidak percaya pada orang lain).

g. Persepsi-sensorik

Persepsi merupakan suatu daya ingat pada pasien dalam mengenal barang, kualitas dan kuantitas, hubungan dengan orang lain, perbedaan sesuatu, hal tersebut melalui proses mengamati atau mengetahui serta mengartikannya setelah panca indra mendapatkan suatu rangsangan dari luar.

h. Proses pikir

Sirkumtansial (pembicaraan yang berbelit-belit tetapi sampai pada tujuan yang ingin dicapai), Tangensial (pembicaraan yang berbelit-belit tetapi tidak sampai pada tujuan yang dicapai), kehilangan asosiasi (pembicaraan yang tidak ada hubungan antara satu kalimat dengan kalimat yang lainnya), flight of ideas (pembicaraan yang meloncat dari satu topik ke topik yang lainnya), bloking (pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan dari luar kemudian dilanjutkan kembali), perseferasi (kata- kata yang diulang berkali-kali), perbigerasi (kalimat yang diulang berkali-kali).

i. Isi pikir

Obsesi (pikiran yang selalu muncul walaupun pasien berusaha menghilangkannya), phobia (ketakutan yang patologis atau tidak logis terhadap suatu objek maupun situasi pada yang ditertentu), hipokondria (keyakinan pasien terhadap adanya gangguan organ tubuh yang sebenarnya tidak ada), depersonalisasi (perasaan dimana pasien merasa asing terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungannya), Ide yang terkait (keyakinan yang dirasakan pasien terhadap kejadian yang terjadi dilingkungan sekitarnya yang terkait pada dirinya), pikiran magis (keyakinan yang dirasakan pasien terhadap kemampuan dalam melakukan hal-hal yang mustahil atau diluar kemampuannya).

j. Tingkat kesadaran

(13)

Kesadaran yang baik biasanya dimanifestasikan dengan orientasi yang baik pula dalam hal waktu, tempat, orang dan lingkungan sekitarnya.

k. Memori daya ingat

Daya ingat pasien atau kemampuan meningkatkan hal-hal yang telah terjadi seperti gangguan mengingat jangka panjang (tidak dapat mengingat kejadian lebih dari 1 bulan), gangguan mengingat jangka pendek (tidak dapat mengingat kejadian dalam minggu terakhir), gangguan mengingat saat ini (tidak dapat mengingat kejadian yang baru saja terjadi) dan apakah ada gangguan pada daya ingat. Gangguan ini dapat terjadi pada salah satu diantara komponen daya ingat yaitu meliputi pencatatan atau registrasi, penahanan atau retensi atau memanggil kembali.

l. Tingkat kosentrasi

Mudah beralih (perhatian mudah berganti dari satu objek ke objek yang lainnya), tidak mampu berkosentrasi (pasien selalu minta agar pertanyaan diulang karena tidak menangkap apa yang ditanyakan atau tidak dapat menjelaskan kembali pembicaraan, tidak mampu berhitung (tidak dapat melakukan penambahan atau pengurangan pada benda-banda yang nyata).

7. Kebutuhan Persiapan Pulang

Khusus data-data ini harus dikaji untuk mengetahui masalah yang mungkin akan terjadi atau yang akan dihadapi pasien, keluarga maupun masyarakat disekitarnya pada saat pasien pulang atau setelah pasien pulang dari rumah sakit dan pasien berada dirumahnya, ditengah keluarga atau masyarakat.

a. Makan

Tanyakan pada pasien frekuensi, jumlah, variasi, macam dan cara makan, observasi kemampuan pasien menyiapkan dan membersihkan alat makan.

b. Buang Air Besar Dan Buang Air Kecil

Observasi kemampuan pasien untuk Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK), pergi menggunakan toilet atau membersihkan toilet.

c. Mandi

Observasi dan tanyakan pada pasien tentang frekuensi, cara mandi, cuci rambut, menyikat gigi, gunting kuku, serta observasi kebersihan tubuh pasien dan bau badan pasien.

(14)

d. Berpakain

Observasi tentang kemampuan pasien dalam mengambil, memilih baju serta mengenakan pakaian dan observasi penampilan pasien atau dandanan pasien.

e. Istirahat tidur

Observasi dan tanyakan lama dan waktu tidur siang atau malam, persiapan sebelum tidur dan aktivitas sesudah tidur.

f. Penggunaan obat

Observasi penggunaan obat, frekuensi, jenis, dosis, waktu, dan cara pemberian.

8. Mekanisme Koping

Dalam mekanisme koping yang akan dibahas adalah menggunakan cara-cara yang adaptif meliputi bicara dengan orang lain, mampu menyelesaikan masalah, teknik relaksasi, aktivitas konstruktif, olahraga maupun menggunakan cara-cara maladaptif seperti minum alkohol, reaksi lambat atau berlebihan dan berusaha mencederai diri atau lainnya.

9. Masalah psikososial dan lingkungan

Masalah yang berkaitan dengan psikososial dan lingkungan dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Masalah berhubungan dengan dukungan sosial b. Masalah berhubungan dengan lingkungan sosial c. Masalah berhubungan dengan pendidikan d. Masalah berhubungan dengan pekerjaan e. Masalah berhubungan dengan perumahan f. Masalah berhubungan dengan ekonomi

g. Masalah berhubungan dengan pelayanan kesehatan h. Masalah berhubungan dengan sistem hukum dan criminal 10. Pengetahuan

Bagaimana pengetahuan pasien atau keluarga saat ini mengenai penyakit atau gangguan jiwa.

11. Aspek Medik

Jelaskan aspek medis pasien (data dapat dilihat dari rekam medis) tentang diagnosa medis dan terapi mediknya selama dirawat terutama saat ini.

(15)

IV. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau proeses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung actual maupun pontensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (PPNI, 2016).

Diagnosa utama: Ansietas

(16)

V. Rencana Tindakan Keperawatan Diagnosa

Keperawatan Perencanaan Intervensi Rasional

Tujuan Kriteria Evaluasi Ansietas TUM :

Pasien dapat menurunkan dan

mengontrol ansietas TUK 1:

Pasien dapat menjalin dan membina hubungan saling percaya

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .. x ..

dalam 1x pertemuan diharapkan pasien dapat menjalin hubungan saling percaya dengan perawat dengan kriteria hasil:

- Menjawab salam - Mau berjabat tangan - Mau menyebutkan nama - Wajah tenang dan

tersenyum dengan

perawat

- Ada kontak mata

1 Sapa pasien dengan ramah, baik verbal maupun non verbal sambil berjabat tangan

2 Perkenalkan diri dengan sopan

3 Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien

4 Jelaskan tujuan pertemuan

5 Tunjukkan sikap empati dan menerima pasien apa adanya

Hubungan saling percaya

merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksi selanjutnya

TUK 2 : Pasien mampu mengenal ansietas

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .. x ..

dalam 1x pertemuan diharapkan pasien dapat mengenal ansietas dengan kriteria hasil:

- mampu mengidentifikasi

1 Bantu pasien mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya

2 Bantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan ansietas bagi dirinya 3 Bantu pasien mengenal penyebab

ansietas

4 Bantu pasien menyadari perilaku akibat

Untuk mengadopsi respons koping yang baru, pasien pertama kali harus menyadari

perasaan dan mengatasi

(17)

dan menguraikan perasaannya

- mampu menjelaskan

situasi yang

menimbulkan ansietas

- mampu mengenal

penyebab ansietas

- menyadari perilaku akibat ansietas

ansietas

5 Dukungan keluarga dan teman dekat dapat memperkuat mekanisme koping pasien sehinggatingkat ansietasnya berkurang

penyangkalan dan resistens yang disadari atau tidak disadari

TUK 3 : Pasien mampu mengatasi ansietas

dengan teknik relaksasi dan hipnosis lima jari

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .. x ..

dalam 2x pertemuan diharapkan pasien dapat mengatasi ansietas dengan teknik relaksasi dengan kriteria hasil:

- Pasien tahu teknik relaksasi otot progresif dan nafas dalam serta hipnosis lima jari Pasien mau mengikuti latihan teknik relaksasi otot progresif dan nafas dalam - Pasien dapat mengurangi ansietas dengan teknik relaksasi

1 Identifikasi tempat yang tenang dan nyaman

2 Monitor secara berkala untuk memastikan otot relaks

3 Monitor adanya indikator tidak relaks 4 Atur lingkungan agar tidak ada

gangguan saat terapi

5 Berikan posisi bersandar pada kursi atau posisi lainnya yang nyaman

6 Beri waktu mengungkapkan perasaan tentang terapi

7 Anjurkan memakai pakaian yang nyaman dan longgar

8 Anjurkan melakukan relaksasi otot rahang

9 Anjurkan menegangkan otot selama 5- 10 detik kemudian merilekskan otot 20- 30 detik, masing-masing 8-16 kali 10 Anjurkan menegangkan otot kaki

selama 5 detik untuk menghindari kram 11 Anjurkan untuk focus pada sensasi otot

menegang

12 Anjurkan fokus pada sensasi otot relaks 13 Anjurkan pernafasan dalam dan

Pasien dapat mengatasi stres dengan mengatur distres emosional yang menyertainya melalui

pengguanaan teknik pelaksanaan stres.

Tekhnik relaksasi otot progresif dan nafas dalam serta hipnosis lima jari dapat menurunkan ketegangan dan menurunkn

ansietas

Melatih untuk selalu mengontrol ansietas

(18)

perlahan serta melakukan hipnosis lima jari

TUK 4 : Pasien mampu memperagakan dan

menggunakan teknik

relaksasi serta hipnosis lima jari untuk mengatasi

ansietas

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .. x ..

dalam 2x pertemuan diharapkan pasien bisa

memperagakan dan

menggunakan teknik relaksasi dan hipnosis lima jari dengan kriteria hasil:

- Pasien mampu

memperagakan teknik relaksasi otot progresif dan nafas dalam serta hipnosis lima jari

- Pasien melakukan teknik relaksasi otot progresif dan nafas dalam serta hipnosis lima jari

untuk mengurangi cemas

1 Beri kesempatan kepada pasien untuk memperagakan teknik relaksasi otot progresif dan nafas dalam serta hipnosis lima jari secara mandiri

2 Beri pujian atas keberhasilan pasien untuk melakukan teknik relaksasi 3 Anjurkan pasien untuk dapat

melakukan teknik relaksasi serta hipnosis lima jari bila timbul rasa cemas

Kemampuan pasien

memperagakan teknik relaksasi dan hipnosis lima

jari dapat

meningkatkan kemandirian pasien untuk mengurangi cemas secara mandiri

(19)

VI. Implementasi

Pelaksanaan atau implementasi keperawatan merupakan komponen dari proses keperawatan yang merupakan kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Perry & Hall, 2020). Pengertian tersebut menekankan bahwa implementasi adalah melakukan atau menyelesaikan suatu tindakan yang sudah direncanakan pada tahapan sebelumnya. Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi yang efektif, kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan saling bantu, kemampuan melakukan teknik psikomotor, kemampuan melakukan observasi sistematis, kemampuan memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi, dan kemampuan evaluasi.

Tindakan keperawatan pada klien dengan ansietas dengan menggunakan pendekatan strategi pelaksanaan (SP) sebagai berikut (Keliat, 2014).

1. Untuk pasien a. SP 1 Pasien

1) Mengidentifikasi penyebab ansietas 2) Mengidentifikasi tanda dan gejala ansietas 3) Mengidentifikasi akibat ansietas

4) Menyebutkan cara mengontrol ansietas

5) Melatih mengontrol ansietas dengan cara fisik 1: tarik nafas dalam 6) Memasukan ke jadwal kegiatan harian

b. SP 2 Pasien

1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.

2) Melatih klien mengontrol ansietas dengan cara fisik 2: hypnosis 5 jari 3) Menganjurkan klien memasukkan kedalam kegiatan harian

c. SP 3 Pasien

1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.

2) Melatih mengontrol ansietas dengan spiritual .

3) Menganjurkan klien memasukkan ke dalam kegiatan harian.

(20)

d. SP 4 Pasien

1) Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya 2) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.

e. SP 5 Pasien

1) Melatih klien mengatasi cemas dengan minum obat.

2) Menganjurkan klien memasukkan ke dalam kegiatan harian.

2. Untuk keluarga a. SP1 Keluarga

1) Mendiskusikan masalah dirasakan keluarga dalam merawat klien

2) Menjelaskan pengertian ansietas, tanda dan gejala ansietas, serta proses terjadinya ansietas

b. SP2 Keluarga

1) Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat klien dengan ansietas.

2) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada klien ansietas c. SP3 Keluarga

1) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat (discharge planning).

2) Menjelaskan follow up klien setelah pulang.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

AH.Yusuf. (2015). Buku Ajaran Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta Selatan:

Jagakarsa.

Damaiyanti, M., & Iskandar. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.

Kristiawan. (2016). Strategi Pelaksanaan Ansietas. Diakses tanggal 14 Juli 2021 dari https://www.scribd.com/doc/316444847/Strategi-Pelaksanaan-Ansietas PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (Edisi I). DPP

PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Edisi I). DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Edisi I). DPP PPNI Stuart & Sundeen. (2013). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Stuart, G. W. (2014).

Buku Saku Keperawatan Jiwa. (S. K. Ns, Pamilih Eko Karyuni, Ed.) (5th ed.).

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Referensi

Dokumen terkait

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah.. Psikososial dan

Hasil studi menunjukkan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien Gagal Ginjal Kronik dalam pemenuhan kebutuhan aman dan nyaman dengan masalah keperawatan ansietas

KESIMPULAN DAN SARAN Pengelolaan asuhan keperawatan pasien diabetes melitus tipe II dalam pemenuhan kebutuhan keamanan dengan masalah keperawatan ansietas berhubungan dengan ancaman

Hasil studi menunjukkan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien halusinasi pendengaran dengan masalah keperawatan gangguan persepsi sensori : halusinasi yang dilakukan tindakan

KESIMPULAN Pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien CKD dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman: kecemasan dengan masalah keperawatan ansietas tindakan yang dilakukan adalah

Arif Zainudin Daerah Surakarta dengan asuhan keperawatan jiwa pada pasien skizofrenia yang mengalami halusinasi pendengaran.. 1.2 Identifikasi masalah Sehubungan dengan latar belakang

KESIMPULAN DAN SARAN Pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien kanker paru dalam pemenuhan kebutuhan aman dan keselamatan dengan masalah keperawatan ansietas, tindakan yang dilakukan

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien dengan closed fracture femur 1/3 sinistra di