• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pertumbuhan industri indonesia id

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis pertumbuhan industri indonesia id"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Komunikasi sebesar 10,65 persen, Perdagangan Hotel & Restoran sebesar 9,64 persen, dan Konstruksi sebesar 7,4 persen. Industri pengolahan non migas tumbuh sebesar 6,61 persen. Hal ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan yang sama tahun 2010 yang hanya tumbuh sebesar 5,12 persen.

Sampai pada tahun 2011 triwulan II, struktur Perekonomian Indonesia masih tetap didominasi oleh sektor industri pengolahan sebesar 24,30 persen ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan (15,6 persen) dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (13,7 persen). Kontribusi sektor industri pada Triwulan II-2011 ini juga lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I tahun 2011 sektor industri pengolahan non migas pada triwulan I tahun 2011 menyumbang sekitar 21,1 persen. Sektor industri telah memberikan sumber pertumbuhan ekonomi yang terbesar yaitu sebesar 1,6 persen. Sama halnya dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang juga memberikan sumber pertumbuhan ekonomi sebesar 1,6 persen. Sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 1,0 persen, sedangkan sumber pertumbuhan dari sektor lainnya masih kecil yaitu dibawah 1,0 persen. Ditinjau dari komponen-komponen penggunaan PDB bahwa pengeluaran konsumsi rumah tangga mempunyai konstribusi terbesar terhadap PDB yaitu sebesar 54,3 persen pada triwulan II tahun 2011 dengan laju pertumbuhan sebesar 2,6 persen, pembentukan modal tetap bruto sebesar 31,63 persen dengan sumber pertumbuhan sebesar 2,1 persen.

(4)

Sampai dengan Triwulan II ini pertumbuhan industri yang dapat dicapai sebesar 6,61 persen dengan nilai PDB sebesar Rp. 144.750,6 miliar. Pertumbuhan pada triwulan II tahun 2011 mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan pada triwulan yang sama tahun 2010 (5,12 persen). Hal ini didukung oleh kinerja semua cabang industri yang semakin membaik, dan memiliki pertumbuhan positif seperti industri logam dasar, besi dan baja; industri Makanan, Minuman dan Tembakau; serta industri tekstil, barang kulit & alas kaki. Pertumbuhan industri non-migas selama semester I/2011 dibandingkan dengan semester I/2010 mencapai pertumbuhan sebesar 6,20 persen lebih tinggi dibandingkan dengan semester I/2010 sebesar 4,72 persen, namun masih lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi semester I/2011 yang sebesar 6,48 persen.

Kondisi tersebut menggambarkan bahwa perkembangan sektor industri sudah bangkit. Dalam rangka menjaga nilai pertumbuhan Industri Non Migas yang saat ini sudah berada di atas pertumbuhan ekonomi perlu diciptakan iklim investasi yang kondusif dan meminimalkan biaya ekonomi tinggi melalui akselerasi pembangunan infrastruktur dan hilirisasi. Di samping itu, perlu diperhatikan lingkungan global saat ini yang persaingannya semakin ketat sehingga pembangunan industri perlu dipercepat dan dilakukan secara terintegrasi dengan sektor ekonomi lainnya.

(5)

Berdasarkan hal tersebut, percepatan pembangunan industri di daerah perlu terus dilakukan melalui pendekatan :

1. Pertama, mengkonsentralisasikan lokasi pembangunan industri pada wilayah yang memiliki potensi keunggulan komperatif yang besar melalui pembangunan pusat-pusat pertumbuhan industri (growth center), dilengkapi dengan mengembangkan klaster industri dan pengembangan kompetensi inti industri daerah. Pendekatan ini dilakukan secara terpadu dengan sektor ekonomi lainnya.

2. Kedua : meningkatkan kemampuan masyarakat dilokasi industri tersebut, sehingga dituntut masyarakat untuk investasi di bidang pendidikan di dukung oleh fasilitas yang disediakan pemerintah dan swasta, sehingga akan memberikan dampak positif bagi pembangunan industri yang semakin efisien dan efektif serta memberikan dampak berguna bagi daerah setempat. Ketiga : Meningkatkan investasi di sektor industri yang dapat dilakukan oleh pihak swasta dan investasi infrastruktur yang diharapkan dilakukan oleh pihak pemerintah dan swasta. Keempat : Peningkatan penguasaan pasar dalam negeri melalui upaya pemanfaat produk dalam negeri dan penguasaan pasar internasional.

Pendekatan yang digunakan dalam mempercepat pembangunan industri dilakukan dengan mengkombinasikan pendekatan sektoral yaitu mengembangkan klaster industri dan pendekatan regional yang berlandaskan pada keunggulan komparatif yang dimiliki oleh masing-masing daerah.

PAKET KEBIJAKAN EKONOMI UNTUK INDUSTRI

(6)

Dalam konfrensi pers tersebut, Menperin menjelasakan beberapa hal mengenai peran dan upaya Kementerian Perindustrian dalam melaksanakan Paket Kebijakan Penyelamatan Ekonomi untuk menjaga nilai tukar rupiah dan struktur ekonomi makro, antara lain:

Langkah untuk memperbaiki neraca transaksi berjalan (current account deficit) dan menjaga nilai tukar rupiah, yaitu:

1. Menurunkan impor migas dengan meningkatkan porsi biodiesel dalam porsi biosolar. Pada saat ini, pemanfaatan biodiesel sebagai sumber energi baik untuk kendaraan bermotor maupun industri adalah sebesar 669 ribu kL dari total penggunaan solar sebesar 35 juta kL. Hal ini berarti porsi biodiesel di dalam biosolar baru mencapai 1,91%.

Dalam rangka mengurangi impor solar, Pemerintah telah menetapkan kebijakan berupa peningkatan porsi biodiesel dalam biosolar menjadi 10%, atau setara dengan 3,5 juta kL biodiesel. Untuk memenuhi kebutuhan biodiesel sebesar 3,5 juta kL, dapat dipenuhi dari dalam negeri karena kapasitas terpasang saat ini sebesar 5,6 juta kL. Dengan adanya kebijakan ini, maka akan terjadi penghematan devisa impor solar USD 2,8 milyar. Dalam pelaksanaan kebijakan tersebut, Kementerian Perindustrian berperan dalam hal:

a. Memastikan komitmen perusahaan untuk memasok kebutuhan biodiesel dalam negeri.

b. Mendorong ATPM untuk tetap memberikan garansi kepada kendaraan bermotor sesuai dengan garansi semula walaupun menggunakan biodiesel sampai dengan 10% (B-10).

c. Sosialisasi teknis tentang penggunaan biosolar pada industri pada umumnya, terutama industri kendaraan bermotor, dan industri yang menggunakan mesin/peralatan pembangkit listrik.

(7)

Menjaga pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat, melalui: 1. Pemberian insentif jangka pendek:

a. Memberikan fasilitas pengurangan besarnya pajak penghasilan pasal 25 dan penundaan pembayaran pajak pasal 29, dengan langkah-langkah yang telah dan akan dilakukan:

1) Melakukan inventarisasi perusahaan industri yang akan mendapatkan fasilitas pengurangan besarnya pajak penghasilan pasal 25 dan penundanaan pembayaran pajak pasal 29, berdasarkan orientasi pasar ekspor atau dalam negeri dan tidak melakukan PHK sampai dengan akhir tahun 2013.

2) Menerbitkan Peraturan Menteri mengenai daftar perusahaan yang akan mendapatkan fasilitas pengurangan besarnya pajak penghasilan pasal 25 dan penundanaan pembayaran pajak pasal 29.

b. Memberikan relaksasi pembatasan fasilitas di Kawasan Berikat dengan memperbolehkan industri di Kawasan Berikat untuk menjual hasil produksinya sebesar 50% ke pasar dalam negeri.

Kementerian Perindustrian akan merekomendasikan industri-industri yang berstatus Kawasan Berikat yang memiliki orientasi pasar dalam negeri lebih dari 50% kepada Dirjen Bea Cukai.

c. Penghapusan PPnBM untuk komoditi yang sudah tidak tergolong barang mewah, dengan upaya yang telah dan akan dilakukan:

1) Telah diusulkan penghapusan dan penurunan PPnBM untuk komoditi yang sudah tidak tergolong barang mewah.

2) Mendorong percepatan penerbitan PMK tentang Penghapusan PPnBM untuk komoditi yang sudah tidak tergolong barang mewah.

d. Mengarahkan penetapan Upah Minimum Provinsi (UMP) dengan skema kenaikan UMP mengacu pada kebutuhan hidup layak (KHL), produktivitas dan pertumbuhan ekonomi dengan membedakan kenaikan Upah Minimum Industri UMKM dan Industri Padat Karya dengan Industri Padat Modal, dengan upaya yang telah dan akan dilakukan:

1) Menerbitkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 41/M-IND/PER/8/2013 tentang Klasifikasi Industri Padat Karya, Industri Mikro, Industri Kecil, dan Industri Menengah serta Jenis Industri Padat Karya.

(8)

pakaian jadi, kulit & barang kulit, alas kaki, mainan anak, furniture, serta industri mikro, kecil, dan menengah.

2. Pemberian insentif jangka menengah:

Insentif yang diberikan berupa revitalisasi tax allowance untuk insentif investasi melalui perluasan cakupan bidang usaha dan penyederhanaan prosedur. Kementerian Perindustrian mengusulkan tambahan cakupan jenis-jenis/bidang usaha baru industri (KBLI) dan persyaratan untuk mendapatkan fasilitas tax allowance.

Selanjutnya, langkah untuk mempercepat investasi, langkah-langkah yang telah dan akan dilakukan Kementerian Perindustrian adalah sebagai berikut:

1. Revisi Peraturan Presiden tentang Daftar Negatif Investasi (DNI). Langkah-langkah yang akan dilakukan Kementerian Perindustrian adalah mensosialisasikan kebijakan investasi minuman beralkohol kepada pelaku usaha, masyarakat, Gubernur dan Bupati/Walikota.

2. Mempercepat program hilirisasi industri berbasis mineral logam.

Kebijakan Pemerintah dalam pelarangan ekspor mineral tetap konsisten sesuai dengan UU No. 4 Tahun 2009 bahwa ekspor mineral hanya berlaku sampai tanggal 12 Januari 2014. Untuk itu, kebijakan ekspor mineral yang akan diberlakukan adalah sebagai berikut:

a. Penambang yang sudah mulai membangun Smelter tetap diperbolehkan melakukan ekspor mineral dengan bea keluar Progresif sesuai dengan kemajuan pembangunan smelter.

b. Bagi Penambang yang tidak membangun smelter tidak boleh mengekspor mineral.

c. Smelter yang dibangun tersendiri terpisah dengan usaha pertambangan tidak dikenakan kewajiban divestasi.

Langkah-langkah yang telah dan akan dilakukan adalah:

a. Mengusulkan revisi PP No. 24 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Kegiatan Pertambangan Minerba untuk tidak mengenakan pemberlakuan kewajiban divestasi bagi kegiatan smelter yang terpisah dari usaha pertambangan.

b. Mengusulkan PP yang mengatur tentang pengenaan bea keluar progresif bagi ekspor mineral oleh penambang yang sedang membangun smelter.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan: (1) kualitas pemahaman guru dikategorikan baik dengan kelemahan pada pemahaman berkolabo- rasi dengan mitra serta melibatkan seluruh

Penjelasan mengenai variabel intervening di atas sesuai dengan keberadaan pendapatan operasi utama dalam bentuk kas dalam penelitian ini yaitu berada diluar lingkup

Hubungan kerja sama internasional penting untuk menumbuhkan rasa persahabatan dan saling pengertian di dunia, memelihara dan menciptakan hidup berdampingan secara

PARAMITA 191 Kota Malang MUNASIFAH Guru Kelas RA RA MUSLIMAT NU 25 192 Kota Malang MUJI ASTUTIK Guru Kelas RA RA AL KHOIROT 193 Kota Malang DEWI MU'AWANAH Guru Kelas RA RA MUSLIMAT

Timbal (Pb) merupakan logam yang bersifat neurotoksin yang dapat menyebabkan anemia, paling sedikit 3 enzim yang terlibat dalam biosintesis heme akan dihambat oleh Pb di

Nilai Alpha dapat dipandang sebagia korelasi antara alat ukur yang diuji dengan semua alat ukur yang mungkin dibuat dengan jumlah item sama untuk mengukur fenomena yang diteliti,

Teknik ini meliputi iradiasi koloni serangga di laboratorium dengan sinar y, n atau sinar-X, kemudian secara periodik dilepas di lapangan sehiogga tingkat kebolebjOOian

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan pembahasan penelitian pada sebelumnya dapat disimpulkan bahwa 1) terdapat hubungan yang lemah antara resiliensi dan