commit to user
i
EFEK HEPATOPROTEKTIF SEDUHAN BEKATUL BERAS HITAM
(Oryza sativa L. Japonica) PADA TIKUS PUTIH YANG DIINDUKSI
PARASETAMOL DOSIS TOKSIK
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Vicky Kurniawan Burkie
G0007169
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul: Efek Hepatoprotektif Seduhan Bekatul Beras Hitam
(Oryza sativa L. Japonica) pada Tikus Putih yang Diinduksi Parasetamol
Dosis Toksik
Vicky Kurniawan Burkie, NIM: G0007169, Tahun: 2010
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Pada Hari Rabu, 22 Desember 2010
Pembimbing Utama NIP: 19660702 199802 2 001
Dekan FK UNS
commit to user iii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 22 Desember 2010
Vicky Kurniawan Burkie
NIM. G0007169
commit to user iv ABSTRAK
Efek Hepatoprotektif Bekatul Beras Hitam pada Tikus Putih
yang Diinduksi Parasetamol Dosis Toksik
Vicky Kurniawan Burkie, M. Titiek Marminah1, Jarot Subandono1, Setyo Sri Rahardjo1, Subandrio2
Tujuan Penelitian : Beras hitam telah lama dikonsumsi sebagai makanan kesehatan karena mengandung antosianin. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbandingan efek seduhan bekatul beras hitam dengan vitamin E terhadap penurunan SGPT tikus putih yang dipapar parasetamol dosis toksik.
Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian true experemintal randomized control trial with posttest only group design. Tiga puluh ekor tikus bekatul dosis 1080 mg/200 gr BB + parasetamol (P5). Masing-masing kelompok terdiri atas lima ekor tikus. Pada hari ke-15 tikus diambil darahnya dan diperiksa kadar SGPT. Data dianalisis dengan SPSS versi 17.0 untuk Windows.
Hasil Penelitian : Pada penelitian ini diperoleh jumlah rerata SGPT pada kelompok K sebesar 24.63±6.15 IU, P1 58.80±7.09 IU, P2 176.18±118.80 IU, P3 67.93±11.85 IU, P4 56.08±7.50 IU dan P5 sebesar 99.90±42.22 IU. Hasil uji statistik komparatif Kruskal-Wallis menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara keenam kelompok penelitian p=0,03 (p<0,05). Setelah itu dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney.
Simpulan Penelitian : Seduhan bekatul beras hitam dosis 270 mg/200 gr BB, 540 mg/200 gr BB dan 1080 mg/200 gr BB berefek hepatoprotektif. Nilai rerata SGPT kelompok tikus yang diberi seduhan bekatul 540 mg/200 gr BB lebih rendah dibandingkan yang diberi vitamin E peroral 100 IU/hari.
Kata kunci : beras hitam, vitamin E, keracunan parasetamol, kerusakan hati
1
Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
2
commit to user v ABSTRACT
The Hepatoprotective Effect of Black Rice Bran in White Rats
Induced Toxic Dose of Paracetamol
Vicky Kurniawan Burkie, M. Titiek Marminah1, Jarot Subandono1, Setyo Sri Rahardjo1, Subandrio2
Objective : Black rice has long been consumed as health food because of its anthocyanin. The purpose of this study was to compare the effect of steeping black rice bran with vitamin E toward the decline of SGPT in white rats induced toxic doses of paracetamol.
Method : This is a true experimental randomized control trial with posttest only group design. Thirty male white rats (Rattus norvegicus) strain Wistar 2-3 months old and weighed about 200 g were randomly divided into six treatment groups, they are: without paracetamol group (K), vitamin E + paracetamol group (P1), paracetamol only (P2), black rice bran doses 270 mg/200 g BB + paracetamol (P3), black rice bran doses 540 mg/200 g BB + paracetamol (P4) and black rice bran doses 1080 mg/200 g BB + paracetamol (P5). Each groups consist five male rats. On the 15th day, the rat’s blood were collected and tested for ALT levels. Data were analyzed by SPSS version 17.0 for Windows.
Result : The data showed that average number of ALT serum group K is 24.63±6.15 IU, P1 58.80±7.09 IU, P2 176.18±118.80 IU, P3 67.93±11.85 IU, P4 56.08±7.50 IU and P5 is 99.90±42.22 IU. The results of comparative Kruskal-Wallis statistical test showed a significant difference among the six study groups p=0,03 (p <0,05). Then, The result analyzed with Mann-Whitney Test.
Conclusion : The experiment shows steeping black rice bran doses 270 mg/200 g BW, 540 mg/200 g BW and 1080 mg/200 g BW have hepatoprotective effect. The mean of ALT level doses 540 mg/200 g BW is lower than vitamin E orally 100 IU/day
Key words : black rice, vitamin E, paracetamol poisoning, liver damage
1
Faculty of Medicine, SebelasMaret University, Surakarta, Indonesia
2
commit to user vi PRAKATA
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas segala rahmat dan karuniaNYA sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Efek Hepatoprotektif Seduhan Bekatul Beras Hitam (Oryza sativa
L. Japonica) pada Tikus Putih yang Diinduksi Parasetamol Dosis Toksik.”
Penulis mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan baik moril maupun materil yang telah diberikan selama pelaksanaan dan penyusunan laporan penelitian ini kepada:
1. Prof. DR. AA. Subijanto, dr., M.S. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Muthmainah, dr., M.Kes. selaku Ketua Tim skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta staf.
3. M. Titiek Marminah, Dra., Apt., S.U. selaku pembimbing utama yang telah berkenan meluangkan waktu untuk mengarahkan serta memberikan masukan kepada penulis.
4. Jarot Subandono, dr., M.Kes. selaku pembimbing pendamping yang telah memberikan arahan, kritik dan saran demi sempurnanya penulisan skripsi ini.
5. Setyo Sri Rahardjo, dr., M.Kes. selaku penguji utama yang telah berkenan menguji dan memberikan masukan bagi penulis.
6. Subandrio, dr., Sp.BTKV selaku anggota penguji yang telah berkenan menguji dan memberikan masukan bagi penulis.
7. Prof. Dr. Bhisma Murti, MPH, M.Sc., Ph.D sebagai penasehat dalam penyusunan statistika dan metodologi penelitian.
8. Staf Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu penulis dalam memperlancar penyusunan skripsi.
9. Orang tua penulis Bapak Jimmy Kurniawan. dan Ibu Lanny yang senantiasa memberikan dukungan baik moril maupun materil kepada penulis.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebut satu-persatu yang telah memberikan bantuan dalam bentuk apapun kepada penulis selama masa penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dalam penyempurnaan skripsi ini di masa yang akan datang.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca serta menjadi sumbangan bagi ilmu kedokteran selanjutnya.
Surakarta, 22 Desember 2010
commit to user
5. Serum Glutamic Pyruvat Transaminase (SGPT) ... 17
6. Mekanisme Perlindungan Seduhan Bekatul Beras Hitam terhadap Kerusakan Sel Hepar Akibat Paparan Parasetamol .. 19
B. Kerangka Pemikiran ... 20
E. Identifikasi Variabel Penelitian ... 23
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 23
G. Rancangan Penelitian ... 27
H. Instrumentasi dan Bahan Penelitian ... 28
commit to user viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kandungan Kimiawi Fraksi Pigmen pada Beras Hitam ... 7
Tabel 2.2 Fungsi Utama Hepar ... 10
commit to user ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1a Oryza satia ... 6
Gambar 2.1b Bulir Beras ... 6
Gambar 2.2 Parasetamol ... 11
Gambar 2.3 Mekanisme Aksi Antioksidan Vitamin E ... 16
Gambar 2.4 Reaksi Transminasi Dikatalis oleh Aspartat Transferase ... 18
commit to user x LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabel Hasil Pengukuran SGPT Tikus Putih Setelah Perlakuan
Lampiran 2 Tabel Konversi Dosis untuk Manusia dan Hewan
Lampiran 3 Tabel Deskriptif Rerata SGPT Tikus Putih.
Lampiran 4 Tabel Hasil Uji Normalitas Rerata SGPT Tikus Putih
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Tabel Hasil Uji Kruskal-Wallis
Tabel Hasil Uji Mann-Whitney
commit to user BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia adalah
Beras Putih. Beras Putih ini sudah kehilangan banyak nutirisi dan serat yang
terkandung dalam kulit ari beras. Beras putih hanya mengandung karbohidrat
dan gula sehingga bila dikonsumsi dapat menjadikan gemuk dan kadar gula
naik. Proses penggilingan dan pemolesan padi sampai menjadi Beras Putih
telah membuang 80% vitamin B1, 70% vitamin B3, 90% vitamin B6, 50%
mangan (Mn), 50% fosfor (P), 60% zat besi (Fe) serta 100% serat dan asam
lemak esensial yang terkandung di dalam padi. Kurangnya konsumsi bekatul
di masyarakat dapat menimbulkan beragam penyakit akibat terganggunya
metabolisme tubuh (Putra, 2006)
Beras Hitam khususnya telah lama dikonsumsi penduduk Korea, Cina,
dan Jepang dan telah dianggap sebagai makanan kesehatan karena kulit ari biji
Beras Hitam mengandung antosianin yang dicirikan warna ungu gelap sampai
hitam (Park et al., 2008). Menurut pengobatan Timur, Beras Hitam berharga
sebagai sebuah blood toner yang membantu keseimbangan chi tubuh. Dalam
istilah Barat, di dalam beras hitam banyak terkandung zat besi (Forristal,
1999)
Antosianin merupakan pigmen alami pada tanaman yang larut dalam
commit to user
bahwa antosianin bersifat antioksidan alami, menyumbang sebuah elektron
negatif (e-) pada peroxyl radical yang terbentuk sepanjang rentetan
peroksidasi lipid (Kowalczyk et al., 2003). Pigmen kaya antosianin ini
bermanfaat sebagai zat antikarsinogenik, meningkatkan kadar trombosit dan
memiliki kadar antioksidan yang tinggi yang berguna bagi kesehatan tubuh.
Pigmen ini juga kaya akan zat flavonoid yang dapat mencegah pengerasan
pembuluh nadi. Kadar zat flavonoid yang terkandung dalam beras hitam lima
kali lebih tinggi dibandingkan zat flavonoid yang terdapat dalam beras putih
biasa (Zhang et al., 2010).
Parasetamol merupakan obat analgesik-antipiretik yang digunakan
secara luas dan dapat diperoleh secara bebas untuk medikasi masyarakat.
Penggunaan parasetamol pada dosis terapetik memiliki tingkat keamanan yang
tinggi, tetapi ketika dipakai dalam dosis tinggi (200-250 mg/kg BB) atau dosis
rendah akumulatif perhari dapat menimbulkan efek toksik yaitu kerusakan hati
akut (Defendi, 2009; Wilmana dan Sulistia, 2007).
Sejak Tahun 1970 di Amerika jumlah overdosis dari parasetamol
meningkat. Dewasa ini parasetamol sering menyebabkan keracunan obat di
United Kingdom. Antara tahun 1993-1997, di Inggris dan Wales didapatkan
500 kematian akibat overdosis parasetamol tiap tahunnya (Sheen et al., 2002).
Data tahun 2004, terdapat 94 kematian dikarenakan overdosis parasetamol di
United Kingdom. Menurut Mahadevan (2006), overdosis parasetamol
kira-kira 10% dari hasil penyelidikan tentang penyebab keracunan di United
commit to user
ke Toxic Exposure Surveillance Scheme of the American Association of
Poison Control Centres.
Enzim yang paling sering berkaitan dengan kerusakan sel hepar
adalah aminotransferase. Kerusakan sel-sel parenkim hepar akan
meningkatkan kadar Serum Glutamic Pyruvat Transaminase (SGPT) dan
Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) dalam plasma. SGPT
lebih spesifik dibanding SGOT. SGOT lebih banyak dalam miokardium
daripada di sel hepar, juga SGOT ada dalam otot lurik, ginjal, dan otak
(Widmann, 1996; Sacher dan Richard, 2004).
Dampak yang ditimbulkan oleh keracunan parasetamol cukup besar,
maka perlu ditemukan hepatoprotektor baru yang alami dan relatif sedikit
menimbulkan efek samping. Salah satu tanaman yang menarik untuk diteliti
sebagai hepatoprotektor adalah Beras Hitam. Hasil penelitian terdahulu
menunjukkan bahwa Beras Hitam mengandung beberapa senyawa aktif seperti
flavonoid dan antosianin (Ling et al., 2002; Xia et al., 2003; Kaneda et al.,
2006; Kim, 2006). Flavonoid dalam tanaman diketahui sebagai antioksidan
dan berpotensi mencegah kerusakan sel-sel tubuh, di antaranya sel hepar. Hou
et al. (2010) melaporkan pemberian ekstrak kaya antosianin dari Beras Hitam
secara signifikan menurunkan ALT, AST, dan GGT serum pada tikus Wistar
jantan yang diinduksi etanol kronis (3,7 gr etanol/kg BB tikus/hari selama 45
hari). Oleh sebab itu, perlu penelitian apakah ada efek hepatoprotektif dari
ekstrak bekatul Beras Hitam pada tikus putih yang diinduksi parasetamol dosis
commit to user B. Perumusan Masalah
Apakah seduhan bekatul Beras Hitam memiliki efek hepatoprotektif
pada tikus putih yang diinduksi parasetamol dosis toksik?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui perbandingan efek hepatoprotektif seduhan bekatul
Beras Hitam dengan vitamin E terhadap penurunan SGPT tikus putih yang
diinduksi parasetamol dosis toksik.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Untuk mengetahui bahwa efek antioksidan pada seduhan bekatul Beras
Hitam dapat melindungi sel hepar dari kerusakan akibat diinduksi
parasetamol dosis toksik.
2. Manfaat Aplikatif
Apabila terbukti bahwa seduhan bekatul Beras Hitam mempunyai khasiat
sebagai hepatoprotektor maka diharapkan penelitian ini dapat menjadi
commit to user BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Beras Hitam (Oryza sativa L. Japonica)
a. Taksonomi
Dalam taksonomi tumbuhan, Beras Hitam diklasifikasikan
sebagai berikut
1) Kingdom : Plantae
2) Subkingdom : Tracheobionta
3) Super Divisi : Spermatophyta
4) Divisi : Magnoliophyta
5) Subdivisi : Angiospermae
6) Kelas : Monocotyledoneae
7) Subkelas : Commelinidae
8) Ordo : Glumiflorae
9) Famili : Poaceae/Gramineae
10) Subfamili : Oryzoideae
11) Suku : Oryzeae
12) Genus : Oryza
13) Spesies : Oryza sativa L.
14) Sub Spesies : japonica / sinica
commit to user
b. Nama daerah
Di Indonesia Beras Hitam dikenal dengan nama beras wulung
(Solo, Jawa Tengah), beras gadog (Cibeusi, Subang, Jawa Barat),
beras jlitheng atau cempo ireng (Sleman), beras melik (Bantul). Orang
Cina kuno mengenal Beras Hitam sebagai beras terlarang (forbidden
rice) (Kristamtini,2009).
c. Deskripsi tanaman
Tanaman padi berakar serabut. Batang tanaman padi
berbentuk ruas-ruas dengan rangkaian ruas-ruas pada batangnya
mempunyai panjang yang berbeda. Pada ruas batang bawah pendek,
semakin ke atas semakin panjang. Warna daun hijau muda hingga
hijau tua, bertulang daun sejajar, tertutupi oleh rambut yang pendek
dan jarang. Bunga padi merupakan bunga telanjang tersusun
majemuk. Buah padi bertipe bulir atau kariopsis yang tidak dapat
dibedakan mana buah dan bijinya, bentuk hampir bulat hingga
lonjong, ukuran 3 mm hingga 15 mm, tertutup oleh palea dan lemma
yang dalam bahasa sehari-hari disebut sekam, struktur dominan adalah
endospermium yang dimakan orang (IRRI, 2007).
commit to user
Sumber: Xia et al, 2003 d. Bekatul
Bekatul merupakan hasil sampingan dari proses penggilingan
gabah menjadi beras. Pada proses tersebut terjadi pemisahan
endosperma beras dengan bekatul yang merupakan lapisan yang
menyelimuti endosperma. Proses pertama hanya membuang sekam,
menghasilkan beras pecah kulit. Beras pecah kulit terdiri atas bran
(dedak dan bekatul), endosperm, dan embrio (lembaga). Setelah itu,
beras pecah kulit ini masih harus mengalami proses penyosohan 1-2
kali lagi sehingga menghasilkan beras sosoh, dedak dan bekatul.
Umumnya dari proses penggilingan gabah menghasilkan beras
sebanyak 60-65%, sementara bekatul yang dihasilkan mencapai
8-12% (IRRI, 2009).
e. Kandungan kimia
Tabel 1. Kandungan Kimiawi Fraksi Pigmen pada Beras Hitam
commit to user
Komponen utama pigmen beras adalah glikosida seperti
sianidin-3-glukosid dan malvidin-3-glukosid. Xia et al. (2003)
melaporkan bahwa penambahan Beras Hitam atau bekatul Beras
Hitam, dapat mengurangi pembentukan plak aterosklerotik pada
mencit yang diberi diet tinggi kolestrol secara bermakna. Mekanisme
utama aksi tersebut karena peningkatan status antioksidan mencit yang
diberi makanan Beras Hitam; karena tingginya kandungan senyawa
phenolic, vitamin E, selenium, besi, dan zinc dalam Beras Hitam
(Ling et al., 2002). Meskipun asam ferulat diketahui sebagai salah
satu senyawa antioksidan pada bekatul Beras Putih, tetapi senyawa
tersebut tidak ditemukan pada ekstrak bekatul Beras Hitam. (Kaneda
et al., 2006)
Kaneda et al., 2006 menemukan bahwa eksrak bekatul Beras
Hitam mempunyai scavenging activities yang kuat atas Reactive
Oxygen Species (ROS). Mereka menegaskan scavenging activity
ekstrak bekatul Beras Hitam bervariasi berdasarkan tempat
memanennya. Mereka melaporkan bahwa zat aktif di bekatul Beras
Hitam identik dengan antosianin. Pada studi terkini, mereka
menemukan kandungan sianidin-3-glukosid dan sianidin berperan
utama sebaga zat antioksidan dalam bekatul Beras Hitam. Sedangkan
rasa yang terdapat pada lapisan luar beras berpigmen adalah berasal
commit to user
(seperti heksanal dan asam asetat), asam-asam organik dan aldehid
(Kim et al., 2006).
2. Hepar
Hati adalah organ terbesar dalam tubuh, berat hati pada orang
dewasa normal lebih dari 1 kg. Fungsi hati dapat dibagi menjadi dua
kategori umum.
a. Pertama, hati terlibat dalam proses zat-zat yang diabsorpsi, baik
nutrien maupun toksik. Dengan kata lain, hati bertanggung jawab
terhadap metabolisme berbagai zat yang dihasilkan dari pencernaan
dan absorpsi makanan dari usus.
b. Kedua, hati memiliki fungsi eksokrin penting yang terlibat dalam:
1) Produksi asam empedu dan cairan alkali yang digunakan untuk
pencernaan dan absorpsi lemak dan untuk netralisasi asam
lambung di usus.
2) Pemecahan dan produksi produk buangan metabolisme setelah
pencernaan.
3) Detoksifikasi zat-zat beracun/berbahaya.
4) Ekskresi produk buangan dan detoksifikasi zat-zat di empedu.
commit to user
Sumber: Price dan Lorraine, 2005
Tabel 2. Fungsi Utama Hepar
Fungsi Keterangan
Garam empedu penting untuk pencernaan dan absorpsi lemak serta vitamin larut-lemak di dalam usus.
Bilirubin produk akhir metabolisme pemecahan eritrosit tua; proses konjugasi berlangsung dalam hati dan diekskresi ke dalam empedu. b. Metabolisme karbohidrat
1) glukoneogenesis 2) glikogenolisis 3) glukoneogenesis
Hati berperan penting dalam mempertahankan kadar glukosa darah normal dan menyediakan energi untuk tubuh. Karbohidrat disimpan dalam hati sebagai glikogen.
h. Gudang darah dan filtrasi
Protein serum yang disintesis oleh hati adalah albumin serta globulin alfa dan beta (gamma globulin tidak).
Faktor pembekuan darah yang disintesis oleh hati adalah fibrinogen, protrombin, dan faktor V, VII, IX, dan X. Vitamin K merupakan kofaktor yang penting dalam sintesis semua faktor ini kecuali faktor V.
Urea dibentuk semata-mata dalam hati dari amoniak (NH3), yang kemudian diekskresi
dalam urin dan feses; NH3 dibentuk dari
deaminasi asam amino dan kerja bakteri usus terhadap asam amino.
Hidrolisis trigliserida, kolesterol, fosfolipid, dan lipoprotein (diabsorpsi dalam usus) menjadi asam lemak dan gliserol.
Hati memegang peranan utama dalam sintesis kolestrol, sebagian besar diekskresi dalam empedu sebagai kolestrol atau asam kolat. Vitamin larut lemak (A,D,E,K) disimpan dalam
hati; jga vitamin B12, tembaga, dan besi.
Hati berperan dalam menginaktifkan dan mensekresi glukokortikoid, aldosteron, estrogen, progesteron, dan testosteron. Hati bertanggung jawab atas biotransformasi
zat berbahaya (missal: obat) menjadi zat-zat yang tidak berbahaya yang kemudian diekskresi oleh ginjal.
commit to user Gb 2. Parasetamol 3. Farmakologi Parasetamol
Parasetamol di Indonesia lebih dikenal dengan nama parasetamol,
dan tersedia sebagai obat bebas. Parasetamol merupakan metabolit
fenasetin dengan efek antipiretik yang sama dan telah digunakan sejak
tahun 1893. Efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus aminobenzen.
(Wilmana dan Sulistia, 2007). Parasetamol adalah salah satu obat yang
terpenting untuk pengobatan nyeri ringan sampai sedang. Obat ini adalah
penghambat prostaglandin yang lemah pada jaringan perifer (Katzung,
1997).
a. Farmakodinamik
Efek analgesik parasetamol dan fenastatin serupa dengan
salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai
sedang. Parasetamol menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang
diduga berdasarkan efek sentral seperti salisilat (Wilmana dan Sulistia
2007).
b. Farmakokinetik
Parasetamol peroral, absorbsinya tergantung pada kecepatan
pengosongan lambung, dan kadar puncak di dalam darah biasanya
tercapai setelah 30 menit. Parasetamol sedikit terikat dengan protein
commit to user
diubah menjadi asetaminofen sulfat dan glukuronida, yang secara
farmakologi tidak aktif. Kurang dari 5% diekskresikan dalam bentuk
tidak berubah. N-asetil-p-benzokuinon, suatu metabolit minor tetapi
sangat aktif, pada dosis besar bersifat toksik terhadap hati dan ginjal.
Waktu paruh parasetamol 2-3 jam dan relatif tidak dipengaruhi oleh
fungsi ginjal. Pada kadar toksik atau adanya penyakit hati, waktu
paruhnya bisa meningkat dua kali lipat atau lebih (Katzung, 1997).
c. Indikasi
Walaupun efek analgesik dan antipiretiknya setara dengan
aspirin (Styrt, 1990), parasetamol berbeda karena tidak mempunyai
efek anti-inflamasi. Obat ini tidak mempengaruhi kadar asam urat dan
tidak mempunyai sifat menghambat trombosit. Obat ini berguna untuk
nyeri ringan sampai sedang seperti nyeri kepala, mialgia, nyeri
pascapersalinan, dan keadaan lain, sedangkan aspirin efektif sebagai
analgesik.
Untuk analgesia ringan, parasetamol merupakan obat yang
lebih disukai pada penderita yang alergi dengan aspirin atau jika
salisilat tidak dapat ditoleransi. Obat ini lebih disukai daripada aspirin
untuk penderita hemofilia atau dengan riwayat tukak lambung dan
pada penderita yang mendapat bronkospasme yang dipicu aspirin.
Perbedaan dengan aspirin adalah parasetamol tidak mengantagonis
commit to user
pengobatan gout. Pada anak-anak, aspirin lebih disukai pada infeksi
virus (Katzung, 1997).
d. Efek samping
Pada dosis terapi, kadang-kadang timbul sedikit peningkatan
enzim hati tanpa ikterus; reversibel bila obat dihentikan. Pada dosis
yang lebih besar menimbulkan pusing, mudah terangsang, dan
disorientasi. Pemakaian 15 gram parasetamol bisa berakibat fatal;
kematian disebabkan oleh hepatotoksisitas yang berat dengan nekrosis
lobulus sentral, kadang berhubungan dengan nekrosis tubulus ginjal
akut. Gejala dini kerusakan hati meliputi mual, muntah, diare, dan
nyeri abdomen. Kerusakan hati karena parasetamol dapat dicegah
dengan gugus sulfhidril dari asetilsistein yang menetralkan metabolit
toksik N-asetil-p-benzokuinon.
Fenasetin dilaporkan dapat menimbulkan anemia hemolitik
dan methemoglobinemia yang jarang ditemukan pada parasetamol.
Nefritis interstisialis dan nekrosis papiler yang merupakan komplikasi
berat fenasetin tidak terjadi pada pemakaian parasetamol yang luas
dan menahun, meskipun kenyataannya sekitar 80% fenasetin cepat
dimetabolisme menjadi parasetamol. Penggunaan fenasetin tidak
menyebabkan perdarahan saluran cerna dan harus diperhatikan pada
penderita penyakit hati.
commit to user e. Dosis
Nyeri akut dan demam dapat ditanggulangi dengan
parasetamol dosis 325-400 mg 4 kali sehari dan untuk anak-anak
dalam dosis yang lebih kecil yang sebanding. Kadar efektif dalam
darah dicapai dalam satu hari. (Katzung, 1997)
f. Dosis toksik
Parasetamol dapat menimbulkan hepatotoksisitas pada
pemberian dosis tunggal 10-15 gr (200-250 mg/kg BB) (Wilmana dan
Sulistia, 2007). Toksisitas dapat juga terjadi pada pemberian dosis
yang lebih kecil berkali-kali dalam 24 jam sampai melebihi batas
dosis yang seharusnya atau bahkan dengan pemberian jangka panjang
dosis serendah 4 gr/hari. Parasetamol dapat menimbulkan kematian
pada pemberian 6 gr/hari secara kronis (Arnita, 2006).
g. Detoksifikasi
Pada umumnya terapi yang diberikan bagi penderita
keracunan parasetamol meliputi tiga hal, yaitu: mengurangi absorbsi
parasetamol dengan menggunakan arang aktif (activated charcoal),
menggganti penurunan glutation hepar dengan menggunakan
N-asetilsistein, dan terapi suportif dalam kasus gagal hati (Salgia dan
Kosnik, 1999).
Studi telah membuktikan bahwa N-asetilsistein, baik oral
atau secara intravena, dapat mencegah kerusakan hepar akibat
commit to user
menggantikan glutation sebagai prekursor sistein. Rekomendasi
regimen dosis untuk N-asetilsistein peroral adalah dengan loading
dose sebesar 140 mg/kg BB, diikuti dengan 70mg/kg BB setiap 4 jam
untuk 17 kali dosis, dengan total durasi terapi adalah 72 jam.
Asetilsistein oral memiliki bau menyengat yang sering menyebabkan
muntah sehingga banyak pasien yang menolak untuk menyelesaikan
terapinya, jika tanpa obat anti-emetik (Megarbane et al., 2008).
4. Vitamin E dan Antioksidan Lainnya
Antioksidan adalah substansi yang diperlukan tubuh untuk
menetralisir radikal bebas dan mencegah kerusakan yang ditimbulkan
olehnya. Antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi
kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas dan menghambat
terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas yang dapat
menimbulkan stres oksidatif.
Antioksidan dikenal ada yang berupa enzim dan mikronutrien.
Enzim antioksidan dibentuk dalam tubuh, yaitu super oksida dismutase
(SOD), glutation peroksida, katalase dan glutation reduktase. Antioksidan
mikronutrien dikenal tiga z a t u t ama, yaitu: β-karoten, vitamin C dan
vitamin E (Hariyatmi, 2004).
Vitamin E merupakan vitamin yang larut dalam lemak yang
terdiri dari campuran substansi tokoferol (α, β, γ, dan δ) dan
tokotrietinol (α, β, γ, dan δ). Pada manusia α-tokoferol merupakan
commit to user
vitamin ini dibedakan berdasarkan letak berbagai gugus metil pada
cincin fenil rantai cabang molekul dan ketidakjenuhan rantai cabang
vitamin E. Selenium (suatu mineral esensial yang merupakan komponen
dari enzim antioksidan) mempunyai sifat yang sama (Frei, 1994).
Vitamin E berada di dalam lapisan fosfolipid membran
sel. Vitamin E berfungsi melindungi asam lemak jenuh ganda dan
komponen membran sel lain dari oksidasi radikal bebas dengan
memutuskan rantai peroksida lipid yang banyak muncul karena adanya
reaksi antara lipid dan radikal bebas.
G b 3 . M e k a n i s m e A k s i A n t i o k s i d a n V i t a m i n E
V i t a m i n E menyumbangkan satu atom hidrogen dari gugus
OH pada cincinnya ke radikal bebas sehingga terbentuk radikal-vitamin
E yang stabil dan tidak merusak seperti pada gambar 3. Mekanisme kerja
commit to user
vitamin E dalam mendonorkan ion hidrogen untuk menetralkan atau
mengurangi kadar lemak peroksida darah dimulai dengan kerja α
-tokoferol radikal yang kemudian berubah menjadi α-tokoferol
peroksida. Dari dua α-tokoferol radikal berubah menjadi α-tokoferol
dimer dan akhirnya menjadi α-tokokuinon yang oleh vitamin C dapat
diregenerasi kembali menjadi α-tokoferol (Hariyatmi, 2004).
Vitamin E juga berfungsi mencegah penyakit hepar,
mengurangi kelelahan, membantu memperlambat penuaan karena
oksidasi, mensuplai oksigen ke darah sampai dengan ke seluruh organ
tubuh. Vitamin E juga menguatkan dinding pembuluh kapiler darah dan
mencegah kerusakan sel darah merah akibat racun. Vitamin ini juga
membantu mencegah sterilitas dan distrofi otot. (National Institute of
Health, 2010; Mateljan, 2007).
5. Serum Glutamic Pyruvat Transaminase (SGPT)
Hati adalah organ sentral dalam metabolisme di tubuh. Hati
melakukan berbagai proses metabolik terhadap molekul-molekul produk
sisa atau zat gizi dalam darah. Sebaliknya aktivitas hati banyak secara
langsung tercermin dalam beberapa zat yang beredar dalam darah dan juga
terdapat di cairan tubuh lain. Beberapa uji memanipulasi enzim-enzim hati
berkorelasi baik dengan integritas sruktural dan fungsional hati.
Pemeriksaan-pemeriksaan laboratorium darah secara biokimia ini disebut
commit to user
Dua enzim yang paling sering berkaitan dengan kerusakan
hepatoseluler adalah aminotransferase yang mengkatalis pemindahan
reversibel satu gugus amino antara sebuah asam amino dan sebuah asam
alfa-keto.
Gb 4. Reaksi Transminasi Dikatalis oleh Aspartat Aminotransferase
Aspartat aminotransferase/SGOT memperantarai reaksi antara
asam aspartat dan asam alfa-ketoglutamat seperti pada gambar 4.
Gb 5. Reaksi Transminasi Dikatalis oleh Alanin Aminotransferase
Alanin aminotransferase/SGPT memindahkan satu gugus amino
antara alanin dan asam alfa-ketoglutamat seperti pada gambar 5.
SGOT dan SGPT sering dianggap sebagai enzim hati karena
tingginya konsentrasi keduanya dalam hepatosit, tetapi hanya SGPT yang
spesifik; SGOT terdapat juga di miokardium, otot rangka, otak, dan ginjal
commit to user
Secara kasar ada korelasi antara peningkatan kadar
aminotransferase dengan luas kerusakan sel-sel hepar. Nilai SGPT
tertinggi (sering lebih dari 10.000 U/L) atau 20 kali nilai normal biasanya
ditemukan pada pasien dengan keracunan akut (seperti overdosis
parasetamol) atau iskemik akut pada hepar (Sacher dan Richard, 2004;
David, 1999).
6. Mekanisme Perlindungan Seduhan Bekatul Beras Hitam terhadap
Kerusakan Sel Hepar Akibat Paparan Parasetamol
Pada kondisi normal, parasetamol dikonjugasi dengan asam
glukoronat dan asam sulfat. Sebagian kecil paracetamol dihidroksilasi
dengan sitokrom P450 membentuk N-asetil-p-benzokuinon (NAPQI),
yang kemudian oleh glutation hepar dirubah menjadi metabolit sistein dan
metabolit merkapturat yang diekskresi lewat urin (Wilmana dan Sulistia,
2007).
Jika jumlah parasetamol yang dikonsumsi berlebih (dosis toksik),
jalur konjugasi asam glukoronat dan asam sulfat menjadi jenuh sehingga
terjadi peningkatan fraksi parasetamol yang diaktivasi oleh sistem
sitokrom P450 membentuk NAPQI yang terlalu banyak. Jumlah simpanan
glutation hepar tidak sebanding dengan jumlah produksi NAPQI sehingga
NAPQI bebas mengikat secara kovalen dengan komponen membran lipid
bilayer sel hepar, menimbulkan kerusakan dan kematian akut sel lobus
commit to user
Fraksi antosianin dari bekatul Beras Hitam berefek
hepatoprotektif pada tikus yang diinduksi parasetamol. Antosianin
mencegah pengosongan glutation hepar juga meningkatkan aktivitas enzim
glutation hepar dan glutation S-transferase. Selanjutnya, antosianin
melindungi hepar dari toksisitas parasetamol dengan memblokir sitokrom
P4502E1 (CYP2E1), suatu isozim mayor dalam bioaktivasi parasetamol,
melalui peningkatan glutation hepar serta bertindak sebagai suatu free
commit to user C. Hipotesis
Pemberian seduhan bekatul Beras Hitam (Oryza sativa L. Japonica)
dapat mengurangi kerusakan sel hepar tikus putih (Rattus norvegicus) akibat
commit to user BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian true experemintal
randomized control trial with posttest only group design. (Arief, 2004)
B. Lokasi Penelitian
Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
C. Subjek Penelitian
1. Subjek
Tikus Putih (Rattus norvegicus) jantan galur Wistar berusia 2–3
bulan dengan berat badan ± 200 g.
2. Jumlah subjek penelitian
Besar sampel tiap kelompok dihitung dengan rumus Federer:
(t-1) (n-1) > 15
Atau bisa juga sebagai berikut:
n > 1 + ( 15 / ( t – 1 ) ) ket
n > 1 + ( 15 / ( 6 – 1) ) n : jumlah sampel
n > 4 t : jumlah perlakuan
commit to user D. Teknik Sampling
Tiga puluh ekor tikus putih dibagi secara acak (random sampling)
dalam enam kelompok perlakuan yang masing-masing terdiri atas lima ekor
tikus.
E. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas : Bekatul Beras Hitam.
2. Variabel Terikat : kadar SGPT tikus.
3. Variabel Luar
a. Dapat dikendalikan : jenis makanan, variasi genetik, jenis
kelamin, umur, dan suhu udara.
b. Tidak Dapat dikendalikan : kondisi psikologis tikus, variasi
kepekaan tikus terhadap zat yang
digunakan, keadaan hati tikus,
bioavailibilitas pada tikus.
(Wilmana dan Sulistia, 2007)
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
a. Pemberian seduhan bekatul dengan sonde lambung
Penggunaan bekatul Beras Hitam di masyarakat untuk
terapi yaitu 30 gram.
Konversi dosis dari manusia (70 kg) terhadap tikus putih
commit to user
Dosis : 30 gr x 0,018 = 0,54 gr
= 540 mg
Maka dosis seduhan bekatul beras hitam untuk tikus putih
Dosis I : ½ x dosis = 270 mg/200 g BB
Dosis II : 1 x dosis = 540 mg/200 g BB
Dosis III : 2 x dosis = 1080 mg/200 g BB
Pemberian: 10 x dosis bekatul dosis I, II, III diseduh
dengan air hangat secukupnya, diaduk rata kemudian disaring. Air
hasil saringan disondekan ke lambung tikus.
b. Pemberian parasetamol
Dosis toksik parasetamol untuk manusia dengan berat 70
kg, yaitu: 250 mg/kg BB x 70 kg/BB = 17.500 mg. Setelah
dikonversi untuk tikus dengan berat 200 gr menjadi 315 mg/200 gr
BB. Parasetamol 500 mg diencerkan dengan 1,3 ml aquades maka
pemberian dosis untuk tikus 0,8 ml/200 gr BB tikus/hari.
c. Pemberian vitamin E
Dosis vitamin E peroral yang berkhasiat hepatoprotektif
adalah 100 IU (mg/kg BB)/hari (Olaleye etal., 2006).
Vitamin E dilarutkan ke dalam minyak goreng kemudian
commit to user 2. Variabel Terikat
Kadar SGPT tikus
Skala: rasio.
Parameter kerusakan hati diukur dengan kadar SGPT karena
SGPT terutama paling banyak terdapat dalam sitoplasma sel hati,
sedangkan dalam jaringan tubuh yang lain konsentrasinya rendah.
Perubahan kadar SGPT terhadap kerusakan akibat peradangan akut hati,
memiliki sensitivitas yang sangat tinggi dibandingkan SGOT, sehingga
dapat mengukur sejauh mana efek hepatoprotektif dari eksrak bekatul
beras hitam.
Pengukuran kadar SGPT, menggunakan metode IFCC tanpa
pyroxidal phospat. Aktivitas enzim dibaca pada suhu 370C, dinyatakan
dalam UI / L.
(Widmann, 1996)
3. Variabel luar yang dapat dikendalikan
a. Genetik : galur Wistar.
b. Jenis kelamin : jantan.
c. Umur : ± 2-3 bulan.
d. Jenis makanan : pelet dan minuman dari air PAM
yang tidak terbatas.
commit to user 4. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan
Kondisi psikologis
Lingkungan yang terlalu gaduh atau ramai, pemberian perlakuan
yang berulang kali dan perkelahian antartikus dapat mempengaruhi kondisi
commit to user G. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Theposttest only control group design
Populasi (P)
Pengukuran akhir kadar SGPT (hari ke-15)
Analisa statistik One Way Anova atau Kruskall Walis
Post Hoc Test atau Mann Whitney Test
commit to user H. Instrumentasi dan Bahan Penelitian
1. Alat :
a. Kandang hewan percobaan
b. Timbangan digital
c. Sonde lambung
d. Alat-alat gelas (gelas beker, gelas ukur, batang pengaduk, tabung
reaksi, pipet kapiler yang dibasahi heparin)
e. Spuit injeksi 1 ml
f. Mesin sentrifuse
g. Mikrokapiler
2. Bahan :
a. Tikus putih jantan galur Wistar, berumur 2-3 bulan, dengan berat
badan ± 200 gr
b. Bekatul Beras Hitam
c. Pelet jenis K-52
d. Senyawa hepatotoksin berupa parasetamol
e. Vitamin E
f. Minyak goreng
g. Aquades
h. Monoreagen untuk pemeriksaan SGPT
I. Cara Kerja
1. Persiapan percobaan
commit to user
b. Dengan teknik random sampling sederhana, tikus dibagi menjadi 6
kelompok, masing-masing kelompok berisi 5 ekor.
c. Tikus ditimbang dan ditandai untuk menentukan dosis perlakuan.
d. Pembuatan seduhan bekatul.
e. Melarutan parasetamol dalam aquades.
f. Melarutkan Vitamin E dalam minyak goreng.
2. Pelaksanaan percobaan
a. Kelompok K (kontrol normal) diberikan diet standar selama 14
hari.
b. Kelompok P1 (kontrol positif) diberikan diet standar dan Vitamin E
100 IU/200 gr BB tikus/hari peroral dan parasetamol 315 mg/200
gr BB tikus/hari selama 14 hari.
c. Kelompok P2 (kontrol negatif) diberikan diet standar dan
parasetamol 315 mg/200 g BB tikus/hari selama 14 hari.
d. Kelompok P3 (uji dosis I) diberikan diet standar dan seduhan
bekatul 270 mg/200 g BB tikus/hari dan parasetamol 315 mg/200
gr BB tikus/hari setelah satu jam pemberian seduhan, selama 14
hari.
e. Kelompok P4 (uji dosis II) diberikan diet standar dan seduhan
bekatul 540 mg/200 gr BB tikus/hari dan parasetamol 315 mg/200
gr BB tikus/hari setelah satu jam pemberian seduhan, selama 14
commit to user
f. Kelompok P5 (uji dosis III) diberikan diet standar dan seduhan
bekatul 1080 mg/200 gr BB tikus/hari dan parasetamol 315 mg/200
gr BB tikus/hari setelah satu jam pemberian seduhan, selama 14
hari.
3. Pengukuran hasil
a. Pada hari ke-15 setelah perlakuan, semua tikus kelompok I, II, III,
IV, V, dan VI diambil darahnya dari medial kantus sinus orbitalis
dengan menggunakan tabung mikrokapiler sebanyak 2 ml.
b. Tabung tersebut kemudian disentrifuse dengan kecepatan 3000 rpm
selama 60 menit hingga didapatkan serum dan diukur SGPT tikus.
c. Data SGPT masing-masing kelompok dirata-rata dan dianalisis.
J. Analisis Statistik
Data mengenai kadar SGPT tikus masing-masing kelompok diuji
kenormalannya dengan uji Boxplot. Selanjutnya, untuk mengetahui adanya
pengaruh pemberian seduhan bekatul dalam menghambat peningkatan kadar
SGPT, maka dilakukan uji Anova bila data berdistribusi normal, akan tetapi
bila distribusi data tidak normal dapat dilakukan uji Kruskall Walis sebagai
altenatif uji Anova yang setara. Setelah itu analisis statistik dilanjutkan
dengan Post Hoc Test bila distribusi data normal atau Mann Whitney Test
bila distribusi data tidak normal, kedua uji ini bertujuan untuk mengetahui
kekuatan efek hepatoprotektif kelompok perlakuan. Data hasil penelitian
diolah dengan menggunakan SPSS for Windows versi 17.0 dengan taraf
commit to user BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Pada penelitian Efek Hepatoprotektif Seduhan Bekatul Beras Hitam
(Oryza sativa L. Japonica) pada Tikus Putih yang Diinduksi Parasetamol
Dosis Toksik, 30 ekor tikus putih dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu:
kelompok tanpa parasetamol (K), vitamin E + parasetamol (P1), parasetamol
saja (P2), seduhan bekatul dosis 270 mg/200 gr BB + parasetamol (P3),
seduhan bekatul dosis 540 mg/200 gr BB + parasetamol (P4) dan kelompok
yang diberi seduhan bekatul dosis 1080 mg/200 gr BB + parasetamol (P5).
Hasil penelitian, tikus putih diukur kadar SGPT dan didapatkan data
sebagai berikut:
Tabel 1. Data Hasil Pengukuran Rerata SGPT Tikus Putih
Kelompok N Rerata SGPT±SD (IU)
commit to user
Tabel 1. menunjukkan adanya perbedaan rerata SGPT tikus putih
setelah diberi perlakuan selama 14 hari. Kelompok K mempunyai nilai rerata
SGPT terendah yaitu 24.63±6.15 IU. Kelompok P2 mempunyai nilai rerata
SGPT tertinggi diantara semua kelompok yaitu 176.18±118.80 IU. Semua
kelompok yang diberi seduhan bekatul (kelompok P3, P4, dan P5) memiliki
nilai rerata SGPT lebih kecil dibandingkan kelompok yang hanya diberi
parasetamol saja, yaitu P3 67.93±11.85 IU, P4 56.08±7.50 IU dan P5
99.90±42.22 IU. Kelompok P4 mempunyai nilai rerata SGPT terendah di
antara semua kelompok uji dosis. Kelompok P4 juga mempunyai nilai rerata
lebih kecil dibandingkan kelompok pembanding P1 (58.80±7.09 IU).
B. Analisis Data
1. Uji Komparatif Kruskal-Wallis
Analisis data pada penelitian ini menggunakan uji komparatif
Kruskal-Wallis untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian seduhan
bekatul dalam menghambat peningkatan kadar SGPT.
Hasil Uji Kruskall-Wallis data rerata SGPT setelah perlakuan
menunjukan nilai p=0.03 (lampiran 5). Hasil perhitungan memperlihatkan
bahwa nilai p<0.05 yang berarti ada perbedaan rerata SGPT yang
commit to user
2. Uji Komparatif Mann-Whitney
Analisis data pada penelitian ini menggunakan uji komparatif
Mann-Whitney untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pengaruh efek
hepatoprotektif antara dua kelompok perlakuan.
Hasil perhitungan memperlihatkan bahwa nilai p<0.05 yang
berarti ada perbedaan rerata SGPT yang signifikan antara dua kelompok
perlakuan, kecuali pada kelompok P1-P4, kelompok P3, kelompok
commit to user BAB V
PEMBAHASAN
Data rerata SGPT setelah perlakuan (posttest) dianalisis menggunakan uji
Kruskall-Walis sebagai altenatif uji Anova yang setara. Setelah itu analisis
statistik dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney karena data tidak berdistribusi
normal. Data hasil penelitian diolah dengan menggunakan SPSS 17.0 dengan taraf
kepercayaan 95% atau tingkat kemaknaan (α) 0,05 (Murti, 1994; Trihendradi,
2009).
Kelompok P2 mempunyai rerata SGPT tertinggi 176.18 IU. Normalnya,
>90% dosis parasetamol yang dikonsumsi dimetabolisme di hepar akan
berkonjugasi dengan asam sulfat dan asam glukoronat kemudian dibuang melalui
urin. Dua persen dosis diekskresi oleh ginjal dalam bentuk utuh, sisanya
dimetabolisme oleh sistem sitokrom P450 hepar menjadi suatu metabolit reaktif
yaitu N-asetil-p-benzokuinon yang sangat toksik (Defendi, 2009; Gibson dan
Skett, 1991; Vandenberghe, 1996). Pada pemberian parasetamol dosis toksik ini,
cadangan glutation hepar kosong, metabolit NAPQI tidak dapat didetoksifikasi
dan berikatan secara kovalen dengan protein membran lipid bilayer dari sel hepar
menyebabkan nekrosis lobus sentral hepar (Defendi, 2009). Hasil analisis
komparatif Mann-Whitney kelompok K-P2 (p=0.03) menunjukkan adanya
perbedaan rerata SGPT yang bermakna setelah diberikan perlakuan.
Rerata SGPT Kelompok P1 (58.80 IU) lebih rendah dibandingkan
commit to user
membran sel dan berfungsi secara efektif memutus rantai terjadinya peroksidasi
lipid oleh radikal bebas dengan cara menyumbangkan satu atom hidrogen dari
gugus OH pada cincinnya ke radikal bebas. Penelitian in vivo tikus putih tentang
kemungkinan efek proteksi α-tokoferol pada kasus hepatotoksisitas akibat parasetamol
telah diselidiki. Derivat vitamin E dan preparat farmakopenya memiliki efek
membranotropik, menormalkan tingkat kolestrol total dan kolestrol bebas di mitokondria
hepar serta dapat menurunkan aktivitas serum aminotransferase. Vitamin E juga dapat
menurunkan tingkat generasi radikal anion superoksida (O2-), serta dapat meningkatkan
aktivitas enzim katalase dan glutation tereduksi di hepar. Aktivitas antioksidan α-tokoferol
asetat dan derivatnya terdapat pada struktur dari cincin kromiumnya. Satu IU vitamin E
setara secara biologis dengan 2/3 mg α-tokoferol asetat (Shaiakmetova et al., 2000).
Pemberian seduhan bekatul kelompok P3, P4 dan P5 terbukti mampu
menurunkan kadar SGPT tikus putih yang diinduksi parasetamol dosis toksik.
Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa Beras Hitam mengandung
beberapa senyawa aktif seperti flavonoid dan antosianin (Ling et al., 2002; Xia et
al., 2003; Kaneda et al., 2006; Kim, 2006). Fraksi antosianin bekatul Beras Hitam
berefek hepatoprotektif pada tikus yang diinduksi parasetamol. Antosianin
berkhasiat mencegah pengosongan glutation hepar. Antosianin juga berefek
meningkatkan aktivitas enzim glutation hepar dan enzim glutation S-transferase.
Selanjutnya, antosianin melindungi hepar dari toksisitas parasetamol dengan
memblok sitokrom P4502E1 (CYP2E1), suatu isozim mayor dalam bioaktivasi
parasetamol, serta bertindak sebagai suatu free radical scavenger (Choi et al.,
commit to user
Pemberian seduhan bekatul kelompok P4 terbukti paling efektif
melindungi hepar terhadap keracunan parasetamol. Hal ini tampak dari nilai rerata
SGPT kelompok P4 paling rendah (56.08 IU) dibandingkan kelompok seduhan
bekatul P3 dan P5. Dosis efektif bekatul ini setara dengan dosis penggunaan
bekatul Beras Hitam di masyarakat untuk terapi yaitu 30 gr/70 kg BB.
Pada data rerata SGPT kelompok P3, P4 dan P5 menunjukkan bahwa
peningkatan dosis seduhan bekatul tidak disertai dengan penurunan rerata SGPT
tikus putih secara linier. Kurva hubungan antara peningkatan dosis seduhan
bekatul dengan respon total penurunan rerata SGPT tikus putih tidak berbentuk
garis lurus melainkan sigmoid. Puncak kurva tepat di tengah yaitu pada dosis 540
mg/200 gr BB (tersaji dalam lampiran 7).
Sesuai dengan key and lock theory, zat akif bekatul berikatan dengan
reseptornya secara spesifik. Ikatan tersebut menghasilkan signal ke dalam sel
sehingga terjadi perubahan permeabilitas membran, pembentukan second
messenger dan/atau mempengaruhi transkripsi gen. Respon yang dihasilkan
sebanding dengan jumlah reseptor yang berinteraksi, kadar zat aktif bekatul dan
kompleks molekul reseptor-zat aktif bekatul (Kenakin, 1997). Pada dosis 270
mg/200 kg BB masih sedikit reseptor yang diduduki sehingga memberikan respon
penurunan SGPT yang tidak terlalu besar. Pada dosis 540 mg/200 kg BB sudah
banyak reseptor yang diduduki sehingga respon penurunan SGPT lebih besar
dibandingkan dosis pertama. Seduhan bekatul yang ditingkatkan menjadi 1080
mg/200 gr BB tidak menyebabkan penurunan kadar SGPT yang bermakna. Dosis
commit to user
kelompok dosis tersebut. Kemungkinan kematian tikus pada penelitian ini juga
commit to user BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Pemberian seduhan bekatul Beras Hitam dosis 270 mg/200 gr BB,
540 mg/200 gr BB dan 1080 mg/200 gr BB memiliki efek hepatoprotektif.
Pada dosis 540 mg/200 gr BB paling efektif melindungi hepar tikus putih
terhadap keracunan parasetamol.
B. Saran
Penelitian ini masih jauh dari sempurna sehingga perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut dengan:
1. Pengukuran kadar SGPT hewan uji sebelum perlakuan (pretest).
2. Pembuatan preparat histologi untuk mengetahui morfologi kerusakan
hepar.
3. Penggunaan minyak zaitun sebagai pelarut vitamin E.
4.
Penggunaan kandang dan lingkungan pemeliharaan standar hewanlaboratorium.