PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
THINK-PAIR-SHARE (TPS) TERHADAP KETERAMPILAN
PROSES SISWA SD
(Eksperimen di Kelas V SDN I Rangkasbitung Timur Kecamatan Rangkasbitung Kabupaten Lebak)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
Nadia Dilla Silvera 0909209
PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS SERANG
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SISWA SD
(Eksperimen di Kelas V SDN I Rangkasbitung Timur Kecamatan Rangkasbitung Kabupaten Lebak)
Oleh
Nadia Dilla Silvera
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan Prodi S1 PGSD
© Nadia Dilla Silvera 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN
NADIA DILLA SILVERA
(0909209)
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
THINK-PAIR-SHARE (TPS) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SISWA SD
(Eksperimen di Kelas V SDN I Rangkasbitung Timur Kecamatan Rangkasbitung Kabupaten Lebak)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I,
Drs. Ajo Sutarjo, M. Pd NIP. 19620110 198803 1 003
Pembimbing II,
Supriadi, M. Pd NIP. 19790717 200604 1 002
Diketahui oleh
Ketua Prodi S1 PGSD UPI Kampus Serang
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) Terhadap
Keterampilan Proses Siswa SD” (Eksperimen di Kelas V SDN I Rangkasbitung
Timur Kecamatan Rangkasbitung Kabupaten Lebak) ini sepenuhnya karya saya
sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang
lain dan saya tidak akan melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara
yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang
dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap
etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap
keaslian karya saya ini.
Serang, Juni 2013
Yang membuat pernyataan
NADIA DILLA SILVERA
Motto:
“Hidup berawal dari mimpi, mimpi berawal dari niat..
Bismillah”
Persembahan:
Skripsi ini penulis persembahkan sebagai rasa bakti dan
cinta kepada mamah, bapak, nenek tersayang, adikku
Bisma, om Yanu, tante Liya, Ibu, om Helmi, beserta
keluarga tercinta dan kepada orang terkasih yang telah
memberikan seluruh cinta, doa, nasehat serta motivasi
sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi tepat pada
waktunya.
Terimakasih untuk warna warni yang telah kalian
berikan dalam kehidupanku.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa membantu
penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) Terhadap Keterampilan Proses Siswa SD (Eksperimen di Kelas V SDN I Rangkasbitung Timur Kecamatan Rangkasbitung Kabupaten Lebak)”. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan pada Nabi Muhammad
SAW, yang telah membawa umat manusia dari jalan yang gelap gulita ke jalan
yang terang benderang
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian Sarjana
Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan
Indonesia Kampus Serang. Dalam penyusunan skripsi, penulis memperoleh
bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta
selalu berdoa dan memberikan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan.
Karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
konstruktif ke arah penyempurnaan. Semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak. Amin.
Serang, Juni 2013
ii
UCAPAN TERIMA KASIH
Terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. H. M. Abdul Somad, M. Pd selaku Direktur Universitas
Pendidikan Indonesia Kampus Serang.
2. Drs. Ajo Sutarjo, M. Pd selaku Ketua Program Studi S1 Pendidikan Guru
Sekolah Dasar UPI Serang sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I.
3. Bapak Supriadi, M. Pd selaku pembimbing II atas saran-saran dan
bimbingannya.
4. Seluruh dosen dan staf tata usaha Universitas Pendidikan Indonesia Kampus
Serang yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
5. Bapak Owi Madrowi, S. Pd selaku Kepala Sekolah SDN I Rangkasbitung
Timur beserta staf yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melaksanakan penelitian ini.
6. Ibu Eti Sumarni, S. Pd selaku guru kelas VA dan Ibu Suhartini, S. Pd selaku
guru kelas VB SDN I Rangkasbitung Timur yang telah memberikan bantuan
demi terlaksananya penelitian ini.
7. Siswa-Siswi kelas V SDN I Rangkasbitung Timur yang menjadi sampel
penelitian ini.
8. Risky Mustakim, S.T yang selalu memberikan motivasi kepada penulis
dengan penuh kesabaran dan kasih sayangnya sehingga karya ini dapat
selesai tepat waktu.
9. Sahabat-sahabatku tercinta yang selalu membantu dan memotivasi dalam
mengarungi kehidupan.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat serta karunianya
iii
ABSTRAK
NADIA DILLA SILVERA (2013). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SISWA SD (Eksperimen di Kelas V SDN I Rangkasbitung Timur Kecamatan Rangkasbitung Kabupaten Lebak)
Agar proses belajar khususnya dalam pembelajaran IPS tidak cenderung berpusat pada guru, maka dikembangkan model-model pembelajaran yang inovatif dan meningkatkan keterampilan proses siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMA KASIH ... ii
ABSTRAK ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR BAGAN ... vii
DAFTAR DIAGRAM ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 3
C. Perumusan Masalah ... 3
D. Tujuan Penelitian ... 4
E. Manfaat Penelitian ... 4
F. Definisi Operasional ... 5
G. Hipotesis Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7
A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share ... 7
v
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 13
A. Metode Penelitian ... 13
B. Desain Penelitian ... 13
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 14
D. Instrumen Penelitian ... 15
E. Pengembangan Bahan Ajar... 22
F. Teknik Pengumpulan Data ... 23
G. Teknik Analisis Data ... 23
H. Prosedur Penelitian ... 29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31
A. Hasil Penelitian ... 31
B. Pembahasan ... 61
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 72
A. Kesimpulan ... 72
B. Rekomendasi ... 73
DAFTAR PUSTAKA ... 75
LAMPIRAN SK PEMBIMBING
LAMPIRAN SURAT KETERANGAN OBSERVASI LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel
3.1 Validitas Muka Tes Keterampilan Proses ... 17
3.2 Validitas Isi Tes Keterampilan Proses... 18
3.3 Lembar Pertimbangan Lembar Kerja Siswa ... 19
3.4 Interpretasi Gain Ternormalisasi ... 26
3.5 Kriteria Presentasi Skala Sikap ... 28
4.1 Deskripsi Statistik Data Pretest ... 33
4.2 Uji Normalitas Data Pretest ... 34
4.3 Uji Homogenitas Data Pretest ... 37
4.4 Uji Nonparametrik (Mann-Whitney Test)... 38
4.5 Deskripsi Statistik Data Postest ... 40
4.6 Uji Normalitas Data Postest ... 41
4.7 Uji Homogenitas Data Postest ... 44
4.8 Uji Rata-Rata (Uji t) ... 45
4.9 Pengelompokan Hasil Postest Kelas Eksperimen ... 46
4.10 Uji Anova (Analisis of Varians) ... 47
4.11 Uji Scheffe ... 49
4.12 Rata-Rata N-Gain ... 52
4.13 Rata-Rata Observasi Aktivitas Siswa ... 53
4.14 Rata-Rata Observasi Aktivitas Guru ... 54
4.15 Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran IPS ... 55
4.16 Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran Menggunakan Model Kooperatif Tipe Think-Pair-Share ... 56
vii
4.18 Penafsiran Angket Skala Sikap ... 69
DAFTAR BAGAN
Bagan
3.1 Desain Penelitian ... 14
viii
DAFTAR DIAGRAM
Diagram
4.1 Nilai Pretest Kelas Eksperimen ... 32
4.2 Nilai Pretest Kelas Kontrol ... 32
4.3 Q-Q Plot Pretest Kelas Eksperimen ... 35
4.4 Q-Q Plot Pretest Kelas Kontrol ... 36
4.5 Nilai Postest Kelas Eksperimen ... 39
4.6 Nilai Postest Kelas Kontrol ... 40
4.7 Q-Q Plot Postest Kelas Eksperimen ... 42
4.8 Q-Q Plot Postest Kelas Kontrol ... 43
4.9 Gain Kelas Eksperimen ... 50
4.10 Gain Kelas Kontrol ... 51
4.11 Nilai Rata-Rata LKS ... 63
4.12 Rata-Rata N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 65
4.13 Rata-Rata Nilai Pretest dan Postest ... 66
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Instrumen Tes Keterampilan Proses ... 77
2. Instrumen Skala Sikap ... 81
3. Instrumen Pedoman Observasi ... 83
4. Instrumen Pedoman Wawancara ... 85
5. Instrumen Lembar Kerja Siswa ... 87
6. Jurnal Harian Siswa ... 91
7. RPP Model Kooperatif Tipe Think-Pair-Share ... 92
8. RPP Konvensional ... 99
9. Hasil Pretest Kelas Eksperimen ... 105
10. Hasil Pretest Kelas Kontrol ... 106
11. Deskripsi Statistik Data Pretest ... 107
12. Uji Normalitas Data Pretest ... 108
13. Uji Homogenitas Data Pretest ... 108
14. Normal Q-Q Plots ... 109
15. Uji Mann-Whitney ... 110
16. Hasil Postest Kelas Eksperimen ... 111
17. Hasil Postest Kelas Kontrol ... 112
18. Analisis Indikator Soal Postest ... 113
x
20. Uji Normalitas Data Postest ... 114
21. Uji Homogenitas Data Postest ... 114
22. Normal Q-Q Plots ... 115
23. Uji t Data Postest ... 116
24. Pembagian Sub Kelas Eksperimen ... 117
25. Uji Anova ... 117
26. Uji Scheffe ... 118
27. Homogeneous Subsets ... 118
28. Pengolahan N-Gain Kelas Eksperimen ... 119
29. Pengolahan N-Gain Kelas Kontrol ... 120
30. N-Gain dan Interpretasi N-Gain ... 121
31. Rata-Rata N-Gain Siswa ... 122
32. Analisis Nilai LKS Kelas Eksperimen ... 123
33. Analisis Nilai LKS Kelas Kontrol ... 124
34. Rata-Rata Nilai LKS ... 125
35. Analisis Data Skala Sikap ... 126
36. Penafsiran Angket Skala Sikap ... 127
37. Pelaksanaan Pretest ... 128
38. Pembelajaran IPS menggunakan Model Think-Pair-Share ... 128
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang
adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga
yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan
yang dihadapinya. Peranan guru di sekolah bukan hanya mengajar, melainkan
juga mendidik.
Darji Darmodiharjo (Sadulloh, 2010:7), mengemukakan bahwa ”mendidik
merupakan usaha yang lebih ditujukan kepada pengembangan budi pekerti, hati
nurani, semangat, kecintaan, rasa kesusilaan, serta ketakwaan”.
Sesuai dengan Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila siswa mampu menyelesaikan
soal-soal ulangan atau ujian dengan mendapatkan nilai yang memuaskan. Selain
itu guru juga telah melaksanakan tugasnya apabila semua materi pembelajaran
yang terdapat dalam kurikulum sudah tersampaikan kepada siswa. Ilustrasi
tersebut menunjukan bahwa pembelajaran berorientasi pada hasil, sedangkan
prosesnya terabaikan.
Berdasarkan hasil analisis penelitian yang dilakukan di Sekolah Dasar,
2
teacher-centered sehingga siswa menjadi pasif. Guru lebih suka menerapkan
model tersebut karena tidak memerlukan alat dan bahan praktik, cukup dengan
menjelaskan konsep-konsep yang ada pada buku paket. Selain itu keterampilan
proses sering diabaikan guru, padahal keterampilan proses dapat membimbing
siswa menemukan pengalaman atau konsep yang sangat mendukung pencapaian
aspek kognitif.
Agar proses belajar tidak cenderung teacher-centered, maka dikembangkan
model-model pembelajaran yang lebih inovatif, dan membuat terjadinya interaksi
antara siswa dan guru. Salah satunya adalah Model Pembelajaran Kooperatif
Think-Pair-Share, yang merupakan sebuah inovasi dari Model Pembelajaran
Kooperatif. Dalam model ini terjadi interaksi antara siswa dalam mengutarakan
pendapatnya, sehingga siswa berperan aktif dalam memecahkan masalah. Guru
bersifat sebagai fasilitator dan memberikan penguatan tentang apa yang
diungkapkan siswa.
Seperti menurut pendapat Suyitno (2012-Online) bahwa “Model
Think-Pair-Share (TPS) dapat juga disebut sebagai model belajar mengajar
berpasangan”.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Wilda Mutiara (Skripsi
Universitas Negeri Yogyakarta, 2012) dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Terhadap Prestasi Belajar IPS
(Studi Eksperimen Siswa Kelas IV SD Negeri II Kecila, Kemranjen, Banyumas
Tahun Ajaran 2011/2012)” menyimpulkan bahwa model pembelajaran Kooperatif
Tipe Think-Pair-Share dapat meningkatkan hasil belajar antar kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Perbedaan yang signifikan pada hasil Post Test mata pelajaran
IPS pada siswa yang diberi perlakuan (kelompok eksperimen) dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dengan siswa yang tidak diberi
perlakuan (kelompok kontrol) dengan perbedaan nilai rata-rata sebesar 4 point dan
dilakukan uji rata-rata (Uji t) dan diperoleh nilai 5.274 yang berarti hasil belajar
3
Meminjam pendapat Bruner (Trianto 2010:7) bahwa “berusaha sendiri
untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, akan
menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna”.
Maka dari itu apabila kita ingin meningkatkan keterampilan proses belajar
siswa khususnya dalam pembelajaran IPS, perlu upaya peningkatan kualitas
pembelajaran di sekolah. Salah satunya dengan menerapkan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) di Sekolah Dasar.
Atas dasar pemikiran di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think-Pair-Share (TPS) Terhadap Keterampilan Proses Siswa SD (Eksperimen di Kelas
V SDN 1 Rangkasbitung Timur Kecamatan Rangkasbitung Kabupaten Lebak)”.
B. Batasan Masalah
Mengingat keterbatasan penulis dalam melakukan penelitian ini, baik dalam
hal kemampuan, waktu maupun biaya, maka penulis membatasi penelitian ini
dalam beberapa hal sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan di dua kelas yaitu kelas VA dan VB di SDN 1
Rangkasbitung Timur dimana satu kelas sebagain kelas eksprimen dan satu
kelas sebagai kelas kontrol.
2. Yang diteliti adalah keterampilan proses siswa dalam pembelajaran IPS.
3. Pembelajaran yang digunakan adalah Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think-Pair- Share dan pembelajaran biasa.
4. Dalam penelitian ini penulis hanya mengambil materi pelajaran yaitu pokok
bahasan tentang peristiwa seputar proklamasi.
C. Perumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah keterampilan proses siswa yang mendapatkan pembelajaran IPS
4
siswa yang mendapatkan pembelajaran IPS dengan menggunakan model
konvensional?
2. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran IPS dengan menggunakan
Model Think-Pair-Share (TPS)?
3. Faktor-faktor apa saja yang dapat mendukung/menghambat pembelajaran IPS
dengan menggunakan Model Think-Pair-Share (TPS)?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan
proses siswa SD dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS). Adapun tujuan khusus
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi perbedaan keterampilan proses siswa yang mendapatkan
pembelajaran IPS dengan Model Think-Pair-Share (TPS) dengan siswa yang
mendapatkan pembelajaran IPS dengan model konvensional.
2. Mengidentifikasi sikap siswa terhadap pembelajaran IPS yang menggunakan
model Think-Pair-Share (TPS).
3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung/menghambat pembelajaran
IPS dengan menggunakan model Think-Pair-Share (TPS)
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini penting untuk dilakukan, secara praktis hasil dari penelitian ini
dapat bermanfaat bagi sekolah (guru dan siswa), sedangkan secara teoritis akan
bermanfaat bagi penelitian dan keilmuan. Adapun rincian manfaat penelitian ini,
adalah sebagai berikut:
1. Bagi siswa: Pembelajaran dengan menggunakan Model Think-Pair-Share
(TPS) dapat meningkatkan keterampilan proses siswa SD
2. Bagi guru: Pembelajaran dengan menggunakan Model Think-Pair-Share
(TPS) ini dapat menjadi model pembelajaran alternatif yang diterapkan di
5
3. Hasil penelitian ini nantinya dapat dijadikan sebagai acuan/referensi
(penelitian yang relevan) pada penelitian yang sejenis.
F. Definisi Operasional
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share pertama kali
dikembangkan oleh Frank Lyman dari Universitas Maryland, sesuai yang dikutip
Arends (Trianto, 2010:81) bahwa “Think-Pair-Share (TPS) merupakan suatu
cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas”.
Proses belajar mengajar dikelas harus dapat mengembangkan cara belajar
siswa untuk mendapatkan, mengelola, menggunakan dan mengkomunikasikan apa
yang telah diperoleh dalam proses belajar tersebut. Kemampuan dasar yang telah
dikembangkan dan telah terlatih lama-kelamaan akan menjadi suatu keterampilan.
Menurut Holil (2008-Online) “Keterampilan proses adalah keterampilan
yang diperoleh dari latihan kemampuan-kemampuan mental, fisik dan sosial yang
mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi”.
Sejalan dengan pendapat tersebut di atas, mengenai keterampilan proses
siswa dikemukakan juga sebagai berikut:
Keterampilan proses lebih menekankan pada isi atau konsep. Melalui keterampilan proses siswa dapat menemukan pengalaman pengetahuan atau konsep tertentu. Dengan kata lain, keterampilan proses dititik beratkan kepada bagaimana mempelajari dan apa yang dipelajari. (Effendi dan Ita, 2010:8)
Keterampilan siswa akan tampak dalam beberapa kegiatan seperti yang
dikemukakan berikut:
6
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share kegiatan
pembelajarannya yang merupakan pola diskusi kelas diharapkan dapat
meningkatan keterampilan proses siswa di kelas V SDN I Rangkasbitung
Kecamatan Rangkasbitung Kabupaten Lebak.
G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini adalah: “Keterampilan proses
siswa yang mendapatkan pembelajaran IPS menggunakan Model
Think-Pair-Share (TPS) lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran IPS
13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode eksperimen
dengan sampel penelitian yaitu 30 siswa kelas eksperimen mendapatkan
pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran tipe
Think-Pair-Share dan 30 siswa kelas kontrol mendapatkan pembelajaran IPS dengan
menggunakan model konvensional. Pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
diberikan tes awal/pretest dan tes akhir/postest dengan menggunakan soal yang
sama.
B. Desain Penelitian
Sebelum merumuskan desain penelitian, terlebih dahulu peneliti
menetapkan variabel bebas dan variabel terikat dalam penelitian ini. Adapun yang
dimaksud dengan variabel bebas adalah kondisi atau karakteristik yang oleh
peneliti dimanipulasi dalam rangka untuk menerangkan hubungannya dengan
fenomena yang diobservasi. Fungsi variabel bebas untuk mempengaruhi variabel
lain.
“Variabel terikat adalah kondisi atau karakteristik yang berubah atau muncul ketika penelitian. Variabel terikat dipengaruhi oleh variabel lain”.
(Narbuko, 2004:119).
Perlakuan dalam penelitian ini adalah pembelajaran IPS dengan
menggunakan model pembelajaran tipe Think-Pair-Share (TPS) sebagai variabel
bebas. Sementara keterampilan proses siswa SD sebagai variabel terikatnya.
Pengamatan dilakukan 2 kali, yaitu pada saat sebelum proses pembelajaran atau
pretest, dan sesudah pembelajaran atau postest.
Pada penelitian ini, dipilih sampel penelitian secara acak, kemudian dibagi
14
kedua tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan
kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol. Pretest dan
postest dilakukan pada 2 kelompok tersebut. Pada kelompok eksperimen
memperoleh perlakuan dengan pembelajaran IPS menggunakan model
pembelajaran tipe Think-Pair-Share (X), sedangkan kelompok kontrol
menggunakan pembelajaran biasa.
Berdasarkan uraian diatas maka desain penelitian yang digunakan adalah
True Eksperimen Pretest-Posttest Control Group Design yang secara ringkas
digambarkan sebagai berikut (Sugiyono, 2009:76):
E 01 X 02
K 03 04
Bagan 3.1
Desain penelitian
Keterangan:
E : Kelas Eksperimen
K : Kelas Kontrol
01,03 : Pretest
02,04 : Postest
X : Model Pembelajaran Tipe Think-Pair-Share (TPS)
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Dalam hubungan populasi dan sampel, Prof. Sutrisno Hadi (Narbuko,
2004:107), menjelaskan bahwa “sampel atau contoh adalah sebagian individu
yang diselidiki dari keseluruhan individu penelitian”.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, maka populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh SD Negeri di Kecamatan Rangkasbitung. Sedangkan
15
berdasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang diperkirakan mempunyai
sangkut paut erat dengan populasi.
Seluruh siswa SD dari tiap sekolah rata-rata berumur 6-12 tahun. Namun
peneliti mengambil sampel siswa kelas V di SDN I Rangkasbitung Timur
Kecamatan Rangkasbitung Kabupaten Lebak. Alasan pemilihan SD adalah karena
lokasinya yang dekat dengan tempat tinggal peneliti, selain itu sebagai calon guru
Sekolah Dasar peneliti harus mengetahui permasalahan apa yang di alami siswa
SD dalam pembelajaran IPS, serta untuk mengetahui sejauh mana keterampilan
proses siswa SD pada pembelajaran IPS khususnya di SDN I Rangkasbitung
Timur.
Untuk pemilihan kelas, peneliti mengambil kelas paralel VA dan VB di
SDN I Rangkasbitung Timur, sedangkan untuk menentukan kelas eksperimen dan
kelas kontrol digunakan teknik random/acak dan diperoleh kelas VA sebagai kelas
eksperimen dan kels VB sebagai kelas kontrol
D. Instrumen Penelitian
Trianto (2012:271), mengemukakan bahwa: “Instrumen merupakan alat
yang digunakan untuk mengukur tingkat ketercapaian kompetensi”.
“Instrumen juga diartikan sebagai alat bantu yang diwujudkan dalam benda, misalnya angket, daftar cocok, pedoman wawancara, panduan pengamatan, test,
inventori, dan skala”. (Trianto, 2012:271)
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Tes
(Pretest, Postest, Lembar Kegiatan Siswa) dan Non Tes (Angket, Observasi,
Wawancara, Jurnal Harian).
1. Instrumen Tes Keterampilan Proses
Tes menurut Trianto (2010:199), adalah “Salah satu alat untuk mengukur terjadinya perubahan tingkah laku pada siswa setelah berlangsung serangkaian
proses belajar mengajar”.
Dilain pihak, Arikunto (2012:64) menjelaskan bahwa: “Tes ditinjau dari
16
“Pretest merupakan penilaian awal siswa yang dilakukan untuk penjajakan atau pengukuran tentang penguasaan siswa terhadap tujuan yang harus dicapai”.
(Trianto, 2010:199).
Adapun fungsi pretest menurut Suryosubroto (2009:54), adalah “untuk
menilai sampai dimana kemampuan siswa sebelum mengikuti program
pembelajaran yang telah guru siapkan”.
Pretest diberikan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
sebelum pembelajaran dilakukan. Sedangkan post tes digunakan untuk mengukur
peningkatan keterampilan proses siswa kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol.
Tes yang digunakan adalah tes berbentuk Uraian. Dalam penyusunan tes
keterampilan proses, diawali dengan penyusunan kisi-kisi soal yang mencakup
subpokok bahasan, indikator kemampuan keterampilan yang diukur, nomor soal,
serta bobot nilai masing-masing soal. Setelah membuat kisi-kisi, dilanjutkan
dengan menyusun soal disertai kunci jawaban dan pedoman penskoran untuk
setiap butir soal.
“Agar dapat diperoleh data yang valid, instrument atau alat untuk mengevaluasinya harus valid.” (Arikunto, 2012:79).
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriteria,
memiliki kesejajaran antara hasil tes dan kriteria. Adapun pertimbangan untuk
mengetahui kevalidan tes keterampilan proses baik untuk pretest, postest maupun
Lembar Kerja Siswa berdasarkan lembar pertimbangan yang diisi oleh Dosen
Pembimbing II yaitu Bapak Supriadi, M.Pd sebagai validator adalah sebagai
berikut:
a. Validitas Muka
Untuk setiap butir soal, bubuhkan angka 1 pada tabel, jika Bapak/Ibu
menganggap soal tersebut valid. Bubuhkan angka 0 jika Bapak/Ibu menganggap
soal tersebut tidak valid. Kemudian berikan komentar mengenai ketidakvalidan
soal tersebut, dan berikan saran/perbaikan pada tempat yang telah disediakan
17
Soal dikatakan valid (dari segi validitas muka) jika telah memenuhi kriteria
validitas muka, yakni apabila butir soal tersebut memiliki kejelasan dari segi
bahasa atau redaksional. Adapun untuk hasil pertimbangan validitas muka yang
diisi oleh validator dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini:
Tabel 3.1
Validitas Muka Tes Keterampilan Proses
No.
Soal
Valid (1)
atau
Tidak
Valid (0)
Komentar dan Saran Perbaikan
1. 1
Bahasa harus bisa dipahami atau dimengerti siswa
2. 1
3. 1
4. 1
5. 1
Serang, 26 April 2013
Validator,
TTD
Supriadi, M.Pd
Dari tabel 3.1 diatas dapat diketahui bahwa soal tes keterampilan proses
memiliki validitas muka karena masing-masing soal diberi nilai 1 (Valid) serta
validator memberikan saran untuk menggunakan bahsa yang bisa dipahami siswa
18
b. Validitas Isi
Untuk setiap butir soal, bubuhkan angka 1 pada tabel, jika Bapak/Ibu
menganggap soal tersebut valid. Bubuhkan angka 0 jika Bapak/Ibu menganggap
soal tersebut tidak valid. Kemudian berikan komentar mengenai ketidakvalidan
soal tersebut, dan berikan saran/perbaikan pada tempat yang telah disediakan
dalam tabel. Soal dikatakan valid jika butir soal tersebut telah sesuai dengan:
1) Materi pokok yang diberikan.
2) Indikator pencapaian hasil belajar.
3) Aspek keterampilan proses
4) Tingkat kesukaran untuk siswa kelas V SD
Adapun lembar pertimbangan validitas isi seperti pada tabel 3.2 berikut ini:
Tabel 3.2
Validitas Isi Tes Keterampilan Proses
No.
1. 1 Materi pokok dalam tes harus sesuai dengan
pengembangan bahan ajar
Sesuaikan dengan indikator keterampilan proses
Soal jangan terlalu sukar atau jangan terlalu mudah
sehingga harus seimbang antara soal sedang, mudah dan
19
Dari tabel 3.2 dapat dilihat bahwa soal tes keterampilan proses memiliki
validitas isi karena masing-masing soal diberi nilai 1 (Valid).
c. Pertimbangan Lembar Kerja Siswa
Setelah tes keterampilan proses baik untuk pretest dan postest dikatakan
valid atau memiliki kesejajaran antara soal dan kriteria, maka selanjutnya
dilakukan validitas untuk Lembar Kerja Siswa dengan pokok bahasan Peristiwa
Seputar Proklamasi, seperti yang terlihat pada tabel 3.3 berikut:
Tabel 3.3
Lembar Pertimbangan Lembar Kerja Siswa
No. Uraian Penilaian
SKB KB CB B SB
1 Apakah masalah dan tugas pada LKS sesuai
dengan tujuan yang akan dicapai pada RPP? √
2
Apakah desain LKS sudah sesuai dengan
karakter Keterampilan Proses menggunakan
Think-Pair-Share?
√
3
Bagaimanakah peran LKS untuk membantu
siswa mengembangkan kemampuan
keterampilan proses siswa?
√
4 Apakah tuntunan dalam LKS sesuai dengan
tingkat perkembangan siswa? √
5 Apakah pengorganisasian LKS sistematis? √
6
Bagaimanakah peran LKS untuk membantu
siswa membangun
konsep-konsep/prinsip-prinsip IPS dengan kemampuan mereka
sendiri?
√
7 Apakah bahasa yang digunakan sudah
20
Penilaian Umum dari LKS
Secara umum LKS ini:
1. Sangat kurang baik
2. Kurang baik
3. Cukup
4. Baik
5. Sangat baik
*) lingkari angka di depannya
Dari tabel 3.3 dapat disimpulkan bahwa dalam lembar perimbangan LKS
secara umum LKS memperoleh penilaian baik menurut validator, karena masalah
dan tugas pada LKS sudah sesuai dengan RPP, sesuai dengan keterampilan proses
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share, membantu
siswa dalam mengembangkan keterampilan proses serta LKS yang disusun sudah
sistematis.
2. Instrumen Skala Sikap Siswa
Instrumen skala sikap dalam penelitian ini berupa angket. “Angket adalah
sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur”.
(Arikunto, 2012:42)
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan angket tertutup yaitu angket
yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga responden
hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih.
Instrumen skala sikap digunakan untuk memperoleh informasi mengenai
sikap siswa terhadap pembelajaran IPS dengan menggunakan Model Cooperative
Learning Type Think-Pair-Share (TPS). Sikap tersebut meliputi kepercayaan diri
dalam belajar IPS, kecemasan dalam belajar IPS, keberanian dalam bertanya dan
menjawab pertanyaan, perasaan suka atau tidaknya terhadap pembelajaran, dan
21
sikap ini diberikan kepada siswa kelompok eksperimen setelah semua kegiatan
pembelajaran berakhir, yakni setelah dilaksanakan postest.
Skala sikap yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk skala sikap
Model Likert yang terdiri atas lima pilihan, yaitu: sangat setuju (SS), setuju (S),
tak memutuskan (N), tidak setuju (ST), dan sangat tidak setuju (STS). Jumlah
pertanyaan yang diberikan sebanyak 10 pertanyaan terdiri dari: 5 pernyataan
positif dan 5 pernyataan negatif.
Adapun teknik penentuan skor dalam penelitian ini menurut Riduwan
(2006:39), adalah:
Secara apriori, skala yang berarah positif akan mempunyai skor 5 bagi sangat setuju (SS), 4 bagi setuju (S), 3 tak memutuskan (N), 2 bagi tidak setuju (TS), dan 1 bagi sangat tidak setuju (STS). Ketentuan ini diberikan kepada soal yang berarah positif, sedang bagi soal yang berarah negatif akan mempunyai skor 1 bagi sangat tidak setuju (SS), 2 bagi setuju (S), 3 tak memutuskan (N), 4 bagi tidak setuju (TS) dan 5 bagi sangat tidak setuju (STS).
3. Observasi
“Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis”. (Arikunto, 2012:45)
Observasi ini digunakan untuk mengamati proses pembelajaran IPS dengan
menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) di
SD.
4. Wawancara
“Wawancara atau interview merupakan suatu metode yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan cara Tanya-jawab sepihak.
Karena responden tidak diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan”.
(Arikunto, 2012:44)
Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan terhadap guru serta beberapa
22
5. Jurnal Harian
Jurnal harian diberikan pada siswa setelah Kegiatan Belajar Mengajar
selesai dilaksanakan. Adapun yang dimaksud jurnal harian menurut Trianto
(2010:242), adalah:
Jurnal harian merupakan respons siswa yang digunakan untuk mengukur pendapat siswa terhadap ketertarikan, perasaan senang, serta kemudahan memahami komponen-komponen pembelajaran: materi/isi, kegiatan dalam LKS, suasana belajar dan cara guru mengajar. Jurnal harian diberikan pada siswa setelah KBM selesai dilaksanakan.
E.Pengembangan Bahan Ajar
Pada penelitian ini, konsep yang menjadi pengembangan bahan ajar adalah
“Peristiwa Sekitar Proklamasi”. Alasannya karena disesuaikan dengan jadwal pelajaran di SD.
Bahan ajar ini dikembangkan dalam bentuk rencana pembelajaran yang
disusun oleh peneliti. Sebelum diimplementasikan, rencana pembelajaran tersebut
dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dosen pembimbing.
Setiap rencana pembelajaran yang disusun dilengkapi dengan lembar kerja
siswa (LKS). Lembar kerja siswa tersebut tersaji dengan sejumlah pertanyaan
yang harus diselesaikan oleh siswa. Pertanyaan-pertanyaan tersebut ada yang
harus dikerjakan secara individual, tetapi ada pula yang harus dikerjakan secara
kelompok.
Lembar kerja siswa yang dirancang, disusun, dan dikembangkan dalam
penelitian ini disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Think-Pair-Share (TPS) yang akan diterapkan dalam pembelajaran, serta melalui
23
F.Teknik Pengumpulan Data
Beberapa cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Tes, dilakukan sebelum (pretest) dan sesudah (postest) proses pembelajaran
terhadap kedua kelompok baik eksperimen maupun kontrol. Namun waktu
pelaksanaan disesuaikan dengan jadwal pada masing-masing kelas.
2. Jurnal harian diberikan kepada seluruh siswa untuk diisi dan dikumpulkan
kembali setelah selesai setiap pertemuan.
3. Lembar observasi di isi oleh observer pada setiap pembelajaran IPS
berlangsung. Dalam hal ini, observer adalah guru kelas selain peneliti yang
terlibat langsung dalam pemantauan proses pembelajaran.
4. Skala sikap diberikan kepada seluruh siswa diberikan setelah seluruh
pembelajaran selesai dilaksanakan.
G.Teknik Analisis Data
Setelah diperoleh data penelitian, maka selanjutnya melakukan pengolahan
atau analisis data. Untuk analisis data tes, peneliti melakukan beberapa langkah uji
dengan menggunakan bantuan program software SPSS Statistic versi 19 for
windows. Untuk data skala sikap, observasi, wawancara, dan jurnal harian data
yang diperoleh akan dianalisis dan kemudian dijabarkan dalam bentuk kalimat.
1. Analisis Data Tes
Untuk analisis data tes, dilakukan beberapa uji seperti uji normalitas, uji
homogenitas dan uji rata-rata baik untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menyelidiki apakah sampel-sampel data
yang diambil berdistribusi normal atau tidak. Uji normalits dihitung menggunakan
bantuan program software SPSS Statistic versi 19 for windows uji normalitas yang
dilakukan menggunakan uji Shapiro-Wilk dengan menggunakan kaidah nilai:
Sig. > 0.05, maka data berdistribusi normal.
24
Apabila setelah melakukan uji normalitas data yang diperoleh berdistribusi
normal, maka selanjutnya melakukan uji homogenitas dan uji rata-rata (Uji t).
sedangkan apabila setelah melakukan uji normalitas diperoleh data berdistribusi
tidak normal, maka langkah selajutnya melakukan uji homogenitas dan uji
nonparametrik.
b. Uji Homogenitas Variansi
Uji homogenitas variansi dilakukan dengan maksud untuk mengetahui
apakah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki varians yang
homogen. Karena kedua kelompok sampel yang diteliti saling bebas, maka
apabila menghitung secara manual uji variansi ini menggunakan uji F dengan
rumus sebagai berikut (Riduwan, 2006:186):
F
hitung=
Setelah memperoleh nilai Fhitung, kemudian bandingkan antara Fhitung dan
Ftabel dengan dbpembilang: n-1 (untuk varians terbesar) dan dbpenyebut: n-1 (untuk
varians terkecil). Taraf signifikansi 5%. Dengan kriteria pengujian:
Jika Fhitung ≤ Ftabel maka varians homogen.
Jika Fhitung ≥ Ftabel maka varians tidak homogen.
Apabila menggunakan bantuan program software SPSS Statistic versi 19 for
windows, maka uji homogenitas data yang digunakan yaitu Uji Levene’s
(Levene’s Test) dengan kaidah keputusan:
Sig. > 0.05, maka data berasal dari varians yang homogen
Sig. ≤ 0.05, maka data berasal dari varians yang tidak homogen
c. Uji Hipotesis
Apabila data yang diperoleh berdistribusi normal dan berasal dari varians
25
namun apabila data yang diperoleh tidak berdistribusi normal dan berasal dari
varians yang homogen maka langkah selanjutnya melakukan uji nonparametrik.
1) Uji Rata-Rata (Uji t)
Uji t dua sampel bertujuan untuk membandingkan (membedakan) apakah
kedua data (variabel) tersebut sama atau berbeda. Uji t dilakukan apabila data
yang diperoleh berdistribusi normal dan memiliki varians yang sama atau
homogen. Langkah-langkah Uji t (Riduwan, 2006:207):
a) Buatlah Ha dan Ho dalam uraian kalimat b) Buatlah Ha dan Ho dalam model statistik c) Mencari t hitung
d) Tentukan taraf signifikasinya, misalnya α = 0.05 atau α = 0,01, kemudian cari t tabel dengan ketentuan db = n-1
e) Bandingkan antara t hitung dengan t tabel kemudian buat kesimpulan.
Apabila menghitung uji t secara manual, sebelum mencari nilai thitung
mencari nilai S dengan rumus:
S =
Setelah nilai S didapat, kemudian mencari nilai thitung dengan statistik uji:
t
hitung=
Dengan kriteria uji: terima Ho untuk thitung < t (1 –
Apabila menggunakan bantuan program software SPSS Statistic versi 19 for
windows maka langkah untuk uji rata-rata (Uji t) yang dilakukan adalah Compare
Means-Independent Sample T Test.
Apabila hasil uji normalitas terbukti bahwa data yang diperoleh berasal dari
data yang berditribusi tidak normal, maka langkah yang dilakukan adalah
melakukan uji rata-rata dengan uji non parametrik dengan menggunakan bantuan
program software SPSS Statistic versi 19 for windows untuk uji rata-rata yang
26
2) Uji Scheffe
Uji Scheffe dilakukan untuk melihat letak perbedaan kemampuan
keterampilan proses pada kedua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Untuk menghitung uji scheffe menggunakan bantuan program
software SPSS Statistic versi 19 for windows maka langkah yang dilakukan yaitu
Compare Means-One Way Anova (Anova Satu Jalur) untuk mengetahui perbedaan
rata-rata nilai kemudian mengklik Uji Scheffe untuk mengetahui nilai yang paling
dominan perbedaannya dari ketiga kelompok.
3) Uji Gain Ternormalisasi
Uji gain dilakukan untuk mengetahui peningkatan antara nilai pretest dan
postest Penghitungan gain ternormalisasi menggunakan rumus:
g =
Kemudian interpretasi gain pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.4
2. Analisis Data Skala Sikap Siswa
Data yang dikumpulkan dari skala sikap kemudian dianalisis dengan
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a. Skala sikap diberikan setelah pelaksanaan postest.
b. Setiap butir skala sikap yang terkumpul kemudian dihitung menggunakan
cara apriori. Skala yang berarah positif akan mempunyai skor 4 bagi sangat
setuju (SS), 3 bagi setuju (S), 2 bagi tidak setuju (TS), dan 1 bagi sangat tidak
27
1 bagi sangat tidak setuju (SS), 2 bagi setuju (S), 3 bagi tidak setuju (TS) dan
4 bagi sangat tidak setuju (STS).
c. Hitung tingkat persetujuan siswa secara umum, dengan cara sebagai
berikut:
Tingkat persetujuan =
n1 = banyaknya siswa yang menjawab skor 4
n2 = banyaknya siswa yang menjawab skor 3
n3 = banyaknya siswa yang menjawab skor 2
n4 = banyaknya siswa yang menjawab skor 1
Skor ideal = jumlah siswa (30) x 4 = 120
Data hasil skala sikap ini kemudian dibuat bentuk persentase untuk
mengetahui frekuensi masing-masing alternatif jawaban yang diberikan.
Dalam pengolahan data, digunakan rumus perhitungan sebagai berikut:
% 100
x n f P
Keterangan: P = Persentase jawaban
f = Frekuensi jawaban
n = Banyak responden
Kemudian ditafsirkan kedalam kriteria interpretasi skor menggunakan
persentase berdasarkan kriteria Kuntjaraningrat (Supriadi, 2003: 84) sebagai
28
Tabel 3.5
Kriteria Persentase Skala Sikap
Persentase Kriteria
P=0% Tak seorang pun
0%<P<25% Sebagian kecil
25%≤P<50% Hampir setengahnya
P=50% Setengahnya
50%<P<75% Sebagian besar
75%≤P<100% Hampir seluruhnya
P=100% Seluruhnya
3. Analisis Data Hasil Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap guru serta 3 orang di kelas eksperimen,
dipilih secara acak dari kelompok rendah, sedang, dan tinggi pada kelompok
eksperimen. Data yang terkumpul ditulis dan diringkas berdasarkan permasalahan
yang akan dijawab pada penelitian ini.
4. Analisis Data Hasil Observasi
Data hasil observasi disajikan dalam bentuk tabel guna untuk memudahkan
dalam membaca data, selanjutnya dianalisis untuk mengetahui aktivitas siswa dan
guru selama pembelajaran IPS berlangsung.
5. Analisis Data Jurnal Harian Siswa
Jurnal harian yang diisi siswa dalam setiap pertemuan akan disusun menjadi
29
H. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dibagi kedalam beberapa tahapan penelitian, yaitu tahap
pendahuluan, tahap pelaksanaan dan tahap analisis data.
1. Tahap Pendahuluan
Tahap ini diawali dengan kegiatan dokumentasi teoritis berupa telaah
kepustakaan terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share serta
pengungkapan keterampilan proses siswa SD. Kegiatan pendahuluan ini
menghasilkan suatu proposal penelitian.
Kegiatan selanjutnya adalah menyusun dan mengembangkan instrumen
penelitian serta lembar kerja siswa (LKS), baik untuk kelompok eksperimen
maupun untuk kelompok kontrol. Instrumen penelitian terdiri dari soal tes
kemampuan keterampilan proses, angket skala sikap siswa, pedoman wawancara,
lembar observasi, dan jurnal harian.
2. Tahap Pelaksanaan
Langkah pertama pada tahap ini adalah memilih sampel sebanyak 2 kelas
yang dipilih secara acak. Satu kelas dijadikan kelompok eksperimen dan satu
kelas lainnya dijadikan kelompok kontrol. Tempat penelitian yang dipilih adalah
SDN I Rangkasbitung Timur Kecamatan Rangkasbitung Kabupaten Lebak.
Sebelum pembelajaran dimulai, kepada kedua kelompok diberikan pre test
untuk mengetahui kemampuan awal mereka. Selanjutnya adalah melaksanakan
kegiatan pembelajaran IPS. Hal-hal yang disamakan adalah jumlah jam, materi
pembelajaran, dan pengajar. Hal-hal yang dibedakan adalah, pada kelompok
eksperimen pembelajarannya menggunakan model pembelajaran
Think-Pair-Share sedangkan pada kelompok kontrol menggunakan pembelajaran biasa.
Pada setiap akhir pembelajaran dilakukan observasi terhadap aktivitas siswa
30
pembelajaran selesai dilaksanakan, kepada kedua kelompok diberikan post tes
untuk mengukur keberhasilan siswa dalam pembelajaran, Selain itu kepada
kelompok eksperimen diberikan skala sikap dan wawancara.
3. Tahap Analisis Data
Kegiatan akhir dari penelitian ini adalah menganalisis data yang diperoleh
baik secara kuantitatif maupun kualitatif, kemudian membuat penafsiran dan
kesimpulan hasil penelitian.
Tahap-tahap penelitian tersebut dapat dilihat dalam bagan dibawah ini:
Studi Kepustakaan
Penyusunan Instrumen Penelitian
Pretest
Pembelajaran Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Pembelajaran Biasa
Think-Pair-Share
Postest
Pengumpulan Data
Analisis Data
Kesimpulan
Bagan 3.2
72
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan pelaksanaan penelitian dan pembahasan hasil penelitian maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Perbedaan keterampilan proses antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil pretest dan postest. Dari hasil pretest,
rata-rata nilai kedua kelas sama. Sedangkan hasil uji data postest diperoleh
bahwa data berdistribusi normal, memiliki varians yang sama serta dari hasil
uji hipotesis menyatakan bahwa data postest kelas eksperimen lebih besar
dari kelas kontrol. Dimana hipotesis penelitian diterima yaitu keterampilan
proses siswa yang mendapatkan pembelajaran IPS menggunakan model
kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) lebih baik daripada siswa yang
mendapatkan pembelajaran IPS menggunakan model konvensional.
2. Sikap siswa terhadap pembelajaran IPS dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) berdasarkan analisis
skala sikap yang peneliti berikan terhadap siswa kelas eksperimen
mendapatkan respons positif. Dalam aspek sikap terhadap pembelajaran IPS
menunjukan bahwa siswa bersungguh-sungguh dalam pembelajaran IPS.
Untuk aspek sikap terhadap model kooperatif tipe Think-Pair-Share
menunjukan bahwa siswa sangat berminat dalam mengikuti pembelajaran
menggunakan model kooperatif Tipe-Think-Share, siswa menyukai belajar
dengan berpasangan dan menyenangi pembelajaran menggunakan Lembar
Kerja Siswa. Sedangkan untuk aspek terhadap soal-soal IPS menunjukan
bahwa siswa menyukai soal-soal IPS yang diberikanSiswa lebih menyukai
73
siswa lebih menyukai belajar berpasangan dalam kelompok karena siswa bisa
berinteraksi dan bertukar pendapat mengenai suatu permasalahan.
3. Faktor-faktor yang mendukung pembelajaran IPS dengan menggunakan
model kooperatif tipe Think-Pair-Share ialah pembelajaran ini memberikan
kesempatan siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran, selain itu
siswa juga bisa berinteraksi dan bertukar pendapat mengenai suatu
permasalahan dengan kelompok pasangannya, serta melatih keberanian siswa
untuk mengutarakan pendapatnya meskipun hanya dalam kelompok kecil tapi
kemudian menstimulus siswa untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok
kepada teman sekelasnya. Adapun faktor-faktor yang menghambat
pembelajaran IPS dengan menggunakan model kooperatif tipe
Think-Pair-Share ialah kemampuan siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
seimbang, sehingga rata-rata hasil postest tidak berbeda jauh, dan
pembelajaran ini membuat siswa yang aktif menjadi lebih aktif, sehingga
siswa yang kurang aktif tidak menonjol dalam pembelajaran IPS.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penemuan dalam penelitian ini, peneliti menyampaikan
rekomendasi sebagai berikut:
1. Guru SD
Temuan di lapangan menunjukan bahwa pembelajaran IPS masih banyak
dilakukan dengan model pembelajaran biasa atau ceramah. Hal ini mengakibatkan
kurangnya keterampilan proses siswa dalam pembelajaran. Mengingat model
pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dalam penelitian ini dapat
meningkatkan keteraampilan proses siswa, maka peneliti menyarankan agar guru
menggunakan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Think-Pair-Share (TPS) dalam pembelajaran yang lain, bukan hanya IPS saja. Sebab dalam
pembelajaran ini siswa bisa berinteraksi, bertukar pendapat untuk memecahkan
suatu persoalan bersama kelompok pasangannya serta membagi hasil diskusi
74
membosankan dan memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam tahap-tahap
pembelajaran.
2. Kepala Sekolah Dasar
Sebaiknya memotivasi guru untuk mulai menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) pada pembelajaran IPS ataupun pada mata
pelajaran lain.
3. Peneliti Selanjutnya
Agar dapat menjadikan suatu perbandingan untuk meningkatkan kualitas
75
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Handoyo, B. dan Septriana, N. (2006). “Penerapan Think Pair Share (TPS)
Dalam Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
Geografi”. Jurnal Pendidikan Inovatif Volume 2 Nomor 1. [Online]. Tersedia: http://jurnaljpi.files.wordpress.com/2009/09/vol-2-no-1-budi handoyo.pdf (Tanggal Akses: 29 Januari 2013 Pkl 20.20 WIB).
Heriawan, A. Darmaji. dkk. (2012). Metodologi Pembelajaran Kajian Teoritis
Praktis. Serang: Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru.
Holil, A. (2008). Keterampilan Proses. [Online].Tersedia: http://anwarholil. blogspot.com/2008/04/keterampilan-proses.html (Tanggal Akses: 4 Februari 2013 Pkl. 16.58 WIB)
Karli, H. dkk. (2003). Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi
Model-Model Pembelajaran. Bandung: CV. Bina Media Informasi.
Kusuma, F. dan Aisyah, M. (2012). “Implementasi Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think Pair Share Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar
Akuntansi Siswa”. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. X, No. 2 Tahun 2012. [Online]. Tersedia: http://www.google.co.id/jurnal+volume +10+no+2+tahun+2012+febrian+widya+kusumajournal.uny.ac.id
(Tanggal Akses: 4 Februari 2013 Pkl. 16.58 WIB)
Lie, Anita. (2008). Cooperative Learning: Mempraktekan Cooperative
Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Mutiara, Wilda. (2012). “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Terhadap Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV SD
Negeri Kecila, Kemrajen, Banyumas, Tahun Ajaran 2011/2012”. Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta 2012. [Online]. Tersedia: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/5516 (Tanggal Akses: 20 Maret 2013 Pkl 20.00 WIB)
Narbuko, C. dan Achmadi, A. (2004). Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
76
Riyanto, Y. (2012). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Rusman. (2012). Model - Model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo.
Sadulloh, U. dkk. (2010). Pedagogik. Bandung: Alfabeta.
Saskatoon Public Schools. (2009). Instructional Strategies Online. [Online]. Tersedia: http://olc.spsd.sk.ca/DE/PD/instr/strats/think/ (Tanggal Akses: 29 Januari 2013 Pkl. 20.30 WIB).
Shodiqin, A & Fakhrudin. (2012). Pembelajaran Matematika dengan Bantuan Software Mathematica untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematik Mahasiswa Calon Guru Matematika. [Online]. Tersedia: http://e-jurnal.ikippgrismg.ac.id/index.php/aksioma/article/
download /49/45. (Tanggal Akses: 17 Februari 2013 Pkl. 20.00 WIB)
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suryosubroto, S. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Suyitno, Ade. (2012). Pembelajaran Kooperatif Model Think Pair Share (TPS)
Pada Mata Pelajaran Ekonomi. [Online]. Tersedia:
http://ade-suyitno.blogspot.com/2012/10/pembelajaran-kooperatif-model think.html (Tanggal Akses: 29 Januari 2013 Pkl. 20.30 WIB).
Tim Bina Karya Guru. (2007). IPS Terpadu Untuk Sekolah Dasar Kelas V. Jakarta: Erlangga.
Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.
Zulkifly, E. dan Rustiati, I. (2010). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di
Sekolah Dasar. Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Serang: Tidak