PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sumatera Utara merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki potensi
alam yang besar. Berbagai jenis tanaman seperti buah-buahan dan sayuran yang beragam
sangat bermanfaat untuk kesehatan manusia. Seiring dengan perkembangan zaman,
masyarakat mulai mempelajari, mengolah dan mengembangkan potensi alam tersebut.
Lokio merupakan salah satu jenis tanaman di daerah Sumatera Utara, yang sering
digunakan sebagai bahan tambahan dalam masakan khas Batak, yaitu arsik.
Sejak zaman dahulu berbagai jenis tumbuhan telah banyak digunakan dalam
pembuatan obat tradisional yang memiliki peranan penting dalam menjaga kesehatan,
mempertahankan stamina dan mengobati berbagai penyakit. Tanaman lokio atau yang
biasa dikenal oleh masyarakat Sumatera Utara sebagai bawang batak telah turun-temurun
digunakan sebagai penyedap masakan, terutama pada masakan ikan mas arsik sehingga
dapat memunculkan aroma khas dan menyegarkan. Saat ini, lokio juga ditambahkan pada
masakan lainnya, seperti masakan tumis ayam, ikan dan daging. Rasanya yang khas dan
baunya yang wangi menjadikan citarasa masakan semakin sedap.
Lokio sangat mudah ditemukan, banyak dijual di pasar-pasar tradisional maupun
swalayan, khususnya di wilayah Sumatera Utara. Umumnya tanaman lokio tumbuh di
daerah dataran tinggi. Di Sumatera Utara, penyebaran tanaman lokio terdapat di daerah
Aek Popo dan daerah Tongging Situnggaling. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani
yang membudidayakan tanaman lokio, di Desa Aek Popo, Kecamatan Merek, Kabupaten
Karo, Sumatera Utara, menyebutkan bahwa sampai saat ini budidaya tanaman lokio belum
berkembang. Salah satu penyebabnya adalah masih minimnya pengetahuan masyarakat
tentang khasiat dari tanaman lokio terutama terhadap kesehatan, sehingga pemanfaatan
Sumatera Utara khususnya, belum ada data produksi dari tanaman umbi lokio, hasil
panennya masih tergolong rendah, pemanfaatan dan budidaya tanaman lokio juga belum
dikembangkan.
Tanaman lokio merupakan salah satu anggota dari suku Liliaceae. Menurut
hipotesis Hegnauer, tumbuhan yang berasal dari suku yang sama, mempunyai pola
kandungan kimia yang hampir sama. Hal ini juga sesuai dengan hipotesis fitoekivalen yang
menyatakan bahwa tumbuhan dengan kandungan kimia yang sama mempunyai aktivitas
yang sama, maka berdasarkan hipotesis ini, diharapkan tanaman lokio yang berasal dari
suku yang sama (Liliaceae) mempunyai aktivitas yang hampir sama pula dengan jenis
bawang-bawangan yang lain (Fidrianny et al., 2003).
Tanaman jenis bawang keluarga Liliaceae yang sudah pernah digunakan dalam
penelitian sebelumnya adalah bawang merah, bawang bombay dan bawang putih. Bawang
putih merupakan salah satu tanaman bawang-bawangan yang paling sering digunakan
sebagai bumbu dalam masakan, mempunyai peranan penting dalam melezatkan dan
menimbulkan aroma yang sedap. Selain digunakan sebagai bumbu, bawang putih juga
memiliki khasiat yang luar biasa bagi kesehatan. (Fidrianny et al., 2003).
Penelitian mengenai khasiat bawang putih telah banyak dilakukan. Ramadanti
(2008) menyatakan bahwa ekstrak bawang putih (Allium sativum Linn) dengan pelarut air,
mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli, hasil uji aktivitas antibakteri
ekstrak bawang putih dengan kadar hambat minimum (KHM) terhadap Escherichia coli
yaitu pada konsentrasi 50%, pada penelitian ini, data yang dikumpulkan adalah
berdasarkan hasil pengamatan kekeruhan larutan pada media MH cair (Ramadanti, 2008).
Bawang putih mempunyai spektrum antimikroba yang luas sehingga dapat
bawang putih yang efektif dalam menghambat pertumbuhan mikroba. Berdasarkan
penelitian sebelumnya oleh Surono (2013) diketahui bahwa ekstrak etanol umbi bawang
merah (Allium cepa L.) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus,
pada konsentrasi 40%, 50%, 60%, 70% dan 80%. Diameter zona hambat dari hasil larutan
uji ekstrak etanol umbi lapis bawang merah (Allium cepa L.) terhadap bakteri
Staphylococcus aureus, yaitu masing-masing sebesar 0,957 cm, 1,085 cm, 1,145 cm dan 1,216 cm.
Berdasarkan penelitian Shinkafi (2013), diketahui bahwa bawang putih memiliki
aktivitas antimikroba terhadap beberapa bakteri patogen. Aktivitas antimikroba bawang
putih telah diuji pada empat bakteri yaitu : Escherichia coli, Staphylococcus aureus,
Streptococcus pyogenes, dan Streptococcus pneumonia. Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh zona hambat pada masing-masing bakteri yaitu : 15 mm, 17 mm, 20 mm dan 8
mm.
Bakteri patogen seperti Escherichia coli, Shigella dysenteriae dan Staphylococcus
aureus merupakan bakteri penyebab diare yang sering menginfeksi manusia. Penyakit diare merupakan penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya kehilangan banyak cairan
dalam tubuh. Salah satu yang menjadi pemicu terjadinya diare adalah infeksi oleh bakteri,
akibat kontaminasi pada saat pengolahan maupun penanganan bahan pangan. Hasil
penelitian sebelumnya di Universitas Airlangga oleh Kusumawati et al (2005),
menyimpulkan bahwa ekstraksi dari bawang merah dapat meningkatkan pertumbuhan
bakteri Lactobacillus casei yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh.
Menurut Brady et al. (1998) Lactobacillus casei merupakan mikroorganisme hidup
yang dapat memberikan efek menguntungkan bagi kesehatan, jika dikonsumsi dalam
jumlah yang cukup. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa probiotik cukup efektif
misalnya diare karena pemakaian antibiotika yang berlebihan, diare nosokomial, diare
karena infeksi bakteri maupun virus (Markowitz, 2003).
Dewasa ini probiotik yang paling banyak digunakan adalah Lactobacillus casei
Shirota strain, Bifidobacterium dan Lactobacillus acidophilus (Duggan, 2003). Berdasarkan hal tersebut, penulis bermaksud melakukan penelitian untuk mengetahui
aktivitas antimikroba dari ekstrak umbi lokio terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia
coli, Shigella dysenteriae, Staphylococcus aureus dan bakteri Lactobacillus acidophilus yang merupakan salah satu bakteri yang bersifat probiotik, sehingga dari hasil penelitian
ini ke depannya, berbagai potensi dan kandungan komponen bioaktif yang terdapat pada
ekstrak umbi lokio dapat dikembangkan dan dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas
produk pangan, menambah variasi masakan kulinari nusantara, juga dapat dikembangkan
sebagai bahan untuk pembuatan obat tradisional. Berikutnya setelah masyarakat luas
mengetahui manfaat umbi lokio terhadap kesehatan, diharapkan dapat dilakukan
pengembangan usaha petani khususnya untuk budidaya tanaman lokio sehingga dapat
berkembang di seluruh Indonesia, tidak hanya di daerah Sumatera Utara, juga pemanfaatan
umbi lokio dapat dikembangkan sebagai pangan fungsional.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan, yaitu sejauhmana
kemampuan ekstrak umbi lokio dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli,
Shigella dysenteriae, Staphylococcus aureus, Lactobacillus acidophilus. Pada pelarut apa dan konsentrasi berapa, ekstrak umbi lokio dapat menghambat pertumbuhan bakteri uji
Tujuan Penelitian
Membuktikan adanya pengaruh pemberian ekstrak umbi lokio dalam menghambat
pertumbuhan bakteri Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Staphylococcus aureus dan
Lactobacillus acidophilus. Mengidentifikasi pelarut yang paling optimal pada pembuatan ekstrak umbi lokio dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli, Shigella
dysenteriae, Staphylococcus aureus dan Lactobacillus acidophilus dan mengidentifikasi senyawa bioaktif yang terkandung dalam ekstrak umbi lokio.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis dari penelitian ini yaitu : Ekstrak dari umbi lokio berpotensi sebagai antimikroba.
Terdapat perbedaan aktivitas antimikroba pada masing-masing konsentrasi ekstrak umbi
lokio pada berbagai pelarut yang digunakan dalam penelitian.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan sebagai sumber informasi
bagi masyarakat dan bagi perkembangan dibidang penelitian, bahwa ekstrak umbi lokio
dapat digunakan sebagai antimikroba dalam menghambat pertumbuhan bakteri patogen.