• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berbagai Aturan dalamTransaksi di Pajak Buah Berastagi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Berbagai Aturan dalamTransaksi di Pajak Buah Berastagi"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM PAJAK BUAH BERASTAGI

2.1. Sejarah Pajak Buah Berastagi

Pajak Buah Berastagi mulai berdiri sejak tahun 1970 saat namanya masih menjadi Pajak Tarum Ijuk. Nama itu diambil dari bentuk atap yang ada di pajak tersebut dimana pada saat itu dibuat dari bahan ijuk yang diikat dan dikumpulkan sehingga dapat menjadi atap dan melindungi orang-orang yang ada di bawahnya. Sedangkan peresmian dari tempat ini dilakukan empat belas tahun setelahnya, yaitu pada tanggal 18 Mei 1984 oleh Bupati Karo pada saat itu Drs. Rukun Sembiring.

Foto 6. Sumber : Foto Leonard Ginting, 23 Januari 2015. Tanda peresmian berdirinya Pajak Buah Berastagi yang diabadikan dalam

sebuah batu yang terletak dekat pintu masuk.

Kata “pajak” adalah istilah khas masyarakat Karo untuk menyebutkan pasar.

(2)

menjadi Pajak Buah Berastagi atau saat namanya masih Pajak Tarum Ijuk, pajak ini tidak memiliki tempat yang cukup luas seperti sekarang ini. Menurut keterangan informan yang penulis dapatkan, lokasi Pajak Tarum Ijuk pada saat itu berada di tempat pengisian bahan bakar minyak (SPBU) yang sekarang ini letaknya berada di samping Pajak Buah Berastagi.

2.2. Lahirnya Pajak Buah Berastagi

Pajak Buah Berastagi lahir sebagai salah satu daerah dan tujuan objek wisata di Kabupaten Karo dan di Sumatera Utara karena memiliki lokasi yang nyaman, sejuk, dan strategis sebagai pilihan bagi wisatawan dalam negeri maupun mancanegara untuk melakukan kegiatan liburan di akhir pekan.

Selain faktor tersebut hal lain yang juga berpengaruh terhadap lahirnya Pajak Buah Berastagi adalah dikarenakan kondisi wilayah disana yang merupakan dataran tinggi yang subur sehingga memungkinkan banyak tanaman yang bisa tumbuh disana.

Hal inilah yang juga membuat mayoritas penduduk yang berada di Karo untuk memilih bermata-pencaharian sebagai petani. Setelah itu para petani kemudian berpikir untuk membuat sebuah tempat yang akan dijadikan sebagai arena bagi para petani disana yang mau menjual hasil tanamannya setelah tanamannya bisa dipanen.

(3)

2.3. Masyarakat Karo

Disini penulis akan menggambarkan tentang nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh sebagian besar pedagang yang berada di Pajak Buah Berastagi, dimana berasal dari suku Karo8. Tidak ada batasan suku maupun etnis yang berlaku di Pajak Buah Berastagi. Ibu Azis br. Ginting sebagai salah seorang informan penulis mengatakan bahwa di Pajak Buah Berastagi juga pernah ada pedagang yang berasal dari etnis Cina atau Tionghoa.

Kebetulan pedagang itu adalah tetangga ibu Azis disana (pajak). Pedagang tersebut sudah sepuluh tahun berjualan disana, dimulai tahun 2010 dan omsetnya cukup memuaskan karena menjual berbagai macam barang mulai dari pakaian sampai aksesoris kecil.

Salah satu filosofi yang dianut masyarakat Karo dalam kaitannya dengan urusan berdagang, yaitu ula perajang-ajang kalak. Artinya adalah jangan menyerobot mana yang bukan kepunyaan kita. Hal ini dapat diterapkan dalam kehidupan berdagang maupun bermasyarakat dimana kita harus bisa menghormati hak dan kewajiban yang dimiliki oleh pedagang dan pembeli.

Lain lagi dengan istilah Karo, ula mengga. Ungkapan ini mengingatkan kita agar jangan merasa iri terhadap benda atau hal kepunyaan orang lain karena itu adalah salah satu sifat buruk yang harus dihindari. Masyarakat Karo mendiami wilayah Kabupaten Karo di kota Kabanjahe. Orang Karo memiliki pedoman sikap perilaku dalam kehidupan sehari-hari, yang disebut dengan :

8

(4)

 Merga Silima

Terdiri atas lima marga besar, yakni Karo-karo, Ginting, Sembiring, Tarigan, dan Perangin-angin. Merga adalah organisasi kekerabatan suku Karo. Merga diperhitungkan dari garis keturunan ayah melalui satu nenek moyang laki-laki. Merga tersebut sangat dijunjung tinggi dan merupakan penentu kekerabatan, keturunan, dan jodoh.

 Tutur Siwaluh

Merupakan delapan tutur yang menjadi pedoman bagi masyarakat Karo untuk berkomunikasi antar sesama dari lima marga besar. Tutur Siwaluh menata bagaimana cara bersikap, bertutur, menyapa, memanggil, dan sopan santun secara keseluruhan.

 Rakut Sitelu

Adalah tiga unsur kekerabatan yang saling berkaitan, yakni

Kalimbubu, Senina, dan Anak Beru. Tiga unsur kekerabatan yang menjadi sumber sikap perilaku seseorang dalam kehidupan masyarakat Karo disebut Sangkep Nggeluh. Kalimbubu adalah merga ibu atau merga istri dan saudaranya yang merupakan pihak kerabat pemberi gadis. Senina adalah kelompok kerabat semarga. Anak Beru adalah kelompok kerabat yang menerima gadis.

(5)

berarti mendapat rezeki dan kemakmuran. Sementara mejuah-juah artinya sehat sejahtera, aman, dan damai.

Salah satu ciri khas masyarakat Karo adalah sifat kekeluargaan. Hal ini terlihat dalam acara ertutur (pertautan hubungan seseorang dengan orang lain) yang dilanjutkan dengan pertanyaan “sudah makan atau belum?”. Apabila orang

yang ditanyakan belum makan, maka tuan rumah wajib mengajaknya makan, atau jika belum berumah-tangga maka akan dibawa ke rumah orang tua untuk makan bersama.

Jenjang keturunan keluarga pun menentukan tinggi rendahnya tutur kata seseorang, yaitu :

 Tutur Meganjang (tingkat tutur tinggi), orang yang mempunyai

panggilan dari ayah ke atas.

 Tutur Sintengah (tingkat tutur menengah), orang yang mempunyai

hubungan panggilan setingkat senina (saudara) atau setimpal.

 Tutur Meteruh (tingkat tutur paling rendah), orang yang mempunyai

panggilan tingkat anak ke bawah.

(6)

Suku Karo pun mengenal istilah serayaan atau royong. Nilai gotong-royong masyarakat Karo berbunyi ersada ole bagi singerintak. Artinya bersatu aba-aba seperti orang yang menarik tekang. Tekang adalah tiang agung pada bangunan tradisional rumah adat Karo. Tekang ditarik oleh laki-laki dan perempuan, baik tua atau muda.

Kampung pada masyarakat Karo biasa disebut kuta. Rumah tradisional masyarakat Karo terdiri atas dua macam, yaitu siwaluh jabu (rumah biasa) dan

rumah adat siwaluh jabu (rumah adat). Biasanya penghuni yang menempati rumah siwaluh jabu tidak terikat oleh merga dan peraturan adat.

Masyarakat Karo umumnya bekerja sebagai petani dengan menanam padi dan sayur-sayuran. Dikenal ungkapan tradisional bagi aron ku juma, artinya mereka berganti-ganti mengerjakan tanah yang dimiliki anggota aron. Aron ialah kelompok kerja yang merupakan sistem gotong-royong ketika mengelola tanah persawahan.

2.4. Keadaan di Pajak Buah Berastagi

Keadaan Pajak Buah Berastagi cukup ramai diminati dan dikunjungi oleh para wisatawan, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Pajak ini terletak di lokasi yang strategis karena terletak di empat persimpangan yang dapat dilalui berbagai jenis angkutan umum dari berbagai wilayah di kota dan desa-desa yang berdekatan dengan Berastagi, seperti kota Kabanjahe, desa Merdeka, desa Jumaraja, desa Tongkeh, dan lain-lain.

(7)

desaTongkeh ke Berastagi adalah dua kilometer. Sedangkan satu lagi adalah jalan menuju kota Medan dari persimpangan yang ada disana atau tepatnya di Tugu Perjuangan Berastagi yang dapat ditempuh sejauh enam puluh kilometer.

2.4.1. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang mendukung penjualan di Pajak Buah Berastagi adalah :

a) Adanya fasilitas tempat untuk berjualan berupa lapak yang berjumlah 270 unit, dimana 180 unit kios berukuran 3 x 3 meter dan losd atau bale-bale berjumlah 90 unit (84 unit ukuran 2 x 2 meter & 6 unit ukuran 2 x 3 meter).

b) Adanya sarana penerangan lampu-lampu jalan guna mendukung kegiatan yang ada disana hingga malam hari. Hal ini diperlukan agar pada saat malam hari semua kegiatan yang berlangsung disana mendapat pasokan cahaya yang cukup.

c) Adanya petugas kebersihan dari dinas kebersihan setempat yang bertugas setiap hari. Para pedagang disitu juga akan dikenakan biaya kebersihan Rp 10.000,00per minggu. d) Kawasan parkir yang cukup leluasa untuk para pengunjung

(8)

Rp 4.000,00untuk sekali parkir, sedangkan untuk pengunjung yang membawa sepeda motor dikenakan biaya parkir sebesar Rp 2.000,00 untuk sekali parkir.

e) Adanya fasilitas kamar mandi atau toilet umum yang berjumlah empat unit, sangat penting untuk tempat-tempat yang selalu ramai seperti Pajak Buah Berastagi.

Foto 7. Sumber : Foto Leonard Ginting, 26 Januari 2015. Salah satu sisi di bagian dalam Pajak Buah Berastagi, dimana juga terdapat

(9)

Foto 8. Sumber : Foto Leonard Ginting, 26 Januari 2015. Bale-bale adalah lapak yang berada di dalam Pajak Buah Berastagi, tidak

memiliki sekat/batas seperti bangunan kios.

2.4.2. Letak dan Batas-batas Wilayah

Lokasi Pajak Buah Berastagi yang cukup strategis,yaitu terletak di tiga persimpangan jalan besar membuatnya sering dikunjungi oleh para pengunjung atau wisatawan, baik yang berasal dari dalam negeri maupun mancanegara.

Salah satu arah di persimpangan ini adalah jalan raya lintas Sumatera yang dapat menuju ke kota Medan yang berjarak sekitar enam puluh (60 km) kilometer dari sana. Sebelumnya kita akan menemukan lokasi tempat hiburan yaitu Bukit Kubu yang juga sering dikunjungi orang-orang bila menjelang hari libur akhir pekan yang jaraknya hanya enam ratus meter dari Pajak Buah.

(10)

daerah Karo. Tahura ini adalah taman hutan yang fungsinya mirip dengan Taman Safari yang ada di kota Bogor yaitu sebagai hutan yang dilindungi oleh pemerintah karena juga dijadikan sebagai tempat penampungan bagi beberapa jenis hewan langka di Sumatera, seperti Harimau Sumatera dan Gajah Sumatera.

Secara teritorial Pajak Buah Berastagi berada di Kelurahan Gundaling I Kecamatan Berastagi. Kelurahan ini mempunyai luas enam kilometer persegi. Dalam hal penatausahaannya, Pajak Buah Berastagi dikelola oleh Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah dibawah naungan DinasPasar.

Sementara itu batas-batas wilayah Pajak Buah Berastagi, yakni : a) Sebelah Utara berbatasan dengan Jalan Camat, Berastagi; b) Sebelah Selatan berbatasan dengan Tourist Information

Center (Pusat Informasi Turis/Wisatawan), Berastagi; c) Sebelah Timur berbatasan dengan Jalan Gundaling,

Berastagi;

d) Sebelah Barat berbatasan dengan Jalan Perwira, Berastagi. Selain Bukit Kubu dan Tahura di sekitar Pajak Buah Berastagi juga ada objek wisata lainnya yang masih dalam kawasan wisata di Karo. Tempat itu adalah objek wisata Bukit Gundaling. Tempat ini juga sering dikunjungi wisatawan dalam negeri maupun mancanegara, terutama pada saat hari-hari raya dan akhir pekan.

(11)

ada di Puncak, Bogor karena menyuguhkan pemandangan yang luas dan sejuk dari atas ketinggian. Bagi para remaja yang tinggal di sekitar Berastagi dan Kabanjahe, nama Bukit Gundaling sudah tidak asing lagi bagi mereka karena disanalah kebanyakan para remaja ini sering menghabiskan waktunya di malam minggu bersama kekasihnya.

2.4.3. Kawasan Serupa Selain Pajak Buah Berastagi

Selain Pajak Buah Berastagikawasan serupa juga ada di PasarSayur Mayur Roga Berastagi atau masyarakat sekitar sering menyebutnya Pajak Roga Simpang Ujung Aji. Pajak ini lebih berorientasi kepada penjualan sayur dan buah-buahan yang berasal dari hasil panen para petani di Karo.

(12)

Tabel 1 : Beberapa Perbedaan di antara Pajak Roga Berastagi dengan Pajak

Bila di Pajak Roga jumlah barang yang dijual disana Sumber : Hasil pengamatan dan wawancara dengan beberapa informan di Pajak

Buah dan Pajak Roga Berastagi.

(13)

Foto 10. Sumber : Foto Leonard Ginting, 13 Februari 2015. Jalan pintu masuk utama menuju Pajak Roga Berastagi.

Foto 11. Sumber : Foto Leonard Ginting, 16 November 2014. Ibu Aldi br Sembiring (kanan) yang sedang melayani calon pembeli. Sistem pembelian yang biasa diterapkan Pajak Buah Berastagi adalah dengan

(14)

Foto 12. Sumber : Foto Leonard Ginting, 20 Desember 2014. Ibu Jesica br Pinem yang sedang merapikan barang-barang dagangannya

di Pajak Roga Berastagi.

2.5. Pajak Roga Berastagi

Disini penulis akan memberikan penjelasan yang lebih mendalam mengenai Pasar Sayur Mayur Roga Berastagi atau Pajak Roga Berastagi. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa Pajak Roga Berastagi adalah salah satu kawasan serupa dengan Pajak Buah Berastagi.

Disana penulis bertemu dengan salah satupedagang yang membuka kedai nasi bernama Bp. Hormat Surbakti. Beliau adalah salah satu informan kunci yang memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai sejarah Pajak Roga Berastagi ini. Berikut adalah kutipan wawancaranya9.

Ya, saya lahir dan besar sampai sekarang di Berastagi ini. Saya juga sudah lama berjualan nasi di Pajak ini, jadi saya mengenal dengan baik sejarah lahirnya Pajak Roga Berastagi ini.

9

(15)

Jadi Bp. Hormat mengatakan bahwa Pajak Roga Berastagi ini baru saja dipindahkan lokasinya pada tahun 2013. Sebelum berada di daerah Simpang Ujung Aji ini, Pajak ini dulunya berada di Jalan Pembangunan Berastagi dan namanya masih Pajak Sayur Berastagi. Pajak Sayur Berastagi ini mulai berdiri pada tahun 1979.

Itu artinya Pajak itu sudah berdiri selama tiga puluh empat tahun disana. Alasan mengapa Pajak Sayur sudah berpindah lokasi adalah karena status lahan yang dijadikan Pajak tersebut adalah lahan sewaan. Jadi selama ini pihak pemerintah daerah setempat menyewa kepada tuan tanah yang menjadi pemilik lahan di Pajak Sayur itu.

Tetapi pada tahun 2013 yang lalu saat kontrak sewanya sudah habis, sang pemilik tanah tidak mau lagi memberikan kontrak sewa kepada Pemda. Alasan yang penulis dengar adalah karena lahan seluas 1,5 hektar yang dulu disewakan kepada Pemda untuk dijadikan Pajak tersebut ternyata adalah tanah peninggalan orang tua yang telah meninggal. Jadi tanah itu sekarang dibagi rata kepada anak-anaknya.

Hal ini memang sering dilakukan dengan tujuan untuk menghindari konflik di kemudian hari. Sedangkan mengenai lahan yang saat ini menjadi Pajak Roga Berastagi kebetulan ceritanya memiliki persamaan yang cukup banyak. Jadi setelah kontrak Pemda di Pajak Sayur itu sudah habis maka Pemda segera mencari tempat untuk dijadikan lokasi yang sama, yaitu Pajak.

(16)

strategis untuk kegiatan pasar, maka Pemda setempat melalui dinas pasar ingin membeli tanah ini kepada keluarga Purba.

Namun sayang, mereka hanya ingin lahannya disewakan saja. Hal ini juga penulis dengar karena posisi lahan ini yang merupakan tanah peninggalan orang tua jadi mereka masih enggan untuk menjualnya. Mereka ingin menjualnya hanya pada saat tanah itu sudah dibagi rata.

Untuk pertanyaan terakhir penulis pun bertanya kepada Bp. Hormat,

“berapa jangka waktu yang telah disepakati Pemda kepada keluarga Purba ini

?” Lalu beliau pun menjawab, “ya, setahu saya Pajak Roga ini dikontrakkan

oleh keluarga Purba kepada pihak Pemda selama dua puluh lima (25) tahun”.

(17)

Tabel 2 : Biaya-biaya Pengutipan yang ada di Pajak Roga

No. Jenis

Pengutipan

Biaya Pengutipan Oknum / Aktor-aktor yang Mengutip 5. Kebersihan. Rp. 2.000,00 / hari. Dinas kebersihan. 6. Listrik. Rp. 2.000,00 / hari. Tuan tanah. Sumber : Hasil wawancara dengan Bp. Hormat Surbakti, 25 Maret 2015.

Foto 13. Sumber : Foto Leonard Ginting, 13 Februari 2015. Salah satu bentuk aktivitas yang terlihat di Pajak Roga Berastagi, dimana

Gambar

Tabel 1 : Beberapa Perbedaan di antara Pajak Roga Berastagi dengan Pajak
Tabel 2 : Biaya-biaya Pengutipan yang ada di Pajak Roga

Referensi

Dokumen terkait

Keberadaan kop surat juga merupakan sebuah penegasan bahwa surat yang dikeluarkan merupakan surat resmi dari lembaga atau perusahaan yang mengeluarkan surat.. Dalam kop surat

Figure 17 – A difference Digital Elevation Model (GSD 1m) derived from the Pleiades DEM of the Makhmúr al - Qadíma site with overlaid objects of interest on the right picture.. In

The paper describes the experience of using terrestrial laser scanning technology for the 3D documentation of historical monument known as the Bastion

Berdasarkan rapat akademik pimpinan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untirta bahwa ujian akhir semester ganjil jurusan akuntansi akan dilaksanakan pada tanggal 3 – 10

Produksi per hektar tertinggi dihasilkan varietas Burangrang pada areal terbuka pada pemberian 200 kg urea/ha, sedangkan bawah tegakan kelapa sawit tertinggi pada

Seleksi laboratorium pengusul yang mengikuti Program Hibah Penguatan Laboratorium dilakukan dalam dua tahap yaitu evaluasi dokumen dan tinjauan lapangan. Evaluasi

Bertolak dari konteks penelitian yang peneliti paparkan, maka fokus penelitian ini adalah peningkatan mutu pembelajaran pendidikan agama Islam dalam membentuk

From the conclusion of this research, the writer suggests that (i) to find the code mixing in the headline of Jawa pos, the students have to determined the types and the context