• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Z-Score Untukpenilaian Kinerja Keuangan Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Keuangan Yang terdaftar Di Kompas 100

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Z-Score Untukpenilaian Kinerja Keuangan Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Keuangan Yang terdaftar Di Kompas 100"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Indeks KOMPAS 100

Indeks KOMPAS 100 adalah indeks harga saham dari 100 perusahaan go public yang mempunyai kapitalisasi, fundamental, dan likuiditas yang baik.

Indeks KOMPAS 100 ini sendiri secara resmi diterbitkan oleh BEI bekerjasama

dengan Koran Kompas pada tanggal 10 Agustus 2007. Saham-saham yang

termasuk dalam KOMPAS 100 diperkirakan mewakili sekitar 70-80% dari total

Rp 1.582 triliun nilai kapitalisasi pasar seluruh saham yang tercatat di BEI. Indeks

saham KOMPAS 100 diperbaharui setiap 6 bulan sekali dengan periode

Februari-Juli dan Agustus-Januari. Dengan demikian, diharapkan investor bisa melihat

kecenderungan arah pergerakan indeks dengan mengamati pergerakan indeks

KOMPAS 100.

Adapun kriteria pemilihan saham yang pantas masuk ke dalam indeks

KOMPAS 100 adalah dengan mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut

(www.sahamok.com):

1. Telah tercatat di Bursa Efek Indonesia minimal 3 bulan.

2. Aktivitas transaksi di pasar regular yaitu: nilai, volume dan frekuensi

transaksi.

3. Jumlah hari perdagangan di pasar regular.

4. Kapitalisasi pasar pada periode tertentu.

(2)

6. Bursa Efek Indonesia memiliki tanggunga jawab pernuh dalam pelaksanaan

pemilihan saham-saham yang masuk dalam daftar indeksini, dimana semua

keputusan akan diambil dengan mempertimbangkan kepentingan investor

maupun stakeholders lainnya.

2.1.2Harga Saham

Secara umum saham adalah surat tanda kepemilikan perusahaan.

Pengertian harga saham menurut Jogiyanto (2000:8), harga saham merupakan

harga saham yang terjadi dipasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh

pelaku pasar. Nilai pasar ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham

yang bersangkutan di pasar bursa.

Menurut Agus(2001:9), harga saham terbentuk dipasar modal dan

ditentukan oleh beberapa faktor seperti laba per lembar saham atau earning per share, rasio laba terhadap harga per lembar saham atau price earning ratio,

tingkat bunga bebas resiko yang diukur dari tingkat bunga deposito pemerintah

dan tingkat kepastian operasi perusahaan.

Pada umumnya harga-harga saham yang terjadi dan terbentuk di bursa

dapat dibedakan menjadi 3(tiga) (Widoatmodjo, 1996:46):

1. Harga Nominal

Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oieh emiten

untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besaraya harga nominal

memberikan arti penting saham karena deviden minimal biasanya ditetapkan

(3)

2. Harga Perdana

Harga ini merupakan pada waktu harga saham tersebut dicatat di bursa efek.

Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi

(underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga

saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya imtuk menentukan

harga perdana.

3. Harga Pasar

Kalau harga perdana merapakan harga jual dari perjanjian emisi kepada

investor, maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan

investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa.

Transaksi disini tidak lagi melibatkan emiten dari penjamin emisi harga ini

yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan harga inilah yang

benar-benar mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi di pasar

sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi harga investor dengan perusahaan

penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lain

adalah harga pasar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal

dari internal dan eksternal perusahaan. Menurut Alwi (2003:87), faktor-faktor

yang mempengaruhi pergerakan harga saham yaitu:

1. Faktor Internal

a. Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti pengiklanan,

rincian kontrak, perubahan harga, penarikan produk baru, laporan

(4)

b. Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang.

c. Pengumuman badan direksi manajemen (management board of director announcements) seperti perubahan dan pergantian direktur, manajemen,

dan struktur organisasi.

d. Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan merger,

investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan diakuisisi.

e. Pengumuman investasi (investment announcements), seperti melakukan ekspansi pabrik, pengembangan riset dan penutupan usaha lainnya.

f. Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti negoisasi baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya.

g. Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba

sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, earning per share (EPS), dividen per share (DPS), price earning ratio, net profit margin, return on assets (ROA), dan lain-lain.

2. Faktor Eksternal

a. Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga tabungan dan

deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan deregulasi

ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah.

b. Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan karyawan terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan

(5)

c. Pengumuman industri sekuritas (securities announcements), seperti laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga saham

perdagangan, pembatasan/penundaaan trading.

d. Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan

faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga

saham di bursa efek suatu negara.

e. Berbagai isu baik dari dalam dan luar negeri.

2.1.3 Kinerja Perusahaan

Kinerja perusahaan menurut Srimindarti dalam Devi (2014) adalah suatu

tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode waktu tertentu,

merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional

perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya-sumber daya yang dimiliki.

Kinerja merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan untuk sebagian

atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode

dengan referensi pada jumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang

diproyeksikan, dengan dasar efisiensi, pertanggungjawaban atau akuntabilitas

manajemen dan semacamnya.

Menurut Mulyadi (2007:2) menguraikan pengertian kinerja keuangan ialah

penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi dan

karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang ditetapkan

sebelumnya. Pendapat serupa dikemukakan oleh Sawir (2005:1) yang menyatakan

(6)

keuangan suatu perusahaan berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang

ditetapkan.

Kinerja keuangan merupakan gambaran dari pencapaian keberhasilan

perusahaan dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai atas berbagai aktivitas

yang telah dilakukan. Dapat dijelaskan bahwa kinerja keuangan adalah suatu

analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah

melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara

baik dan benar (Fahmi, 2012:2).

Menurut Fahmi (2011) dalam Izati (2014), untuk melihat kondisi kinerja

perusahaan ada tiga rasio keuangan yang paling dominan yang dijadikan rujukan

bagi investor yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas.

Laporan keuangan dapat dijadikan sebagai alat untuk mengukur kinerja

perusahaan, terdapat dua metode yang digunakan dalam perbandingan hasil dari

perhitungan pada laporan keuangan,yaitu :

1. Time series analysis, yaitu membandingkan secara antar waktu atau antar periode, dengan tujaun itu nantinya akan terlihat secara grafik.

2. Cross Sectional Approach, yaitu melakukan perbandingan terhadap hasil

hitungan rasio-rasio yang telah dilakukan antara satu perusahaan dan

perusahaan lainnya dalam ruang lingkup yang sejenis yang dilakukan secara

bersamaan.

2.1.4 Kebangkrutan

(7)

muncul di perusahaan. Ada indikasi awal dari perusahaan tersebut yang biasanya

dikenali lebih dini kalau laporan keuangan dianalisis secara lebih cermat dengan

suatu cara tertentu (Syahyunan, 2013:103)

Menurut Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 Pasal 1 butir 1

menyatakan “Kebangkrutan adalah sita umum atas semua kekayaan debitor pailit

yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator di bawah

pengawasan hakim pengawas sebagaimana diatur dalam undang-undang ini”.

Menurut Martin dalam penelitian (Fakhrurozie, 2007) Kebangkrutan

sebagai kegagalan didefinisikan dalam beberapa arti:

1. Kegagalan Ekonomi (Economic Distressed)

Kegagalan dalam ekonomi berarti bahwa perusahaan kehilangan uang atau

pendapatan perusahaan tidak mampu menutupi biayanya sendiri, ini berarti

tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas

perusahaan lebih kecil dari kewajiban. Kegagalan terjadi bila arus kas

sebenarnya dari perusahaan tersebut jauh di bawah arus kas yang diharapkan.

Bahkan kegagalan dapat juga berarti bahwa tingkat pendapatan atas biaya

historis dari investasinya lebih kecil daripada biaya modal perusahaan yang

dikeluarkan untuk sebuah investasi tersebut.

2. Kegagalan Keuangan (Financial Distressed)

Pengertian financial distressed menurut Supardi (2003:79) mempunyai makna kesulitan dana baik dalam arti dana dalam pengertian kas atau dalam

pengertian modal kerja. Sebagian asset liability management sangat berperan

(8)

Kebangkrutan akan cepat terjadi pada perusahaan yang berada di Negara yang

sedang mengalami kesulitan ekonomi, karena kesulitan ekonomi akan memicu

semakin cepatnya kebangkrutan perusahaan yang mungkin tadinya sudah sakit

kemudian semakin sakit dan bangkrut.

Kegagalan keuangan juga bisa diartikan sebagai insolvensi yang membedakan

antara dasar arus kas dan dasar saham. Insolvensi atas dasar arus kas ada dua

bentuk, yaitu:

a. Insolvensi teknis

Perusahaan bisa dianggap gagal jika perusahaan tidak dapat memenuhi

kewajiban pada saat jatuh tempo. Walaupun total aktiva melebihi total

utang atau terjadi bila suatu perusahaan gagal memenuhi salah satu atau

lebih kondisi dalam ketentuan hutangnya seperti rasio aktiva lancar

terhadap utang lancar yang telah ditetapkan atau rasio kekayaan bersih

terhadap total aktiva yang disyaratkan. Insolvensi teknis juga terjadi bila

arus kas tidak cukup untuk memenuhi pembayaran bunga atau pembayaran

kembali pokok pada tanggal tertentu.

b. Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan

Dalam pengertian ini kebangkrutan didefinisikan dalam ukuran sebagai

kekayaan bersih negatif dalam neraca konvensional atau nilai sekarang

dari arus kas yang diharapkan lebih kecil dari kewajiban.

Menurut Darsono dan Ashari (2005:104) mendeskripsikan bahwa secara

garis besar penyebab kebangkrutan bisa dibagi menjadi dua yaitu faktor internal

(9)

internal manajemen perusahaan. Sedangkan faktor eksternal bisa berasal dari

faktor luar yang berhubungan langsung dengan operasi perusahaan atau faktor

perekonomian secara makro. Faktor internal yang bisa menyebabkan

kebangkrutan perusahaan meliputi:

1. Manajemen yang tidak efisien akan mengakibatkan kerugian terus- menerus

yang pada akhirnya menyebabkan perusahaan tidak dapat membayar

kewajibannya. Ketidakefisien ini diakibatkan oleh pemborosan dalam biaya,

kurangnya keterampilan dan keahlian manajemen.

2. Ketidakseimbangan dalam modal yang dimiliki dengan jumlah piutang-hutang

yang dimiliki. Hutang yang terlalu besar akan mengakibatkan biaya bunga

yang besar sehingga memperkecil laba bahkan bisa menyebabkan kerugian.

Piutang yang terlalu besar juga akan merugikan karena aktiva yang

menganggur terlalu banyak sehingga tidak menghasilkan pendapatan.

3. Adanya kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan bisa

mengakibatkan kebangkrutan. Kecurangan ini akan mengakibatkan kerugian

bagi perusahaan yang pada akhirnya membangkrutkan perusahaan.

Kecurangan ini bisa berbentuk manajemen yang korup ataupun memberikan

informasi yang salah pada pemegang saham atau investor.

Sedangkan faktor eksternal yang bisa mengakibatkan kebangkrutan berasal

dari faktor yang berhubungan langsung dengan perusahaan meliputi pelanggan,

supplier, debitor, kreditor, pesaing ataupun dari pemerintah. Sedangkan faktor

(10)

perekonomian secara makro ataupun faktor persaingan global. Faktor-faktor

eksternal yang bisa mengakibatkan kebangkrutan adalah:

1. Perubahan dalam keinginan pelanggan yang tidak diantisipasi oleh perusahaan

yang mengakibatkan pelanggan lari sehingga terjadi penurunan dalam

pendapatan. Untuk menjaga hal tersebut perusahaan harus selalu

mengantisipasi kebutuhan pelanggan dengan menciptakan produk yang sesuai

dengan kebutuhan pelanggan.

2. Kesulitan bahan baku karena supplier tidak dapat memasok lagi kebutuhan

bahan baku yang digunakan untuk produksi. Untuk mengantisipasi hal

tersebut perusahaan harus selalu menjalin hubungan baik dengan supplier dan

tidak menggantungkan kebutuhan bahan baku pada satu pemasok sehingga

risiko kekurangan bahan baku dapat diatasi.

3. Faktor debitor juga harus diantisipasi untuk menjaga agar debitor tidak

melakukan kecurangan dengan mengemplang hutang. Terlalu banyak piutang

yang diberikan debitor dengan jangka waktu pengembalian yang lama akan

mengakibatkan banyak aktiva menganggur yang tidak memberikan

penghasilan sehingga mengakibatkan kerugian yang besar bagi perusahaan.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan harus selalu memonitor piutang

yang dimiliki dan keadaan debitor supaya bisa melakukan perlindungan dini

terhadap aktiva perusahaan.

4. Hubungan yang tidak harmonis dengan kreditor juga bisa berakibat fatal

terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Apalagi dalam Undang-undang

(11)

mengantisipasi hal tersebut, perusahaan harus bisa mengelola hutangnya

dengan baik dan juga membina hubungan baik dengan kreditor.

5. Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan agar selalu

memperbaiki diri sehingga bisa bersaing dengan perusahaan lain dalam

memenuhi kebutuhan pelanggan. Semakin ketatnya persaingan menuntut

perusahaan agar selalu memperbaiki produk yang dihasilkan, memberikan

nilai tambah yang lebih baik bagi pelanggan.

6. Kondisi perekonomian secara global juga harus selalu diantisipasi oleh

perusahaan. Dengan semakin terpadunya perekonomian dengan

Negara-negara lain, perkembangan perekonomian global juga harus diantisipasi oleh

perusahaan.

2.1.5 Altman Z-score

Altman dikenal sebagai pionir dalam teori kebangkrutan Z-Score-nya.

Z-Score merupakan suatu persamaan multivariable yang digunakan oleh Altman dalam rangka memprediksi tingkat kebangkrutan. Altman Menggunakan model

statistic yang disebut dengan analsisis diskriminan, tepatnya adalah multiple discriminanat analysis (MDA) (Syahyunan, 2013:104).

Z-Score asli pertama kali dirumuskan oleh Altman dengan kondisi latar

belakang dimana sampel yang diambil adalah perusahaan manufaktur publik di

Amerika pada tahun 1968. Jumlah perusahaan yang diambil adalah 66 perusahaan

(12)

Jumlah rasio yang dites adalah 22 buah. Dari jumlah tersebut kemudian

dipilih 5 rasio yang paling kuat secara bersama berkorelasi dengan kebangkrutan.

Versi pertama Z-Score yang asli adalah sebagai berikut (Prihadi, 2011:335):

Z-Score = 1.2X1 + 1.4X2 + 3.3X3 + 0.6X4 + 1X5

Keterangan:

X1 = Working Capital / Total Asset

X2 = Retained Earning / Total Asset

X3 = Earning Before Interest and Tax / Total Asset

X4 = Market Value of Equity / Book Value of Debt

X5 = Sales / Total Asset

Nilai cut-off untuk Z-Score ini adalah:

Tabel 2.1

Nilai Cut-Off Altman Z-Score

Z-Score Kondisi

> 1.81 Bangkrut

1.81 - 2.99 Daerah Kelabu

< 2.99 Sehat

Sumber: Prihadi (2011:336)

Karena keterbatasan dari penggunaan Z-Score yang hanya dapat

digunakan untuk perusahaan public manufaktur, kemudian Altman

mengembangkan dua varian dari Z-Score, yaitu Z’-Score dan Z”-Score ditujukan

untuk perusahaan non public (private) dengan cara merumuskan kembali rasio yang digunakan, yaitu dengan menghilangkan market value of equity dan

(13)

Z’-Score = 0.717X1 + 0.847X2 + 3.107X3 + 0.42X4 + 0.998X5 Keterangan:

X1 = Working Capital / Total Asset

X2 = Retained Earning / Total Asset

X3 = Earning Before Interest and Tax / Total Asset

X4= Book Value of Equity / Book Value of Debt

X5 = Sales / Total Asset

Nilai cut-off untuk Z’-Score ini adalah:

Tabel 2.2

Nilai Cut-Off Altman Z’-Score

Z’-Score Kondisi

> 1.23 Bangkrut

1.23 - 2.90 Daerah Kelabu

< 2.90 Sehat

Sumber: Prihadi (201:338)

Varian terakhir adalah Z”-Score. Pada model terakhir ini rasio sales to

total asset dihilangkan dengan harapan efek industri, dalam pengertian perusahaan

terkait dengan asset satu penjualan dapat dihilangkan. Sampel yang digunakan

kemudian diganti dengan perusahaan dari Negara berkembang, yaitu Mexico. Z”-Score merupakan rumus yang fleksibel, karena bias digunakan untuk perusahaan publik maupun private. Berikut adalah rumus Z”-Score (Prihadi, 2011:338-339):

Z”-Score = 6.56X1 + 3.26X2 + 6.72X3 + 1.05X4 Keterangan:

X1 = Working Capital / Total Asset

X2 = Retained Earning / Total Asset

(14)

X4 = Book Value of Equity / Book Value of Debt

Nilai cut-off untuk Z”-Score ini adalah:

Tabel 2.3

Nilai Cut-Off Altman Z”-Score

Z”-Score Kondisi

> 1.1 Bangkrut

1.1 - 2.60 Daerah Kelabu

< 2.6 Sehat

Sumber: Prihadi (2011:338-339)

2.2 Penelitian Terdahulu

Marcelina (2014) melakukan penelitian dengan judul Prediksi

Kebangkrutan Menggunakan Metode Z-Score dan Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Transportasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Tahun 2008-2012. Variabel yang digunakan adalah Net Working Capital/ Total

Assets, Retained Earning/ Total Assets, Earning Before Interest and Tax/ Total Assets, Book Value of Equity/ Book Value of Debt, dan Harga Saham. Teknik

analisis data yang digunakan adalah teknik analisis regresi linear sederhana. Hasil

penelitian ini adalah tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara analisis

kebangkrutan Altman Z-Score dengan Harga Saham. Harga saham dipengaruhi

oleh analisis kebangkrutan metode Altman Z-Score sebesar 23%, sedangkan 77% dipengaruhi oleh variable lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.

Manik (2011) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Z

-Altman Terhadap Harga Saham. Variabel yang digunakan adalah Net Working Capital/ Total Assets, Retained Earning/ Total Assets, Earning Before Interest

(15)

analisis regresi. Hasil penelitian ini adalah nilai Z-Altman tidak berpengaruh

terhadap harga saham. Kemampuan variabel bebas dalam hal ini adalah nilai

Z-Altman terhadap variabel terikat adalah sebesar 0.1% dan 99.9% dipengaruhi oleh

faktor lain.

Apergis, et al. (2011) melakukan penelitian dengan judul Bankruptcy Probability and Stock Prices: The Effect of Altman Z-Score Information on Stock Prices Through Panel Data. Variabel yang digunakan adalah Net Working

Capital/ Total Assets, Retained Earning/ Total Assets, Earning Before Interest and Tax/ Total Assets, Market Value of Equity/ Book Value of Debt, Sales/ Total Assets,Price Earning Ratio, Price to Book Ratio, Total Market Capitalization dan

Stock Price. Teknik analisis data yang digunakan adalah Panel Integration and Cointergration Analysis (residual-based ADF test) dan Dynamic OLS (DOLS)

approach. Hasil penelitian ini adalah adanya hubungan positif antara Altman Z-Score dengan harga saham perusahaan.

Ailando (2008) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh

Kebangkrutan Altman Terhadap Pergerakan Harga Saham Perusahaan

Manufaktur Terbuka Di Bursa Efek Indonesia. Variabel yang digunakan adalah

Variabel yang digunakan adalah Net Working Capital/ Total Assets, Retained Earning/ Total Assets, Earning Before Interest and Tax/ Total Assets, Market Value of Equity/ Book Value of Debt, Sales/ Total Assets dan Harga Saham.

Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis regresi linier sederhana.

Hasil penelitian ini adalah potensi kebangkrutan Altman berpengaruh sangat

(16)

Bursa Efek Indonesia. Kemampuan Altman Z-Score menjelaskan pergerakan harga saham adalah sebesar 11.2% dan sisanya 88.8% dijelaskan oleh faktor lain

di luar model.

Fakhrurozie (2007) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh

Kebangkrutan Bank dengan Metode Altman Z-Score Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Jakarta. Variabel dalam penelitian ini adalah

Variabel yang digunakan adalah Net Working Capital/ Total Assets, Retained

Earning/ Total Assets, Earning Before Interest and Tax/ Total Assets, Market Valueof Equity/ Book Value of Debt, Sales/ Total Assets dan Harga Saham. Teknik

analisis yang digunakan adalah analisis regresi sederhana. Hasil penelitian ini

adalah pengaruh kebangkrutan bank dengan metode Altman Z-Score sebesar 21.5% sedangkan sisanya 78.5% dipengaruhi oleh variabel lainnya selain nilai

Z-Score.

Anggraeni (2004) melakukan penelitian dengan judul Analisis Z Skor

Untuk Penilaian Kinerja Keuangan Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham

Perusahaan Perdangangan di BEJ. Variabel yang digunakan adalah Net Working Capital/ Total Assets, Retained Earning/ Total Assets, Earning Before Interest

and Tax/ Total Assets, Book Value of Equity/ Book Value of Debt, dan Harga Saham. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier sederhana.

Hasil penelitian ini adalah pada tahun 2001 diprediksi 10 perusahaan sehat, 4

perusahaan kesulitan keuangan dan 6 akan bangkrut. Pada tahun 2002 diprediksi 8

perusahaan sehat, 5 perusahaan kesulitan keuangan dan 7 akan bangkrut. Pada

(17)

perusahaan akan bangkrut. Kinerja keuangan tidak berpengaruh terhadap harga

saham perusahaan perdagangan untuk tahun 2001-2003.

Tabel 2.4

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No.

Nama Peneliti/ Tahun

Judul Penelitian Variabel Penelitian

Teknik

Analisis Hasil Penelitian

1. Marcelina yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2012.

1. Z”-Score

(18)

Lanjutan Tabel 2.4

No.

Nama Peneliti/ Tahun

Judul Penelitian Variabel Penelitian

Teknik

Analisis Hasil Penelitian

4. Ailando Z-Score menjelaskan pergerakan harga saham adalah sebesar 11.2% dan sisanya 88.8% dijelaskan oleh faktor lain di luar model.

5. Fakhrurozie (2007) oleh variabel lainnya selain nilai Z-Score.

6. Anggraeni (2004)

Analisis Z Skor Untuk Penilaian

(19)

Lanjutan Tabel 2.4

No.

Nama Peneliti/ Tahun

Judul Penelitian Variabel Penelitian

Teknik

Analisis Hasil Penelitian

berpengaruh terhadap harga saham perusahaan perdagangan untuk tahun 2001-2003.

2.3 Kerangka Konseptual

Setiap perusahaan pasti mempunyai risiko kebangkrutan bahkan untuk

perusahaan yang bagus sekalipun, hanya saja risiko ini terus dijaga dan diatur

pada taraf yang seminim mungkin untuk tetap menjaga kinerja perusahaan. Dalam

memprediksi kebangkrutan ini, Altman pada tahun 1968 telah melakukan

penelitian untuk memprediksi kebangkrutan yaitu dengan nilai Z-Score yang telah dipercaya dapat memprediksi kebangkrutan karena dalam Z-Score sendiri terdapat beberapa rasio keuangan yang dapat mencerminkan kinerja dari perusahaan itu

sendiri seperti rasio likuiditas, profitabilitas, leverage, solvabilitas, dan aktivitas.

Penggolongan yang di buat oleh Altman terdiri dari 3 (tiga) yaitu sehat,

daerah kelabu dan bangkrut. Sehat merupakan peringkat untuk perusahaan yang

kinerja perusahaannya dalam taraf baik dan berjalan lancar, untuk daerah kelabu

perusahaan harus melakukan tindakan untuk mengatasinya karena sudah terdapat

potensi-potensi kecil dimana dapat menghambat keuangan perusahaan itu sendiri,

dan terakhir adalah peringkat bangkrut dimana perusahaan telah mengalami

kesulitan likuiditas dan memiliki potensi kebangkrutan di masa yang mendatang.

Informasi-informasi ini merupakan masukan para pemangku kepentingan

untuk melakukan suatu tindakan atau keputusan terutama bagi investor yang

(20)

yang bangkrut otomatis akan dihindari oleh para investor dan calon investor

karena tedapat resiko yang sangat besar akan terjadi loss atau kerugian, karena

penjauhan ini dapat menyebabkan harga sahamnya turun karena harga saham pada

dasarnya dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran atas saham perusahaan

yang bersangkutan sehingga jika suatu perusahaan memiliki kinerja yang baik

otomatis banyak investor maupun calon investor menginginkan saham perusahaan

tersebut sehingga harga sahamnya akan meningkat. Hal ini sesuai dengan

pernyataan yang dinyatakan oleh Wira (2011) dimana aspek fundamental menjadi

faktor utama penggerak harga saham, dalam hal ini aspek fundamental perusahaan

akan dinilai dengan menggunakan Z-Score. Oleh karena itu, potensi kebangkrutan perusahaan yang semakin besar akan membuat harga saham suatu perusahaan

makin menurun.

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual Penelitian

Prediksi Kebangkrutan

Altman Z-Score Harga Saham

Sehat

Daerah Kelabu

(21)

2.4 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan telaah pustaka yang telah dilakukan maka

dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:

“Nilai Z-Score Altman berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan

Gambar

Tabel 2.4 Ringkasan Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan variabel yang tidak signifikan berpengaruh terhadap kemiskinan di Kampung Tambak Lorok yakni persepsi pembangunan infrastruktur, jumlah anggota keluarga dan

Selain membahas perubahan fonologis pada sejumlah kata yang umum diucapkan oleh masyarakat Indramayu, dalam penelitian ini juga dilakukan penelitian mengenai faktor

[r]

Gambat elevasi tanah asli dan elevasi

Menggunakan menu dan ikon pokok pada perangka lunak pengolah kata. Cara menggunakan Menu

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG.

Pada pembuatan website ini hanya dikhususkan pada merk mobil Honda, Toyota, dan Mitsubishi, serta tidak ada transaksi secara online, oleh karena itu penulis memberikan solusi

Jenis perubahan penggunaan lahan di Kawasan Koridor Jalan Raya Juanda yang terjadi dari tahun 2012 sampai tahun 2016 terdapat pada 18 kavling yang mengalami