• Tidak ada hasil yang ditemukan

D 902006007 BAB VIII

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "D 902006007 BAB VIII"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

DELAPAN

REFLEKSI KEBERHASILAN ATAU

KEGAGALAN DARI SEBUAH GERAKAN

SOSIAL DI RUANG PUBLIK VIRTUAL

Yang Menang dan Yang Kalah

Masuknya investasi multinasional di sektor pertambangan melalui PT IMK di Kabupaten Murung Raya ternyata belum mampu membawa kebahagian, malahan membuahkan hasil protes yang tidak henti-hentinya dari masyarakat. Perlawanan tanpa henti akhirnya berkembang menjadi gerakan sosial, karena mendapatkan berbagai dukungan luas bukan hanya dari masyarakat desa Oreng Kambang tetapi juga dari berbagai Organisasi Non Pemerintah (ornop) baik lokal, regional maupun nasional membentuk jaringan terorganisir dari para aktor untuk mempertanyakan kepada negara terkait dengan hadirnya PT IMK. Jaringan aktor inilah yang kemudian menjadikan aksi perlawanan masyarakat Oreng Kambang dapat bertahan dalam waktu yang cukup lama, yaitu dari tahun 1990 - 2013.

(2)

dengan masuknya modal asing di sektor pertambangan (PT IMK) di Kalimantan Tengah.

Meskipun di dukung dengan jaringan aktor yang kuat untuk melakukan aksi-aksi perlawanan baik ditingkat lokal, regional dan nasional, keberadaan PT IMK ternyata masih mampu bertahan. Hal ini dimungkinkan, salah satunya disebabkan lemahnya pemahaman hukum pemerintah yang dibuat dengan pihak perusahaan multinasional termasuk PT IMK dalam mendesain Kontrak Karya (KK). Akibatnya, klausul pertanggungjawaban hukum lingkungan dalam hal terjadi pencemaran yang dilakukan sebagai akibat adanya industri pertambangan tidak diatur secara jelas. Kebertahanan PT IMK juga dikarenakan adanya kongsi yang sangat kuat dengan elit politik (lokal, regional dan nasional), yang berakibat tidak tertanganinya dampak negatif yang dihadapi masyarakat akibat hadirnya PT IMK.

Relasi simbiosis mutualisme dengan politisi lokal tentunya memberikan kekuatan kepada PT IMK untuk terus menggusur bahkan mengusir para penambang rakyat yang sudah ada sebelum masuknya PT IMK bahkan kawasan yang dianggap suci oleh masyarakat adat Dayak Siang Murung. Fenomena ini dimungkinkan karena hadirnya PT IMK justru dimanfaatkan oleh negara (pemerintah daerah-desa) dan elit-elit lokal lainnya sebagai instrumen politik dan ekonomi. Sebaliknya negara dimanfaatkan sebagai alat kapital pemberi konsesi-konsesi untuk eksploitasi pertambangan. Oleh karenanya keberadaan PT IMK hampir tidak memberikan manfaat yang signifikan terhadap pembangunan dan kesejahteraan masyarakat Oreng Kambang.

(3)

terjadi penangkapan karena dinilai melakukan pelanggaran karena tidak meminta ijin memasuki wilayah penambangan PT IMK.

PT IMK beranggapan bahwa hanyalah merekalah yang sebenarnya bisa melawan kemiskinan dengan menyediakan peluang pekerjaan bagi masyarakat lokal, merupakan cerminan nalar pikir para penguasa dan konglomerat tambang di Kalimantan Tengah. Kenyataannya justru masyarakat lokal yang kurang memperoleh kesempatan untuk bekerja di PT IMK karena tidak memenuhi persyaratan yang dikehendaki perusahaan. Kalaupun ada, status pekerjaan mereka hanyalah sebagai tenaga buruh kasar, seperti tukang kebun dengan upah yang rendah.

Selain memberi kesempatan agar masyarakat lokal dapat memperoleh pekerjaan, PT IMK juga memberikan pelatihan dan modal usaha kepada bekas penambang rakyat sebagai bentuk tanggungjawab sosial perusahaan. Namun tawaran pelatihan dan modal usaha mendapatkan penolakan dari masyarakat. Penolakan terjadi karena menurut rasional masyarakat, pendapatan yang diperoleh sebagai penambang jauh lebih besar ketimbang perolehan hasil usaha kerajinan bambu, maupun beternak lele.

Pada akhirnya aksi-aksi perlawanan yang dilakukan masyarakat Oreng Kambang cenderung berkembang karena tuntutan mereka tidak mendapatkan perhatian dari para penguasa (pemerintah dan pemerintah daerah) dan juga para pengusaha (PT IMK). Awal perlawanan adalah berbentuk demontrasi damai dari mengambil tailing hingga membawa sepanduk turun ke jalan. Namun dalam perkembangannya aksi damai berubah menjadi aksi brutal dengan membakar fasilitas yang dimiliki perusahaan, karena PT IMK dalam menyelesaikan aksi-aksi perlawanan masyarakat lebih menggunakan cara-cara arogan termasuk penggunaan senjata berlaras panjang. Masyarakat menjadi marah dan pada akhirnya berkembang menjadi “benci” dan akan terus-menerus melakukan perlawanan meskipun mereka harus berkorban dan menderita kerugian.

(4)

miliki diambil alih oleh PT IMK; (2) ketidak-mampuan bersaingan untuk memperoleh pekerjaan termasuk mencari pekerjaan lain diluar pekerjaan sebagai penambang; (3) terjadinya pencemaran lingkungan dampak dari aktivitas penambangan. Dari waktu ke waktu isu-isu tersebut terus berkembang mengiringi peningkatan aktivitas penambangan yang dilakukan PT IMK.

Meskipun perluasan eksploitasi tambang yang dilakukan PT IMK masih dalam luasan wilayah tambang yang dijinkan, masyarakat juga terus melakukan perlawanan. Hal ini terjadi karena di dalam wilayah tambang PT IMK yang akan dieksploitasi terdapat wilayah adat. Apabila PT IMK tetap mengeksploitasi apalagi dengan menggunakan sistem penambangan secara terbuka (open pit area), maka identitas kedayakan akan hilang. Isu yang lain adalah hilangnya tanah ulayat, karena tanah-tanah masyarakat yang secara adat diakui kepemilikannya juga diambil alih PT IMK tanpa ganti rugi.

(5)

masih diakui keberadaannya. Akar budaya ini juga mampu menumbuhkan kembali spirit untuk terus melakukan perlawanan menjadi sedemikian kuat dan solid, serta dapat berlangsung lama.

Akar budaya yang dimaksud dapat dibedakan menjadi beberapa hal. Pertama, adanya keyakinan yang kuat bahwa wilayah-wilayah yang disakralkan atau disucikan oleh orang Dayak merupakan wilayah yang harus dijaga dan dipertahankan agar dapat menjaga keseimbangan hubungan manusia dengan alam dan keseimbangan hubungan antar manusia yang disimbolkan dengan Batang Garing, seperti yang diperlihatkan dalam caver disertasi ini. Siapapun yang akan memanfaatkan wilayah ini harus menjalankan ritual adat dan bagi yang melanggar akan terkena sangsi adat. Wilayah adat yang dimaksud adalah Gunung Puruk Kambang yang dipercaya sebagai tempat dimana nenek moyang orang Dayak Siang Murung diturunkan dari Palangka Bulau oleh Ranying Hatala Langit disingkat Ranyinng atau Hatala yang berarti Allah atau Tuhan. Karenanya berbagai kegiatan ritual adat dalam konteks agama Keharingan, selalu dilakukan diwilayah ini.

Kedua, orang Dayak memiliki mekanisme membangun “sumpah adat” dengan melakukan ritual seperti hinting pali. Sumpah ini apabila dilanggar tidak hanya terkena sangsi adat, tetapi dapat membawa malapetaka bagi mereka yang melanggarnya. Mekanisme inilah yang kemudian digunakan untuk terus menghentikan operasi penambangan PT IMK. Orang Dayak juga mempunyai aturan adat yang kemudian dirumuskan melalui perjanjian Tumbang Anoi sebagai penuntun menjaga keseimbangan hubungan antar manusia dengan alam, dan antar manusia demi keberlanjutan kehidupan di masa mendatang.

(6)

masing-masing mulai dari merancang dan melakukan aksi-aksi kampanye serta demontrasi di lapangan, melakukan lobi dengan penguasa dan pengusaha, membuat petisi hingga pengerangkaan isu diberbagai media massa. Apabila ada momentum tertentu yang dianggap krusial, aktor-aktor ini lebih sering mengedepankan pengerangkaan wacana sebagai corak perjuangannya, meskipun terkadang ikut pula terlibat bersama masyarakat melakukan aksi-aksi demontrasi di lapangan.

Namun dalam perkembangannya, jaringan aktor yang tergabung dalam TATR tidak bertahan lama dikarenakan adanya perbedaan motif pertukaran kepentingan antara masyarakat disatu sisi dengan aktivis gerakan sosial dari luar masyarakat disisi yang lain. Hal ini ditunjukkan belum ada satu tuntutan yang berhasil merubah kebijakan pemerintah maupun pemerintah daerah. Untuk itu, masyarakat Oreng Kambang kembali membangun jaringan baru dengan melibatkan organisasi masyarakat adat Dayak, yaitu; dari Damang Kepala Adat di desa Oreng Kambang hingga organisasi adat Dayak di Kalimantan Tengah, yaitu; LMMDDKT. Isu utama yang kemudiaan menjadi tuntutan adalah memberikan penegasan terhadap hak-hak adat terkait dengan keberadaan Situs Gunung Puruk Kambang yang sudah diakui keberadaannya oleh pemerintah dan pemerintah daerah

Baik sebagai individu maupun sebagai lembaga adat Dayak yang terus memperjuangkan agar hak-hak adat tetap dipertahankan dan dikuatkan posisinya, tentunya LMMDD-KT bersedia sebagai pendamping kelompok masyarakat Oreng Kambang melawan PT IMK. LMMDD-KT kemudian lebih terlibat untuk menyuarakan pendapat berupa rekomendasi, kecaman, opini, dan memberikan masukan mengenai sesuatu untuk mendukung perjuangan masyarakat adat Dayak di bumi Kalimantan.

(7)

demikian, dapat dikatakan bahwa corak perlawanan mereka adalah penguatan organisasi rakyat di tingkat “akar rumput” maupun perluasan solidaritas dengan orgnisasi-organisasi lain yang turut mendukung perjuangan mereka. Adapun jejaring yang terjalin di antara -mereka bersifat melampaui ikatan-ikatan primordialistik, baik agama, suku, golongan, dan kedaerahan. Hal itu ditunjukkan, misalnya, dalam perjuangan mereka sempat berkunjung ke Jakarta dan bertemu dengan sejumlah aktivis ornop yang kemudian memberi dukungan konkret kepada mereka. Sejak itulah masalah PT IMK mencuat menjadi isu nasional. Contoh lainnya ditunjukkan melalui jejaring koalisi TATR yang saling bersinergi, sehingga mampu membuat kesepakatan untuk “membagi-bagi lahan” perjuangan masing-masing: ada yang mengatur koordinasi, ada yang mengartikulasikan isu, dan ada pula yang beraksi dilapangan.

Kedua, terkait dengan poin pertama, corak perlawanan rakyat terhadap PT IMK juga cenderung lebih banyak mengedepankan aktivitas organisatoris berupa aksi-aksi demonstrasi di lapangan, menyelenggarakan seminar dan lokakarya disamping melakukan lobi-lobi dengan para pejabat negara (di lembaga eksekutif maupun lembaga yudikatif), maupun penyebarluaskan informasi dan opini ke berbagai kalangan (artikulasi isu) baik dengan media lokal dan nasional maupun melalui internet dan media sosialnya. Ketiga, dapat dikatakan sebagai pelengkap cara yang pertama dan kedua tersebut, adalah melakukan perlawanan dengan mengajukan gugatan terhadap PT IMK melalui jalur hukum (misalnya yang pernah dilakukan oleh TATR maupun LMMDDKT, juga jalur politik dengan cara mendaftarkan pengaduan mereka ke Komnas HAM terkait dengan berbagai pelanggaran HAM yang dialami oleh masyarakat Oreng Kambang hingga ke Mahkamah Konstitusi.

(8)

hingga pembakaran fasilitas PT IMK. Akan tetapi, hal itu dapat dikatakan sebagai ekses luapan kemarahan masyarakat yang sudah mencapai titik puncaknya karena PT IMK belum bersedia untuk duduk bersama dan dalam posisi setara untuk menyelesaikan konflik dengan masyarakat adat Dayak. Apalagi sikap aparat keamanan yang selalu membela kepentingan PT IMK dan kerap melakukan tindakan-tindakan represif-koersif dalam menghadapi aksi-aksi masyarakat yang menentangnya.

Upaya melakukan perlawanan di atas, pada akhirnya membawa frustasi terutama bagi mereka yang terlibat aktif dalam aksi perlawanan. Hal ini dikarenakan PT IMK tetap saja beroperasi dan aksi perlawanan dinyatakan “gagal”. Belajar dari kegagalan ini membuat masyarakat adat Dayak Siang kembali merancang aksi-aksi perlawanan dengan melibatkan Damang Kepala Adat dan LMMDD-KT.

Dimulai dengan melakukan diskusi “kampung”, survey lapangan, melakukan pemetaan geokultural serta berbagai aksi untuk bertemu langsung dengan para penguasa baik pada aras lokal, regional maupun nasional, hingga membawa agenda permasalahan Oreng Kambang di Kongres Rakyat Kalimantan Tengah (KRKT) V yang diselenggarakan dari tanggal 28-29 Juni 2014 di Palangkaraya. Tindak lanjut keputusan KRKT, salah satunya membentuk Asosiasi Pertambangan Rakyat Kalimantan (Aspera) sebagai wadah pendampingan bagi para penambang yang umumnya adalah masyarakat adat Dayak.

(9)

Proses masuk ke dalam perlawanan di ruang publik virtual tentunya membutuhkan fondasi frame ideologi yang sangat kuat serta memiliki kemampuan dan komitmen yang tinggi untuk melakukan mobilisasi relasi dan media framing dalam memperjuangkan pengakuan atas hak-hak adat secara konsisten dan berkelanjutan (durable). Dengan fondasi frame ideologi yang sangat kuat tentunya aksi-aksi pembingkaian dapat memperoleh respon dari para pihak yang terlibat di ruang publik virtual terutama para pemegang saham dari PT IMK.

Untuk itu, kelompok aksi yang dibentuk harus melakukan pengkajian mendalam (framing) terkait dengan esensi dari hak-hak adat orang Dayak melalui forum kajian formal dan informal maupun dengan menggunakan media sosial. Kedua, membangun network dengan organisasi non pemerintah lainnya atau LSM yang memiliki cara pandang universalitas, dan ketiga, melakukan pendampingan secara langsung di lapangan, agar dapat mereproduksi wacana melalui aksi off-line dan membingkai wacana tersebut melalui on-line.

Strategi gerakan dengan memanfaatkan teknologi internet dan media sosialnya dalam membingkai informasi ternyata mampu mempengaruhi pertimbangan para pemagang saham untuk tidak membeli kembali saham PT IMK. Inti dari pembingkaian adalah menunjukkan bahwa selama ini usaha pertambangan yang dijalankan oleh PT IMK “belum” menggunakan cara-cara yang “humanis” di mana keberadaan masyarakat berikut adat dan istiadatnya tidak dihargai dan dipertahankan. Dampak dari adanya pembingkaian melalui media sosial menyebabkan nilai investasi PT IMK di bursa saham dari waktu ke waktu semakin menurun dan pada akhirnya operasi penambangan PT IMK di Murung Raya diberhentikan sementara atau dinyatakan “pailit”.

(10)

kembali beroperasi dengan manajemen baru bernama PT Kasongan Bumi Kencana. Namun pengalaman yang sudah ada, dapat menjadi sebuah model gerakan masyarakat yang berhasil dalam menghadapi meluasnya kapitalisme sektor pertambangan yang akan terus masuk di Kalimantan Tengah. Karenanya wadah-wadah yang terbentuk paska ditutupnya PT IMK, seperti Asosiasi Pertambangan Rakyat Kalimantan (Aspera) yang tumbuh dari masyarakat adat Dayak dapat menjadi pintu masuk untuk mengkaji seberapa jauh aksi perlawanan masyarakat adat Dayak dapat bertahan dan memenangkan pertarungan ini.

Melakukan Modifikasi Identitas Gerakan

Secara umum, gerakan perlawanan yang dilakukan masyarakat adat Dayak Siang semakin menampakkan wajahnya yang lebih solid dan terarah ketika mereka merasa pentingnya memperjuangkan hak-hak adat dari sekedar mengambil alih kembali lobang-lobang tambang yang mereka miliki. Perjuangan mereka pada saat itu, bukan saja aksi-aksi perlawanan di wilayah setempat, tetapi juga melakukan pengiriman-pengiriman delegasi ke instansi-instansi negara dan PT IMK di Palangkaraya, Jakarta maupun Australia.

(11)

dibangun dan mentransformasikan hubungan sosial yang lebih terintegrasi dan diperkuat. Karenanya gerakan perlawanan yang dilakukan masyarakat adat Siang Murung dapat dikatakan sebagai gerakan sosial baru (new sosial movement).

Untuk menjelaskan lebih jauh tentang gerakan sosial baru, ada 3 (tiga) hal pokok, pertama, disebut baru, karena secara kualitatis berbeda dengan gerakan sosial lama, seperti organisasi para penambang, karena menaruh perhatian lebih kepada keadilan ekonomi dan sosial politik. Kedua, gerakan ini berkaitan erat dengan isu sosial-budaya. Ketiga, gerakan ini terdiri dari kelompok-kelompok perorangan tetapi membentuk unsur gerakan yang lebih besar sebagai sebuah jaringan sosial.

Selanjut dari temuan penelitian, juga memperlihatkan sejumlah ciri dari gerakan perlawanan sehingga disebut sebagai gerakan sosial baru; pertama, aksi-aksi perlawanan yang mereka lakukan bersifat terorganisir dan berorientasi pada perubahan tatanan sosial yang menyeluruh dengan tujuan memperbaharui kebijakan yang dibuat negara terkait dengan masuknya perusahaan multinasional di Kalimantan Tengah. Kedua, gerakan ini juga berdimensi politik, yang merupakan ekspresi atas protes terhadap keadaan-keadaan sosial yang tidak adil yang dilakukan oleh perusahaan multinasional dengan dukungan kekuasaan negara.

(12)

mengakui hak-hak masyarakat adat. Gerakan perlawanan masyarakat Oreng Kambang, tidak lagi mengandalkan massa sebagai kekuatannya tetapi kemampuan dalam memenangkan makna dengan memanfaatkan teknologi internet dan media sosialnya melalui proses pembingkaian atas isu yang diperjuangkan.

Sebagai perkumpulan inklusif, gerakan perlawanan masyarakat adat Dayak Siang Murung tentunya mempunyai keanggotaan yang bersifat terbuka tanpa hiraukan latar belakang kelas sosial, etnisitas, politik, maupun agama sebagai prasyarat utama dari civil society. Mereka menerima pluralisme ide serta cenderung mengembangkan pandangan pragmatis dalam upaya menciptakan sistem partisipasi politik seluas-luasnya dalam proses pengambilan keputusan. Perhatian terhadap life politics menjadi penting dibandingkan dengan emancipatory politis. Ciri lainnya bersifat non-kelas dan tidak menghiraukan latar belakang agama. Namun, dalam hal etnisitas, gerakan masyarakat Oreng Kambang, justru menunjukkan bahwa ikatan keadatan masih berfungsi sebagai “energi” untuk memperluas kesempatan politik, mengembangkan struktur mobilisasi dan proses pembingkaian yang pada akhirnya menentukan keberhasilan dan kegagalan gerakan mereka.

Atas dasar penjelasan di atas, gerakan perlawanan masyarakat adat Dayak Siang Murung dapat dikategorikan sebagai suatu perkumpulan yang inklusif dan diprakarsai oleh aktor-aktor dan diikuti kelompok-kelompok yang secara sadar memobilisasi diri untuk bersama-sama memperjuangkan democratization of everyday life. Di dalamnya, tentu menekankan; (1) adanya unsur jaringan yang kuat tetapi interaksinya bersifat informal atau tidak terstruktur; (2) adanya sharing keyakinan dan solidaritas di antara mereka; (3) adanya aksi bersama dengan membawa isu yang bersifat konfliktual; dan (4) aksi tuntutan itu bersifat kontinyu tetapi tidak terinstitusi dan mengikuti prosedur rutin seperti dikenal dalam organisasi.

(13)

pembiangkaian dari suatu pemikiran tentang perubahan politik objektif yang memfasilitasi gerakan sosial. Perubahan politik tertentu mendorong tidak hanya melalui pengaruh objektif yang diakibatkan oleh perubahan relasi kekuasaan tetapi juga oleh setting dalam pergerakan proses pembingkaian yang selanjutnya menggerogoti legitimasi sistem yang dibangun PT IMK di bursa saham; Kedua, suatu gerakan sosial juga bisa muncul karena kaitan resiprokal antara proses pembingkaian dan mobilisasi. Proses pembingkaian secara jelas mendorong mobilisasi ketika para aktor berupaya mengorganisasi dan bertindak pada basis kesadaran yang berkembang tentang ketidakabsahan dan kerentanan sistem. Pada saat yang sama, potensi bagi proses pembingkaian yang kritis dikondisikan oleh akses pada berbagai struktur mobilisasi melalui internet dan media sosialnya (proses on-line). Dengan kata lain proses pembingkaian tidak akan terjadi dalam kondisi ketiadaan organisasi serta dukungan media, karena ketiadaan struktur mobilisasi dan media hampir pasti upaya penyebaran pembingkaian kesejumlah aktor yang diperlukan untuk basis tindakan kolektif akan terhambat.

(14)

daya besar baik dana dan maupun dukungan berbagai aktor termasuk aktor media yang sulit diakses.

Kedua, pengaruh sayap radikal (radical flank effects), yaitu kehadiran kelompok ekstrim ternyata mampu memetik keuntungan yakni membawa pengaruh aliansi antara negara dan gerakan sosial. Negara kemudian mau berhubungan dengan para pemimpin dan organisasi yang berbicara atas nama gerakan yang dianggap bisa menjadi rekan negosiasi yang terpercaya. Dalam situasi semacam ini kehadiran kelompok 'radikal' atau 'ekstrimis' bisa memberikan legitimasi dan memperkuat daya tawar kelompok yang 'moderat'. Kelompok yang dimaksud adalah kehadiran Lembaga Musyawarah Masyarakat Dayak Daerah Kalimantan Tengah (LMMDD-KT) yang secara tegas mempunyai garis perjuangan ingin mengembalikan hak-hak adat orang Dayak.

Ketiga terkait dengan tujuan (goals). Dalam upaya membangun hubungan yang berhasil dengan lingkungan politik dan organisasi yang lebih luas, organisasi gerakan sosial mendasarkan pada tujuan organisasinya. Respon dan reaksi dari pihak-pihak utama lain seperti negara, pihak lawan gerakan (PT IMK), media, dan sebagainya, umumnya dibentuk oleh apa yang dinyatakan dalam tujuan organisasi gerakan sosial. Apa yang dinyatakan dalam tujuan bisa dipersepsikan sebagai ancaman terhadap kepentingan sejumlah kelompok atau kesempatan untuk realisasi kepentingan bagi kelompok lain. Karena itu, oposisi dan dukungan yang diperoleh oleh organisasi gerakan sosial sebenarnya dibentuk oleh persepsi tentang ancaman dan kesempatan yang melekat dalam tujuan kelompok gerakan, salah satunya dengan merubah identitas gerakan dari penambang menjadi gerakan masyarakat adat.

(15)

Kedua, wilayah tambang yang berpotensi tidak dapat diperluas karena menjadi hak adat Dayak Siang yang diakui keberadaannya oleh negara sebagai situs budaya. Ketiga, PT IMK beberapa kali “terpaksa” berhenti beroperasi karena wilayah penambangannya diambil oleh masyarakat adat Dayak Siang yang juga para penambang (berunak). Karena itu PT IMK selalu menderita kerugian cukup besar.

Memang, tujuan utama gerakan perlawanan rakyat pada dasarnya ingin menutup PT IMK dan mengambil alih wilayah tambangnya kembali menjadi tambang rakyat tidak berhasil dicapai, hingga kini. Karena, PT IMK sudah kembali beroperasi dan berproduksi, sejak Oktober 2016. Apa sebabnya? Jawabannya, yang utama, karena PT IMK sebagai perusahaan swasta memiliki patronase politik dengan kekuatan yang sangat besar (aparat birokrasi dan keamanan) dan selalu siap membela serta mendukungnya. Dalam konteks ini, patron yang dimaksud adalah negara, sementara PT IMK adalah kliennya. Berdasarkan fakta tersebut, maka dapatlah dikatakan bahwa keberadaan PT IMK merupakan representasi persekutuan yang relatif sempurna antara kepentingan negara dan modal swasta. Terdapat relasi erat dan kuat yang mencerminkan adanya simbiose mutualistik antara penguasa (kekuatan politik) dan pengusaha (kekuatan kapital) dalam kasus ini. Proses seperti yang menyebabkan PT IMK mampu bertahan sampai sekarang, meskipun sejak awal sudah mendapatkan perlawanan yang tidak henti-hentinya dari masyarakat.

(16)

dijadikan indikatornya adalah: (1) berubahnya eksistensi PT IMK (selalu berganti manajemen); (2) semakin meluasnya jejaring gerakan perlawanan rakyat itu sendiri; (3) tetap bertahannya “daya lawan” gerakan tersebut sampai sekarang; (4) terbentuknya sebuah masyarakat yang berdaulat atas kehidupannya sendiri, yang mampu menyatakan ketidaksetujuan, menyuarakan protes, dan mengambil jarak terhadap penguasa (negara) dan pengusaha (pemilik modal).

Pada akhirnya, jika pada kenyataannya gerakan perlawanan masyarakat adat Siang Murung, belum juga mampu “mengalahkan sepenuhnya” PT IMK, meski telah berjuang dalam waktu yang relatif lama, sesungguhnya hal itu tidaklah mengherankan. Sebab, dalam konteks ini, yang dilawan bukanlah hanya pihak PT IMK, dan bukan pula pihak pemerintah daerah setempat (baik Kabupaten Murung Raya maupun Provinsi Kalimantan Tengah) beserta aparat keamanannya. Melainkan, pihak yang memiliki kekuatan jauh lebih besar, yakni negara, yang dalam hal ini direpresentasikan oleh Pemerintah Pusat di Jakarta dan relasinya dengan berbagai perusahaan multinasional sebagai pendukung utama memenuhi kebutuhan investasi untuk pembangunan.

Perlawanan Entah Sampai Kapan

Pada kenyataannya, sampai sekarang PT IMK masih tetap berdiri tegak di desa Oreng Kambang dengan manajemen baru PT Kasongan Bumi Kencana. Dipihak lain, masyarakat masih tetap belum merespon kehadirannya tetapi sudah mempersiapkan diri untuk melakukan aksi-aksi perlawanan kembali dengan tetap menjalin kerja-kerja dengan LMMDD-KT karena memiliki tanggungjawab membentuk dan menjadi anggota Asosiasi Pertambangan Rakyat Kalimantan (Aspera) sebagai wadah komunikasi masyarakat adat Dayak agar dapat mempertahankan hak-hak adatnya.

(17)

menerima sepenuhnya PT IMK dengan senang hati. Karena, sesungguhnya, mereka hanya mencoba berhitung lebih cermat dan menyusun strategi yang lebih tepat, di tengah perjuangan panjang yang penuh resiko, agar dapat mencegah jatuhnya korban dan kerugian yang jauh lebih besar seperti yang penah dialami sebelumnya. Selain itu, mereka pun tetap berjejaring dan berinteraksi, khususnya dalam rangka saling bertukar informasi, dengan LMMDDKT sebagai ornop yang selama ini telah mendampingi dan turut berjuang bersama dengan mereka. Itulah yang terjadi sampai sekarang, baik yang terekam melalui pengamatan di lapangan maupun melalui percakapan dengan sejumlah narasumber di desa Oreng Kambang, Murung Raya, Palangkaraya, dan Jakarta.

(18)

Teknologi dan Gerakan Sosial Baru

Penelitian ini menemukan bahwa kemajuan teknologi sangat berpengaruh terhadap perkembangan gerakan sosial baru untuk menambahkan salah satu cirinya. Produk teknologi yang selalu dipandang netral ternyata mulai memperlihatkan pengaruhnya sebagai saluran untuk dapat mengembangkan gerakan sosial. Internet dan media sosialnya sebagai salah satu produk mutakhir teknologi, kehadirannya tidak pernah diperhitungkan oleh para penguasa dan pemilik modal dan menjadi aktor utama keberhasilan gerakan sosial. Hal yang sama juga belum menjadi perhatian dari para peneliti dan aktivis gerakan sosial untuk memasukan teknologi internet dan media sosialnya sebagai salah satu faktor penting berkembangnya gerakan sosial baru, seperti yang ditemukan dalam penelitian dan ditunjukkan pada gambar 8.1. di bawah ini.

Sumber : Hasil Penelitian

Gambar 8.1.

Teknologi dan Gerakan Sosial Baru

(19)

sosial masyarakat Stren Kali Surabaya; gerakan sosial korban bencana lumpur Lapindo; gerakan sosial petani Kalibakar; dan gerakan perlawanan orang-orang tertindas serta gerakan rakyat melawan elit ternyata belum mempertimbangkan dan memasukan perkembangan teknologi internet dan media sosialnya dalam analisisnya.

Penelitian ini menemukan bahwa teknologi internet dan media sosialnya ternyata mampu mempengaruhi dinamika gerakan sosial baru agar dapat mendukung proses pembingkaian cultural (cultural framing) dengan memanfaatkan peluang kesempatan politik seiring dengan terbentuknya demokrasi baru di ruang publik virtual sehingga dapat memobilisasi struktur sumber daya (mobilizing structure) melalui jejaring aktor. Karenanya kehadiran teknologi internet dan media sosial lainnya juga menjadi penentu dari gagal atau tidaknya sebuah gerakan sosial baru.

Kedepan penelitian-penelitian tentang gerakan sosial di ruang public virtual menjadi menarik agar dapat mengembangkan teori-teori gerakan yang saat ini belum menjadikan teknologi internet dan media sosialnya sebagai variable penentu berhasil tidaknya sebuah gerakan sosial. Terkait dengan gerakan sosial yang memanfaatkan teknologi internet dan media sosial lainnya untuk dapat memasuki ruang public virtual memperlihatkan ciri-ciri sebagai catatan untuk penelitian selanjutnya sebagai berikut :

1. Gerakan ini mampu merubah land scape perlawanan dalam menyampaikan tuntutan, pendapat dan penentuan keputusan secara vertikal menjadi hoprisontal;

(20)

3. Gerakan ini mampu mengatasi hambatan pendanaan, persoalan ruang dan waktu sehingga gerakan yang dilakukan berlangsung efektif dan tepat-sasaran.

4. Gerakan ini mampu menimbulkan demontrasi massif di berbagai tingkatan (kampung hingga nasional).

5. Proses berdemokrasi tidak lagi monopoli oleh lembaga-lembaga perwakilan konvensional, namun bisa berlangsung di dalam ruang publik virtual.

6. Dalam ruang public virtual ternyata semua pihak dalam melakukan manipulasi dengan memberi informasi yang salah, dan bias meluas ke aktivitas politik (online atau internet action) di jaringan internet (cyberspace). Manfaat jaringan internet sebagai saluran atau medium baru harus dibayangkan sebagai agen, aktor aktif yang kreatif menciptakan sekaligus memodifikasi makna secara radikal.

7. Semua orang dapat menyampaikan pendapatnya tanpa diketahui identitasnya sehingga bentuknya lebih cair dan personal untuk memberi makna terhadap pesan yang diterimanya

Gambar

Gambar 8.1.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Terjadi peningkatan realisasi investasi PMDN pada periode Triwulan IV Tahun 2020 jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2019 sebesar 0,7%, yaitu dari Rp103,0

Tujuan penulisan skripsi ini untuk mengetahui dasar pertimbangan Hakim yang menyatakan Terdakwa bersalah melakukan penganiayaan terhadap anak sudah sesuai dengan fakta-fakta

Sebagai bagian integral dari reformasi aparatur Negara, perlu dilakukan overhaul besar-besaran pada birokrasi pemerintah, yang mencakup penerapan sistem penggajian dan jaminan

Faktor pendidikan mempunyai hubungan dengan kejadian demam tifoid di RSUD Salewangan Maros Tahun 2010 di mana terdapat penderita demam tifoid yang memiliki

Dari hasil eksperimen yang telah dilakukan, metode klasifikasi nearest neighbor untuk sistem pengenalan gender ini menghasilkan rata-rata keakuratan terbaik untuk sistem

Pada halaman ini akan ditampilkan daftar karyawan yang sudah melakukan promosi dan juga ditampilkan pula nama manager yang request untuk mempromosikan karyawan. Tabel yang

Di dalam kebudayaan musik tradisional Karo, dikenal dua atau tiga perangkat gendang dalam istilah yang sering dipakai dalam disiplin Etnomusikologi adalah ensambel, yakni; (1)

Bagi para Lektor Umat dan Lektor Penatua yang bertugas pada September 2013, kami mengundang untuk hadir pada pengarahan Lektor yang akan diadakan pada:. Hari/Tanggal