• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIOMASSA Bahan Baku and Teknologi Konver

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BIOMASSA Bahan Baku and Teknologi Konver"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

Syukri M Nur dan Jusri Jusuf

Sangatta dan Bogor, September 2014

(Kajian Pustaka dan Gagasan Aplikasi di Indonesia)

BAHAN BAKU & TEKNOLOGI KONVERSI

(2)

Artikel ini disajikan kepada publik yang berbahasa Indonesia secara gratis untuk memperluas cakrawala dan minat pada pendayagunaan biomassa sebagai bahan baku energi terbarukan.

Kepada para pembaca yang berminat memberikan donasi untuk artikel ini, dipersilakan disampaikan kepada: PT. Insan Fajar Mandiri Nusantara melalui rekening perusahaan di Bank Mandiri Cabang Pajajaran Bogor: 133-0012474011.

Hasil donasi ini akan disampaikan kepada PAUD Insan Mandiri pendidikan anak usia dini dari kalangan masyarakat sederhana di kelurahan Tegal Lega, Bogor yang membayar biaya sekolah anaknya Rp1.000,-/hari.

TERIMAKASIh KEPAdA:

• PT. BERJAYA GEMILANG ENERGI

atas sponsor dan fasilitas perjalanan ke Eropa pada

tanggal 1-19 Juni 2014 untuk mempelajari dan menjalin kerjasama dengan pengusaha industri

Jerman, Swiss, Austria, dan Belanda di bidang energi terbarukan.

• PT. COCOMAS INDONESIA

atas kesediannya menggunakan konsep survei biomassa ini di

enam wilayah di Provinsi Riau pada bulan September hingga Desember 2014.

(3)

Daftar Isi

03

1.4 Ruang Lingkup Pembahasan

07

2 METOdOLOGI PENULISAN

08

2.1 Pengumpulan Pustaka dari Jurnal dan Buku Acuan

08

2.2 Penyusunan Kerangka Tulisan

10

2.3 Penulisan, Revisi dan Publikasi

10

3 PENGERTIAN BIOMASSA

10

3.1 Terminologi Biomassa

10

3.2 Biomassa Tradisional dan Modern

13

3.3 Alasan Mempelajari Biomassa

15

3.4 Karakteristik Biomassa

17

3.5 Sumber-Sumber Biomassa

20

3.6 Mata Rantai Perencanaan Suplai Biomassa

21

3.7 Teknik Survei Potensi Biomassa

23

4 PROSES dAN TEKNOLOGI KONVERSI BIOMASSA

36

4.1 Proses Konversi Biomassa

36

4.2 Perkembangan Teknologi Konversi Biomassa

39

4.3 Strategi Pemilihan Teknologi Konversi Biomassa

40

5 EFISIENSI KONVERSI

45

6 BIOMASSA: PANGAN VERSUS ENERGI dAN KEBERLANJUTAN SUPLAI

46

6.1 Biomassa: Pangan versus Energi

46

6.2 Keberlanjutan Suplai Biomassa

47

7 LAMAN PENYEdIA INFORMASI BIOMASSA

48

(4)

PENGANTAR

P

emahaman yang baik dan menyeluruh tentang biomassa akan mengantarkan anda pada sebuah kemampuan dan kearifan untuk mengelola energi terbarukan bagi kesejahteraan masyarakat. Kemampuan adalah penguasaan pilihan teknologi yang mampu mengkonversi biomassa menjadi beragam bentuk energi dengan tingkat eisiensi yang tinggi, sedangkan kearifan akan bertumpu pada strategi pengelolaan sumberdaya alam yang tidak dieksploitasi secara berlebihan hanya dengan argumentasi pemenuhan kebutuhan energi.

Pengalaman umat manusia terhadap penggunaan energi fosil (minyak bumi, gas, dan batubara) telah memberikan catatan tersendiri terhadap kerusakan lingkungan sebagai kompensasi terhadap kebutuhan energinya untuk pemanasan rumah, kenyamanan, dan transportasi serta industri. Pengalaman itu mengantarkan pada upaya mencari pilihan energi yang akrab lingkungan, dapat diperbaharui, dan terjangkau secara ekonomi. Pilihan itupun telah mengarah pada penggunaan energi yang bersumber pada energi surya, panas bumi, hidro, energi laut (gelombang laut, pasang surut, dan suhu laut), dan biomassa. Biomassa merupakan sumber energi yang langsung terkait dengan peradaban umat manusia. Peradaban manusia itu ditandai dengan penggunaan teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin maju berkat penelitian dan pengembangan yang dilaksanakan oleh para peneliti.

Pemahaman tentang biomassa dapat diawali dengan pengertian, kemudian melangkah ke identiikasi tipe, sumber, karakteristik, target pengunaan, teknologi konversi, mata rantai penyediaan bahan baku mulai dari sumber hingga ke pabrik pengolahnya, strategi dan langkah taktis untuk mendayagunakan biomassa sebagai bahan baku bioenergi.

Rangkaian dan rangkuman pendapat para ahli pertanian, lingkungan dan energi terbarukan tentang keberlanjutan suplai energi juga disajikan sebagai pemikiran penting bagi pembaca dan pengambilan keputusan.

Pemikiran ini mengacu pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terpublikasi melalui jurnal ilmiah, buku ajar, majalah ilmiah, dan laman dari institusi yang terkait. Aplikasi pengetahuan dan teknologi ini sudah mencapai skala industri dan komersial sehingga menjadi bahan pertimbangan penting bagi pengusaha atau mitra investasi di Indonesia untuk menanamkan modalnya di sektor energi terbarukan.

Untuk itu, melalui artikel ini akan disajikan kerangka pikir penulis dalam mempelajari biomassa sebagai sumber bahan baku energi terbarukan dan teknologi konversinya.

Diakhir tulisan ini, penulis juga menyampaikan sekilas gagasan untuk Pemerintah Daerah di Indonesia supaya mampu mendayagunakan potensi biomassanya untuk penyediaan energi seiring dengan pemenuhan pangan.

(5)

1. PENdAhULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan energi bagi penduduk dunia terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, perkembangan industri, peningkatan sarana transportasi, serta beragam peningkatan kebutuhan terhadap kenyamanan dan gaya hidup manusia yang membutuhkan energi.

Pemenuhan terhadap energi itu sebagian besar berasal dari energi fosil, seperti minyak dan gas bumi serta batubara. Akibatnya, terjadi kelangkaan sumber energi tersebut, bahkan jika pun ada sumbernya harus dibayar mahal dengan mengorbankan kepentingan fungsi dan pelayanan lingkungan dengan investasi peralatan dan biaya operasional yang sangat mahal. Fungsi lingkungan yang harus dikorbankan jika mengeksplorasi sumber minyak dan gas adalah kehilangan fungsi hutan, pencemaran sungai dan laut, terganggunya mata rantai kehidupan dan sebagainya. Pada sisi lain tapi kasus yang sama, peningkatan investasi dan biaya operasional akan berdampak pada harga dan gas yang semakin tinggi.

Beban dan kerugian yang semakin berat dalam penyediaan energi fosil ini, telah menyadarkan manusia untuk mengalihkan sumber energinya ke energi yang ramah terhadap lingkungan dan dapat diperbaharui yaitu energi terbarukan. Ragam energi tersebut berasal dari energi matahari, angin, hidro, gelombang dan arus laut, panas bumi, serta biomassa.

Berdasarkan kajian Badan Energi Internasional (Intenational Energy Agency-IEA), pada tahun 2010, kontribusi energi terbarukan pada penyediaan energi dunia mencapai 16.7%. Kontribusi energi terbesar pada energi terbarukan berasal dari biomassa (12,4%) dengan ragam produknya adalah biomassa untuk panas, etanol, biodiesel, dan biomassa untuk listrik seperti yang disajikan pada Gambar 1.

(6)

Peranan biomassa ini terus bertambah sering dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi konversi dan pemanfaatan yang membawa pada peningkatan kuantitas dan kualitas produk bioenergi yang setara dengan standar bahan bakar konvensional.

1.2 Tujuan

Tujuh tujuan yang hendak dicapai dari penulisan makalah ini yaitu:

1. Mempelajari fungsi dan manfaat, serta karakteristik biomassa untuk sebagai bahan baku energi terbarukan.

2. Mempelajari perbedaan manfaat atau penggunaan biomassa secara tradisional dengan modern, dan upaya mempromosikan pemikiran biomassa modern.

3. Mempelajari dan mengindentiikasi jenis tumbuhan tanaman Indonesia yang berpotensi digunakan sebagai bahan baku biomassa dan sistem mata rantai penyediaanya.

4. Mendayagunakan konsep keberlanjutan (sustainability) untuk mendukung suplai dan penggunaan biomassa sebagai bahan baku bioenergi.

5. Mempelajari ragam proses konversi biomassa menjadi produk bioenergi seperti biosolid, bio-oil, dan biogas.

6. Mempelajari ragam teknologi konversi biomassa menjadi energi terbarukan dan strategi pemilihannya. 7. Menyampaikan sumber-sumber informasi dari lembaga penelitian dan lembaga swadaya masyarakat

tentang energi terbarukan berbasis biomassa.

1.3 Kerangka Pikir

(7)

Gambar 2 . Konsep sistem aliran sumberdaya biomassa menjadi produk akhir untuk energi (diterjemahkan dari ieabioenergy.com, 2014).

1.4 Ruang Lingkup Pembahasan

Ruang lingkup pembahasan akan mengacu pada kerangka pikir dengan konsentrasi pada empat subsistem yaitu:

1.4.1 Subsistem Biomassa

Bagian ini menyajikan informasi tentang jenis, kuantitas, dan sebaran biomassa, karakteristik biomassa dan sumber-sumber perolehan biomassa. Prioritas kajian biomassa berada di Indonesia karena telah tersedia secara alami ataupun diupayakan melalui pembangunan perkebunan, hutan tanaman industri, pertanian tanaman pangan.

(8)

Pilihan untuk mendayagunakan biomassa ini adalah untuk memperkuat argumentasi bahwa Indonesia memiliki potensi besar sebagai penyedia bahkan pengekspor bahan baku bioenergi. Namun demikian, terlebih dahulu mampu mendukung pemenuhan energi nasional sebelum melakukan ekspor energi untuk tidak mengulangi pengalaman pada energi tidak terbarukan (energi fosil).

1.4.2 Subsistem Mata Rantai Penyediaan Biomassa

Pada bagian ini, penulis menyajikan komponen-komponen yang menjalin mata rantai penyediaan biomassa (biomass supply chain), mulai dari kondisi biomassa berada di lapangan, diangkut dengan berbagai moda transportasi, kemudian disimpan di gudang, mengalami pra perlakukan sebelum proses atau dikonversi di pabrik, sampai dengan pengemasan biomassa tersebut sebagai produk bioenergi.

1.4.3 Subsistem Teknologi Konversi Biomassa

Penjelasan prinsip-prinsip dasar konversi biomassa, kemudian pemilihan teknologi konversi yang tepat sehingga biomassa dapat digunakan sebagai bahan baku energi dan beragam produk bioenergi.

1.4.4 Subsistem Teknik Survei Potensi Biomassa

Bagian ini menyajikan ringkasan teknik survei potensi biomassa di suatu wilayah. Tujuannya adalah memberikan panduan teknis yang tepat sehingga mampu mendukung realisasi industri energi berbasis pada sumberdaya yang dapat diperbarui. Panduan itu terutama pada kriteria lembaga dan personil yang terlibat dalam survei tersebut, serta penguatan metodologi survei sehingga mampu mengidentiikasi masalah dan solusi setiap mata rantai penyediaan bahan baku dan pengolahan biomassa.

2. METOdOLOGI PENULISAN

Metodologi Penulisan makalah ini menggunakan tiga tahap yaitu (1) pengumpulan pustaka dan informasi dari berbagai jurnal ilmiah, buku ajar, dan laman digital; (2) Penyusunan Kerangka Tulisan; (3) Penulisan dan Revisi, serta publikasi.

2.1 Pengumpulan Pustaka dari Jurnal dan Buku Acuan

(9)
(10)

Pada pengumpulan bahan pustaka ini, penulis terbantu oleh piranti pengelola buku digital CALIBRE yang dapat diperoleh di http://.calibre.com, dan perolehan buku dan jurnal ilmiah dari laman http://gen. lib.rus.ec/, serta perolehan khusus jurnal ilmiah di http://www.sciencedirect.com/.

2.2 Penyusunan Kerangka Tulisan

Kerangka tulisan makalah ini disajikan dalam bentuk skema seperti pada Gambar 3, sedangkan penyajian isi tulisan menggunakan kerangka pikir seperti pada Gambar 2.

2.3 Penulisan, Revisi dan Publikasi

Penulisan dan revisi dilakukan secara bertahap dengan mengikuti kerangka penulisan. Dalam tahapan revisi, penulis berkesempatan mengikuti perkembangan teknologi konversi biomassa di Eropa sebagai kawasan negara yang lebih moderen menggunakan biomassa sebagai sumber energi.

Kunjungan itu membuka cakrawala pemikiran yang lebih luas pada alternatif teknologi konversi biomassa, ragam produk dan kebutuhan bioenergi, serta fasilitas pembiayaan pembangkit listrik dari lembaga keuanganEropa.

Publikasi makalah ini dapat diakses melalui laman www.bioenerginusantara.com, atau www.academia. edu, atau www.issuu.com dan blog pribadi sebagai sarana penyebarluasan informasi kepada publik melalui bahasa Indonesia. Publikasi makalah ini mengikuti kaidah penulisan ilmiah namun belum dikaji ulang oleh reviewer.

3. PENGERTIAN BIOMASSA

3.1 Terminologi Biomassa

(11)

Bioenergi adalah energi terbarukan yang didapatkan dari sumber biologis, baik yang berasal dari tanaman/tumbuhan maupun dari tanaman.

Dalam deinisi yang lebih sempit, bioenergi adalah sinonim dari biofuel, yang merupakan bahan bakar turunan dari sumber biologis. Dalam cakupan yang lebih luas, bioenergi mencakup juga biomassa. Bioenergi adalah energi yang dihasilkan dari biomassa, tetapi bioenergi bukanlah biomassa itu sendiri. (http://id.wikipedia.org/wiki/Biomassa).

Bioenergi mencakup biomassa mencakup pengertian biomassa dan biofuel. Pengertian biofuel merupakan istilah yang disusun berdasarkan tiga wujud energi terbarukan berbasis biomassa dalam bentuk cair yang disebut biodiesel, berwujud padat disebut biosolid, dan dalam wujud gas disebut biogas.

Biomassa, istilah ini dalam industri penghasil energiakan merujuk pada sumber bahan biologis yang hidup atau baru mati yang dapat digunakan sebagai sumber bahan bakar atau untuk produksi industri. Umumnya biomassa merujuk pada materi tumbuhan yang dipelihara untuk digunakan sebagai biofuel, tapi dapat juga mencakup materi tumbuhan atau hewan yang digunakan untuk produksi serat, bahan kimia, atau panas. Biomassa dapat pula meliputi limbah terbiodegradasi yang dapat dibakar sebagai bahan bakar seperti jerami, sekam, batok kelapa, tandan kosong dan cangkang sawit, dan limbah kayu.

Biomassa tidak mencakup materi organik yang telah tertransformasi oleh proses geologis menjadi zat baru seperti batubara atau minyak bumi. Biomassa biasanya diukur berdasarkan prosentase berat kering.

Berdasarkan pengertian IEA (International Energy Association, www.iea.org), BIOMASSA adalah setiap bahan asal biologis, termasuk bahan bakar fosil atau gambut, yang mengandung energi bahan kimia (awalnya diterima dari matahari) dan tersedia untuk konversi ke berbagai pembawa energi lainnya. Biomassa Ini dapat mengambil banyak bentuk, termasuk biofuel atau minyak pirolisa untuk cair, biogas dan biometana untuk gas, atau pelet dan arang (charcoal) sebagai bentuk biomassa padat.

Dari sudut pandang kehutanan, Lembaga kehutanan Dunia, FAO memiliki deinisi bahwa biomassa merupakan total bahan organik di atas permukaan tanah pada pohon yang dinyatakan berat kering per satuan luas.

BIOMASS is deined as the total amount of

aboveground living organic matter in trees expressed as

oven-dry tons per unit area

(12)

Kendati ada sedikit perbedaan sudut pandang dalam menyatakan deinisi biomassa namun dalam makalah ini semuanya diasumsikan sama karena dipakai sebagai sumber bahan baku energi.

Biofuel

Terjemahan lugas biofuel adalah bahan bakar cair. Namun demikian, berdasarkan penjelasan Wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/Biofuel), Bahan bakar hayatiataubiofueladalah setiap bahan bakar baikpa datan,cairanataupungasyangdihasilkan dari bahan organik. Biofuel dapat dihasilkan secara langsung dari tanaman atau secara tidak langsung dari limbah industri, komersial, domestik atau pertanian.

Ada tiga cara untuk pembuatan biofuel: pembakaran limbah organik kering (seperti buangan rumah tangga, limbah industri dan pertanian); fermentasi limbah basah (seperti kotoran hewan) tanpa oksigen untuk menghasilkan biogas (mengandung hingga 60 persen metana), atau fermentasi tebu atau jagung untuk menghasilkan alkohol danester; dan energi dari hutan (menghasilkan kayu dari tanaman yang cepat tumbuh sebagai bahan bakar).

Biodiesel

Biodieselmerupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono—alkylesterdari rantai panjangasam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan bakar dari mesindieseldan terbuat dari sumberterbarukan sepertiminyak sayurataulemak hewan.

Biosolid

Biosolid merupakan bagian dari bahan bakar energi yang berasal dari biomassa dan bernetuk padat. Wujud padat ini dillakukan melalui proses pemadatan atau densiication supaya terjadi peningkatan atau pertambahan kuantitas energi per satuan volume. Biosolid umumnya dapat diperoleh dalam bentuk pelet, biochar atau biocoal.

Biogas

(13)

3.2 Biomassa Tradisional dan Modern

Dalam pengunaan biomassa, dibedakan menjadi dua kelompok yaitu biomassa tradisional dan biomassa modern. Prespektif biomassa tradisional mengacu pada belum adanya jaminan penyediaan kembali biomassa melalui upaya penanaman kembali tanaman bahan baku atau pemanfaatan limbah pertanian. Sementara itu, biomassa modern mengacu pada telah ada upaya penanaman atau pemanfaatan bahan yang berasal dari sistem budidaya komoditi pertanian, kehutanan atau limbah kota. Jadi pembeda dari dua kelompok tersebut adalah kriteria kelestarian.

Deinisi berikut ini akan membedakan pengertian biomassa tradisional dan biomassa modern, kemudian dirangkum dalam Tabel 1. dengan menggunakan delapan indikator yaitu terminologi/ istilah, tujuan penggunaan, eisiensi konversi energi, teknologi konversi, perlakuan, produk tambahan, pengguna dan implikasinya.

3.2.1 Biomassa Tradisional

BIOMASSA TRAdISIONAL. Biomassa padat, termasuk kayu bakar yang dikumpulkan, arang, residu pertanian dan hutan, dan kotoran hewan, yang biasanya diproduksi tapi tidak berkelanjutan dan biasanya digunakan di daerah pedesaan di negara-negara berkembang dengan pembakaran yang menimbulkan polusi dan tidak eisien tungku, tungku, atau pembakaran terbuka sebagai penyedia panas untuk memasak, kenyamanan, dan skala kecil pertanian dan industri pengolahan (sebagai lawan dari energi biomassa modern).

Biomassa tradisional disebut tidak berkelanjutan karena pengambilan bahan baku dari lapangan atau lokasi sumber tidak diimbangi dengan penanaman kembali.

3.2.2 Biomassa Modern

(14)

Tabel 1. delapan Indikator Pembeda BIOMASSA Tradisional dan BIOMASSA Modern

NO INdIKATOR BIOMASSA BIOMASSA

TRAdISIONAL MOdERN

1. Terminologi/Istilah Tidak ada penggantian tanaman Ada pergantian biomassa secara

secara nyata di lapangan tindakan nyata melalui budidaya

melalui budidaya. Menghasilkan listrik, biofuel untuk

2. Tujuan Penggunaan Memasak dan menghangatkan ruangan kendaraan dan mesin, penghangat

ruangan

3. Eisiensi Konversi Energi Rendah Tinggi

4. Teknologi Konversi Pembakaran langsung Gasiikasi, pyrolysis, thermolysis,

5. Perlakuan Hanya untuk pengeringan Pengeringan, pembuatan pelet,

pra penggunaan biomassa. disangrai (torriied), dan lain-lain

6. Produk Tambahan hanya abu Gas, biosolid, biofuel

7. Pengguna Rumah tangga, negara-negara miskin Industri, pabrik pembangkit listrik,

dan sedang berkembang dan pemukiman, negara-negara maju

8. Implikasi Berpengaruh pada penambahan gas Dianggap nol karena ada

penyebab efek rumah kaca melalui penggantian melalui budidaya yang

penambahan CO2 akan menyerap CO2 kembali ke

dalam sistem tumbuhan.

Sumber: Goldenber and Coelho (2004) dan Gurung and Eun Oh (2013).

Penggunaan biomassa secara modern sudah menjadi ciri khas negara-negara maju atau negara yang menyadari pendayagunaan teknologi konversi biomassa menjadi energi lain. Caranya, mereka menyiapkan bahan pengganti biomassa tersebut melalui pemanfaatan sistem pertaniannya, atau dengan memanfaatkan limbah pertanian, kehutanan, dan kota.

Manfaatnya adalah hasil konversi biomassa itu, oleh masyarakat modern, didayagunakan sebagai pengganti bahan bakar dalam menjalankan peralatan kerja dan sarana transportasi, atau diubah langsung menjadi energi listrik untuk rumah tangga-pemukiman, dan industri.

Dimana posisi Indonesia dalam pemanfaatan biomassa tersebut? Jawaban ini diberikan oleh data Badan Energi Internasional dalam laporan World Energy Outlook (2013), dimana penduduk Indonesia

(15)

3.3 Alasan Mempelajari Biomassa

Kenapa harus mempelajari biomassa? Jawaban dari pertanyaan ini adalah karena: a. Biomassa memiliki energi potensial yang harus dimanfaatkan.

b. Biomassa dapat diperoleh lagi dan tidak akan habis selama manusia melaksanakan proses budidaya tanaman untuk pangan, papan, dan energi. Kondisi ini mengakibatkan biomassa dikelompokkan sebagai bahan baku atau sumber energi terbarukan.

c. Telah tersedia teknologi konversi biomassa menjadi bioenergi dalam bentuk gas, padatan, dan cair dengan eisiensi yang semakin tinggi.

d. Juga telah tersedia dan dikenal secara umum teknologi pembangkit listrik dengan menggunakan bahan baku biomassa. Teknologi itu umumnya menggunakan sistem pembakaran langsung (direct combusting). Teknologi yang lebih maju adalah sistem pembakaran tidak langsung melalui proses gasiikasi, pirolisa, dan termolisis.

e. Untuk menggantikan bahan bakar fosil yang telah mengalami krisis penyediaan dan harga yang semakin mahal.

Tabel 2. Posisi Indonesia dalam Pemanfaatan BIOMASSA (WEO, 2013).

(16)

f. Karena sistem dan teknologi ini mampu mengolah sumber biomassa dari limbah pertanian, limbah pemukiman atau kota, limbah industri pengolahan produk pertanian, maka kondisi tersebut memungkinkan untuk menjaga kelestarian lingkungan melalui tindakan mengurangi dampak pencemaran dan penyebab peningkatan gas-gas penyebab efek rumah kaca.

g. Untuk membangun prespektif barupada sistem pertanian (agribisnis dan agroindustri) di Indonesia. Prespektif baru itu adalah pembangunan dan pengembangan energi terbarukan berbasis pada produk dan limbah agroindustri, tanpa mengabaikan kepentingan nasional pada pangan dan papan.

Demirbas (2008) merangkum pendapat para ahli energi dengan memberikan tiga alasan pentingnya biomassa sebagai bahan baku bioenergi. Pertama, biomassa adalah sumber daya terbarukan yang bisa dikembangkan secara berkelanjutan di masa depan. Kedua, biomassa memiliki sifat lingkungansangat positif sehingga tidak ada pelepasan karbon dioksida ke atmosfer dan memiliki kandungan sulfur yang sangat rendah. Artinya, biomassa bukan kontributor penyebab perubahan global. Ketiga, biomassa memiliki potensi ekonomi yang nyata seiring dengan peningkatan harga bahan bakar fosil di masa mendatang.

Penggunaan biomassa telah diramalkan oleh Hall (1980) akan menjadi alternatif penting dalam penyediaan energi dimasa mendatang. Ramalan ini tertuang pada Tabel 3 yang menjelaskan beberapa manfaat dan masalah dalam pemanfatan biomassa tersebut, dan sekarang persoalan tersebut sudah dirasakan oleh penggunanya.

Tabel 3.

Beberapa Keuntungan dan Masalah diramalkan dalam BIOMASSA untuk Skema

Energi (hall, 1980)

NO. MANFAAT NO. MASALAh

1 Gudang energi 1 Terjadi kompetisi penggunaan lahan

2 Energi terbarukan 2 Membutuhkan lahan

3 Konversi dan produk serbaguna; beberapa

produk dengan kandungan energi tinggi 3 Pada fase awal, suplai tidak menentu

4 Tergantung pada teknologi yang sudah tersedia

dengan masukan modal minimum; tersedia untuk

semua tingkat pendapatan 4 Biaya sering tidak menentu

5 Dapat dikembangkan dengan sumberdaya materi

dan tenaga kerja saat ini. 5 Memerlukan pupuk, air dan tanah

6 Berpotensi besar dalam pengembangan rekayasa biologi. 6 Terlibat aspek pertanian, kehutanan dan

praktek-praktek sosial

7 Menciptakan lapangan kerja dan mengembangkan 7 Bahan baku berukuran besar – banyak,

keterampilan transportasi dan penyimpanan dapat

menjadi masalah

8 Cukup murah dalam banyak hal 8 Pelaku (subyek dari perubahan iklim

9 Secara ekologi tidak mengganggu dan aman

(17)

Hall (1982) juga telah berpendapat bahwa faktor utama yang akan menentukan apakah skema biomassa dapat diimplementasikan di negara tertentu adalah a) sumberdaya biomassa, b) teknologi yang tersedia dan infrastruktur untuk konversi, distribusi dan pemasaran, dan c) kemauan politik yang dikombinasikan dengan penerimaan sosial dan ekonomi viabilitas (Hall, 1982).

3.4 Karakteristik Biomassa

Ketika biomassa dijumpai di lapangan, secara umum dapat diidentiikasi karakteristiknya seperti jenis dan ukuran yang tidak seragam karena berasal dari berbagai sumber, kadar air yang tinggi, kandungan energi yang rendah. Kondisi alami ini akan mengakibatkan biaya transportasi biomassa akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan batubara, minyak, dan gas.

Kendati identiikasi karakteristik biomassa secara kasat mata tersebut dapat dilaksanakan dengan mudah dan murah namun tidak mampu memberikan informasi kuantitatif yang sangat diperlukan dalam strategi dan program kerja teknis dalam pengelolaan biomassa sebagai bahan baku bioenergi. Pengelolaan terpenting adalah melakukan pengubahan energi yang rendah menjadi materi berenergi tinggi melalui proses isik, biologi, dan kimia atau kombinasinya serta pemilihan teknologi konversinya.

Ada tiga cara pendekatan analisis untuk menentukan karakteristik biomassa yaitu (1) analisis proksimat, (2) analisis ultimate; dan (3) analisis elemen biomassa.

3.4.1 Analisis

Proksimat

Analisis proksimate merupakan analisis di laboratorium untuk menentukan kadar air (moisture content), zat terbang (volatile matter), karbon tetap (ixed carbon), dan kadar abu (ash) dari biomassa.

Kadar air (Moisture Content)

Kadar air muncul selalu hadir sebagai penciri dalam setiap organisme hidup. Kadar air adalah penciri penting untuk bahan bakar biomassa. Ada berbagai kadar air untuk bahan bakar biomassa, sesuai dengan jenis biomassa, bentuk biomassa, kondisi penyimpanan dan iklim. Peningkatan kadar air akan mengurangi suhu pembakaran maksimum adiabatik dan meningkatkan waktu yang diperlukan untuk pembakaran yang sempurna dalam tungku. Kadar air biomassa memiliki kepentingan besar dalam hal daya tahan penyimpanan, nilai kalor bersih, pengapian diri, perancangan pabrik, perhitungan jumlah untuk konsumsi boiler.

Zat Terbang (Volatile Matter)

Kadar karbon tetap adalah karbon ditemukan dalam bahan yang tersisa setelah bahan yang mudah menguap didorong off. Hal Zat terbang mengacu pada komponen, kecuali untuk kelembaban, yang

(18)

lebih penting daripada batubara. Bagian utama dari bahan bakar ini kemudian diuapkan sebelum fase gas homogen pembakaran sementara char sisanya dibakar heterogen. Jumlah pengaruh zat terbang sangat dekomposisi dan pembakaran perilaku termal. Ini berbeda dengan kandungan karbon utama biomassa karena beberapa karbon hilang dalam hidrokarbon dengan volatil.

Karbon Tetap (Fixed Carbon)

Kadar karbon tetap adalah karbon ditemukan dalam bahan yang tersisa setelah bahan yang mudah menguap. Hal ini berbeda dengan kandungan karbon utama biomassa karena beberapa karbon hilang dalam hidrokarbon dengan volatil.

Kadar Abu (Ash)

Kadar abu biomassa adalah residu dari sisa pembakaran yang bersifat tidak mudah terbakar. Ini merupakan mineral massal setelah karbon, oksigen, sulfur dan udara yang telah terjadi selama proses pembakaran. Beberapa elemen yang hadir dalam bentuk biomassa abu setelah pembakaran dikenal sebagai unsur pembentuk abu. Mereka ada dalam bentuk garam, tersimpan dalam struktur karbon (abu melekat) atau setelah diperkenalkan ke bahan bakar saat panen dan transportasi dalam bentuk debu atau tanah liat (ash entrained).

Semua jenis biomassa memiliki kandungan abu yang rendah dibandingkan dengan batubara. Namun, komposisi abu biomassa lebih rentan untuk penyumbatan dalam tungku biomassa.

3.4.2 Analisis

Ultimate

Analisis ultimat dilakukan untuk menentukan kandungan unsur kimia pada biomassa seperti karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, unsur tambahan, dan juga unsur mikro.

Elemen karbon, hidrogen dan oksigen merupakan komponen utama dari bahan bakar biomassa. Nilai prosentase karbon dan hidrogen nilai kalori yang lebih tinggi (yang merupakan kasus batubara) karena konsentrasi dari unsur-unsur dalam bahan bakar secara langsung terkait dengan nilai kalor (lihat rumus). Karbon sebagian hadir dalam bentuk teroksidasi yang menjelaskan nilai yang lebih rendah pada gross caloriic value (GCV) untuk biomassa daripada batu bara.

Jika kandungan karbon lebih tinggi dalam biomassa hutan maka akan mengarah ke GCV sedikit lebih tinggi dari bahan bakar biomassa herba. Karbon dan hidrogen teroksidasi selama reaksi pembakaran untuk membentuk CO2 dan H2O. Sejauh oksigen yang bersangkutan, organik terikat O

(19)

3.4.3 Analisis Elemen Biomassa

Analisis elemen biomassa merupakan analisa unsur konstituen organik utama yang diperlukan untuk perancangan bahan biomassa. Dalam analisis ini, ditemukan elemen karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O). Unsur-unsur tersebut membentuk senyawa makromolekul alami seperti selulosa (C6H12O6), hemiselulosa (C5H8O4), lignin, pati dan protein dari jaringan tumbuhan.

Beberapa penelitian lebih lanjut dari unsur-unsur utama termasuk klorin (Cl), alkali dan abu membentuk unsur-unsur seperti aluminium (Al), silikon (Si), kalsium (Ca), besi (Fe), kalium (K), magnesium (Mg), natrium (Na) dan fosfor (P). Kekhawatiran lain studi unsur elemen dalam biomassa seperti logam berat: arsen (As), barium (Ba), kadmium (Cd), cobalt (Co), kromium (Cr), tembaga (Cu), mangan (Mn), molibdenum (Mo), nikel (Ni), timbal (Pb), titanium (Ti), vanadium (V), seng (Zn). Relevansi penelitian logam berat terletak pada prediksi emisi, pemanfaatan abu dan aerosol formation.Both ini penelitian lebih lanjut yang mahal dan tidak penting untuk membuat suatu gambar kasar dari perilaku bahan bakar biomassa selama pembakaran.

3.4.4 Nilai Kalori

Nilai Kalor

Nilai kalor mencerminkan kandungan energi dari biomassa dan juga disebut nilai kalor. Dua nilai kalor dapat dibedakan, satu dengan mempertimbangkan kadar air bahan bakar dan satu jika bahan bakar benar-benar kering. Yang terakhir, nilai kalor bruto (GCV), adalah panas yang dilepaskan selama pembakaran per unit massa dari bahan bakar saat air yang terbentuk dalam fase cair. Jaring Nilai kalor (NCV) adalah panas yang dilepaskan selama pembakaran per unit massa dari bahan bakar saat air yang terbentuk dalam fase gas. Perbedaan antara GCV dan NCV memperhitungkan entalpi antara air gas dan cairan pada 25 ° C dan kandungan hidrogen dari bahan bakar. Nilai kalor merupakan faktor yang sangat penting untuk desain boiler dan untuk perhitungan konsumsi bahan bakar pembangkit listrik yang menjadi bagian utama dari biaya operasional.

Jika anda mengakses datadi laman milik Pusat Penelitian Energi Belanda (Energy research Centre of the Netherlands-ECN) di https://www.ecn.nl/phyllis2 maka anda akan mendapat kemudahan dalam

pemahaman karakteristik biomassa. Pada laman tersebut akan disajikan informasi dalam bahasa Inggris dengan rincian sebagai berikut:

• classiication codes (kode klasiikasi)

• ultimate analysis: carbon, hydrogen, oxygen, nitrogen, sulphur, chlorine, luorine and bromine • proximate analysis: ash content, water content, volatile matter content, ixed carbon content • biochemical composition

(20)

Contoh kasus:

Contoh kasus yang disajikan pada artikel ini terbagi dalam beberapa kelompok yaitu tanaman pangan seperti padi, jagung, singkong; tanaman perkebunan seperti kelapa sawit, kelapa, karet dan kakao, tebu; tanaman hutan seperti bambu, gmelina, acacia; limbah hutan seperti plywood, papan kayu keras (hardwood), kayu lunak (softwood), bahan yang mengandung partikel kayu. Data disajikan pada Lampiran 1.

3.5 Sumber-Sumber Biomassa

Berdasarkan kerangka pikir Demirbas (2001)sumber biomassa dibagi menjadi empat kelompok utama yaitu (1) limbah; (2) produk kehutanan; (3) tanaman energi; dan (4) tanaman akuatik.

3.5.1 Limbah

Pada kelompok ini, limbah yang menjadi salah satu sumber biomassa dapat diperoleh dari limbah pertanian, limbah perkebunan, limbah industri kehutanan, serta limbah organik dari pemukiman/ perkotaan.

Beragam produk limbah pertanian yang dapat diperoleh dan dimanfaatkan sebagai sumber biomassa, terutama limbah yang terjadi pada proses pasca panen dan proses pengolahan hasil panen di pabrik pengolahan. Contoh sederhana, jerami yang menjadi limbah panen padi akan dijumpai di lapangan, sedangkan sekam akan diperoleh saat pengolahan gabah di pabrik beras.

Pada perkebunan, limbah juga akan terjadi di saat panen namun akan lebih besar jumlahnya pada saat pengolahan panen di dipabrik. Limbah juga terjadi pada perkebunan yang harus melakukan penanaman kembali untuk mencapai produksi optimumnya. Pada perkebunan kelapa sawit, misalnya, limbah dari lapangan hanya berupa guguran daun dan pelepah tua atau penggantian penggantian pohon sawit tua. Namun jumlah dan ragam limbah akan bertambah pada saat pengolahan tandan buah segar di pabrik kelapa sawit (PKS). Limbah yang dihasilkan dari PKS adalah tandan kosong (22-24%), serabut (12-14.%), cangkang sawit (5-8%), serta limbah cair atau Palm Oil Mill Efluent (POME) sebesar 50% untuk setiap ton tandan buah segar (TBS) yang diolah PKS.

(21)

3.5.2 Biomassa Kehutanan

Biomassa kehutanan dapat dibagi menjadi tiga sumber penting yaitu: (1) serasah hutan, (2) limbah penebangan, dan (3) limbah industri kayu hutan.

1. Serasah hutan terjadi dari komponen pohon seperti daun, ranting, dan dahan, bahkan pohon yang telah tua dan tidak berfungsi atau mati dan jatuh ke lantai hutan.

2. Limbah penebangan merupakan sisa batang, ranting, dan dahan yang terjadi setelah penebang pohon. Sisa biomassa ini umumnya masih segar karena kadar airnya tinggi sehingga perlu waktu atau sedikit upaya supaya lebih kering.

3. Limbah industri kayu umumnya ditemukan di sentra pengolahan kayu hutan dalam bentuk serbuk gergaji, potongan kulit kayu, atau potongan kayu yang tidak lagi bernilai ekonomi.

3.5.3 Tanaman Energi

Tanaman yang khusus dibudidayakan dan didedikasikan khusus untuk bahan baku energi sebagai prioritas pertama, kemudian untuk penyediaan pangan sebagai prioritas kedua. Tanaman ini antara lain singkong tahunan, jagung atau tebu yang ditanam khusus untuk pembuatan etanol. Tanaman yang digunakan untuk biooil seperti jarak.

3.5.4 Tanaman Akuatik

Tanaman yang tumbuh pada habitat berair seperti air tawar atau di laut dan khusus diambil manfaatnya sebagai bahan baku biomassa. Contoh komoditi ini adalah algae dan eceng gondok.

3.6 Mata Rantai Perencanaan Suplai Biomassa

Upaya pendayagunaan biomassa sebagai sumber bahan baku energi dapat diilustrasikan dari pendekatan konsep FAO (2004) pada Gambar 3, yang menunjukkan aliran isik biomassa menjadi biofuel dan diubah menjadi bioenergi. Perubahan biomassa menjadi biofuel dilakukan melalui proses termokimia dan biokimia, sedangkan dari biofuel menjadi bioenergi umumnya terjadi pada mesin atau pabrik pembangkit listrik/energi.

BIOMASSA

BIOFUEL

BIOENERGY

(22)

Dalam rangka pemanfaatan biomassa itu, harus memperhatikan terlebih dahulu kelengkapan dan keterkaitan setiap mata rantai penyediaannya. Jika ada satu mata rantai yang hilang atau tidak terkait dan tidak berfungsi maka sudah dapat dipastikan bahwa sistem produksi bioenergi atau pemanfaatan biomassa tersebut akan terganggu.

Berdasarkan kajian pustaka terkait dengan perencanaan dan penggunaan biomassa, maka ada sembilan komponen yang menyusun mata rantai penyediaan, penggunaan, dan produk biomassa disajikan pada Gambar 5, yang terbagi menjadi sembilan tahap yang dimulai dari identiikasi biomassa, perhitungan biomassa, kemudian pada pengemasan biomassa. Kesembilan tahap ini merupakan bagian dari perencanaan biomassa (biomass planning). Ringkasan disajikan pada Tabel 4.

Tabel. 4.

Tahapan Umum dalam Perencanaan Pembangunan Mata Rantai Sistem

Penyediaan Biomassa Sebagai Bahan Baku Bioenergi

NO KELOMPOK KEGIATAN RINCIAN KEGIATAN

1 Identiikasi Biomassa • Penentuan lokasi atau wilayah penghasil biomassa

(Biomass Identiication) • Identiikasi jenis tanaman penghasil bahan baku biomassa,

terutama yang termasuk dalam katagori limbah

• Hindari penggunaan biomassa untuk pangan • Bagian tanaman yang digunakan sebagai biomassa • Penentuan kriteria biomassa yang digunakan, (kualitas:

umur buah kelapa, kadar air sabut dsb).

2 Taksasi Biomassa • Penentuan teknik perhitungan potensi biomassa pada suatu

(Biomass Assessment) wilayah.

• Penentuan luas wilayah yang akan disurvei, berdasarkan

radius antara lokasi pabrik (pengguna) dengan lokasi sumber atau total luas area.

• Penentuan zona inti, zona penyangga, dan zona pendukung

suplai biomassa

3 Sistem Penyediaan Biomassa • Pengaturan mekanisme kerjasama dengan pemilik lahan atau

(Biomass Supply System) pemilik biomassa

• Mekanisme waktu dan jumlah rutin pengiriman

4 Sistem Transportasi • Identiikasi moda transportasi biomassa yang ada di daerah:

(Biomass Transportation) darat, laut, dan sungai

• Penentuan pilihan moda tranportasi: darat atau laut • Dukungan transportasi untuk petani

5 Penyimpanan Biomassa • Sistem penyimpanan biomassa, bahan mentah utuh, setengah

(Biomass Logistics) terolah, terolah

6 Pra Perlakuan Biomassa • Penentuan pra perlakuan biomassa secara isik: (Misalkan

(Biomass Pretreatment) kelapa: dikupas, pemisahan sabut, batok, daging kelapa) dan

perubahan kadar air biomassa (tambah atau dikurangi). 7 Pengolahan Biomassa • Pilihan pengolahan biomassa secara biokimia atau termokimia

(Biomass Processing) yang disesuaikan dengan target produksi dan permintaan pasar.

8 Produk Biomassa

(Biomass Product) • Pilihan target produk: gas, biocoal, bio-oil

• Penentuan teknik pemanfaatan produk ikutan seperti panas • Penentuan teknik kendali mutu produk yang harus sesuai

standar mutu pasar internasional.

(23)

Rincian penjelasan kesembilan komponen perencanaan biomassa adalah sebagai berikut:

3.6.1 Identiikasi Biomassa

(Biomass Identiication)

Langkah awal dalam perencanaan biomassa ini dilaksanakan ketika sebuah sistem membutuhkan bahan baku untuk energi atau untuk menghasilkan produk bioenergi. Identiikasi biomassa akan memandu pengguna untuk menentukan pilihan jenis biomassa yang tersedia dan memenuhi persyaratan sebagai baku energi terbarukan.

Penentuan pilihan tersebut untuk menghindari pertentangan kebutuhan biomassa untuk pangan dan papan atau kebutuhan lain. Pilihan dilakukan pada suatu bentang vegetasi atau lahan dimana banyak dijumpai jenis biomassa, baik yang dibudidayakan oleh masyarakat seperti komoditi kelapa sawit, jagung, padi, karet, kakao, atau hutan tanaman industri maupun yang tersedia secara alami di hutan.

3.6.2 Taksasi Biomassa

(Biomass Assessment)

Dalam penyediaan biomassa, harus dipahami bahwa ada empat kelompok ketersediaan biomassa yang harus dipahami. Keempat ketersediaan itu adalah Ketersediaan potensial yang meliputi ketersediaan keberlanjutan, ketersediaan teknis, dan ketersediaan sosial ekonomis yang saling berinteraksi dan sinergis untuk mendapatkan ketersediaan biomassa untuk dikonversi (Gambar 6).

Gambar 7.

(24)
(25)

Ada tiga tahapan yang harus dilalui dalam pada bagian taksasi biomassa ini yaitu penentuan (1) potensi agroekologi suatu wilayah dalam produksi biomassa; (2) kapasitas produksi yang saat ini sedang dikerjakan oleh masyarakat atau petani; (3) kemampuan petani untuk menyediakan biomassa pada mata rantai berikutnya.

Penggunaan data citra satelit yang dikombinasikan dengan sistem informasi geograi (SIG) sangat menguntungkan dan mendukung taksasi biomassa pada suatu wilayah. Teknik ini perlu juga didukung oleh pengukuran beberapa lokasi contoh untuk mendapatkan persamaan matematika sebagai faktor konversi antara kondisi di citra dengan kondisi di lapangan.

Tucker (1980) mengatakan bahwa metode pendugaan potensi biomassa tanpa ada kerusakan/ merusak, harus memenuhi kriteria yaitu harus akurat, cepat, minimum kalibrasi, liputan vegetasi atau citra tidak dipengaruhi oleh kabut, angin, awan, bahkan kondisi topograi lokal. Kemudian, peralatan yang digunakan juga harus ringan, kokoh, mudah dibawa dan tidak mahal.

Teknik penggunaan citra dan SIG juga memberikan batasan wilayah kajian secara jelas, posisi dan infrastruktur pendukung, serta dapat dikombinasikan dengan informasi sosial ekonomi wilayah kajian yang diperlukan dalam analisis sistem suplai biomassa sebagai bahan baku energi terbarukan. Algoritma penggunaan teknologi data penginderaan jauh dengan pengukuran/data lapangan untuk perencanaan sistem suplai biomassa disajikan pada Gambar 7.

3.6.3 Sistem Penyediaan Biomassa

(Biomass Supply System)

Pengambilan biomassa pada suatu bentang lahan akan terkait dengan interaksi sumberdaya manusia, pada tingkat petani-pengumpul yang bekerja secara individu maupun dalam organisasi. Kerjasama dengan pihak-pihak tersebut akan menentukan sistem penyediaan biomassa dengan indikator jumlah, kualitas, dan waktu serta jaminan pengantaran – pembayaran dari lokasi sumber ke lokasi akhir pengguna biomassa.

Sistem penyediaan biomassa pada lahan yang dimiliki oleh perusahaan pengguna, sudah tentu akan lebih sederhana karena dikendalikan oleh satu sistem manajemen saja.

3.6.4 Sistem Transportasi

(Biomass Transportation)

(26)

Analisa Citra

(27)

Pola pengelolaan sistem transportasi juga perlu diperhatikan pilihannya, pengelolaan sendiri atau melakukan kontrak kerjasama pengangkutan biomassa dengan perusahaan lain.

Pilihan penggunaan moda transportasi (kapal, truk, atau kereta) juga akan menentukan kuantitas dan kualitas biomassa, serta waktu penerimaan biomassa tersebut ke tahapan berikutnya.

3.6.5 Penyimpanan Biomassa

(Biomass Logistics)

Penyimpanan biomassa diartikan dengan istilah stockile, yang dapat berwujud areal terbuka (lapangan penumpukan bahan baku) ataupun areal tertutup (gudang bahan baku). Pada tahap ini sudah dapat dipastikan kuantitas dan kualitas biomassa yang tersedia dan siap digunakan pada proses pengolahan.

Biomassa yang disimpan di lokasi penyimpanan diharapkan tidak berkurang jumlah dan kualitasnya, serta dijaga dari bahaya kebakaran dan kebanjiran ataupun proses penguraian (dekompoisisi) oleh bakteri atau mikroba lainnya.

3.6.6 Pra Perlakuan Biomassa

(Biomass Pretreatment)

Perlakuan awal pada biomassa (pratreatment biomass) merupakan langkah permulaan pendayagunaan biomassa menjadi energi atau produk energi. Tahap ini ditentukan oleh spesiikasi teknis dari mesin-mesin pengolah biomassa.

Ragam pra perlakuan yang harus dilakukan antara lain: • Seleksi dan Pemisahan bahan metal dari biomassa • Seleksi dan pemisahan bahan organik lain dari biomassa

• Pemisahan komponen-komponen biomassa menjadi bahan baku spesiik. Misalkan pemisahan batok kelapa, sabut, daging kelapa, ranting, serta batang kelapa.

• Penyesuaian ukuran biomassa sesuai dengan kebutuhan mesin pengolah dan target produksi. Langkah ini umumnya dilakukan dengan mencacah bagian biomassa menjadi serpihan berukuran 2-5 cm sebelum dimasukkan ke mesin pengolah.

• Penyesuaian kandungan air pada biomassa, dengan cara menambah air pada biomassa yang terlalu kering atau melakukan pengeringan secara alami atau buatan dalam sistem produksi (pengolahan biomassa) jika biomassa terlalu basah (kandungan air tinggi).

(28)

Kendati pra perlakuan biomassa dapat dilakukan pada tingkat petani atau pengumpul namun akan mengurangi ragam (jenis dan jumlah) masukan biomassa sehingga terjadi sistem produksi bioenergi yang sama dengan industri lainnya, karena hanya terkonsentrasi pada satu produk tertentu dan akan menyisakan limbah di lokasi sumber.

3.6.7 Pengolahan Biomassa

(Biomass Processing)

Proses pengolahan biomassa menjadi produk energi (biosolid, biofuel, biogas) sangat tergantung pada target bisnis pihak perusahaan. Pengolahan biomassa akan dilkukan ini akan lebih rinci dibahas pada bagian lain di makalah ini.

3.6.8 Produk Biomassa

(Biomass Product)

Produk biomassa yang telah diolah melalui proses konversi akan menghasilkan tiga kelompok produk yaitu biosolid, biogas, dan biofuel.

3.6.9 Pengemasan Produk Biomassa

(Biomass Packaging)

Ada dua macampengemasan yang diperlukan dari produk bioenergi (hasil pengolahan biomassa) berdasarkan pertimbangan pengguna yaitu:

(1) kemasan untuk pengguna sektor rumah tangga dan publik seperti konsumen rumah tangga atau mesin/peralatan yang langsung mengubah produk bioenergi di mesin menjadi energi gerak atau listrik;

(2) kemasan untuk pengguna di sektor industri seperti pembangkit listrik, pengolah bahan baku menjadi produk akhir industri. Contoh bahan baku menjadi produk industri adalah charcoal dari batok kelapa yang diubah oleh industri menjadi material karbon aktif.

3.7 Panduan Teknik Survei Lapangan Potensi Biomassa

(29)

3.7.1 Penetapan Acuan Survei

• Pihak pemilik proyek pembangun pembangkit listrik dan pabrik bioenergi harus menetapkan lokasi, jangka waktu survei, kriteria lembaga pelaksana, kriteria personil pelaksana survei, pelaporan, dan anggarannya.

• Pihak pemilik proyek berhak untuk melakukan kompetisi secara terbuka terhadap target survei tersebut.

• Pihak pemilik proyek membentuk tim kerja untuk melakukan pemilihan, pengarahan, kendali dan menerima laporan serta menilai hasil kerja Tim Survei.

3.7.2 Penetapan Acuan Survei

• Pihak pemilik proyek pembangun pembangkit listrik dan pabrik bioenergi harus menetapkan lokasi, jangka waktu survei, kriteria lembaga pelaksana, kriteria personil pelaksana survei, pelaporan, dan anggarannya.

• Pihak pemilik proyek berhak untuk melakukan kompetisi secara terbuka terhadap target survei tersebut.

• Pihak pemilik proyek membentuk tim kerja untuk melakukan pemilihan, pengarahan, kendali dan menerima laporan serta menilai hasil kerja Tim Survei.

3.7.3 Kriteria Lembaga Pelaksana Survei

• Lembaga pelaksana survei biomassa harus memenuhi standar dasar legalitas perusahaan dengan membuktikannya melalui kelengkapan dokumen seperti:proil perusahaan, akte hukum, siup, situ, dan perizinan lainnya

• Dalam proil perusahaan tercantum pengalaman yang terkait dengan target survei biomassa.

3.7.4 Kriteria Lembaga Pelaksana Survei

• Lembaga pelaksana survei biomassa harus memenuhi standar dasar legalitas perusahaan dengan membuktikannya melalui kelengkapan dokumen seperti:proil perusahaan, akte hukum, siup, situ, dan perizinan lainnya

(30)

3.7.5 Penetapan Acuan Survei

• Pihak pemilik proyek pembangun pembangkit listrik dan pabrik bioenergi harus menetapkan lokasi, jangka waktu survei, kriteria lembaga pelaksana, kriteria personil pelaksana survei, pelaporan, dan anggarannya.

• Pihak pemilik proyek berhak untuk melakukan kompetisi secara terbuka terhadap target survei tersebut.

• Pihak pemilik proyek membentuk tim kerja untuk melakukan pemilihan, pengarahan, kendali dan menerima laporan serta menilai hasil kerja Tim Survei.

3.7.6 Kriteria Lembaga Pelaksana Survei

• Lembaga pelaksana survei biomassa harus memenuhi standar dasar legalitas perusahaan dengan membuktikannya melalui kelengkapan dokumen seperti:proil perusahaan, akte hukum, siup, situ, dan perizinan lainnya

• Dalam proil perusahaan tercantum pengalaman yang terkait dengan target survei biomassa.

3.7.7 Kriteria Personil Pelaksana Survei

• Anggota tim survei paling minum memiliki pengalaman dibidang survei pada aspek ekologi, sosial dan ekonomi, sistem informasi geograi dan penginderaan jauh (Geographical Information System and Remote Sensing- GIS & RS).

• Tim survei sebaiknya terbagi atas empat kelompok kajian yaitu: (1) Tim Ekologi; (2) Tim Sosial dan Ekonomi; (3) Tim Teknologi GIS dan RS. (4) Tim Integrasi

• Tugas Ekologi adalah melakukan identiikasi jenis vegetasi dan tumbuhan yang dikatagorikan biomassa. Luasan, distribusi, kondisi terakhir vegetasi apakah masih baru ditanam, sedang masa produksi/panen atau sudah harus ditanam kembali (replanting) merupakan data yang wajib dikumpulkan oleh tim ini.

• Tugas utama Tim Sosial dan Ekonomi adalah mengidentiikasi aspek sosial dan ekonomi di suatu wilayah yang dipilih untuk menyediakan bahan baku biomassa. Pada bagian ini harus terungkap informasi demograi seperti umur, jenis pekerjaan, jenis kelamin, stratiikasi pendapatan, dan lembaga yang terkait dengan penyediaan dan penggunaan bahan baku biomassa.

• Tugas Tim Teknologi GIS dan RS adalah mengidentiikasi semua informasi ekologi, sosial dan ekonomi pada peta sehingga informasi mengenai biomassa ini dapatdisajikan secara spasial. • Tim Integrasi bertugas memaduserasikan rencana survei, proses survei, data dan hasil interpretasi

(31)

3.7.8 Penguatan Metodologi Survei

Tim Survei harus memiliki metode survei yang jelas, sistematis, logis, dan mampu dilaksanakan di lapangan berdasarkan ketersediaan anggaran dan tenaga yang terlatih.

Penguatan metodologi survei ditekankan pada penambahan informasi dari lapangan yang akan memperkuat analisis survei ini.

3.7.9 Tahapan Pelaksanaan dan Kendali Kualitas

Tahap pelaksanaan survei, harus terungkap dengan jelas faktor-faktor penentu: (1) deskripsi biomassa (jenis biomassa, kondisi basah atau kering, asal tanaman, hasil panen atau biomassa replanting), (2) waktu, (3) biaya, (4) pelaku-penyuplai dan pengguna lokal dan pengguna pesaing, (5) sarana, (6) moda transportasi, (7) daerah asal sumber, (8) jarak tempuh, serta (9) mekanisme kerjasama dalam setiap mata rantai suplai biomassa. Tahapan tersebut harus juga terdokumentasikan dalam bentuk dokumen data dan foto.

Kendali kualitas harus dilakukan pada setiap mata rantai penyediaan biomassa tersebut dengan berpatokan bahwa perpindahan setiap bahan baku biomassa dari tempat asalnya ke pabrik akan ditentukan.

3.7.10 dokumentasi data dan Proses Analisis

Data primer dan sekunder yang terkumpul harus terdokumentasi dengan baik sehingga dapat diakses dan digunakan sesuai kebutuhan dalam waktu relatif singkat.

Proses analisis data akan mengikuti langkah-langkah berikut ini:

1. Identiikasi Pilihan Biomassa

(32)

Gambar 8. Contoh pilihan biomassa di Provinsi Riau.

2. Penentuan Lokasi Pabrik Pengolahan

(33)

biomassa. Zona penyangga merupakan wilayah penyedia biomassa yang dikoordinasikan dengan pihak kedua melalui kontrak kerjasama. Zona pendukung merupakan wilayah penyedia biomassa dimana pelaku bisnis lain terlibat sebagai pesaing, dan ketersediaan biomassanya tidak dilakukan kontrak kerja kerjasama. Pemilahan ini juga sangat memperhitungkan aspek ekonomi, terutama biaya angkut dan harga dasar pembelian biomassa dari daerah sumber. Gambar 9. memilah ketiga zona.

Zona Pendukung Zona Penyangga

Zona Inti

Gambar 9. Pemilahan zona dari sentra penyedia biomassa berdasarkan perhitungan jarak, waktu dan biaya ke lokasi pabrik pengolah.

3. Pelaksanaan Survei pada daerah Terpilih

(34)

Gambar 10. Pembagian wilayah penyedia biomassa menjadi empat kuadran

4. Perhitungan luas wilayah biomassa, potensi penyediaan, pemilik biomassa, sarana transportasi, estimasi harga biomassa, dan biaya angkut.

(35)
(36)

3.7.11 Pelaporan dan Publikasi

Pelaporan dan publikasi dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Pelaporan merupakan kewajiban akhir dari suatu survei. Tetapi untuk publikasi harus dilandasi kesepakatan dengan penyandang dana survei atau pemilik proyek.

4. PROSES dAN TEKNOLOGI KONVERSI BIOMASSA

4.1 Proses Konversi Biomassa

Proses konversi biomassa menjadi energi melalui dua lintasan yaitu (1) dekomposisi kimia, dan (2) penghancuran/penguraian secara biologi. Sedangkan teknologi untuk pendayagunaan biomassa dibagi menjadi empat kelompok dasar yaitu (1) proses pembakaran langsung, (2) proses termokimia, (3) proses biokimia, dan (4) proses agrokimia (Demirbas, 2001 and 2004).

a. Proses Pembakaran Langsung (direct Combustion)

Proses pembakaran langsung ini terjadidengan melibatkan pembakaran biomassa dengan udara berlebih untuk menghasilkan gas buang yang panas. Gaspanas ini digunakan untuk menghasilkan uap dalam boiler. Sebagian besar (97%) pembangkit biopower di dunia menggunakan sistem pembakaran langsung (Demirbas, 2004). Mereka membakar bahan baku bioenergi secara langsung untuk menghasilkan uap dan menjalankan turbin kemudian menghasilkan listrik dengan generator. Uap dari pembangkit listrik juga digunakan untuk proses di pabrik atau untuk pemanas ruangan.

Proses pembakaran biomassa secara langsung dapat melalui dua cara yaitu: Bahan baku biomassa langsung dimasukkan ke dalam tungku pembakaran atau tungku boiler, atau biomassa dicampur dengan batubara dan proses ini juga disebut Coiring. Hasil akhir dari proses ini adalah

panas dan abu.

b. Proses Konversi Termokimia

(37)

b.1 Pirolisa Biomassa (Biomass Pyrolysis)

Pirolisa biomassa merupakan pembakaran pada ruang tertutup dan tidak bersinggungan langsung dengan udara bebas. Temperatur pemanasan pada proses ini berkisar 500oC dan akan mengubah biomassa menjadi tiga bagian yaitu gas, biochar, dan crude oil (bio-oil). Ada tiga macam pirolisa, yaitu pirolisa konvensional ataupirolisa lambat (slow phyrolisis), pirolisa cepat (fast pyrolisis), serta Pirolisa kilat (lash phrylosis) yang sangat tergantung pada waktu dan temperatur yang bersentuhan langsung dengan ukuran biomassa pada proses konversi. Pada tabel berikut ini disajikan perbedaan indokator untuk tiga kelompok pirolisa pada biomassa.

Tabel 5.

Perbedaan Indikator dari Tiga Tipe Pirolisa

INdIKATOR Pirolisa

Konvensional Pirolisa Cepat Pirolisa Kilat

Temperatur Pirolisa

(Pyrolysis temperature-K) 550 - 950 850 - 1250 1050 - 1300 Laju Pemanasan

(Heating rate-K/s) 0.1-1 10-200 >1000 Ukuran partikel

(Particle size-mm) 5-50 <1 <0.2

Waktu tinggal

(Solid residence time-s) 450-550 0.5-10 <0.5

Sumber: Dermibas (2004).

b.2 Gasiikasi Biomassa (Biomass Gasiication)

Gasiikasi biomassa adalah proses pengubahan bentuk biomassa menjadi gas pada suhu dan tekanan udara tertentu. Proses gasiikasi juga merupakan bentuk dari pirolisa namun konsentrasi produknya adalah lebih banyak gas daripada biochar ataupun bio-oil atau tar. Pada proses gasiikasi ini, juga muncul panas yang dapat dikombinasikan dengan steam gas turbin yang memanfaatkan buangan panas untuk menjalankan turbin.

(38)

b.3 hidrogenasi Biomassa (Biomass hydrogenation)

Hidrogenasi biomassa merupakan proses konversi biomassa untuk menghasilkan hidrogen.

b.4 Likuifaksi Biomassa dan Likuifaksi Katalitik (Biomass liquefaction (Low and high Pressure Liquefactions) and Catalytic Liquefaction)

Proses pengubahan atau konversi biomassa menjadi bahan bakar cair dengan melibatkan katalis, kondisi ini dimungkinkan pada suhu rendah tapi dengan tekanan tinggi.

b.5 Ekstraksi Aliran Superkritis and Ekstraksi Aliran Superkritis Katalitik (Supercritical Fluid Extraction and Catalytic Supercritical Fluid Extraction)

Proses ini hampir sama dengan likuifaksi biomassa namun fokus kinerja konversi energi biomassa tersebut sangat mengandalkan karakteristik katalisnya yaitu suhu kritis atau pada tekanan kritisnya.

c. Proses Konversi Biokimia

Biomassa yang mengalami proses konversi biokimia, umumnya membutuhkan waktu yang relatif lama karena menunggu kemampuan bakteri pengurai berfungsi dengan baik untuk mengubah biomassa menjadi komponen gas dan limbah padat. Produk bioenergi dari proses ini adalah biogas.

d. Proses Konversi Agrokimia

(39)

4.2 Perkembangan Teknologi Konversi Biomassa

Berdasarkan kajian Demirbas (2004), perkembangan teknologi konversi biomassa menjadi berbagai bentuk energi dapat dicatat sebagai berikut:

1. Pembangkit listrik berbasis biomassa dengan cara pembakaran langsung; 2. Pembakaran campuran biomassa dengan batubara (Co-iring with coal); 3. Konversi biologi biomassa dan limbah;

4. Pemadatan biomassa (Biomass densiication (briquetting);

5. Pemenuhan kebutuhan domestik masak-kompor dan peralatan pemanas; 6. Konservasi energi di rumah tangga dan industri;

7. Energi surya fotovoltaik dan biomassa berbasis listrik perdesaan;

8. Konversi biomassa untuk minyak pirolitik atau bio-ahan bakar untuk kendaraan; 9. Konversi biomassa menjadi metanol dan etanol untuk mesin pembakaran internal; 10. Ekstraksi biomassa untuk mendapatkan bahan diekstrak;

11. Pengolahan air limbah menggunakan biomassa;

12. Biomassa hidrolisis dan fermentasi dari produk hidrolisis; 13. Ekstraksi bahan bakar agrokimia;

14. Bio-fotolisis;

15. Konversi minyak nabati untuk bio-diesel;

16. Digester anaerobik untuk limbah lumpur dan limbah hewan; 17. Pembakaran biomassa terkendali untuk boiler;

18. Teknologi termo-konversi biomassa.

Bagi penulis, empat peneliti internasional ini yaitu Ayhan Demirbas, A. V. Bridgwater, D.O. Hall, dan Peter Mc Kendry, banyak memberikan landasan pemahaman tentang pendayagunaan biomassa sebagai energi terbarukan melalui publikasi ilmiahnya.

 Demirbas berasal dari Turkey dan bekerja di Sila Science and Energy, University Mah, Mekan Sok No. 24 Trabzon, Turkey.

 A.V.Bridgwater dari Bio-Energy Research Group, Aston University, Birmingham B4 7ET, UK.

 D.O Hall, dari Division Life Sciences. King’s College London, London W8 7AH. UK.

(40)

4.3 Strategi Pemilihan Teknologi Konversi Biomassa 12 Kriteria Penentu

Berdasarkan pengalaman tim penulis dalam memilih teknologi yang tepat dan terjangkau untuk diterapkan di Indonesia. Ada 12 kriteria yang diterapkan dengan mengkaji sembilan jenis teknologi konversi biomassa menjadi energi terbarukan. Negara penghasil teknologi tersebut umumnya berasal dari Eropa seperti Kanada, Inggris, Perancis, Denmark, dan yang terbanyak adalah Jerman. Tabel berikut ini merupakan contoh dari penerapan kriteria tersebut dalam memilih teknologi konversi biomassa.

Tabel 6.

dua Belas (12) Kriteria untuk Mendukung Pilihan Teknologi Konversi

NO KRITERIA PENJELASAN

1 Negara Produsen Umumnya adalah Jerman, Belanda, Perancis, Kanada, Polandia, Swiss, dan Inggris.

2 Tipe Produk Teknologi: Tipe tipe reaktor sepert contoh ini harus anda a. Steel Kiln perhatikan dengan baik untuk mengidentiikasi dan b. Kiln Industri mempertimbangkan pilihan.

c. Rotating Reactor d. Fast Pyrolysis Reactor

Dari tipe reaktor sudah dapat ditentukan kapasitas e. Nama Produk dan kemampuan konversi biomassa menjadi bentuk

energi lain.

Pada proses termokimia ini, biomassa akan diubah 3 Tipe Proses Termokimia menjadi bentuk energi lainnya. Indikator didalam proses

ini: kisaran suhu (oC) dan tekanan (bar)

4 Kelayakan Bahan Baku: Identiikasi jenis biomassa yang dapat digunakan dan a. Jenis Biomassa disesuaikan dengan ketersediaan di wilayah usaha

anda.

b. Pra Perlakuan Biomassa Pra perlakuan ini sangat ditentukan dengan tipe mesin/ teknologi yang akan digunakan, serta target produk yang hendak dicapai.

c. Kuantitas Input/hari (ton) Hitung jumlah input dan output dengan seksama untuk mendapatkan teknologi yan eisien dan menguntungkan

(41)

5 a. Produk Utama Ada tiga produk utama yang harus diperhatikan yaitu bichar/biocoal, gas, dan biooil.

b. Produk Tambahannya Jika salah satu produk terpilih maka dua produk lainnya (Volarisation Co-product) disebut produk tambahan, panas yang timbul dari

proses konversi juga merupakan produk tambahan.

6 Produk Produk: Semakin banyak produk dengan ciri seragam, maka a. Kuantitas Produk/hari (kg) teknologi tersebut semakin baik.

b. Kualitas Produk Dalam bioenergi, kualitas produk dinnyatakan dalam satuan MJ/kg atau kcal/kg, dan semakin tingginya maka semakin baik kualitas produk dari teknologi pengolah

tersebut.

7 Modus Pemanasan Modus pemanasan yang terjadi umumnya berasal dari proses kimia atau pada saat pembakaran. Kondisi ini perlu diidentiikasi dengan baik supaya mamapu menempatkan alat tambahan sebagai penangkap panasnya jika ingin dimanfaatkan sebagai sumber energi

lagi.

8 Produk Panas Produk panas harus diidentiikasi secara kuantitatif dan (Heat Recovery System) kualitatif untuk memastikan tambahan teknologi

pemanfaatan panasnya. Teknologi Pengolah panas

9 Modus Operasional Mudah karena dioperasionalkan oleh tenaga kerja terampil atau sulit karena sudah otomatis sehingga perlu operator berkeahlian tertentu? Jawaban ini perlu

dipertegas.

10 Skala Operasional Produksi Apakah masih skala model, pra komersial, atau sudah komersial dan berskala industri? Posisi ini penting jika ingin dilibatkan sebagai bagian investasi industri.

11 Kemudahan mendapatkan Kriteria ini penting untuk dipenuhi oleh sistem dan listrik sesuai kebutuhan (MWe) teknologi yang akan dipilih karena sudah menjadi

kebutuhan Indonesia.

12 Fleksibilitas:

a. Kemudahan Pindah Indikator ini sebagai penentu jika teknologi ini akan b. Praktis dipasang pada daerah pedalaman atau daerah yang c. Kontinu (Berlanjut) minim infrastruktur transportasinya.

(42)
(43)
(44)
(45)

5. EFISIENSI KONVERSI

Eisiensi Konversi adalah Rasio antara output energi yang berguna dari perangkat konversi energi terhadap input energi ke dalamnya. Misalnya, eisiensi konversi modul PV adalah rasio antara listrik yang dihasilkan dan total energi matahari yang diterima oleh modul PV. Jika 100 kWh radiasi matahari yang diterima dan 10 kWh listrik yang dihasilkan, eisiensi konversi adalah 10%.

KONVERSI TERMOKIMIA

NO INdIKATOR PEMBAKARAN GASIFIKASI PIROLISA

LANGSUNG

1 Tipe Produk - Panas (800-1.000oC) - Gas - Gas - Energi Mekanik - Panas - Panas - Listrik melalui pembakaran - Metanol - Metanol di boiler - Hidrogen - Hidrogen

- Listrik - Listrik

2 Kemampuan Produksi 100-3.000 MW 30-60 MW Fleksibel

Energi (MW) 3-10.000 MW dengan kombinasi

biochar

3 Eisiensi Konversi (%) 20-40% 40-50% 80%

(46)

6. BIOMASSA: PANGAN VERSUS ENERGI dAN KEBERLANJUTAN

6.1 Biomassa: Pangan versus Energi

Tidak terjadi pertentangan antara biomassa untuk pangan, energi, atau untuk papan (iber) jika dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Prioritas hasil pertanian komoditi pangan diutamakan untuk memenuhi kebutuhan pangan. 2. Biomassa untuk energi lebih mengutamakan bahan baku limbah

3. Pilihan untuk energi atau untuk papan (iber) didasarkan pada pemenuhan lebih dulu kebutuhan, kemudian nilai ekonomi melalui produksi dan penjualan produk bioenergi.

Sarin (2012) memberikan beberapa alternatif solusi untuk menghindari konlik kepentingan antara pangan dan energi:

a. Gunakan campuran bidiesel secara optimum.

b. Kembangkan sumberdaya biofuel yang membutuhkan lahan-lahan kurang subur.

c. Gunakan teknologi terakhir seperti bioteknologi yang mampu menghasilkan tanaman dengan karakteristik gen yang mampu menghasilkan lebih banyak biofuel.

d. Dayagunakan lahan-lahan kosong

e. Keluarkan kebijakan dan aturan yang tepat.

f. Kembangkan kebijakan yang peduli lingkungan dan pembangunan yang pro pada pengentasan kemiskinan (pro-poor).

Pembaca dapat mengkaji lebih dalam perdebatan masalah ini berdasarkan daftar artikel yang penulis kumpulkan berikut ini.

JURNAL : PANGAN VS BAhAN BAKAR

Calle, F. R and D. O. Hall. 1987. Brazilian Alcohol: Food versus Fuel?Biomass 12 (1987) 97-128. Chakravorty, U., M. H. Hubert., and L. Nostbaken. 2009. Fuel versus Food. Annu. Rev. Resour. Econ.1:645–63.

Clancy, J., S. L. R. Acha and W. Chen. 2014. Biofuels and Food Security: Biting off more than we can chew?Paper presented at WREC XIII, London 4 to 8 August 2014.

Lam, M. K. et al., 2009. Malaysian palm oil: Surviving the food versus fuel dispute for a sustainable future. Renewable and Sustainable Energy Reviews 13: 1456–1464.

Rowe, D. G. 2011. Agriculture Beyond food versus fuel .NATURE. 474. 23 JUNE 2011.

Sarin, A. 2012. The Food Versus Fuel Issue:Possible Solutions. In Biodiesel: Production and Properties. Cambridge: RSC Pub. http://oclc-marc.ebrary.com/Doc?id=10655136.

(47)

6.2 Keberlanjutan Suplai Biomassa

Keberlanjutan suatu usaha yang terkait dengan pendayagunaan sumberdaya alam dapat terjamin jika manajemennya mampu memaduserasikan tiga prinsip dasar yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan. National Research Council, Amerika Serikat (2010), dalam buku yang berjudul “Toward Sustainable Agricultural Systems In The 21st Century”. Mengungkapkan bahwa keberlanjutan harus dipilah dan diserasikan lagi dengan empat pilar penting yaitu kelayakan ekonomi, kemampuan memenuhi pangan-papan-bahan bakar (food,iber-fuel), lingkungan dan sumberdaya, serta terjadi peningkatan kualitas hidup bagi masyrakat. Prinsip dari empat pilar tersebut disajikan pada Gambar 12.

Penerapan konsep keberlanjutan ini pada tingkat pengambil keputusan, baik pada tingkat pejabat di pemerintahan maupun pada level direksi, sebaiknya lebih rinci lagi. Aspek neraca air (water balance), neraca energi (energy balance), emisi rumah kaca (greenhouse gas emmision), kemampuan menyerap karbon, pemurnian air, resiko bencana, dan penetapan kawasan konservasi merupakan contoh pertimbangan dari sisi lingkungan. Aspek ekonomi menekankan pada produksi pangan, papan, dan produk industri lainnya. Aspek sosial seperti penciptaan lapangan kerja, peningkatan semangat kerja, kenyamanan dengan sarana rekreasi adalah bagian dari pertimbangan tersebut.

Pertimbangan tiga pilar menjadi pertimbangan multi kriteria dan prioritas tetap mempertahankan kemampuan pelayanan ekosistem dalam setiap langkah pengambilan keputusan untuk pembangunan infrastruktur energi di suatu daerah. Skema pemikiran ini disajikan pada Gambar 13.

Gambar 12.

(48)

Gambar 13. Pemikiran multikriteria pengambilan keputusan dan prioritas pelayanan ekosistem dalam kebijakan.

7. LAMAN PENYEdIA INFORMASI TENTANG BIOMASSA

Laman penyedia informasi tentang biomassa khusus disajikan dengan tujuan sebagai sumber pengetahuan dan pendidikan, membuka cakrawala teknologi, perbandingan riset dan produk, bahkan sebagai panduan awal dalam pembelian peralatan industri yang diperlukan oleh perusahaan anda.

(49)

Berdasarkan penelusuran informasi di internet, dua kelompok utama yang disajikan pada bagian ini yaitu (1) Lembaga internasional yang didirikan oleh lebih dari satu negara, baik pada tingkat regional atau kawasan seperti Uni Eropa maupun pada tingkat dunia yang dibangun oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa atau kelompok negara-negara maju. (2). Lembaga penelitian atau perusahaan yang menyediakan informasi perkembangan kebijakan, informasi pasar, teknologi dan aspek lain yang terkait dengan energi terbarukan khususnya pendayagunaan biomassa.

NO NEGARA dAN NAMA LEMBAGA ALAMAT LAMAN

1. Lembaga Internasional – R & d

IEA – The International Energy Agency (Badan Energi Internasional). http://www.iea.org/

Sebuah lembaga internasional yang didirikan oleh negara-negara produsen – negara konsumen untuk mengkaji empat aspek penting

dari energi, ketahanan energi, pembangunan ekonomi, kepedulian lingkungan, dan peran seluruh negara-negara dunia untuk peduli pada energi dan lingkungan.

IEA Bioenergy – The International Energy Agency http://www.ieabioenergy.com/

(Badan Energi Internasional khusus Bioenergi)

ETDE- Energy Technology Data Exchange merupakan laman (website) http://www.etde.org/

yang diterbitkan oleh IEA terkait dengan informasi dan publikasi berbagai dan

hasil penelitian dasar, terapan, dan teknologi seantero dunia yang telah diterbitkan WorldWideEnergy.org.

melalui jurnal, dipresentasikan melalui seminar dan workshop. Sistem kerjanya akan terakses ke laman WorldWideEnergy.org.

REN21 adalah lembaga internasional nirlaba yang memiliki kegiatan kajian http://ren21.net/

dan distribusi informasi energi terbarukan.

Phyllis adalah informasi database yang berisi tentang komposisi biomassa https://www.ecn.nl/

dan limbah. Dari Phyllis Anda dapat memperoleh analisis data biomassa phyllis2/

atau limbah bahan individu atau nilai rata-rata untuk kelompok bahan.

Lembaga ini dibangun dan biayai oleh Pusat Penelitian Energi Belanda (Energy research Centre of the Netherlands).

2 Lembaga Internasional - Bisnis

Lembaga internasional ini berada di Swedia dan khusus menyediakan

informasi mengenai harga biomassa dalam kondisi alami sebagai http://www.palmshells.com

bahan baku energi terbarukan. Dalam lamannya disediakan dua bahasa yaitu Inggris dan Swedia.

Laman ini menyediakan informasi terkini tentang energi terbarukan,

juga menyediakan info bisnis berupa perkembangan produk, harga, http://www.

Enerdata merupakan laman bisnis yang menyediakan informasi semua enewableenergyworld.com

aspek terkait dengan energi. http://yearbook.enerdata.net/

(50)

Inggris

Biomass Reseach Centre adalah lembaga riset bidang energi terbarukan

berbasis pada biomassa. Lembaga ini milik Pemerintah Inggris dan masih http://www.

dapat diakses oleh publik kendati sudah tidak dibiayai lagi. biomassenergycentre.org.uk

Amerika Serikat

Pusat Energi Terbarukan dan Pendayagunaan Biomassa

(The Centers for Renewable Energy and Biomass Utilization) merupakan http://www.undeerc.org/

lembaga penelitian yang berlokasi di Universitas Dakota Utara, USA renewables

(North Dakota University) dan dimiliki EERC – Energy and Enviromental Reseach.

Biomass Magazine:

Majalan ini diterbitkan di Amerika Serikat dan khusus membahas

hampir semua aspek pendayagunaan biomassa sebagai bahan http://biomassmagazine.

baku energi terbarukan. Laman ini juga menyajikan versi digital dan com/

dapat diunduh oleh pembacanya.

NREL-National Renewable Energy Laboratory merupakan lembaga

penelitian miliki pemerintah Amerika Serkat yang khusus melakukan http://www.nrel.gov/

penelitian bidang energi terbarukan terutama pendayagunaan biomassa. biomass/

Asia – Paciic

Asia Biomass Ofice:

Lembaga yang didirikan untuk Asia dengan sponsor utama dari Pemerintah

Jepang ini memiliki fungsi sebagai lembaga penelitian, pendidikan dan http://www.asiabiomass.jp/

Gambar

Gambar  1.  Kontribusi penyediaan energi terbarukan untuk konsumsi energi dunia, dan peranan biomassa untuk panas, etanol, biodiesel, dan listrik
Gambar  2 .  Konsep sistem aliran sumberdaya biomassa menjadi produk akhir untuk energi (diterjemahkan dari ieabioenergy.com,
Gambar  3, kerangka pikir dan tahapan penulisan.
Tabel 1.  delapan Indikator Pembeda BIOMASSA Tradisional dan BIOMASSA Modern
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mudigdo Moeliono menyatakan bahwa tidak sependapat dengan yang dikemukakan Sutherland dan dia memberikan definisi kriminologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari

RPJMD Kabupaten Cirebon 2014-2019 Halaman I -4 Penyusunan RPJMD Kabupaten Cirebon Tahun 2014-2019 melalui berbagai tahapan analisis sektoral, penjaringan aspirasi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh diferensiasi produk terhadap Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Honda Beat, pengaruh Brand Awareness Terhadap

Selain itu, produktivitas pakan meningkat (dihitung dari nilai penghematan konsentrat Rp1,50 juta/ tahun), serta kesempatan kerja bertambah melalui pengelolaan limbah, mencapai 100

Yang kedua adalah di HMIS Tanzania dirancang untuk mengidentifikasi data standar untuk rumah sakit, membangun standar pengumpulan data, pelaporan alat dan

angkutan umum terbatas pada daerah yang ramai dengan kegiatan ekonomi seperti Alun-alun, Pasar Kebonpolo, Pasar Tidar, dan Terminal Tidar, sehingga kota Magelang berkembang

Untuk sterilisasi dengan menggunakan pemanasan, biasanya yang digunakan adalah pemanasan kering yaitu menggunakan oven sebagai alat sterilisasinya, dimana dengan menggunakan

Dalam metode Pembiayaan Sewa Guna Usaha, kelebihan dari keseluruhan piutang sewa guna usaha dan nilai sisa atas biaya perolehan, merupakan pendapatan sewa guna usaha yang