• Tidak ada hasil yang ditemukan

S PRS 1201764 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S PRS 1201764 Chapter1"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, setiap individu dituntut untuk tidak hanya bisa berbicara bahasa ibu saja, namun juga dituntut untuk mampu berbahasa asing. Pembelajaran bahasa asing telah diberikan kepada seorang peserta didik sejak ia memasuki jenjang sekolah dasar. Bahkan beberapa tahun terakhir, bahasa asing

sudah mulai diperkenalkan di taman kanak-kanak. Untuk jenjang menengah ke atas, selain bahasa Inggris, bahasa Perancis merupakan salah satu bahasa asing yang sudah diajarkan di Indonesia.

Dalam pembelajaran bahasa, siswa dituntut untuk dapat menguasai empat keterampilan berbahasa, termasuk dalam pembelajaran bahasa Perancis. Keempat keterampilan tersebut yaitu: la compréhension orale (keterampilan menyimak), la production orale (keterampilan berbicara), la compréhension écrite (keterampilan membaca), dan la production écrite

(keterampilan menulis). Selain itu, juga dipelajari mengenai kosakata, grammaire(fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik), kebudayaan, dan penggunaannya.

Sebagai salah satu keterampilan berbahasa, berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang sangat penting dikuasai dalam kehidupan sehari-hari sebagai sebuah proses komunikasi. Dalam pembelajaran berbicara, seorang pembelajar bahasa diharapkan mampu aktif berkomunikasi secara lisan.

Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan peneliti, bagi pembelajar bahasa Perancis tingkat pemula, sering kali siswa merasa malu, tidak percaya diri dan tidak termotivasi untuk berbicara di depan kelas karena kurangnya perbendaharaan kata yang dimiliki dan masih terbatasnya penguasaan penggunaan struktur kalimat, termasuk didalamnya penggunaan ungkapan-ungkapan yang lazim digunakan dalam bahasa tersebut.

Di samping itu, suasana belajar yang kurang kondusif dan metode pembelajaran yang kurang komunikatif dapat pula mempengaruhi tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

(2)

Dalam pembelajaran bahasa asing bagi tunanetra, seringkali guru menemukan kesulitan dalam memahami metode dan media yang cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran bagi tunanetra. Sedangkan bagi siswa, seringkali mereka mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari bahasa asing dikarenakan oleh media yang kurang cocok, terbatas atau bahkan sulit diakses dan metode pembelajaran yang sulit mereka ikuti. Oleh karena itu, terjadilah kejenuhan dan suasana belajar yang kurang kondusif sehingga siswa kurang terangsang dan termotivasi untuk dapat berbahasa asing terutama dalam hal berbicara. Untuk itu, pemilihan metode pembelajaran harus khusus agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Dalam hal

ini, salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan, yaitu metode Total Physical Response (TPR).

Metode Total Physical Response (Respon Fisik secara Total) adalah sebuah metode yang diperkenalkan pertama kali oleh Dr. James J. Asher pada tahun 1964 yang bertujuan untuk menuntut siswanya berperan aktif atau merespon dengan keseluruhan fisiknya dalam proses pembelajaran. Dalam penerapannya, Asher membaginya ke dalam empat variasi yaitu (1) TPR-B (TPR with body) ialah jenis TPR yang menggunakan tubuh atau aktivitas/gerakan tubuh sebagai media untuk menyampaikan materi; (2) TPR-O (TPR with object) ialah jenis

TPR dimana objek atau bendalah yang menjadi media dalam penyampaian materi; (3) TPR-P

(TPR with picture) ialah jenis TPR yang menggunakan gambar sebagai media dalam penyampaian materi; dan (4) TPR-S (TPR with storytelling) ialah jenis TPR yang menggunakan cerita sebagai media dalam penyampaian materi.

Penelitian mengenai penerapan metode TPR ini sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh salah satu mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris FPBS UPI, Rosyidah (2014)

dengan penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Metode Total Physical Response Story

Telling Dalam Meningkatkan Perbendaharaan Kata Kerja Bahasa Inggris pada Siswa Tunarungu Tingkat SMALB Kelas X di SLB Negeri Ciamis”. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa metode ini dianggap efektif untuk diterapkan bagi siswa tunarungu

sehingga kemampuan bahasa Inggris mereka yang meningkat. Selain itu, terdapat pula penelitian sejenis yang dilakukan oleh Anggraeni, salah satu mahasiswi Jurusan Sastra

(3)

mengingat kosa kata, menunjukkan benda-benda, berhitung dan memperkenalkan dirinya dalam bahasa Jerman.

Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, pada praktiknya, metode TPR ini dapat diterapkan kepada peserta didik yang berkebutuhan khusus. Salah satunya mereka yang memiliki gangguan penglihatan (visual impairments), yaitu mereka yang memiliki penglihatan (sight) yang terbatas atau tidak mampu menggunakan penglihatan mereka sama sekali, yang biasa disebut tunanetra dan low vision. Akibatnya, mereka seringkali menghadapi berbagai kesulitan/hambatan dalam penerimaan informasi secara visual. Mereka

yang mengalami gangguan penglihatan atau kehilangan penglihatan sangat mengandalkan alat indera mereka yang lain seperti indera peraba dan pendengaran dalam mengenal atau mempelajari sesuatu.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pembelajaran bahasa Perancis di SLB Negeri A Kota Bandung dengan menggunakan metode TPR sehingga penelitian ini diberi judul “Penerapan Metode Total Physical Response dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Perancis Tingkat Pemula di SLB Negeri A Kota Bandung”.

1.2 Identifikasi dan Batasan Masalah

1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan di atas, maka identifikasi masalah

dalam penelitian ini yakni masih kurang tepatnya pemilihan metode pembelajaran bahasa asing untuk tunanetra.

1.2.2 Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini akan dibatasi pada pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Perancis bagi siswa tingkat pemula di SLB Negeri A Kota Bandung melalui penerapan metode TPR dengan aktivitas/gerakan tubuh (with body) dan objek (with object).

1.3 Rumusan Masalah

(4)

1) Apa saja langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pelaksanaan pembelajaran berbicara bahasa Perancis dengan menggunakan metode TPR di SLB Negeri A Kota Bandung?

2) Seberapa besar hasil kemampuan berbicara bahasa Perancis siswa SLB Negeri A Kota Bandung setelah penerapan metode TPR tersebut?

3) Apa saja kesulitan yang dihadapi siswa SLB Negeri A Kota Bandung pada saat mengikuti pembelajaran berbicara bahasa Perancis dengan menggunakan metode TPR ?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Mendeskripsikan proses pelaksanaan pembelajaran berbicara bahasa Perancis dengan menggunakan metode TPR di SLB Negeri A Kota Bandung.

2) Mendeskripsikan hasil kemampuan berbicara bahasa Perancis siswa SLB Negeri A Kota Bandung setelah penerapan metode TPR tersebut; dan

3) Mennginformasikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa SLB Negeri A Kota Bandung pada saat mengikuti pembelajaran berbicara bahasa Perancis dengan menggunakan metode

TPR.

1.5 Manfaat Penelitian

Dalam setiap penelitian yang dilakukan, tentunya memiliki manfaat yang diharapkan dapat berguna bagi seluruh pihak, baik itu bagi peneliti itu sendiri maupun bagi peneliti lain. Berikut adalah manfaat dari penelitian ini bagi:

1) Pendidik

Metode TPR ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu metode pembelajaran alternatif dan solusi bagi pengajar, khususnya pengajar bahasa asing untuk siswa

berkebutuhan khusus (tunanetra atau low vision) agar proses pembelajaran dapat sesuai dengan kebutuhan siswa dan suasana lebih kondusif.

2) Peserta didik

Metode ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam berbahasa asing, khususnya keterampilan berbicara dalam bahasa Perancis.

(5)

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti secara mendalam mengenai strategi, metode, media dan teknik pembelajaran bahasa asing.

b. Penelitian ini diharapkan dapat membekali peneliti sebagai calon pendidik dalam menyampaikan materi pembelajaran secara efektif.

c. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman peneliti dalam hal penulisan karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata 1.

4) Para peneliti lainnya

Penelitian ini diharapkan menjadi rujukan atau referensi bagi para peneliti lainnya yang tertarik untuk melakukan penelitian sejenis.

1.6 Asumsi

Asumsi atau anggapan dasar adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai hal yang dipakai untuk berpijak bagi peneliti dalam melaksanakan penelitiannya (Arikunto, 1998:19).

Sehubungan dengan penelitian ini, penulis memiliki beberapa asumsi sebagai berikut: 1) Metode pembelajaran merupakan salah satu bagian penting dalam suatu proses pembelajaran, termasuk pembelajaran bahasa asing, khususnya bahasa Perancis.

2) Pemilihan metode pembelajaran yang tepat dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang telah diharapkan.

(6)

Referensi

Dokumen terkait

Walaupun, karakteristik perguruan kedua perguruan tinggi tersebut cukup berbeda, namun berdasarkan hasil uji hipotesis diperoleh bahwa tidak ada perbedaan persepsi

Hasil analisis fitokimia ekstrak daun kapur menun- jukkan bahwa ekstrak heksan mengandung senyawa metabolit sekunder steroid, ekstrak etil asetat me- ngandung senyawa metabolit

tempat kerja yang aman, bersih dan sehat Sebagian besar Rumah Sakit kurang menggalang kemitraan untuk meningkatkan upaya pelayanan yang bersifat Preventif dan Promotif Isu

Kunci teknologi dari desain Network Processor System-On-aChip dapat diperoleh :Frekuensi clock prosesor memiliki pengaruh yang signifikan pada konfigurasi dengan cache SRAM

User Generated Content adalah konten atau isi artikel dalam internet yang ditulis sendiri oleh pengguna, platform yang digunakan hanya disediakan sebagai tempat

Menurut Arikunto (2002, p.58) ”Asumsi atau anggapan dasar adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik” Dalam penelitian ini, peneliti

Asumsi atau anggapan dasar harus didasarkan atas kebenaran yang telah diyakini oleh penneliti. Asumsi atau anggapan dasar menjadi dasar berpijak bagi penyelesaian

Peneliti juga melakukan pengamatan, bahwa di Puskesmas Bromo Medan terdapat poster tentang promosi ASI yang terdapat didepan ruang tunggu dan ruang kesehatan ibu dan anak,