• Tidak ada hasil yang ditemukan

SOP PKRS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SOP PKRS"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

Elemen Penilaian PPK I

1. Rumah sakit merencanakan pendidikan konsisten

dengan misi,jenis pelayanan dan populasi pasien.

2. Tersedia mekanisme/strukutr pendidikan secara

memadai di seluruh Rumah Sakit

3. Struktur pendidikan dan sumber daya

diorganisasikan secara efektif

Doklumen Yang harus di persiapakan untuk Akreditas

I.

Acuan :

UU 36/2009 Tentang Kesehatan PMK no 004 2012

Tentang Petunjuk Tekhnis Promosi Kesehatan

Rumah Sakit

II. Regulasi Rumah Sakit ;

1.

Penetapan unit kerja yang mengelola edukasi dan

informasi/PKRS

(SK)

2.

Pedoman pengorganisasian dan pelayana unit

kerja/PKRS

(TIM PKRS)

3. RKA Rumah Sakit

4. Program Kerja unit kerja/PKRS

III. PMK no 004 tahun 2012 tentang petunjuk

tekhnis Promosi Kesehatan RS

BAB I

Pendahuluan

BAB II

Pengertian Rumah Sakit

BAB III

Promkes oleh RS

BAB IV

Pelaksanaan Promkes bagi Pasien RS

BAB V

Pelaksanaan Promkes bagi Klain Sehat

BAB VI

Pelaksanaan Promkes di Luar Gedung

(2)

BAB VII

Langkah – langkah pengembangan Promkes RS

BAB VIII

Indikator Keberhasilan

BAB IX

Penutup

INSTALASI PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS)

Visi Instalasi PKRS :

Menjadi pusat rujukan dalam program promosi kesehatan yang memberikan pengalaman yang luar biasa pada tahun 2020

Misi :

Menyelenggarakan pengelolaan Penyuluhan da Edukasi Kesehatan Masyarakat di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa yang paripurna.

Menyampaikan informasi kesehatan dan kegiatan rumah sakit kepada masyarakt pengunjung dan masyarakat di luar lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Langsa secara komprehensif dan tepat sasaran.

Menghasilkan produk – produk Promosi kesehatan sebagai media edukasi kesehatan yang bermutu bagi masyarakat khusus ya di lengkungan Rumah Sakit Umum Daerah langsa.

Promosi Kesehatan Rumah Sakit

Kerangka pikir promosi kesehatan rumah sakit

 Stategi : Advokasi, Bina Suasana, Gerakan Masyarakat

 Sasaran : Tersier (Direktur Rumah Sakit, Penyandang Dana), Sekunder (Petugas Rumah Sakit, Kelompok Profesi, Organisasi Sosial/Masyarakat), Primer (Penderita akut, dalam penyembuhan, kronis, Keluarga pasien & Penjaga, Masyarakat dilingkungan Rumah Sakit).

 Tujuan : Meningkatkan pengetahuan,kemauan dan kemampuan agar individu, kelompok, masyarakat di RS dan linknya mengerti akan hidup sehat serta mau dan ikut Berpartisipasi.

 Visi : “Rumah Sakit” yang para warganya hidup PHBS serta dalam lingkungan yang Sehat

 Misi : Mengupayakan kebajikan, Mengembangkan iklim yang kondusif, Meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan.

(3)

Manfaat promosi kesehatan rumah sakit Bagi pasien

 Meningkatkan pengertian dan sikap ingin cepat sembuh

 Memberi pengertian kepada orang sekitarnya/keluarga

 Memberi pengertian/pengetahuan dan sikap tentang penggunaan fasilitas kesehatan secara tepat dan benar.

Bagi keluarga pasien

 Mengerti & mendukung dalam upaya penyembuhan pasien

 Membantu upaya pencegahan agar keluarga tidak tertular penyakit yang sama

 Membantu pasien yang sudah sembuh untuk meningkatkan kesehatannya agar penyakitnya tidak terulang lagi.

Bagi petugas rumah sakit

 Mengembangkan pelayanan paripurna, memperpendek lama perawatan, mencegah terjadinya komplikasi, menurunkan angka infeksi nosokomial, menurunkan angka kematian, hal-hal yang menyangkut kinerja Rumah Sakit)

 Menciptakan RS yg bersih dan sehat

 Mencerminkan kinerja petugas Rumah Sakit yang disiplin dengan perilaku bersih, sehat, dan ramah lingkungan.

Bagi masyarakat ligkungan rumah sakit

 Mengerti & mendukung dalam upaya pencegahan penyakit menular

 Mempraktekkan PHBS

 Menjaga dan meningkatkan kondisi lingkungan yang bersih dan sehat Langkah Kegiatan

1. Persiapan

 Pendekatan kepada Direktur Rumah Sakit

 Sosialisasi Rumah Sakit

 Persiapan Dana

 Persiapan Sarana

 Penyiapan tenaga Penyuluh 2. Penyusunan rencana

Ditetapkan tujuan, bentuk, kegiatan, sasaran, pesan, media, tempat, pelaksanaannya, sumber dana.

Rencana lingkup RS/instalasi/bagian. 3. Pelaksanaan

(4)

 Diupayakan berbagai variasi metode dan penelitian 4. Pemantauan pembinaan dan evaluasi

5. Pencacatan dan pelaporan bentuk kegiatan

 Promosi kesehatan Rumah Sakit dengan memberi contoh : tampilan Rumah Sakit yang bersih dan sehat

 Mempergunakan media penyuluhan : dilakukan secara tidak langsung dengan menggunakan media cetak dan elektronika

 Kegiatan penyuluhan langsung : memerlukan waktu dan keterampilan petugas, dapat dilakukan di masing-masing unit dengan topik khusus.

 Promosi kesehatan di luar Rumah Sakit : dilakukan dengan cara membina pasien yang sudah sembuh atau orang yang potensial untuk jadi kader dilakukan bermitra dengan Dinas Kesehatan atau sektor lain yang terkait.

6. Indikator

 Input : ada tenaga, ada wadah, ada dana, ada sarana dan media, ada rencana kegiatan.

 Proses : ada orientasi / pelatihan, ada pertemuan, ada kegiatan dalam dan luar Rumah Sakit yang berkesinambungan.

 Output : ada peningkatan penampilan Rumah Sakit yang bersih dan sehat, ada peningkatan perilaku yang bersih dan sehat dari petugas, pasien, dan pengunjung.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor. 574/MENKES/VI/2000 tentang Kebijakan Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, pemberian promosi kesehatan yang menyeluruh pada pasien mengenai HAK pasien dan KEWAJIBAN Rumah Sakit dan seluruh tim medis Rumah sakit. Informasi yang diberikan mencakup upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan kesehatan (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan penyakitnya (rehabilitative). Promosi kesehatan harus dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan, serta dilaksankan bersama unit – unit kerja rumah sakit yang terkait sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 004/MENKES/SK/II/2012 tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).

PENGERTIAN TATA H UBUNGAN KERJA

Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara Nomor 25 Tahun 1990 tentang Pedoman Organisasi dan Tatalaksana yang dimaksud dengan TATA HUBUNGAN KERJA adalah pengaturan hubungan kerja antara satu unit dengan unit lainnya dalam untuk koordinasi fungsional, administratif operasional dan atau teknis operasional

(5)

T a t a H u b u n g a n K e r j a p e r l u d i b u a t u n t u k u n i t

-u n i t k e r j a y a n g me m i l ik i t-u ga s

-- tu ga s ya n g c en d er un g t u mp an g t in d ih de ng an tu ga s -- tugas unit lain atau sungguh - sungguh memerlukan kerjasama yang perlu diatur

Tata Hubungan Kerja diharapkan akan lebih memperjelas batas tugas pekerjaan dan batas wewenang antar unit kerja. Tata Hubungan Kerja disusun sesuai dengan urutan langkah - langkah kegiatan agar dapat menggambarkan prosedur kerja yang jelas dari kegiatan tersebut

Tata Hubuungan Kerja mencakup Tata Hubungan Kerhja intern danTata Hub un ga n K erj a Ek st er n. Tata Hub un ga n K erj a in t er n a da l ah penga turan hubungan kerja yang menyangkut hanya unit - unit kerja didalam suatu organisasi. Sedangkan Tata Hubungan Kerja Ekstern adalah pengaturan hubungan kerja antara unit -unit kerja dalam suatu organisasi dengan -unit kerja di luar organisasi tersebut.

Pengaturan hubunganm kerja antar satu unit dengan unit lainnya dalam bentuk koordinasi fungsional,administratif operasional dan atau tekhnik operasioanl. Tata hubungan kerja dibuat untuk unit – unit kerja yang memiliki tugas – tugas yang cenderung tumpang tindih dengan tugas – tugas unit lain atau sungguh – sungguh memerlukan kerjasama yang perlu diataur dengan tujuan untuk memperjelas batas tugas pekerjaaan dan batas wewenng antar unit kerja.

RENCANA KERJA TAHUNAN UNIT PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LANGSA

TAHUN 2017

Promosi Kesehatan di Rumah Sakit (PKRS) berusaha mengembangkan pengertian pasien, keluarga, dan pengunjung rumah sakit tentang penyakit dan pencegahannya. Selain itu, Promosi Kesehatan di Rumah Sakit juga berusaha mengunggah kesadaran dan minat pasien, keluarga, dan pengunjung rumah sakit untuk berperan secara positif dalam usaha penyembuhan dan pencegahan penyakit. Oleh karena itu, Promosi Kesehatan di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak terpisah dari program pelayanan kesehatan di rumah sakit.

II. Dasar Hukum

1. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 2. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 574/Men.Kes /SK/XI/2000 tentang Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010

4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 004 Tahun 2012, tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit

(6)

5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 131 / MENKES / SK / II / 2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional

6. Surat Keputusan Direktur RSUD Langsa Nomor : ...tentang Pembentukan Unit Promosi Kesehatan Rumah Sakit RSUD Langsa

III. Visi, Misi, dan Motto a. Visi

b. Misi c. Motto IV. Tujuan

Tujuan dari Unit Promosi Kesehatan Rumah Sakit di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa 1. Untuk Pasien

a. Meningkatkan pengertian dan sikap pasien tentang penyakitnya sehingga berkeinginan untuk mempercepat pemulihan serta berupaya agar penyakitnya tidak kambuh lagi dengan cara konseling kepada pasien.

b. Mengembangkan pengertian dan sikap pasien tentang pemanfaatan fasilitas kesehatan 2. Untuk Keluarga Pasien

a. Memberi penjelasan kepada keluarga pasien tentang pasien dan penyakitnya yang bersifat mendukung baik secara moril maupun materiil kepada pasien dalam upaya penyembuhan penyakitnya dengan metode bina suasana / konseling agar keluarga pasien lebih leluasa untuk menyampaikan keluhan / masalah mereka

b. Membantu upaya pencegahan agar keluarga yang lain tidak tertular penyakit yang sama.

3. Untuk Masyarakat Lingkungan RS

Mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat serta bersifat mendukung upaya pencegahan penyakit menular

4. Untuk Petugas RS (dapat dilakukan dengan metode promosi kesehatan berupa advokasi) a. Mencegah terjadinya komplikasi

b. Menurunkan angka infeksi nosokomial V. Rencana Kegiatan

Untuk mengembangkan Unit Promosi Kesehatan Rumah Sakit di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa, telah disusun beberapa rencana kegiatan yang dilakukan dengan strategi promosi kesehatan berupa pemberdayaan, bina suasana, advokasi, dan kemitraan dengan pihak-pihak terkait. Adapun rencana kegiatan Unit Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) Rumah Sakit Umum Dearah LangsaL diantaranya adalah

(7)

No

1. 1 Membuat Rencana Kegiatan Tahunan Unit PKRS

2. 2 Melaksanakan advokasi / koordinasi kepada petugas

3. 3 Mengidentifikasi kebutuhan PKRS di instalasi sasaran kegiatan

4. 4 Analisa data 5. 5 Mengembangkan strategi PKRS 6. 6 Mengembangkan media PKRS 7 - Website PKRS 8 - Leaflet 9 - Radio Medis 10 - Poster / Banner

7. 11 Melaksanakan uji coba media PKRS

8. 12 Melaksanakan upaya perubahan perilaku masyarakat RS melalui :

13 - Pemberdayaan

14 - Bina Suasana

15 - Advokasi

16 - Kemitraan

9. 17 Mengevaluasi proses dan hasil media PKRS

10. 18 Melaksanakan kampanye PHBS terkait dengan :

19 - Hari TBC

20 - Hari Diabetes Mellitus

21 - Hari Demam Berdarah

22 - Hari Imunisasi

23 - Hari Lansia

24 - Hari Tanpa Tembakau

25 - Hari Anti Narkoba

26 - Hari Anak

27 - Hari ASI

28 - Hari Cuci Tangan Pakai Sabun

29 - Hari Kesehatan Nasioanal

30 - Hari Paru

31 - Hari AIDS/HIV

32 - Hari Kusta

11. 33 Mengembangkan pedoman PKRS

12. 34 Membuat makalah kesehatan

13. 35 Mengikuti seminar / lokakarya PKRS

14. 36 Evaluasi Kegiatan

15. 37 Membuat laporan PKRS

VI. Evaluasi Kegiatan

Evaluasi terhadap kegiatan yang dilakukan di Unit Promosi Kesehatan Masyarakat diadakan setiap 3 (tiga) bulan sekali yaitu bulan April, Juli, dan desember oleh Kasubag Tata Usaha. Adapun hal yang dievaluasi adalah output / capaian kegiatan di tiap bulannya apakah sudah memenuhi target yang telah ditentukan sebelumnya.

(8)

Pendidikan pasien dan keluarga membantu pasien berpartisipasi lebih baik dalam asuhan yang diberikan dan mendapat informasi dalam mengambil keputusan tentang asuhannya. Berbagai staf yang berbeda dalam rumah sakit memberikan pendidikan kepada pasien dan keluarganya. Pendidikan diberikan ketika pasien berinteraksi dengan dokter atau perawatnya. Petugas kesehatan lainnya juga memberikan pendidikan ketika memberikan pelayanan yang spesifik,

diantaranya terapi diet, rehabilitasi atau persiapan pemulangan pasien dan asuhan pasien berkelanjutan. Mengingat banyak staf terlibat dalam pendidikan pasien dan keluarganya, maka perlu diperhatikan agar staf yang terlibat

dikoordinasikan kegiatannyadan fokus pada kebutuhan pembelajaran pasien.

Assesmen adalah proses untuk mendapatkan data/informasi dari proses pendidikan yang bertujuan untuk memantau perkembangan proses pendidikan serta memberikan umpan balik baik kepada pasien

ada beberapa pengertian tentang asesmen menurut para ahli : Menurut Robert M Smith (2002) “Suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan yang mana hsil keputusannya dapat digunakan untuk layanan pendidikan yang dibutuhkan anak sebagai dasar untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran

menurut bosten , 1.menidentifikasi masalah dan menyeleksi target intervensi 2.memilih dan mendesain program treatmen

3. mengukur dampak treatmen yang diberikan secara terus mnerus 4. mengevaluasi hasil umum dan ketepatan terapi

Daftar isi spo promkes ppk

1. SPO Asesmen Kebutuhan Edukasi 2. SPO Edukasi Proses Penyakit

(9)

3. SPO Edukasi Penggunaan Obat

4. SPO Edukasi Penggunaan Peralatan Medis 5. SPO Edukasi Manajemen Nyeri

6. SPO Edukasi Diet

7. SPO Edukasi Teknik Rehabilitasi

8. SPO Verifikasi Pemahaman terhadap Pemberian Informasi dan Edukasi 9. SPO Pemberian Informasi

10. SPO Pemberian Edukasi

11. SPO Pemberian Informed Consent

12. SPO Edukasi Pasien Rawat Jalan secara Individu 13. SPO Edukasi Pasien Rawat Inap secara Individu

14. SPO Edukasi Pasien dan atau Keluarga Secara Kelompok di Dalam Rumah Sakit

15. SPO Edukasi secara Kelompok di Luar Rumah Sakit

Promosi Kesehatan oleh Rumah Sakit (PKRS) adalah upaya rumah sakit untuk

meningkatkan kemampuan pasien, klien, dan kelompok-kelompok masyarakat, agar pasien dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, klien dan kelompok-kelompok masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-masalah kesehatan, dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat, melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama mereka, sesuai sosial budaya mereka, serta didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan

PENDIDIKAN PASIEN & KELUARGA 1. Pedoman Pelayanan PKRS 2. Bahan Materi Edukasi

3. Formulir Pemberian Edukasi 4. Panduan Komunikasi Yang Efektif 5. Panduan Rekam Medis

Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara merata dengan mengutamakan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan, yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dalam suatu tatanan rujukan, serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga dan penelitian. Rumah Sakit juga merupakan institusi yang dapat memberi keteladan dalam budaya hidup bersih dan sehat serta kebersihan lingkungan (Depkes RI, 2003).

Promosi Kesehatan Rumah Sakit adalah bagian dari pendidikan kesehatan dengan memberi informasi tentang kesehatan kepada pasien, keluarga pasien juga petugas yang bekerja di Rumah Sakit.

Menurut Simnett (1994), promosi kesehatan adalah memperbaiki kesehatan atau mendorong untuk menempatkan kesehatan sebagai kebutuhan yang lebih tinggi

(10)

pada agenda individu ataupun dalam masyarakat. Aspek promosi kesehatan yang mendasar bertujuan untuk melakukan pemberdayaan sehingga orang memiliki keinginan lebih besar terhadap aspek kehidupan yang mempengaruhi kesehatan. Dengan peningkatan pengetahuan maka informasi masalah

kesehatan akan membantu individu maupun masyarakat untuk tanggap dengan masalah kesehatannya dan cepat bertindak untuk mencari tahu ke tempat pelayanan kesehatan atau untuk mendapatkan pengobatan (Hartono, 2010) Promosi kesehatan dilakukan dengan perencanaan melalui tahap analisis untuk mengetahui permasalahan dan apa yang menjadi penyebabnya. Dengan

melakukan identifikasi permasalahan dan penyebabnya, dilakukan penyusunan program agar dapat dilakukan penyelesaian permasalahan tersebut (Dignan dan Carr , 1992).

Sesuai dengan perkembangan promosi kesehatan, WHO memberi pengertian bahwa promosi kesehatan merupakan“ the process of enabling individuals and communities to increase control over the determinants of health and thereby improve their health “(proses mengupayakan individu-individu dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan dalam mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, dengan demikian meningkatkan derajat kesehatan). Di Indonesia promosi kesehatan dirumuskan sebagai “ upaya untuk

meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat agar dapat Universitas Sumatera Utara menolong dirinya sendiri serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya

masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan “ (Depkes RI, 2005).

Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) adalah upaya Rumah Sakit meningkatkan kemampuan pasien kelompok masyarakat agar dapat mandiri dalam

mempercepat kesembuhan dan reabilitasinya, klien dan kelompok-kelompok masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-masalah kesehatan dan mengembangkan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat sesuai sosial budaya mereka serta didukung kebijakan publik yang berwawasan Kesehatan (Depkes RI 2008).

No Elemen Penilaian (EP) SPO

(11)

2 PPK 2 1. SPO ASSESMEN KEBUTUHAN EDUKASI PASIEN DAN KELUARGA (dijadikan satu dengan pemberian SOP pemberian info dan edukasi secara global)

2. SPO PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI

3. SPO VERIVIKASI PEMAHAMAN TERHADAP PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI

4. SPO PERSETUJUAN TINDAKAN

KEDOKTERAN (INFORMED CONCENT)

3 PPK 2.1 1. SPO PENCATATAN ASSESMEN a s. d. e

2. SPO PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI (sama dengan PPK2)

4 PPK 3 Idem PPK 2

5 PPK 4 1. SPO PEMBERIAN EDUKASI TENTANG

OBAT – OBATAN

2. SPO PEMBERIAN EDUKASI TENTANG KEAMANAN DAN EFEKTIFITAS TENTANG PENGGUNAAN PERALATAN MEDIS

3. SPO PEMBERIAN EDUKASI TENTANG DIET DAN NUTRISI YANG BENAR

4. SPO PEMBERIAN EDUKASI TENTANG MANAGEMEN NYERI

5. SPO PEMBERIAN EDUKASI TENTANG TEKHNIK REHABILITASI

6 PPK 5 Idem PPK 2

7 PPK 6 Idem PPK 2

(12)

DAFTAR SPO POKJA PPK

No STANDAR NAMA SPO ADA BELUM

1 PANDUAN PPK 1 PPK2 PPK3 PPK4 PPK 5,PPK 6  SPO PEMBERIAN INFORMASI  SPO PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN

 SPO JUKNIS PENGISIAN FORMULIR EDUKASI

 SPO EDUKASI TENTANG PEMBERIAN OBAT - OBATAN

 SPO EDUKASI TENTANG PENGGUNAAN PERALATAN SECARA AMAN DAN

EFEKTIF

 SPO EDUKASI TENTANG MANAGEMEN NYERI

 SPO EDUKASI TENTANG DIET DAN NUTRISI

 SPO EDUKASI TENTANG REHABILITAS MEDIS

 SPO PEMBERIAN EDUKASI KOLABORASI

 SPO TENTANG CATATAN REKAM MEDIS YANG

MEMBUAT ASSESMEN AWAL PASIEN

A. STANDAR PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA a. Standar PPK 1

Rumah sakit menyediakan pendidikan untuk menunjang partisipasi pasien dan keluarga dalam pengambilan keputusan dan proses pelayanan. Memenuhi standar PPK 1, RSUD Langsa membentuk Team Pendidikan Pasien dan keluarga (Team PPK) yang bertanggung jawab kepada Direktur RSUD Langsa

(13)

Team PPK terdiri dari seluruh dokter, perwakilan perawat per ruang, perwakilan rehabilitasi medis, perwakilan ahli gizi dan perwakilan farmasi/apoteker. Pengorganisasian Team PPK dipimpin oleh satu orang ketua, satu orang wakil ketua dan seorang sekretaris.

Team PPK mengorganisasikan kegiatannya dengan membuat program kerja, kerangka acuan, pedoman teknis dan fasilitas yang diperlukan.

b. Standar PPK 2

Dilakukan asesmen kebutuhan pendidikan masing-masing pasien dan dicatat di rekam medis. (SPO)

Visi merupakan gambaran masa depan mau jadi apa lembaga kita. Menentukan visi berarti menentukan tujuan dan cita-cita yang ingin dicapai

Dalam menentukan visi hendaknya memenuhi persyaratan: - Tidak berdasarkan kondisi saat ini

- Berorientasi ke depan

- Mengekspresikan kreatifitas

- Berdasar pada prinsip nilai yang mengandung penghargaan bagi masyarakat

Advokasi kesehatan adalah advokasi yang dilakukan untuk memperoleh komitmen atau dukungan dalam bidang kesehatan, atau yang mendukung pengembangan lingkungan dan perilaku sehat (DEPKES, 2007).

2. Tujuan Advokasi

Menurut Departemen Kesehatan RI (2007), tujuan advokasi adalah sebagai berikut: Tujuan Umum

Diperolehnya komitmen dan dukungan dalam upaya kesehatan, baik berupa kebijakan, tenaga, dana, sarana, kemudahan, keikutsertaan dalam kegiatan, maupun berbagai bentuk lainnya sesuai keadaan dan usaha.

Tujuan Khusus

1. Adanya pemahaman atau pengenalan atau kesadaran. 2. Adanya ketertarikan atau peminatan atau tanpa penolakan.

3. Adanya kemauan atau kepedulian atau kesanggupan untuk membantu dan menerima perubahan.

4. Adanya tindakan/perbuatan/kegiatan nyata (yang diperlukan). 5. Adanya kelanjutan kegiatan (kesinambungan kegiatan)

(14)

Sasaran advokai kesehatan adalag berbagai pihak yang diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap upaya kesehatan, khususnya para pengambil keputusan dan penentu kebijakan di pemerintah, lembaga perwakilan rakyat, mitra di kalangan pengusaha/swasta, badan penyandang dana, media masa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan. Semuanya bukan hanya berpotensi mendukung, tetapi juga mentang atau berlawanan atau merugikan kesehatan.

Pelaku Advokasi adalah siapa saja yang peduli terhadap upaya kesehatan, dan memandang perlu adanya mitra untuk mendukung upaya tersebut. Pelaku advokasi dapat berasal dari kalangan pemerintah, swasta, perguruan tinggi, organisasi profesi, LSM, dan tokoh berpengaruh. Diharapkan mereka memahamipermaalahan kesehatan, mempunyai kemampuan advokasi khusunya melakukan pendekatan persuaif, dapat dipercaya, dan sedapat mungkin dihormati atau setidaknya tidak tercela khusunya di depan kelompok saaran.

4. Pendekatan dan Langkah dalam Advokasi

Kata kunci dalam proses atau kegiatan advokasi ini adalah pendekatan persuasif, secara dewasa, dan bijak, sesuai keadaan, yang memungkinkan tukar pikiran secara baik (free choice). Menurut UNFPA dan BKKBN (2002), terdapat lima pendekatan utama dalam advokasi, yaitu melibatkan para

pemimpin, bekerja sengan media massa, membangun kemitraan, memobilisasi massa, dan membangun kapasitas. Strategi advokasi dilakukan melalui pembentukan koalisi, pengembangan jaringan kerja, pembangunan institusi, pembuatan forum, dan kerjasama bilateral.

1. Langkah-langkah Pokok dalam Advokasi (Menurut Depkes, 2007) 1. Identifikasi dan analisis masalah atau isu yang memerlukan

advokasi.

2. Identifikasi dan analisis kelompok sasaran 3. Siapkan dan kemas bahan informasi.

4. Rencanakan teknik atau cara kegiatan operasional.

5. Laksanakan kegiatan, pantau dan evaluasi serta lakukan tindak lanjut.

Sumber Buku:

1. D.J Maulana, Heri. 2007. Promosi Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta

2. 2. DEPKES 2007

Skala yaitu sekumpulan item-item yang memiliki serangkaian lambang/simbol atau angka yang disusun dengan cara tertentu sehingga simbol atau angka itu dengan aturan tertentu dapat diberikan kepada individu (atau pada perilaku individu) untuk mengkuantifikasikan suatu gejala yang diukur oleh skala itu (Kerlinger, 1990:788, Chaplin, 1981:444). Pada umumnya skala digunakan untuk mengukur sikap manusia, tapi juga memungkinkan untuk mengukur kepribadian, sikap, minat, persepsi atau atribut psikologis lainnya.

(15)

Proposal Kegiatan

Survey Tingkat Kepuasan Pasien Dalam Pelayanan

Kesehatan di

Rumah Sakit Umum Daerah Langsa

Pendahuluan

a. Latar Belakang

Pemerintah Daerah Kota Langsa sedang di tuntut

melaksanakan pembangunan serta melakukan perubahan

disegala bidang. Salah satunya adalah tuntutan terhadap

masyarakat dan membantu masyarakat untuk

mendapatkan pelayananan kesehatan dengan sebaik –

baiknya.

Rumah sakit adalah satu usaha yang bergerak di

bidang pelayanan jasa kesehatan. Dalam menjalankan

kegiatan diperlukan tenaga yang cukup dan profesional

yang menguasai tekhnologi, alat – alat medis, pelayanan,

pasilitas dan sarana yang memadai, penyediaan peralatan

serta sistim managemen administrasi yang terkoordinasi

dengan baik karena pelayanan dengan mutu atau kualitas

(16)

yang terbaik akan dipilih oleh para pengguna jasa

(konsumen), dengan demikian peningkatan pelayanan

merupakan hal yang sangat penting yang harus di

perhatikan.

Kepuasan pasien dapat dipengaruhi oleh mutu

pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit

sebagai provider, dimana mutu pelayanan kesehatan bagi

pasien berarti empati, respek dan tanggap akan

kebutuhannya, dalam hal ini kebutuhan pelayanan yang

diberikan oleh petugas kesehatan. Sedangkan mutu

pelayanan bagi petugas berarti bebas melakukan sesuatu

secara profesional untuk meningkatkan derajat kesehatan

pasien dan masyarakat sesuai dengan ilmu pengetahuan

dan ketrampilan yang memadai serta terlindungi oleh

aturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Rumusan masalah

Berdasarka latar belakang di atas utnuk memperjelas arah

survey maka masalah yang dirumuskan adalah :

1. Bagaimana tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan

yang diberikan oleh Rumah Sakit Umun Daerah Langsa?

2. Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi dan

menentukan tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan

yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum Daerah Langsa?

c. Tujuan Survey

1. Untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien terhadap

kinerja dan pelayanan yang telah diberikan oleh Rumah

Sakit Umum Daerah Langsa

2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi

dan yang menentukan kepuasan pasien terhadap

pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum Langsa

d. Waktu KegiatanTanggal : 5 Desember 2016

(17)

f. Sasaran Survey

: Pasien Instalasi Rawat

Inap/Rawat Jalan

g. Susunan Tim Analisis Tingkat Kepuasan Pasien

Pembina

: Direktur

Penanggung Jawab

: Wakil Direktur

Ketua

: Cut Eliza Hidayani,SKM

Wakil

: Elly Purnama Sari,SKM

Sekretaris

: Abd Aziz, S.Kep

Bendahara

: Yulizar,SKM

Anggota

: Ridwan,SKM

M. Nasir

Faisal,SKM

Aliman

Hasyim

Tim Emunerator : Tenaga Kontrak

Analisa Data

: Tim Mutu dan PKRS

Langsa, 1 Desember 2016

Ka.Instalasi PKRS

(Cut Eliza Hidayani,SKM)

Nip:1970061620003122003

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Undang – undang nomor 44 tahun 2009 menjelaskan bahwa Organisasi Rumah Sakit disusun dengan tujuan untuk mencapai visi dan misi Rumah Sakit dengan menjalankan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) dan tata kelola klinis yang baik (GoodClinical Governance).

Tata kelola rumah sakit yang baik adalah penerapan fungsi-fungsi manajemen Rumah Sakit yang berdasarkan prinsip-prinsip tranparansi, akuntabilitas, independensi dan responsibilitas,kesetaraan dan kewajaran.

Tata kelola klinis yang baik adalah penerapan fungsi manajemen klinis yang meliputi kepemimpinan klinik, audit klinis, data klinis, resiko klinis berbasis bukti, peningkatan kinerja, pengelolaan keluhan, mekanisme monitor hasil pelayanan, pengembangan profesional, dan akreditasi rumah sakit.

Untuk mewujudkan tata kelola perusahaan dan klinis yang baik, rumah sakit harus menyediakan regulasi (norma), standar-standar, prosedur dan kriteria (patokan/parameter) yang dijalankan secara konsisten, karena regulasi sebagai sumber hukum formil berupa peraturan tertulis akan mengikat secara umum segenap unsur yang ada di rumah sakit.

Regulasi menjadi salah satu penentu perkembangan perumah- sakitan yang kini menghadapi berbagai tantangan. Mulai dari tuntutan masyarakat atas peningkatan kualitas layanan, perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran serta kondisi sosial politik dan ekonomi masyarakat.

(19)

Penyiapan dokumen sebagai regulasi merupakan hal pokok di rumah sakit karena merupakan acuan dalam pelaksanaan pelayanan RS. Dalam Pedoman Regulasi ini dijelaskan dokumen yang harus dibuat oleh rumah sakit, dengan disertai penjelasan penyusunannya sehingga memudahkan rumah sakit dalam menyusun dokumen regulasi rumah sakit. Untuk dapat terjadinya persamaan persepsi dalam penyusunan dokumen rumah sakit, maka disusunlah Panduan Pengendalian Dokumen RS XXX

B. TUJUAN Tujuan Umum :

1. Tersedianya panduan bagi RS dalam penyusunan dokumen yang berbentuk regulasi Rumah Sakit.

2. Membantu menyiapkan dokumen yang merupakan bagian yang cukup penting di Rumah sakit

3. Menjadi kerangka hukum dan manajerial yang menjadi acuan bagi rumah sakit dalam mencapai tujuannya

Tujuan Khusus :

Berisi tujuan khusus dibuatnya panduan

BAB II

RUANG LINGKUP KEGIATAN

A. DOKUMEN REGULASI OPERASIONAL 1. Peraturan

Peraturan adalah aturan yang mengatur agar tata kelola korporasi (corporate governance)terselenggara dengan baik melalui pengaturan hubungan antara pemilik,

pengelola, komite medikdan tenaga kesehatan lainnya di rumah sakit. Peraturan merupakan produk internal yang memilikikekuatan hukum dan mengikat seluruh komponen rumah sakit.

Peraturan merupakan jenjang tertinggi konstitusi (Peraturan dasar) yang disusun dan ditetapkan oleh pemilik/yang mewakili pemilik dan mengatur tentang visi, misi, tujuan rumah sakit,hubungan pemilik, direktur rumah sakit dan staf medik.

(20)

2. Keputusan Direktur

Keputusan adalah naskah yang bersifat penetapan, dan memuat kebijakan pokok atau kebijakan pelaksanaan yang merupakan penjabaran dari peraturan perundang-undangan, yaitu kebijakandalam rangka ketatalaksanaan, penyelenggaraan tugas umum dan pembangunan, misalnya:penetapan organisasi dan tata kerja Unit Pelaksana Teknis,

penetapan ketatalaksaan organisasi,program kerja dan anggaran, pendelegasian kewenangan yang bersifat tetap.

3. Kebijakan

Kebijakan RS adalah penetapan Direktur/Pimpinan RS pada tataran strategis atau bersifat garisbesar yang mengikat. Karena kebijakan bersifat garis besar maka untuk penerapan kebijakan tersebut perlu disusun pedoman/panduan dan prosedur sehingga ada kejelasan langkah – langkah untuk melaksanakan kebijakan tersebut.

Kebijakan ditetapkan dengan surat keputusan Direktur/Pimpinan RS. Kebijakan dapat dituangkan dalam pasal pasal di dalam peraturan/keputusan tersebut, atau merupakan lampiran dariperaturan/keputusan.

4. Pedoman/Panduan

Pedoman adalah kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah bagaimana sesuatu harus dilakukan, dengan demikian merupakan hal pokok yang menjadi dasar untuk menentukan ataumelaksanakan kegiatan Sedangkan panduan adalah merupakan petunjuk dalam melakukankegiatan.

Pedoman mengatur beberapa hal, sedangkan panduan hanya meliputi 1 (satu) kegiatan. Agar pedoman/panduan dapat dimplementasikan dengan baik dan benar, diperlukan pengaturanmelalui SPO.

5. Prosedur

Prosedur suatu tata cara kerja atau kegiatan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan urutan waktudan memiliki pola kerja yang tetap yang telah ditentukan. Prosedur menggambarkan suatuaktifitas yang mengalir dalam satu organisasi. Di level inilah Flowchart dan workflowdikelompokkan. Prosedur di RS XXX dibuat dalam bentuk naratif proses yang tertulis panjanglebar beberapa halaman sehingga tidak sepraktis Flowchart dan workflow.

(21)

6. Instruksi kerja

Instruksi Kerja adalah salah satu salah satu dokumen yang berisi tentang instruksi-instruksi yangharus dilakukan oleh semua pihak di dalam organisasi. Kalimat-kalimatnya lebih bersifatinstruktif, bukan narasi.

Instruksi kerja berupa penjelasan pelaksanaan suatu aktivitas dalam prosedur yang padaumumnya lakukan oleh satu jabatan/posisi. Contoh Instruksi Kerja adalah instruksimenghidupkan mesin, memadamkan api kebakaran, cara membuka paket, dan lain-lain.

7. Catatan Mutu

Catatan mutu adalah bukti dari proses kerja gyang sudah dilakukan/dikerjakan, bukti ini dapatditulis dalam sebuah form sesuai prosesnya masing-masing.

Catatan mutu pada prinsipnya juga merupakan suatu dokumen yang dibuat dalam dalam formatform, dengan nomor dokumen sesuai dengan prosedur pengendalian dokumen.

Masih ada beberapa dokumen level 1 yang belum masuk: bylaws, AD/ART

B. DOKUMEN NON REGULASI

Tulis tentang program kerja dan TOR disini

C. DOKUMEN MEDIS

1. PANDUAN NASIONAL PENGELOLAAN PENYAKIT (PNPK)

2. PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK/CLINICAL PRACTICE GUIDELINES ) 3. ALUR KLINIS (CLINICAL PATHWAY)

4. PROSEDUR MEDIS 5. ALGORITMA 6. PROTOKOL

D. TINGKATAN REGULASI

(22)

Level REGULASI

1 AD/ART, Peraturan, Surat Keputusan, Kebijakan, Bylws, dan Panduan 2 Prosedun dan Intruksi Kerja, PNPK, PPK, AK, Agloritma, protokol 3 Catatan Mutu

E. KEGIATAN PENGENDALIAN DOKUMEN

Kegiatan pengendalian dokumen di RS XXX terdiri dari beberapa jenis kegiatan, yaitu:

1. Penerbitan dan pengesahan dokumen 2. Penomoran dokumen

3. Pengaturan Tata Naskah

4. Distribusi, penyimpanan, pembuatan daftar induk dokumen (DID) 5. Identifikasi dan klasifikasi dokumen

6. Monitoring Dokumen 7. Review dan revisi dokumen 8. Retensi dokumen

9. Penarikan dokumen 10. Pemusnahan dokumen

BAB III TATA LAKSANA

A. PENERBITAN DAN PENGESAHAN REGULASI Tingkatan regulasi yang berlaku di RS XXX

Jenis Dokumen Level Disiapkan Diperiksa Oleh Disahkan Oleh

Peraturan 1 Komite Mutu/

Manajer SDI

Direktur Bidang Direktur Utama

Surat Keputusan 1 Komite Mutu/ Manajer SDI

Direktur Bidang

Kebijakan 1 Komite Mutu/

Manajer SDI

(23)

Unit Kerja Komite Mutu/ manajer SDI Direktur Bidang Pedoman/ Panduan 1 Komite Mutu/ Manajer SDI

Direktur Bidang Direktur Utama Manajer SPV Komite Mutu/

Manajer SDI

Direktur Bidang

Prosedur 2 Komite Mutu/

Manajer SDI

Direktur Bidang Direktur Utama Intruksi Kerja 2 Manajer SPV Komite Mutu/

Manajer SDI

Direktur Utama

Regulasi Medis 2 SMF Komite Medik Direktur Utama

Catatan Mutu 3 Manajer/spv Komite Mutu/

Mnajer SDI

Direktur Utama

Diceritakan juga disini alur pembuatan dokumen baru seperti apa, atau apabila merupakan revisi dari dokumen sebelumnya

PENOMORAN DOKUMEN

Penomoran dokumen dilakukan oleh bagian dokumen control atau oleh bagian sekretariat setelah dokumen tersebut final tanpa revisi. Dokumen dapat dimintakan penomoran sebelum ataupun setelah dokumen tersebut disahkan atau ditandatangani oleh pihak yang berwenang.

Rumus penomoran : XXX / YYY/ 00 / R_ XXX = Jenis Dokumen

YYY = Nama Departemen yang mengeluarkan dokumen tersebut 00 = Nomor Urut Dokumen di departemen tersebut

R = menunjukkan revisi ke-berapa dari dokumen tersebut. Apabila dokumen awal maka diisi dengan R0, jika revisi pertama diisi dengan R1, dan seterusnya.

Istilah baku untuk Jenis Dokumen = XXX jenisnya adalah :

PER = Peraturan

KPTS = Surat Keputusan KBJ = Kebijakan PDM = Pedoman Mutu

SPO = Standar Prosedur Operasional STO = Struktur Organisasi

(24)

INK = Instruksi Kerja FRM = Form

disesuaikan dengan internal RS)

Istilah baku untuk Departemen dan Instalasi = YYY jenisnya adalah

DIR = Direktur

YM = Manajer Bidang Pelayanan Medik KEP = Manajer Bidang Keperawatan

DIKLIT = Manajer Bidang Pendidikan dan Litbang JM = Manajer Bidang Penunjang Medik

SDI = Manajer Bidang Sumber Daya Insani AKT = Manajer Bidang Keuangan dan Akuntansi

BPI = Manajer Bidang Bimbingan dan Pelayanan Islami PMR = Pjs. Manajer Bidang Pemasaran

UMUM = Manajer Bidang Umum dan Hukum IGD = Instalasi Gawat Darurat

ICU = Instalasi ICU dan Hemodialisa OK = Instalasi Bedah Sentral

FIS = Instalasi Rehabilitasi Medik IRNA = Instalasi Rawat Inap

IRJA = Instalasi Rawat Jalan PRS = Instalasi Peristi SEC = Instalasi SEC

LAB = Instalasi Laboratorium RAD = Instalasi Radiologi FARM = Instalasi Farmasi GZ = Instalasi Gizi

RM = Instalasi Rekam MediK

Istilah baku untuk Komite / Tim = YYY jenisnya adalah :

KKK = Keselamatan Kerja, Kebakaran, dan Kewaspadaan Bencana PONEK = PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif)

(25)

PPI = Pencegahan dan Pengendalian Infeksi KKP = Komite Keselamatan Pasien

HAT = HIV, AIDS dan TB

Istilah baku untuk SMF = YYY jenisnya adalah :

REHAB = SMF Rehabilitasi Medik GILUT = SMF Gigi & Mulut IKA = SMF Kesehatan Anak

THT = SMF THT

KULKEL = SMF Kulit & Kelamin SYARAF = SMF Syaraf

BDH = SMF Bedah

OBSGYN = SMF Kebidanan & Penyakit Kandungan IPD = SMF Penyakit Dalam

MATA = SMF Mata IKJ = SMF Jiwa ANES = SMF Anesthesi PAT = SMF Pathologi RAD = SMF Radiologi DU = SMF Dokter Umum

Disesuaikan dengan internal RS

C. PENGATURAN TATA NASKAH

Tata Naskah Regulasi yang berlaku di RS XXX adalah sebagai berikut : 1. Peraturan

Bentuk dan susunan naskah Peraturan di RS XXX adalah sebagai berikut: a. Kepala

Kop naskah peraturan terdiri atas gambar logo Rumah Sakit.

Kata peraturan dan nama jabatan pejabat yang menetapkan, ditulis simetris dengan huruf kapital.

(26)

Penomoran Naskah Peraturan Direktur, contoh: ‘PER / DIR / IV / 2013’ menunjukkan bahwa peraturan ini dibuat oleh direktur, nomor ke-empat di tahun 2013

Kata penghubung tentang ditulis dengan huruf kapital. Judul peraturan ditulis dengan huruf capital. Nama jabatan yang menetapkan peraturan ditulis dengan huruf kapital.

b. Pembukaan

Jabatan pembentuk peraturan ditulis simetris, diletakkan di tengah margin serta ditulis denganhuruf kapital.

Konsiderans Menimbang, memuat uraian singkat tentang pokok-pokok pikiran yang menjadilatar belakang dan alasan pembuatan peraturan.

Huruf awal kata menimbang ditulis dengan hurufkapital diakhiri dengan tanda baca titik dua (:) dan diletakkan di bagian kiri;

Konsiderans Mengingat, yang memuat dasar kewenangan dan peraturan perundang-undanganyang memerintahkan pembuatan peraturan tersebut. Peraturan perundang - undangan yang menjadi dasar hukum adalah peraturan yang tingkatannya sederajat atau lebih tinggi.

KonsideransMengingat diletakkan di bagian kiri tegak lurus dengan kata menimbang. c. Diktum

Diktum Memutuskan ditulis simetris di tengah, seluruhnya dengan huruf kapital, serta diletakkandi tengah margin;

Diktum Menetapkan dicantumkan setelah kata memutuskan disejajarkan ke bawah dengan kata menimbang dan mengingat, huruf awal kata Menetapkan ditulis dengan huruf kapital, dan diakhiri dengan tanda baca titik dua; nama peraturan sesuai dengan judul (kepala) tanpa RI, seluruhnya ditulis dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca titik.

d. Batang Tubuh

Batang tubuh memuat semua substansi peraturan yang dirumuskan dalam diktum-diktum,misalnya : KESATU : KEDUA : dst; dicantumkan saat berlakunya peraturan, perubahan,pembatalan, pencabutan ketentuan, dan peraturan

(27)

lainnya, dan materi kebijakan dapat dibuatsebagai lampiran peraturan, dan pada halaman terakhir ditandatangani oleh pejabat yang menetapkan peraturan. e. Kak

Kaki peraturan merupakan bagian akhir substansi peraturan yang memuat penanda tanganpenetapan peraturan, pengundangan peraturan yang terdiri atas tempat dan tanggal penetapan,nama jabatan, tanda tangan pejabat, dan nama lengkap pejabat yang menandatangani.

f. Penandatanganan

Peraturan Direktur ditandatangani oleh Direktur RS XXX dan keabsahan salinan dilakukan olehBagian Sekretariat .

2. Keputusan Direktur

Bentuk dan susunan naskah Keputusan Direktur adalah sebagai berikut : a. Kepala

Kop naskah keputusan terdiri atas gambar logo Rumah Sakit, kata Surat keputusan pejabat yangmenetapkan ditulis simetris di tengah margin dengan huruf kapital. Nomor keputusan ditulisdengan huruf kapital. Penomoran Surat Keputusan Direktur. Kata penghubung tentang ditulisdengan huruf kapital. Judul keputusan ditulis dengan huruf kapital.

b. Pembukaan

Nama jabatan pejabat yang menetapkan keputusan ditulis simetris di tengah dengan huruf kapital.

Konsiderans Menimbang, memuat uraian singkat tentang pokok-pokok pikiran yang menjadilatar belakang dan alasan pembuatan keputusan. kata menimbang ditulis dengan huruf kapital,diakhiri tanda baca titik dua, dan diletakkan di bagian kiri. Konsiderans Mengingat memuat dasar kewenangan dan keputusan yang memerintahkan pembuatan keputusan tersebut. Keputusan yang menjadi dasar hukum adalah keputusan yang tingkatannya sederajat atau lebih tinggi

c. Diktum

Diktum Memutuskan ditulis seluruhnya dengan huruf kapital tanpa spasi di antara suku kata dandiletakkan di tengah margin.

Diktum Menetapkan dicantumkan sesudah kata Memutuskan, disejajarkan ke bawah dengan katamenimbang dan mengingat, huruf awal kata

Menetapkan ditulis dengan huruf kapital, dan diakhiri dengan tanda baca titik dua. Namakeputusun sesuai dengan judul (kepala) keputusan seluruhnya ditulis dengan huruf kapital dandiakhiri dengan tanda baca titik.

d. Batang Tubuh

Batang tubuh memuat semua substansi keputusan yang dirumuskan dalam diktum-diktum,misalnya : KESATU : dst. Dicantumkan saat berlakunya keputusan, perubahan, pembatalan, pencabutan ketentuan, dan peraturan lainnya, dan materi

(28)

kebijakan dapat dibuat sebagai lampiran keputusan, dan pada halaman terakhir ditandatangani oleh pejabat yang menetapkan keputusan.

e. Kaki

Kaki memuat nama tempat, tanggal, bulan, dan tahun, nama jabatan, tanda tangan dan stempel jabatan serta nama lengkap pembuat keputusan.

f. Penandatanganan.

Surat Keputusan Direktur ditandatangani oleh Direktur RS XXX dan keabsahan salinandilakukan oleh Bagian Sekretariat .

3. Kebijakan

Bentuk dan susunan naskah Kebijakan di RS XXX adalah sebagai berikut : a. Kepala

Kop naskah peraturan terdiri atas gambar logo Rumah Sakit. Kata peraturan dan nama jabatan pejabat yang menetapkan, ditulis simetris dengan huruf kapital. Nomor peraturan ditulis dengan huruf kapital di bawah kata Peraturan.

Kata penghubung tentang ditulis dengan huruf kapital. Judul peraturan ditulis dengan huruf capital. Nama jabatan yang menetapkan peraturan ditulis dengan huruf kapital

b. Pembukaan

Jabatan pembentuk peraturan ditulis simetris, diletakkan di tengah margin serta ditulis dengan huruf kapital.

Konsiderans Menimbang, memuat uraian singkat tentang pokok-pokok pikiran yang menjadilatar belakang dan alasan pembuatan peraturan. Huruf awal kata menimbang ditulis dengan hurufkapital diakhiri dengan tanda baca titik dua (:) dan diletakkan di bagian kiri;

Konsiderans Mengingat, yang memuat dasar kewenangan dan peraturan perundang-undanganyang memerintahkan pembuatan peraturan tersebut. Peraturan perundang - undangan yangmenjadi dasar hukum adalah peraturan yang

tingkatannya sederajat atau lebih tinggi. KonsideransMengingat diletakkan di bagian kiri tegak lurus dengan kata menimbang.

c. Diktum

Diktum Memutuskan ditulis simetris di tengah, seluruhnya dengan huruf kapital, serta diletakkandi tengah margin.

Diktum Menetapkan dicantumkan setelah kata memutuskan disejajarkan ke bawah dengan katamenimbang dan mengingat, huruf awal kata

Menetapkan ditulis dengan huruf kapital, dan diakhiri dengan tanda baca titik dua; namaperaturan sesuai dengan judul (kepala) tanpa RI, seluruhnya ditulis dengan huruf kapital dandiakhiri dengan tanda baca titik.

d. Batang Tubuh

Batang tubuh memuat semua substansi peraturan yang dirumuskan dalam diktum-diktum, misalnya : KESATU : KEDUA : dst; dicantumkan saat berlakunya peraturan, perubahan, pembatalan, pencabutan ketentuan, dan peraturan

(29)

lainnya, dan materi kebijakan dapat dibuat sebagai lampiran peraturan, dan pada halaman terakhir ditandatangani oleh pejabat yang menetapkan peraturan. e. Kaki

Kaki peraturan merupakan bagian akhir substansi peraturan yang memuat penanda tangan penetapan peraturan, pengundangan peraturan yang terdiri atas tempat dan tanggal penetapan,

.

Penandatanganan

Kebijakan ditandatangani oleh Direktur RS XXX dan keabsahan salinan dilakukan oleh Bagian Sekretariat.

4. Pedoman dan Panduan

Mengingat sangat bervariasinya bentuk dan isi pedoman/panduan maka sulit untuk dibuat standarsis tematikanya atau format bakunya. Oleh karena itu RS XXX menyusun sistematika buku pedoman/panduan sebagai berikut :

a. Pedoman Pengorganisasian Unit Kerja

Pedoman pengorganisasian unit kerja dibuat oleh unit kerja berdasarkan struktur organisasi dan tata kelola RS yang telah ditetapkan, terdiri dari:

BAB I Pendahuluan

BAB II Gambaran UmumRS

BAB III Visi, Misi, Falsafah, Nilai dan Tujuan RS BAB IV Struktur Organisasi RS

BAB V Struktur Organisasi UnitKerja BAB VI Uraian Jabatan

BAB VII Tata Hubungan Kerja

BAB VIII Pola Ketenagaan dan Kualifikasi Personil BAB IX Kegiatan Orientasi

BAB X Pertemuan/rapat

BAB XI Pelaporan Laporan Harian Laporan Bulanan

(30)

b. Pedoman Pelayanan Unit Kerja

Pedoman pelayanan unit kerja dibuat oleh unit kerja atau sub satuan unit kerja yang telah ditetapkan sesuai dengan struktur organisasi dan tata kelola RS, terdiri dari: BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Tujuan Pedoman

Ruang Lingkup Pelayanan Batasan Operasional LandasanHukum

BAB II STANDAR KETENAGAAN Kualifikasi Sumber Daya Manusia Distribusi Ketenagaan

Pengaturan Jaga

BAB III STANDARFASILITAS Denah Ruang

Standar Fasilitas

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN BAB V LOGISTIK (sesuaikan template)

BAB VI KESELAMATAN PASIEN (sesuaikan template) BAB VII KESELAMATAN KERJA(sesuaikan template) BAB VIII PENGENDALIAN MUTU (sesuaikan template) BAB IX PENUTUP

c. Panduan Pelayanan Unit Kerja

Panduan pelayanan dibuat oleh suatu unit kerja atas suatu proses spesifik yang dilakukan di unit kerja tersebut. Panduan ini terdiri dari:

BAB I DEFINISI

(31)

BAB III TATA LAKSANA BAB IV DOKUMENTAS

Sistematika panduan pelayanan RS tersebut diatas bukanlah baku tergantung dari materi/isi panduan. Pedoman/panduan yang harus dibuat adalah pedoman/panduan minimal yang harus adadi RS yang di persyaratkan sebagai regulasi.

Karena RS XXX telah menggunakan e file keharusan mempunyai hardcopy pedoman/panduan dikelola oleh Bagian Sekretariat RS, sedangkan di unit kerja bisa dengan melihat di intranet rumah sakit

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk dalam pembuatan dokumen pedoman/panduan ini yaitu:

1. Setiap pedoman/panduan harus dilengkapi dengan peraturan/ keputusan Direktur untuk pemberlakukan pedoman/panduan tersebut. Bila Direktur RS XXX diganti, peraturan/keputusan RS XXX untuk pemberlakuan pedoman/panduan tidak perlu diganti. Peraturan/Keputusan RS XXX diganti bila memang ada perubahan dalam pedoman/panduantersebut .

2. Setiap pedoman/panduan sebaiknya dilakukan evaluasi minimal setiap 2-3 tahun sekali.

3. Bila Kementerian Kesehatan sudah menerbitkan pedoman/ panduan untuk suatukegiatan/pelayanan tertentu maka RS XXX dalam membuat pedoman/panduan wajibmengacu pada pedoman/panduan yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan tersebut

5. Prosedur dan Instruksi Kerja

Prosedur dibuat dalam bentuk dan susunan naskah dalam standar prosedur operasional (SPO) sebagai berikut (sesuaikan format yang digunakan di RS):

a.Kepala

Kepala sebelah kiri memuat: Kop naskah standar prosedur operasional terdiri atas gambarlogo RS XXX serta alamat RS XXX di bawahnya.

Tulisan Standar Prosedur Operasionaldicantumkan di bawah logo RS XXX. Kepala sebelah kanan memuat

Judul standar prosedur operasional yang ditulis dengan hurufkapital.

Nomor Dokumen, Nomor Revisi, dan Halaman dicantumkan secara simetris dibawah judul.

Penomoran dokumen dilakukan sebagai berikut: Tanggal Terbit dicantumkan dibawah nomor dokumen.Tanda Tangan dan Nama Jelas pejabat yang menetapkan standar prosedur operasional dicantumkan dibawah nomor revisi dan halaman.

(32)

Batang tubuh standar prosedur operasional terdiri atas pengertian, tujuan, kebijakan, prosedur, dan unit terkait terkait. Apabila prosedur menggunakan bantuan gambar atau diagram pelengkapatau form yang harus diisi, dapat ditambahkan di bagian lain sebagai lampiran dari prosedur tersebut.

6. Catatan Mutu

Untuk memudahkan mengendalikan dokumen-dokumen yang sangat banyak, maka RS XXX menetapkan beberapa form Catatan Mutu sebagai berikut :

Daftar Induk Dokumen Internal (Lampiran 6) Daftar Induk Dokumen Eksternal (Lampiran 7) Lembar Distribusi (Lampiran 8)

Formulir Bukti Penerimaan Salinan Dokumen (Lampiran 9) Formulir Bukti Penarikan Dokumen (Lampiran 10)

Formulir Amandemen (Lampiran 11)

Berita Acara Pemusnahan Dokumen (Lampiran 12) Daftar Dokumen yang dimusnahkan (Lampiran 13)

7

.

Panduan Praktik Klinik (Clinical Practice Guidelines) 8. Alur Klinis (Clinical Pathway)

9. Prosedur Medis 10. Algoritma 11. Protokol Lengkapi

D. DISTRIBUSI, PENYIMPANAN, DAN DAFTAR INDUK DOKUMEN

1. Unit kerja pembuat dokumen menentukan unit-unit yang akan menerima salinandokumen dan menuliskannya di dalam "Lembar Distribusi" (Lampiran 8) yang terdapat pada setiap dokumen tersebut.

2. Formulir Distribusi / Penerima Dokumen diisi dan ditanda tangani oleh penerimadokumen dan disimpan oleh unit kerja pembuat dokumen.

3. Unit kerja pembuat dokumen dan penerima dokumen melakukan penyimpanan danpemeliharaan dokumen. Setiap unit kerja yang menyimpan dokumen bertanggung jawab untuk menyimpan dan memelihara dokumen dari kemungkinan hilang atau rusak.

4. Bagian Sekretariat bertanggung jawab terhadap peredaran dokumen dan dicatat dalam Daftar Induk Dokumen (Lampiran 6).

(33)

E. IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI DOKUMEN

1. Setiap dokumen regulasi diklasifikasikan dan diidentifikasikan oleh Bagian Sekretariat kedalam 4 (empat) jenis sebagai berikut :

a. Master

b. Dokumen terkendali (Controlled Copy)

c. Dokumen tidak terkendali (Uncontrolled Document) d. Dokumen tidak berlaku (obsolete).

2. Dokumen Master adalah naskah asli dokumen baik berupa hard copy dan atau soft copy,lengkap dengan tanda-tanda keabsahannya.

3. Dokumen terkendali adalah dokumen yang berlaku dan didistribusikan kepada unit kerja. Apabila terjadi perubahan pada dokumen ini, maka revisi terbaru harus didistribusikan kepada unit kerja penerima sesuai Daftar Pemegang Dokumen. 4. Dokumen tidak terkendali adalah dokumen yang bila terjadi perubahan pada dokumen

ini,maka revisi terbaru tidak perlu diberikan.

5. Dokumen tidak berlaku (obsolete) adalah dokumen yang sudah tidak berlaku lagi disebabkan oleh karena ada dokumen versi terbaru atau masa berlaku dokumen sudah kadaluarsa.

F. MONITORING DOKUMEN

Tanda-tanda keabsahan suatu dokumen ialah nama dokumen, tanggal diterbitkan, tanda tanganstempel sesuai dengan jenis dokumen.

1. Dokumen dibedakan antara yang dikendalikan dan yang tidak dikendalikan. Semua dokumenyang dipakai sebagai rujukan kerja haruslah dokumen yang dikendalikan, termasuk dokumenyang berasal dari luar.

2. Salinan dokumen yang dikendalikan ditandai dengan cap ‘CONTROLLED COPY “dilembar pertama.

3. Dokumen yang tidak bertanda cap “CONTROLLED COPY” berwarna dianggap sebagaidokumen yang tidak dikendalikan.

4. Dokumen terkendali harus memiliki keabsahan seperti nama dokumen, tanggal diterbitkandan tanda tangan.

5. Semua dokumen, kecuali yang berasal dari luar, harus ada “MASTER”nya, yang disimpanoleh Bagian Sekretariat sebagai pengendali dokumen. Penggandaan dokumen hanyadilakukan dari “MASTER”.

6. Semua dokumen yang dikendalikan harus jelas distribusinya, dan bukti telah diterimakannya dokumen yang dikendalikan kepada pemegang dokumen disimpan oleh Bagian Sekretariat.

7. Semua dokumen berstatus “CONTROLLED COPY” yang telah kadaluarsa harus ditarik daripemegangnya dan harus dimusnahkan. Bila salinan yang kadaluarsa ingin disimpan untukreferensi, maka salinan tersebut diberi tanda (stempel) “OBSELETE” setiap halaman yangkadaluarsa hal ini dilakukan dalam rangka mencegah pemakaiannya secara sengaja atau tidak sengaja

(34)

Tambahkan mengenai pembuatan kopi dokumen tambahan, peminjaman dari pihak luar (jika diperbolehkan) dan pengendalian dokumen eksternal

G. REVIEW DAN REVISI DOKUMEN

1. Seluruh dokumen regulasi wajib dilakukan review menurut ketentuan berikut: a. Dokumen AD/ART dan bylaws mengikuti peraturan hokum yang berlaku

b. Dokumen berupa kebijakan, pedoman pelayanan, pedoman organisasi dan panduan dilakukan review maksimal tiga tahun sekali.

c. Dokumen berupa prosedur dilakukan review maksimal setiap dua tahun sekali. 2. Hasil review berupa notulen rapat dari unit kerja yang mengeluarkan dokumen

tersebut. Hasil review menunjukkan apakah dokumen regulasi masih dapat digunakan (relevan) atauharus dilakukan revisi.

3. Siapapun melalui seluruh pimpinan unit dapat mengajukan usulan revisi sesuai dengan kebutuhan menggunakan form usul revisi.

4. Revisi tiap dokumen dilampiri dengan formulir amandemen (lampiran 8)

5. Dokumen lama, yang digantikan oleh dokumen yang direvisi, ditarik kembali oleh Bagian Sekretariat untuk digantikan dengan yang baru.

6. Master dokumen yang kadaluarsa harus diberi tanda (stempel) ”OBSELETE”.

7. Dokumen regulasi yang berdasarkan hasil review tidak perlu dilakukan revisi, maka masih menggunakan dokumen sebelumnya tanpa ada perubahan pada fisik dokumen.

PEMUSNAHAN DOKUMEN KADALUARSA

1. Pemusnahan Dokumen yang tidak terikat peraturan perundangan 2. Pemusnahan dokumen yang terikat peraturan perundangan

BAB IV

DOKUMENTASI Berisikan:

Kebijakan yang mendasari pelayanan

Pedoman pelayanan suatu unit kerja yang mendasari pelayanan SPO-SPO terkait proses kerja yang disebutkan di dalam panduan ini Form-form yang digunakan di dalam proses kerja ini

(35)

RSUD Langsa No RM : Pemberian pendidikan pasien/keluarga interdisiplin Nama ; Tgl lhir ; Agama ; Pendidikan ; Ruang ; Kelas ; Instalasi ; Hambatan :

1. Fisik, emosional dan kognitif

2. fisik atau emosional atau kognitif

3.mampu dan sanggup

Jenis pendidikan meliputi : 1. Penggunaan alat bantu

medik

2. Alternatif tindakan lain 3. Diagnosis, prognosis 4. Diet

5. Manajemen nyeri

6. Rencana pengelolaan & dan hasil yg diharapkan

7. Resiko penyakit 8. Resiko tindakan

9. Resiko bila tidak dilakukan tindakan 10.Rehabilitas medik 11.Tindakan medik 12.Tindakan kkeperawatan 13. p1nggunaan obat 14. bimbingan rahani 15. penunjang medik 16. lain – lain : - jam konsultasi

- biaya,tata tertib, hak dan kawajiban pasien, fasilitas

- informasi tindakan dokter - cara cuci tangan, cara

batuk, buang sampah medis dan non medis

Penerima pendidikan : 1. P = Pasien 2. K = Keluarga 3. L = Lain - lain Bahasa : 1. Indonesia 2. Asing 3. .../isyarat Evaluasi Respon : 1. Tidak mengerti 2. Mengerti 3. Mengerti,mengulang 4. Mengerti,mengulang, 5. mendemonstrasikan Metode : 1. Audio 2. Demonstrasi 3. Lisan 4. Tulisan 5. Visual H A R I T G L P E N E R I M A P H A B A T A N B A H S A M T O D D E J P E N D D K N

Isi pendidikan kesehatan evaluas i respon

Nama & tanda tangan Pemberi

pendidika n

Penerima pendidikan

(36)

J A M P K L P K L P K L P K L

Promosi kesehatan pelayanan kesehatan

1.

Promosi Kesehatan di Rumah Sakit atau lebih di kenal dengan

istilah penyuluhan kesehatan masyarakat Rumah Sakit disingkat

PKRS merupakan salah satu bentuk pelayanan yang sejalan

mendukung arah pembangunan kesehatan.

2. KUNCI KEBERHASILAN PKRS : Penampilan Kepribadian

Cara Interaksi dngan Pasien & Keluarga

3. Promosi kesehatan di Rumah Sakit juga berusaha menggugah

kesadaran dan minat pasien, keluarga, dan pengunjung Rumah

Sakit untuk berperan secara positif dalam usaha penyembuhan

dan pencegahan penyakit.

4. METODE PROMOSI KESEHATAN

1. Kegiatan penyuluhan,

(37)

2. Penyebaran leaflet,

3. Pembuatan poster-poster

5. APA YANG DIMAKSUD RUMAH SAKIT ? APA FUNGSI

RUMAH SAKIT ?

Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan secara merata dengan mengutamakan

upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan, yang

dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya

peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dalam suatu

tatanan rujukan, serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan

tenaga dan penelitian.

6. FUNGSI RUMAH SAKIT

1. Menyelenggarakan pelayanan medis,

2. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan non

medis,

3. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan.

4. Menyelenggarakan pelayanan rujukan.

5. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan.

6. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan

7. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan.

APA YANG DIMAKSUD PROMOSI KESEHATAN ?

Berdasarkan WHO promosi kesehatan adalah suatu proses yang

bertujuan memungkinkan individu men ingkatkan kontrol

terhadap kesehatan dan meningkatkan kesehatannya berbasis

filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan diri sendiri (self

empowerment)

(Maulana, 2009). “promosi kesehatan adalah kombinasi

berbagai dukungan menyangkut pendidikan, organisasi,

kebijakan dan peraturan perundang-undangan untuk perubahan

lingkungan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan”

Menurut Simnett (1994), promosi kesehatan adalah

(38)

kesehatan sebagai kebutuhan yang lebih tinggi pada agenda

individu ataupun dalam masyarakat.

Aspek promosi kesehatan yang mendasar bertujuan untuk

melakukan pemberdayaan sehingga orang memiliki keinginan

lebih besar terhadap aspek kehidupan yang mempengaruhi

kesehatan.

(Hartono, 2010) Dengan peningkatan pengetahuan maka

informasi masalah kesehatan akan membantu individu maupun

masyarakat untuk tanggap dengan masalah kesehatannya dan

cepat bertindak untuk mencari tahu ke tempat pelayanan

kesehatan atau untuk mendapatkan pengobatan

(Dignan dan Carr , 1992). Promosi kesehatan dilakukan dengan

perencanaan melalui tahap analisis untuk mengetahui

permasalahan dan apa yang menjadi penyebabnya. Dengan

melakukan identifikasi permasalahan dan penyebabnya,

dilakukan penyusunan program agar dapat dilakukan

penyelesaian permasalahan tersebut

WHO memberi pengertian bahwa promosi kesehatan merupakan

: “the process of enabling individuals and communities to

increase control over the determinants of health and thereby

improve their health“

(Depkes RI, 2005). Di Indonesia promosi kesehatan dirumuskan

sebagai “ upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat

melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat

agar dapat menolong dirinya sendiri serta mengembangkan

kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya

setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan

kesehatan “

BAGAIMANA PROMOSI KESEHATAN YANG

DILAKUKAN OLEH RUMAH SAKIT ?

(39)

Promosi Kesehatan Rumah Sakit adalah bagian dari pendidikan

kesehatan dengan memberi informasi tentang kesehatan kepada

pasien, keluarga pasien juga petugas yang bekerja di Rumah

Sakit.

Upaya Rumah Sakit meningkatkan kemampuan pasien

kelompok masyarakat agar dapat mandiri dalam mempercepat

kesembuhan dan reabilitasinya, klien dan kelompok-kelompok

masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan,

mencegah masalah-masalah kesehatan dan mengembangkan

upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat sesuai sosial

budaya mereka serta didukung kebijakan publik yang

berwawasan Kesehatan (Depkes RI 2008). Promosi Kesehatan

Rumah Sakit (PKRS)

Karyawan Rumah Sakit, suatu organisasi yang memiliki banyak

karyawan dan sebagai pusat sumberdaya untuk wilayahnya

Menurut Doherty (1997) dalam Agustin (2003), menyatakan

bahwa beberapa alasan mengapa Rumah Sakit dianggap perlu

melaksanakan penyuluhan atau promosi kesehatan adalah

sebagai berikut :sistem informasi di Rumah Sakit akan dapat

mendeteksi perubahan angka morbiditas. mah Sakit berada

pada posisi yang paling tepat untuk memberikan penyuluhan

kesehatan

Sebagai pusat sumberdaya untuk jaringan rujukannya. Sebagai

suatu instansi yang relatif besar dan dihormati dilingkungan

sekitarnya Rumah Sakit sebgai panutan

7.

24.

TUJUAN PROMOSI KESEHATAN BAGI RUMAH

SAKIT ?

8.

25.

Menurut (Notoatmodjo, 2005) tujuan promosi kesehatan

sesuai dengan sasaran-sasarannya yaitu : a. Bagi Pasien b. Bagi

Keluarga Pasien c. Bagi Rumah Sakit Lanjutan... 

9.

26.

• Mengembangkan perilaku kesehatan (healthy behavior):

promosi kesehatan di rumah sakit mempunyai tujuan untuk

mengembangkan pengetahuan sikap dan perilaku tentang

(40)

kesehatan khususnya masalah penyakit yang diderita pasien.

BAGI PASIEN

10.

27.

1. Mempercepat kesembuhan dan pemulihan pasien. 2.

Mencegah terserangnya penyakit yang sama atau mencegah

kekambuhan penyakit 3. Mencegah terjadinya penularan

penyakit kepada orang lain atau keluarga. 4. Menyebarluaskan

pengalamannya tentang proses penyembuhan kepada orang lain,

sehingga orang lain dapat belajar dari pasien tersebut. 5.

Mengembangkan perilaku pemanfaatan fasilitas kesehatan.

Apabila pengetahuan, sikap, dan perilaku ini dipunyai oleh

pasien, maka pengaruhnya antara lain:

11.

28.

Keluarga merupakan lingkungan sosial yang paling

dekat dengan pasien. Proses penyembuhan dan terutama

pemulihan terjadi bukan hanya semata-mata karena faktor

Rumah Sakit, tetapi juga faktor keluarga. BAGI KELUARGA

12.

29.

1. Membantu mempercepat proses penyembuhan

pasien. 2. Keluarga tidak terserang atau tertular penyakit 3.

Membantu agar tidak menularkan penyakitnya ke orang lain.

Oleh sebab itu promosi kesehatan bagi keluarga pasien penting

karena dapat :

13.

30.

Pengalaman-pengalaman bagi rumah sakit yang telah

melaksanakan promosi kesehatan membuktikan bahwa

mempunyai keuntungan bagi Rumah Sakit antara lain: 1.

Meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit 2. Meningkatkan

Citra Rumah Sakit 3. Meningkatkan angka hunian Rumah Sakit

BAGI RUMAH SAKIT 

14.

31.

STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

15.

32.

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia

(2006) : Strategi Promosi kesehatan diharapkan dapat

dilaksanakan secara paripurna (komprehensif) khususnya dalam

menciptakan perilaku baru. Kebijakan Nasional Promosi

Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi

kesehatan, yaitu: (1) advokasi; (2) gerakan pemberdayaan

masyarakat dan; (3) bina suasana yang diperkuat oleh kemitraan

serta metode dan sarana komunikasi yang tepat.

(41)

16.

33.

Advokasi diartikan sebagai upaya atau proses yang

strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan

dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders).

Lanjutan...Advokasi menurut Hopkins dalam Notoatmodjo

(2003) adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik

melalui bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif.  

17.

34.

Pemberdayaan oleh Notoatmodjo (2003) didefinisikan

sebagai proses pemberian informasi secara berkesinambungan

mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu

sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi

tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau

(aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan

perilaku yang diperkenalkan (aspek practice). Lanjutan... 

18.

35.

Sebagian besar Rumah Sakit belum mewujudkan

tempat kerja yang aman, bersih dan sehat Sebagian besar Rumah

Sakit kurang menggalang kemitraan untuk meningkatkan upaya

pelayanan yang bersifat Preventif dan Promotif Isu Strategi yang

muncul dalam Promosi Kesehatan di Rumah Sakit yaitu :

Sebagian besar Rumah Sakit belum memberikan hak pasien

untuk mendapatkan informasi tentang pencegahan dan

pengobatan yang berhubungan dengan penyakitnya  Sebagian

besar Rumah Sakit belum menjadikan PKRS sebagai salah satu

kebijakan upaya pelayanan kesehatan di Rumah Sakit 

19.

36.

SASARAN PROMOSI KESEHATAN OLEH

RUMAH SAKIT

20.

37.

Sasaran promosi kesehatan diarahkan pada : 1.

Individu/keluarga, 2. Masyarakat, 3. Pemerintah/lintas

sektor/politis/swasta 4. Dan petugas atau pelaksana program.

21.

38.

Berperan serta dalam kegiatan sosial, khususnya yang

berkaitan dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM)

kesehatan. Individu/Keluarga diharapkan : Mempraktikkan

perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)  Mempunyai

pengetahuan dan kemauan untuk memelihara, meningkatkan dan

melindungi kesehatannya  Memperoleh informasi kesehatan

Referensi

Dokumen terkait

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan presentase baik 20 orang (80,0%)dan yang kurang baik 10 orang (20 ,0%).sebagian besar ibu sudah tidak bekerja dan lebih memilih