• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM M

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM M"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DALAM MEMBANGUN KARAKTER MULIA PADA ANAK USIA DINI

A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Anak merupakan titipan yang paling berharga dari Allah SWT. Bagi orang tua semua itu merupakan amanah yang mempunyai kewajiban untuk menjaga, mendidik, dan mengarahkan anak agar dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya dan sesuai dengan ajaran agama Islam. Untuk mempunyai keturunan yang berakhlak mulia, seharusnya sebagai orang tua harus merawat atau memberikan kasih sayang yang tulus kepada anak mulai dari kandungan hingga lahir ke dunia. Misalkan dari dalam kandungan calon ayah dan ibu bisa melakukan sholat berjamaah, mengaji, dan mengajak komunikasi. Kandungan yang berumur empat bulan ke atas sudah mampu mendengar suara dari luar, oleh sebab itu ketika dia sering diajak berkomunikasi yang baik, sholat dan mengaji, itu semua mampu membentuk karakter yang baik bagi anak. Begitu pula ketika anak sudah lahir ke dunia.

Sejatinya bagi orang tua harus mengerti, bahwa usia dini merupakan momentum yang sangat penting bagi tumbuh kembang anak. Sebaiknya orang tua harus memberikan dan mengajarkan tentang ajaran agama (Islam) bagi anak, karena agama di mana pun tempatnya merupakan tiang kehidupan. Semua manusia diciptakan sama dan semua manusia bisa bersikap baik dan buruk, yang membedakan manusia bisa bersikap baik dan buruk adalah tiang agama. Ketika seseorang mempunyai pegangan agama yang kuat dan kokoh, niscaya orang tersebut mampu menjaga sikapnya, sehingga peran agama bagi manusia sungguh besar manfaatnya.

Di sini pendidikan Islam merupakan proses pembentukan individu berdasarkan ajaran Islam yang diwahyukan Allah SWT kepada Muhammad SAW. Melalui proses di mana seseorang dibentuk agar dapat mencapai derajat yang tinggi sehingga dia mampu melaksanakan tugasnya sebagai khalifah di bumi, yakni mempunyai akh;ak baik dan melaksanakan perintah Allah dan menjauhkan diri dari larangan-Nya.

(2)

sering ditayangkan di televisi tidak jarang pemakainya juga masih menyandang status pelajar. Hal tersebut dikarenakan melemahnya karakter dan tiang agama yang dimiliki oleh anak. Oleh sebab itu ajaran tentang akhak dan pembentukan karakter lebih efisien jika dilakukan sejak anak usia dini. Pada masa ini anak masih mendengar dari kedua orang tua, ketika orang tua mengajarkan nilai-nilai yang baik maka anak tersebut akan mendengarkan dan melakukan pesan dari orang tuanya tersebut. Berbeda lagi dengan remaja, pada usia remaja dia berpikir untuk menyelisihi kedua orang tuanya, karena pada masa itu dia merasa dirinya sudah besar dan benar serta bisa menjaga tingkah lakunya.

Pada dasarnya ketika seorang anak bersikap melawan arus atau perintah dari orang tuanya, maka orang tua seharusnya tidak menyalahkan kepada sekolah atau lingkungan sekitarnya, akan tetapi orang tua harus mawas diri atau menyadari bahwa pembentukan karakter guna memperoleh akhlak mulia yang utama adalah peran keluarga, yakni ayah dan ibu.

Pendidikan karakter bukanlah sekedar proses menghafal materi soal ujian dan memperoleh nilai baik, tetapi pendidikan karakter memerlukan pembiasaan. Pembiasaan untuk berbuat baik, pembiasaan untuk berlaku jujur, ksatria, malu berbuat curang, malu bersikap malas, malu membiarkan lingkungannya kotor. Karakter tidak terbentuk secara instan, tapi harus dilatih secara serius dan proporsional agar mencapai bentuk dan kekuatan yang ideal yakni yang utama adalah peran keluarga. Cara mengaplikasikan karakter yang utama adalah pendidikan agama, jika pendidikan agama telah diberikan kepada anak dengan baik maka dia akan mempunyai karakter yang mulia.

(3)

maka orang tersebut sama halnya dengan orang yang tidak beriman, bersyari’at dan tidak beragama.

2. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang di atas, ada dua masalah yang akan dibahas dalam makalah ini.

a. Bagaimana peranan pendidikan karakter dalam perspektif agama Islam?

b. Bagaimana penerapan pendidikan agama Islam dalam membangun karakter mulia pada anak usia dini?

3. Tujuan

Ada dua tujuan permasalahan yang akan dicapai dalam makalah ini.

a. Mendeskripsikan peranan pendidikan karakter dalam perspektif agama Islam

(4)

B. LANDASAN TEORI

1. Hakikat Pendidikan Agama Islam

Langgulung (dalam Azra, 2012:6) merumuskan pendidikan Islam sebagai proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.

Menurut Anshari (1976:85) memberikan pengertian bahwa pendidikan Islam sebagai proses bimbingan (pimpinan, tuntutan, usulan) oleh subjek didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan, dan intuisi) dan raga objek didik dengan bahan materi tertentu, pada jangka waktu tertentu dengan metode tertentu dengan alat perlengkapan yang ada ke arah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai dengan ajaran islam.

Pendidikan Islam merupakam upaya manusia untuk melahirkan generasi yang lebih baik, generasi yang selalu menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dan Allah meminta manusia agar tidak mewariskan generasi yang lemah (Syafri, 2012:35).

2. Hakikat Akhlak

(5)

Djatnika (1992:26) menyatakan bahwa kata akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu khuluq yang berarti budi pekerti. Budi pekerti dalam bahasa Indonesia merupakan kata majemuk dari kata “budi” dan “pekerti”. Kata “budi” berasal dari bahasa Sansekerta, bentuk isim fa’il atau alat, yang berarti “yang sadar” atau menyadarkan”. Kata “pekerti” berasal dari bahasa Indonesia sendiri yang berarti “kelakuan”. Secara singkat budi pekerti merupakan perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku manusia.

Menurut Wahab (dalam Hamid dan Saebani, 2013:30) istilah karakter sama dengan istilah akhlak dalam pandangan Islam. Karakter dalam bahasa Arab diartikan khuluq, sajiyyah, thab’u yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan syakhshiyyah atau personality, artinya kepribadian. Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas (dalam Hamid dan Saebani, 2013:31) adalah bawaan hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, tingkah laku, personalitas, sifat, tabiat, tempramen, watak. Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak.

Megawangi (dalam Kesuma dkk, 2011:4) mengemukakan pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.

(6)

yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, dan kerja keras. bertoleran, bergotong-royong, berjiwa patriotic, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila (Gunawan, 2012:28).

Menurut Undang-Undang Sisdiknas (dalam Hamid dan Saebadi, 2013:39) ada enam tujuan pendidikan karakter, berikut penyayang, sabar, beriman, takwa, bertanggungjawab, amanah, jujur, adil, dan mandiri.

5. Hakikat Anak Usia Dini

(7)

yang berbakat menari, bermain musik, matematika, bahasa, dan ada yang berbakat di bidang olahraga (Suyanto, 2005:5).

Menurut Suyanto (2005:5) anak usia dini adalah anak yang sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat, baik fisik maupun mental pada usia 0-6 tahun. Pertumbuhan dan perkembangan anak telah dimulai sejak prenatal, yaitu sejak dalam kandungan. Pembentukan sel saraf otak, sebagai modal pembentukan kecerdasan, terjadi saat anak dalam kandungan.

Pratisti (2008:55) mengemukakan bahwa anak usia dini adalah anak yang berumur 0-6 tahun. Umur anak pada 0-6 tahun ini, anak sudah mulai berkembang fisiknya sehingga membentuk tubuh yang proposional, mampu berjalan, meloncat, berlari, mampu memegang pensil dengan baik, mampu berkomunikasi dengan orang lain menggunakan bahasa verbal, mampu memahami emosi yang dirasakan oleh orang lain berdasarkan bahasa tubuh yang ditunjukkan.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berumur kurang lebih 0-6 tahun. Pada usia tersebut juga disebut usia emas atau golden age. Oleh sebab itu, pertumbuhan fisik dan motorik, perkembangan moral (kepribadian, watak, dan akhlak) sudah terlihat.

C. PEMBAHASAN

1. Peranan Pendidikan Karakter dalam Perspektif Agama Islam

(8)

karakter dalam Islam lebih sering dilakukan secara doktriner dan dogmatis, tidak secara demokratis dan logis.

Kekayaan pendidikan Islam dengan ajaran akhlak dangat menarik untuk dijadikan content dari pendidikan karakter. akhlak tidak diragukan lagi memiliki peran besar dalam kehidupan manusia. Pembinaan akhlak dimulai dari individu atau seseorang. Hal tersebut dikarenakan sebab pembinaan akhlak dimulai dari manusia sejak lahir hingga dewasa. Jika sejak dini seseorang tertanam akhlak yang baik, maka orang tersebut akan tumbuh menjadi manusia yang baik dan mematuhi perintah serta mejauhkan diri dari larangan Allah SWT, sehingga dapat mengaplikasikan akhlak tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan karakter seharusnya berangkat dari konsep dasar manusia: fitrah. Setiap anak dilahirkan menurut fitrahnya, yaitu memiliki akal, nafsu (jasad), hati dan ruh. Konsep inilah yang sekarang lantas dikembangkan menjadi konsep multiple intelligence. Dalam Islam terdapat beberapa istilah yang sangat tepat digunakan sebagai pendekatan pembelajaran. Konsep-konsep itu antara lain: tilâwah, ta’lîm’, tarbiyah, ta’dîb, tazkiyah dan tadlrîb. Tilâwah

menyangkut kemampuan membaca; ta’lim terkait dengan pengembangan kecerdasan intelektual (intellectual quotient); tarbiyah menyangkut kepedulian dan kasih sayang secara naluriah yang didalamnya ada asah, asih dan asuh; ta’dîb terkait dengan pengembangan kecerdasan emosional (emotional quotient); tazkiyah terkait dengan pengembangan kecerdasan spiritual (spiritual quotient); dan tadlrib terkait dengan kecerdasan fisik atau keterampilan (physical quotient atau adversity quotient).

(9)

horizontal antara individu dan individu yang lain, tetapi antara individu memiliki hubungan vertikal dengan Allah yang dipercaya dan diimani.

Persoalan kehancuran bangsa tidak dapat diatasi dengan doa atau membaca kitab suci. Dibutuhkan seseorang yang beragama dan berkarakter dalam mengatasi hal tersebut. nilai-nilai agama dan nilai demokrasi bukanlah sesuatu yang harus dipertentangkan. Jika dipahami secara utuh, nilai-nilai ini dapat memberikan sumbangan yang efektif bagi sebuah penciptaan masyarakat yang stabil dan mampu bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama. Oleh karena itu pendidikan agama meupakan dukungan dasar yang tak tergantikan bagi keutuhan pendidikan karakter, karena dalam agama terkandung nilai-nilai luhur yang mutlak kebaikan dan kebenarannya.

2. Penerapan Pendidikan Agama Islam dalam Membangun Karakter Mulia pada Anak Usia Dini.

(10)

tabah dan mengambil hikmah kehidupan serta bersyukur dalam keadaan apapun, dan beriman kepada Allah SWT.

Faktor-faktor di atas akan mengarahkan seseorang ke jalan keberhasilan. Empati menghsilkan hubungan yang baik, tahan uji akan melahirkan ketekunan dan kualitas, beriman akan membuat segala sesuatu menjadi mungkin. Selanjutnya penerapan pendidikan agama Islam dalam membangun karakter mulia pada anak usia dini bisa dilakukan dengan cara mengajarkan sholat dan mengaji, mengajarkan sikap saling menghormati, tidak memukul anak, mengajarkan anak selalu untuk mengucapkan salam, dan mengajarkan cara bertutur kata yang sopan.

Pertama, mengajarkan sholat dan membaca ayat suci Al-Quran. Sholat dan membaca ayat suci Al-Quran merupakan hal yang wajib dilakukan semua umat muslim. Apabila anak usia dini diajarkan sedikit demi sedikit dengan sholat dan mengaji, maka sejak itu karakter dia akan mulai terbentuk. Karena sholat dan mengaji di dapat menjadikan semua orang mempunyai sifat sabar, penyayang, tidak mudah tersulut emosi, dan mampu menjaga sikap buruk sehingga mengaplikasikannya ke dalam sikap yang terpuji. Apabila itu semua di ajarkan sejak dini, maka anak mulai terbiasa dengan sikap-sikap terpuji tersebut.

(11)

Ketiga, tidak memukul anak. Sebaiknya bagi orang tua dalam membesarkan anak tidak perlu dengan membentak atau memukul anak. Anak dalam usia dini harus diajarkan sikap yang baik, karena penanaman sikap yang seperti itu akan selalu diingat dalam pemikiran anak hingga dia dewasa. Apabila anak dididik dengan kekerasan misalkan membentaknya bahkan sampai memukul, maka itu semua akan tersimpan dalam memorinya. Dia juga akan tumbuh dengan karakter yang angkuh, keras bahkan tempramen karena dia akan meniru apa yang diajarkan orang tuanya sejak dini.

Keempat, mengajarkan anak selalu untuk mengucapkan salam. Mengucapkan salam merupakan adab yang baik sehingga mampu membentuk pribadi yang berakhlak baik dan berbudi pekerti. Sesuatu yang dibiasakan sejak kecil, insysAllah akan lebih tertanam kuat dalam diri seorang anak. Anak-anak tidak akan belajar kecuali dari apa yang mereka lihat dan mereka dengar dari orang tua. Ketika orang tua mengajarkan selalu mengucapkan salam ketika sedang bersilaturahmi atau masuk dalam ruangan, maka anak tersebut akan menirunya. Karena dengan mengucapkan salam terdapat nilai yang positif untuk membentuk karakter anak

(12)
(13)

DAFTAR PUSTAKA

Anshari, Endang Sifuddin. 1976. Pokok-pokok Pikiran tentang Islam. Jakarta: Usaha Enterprise

Azra, Azyumardi. 2012. Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan Milenium III. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Djatnika, Rachmat. 1992. Sistem Ethika Islami (Akhlak Mulia). Jakarta: Pustaka Panjimas

Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta

Hamid, Hamdani dan Saebani, Beni Ahmad. 2013. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: Pustaka Setia

Kesuma, Dharma dkk. 2011. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Majid, Abdul dan Andayani, Dian. 2011. Pendidikan Karakter Perspektif Isalam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Pratisti, Wiwien Dinar. 2008. Psikologi Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks

Suyanto, Slamet. 2005. Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa karakter- karakter yang memiliki hubungan linier antara lain tinggi tanaman saat vegetatif awal, tinggi tanaman hingga malai

Akan tetapi, masih banyak aplikasi mobile yang rancangan antarmukanya belum mendukung tingkat usability dari aplikasinya sendiri sehingga diperlukan metode tersendiri untuk

Berdasarkan hasil penyelidikan dan penyidikan pihak Kepolisian serta berdasarkan bukti-bukti berupa keterangan para saksi, keterangan terdakwa, dan bukti-bukti surat

Perbedaan antara CPM dan EFE adalah: (1) faktor fundamental sukses dalam CPM lebih lebar, tidak memasukkan data yang spesifik atau akurat, dan biasanya lebih fokus pada isu

Dalam penelitian ini, dibagi menjadi 6 dimensi nilai yaitu keterlibatan konsumen, loyalitas merek, persepsi harga, persepsi kualitas, keakraban merek, dan persepsi risiko yang

Mohon anda hubungi marketing apartemen Skyline Residence @ Cawang diatas untuk mendapatkan informasi terbaru. Skyline Residence @ Cawang presentation di

Titi Purwandari dan Yuyun Hidayat – Universitas Padjadjaran …ST 57-62 PENDEKATAN TRUNCATED REGRESSION PADA TINGKAT. PENGANGGURAN TERBUKA PEREMPUAN Defi Yusti Faidah, Resa

atap”, akan tetapi masing-masing fungsi tetap dibawah koordinasi sendiri-sendiri yang independen dengan kerjasama yang aktif dalam persepsi yang sama dilihat dari fungsi