KAWASAN EKONOMI KHUSUS DI
INDONESIA, TANTANGAN DAN
MASA DEPAN (MENDUKUNG NAWA
CITA)
1
LATAR BELAKANG:
ndonesia merupakan negara besar di ASEAN. Negara yang memiliki 5 pulau besar dan
pulau-pulau kecil yang banyak dan kaya akan potensi alamnya. Indonesia merupakan negara
digdaya perairan dan laut serta daratan di ASEAN namun belum menunjukkan peranan besar
dalam pengembangan ekonomi regional kawasannya.
Dengan sudut pandang yang berbeda terhadap posisi dan peranan Indonesia di ASEAN, lebih
luasnya adalah ASIA, maka tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia memiliki luas wilayah yang
memiliki potensi sebagai sumber bahan baku bagi produk akhir berbagai sektor industri. Di
Indonesia kita memliki pertambangan terbesar dunia yakni emas dan tembaga di Papua, Hutan
sebagai sumber papan/kayu terbesar di dunia setelah Brasil yakni Pulau Kalimantan yang disebut
Borneo, Sumatera dan Papua. Kita memiliki tambang Nikel, Timah, Batu Bara dan potensi
perkebunan yang sangat banyak.
Namun, cara pandang kita terhadap negara sendiri menjadikan kita gagal menjadi operator
ekonomi di ASEAN/ASIA. Kita tidak menempatkan sebagai negara digdaya tambang,
perkebunan dan perairan kelautan. Kita memilih untuk menempatkan diri sebagai penerima
manfaat akhir.
Kawasan Ekonomi Khusus, yang digaungkan oleh Pemerintah sebenarnya bukan kebijakan baru
dalam kebijakan perdagangan dunia, kebijakan ini telah dikenal sejak oleh negara di Ireland
(sumber: wikipedia.org) pada tahun 1950 yang kemudian berkembang di Amerika Latin dan
Asia. Hingga saat ini beberapa kawasan ekonomi khusus dunia yang berkinerja baik berada di
China, Singapura, dan Korea Selatan. Negara-negara tersebut berhasil meningkatkan tarikan
investasi asing langsung. Berdasarkan laporan dari UNCTAD pada tahun 2013, China berhasil
menarik investasi asing langsung (FDI) total sebesar 123.911 million US$, India berhasil
menarik investasi asing langsung (FDI) total sebesar 28.199,45 million US$, Singapura berhasil
menarik investasi asing langsung (FDI) total sebesar 63.772,32 million US$ dan Korea Selatan
1Oleh Tiar Pandapotan Purba, ST, IAP, disampaikan dalam rangka Bappenas call for paper and international conference, implementing
Nawacita: Strategies and Policies, April-Agustus 2015.
yang baru memulai Kawasan Ekonomi Khususnya sejak 2003 sudah menarik investasi asing
sebesar 12. 220, 70 million US$.
Sementara Indonesia, yang sudah memulai kebijakan pembangunan kawasan ekonomi
khususnya yakni Batam (kemudian berkembang menjadi Bintan dan Karimun/Pengembangan
BBK) sejak 1980 (Kebijakan berumur 35 tahun) berhasil menarik investasi asing sebesar 8.09
million US$ (Sumber: BP Batam, 2014). Dimana FDI Nasional sebesar 18.444,00 million US$.
Sedangkan kawasan ekonomi khusus lainnya seperti Sabang, Sei Mangkei, Tanjung Lesung, dan
Bitung masih belum menunjukkan kinerja,
economic attraction
.
Kebijakan pengupahan yang rendah, pemberian insentif pajak, retribusi administrasi perusahaan
yang murah bahkan nol, nilai sewa lahan dan atau pabrik yang murah dengan rentang waktu
yang panjang (hingga 90 tahun) menjadi daya tarik kawasan ekonomi wilayah manapun, yang
mana pemerintahannya membutuhkan gerakan ekonomi yang baik bagi masyarakatnya. Contoh
saja kerjasama pengembangan kawasan ekonomi khusus (SEZ) seperti Singapura-China,
China-Afrika, China-India, Jepang-Myanmar dan Singapura-Indonesia. Kerjasama ini merupakan
bentuk kebijakan upaya untuk memberi dinamika ekonomi lokal dan upaya untuk menekan laju
pengangguran dan kemiskinan.
TUJUAN:
encermati kinerja kawasan ekonomi khusus di Indonesia terhadap kawasan ekonomi
khusus lainnya di beberapa negara Asia, kajian ini berusaha untuk melihat
sejauhmana perkembangan KEK Indonesia dengan Negara lain seperti Amerika,
China (Tiongkok), India dan Malaysia, tantangan dan peluang serta hambatan yang akan
dihadapi.
METODA:
raktik terbaik atau
best practice
yang akan disandingkan dalam kajian ini adalah SEZ
Mauritus, Malaysia dan China yang dinilai berhasil dalam peningkatan GDP dan
menekan angka pengangguran (Laporan Bank Dunia, 2011). Desain studi dan rencana
kerja
papers
ini akan melakukan penyandingan beberapa indikator potensial berkembangnya
SEZ seperti tingkat pengangguran penduduk (yang merupakan faktor penting dalam
pemberdayaan dan pelibatan dalam menggerakan ekonomi kawasan khusus), GDP, FDI,
kebijakan pengupahan, program alih pengetahuan ketenagakerjaan, tingkat pendidikan
masyarakat, tingkat kemiskinan, posisi geografis SEZ/KEK, potensi lokal (sumber daya alam),
sistem administrasi investasi di kawasan SEZ/KEK, biaya hidup di sekitar kawasan, nilai tukar
mata uang dan kesiapan infrastruktur seperti energi, jalan, telekomunikasi, perbankan dan
pelabuhan.
HASIL DAN TEMUAN:
M
moot
–
Hawley Tariff, atau yang dikenal dengan UU Tarif 1930 Amerika, yang
diprakarsai oleh Senator Reed Smoot and Representative Willis C merupakan bagian
catatan penting sejarah panjang perekonomian di Amerika. Kala itu dalam upaya untuk
melindungi industri manufaktur dan pertanian, Amerika menerapkan tariff tinggi
impor barang kepada 20.000 produk dalam sejarah perdagangan di Amerika.
Penerapan tariff tinggi ini menyebabkan Negara penghasil menjadi marah besar dan protes
kepada Amerika. Protes tidak hanya dilakukan oleh pengusaha tetapi beberapa tokoh besar
Amerika lainnya. Protes paling keras dilakukan oleh Canada yang memiliki hubungan dagang
dengan Amerika, dimana pada saat itu ekspor barang Amerika ke Canada sebesar 30% total
ekspor Amerika. Protes ini disebut dengan aksi balas dendam Canada terhadap perlakuan barang
ekspor Canada ke Amerika. Aksi terjadi hingga 1932 dan disebut dengan masa perang tariff
perdagangan. Dipercayai oleh para ekonom pada saat itu bahwa depresi ekonomi global yang
terjadi pada saat itu juga disebabkan oleh perang tariff yang diprakarsai oleh Amerika tersebut.
Sebelum Special Economic Zone (SEZ) dikenal (di Ireland, Shannon Airport pada tahun 1950
sebagai basis tempat transit strategis menuju Eropa-Amerika bagi pesawat penumpang dan
kargo), Amerika merupakan pencetus kawasan ekonomi khusus yang disebut dengan
Foreign
Trade Zone/FTZ.
Paket kebijakan ini tertuang di UU 1934 sebagai upaya untuk menjawab
kegagalan ekonomi dalam negeri yakni kebijakan
Smoot-Hawley
, yang ditandai dengan
rendahnya ekspor dan rendahnya impor barang serta tingkat pengangguran yang tinggi dimasa
itu. Paket kebijakan ini merupakan stimulus untuk menarik perdagangan luar negeri. Kebijakan
Foreign Trade Zone
ini berhasil mempertahankan lapangan kerja dan investasi modal di
Amerika.
Konsep spasialnya adalah kawasan
foreign trade zone
tersebut berada di dekat pintu masuk
pelabuhan di wilayah Amerika yang dikendalikan oleh badan bea cukai dan perbatasan yang atur
dibawah pengawasan dewan keamanan dalam negeri. Kawasan
foreign trade zone
tersebut
didefinisikan sebagai kawasan yang memiliki perlakuan pabean yang berbeda dengan kawasan
diluarnya. Kawasan
foreign trade zone
ini terisolasi, tertutup dan diawasi yang mana didalam
kawasan memiliki fasilitas untuk pemuatan, pembongkaran, penanganan, penyimpanan,
pengolahan, memanufaktur, ruang pamer yang akan dikirim kembali melalui darat/laut/udara.
Kebijakan ini digunakan untuk me-
attractive-
kan perdagangan internasional dan membuka
lapangan pekerjaan seluasnya di Amerika. Saat ini terdapat 292 kawasan di Amerika yang
berstatus aktif dan memiliki pelabuhan masuk (Sumber:
international trade administration, USA,
2014
).
Kemudian
foreign trade zone
mulai
berkembang di Ireland dengan nama baru yaitu
special
economic zone (SEZ).
SEZ di Ireland berkembang pada tahun 1950 dimana kawasan tersebut
memanfaat posisi strategis sebagai transit lokasi barang ke Amerika
–
Eropa. Hingga saat ini
Shannon Free Zone masih aktif dan masih menjadi kontribusi pendapatan di Negara Irlandia.
Kemudian hingga 1970 SEZ berkembang ke Negara-negara di Asia hingga Afrika. Laporan
Bank Dunia dalam
“
Special Economic Zone, progress, emergin challenges, and future
direction”
,
perbedaan antara FTZ, EPZ, SEZ adalah tujuan dari dibangunnya kawasan dimana
FTZ merupakan dukungan untuk perdagangan barang dalam kawasan yang tidak lebih dari 50 ha
dan memiliki pelabuhan masuh yang terintegrasi dimana barang yang ditangani untuk
dikonsumsi domestik dan atau di re-ekspor, contohnya adalah Free Zone di Amerika dan
Panama. Sedangkan
special economic zone
adalah kawasan yang terintegrasi dengan multi guna
dan multi aktifitas dengan luas yang bisa mencapai 1000 ha terkoneksi dengan pelabuhan dan
pangsa pasar barang yang ditangani (perjual-belikan) di domestic dan ekspor. Contohnya
Shenzen-China dan Indonesia.
Terlihat bahwa pengembangan kebijakan kawasan ekonomi khusus sejak 1930, 1950 dan 1970
menjadi
trending topic
pengembangan ekonomi di dunia. Berdasarkan laporan dari FIA: 2008
yang dilaporkan oleh Bank Dunia, ekspor dari kawasan ekonomi khusus di dunia mencapai 200
miliar US$ dan memperkerjakan orang sebanyak 40 juta tenaga kerja. Laporan dari
international
labour organizations (ILO)
mencatat bahwa sudah terdapat 3,500 kawasan ekonomi khusus
tersebar di 130 negara dunia. Ini menunjukkan bahwa pendekatan paket kebijakan untuk
men-generate
pendapatan melalui investasi langsung asing menjadi model ekonomi yang berhasil.
FTZ AMERIKA
Ekonomi Amerika membaik ketika paket kebijakan foreign trade zone atau dikenal dengan free trade zone yang dikembangkan di 25 negara bagian di Amerika. 5 (Lima) destinasi paling diminati oleh investor adalah Texas, Louisiana, South Carolina, Missisippi, dan Florida. Laporan dari foreign trade zone board USA pada tahun 2012 menyatakan bahwa badan tersebut menerima proposal permohonan pembukaan kawasan baru dan pengembangan kawasan yang sudah ada sejumlah 125 permintaan. Bahwa terdapat 171 kawasan ftz yang aktif dengan sektor produksi manufaktur dengan jumlah perusahaan mencapai 2800 dan membuka lapangan kerja sebanyak 340,000 tenaga kerja Amerika.
Pertumbuhan ekspor melalui kawasan ftz tersebut total mencapai US$640 miliar dimana jika dibandingkan pada tahun 2010 hanya mencapai US$534 miliar. Yang artinya terus naik dan produktif. Barang-barang yang masuk melalui kawasan ftz tersebut 57%-nya adalah barang yang memiliki keterkaitan dengan barang domestic, yang artinya terjadi kombinasi barang (merging). 83% aktifitas pada kawasan ftz adalah kegiatan manufaktur/produksi barang dengan total nilai US$ 535 milyar sisanya adalah aktifitas distribusi pergudangan yang mencapai US$106 miliar. Pertumbuhan investasi melalui kebijakan ftz dan konsentrasi kegiatan industry membawa dampak yang signifikan yakni 6 kali lipat sejak 1993 hingga 2012, dimana pada tahun 1993 sebesar US$104 miliar mencapai US$732 miliar, dimana pada saat itu juga terjadi inflasi pada harga minyak mentah dalam kurun waktu 19 tahun. 6 (enam) kali lipat pertumbuhan dalam kurun waktu 9 tahun melalui pendekatan kawasan ftz merupakan kebijakan yang patut dijadikan model, dengan catatan kondisi tertentu.
SEZ INDIA
Mencermati banyaknya pakar ekonomi di India, yang meminta agar pemerintah India tidak terburu-buru dalam mengembangkan special economic zone/sez’ India, yang disetujui sebanyak 546 zones memberi kesan kepada foreign player sebagai kebijakan yang sporadis dan takut kehilangan momentum. India saat ini memiliki kawasan aktif ekonomi khusus sebanyak 192 zones. Dalam pencatatan kinerja kawasan, India berhasil membuka lapangan pekerjaan bagi warga sebanyak 1,277,6452. Pada awalnya India mengembangkan kawasan berupa EPZ yang dinilai
tidak berdampak besar pada pertumbuhan ekonomi, sehingga sejak tahun 2000 mulai mengembangan konsep pengembangan special economic zones dan berhasil memberi dampak pada pertumbuhan ekspor dan menekan laju pengangguran.
Beberapa kawasan ekonomi khusus India yang berhasil seperti Nokia Special Economic Zone (Telecom Equipment SEZ), Mahindra City SEZ (Apparel and fashion accessories; IT/Hardware; Auto-ancillary), Apache SEZ Development India Private Limited (Footwear SEZ), dan Reliance Jamnagar Infrastructure Limited (Multi-product SEZ). Laporan dari kementerian Dalam Negeri India, (sumber: www.indiainbusiness.nic.in) menyampaikan bahwa total investasi asing dan pemerintah sebesar 365 triliun rupiah.
Namun, India masih berfikir dan bekerja keras dalam menarik investasi asing karena pengangguran dan tingkat kemiskinan masih sangat besar. Pada tahun 2013, tingkat kemiskinan di India mencapai 21.9% atau mencapai 274 ribu jiwa. Permasalahan lainnya adalah buruknya kualitas infrastruktur dasar seperti jalan, energy, kereta api, dan pelabuhan bandara. Dengan tingkat pengangguran terbuka (sumber: World Bank 2013) sebesar 3.6% atau sama dengan 45 juta jiwa masih menganggur, India masih memiliki banyak pekerjaan domestik yang harus dibenahi.
2 Laporan dari sezindia.nic.in, 2014
1993 1997 2010 2011 2012 Employees in the zone 292,000 310,000 320,000 340,000 370,000
Total Domestic and foreign
merchandise receive (Current $ Bil) $104 $178 $534 $641 $732 Active FTZ Projects 122 141 168 171 174 Firms Using a Zone 2,700 3,550 2,400 2,800 3,200
$500 $1,000 $1,500 $2,000 $2,500 $3,000 $3,500 $4,000
0 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 350,000 400,000
E
mp
lo
y
ee
s/
T
o
ta
l
M
erc
h
an
d
ise
SEZ CHINA
Pada Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) CEO Summit yang dilaksanakan di Indonesia pada tahun 2013, mantan duta besar United Nation dari Singapura menyatakan bahwa telah terjadi keseimbangan kekuasaan ekonomi dunia, dimana ia membandingkan dan memproyeksi data ekonomi dunia tahun 1980-2017 antara Amerika dan China dalam kontribusi PDB Dunia. 1980 PDB Dunia: US Share, 25%; China Share, 2.5%, 2017 PDB Dunia: US Share, 17, 6% China Share, 18.0%.
Saat ini China, memiliki pengaruh besar dalam perekonomian dunia setelah Amerika, Inggris dan Negara Eropa lainnya. Walaupun GDP China saat ini mengalami pertumbuhan hingga 7.60% lebih besar dari pada pertumbuhan di Amerika tidak membuat posisi China lebih baik dalam GDP Perkapita dimana China sebesar 6,726 US$ Juta sementara Amerika sebesar 52,220 US$ Juta.
Kebijakan ekonomi terbuka China yang dimulai pada tahun 1970, China mulai mengembangkan kawasan ekonomi khusus di sepanjang pesisir pantai selatan (berdekatan dengan Hong Kong). Awalnya China ingin menguji kebijakan tersebut karena selain tingkat kemiskinan, pengangguran dan infrastruktur yang buruk pada saat itu permasalahan pada saat itu adalah masyarakat daratan China masih mempercayai bahwa kebijakan ekonomi yang tertutup dan mengandalkan kekuatan domestic melalui paham komunis menjadi kunci kekuatan Negara. Namun Sejak China mereformasi kebijakannya dan membuka pintu bagi dunia luar, China berhasil menjadi Negara dengan ekonomi terbesar ketiga dunia. Saat itu China mengembangkan special economic zone di Shenzen, Shantou dan Zhuhai yang merupakan awalnya ujicoba untuk menarik investasi dari Hong Kong (Floating Hong Kong) yang ternyata berhasil dan mulai mengembangkan ke wilayah pesisir utara dan daratan utara berbasis potensi kawasan seperti pertanian, perkebunan dan peternakan.
Berdasarkan laporan dari UNCTAD: 2013, foreign direct investment (FDI) di China mencapai US$ 4, 3 juta dan laporan dari Bank Dunia: 2011 kontribusi dari kawasan SEZ yang ada sebesar 22%. Ini menujukkan bahwa paket kebijakan ekonomi terbuka melalui pengembangan special economic zone (SEZ) memiliki andil besar dalam pertumbuhan ekonomi China. Paket kebijakan pengembangan kawasan ekonomi khusus skala domestik juga sedang dikembangkan dan saat ini China sedang mengembang pendekatan ekonomi kawasan baru di sisi utara dengan nama
SEZs Notified under the Act
State/Pvt. SEZs set up before 2006
Central Government SEZs Investment 32.79 1.06 1.65 Employment 552,048 66,547 91,617
100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000
5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00
U
S
$
B
il
li
o
n
/Emp
lo
y
eme
n
t
Economic and Technological Development Zone (ETDZ). Ada 54 kawasan ETDZ yang akan dikembangkan tersebar di 25 provinsi di China.
Beberapa kebijakan insentif yang diberikan oleh China meliputi: Insentif berupa subsidi seperti pelatihan tenaga kerja, dana riset, pembebasan inspeksi pajak, proses karantina yang dipercepat, penyederhanaan aturan keluar masuk barang; investasi senilai lebih dari 30 juta US$ diberi insentif berupa konsesi pajak, potongan pajak, subsidi pajak untuk proyek berteknologi tinggi dan melebihi dari 30 juta US$ investasi; pengurangan pajak dan atau pembebasan pajak untuk sektor pertanian, kehutanan dan peternakan pada daerah tertinggal; pengurangan dan subsidi pajak untuk sektor jasa keuangan3.
Pengalaman China dalam bekerjasama mengenbangkan kawasan SEZ dapat dilihat pada tahun 1983, dimana Jepang menjadi mitra kerjasama internasional untuk membuat master plan pelabuhan Qindao, kemudian pada awal 1990 Jepang melalui JICA (Japans International Cooperation Agency) menyediakan bantuan untuk membangun jalan bebas hambatan Jiaozhou Bay, rel kereta api, pabrik pengolahan limbah yang kesemuanya itu berada di Qindao Economic Development Zone. Kemudian di tahun 1994, provinsi Jiangsu , yakni kota Wuxi dan Suzhou membangun kawasan industry bermitra dengan Singapura dan belajar dari Kawasan Industri Singapura. Kawasan SEZ tersebut dikelola oleh Singapura dengan kepemilikan yang dominan, namun dalam perjalanannya China mengambil alih kepemilikan dan mengungan beberapa Negara lainnya seperti Amerika, Jepang, Australia dan Inggris untuk ambil bagian dalam perencanaannya.
Sejak 2006, sesuai dengan inplementasi rencana ekonomi China, China berencana akan membuka 50 kawasan ekonomi baru di luar China dengan tujuan untuk men-generate pertumbuhan ekonomi domestic melalui kerjasama ekonomi antar Negara. Beberapa kawasan yang telah dibuka berada di Afrika, Mesir, Amerika Serikat-South Carolina, Cuba, Pakistan, Zambia dan Dubai. Masifnya pengembangan kawasan ekonomi baru tersebut tidak lepas dari keinginan China untuk masuk pasar perdagangan barang manufaktur di Afrika, Amerika, dan Eropa tanpa langsung mengekspornya dari China. Jika mekanisme pasar yang direncanakan tersebut berhasil dengan demikian China dapat meningkatkan value chain di negaranya. Namun beberapa laporan penelitian lainnya menyatakan bahwa ekspansi China di Afrika, Mesir dan Zambia dinilai belum berhasil, karena faktor finansial dan tidak adanya keterkaitan antara barang domestik dan impor dari China.
SEZ INDONESIA
Special Economic Zone (SEZ) di Indonesia, sebenarnya sudah dimulai sejak 1970 (sama dengan China) dimana kebijakan tersebut dilaksanakan oleh Pertamina di Pulau Batam (P. Sambu). Sewaktu itu Indonesia melalui Perusahaan Pertamina memanfaatkan lokasi strategis P Sambu dijadikan tempat penyimpanan dan penjualan minyak (petroleum) di selat strategis dan paling sibuk kedua setelah Hong Kong yaitu Selat Philips (Singapura). Paska pulangnya Habibie dari Jerman dan melihat visi Singapura yang akan menguasai perdagangan melalui alih kapal, transit dan penyimpanan (kargo) di Pelabuhan, Habibie mengambil langkah kebijakan mengembangkan Pulau Batam dengan nama Otoritas Pengembangan Industri Pulau Batam untuk mengambil keuntungan berupa ketersediaan lahan untuk industri manufaktur dan perminyakan. Saat itu Habibie mendefinisikannya sebagai ‘teori
balon Singapura’. Cerita sukses mengembangkan Batam sudah banyak dipublikasikan, sejarah perubahan status
mulai dari undang-undang No 36 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas hingga Undang-Undang tentang Kawasan Ekonomi Khusus yang mana Batam, Bintan dan Karimun akan dipayungi didalamnya.
Berdasarkan pengkajian yang peneliti lakukan, di Indonesia terdapat 2 Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas yakni Sabang dan BBK. Seperti yang diketahui, Sabang merupakan sebuah pulau di ujung pulau Sumatera yang ditetapkan menjadi KPBPB hingga sekarang dan masih terus ditingkatkan infrastruktur pelabuhan, air minum,
energy, telekomunikasi dan jalannya. Kontribusi Kawasan Ekonomi Sabang sendiri belum terlihat atraktif didalam PDB Nasional. Berbeda halnya dengan Batam dan Pengembangan Bintan dan Karimun yang sudah memberikan kontribusi kepada PDB Nasional hingga 68 Triliun Rupiah hingga tahun 20144. Beberapa pengembangan
infrastruktur lainnya yang sedang dipromosikan di BBK diantaranya pembangunan pelabuhan container Tanjung Sauh, Pengembangan Pelabuhan Batu Ampar, Energi, Jalan Bebas Hambatan, Jembatan Batam-Bintan dan Monorail/Kereta Api.
Sejak awal tahun 2010, dengan terbitnya undang-undang kawasan ekonomi khusus di Indonesia, yang diprakarsai oleh Kementerian Koordinator Bidang Ekonomi. Indonesia meloloskan beberapa kawasan ekonomi khusus untuk dibangun dan menarik investasi asing ke dalam kawasan. KEK tersebut meliputi KEK Sei Mangkei, KEK Tanjung Lesung, KEK Bitung, KEK MBTK, KEK Mandalika, KEK Palu, KEK Morotai dan KEK Tanjung Api-Api. Delapan KEK tersebut lolos dalam seleksi yang dilaksanakan oleh Dewan Kawasan Nasional (DKN) KEK. Kebijakan ini dapat dikatakan belum berdampak karena walaupun pemerintah sudah turut andil dalam investasi kawasan berupa pembangunan infrastruktur dan penyiapan kebijakan penarik investasi, namun investasi asing yang langsung masuk ke kawasan belum cukup signifikan.
Indonesia saat ini masih memiliki kemiskinan sebesar 12,5% atau 31,2 juta orang masih miskin5. Laporan Biro Pusat
Statistik Indonesia, jumlah pengangguran terbuka per bulan Agustus 2014 sebesar 14.8 juta orang. Seperti yang kita ketahui pengangguran terbuka adalah orang-orang yang sungguh-sungguh tidak memiliki pekerjaan walaupun sudah berusaha untuk mencari pekerjaan. Artinya Indonesia membutuhkan kebijakan-kebijakan ekonomi yang dapat membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya untuk dapat memperkerjakan 14.8 juta jiwa tersebut. Melihat data sakernas, 2012 yang dikeluarkan oleh BPS, jika dipisahkan menurut pulau, maka di Pulau Sumatera pengangguran terdapat sebesar 5.62% sama dengan 1.4 juta orang, Pulau Jawa-Bali sebesar 7.04% sama dengan 5.06 juta orang, Pulau Kalimantan sebesar 5.03% sama dengan 358 ribu orang, Pulau Sulawesi sebesar 5.42% sama dengan 446 ribu orang, Kepulauan Nustra sebesar 3.77% sama dengan 167 ribu orang, Kepulauan Maluku sebesar 6.38% sama dengan 73 ribu orang dan Papua sebesar 3.63% sama dengan 71 ribu orang. Memperhatikan data tersebut, terlihat bahwa secara menyeluruh kebijakan ekonomi di Indonesia belum mampu menjawab kebutuhan domestik terhadap pekerjaan dan kesejahteraan. Data tersebut belum lagi jika disandingkan dengan tingkat pengupahan dan kebutuhan ril masyarakat Indonesia.
Laporan dari World Bank 2015 terkait survey bisnis, Indonesia berada dalam posisi yang buruk terutama permasalahan birokrasi dan infrastruktur. Indonesia menempati posisi 114 dari total 189 negara dimana posisi tersebut tidak lebih baik dari Malaysia (rank 11) dan Vietnam (rank 78)6
KEK Batam yang telah berusia 35 tahun, dengan total fasilitasi investasi pemerintah sebesar 42 triliun hingga tahun 2014 mampu menyerap tenaga kerja hingga 300.000 orang (tidak termasuk multiplier sector lainnya), dengan total investasi asing mencapai US$8 milyar dengan jumlah perusahaan yang mencapai 1000 mampu memberikan sumbangsih sebesar 0,62% terhadap PDB Nasional (Sumber: Perhitungan Sendiri). Harapan dewan kawasan nasional dengan 8 KEK yang akan memberikan kontribusi PDB nasional sebesar 1-3% dari total PDB Nasional menunjukkan ada harapan besar paket kebijakan kawasan ekonomi khusus membawa dampak positif bagi Indonesia. Namun pemerintah perlu menyadari bahwa investasi pemerintah (domestic investment) yang dilakukan sekarang (Rp. 5, 047 triliun7) belum cukup dan perlu dilaksanakan dengan full commitment agar tujuan
pengembangan KEK hingga menghasilkan produk konsumsi domestic dan non domestic dapat dicapai. Tidak hanya itu pemerintah perlu menyiapkan kajian yang mendalam terhadap keterkaitan hilir dan hulu barang massif konsumsi
4 Foreign Direct Invesment, total 2014, BP Batam, 2014. 5 World Bank, 2011
di domestic dan luar agar terjadi interaksi dan yang paling penting produk akhir yang merupakan produk yang memiliki nilai tambah (value added) tersebut diterima masyarakat domestic dan non domestic.
Permasalahan lainnya yang harus dikaji lebih jauh adalah, kebijakan pemerintah dalam mengembangkan kawasan industri di sekitar ibukota Jakarta yang berdampak pada perubahan fungsi lahan strategis (Jawa Barat dan Banten) dan belum maksimalnya tarikan lapangan pekerjaan terhadap investasi industri di Jabodetabek.
DAMPAK INVESTASI DAN TENAGA KERJA SEZ
Sumatera Jawa-Bali Nustra Kalimantan Sulawesi Maluku Papua Jumlah Pengangguran 1,427,338 5,068,520 167,771 358,808 446,612 73,720 71,472
% 5.61 7.04 3.77 5.03 5.42 6.38 3.62
0 1 2 3 4 5 6 7 8 1,000,000 2,000,000 3,000,000 4,000,000 5,000,000 6,000,000 J u m la h T PT
Tingkat Pengangguran Terbuka (Bappenas-Sakernas, 2012)
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Kumulatif Investasi Total
(US$ Milyar) 13.66 14.1 14.59 14.92 15.69 16.47 17.52 Kumulativ Investasi Asing
(US$ Milyar) 5.18 5.6 5.94 6.16 6.78 7.28 8.08 Tenga Kerja Indonesia 261,285 260,350 288,318 313,544 330,592 330,592 330,592
0 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 350,000 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 K u mu la ti f In v est asi /T en ag a K er ja
Melihat indikator kinerja ekonomi kawasan, baik di Amerika, India, China dan Indonesia, dapat disimpulkan bahwa adanya aktifitas didalam kawasan terutama aktifitas manufaktur seperti elektronik, mesin, tekstil, dan lainnya. Untuk Amerika sendiri, terlihat pola atraksi ekonomi kawasan ftz-nya sangat menarik. Dimana apabila terjadi kenaikan aktivitas barang asing dan domestik masuk ke kawasan ftz sebesar US$ 178 billion (tahun 1997) terjadi tarikan tenaga kerja sebesar 18,000 orang, kemudian pada tahun 2011 terjadi peningkatan aktifitas di kawasan sebesar US$ 107 billion mampu menarik tenaga kerja sebanyak 20,000 orang ke dalam kawasan ftz. Jika dihitung besaran pertumbuhan aktifitas kawasan dari tahun 1993-2012, setiap ada atraksi berupa arus masuk barang (foreign and domestic) sebesar 50% terjadi peningkatan tarikan tenaga kerja sebesar 50% dari tahun perhitungan dan atau setiap ada aktifitas didalam kawasan sebesar US$ 10,000 million, maka tenaga kerja yang akan ditarik sebesar 1000 orang, demikian kelipatan seterusnya.
Belajar dari pengembangan Batam sebagai kawasan perdangan bebas dan pelabuhan bebas yang telah berusia 35 tahun, terlihat pergerakan investasi (domestic and foreign) terhadap serapan tenaga kerja yang ada sangat dinamis. Dengan menggunakan data (2008-2014) yang ada, dapat disimpulkan bahwa untuk menarik (serapan) tenaga kerja sebesar 50,000 orang dibutuhkan investasi sebesar US$ 26,000 milyar (26 triliun)8.
Melihat dua pola data yakni di Amerika dan Indonesia (PBPB Batam) tersebut, dapat disimpulkan bahwa semakin besar investasi (dan atau aktifitas barang) didalam kawasan maka semakin besar pula tarikan jumlah tenaga kerja yang ada. Jika melihat tingkat pengangguran kita sebesar 6.3% dengan kondisi ekonomi sekarang, maka dapat dipastikan stagnansi ekonomi dan permasalahan kependudukan menjadi kendala besar dalam mewujudkan kesejahteraan dan digdaya Negara. Dengan pengalaman empirikal di Amerika, China dan India, Indonesia memiliki persoalan yang sama yaitu rendahnya GDP/GDP Perkapita, kemiskinan, improving of infrastructure, low investment, low knowledge dan pengangguran yang masih tinggi. Jika pun kita berharap pada 8 kawasan ekonomi khusus yang diestimasikan dapat memberikan sumbangsih GDP sebesar 3% pada kurun waktu 30 tahun mendatang, Indonesia baru menutup sebesar 1,600,000 tenaga kerja sementara pada tahun dasar ini (2014) Indonesia memiliki tingkat pengangguran terbuka sebesar 6.3% atau sama dengan 15, 7 juta orang. Kebijakan multitahun dan multiharapan ini menjadi penting untuk didukung oleh pemerintah pusat dan daerah, terutama kalangan innovator dalam menciptakan produk dan lapangan pekerjaan.
KESIMPULAN/REKOMENDA SI:
1.
India terkesan sangat sporadis dalam mengembangkan kebijakan kawasan ekonomi
khususnya, terlihat dengan adanya persetujuan pengembangan kawasan ekonomi khusus
hingga
more than
500 lokasi, padahal kinerja kawasan yang sudah ada belum
menunjukkan kontraksi ekonomi seperti paska pengembangan kawasan ekonomi di
Chinnai-Nokia India.
2.
Belajar dari China, bagaimana memanfaatkan surplus tenaga kerja didalam negeri dan
pontensi pasar dalam negeri, kebijakan pengembangan produk lokal berteknologi tinggi
dan massive konsumsi memperkuat kinerja ekonomi kawasan khususnya (SEZ). Selain
itu adanya sulplus energi di China juga mendorong kebijakan pemerintah China untuk
memberikan paket kebijakan pengembangan industri teknologi tinggi yang digandrungi
oleh anak muda di China. Pengembangan kawasan ekonomi khusus sektor pertanian juga
di dorong oleh pemerintah China dengan paket kebijakan yang pro rakyat yang
dibuktikan dengan insentif dan kerjasama dengan petani sebagai pemilik komoditas.
3.
Penerapan kebijakan yang cepat, tepat dan efisien dalam menarik investasi asing di
Indonesia dengan berbagai penyederhanaan prosedur masing harus terus dilakukan, untuk
menjaga daya saing internasional.
4.
Penerapan standar-standar lingkungan yang sehat juga tetap menjadi utama sebagai
bagian dari keberlanjutan investasi.
5.
Stabilitas sosial, politik dan keamanan dalam negeri serta kesepahaman kondisi domestik
dari masyarakat menjadi sangat penting dalam upaya untuk mewujudkan ketahanan
masyarakat dan kedigdayaan negara.
REFERENSI
Laporan dan Paper:
1.
Sari
Wahyuni,
Esther
Sri
Astuti,
Mardha
Thilla
Amelia;
https://www.academia.edu/6051004/The_Role_of_Special_Economic_Zones_in_China_
Economy_Development;
2.
Jin Wang, The Economic Impact of Special Economic Zones: Evidence from Chinese
Municipalities, London School of Economics, Job Market Paper, This version Nov, 2009;
3.
Sean Woolfrey, special economic zone and regional integration in Africa, tralac working
paper, July 2013;
4.
Thomas Farole, Gokhan Akinci, Special Economic Zones, Progress, Emerging
Challenges, and Future Directions, World Bank, 2011;
5.
Leonard Sahling, China’s Special Economic Zones and National Industrial Pa
rks
—
Door
Openers to Economic Reform, ProLogis Research Bulletin, Spring, 2008;
6.
Aradhna Aggarwal , Impact of Special Economic Zones on Employment, Poverty and
Human
Development,
Working
Paper,
2007.
http://icrier.org/pdf/Working_Paper_194.pdf
7.
Jaivir Singh, Labour Law and Special Economic Zones in India, Working Paper Series
Centre for the Study of Law and Governance Jawaharlal Nehru University, New Delhi,
2009;
8.
John E. Bryson, Timothy F. Geithner, Foreign-Trade Zones Board 2011, 73rd Annual
Report Of The Foreign Trade Zones Board To The Congress Of The United States;
9.
Armida S. Alisjahbana, Arah Kebijakan Dan Strategi Percepatan Pengembangan
Website:
1.
http://blogs.worldbank.org/developmenttalk/china-s-special-economic-zones-and-industrial-clusters-success-and-challenges;
2.
https://prezi.com/pnzgx56nj3pn/gdp-growth-in-chinas-special-economic-zones/
3.
http://understand-china.com/a-guide-to-chinas-top-gross-domestic-product-gdp-regions/;
4.
http://understand-china.com/;
5.
http://unctadstat.unctad.org/CountryProfile;
6.
http://www.publishersweekly.com/;
7.
http://www.newsweek.com/chinas-hottest-cities-and-kashgar-72333;
8.
http://english.mofcom.gov.cn/article/zt_business/lanmub/;
9.
Ernst and young, Special Economic Zones and tax exemption in China,
https://www2.eycom.ch/publications/items/china/tax_special_economic_zones/en.pdf;
10.
Olivia Chung, How foreign firms dodge taxes in China, Asia Times, 2007;
11.
B23,
ECER,
East
Coast
Economic
Region,
http://www.mia.org.my/new/downloads/circularsandresources/budget/2011/b23.pdf;
12.
http://sezindia.nic.in/about-fsheet.asp
13.
http://www.ibef.org/download/SEZs-Role-in-Indian-Manufacturing-Growth.pdf;
14.
http://indianresearchjournals.com/pdf/IJMFSMR/2012/December/12.pdf;
15.
http://www.india-briefing.com/news/guide-indias-special-economic-zones-9162.html/
16.
http://indiainbusiness.nic.in/newdesign/index.php?param=industryservices_landing/369/2
;
17.
http://www.business-standard.com/article/economy-policy/sezs-hobbled-by-taxes-infrastructure-114120300440_1.html;
18.
MATRIK KAJIAN DAN KINERJA (FTZ) UNITED STATES, DAN SEZ ( INDIA, CHINA, MALAYS IA DAN INDONESIA)
United States India China Malaysia Indonesia
SEZ Location 269 FTZ, tersebar di Texas, Louisiana, South Carolina, Missisippi, dan Florida dan 19 negara bagian lainnya.
KandlaSEZ, SEEPZ, Cochin, Madras, Visakhapatnam, Falta, and Noida
Shenzhen, Xiamen, Shantou, Zhuhai (semua kawasan berada di Provinsi Guangdong, di Pantai Selatan China dimana akses barang transportasi laut sangat mudah), terus berkembang ke 14 kota di pesisir selatan, 15 kawasan perdagangan bebas, 32 kawasan teknologi, 53 kawasan teknologi tinggi, dan Fujian Provinsi. Sedang mengembangkan 54 state level of economic and technological development zones.
East Coast Economic Region/Koridor Pantai Timur Malaysia yang meliputi Negara bagian Kelantan, Terengganu, Pahang dan Mersing
Batam, Half of Karimun, Half of Bintan; Sabang, Developing SEZ: Sei Mangkei, Tanjung Lesung, dan Bitung
Tahun Pembangunan 1950 1965, regulasi SEZ dimulai
pada 2000
1980 2007, August 1971 (BP Batam)
Masa Pembangunan Going business Developing Developing Developing till 2020 Developing, 35 tahun (BP Batam)
Populasi nasional 323.8 juta jiwa 1.252,1 juta jiwa 1,385.6 juta jiwa 29.7 juta jiwa 249,9 juta jiwa
Populasi Wilayah KEK 120,761,087 jiwa 153,040,000 jiwa 4,494,947 jiwa 1,169,761 jiwa
Luas wilayah nasional 9,156,640 km² 2,973,190 km² 9,388,211 km² 328,550 km² 1,811,570 km²
Luas wilayah SEZ/KEK 532,37 km² 336,600 km² 67,107.60 km² 6,1692.6 km²
PDB nasional (FY 2013) 16,911,086 juta US$ 1,924,452 juta US$ 9,318,901 juta US$ 310.383 juta US$ 868,991 juta US$
PDB growth (FY 2013) 1.90 % 4.90 % 7.60 % 4.00 % 5.70 %
Kontribusi ke PDB Nasional
Na 307,912.32 Millions US$ (16% dlm PDB)
9,318,901 Million US$ (22% Source: World Bank)
RM 23 Billion 65 Triliun Rupiah (BP Batam)
% Kemiskinan dari Populasi Nasional (Berpendapatan 1-2 US $ per hari)
21.9% (FY 2010, WB) 13.4% (2011, CIA) 3.8% (FY 2009, WB) 12.5% (FY 2011, WB)
Tingkat Pengangguran Terbuka Nasional (Es WB 2014)
7.4% 3.6% 4.6% 3.2% 6.3%
Estimasi pembukaan lapangan kerja
340,000 tenaga kerja 1,413,835 tenaga kerja 30 juta tenaga kerja 55.000 tenaga kerja 350.000 tenaga kerja (BP Batam)
Investasi yang sudah dicapai (FDI)
187,528.00 juta US$ US$ 36.5 Milyar 4,286,694.46 Juta US$ RM 55.8 billion (FY 2013, ECERDC Annual Report)
8.08 US $ Milyar (Total, FY 2014, BP Batam)
Rata-rata upah buruh 8 US$ Per Jam, 1600 US$ (Perbulan)
3500 Rs (Perbulan) 200 – 500 USD/Month (Tergantung kebijakan di masing-masing provinsi) (Perbulan)
291 USD (tergantung kebijakan negara bagian) (Perbulan)
300 USD (tergantung kebijakan provinsi) (Perbulan)
Target investasi 2020 25% of GDP (na) not aplicable RM 110 billion Moreover 3% of GDP
Dukungan Infrastruktur Pelabuhan, jalan, telekomunikasi, energy dan lainnya
Pelabuhan Laut, Jalan, Energi, telekomunikasi. Tidak ada data dukungan soal perumahan.
Bandar Udara Internasional, Jaringan kereta api, jalan dan jalan tol, pelabuhan laut dalam di pesisir selatan China, energy, telekomunikasi, perbankan.
Jaringan kereta api dan kereta api cepat, jalan nasional, jalan pesisir, bandara internasional dan pelabuhan yang sedang ditingkatkan dan dibangun, telekomunikasi nirkabel, energy, perbankan.
United States India China Malaysia Indonesia Potensi Kawasan Minyak, mesin, elektronik,
parmasi, aksesoris, kapal, makanan, tekstil, sepatu, kendaraan.
IT/ITES,
Engineering, electronic hardware, textiles, Biotechnology, Gems & Jewellery
Manufaktur, garmen, minyak, kayu, elektronik, kemikal, susu, dan produk pertanian pangan, lainnya
Manufaktur, Minyak, Gas dan Petrokemikal, Pariwisata, Pertanian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Manufaktur, Minyak dan Gas, Perkapalan, Petrokemikal, Pariwisata dan Industri Kelas Tinggi (Penerbangan)
Proyek Pengembangan (permintaan)
125 kawasan/sub kawasan ekonomi khusus (FTZ)
634 SEZ Area 54 ETDZ (Economic and technological Development Zone.
Pekan Automotive Park (PAP); Malaysia-China Kuantan Industrial Park (MCKIP); Gambang Halal Park; Pasir Mas Halal Park; Kemaman Heavy Industry Park, Agropolitan Pekan
Jalan tol, rail way, Batam Bintan Bridges, Tanjung Sauh Terminal Port, Batu Ampar Port, Hang Nadim Airport Expanding, Developing Area Rempang and Galang Area, Janda Berias Maritime Zone.
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) lainnya Seperti Tanjung Lesung, Sei Mangkei, MBTK, Palu, Bitung, Morotai, Tanjung Api-Api, Mandalika
Jumlah Perusahaan Asing Aktif
2800 Na 500.000 (estimate) na 1000 perusahaan
Badan Perijinan FTZ Board BoA (Board of Approval), ACZ
(Approval Committee at Zone)
Berada di tingkat provinsi dan kota masing-masing, dimungkinkan adanya ditingkat nasional.
Regional Permitts and National Committee/ Jawatankuasa Pelaksanaan
Dan Penyelarasan
BKPM on stop services, Pelayanan Satu Atap (PTSA) di KEK
Kebijakan penarik investasi/attractive regulation for FDI
Bebas pabean, penyederhanaan administrasi investasi
Insentif berupa pembebasa bea/cukai, pembebasan pajak penghasilan, pembebasan pajak alternatif, pembebasan pajak pembagian deviden, pembebasan pajak penjualan dan pembebasan pelayanan pajak.
Insentif berupa subsidi seperti athin tenaga kerja, dana riset, pembebasan inspeksi pajak, proses karantina yang dipercepat, penyederhanaan aturan keluar masuk barang; investasi senilai lebih dari 30 juta US$ diberi insentif berupa konsesi pajak, potongan pajak, subsidi pajak untuk proyek berteknologi tinggi dan melebihi dari 30 juta US$ investasi; pengurangan pajak dan atau pembebasan pajak untuk sektor pertanian, kehutanan dan peternakan pada daerah tertinggal; pengurangan dan subsidi pajak untuk sektor jasa keuangan.
Insentif pada sektor-sektor tertentu sesuai zona pengembangan: Pembebasan pajak penghasilan selama 10 tahun; pembebasan pajak bea masuk, pajak penjualan dan cukai, pembebasan pajak ekspor akibat dari peningkatan ekspor, pembebasan pajak pada sektor wisata, dan lainnya.
Insentif berupa pengurangan pajak bumi dan bangunan; fasilitas impor berupa penangguhan bea masuk, pembebasan cukai, tidak dipungut PPn dan PPnBM dan PPh Impor; kemudahan/keringanan perijinan usaha, pelabuhan, keimigrasian dan keamanan; fasilitas PPh dan tambahan fasiltias sesuai zona.
Success SEZ Texas, Louisiana, South Carolina, Missisippi, dan Florida
Nokia Special Economic Zone (Telecom Equipment SEZ), Mahindra City SEZ (Apparel and fashion accessories; IT/Hardware; Auto-ancillary), Apache SEZ Development India Private Limited (Footwear SEZ), Reliance Jamnagar Infrastructure Limited (Multi-product SEZ)
Shenzhen, Shouzhou Iskandar Development Region (IDR)
Batam, Bintan, Karimun,
Produk teknologi Tinggi Teknologi pengolahan minyak, mesin dan perlengkapan, serta
United States India China Malaysia Indonesia
kendaraan. Exxon, ConocoPhillips, BMW, Chevron,
Buccheri), Elektronik (Polytron, Essenza, Byon), Shipyard, Airplane (Habibie Projects)
Faktor Sukses Keterkaitan barang impor dan domestik menjadi produk akhir dan ber-value added.
Populasi penduduk yang besar dengan upah rendah; dominansi masyarakat yang berpendidikan rendah; Kesiapan infrastruktur
Populasi penduduk yang besar dengan upah rendah; produk dalam negeri yang berlimpah (kreatif) dan multi kualitas, kebijakan investasi yang disederhanakan, paket kebijakan nol pajak, bead an cukai; Kesiapan infrastruktur
Populasi penduduk yang besar dengan upah rendah; dominansi masyarakat yang berpendidikan rendah; Kesiapan infrastruktur
Populasi penduduk yang besar dengan upah rendah; dominansi masyarakat yang berpendidikan rendah; Kesiapan infrastruktur
TIAR PANDAPOTAN PURBA, ST, IAP
RIWAYAT PENULIS:
enulis adalah seorang sarjana teknik bidang perencanaan wilayah dan kota, lahir di pulau
belakang padang (Provinsi Kepulauan Riau) pada tanggal 1 juni 1980. Tinggal di
Tangerang Selatan, Banten. Berprofesi sebagai konsultan individual dan independen pada
pekerjaan pemerintah. Beberapa pengalaman penulis adalah membantu pemerintah dalam
penyusun rencana strategis lima tahunan di Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas
dan Pelabuhan Bebas di Batam, Bintan dan Karimun. Selain itu juga membantu pemerintah
dalam menyusun keterpaduan kebijakan pembangunan pusat terhadap kebijakan spasial pada
kawasan strategis di Indonesia, diantaranya Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
Batam, Bintan dan Karimun, Sabang dan Sei Mangkei.
Selain itu penulis juga aktif menulis di website institusi professional yakni almega geospasia
expert (aoga expert) yang berfokus kepada kebijakan pembangunan dan kebijakan spasial di
Indonesia. Penulis suka memantau isu dan perkembangan pembangunan di Negara Indonesia,
Asean dan Asia karena keterkaitan ekonomi regional antar negara yang sangat kuat. Penulis juga
berfokus dan senang pada pemantauan kebijakan ekonomi khusus terutama terkait
pengembangan ekonomi kawasan baru, yang dipandang sebagai bagian dari upaya pemerintah
Indonesia untuk men-
generate
ekonomi dan membuka akses lapangan pekerjaan seluas-luasnya
bagi masyarakat Indonesia.
Penulis juga senang memperhatikan kebijakan pemerintah Indonesia terkait program PNPM
yang dinilai oleh lembaga-lembaga asing dunia sangat berhasil di Indonesia terkait upaya
pemerintah dalam memerangi kemiskinan dan gejolak negatif sosial.
Tiar Pandapotan Purba, ST, IAP (081310418551)
Email: tiar.poerba@gmail.com