• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Penelitian Bersejarah ke Fort Ro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Penelitian Bersejarah ke Fort Ro"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Hasil Penelitian

Sejarah Benteng Fort Rotterdam

Disusun Oleh:

James William (01)

Ainun Rarasmika (07)

Fauziyyah Divayanti (13)

Andi Maryam Rustam (19)

Nur Fadhilla Radiah A. (25)

Natasya Febrianty (31)

SMA Negeri 5 Makassar

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah “Laporan Penelitian Di Benteng Rotterdam Makassar” ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai sejarah fungsi Rotterdam makassar. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun . Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Makassar, 21 Februari 2015

(3)

DAFTAR ISI

C. Hubungan La Galigo tentang objek yang ditemukan ( senjata, rumah adat,

(4)

Seperti kita ketahui bersama bahwa fungsi awal dari fort Rotterdam yang sebenarnya adalah sebagai benteng pertahanan belanda, namun seiring perkembangan zaman fort Rotterdam kini di alihfungsikan menjadi objek wisata. Peralihan fungsi ini secara langsung maupun tidak langsung telah membawa dampak tertentu bagi masyarakat sekitarnya maupun bagi fort Rotterdam sendiri. Kita tahu bahwa banyak hal yang berubah seiring dengan beralih fungsinya fort Rotterdam. Ini tentunya dirasakan juga bagi pihak-pihak terkait yang bertindak sebagai pengelola fort Rotterdam. Hal inilah yang kemudian mendorong rasa ingin tahu kami yang kemudian kami wujudkan dalam sebuah penelitian. Dan kebetulan apa yang kami canangkan sejalan dengan salah satu kompetensi dasar dalam mata pelajaran kami. Untuk itu kami merasa bahwa penelitian ini akan membawa manfaat serta tidak menjadi sebuah kegiatan sia-sia dan hura-hura semata.

2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang kami ajukan ada beberapa hal, antara lain:

1. Apa fungsi utama pembangunan fort rotterdam pada awal di dirikannya? 2. Apa fungsi utamanya sekarang?

3. Mengapa fort rotterdam di alih fungsikan?

4. Apa dampak pengalihan fungsi fort rotterdam bagi : a. Fort Rotterdam itu sendiri

b. Bagi Pengelola

c. Bagi masyarakat sekitar.

3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan pemahaman kepada siswa(i) tentang: 1. Fungsi utama Fort Rotterdam pada awal didirikannya

2. Fungsi utama fort rotterdam sekarang

3. Faktor-faktor penyebab dialih fungsikannya fort rotterdam 4. Dampak pengalihan fungsi fort rotterdam bagi:

a. Fort Rotterdam itu sendiri b. Bagi pengelola

c. Bagi masyarakat di sekitarnya

4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini pada dasarnya dilakukan dengan tujuan untuk pemenuhan satu kompetensi dasar dalam salah satu mata pelajaran kami. Adapun kegunaan dari penelitian terhadap objek yang dimaksud adalah bahwa ada kemungkinan yang besar jika fungsi Fort Rotterdam yang semula sebagai benteng pertahanan dialihkan atau dengan kata lain diubah fungsinya menjadi objek wisata membawa dampak tertentu bagi pihak-pihak yang terkait di dalamnya baik itu dampak positif maupun negatif. Dampak inilah yang kemudian kami rasa penting dan merupakan hal pokok yang perlu diketahui, dikaji lalu dipahami bersama. Kalaupun nanti dampak yang diperoleh dari hasil penelitian lebih mengarah pada hal-hal negatif tentunya akan dipikirkan tindak lanjutnya. Namun, sekali lagi bahwa tindak lanjut itu tentunya perlu suatu bukti dan argumen yang pasti agar nantinya kita tidak salah langkah. Langkah yang dianggap pentiing dilakukan sebelum tindak lnjut tersebut adalah dengan jalan melakukan penelitian ini.

5.Manfaat Hasil Penelitian

Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah:

(5)

mengetahui apakah statement peralihan fungsi objek ini membawa dampak positif atau negatif.

2. menguji hipotesis tentang karakteristik pesan (testing hypothesis of message characteristic). Penelitian ini berusaha menghubungkan karakteristik tertentu dari pesan yang disampaikan oleh narasumber bai dari pengelola maupun masyarakat sekitar.

3. mendapatkan informasi tentang perbandingan keadaan sebelum dan sesudah peralihan fungsi fort rotterdam menjadi objek wisata, yang diperoleh dari beberapa sumber yang disebutkan di atas.

4. Dijadikan sebagai bahan referensi yakni menjadi bahan rujukan bagi para peniliti selanjutnya.

BAB II

(6)

1. Pengertian Peninggalan Bersejarah

Peninggalan bersejarah / peninggalan purbakala merupakan benda, tulisan, lisan yang telah ada pada zaman dahulu dan mempunyai nilai serta pengetahuan sejarah didalamnya. Benda peninggalan bersejarah dapat disebut juga dengan benda cagar budaya.

Menutut Undang-Undang Republik Indonesia No.5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya, yang dimaksud dengan benda cagar budaya adalah:

a. Benda buatan manusia, bergerak atau tidak bererak yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 tahun, atau mewakili masa gaya sekurang-sekurang-kurangnya 50, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

b. Benda alam yang dianggap mempunyai nilai penting bagi sejararah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan

2. Sejarah Fort Rotterdam

Fort Rotterdam yang terpatri pada batu benteng ujung pandang jelas terpapang pada bagian atas pintu gerbang sebelah barat benteng sekarang. Penamaan diberikan oleh belanda sebagai realisasi perjanjian bongaya 18 November 1667 pasal 11. perubahan nama dari benteng ujung pandang ke Fort Rotterdam adalah sebagai tanda kenangan Cornelis Spellman terhadap kota kelahirannya di negeri belanda yaitu Rotterdam. Fort Rotterdam telah berdiri hampir 4 abad yang telah lalu ia telah mengalami pasang surut kerajaan Gowa dan kekuasaan belanda antara pertengahan abad ke2 sampai jepang berkuasa di Indonesia Benteng Fort Rotterdam tidak dapat dipisahkan dari kerajaan gowa ialah yang mempertahankan martabat dan kebesaran kerajaan gowa dari rongrongan imperalis barat, kerajaan gowa memperlihatkan kemajuan dan kejayaannya atas usaha raja gowa IX yaitu Tumaparisi Kallonna beliau membuat undang Undang dan peraturan-peraturan perang mengadakan pemungutan-pemungutan pajak dsb untuk kerajaan atas perintah raja gowa XI Daeng Pamatte. Daeng Pamatte menyempurnakan aksara Lontara waktu itu pula Tumaparisi Kallonna membentengi dengan batu bata kerajaan gowa-Sombaupu. Raja gowa X yaitu Tuni Pallangga Ulaung. Setelah beliau angkat ia digantikan oleh saudaranya I Taji Barani Daeng Marompa Karaeng Data sebagai raja gowa XII tetapi baru 40 hari naik tahta ia tewas sewaktu berperang di daerah bone.

(7)

Pandang dijadikan perkampungan dan tanah yang termasuk lingkungannya di serahkan kepada belanda serta logi kompeni Belanda. Wilayah benteng Ujung Pandang inilah yang menjadi tanah pertama dan daerah pertama yang secara de jure dan de facto menjadi daerah Kompeni Belanda. Di benteng inilah bermula cengkraman kolonialisme dan Imperialisme Belanda. Begitu benteng Ujung Pandang dikuasai oleh kompeni Belanda menyatakan tentang ketentuan-ketentuan kompeni di Ujung Pandang.

Perjanjian Bongaya 18 November 1967 yang ditanda tangani dan di setujui oleh Sultan Hasanuddin dalam keadaan terpaksa dengan maksud untuk menghindari korban yang semakin besar untuk serta muntuk meredakan keluarga untuk masa depan Sulawesi.

Dengan jatuhnya kerjaan gowa pada tahun 1969 menjadikan kedudukan benteng ujung pandang yang telah berubah namanya menjadi Fort Rotterdam makin pentinh bagi kompeni Belanda Fort Rotterdam dijadikan pusat pertahanan serta pusat perdagangan kompeni belanda bangunan-bangunan dalam benteng dirombak sesuai dengan keinginan belanda semua sisi bagian benteng diisi dengan bagian Gotic ditengah benteng dibangun daerah bertngkat yang diperuntukkan sebagai gereja.

Perombakan yang dilakukan belanda pada benteng ujung pandang sebenarnya telah mulai diadakan begitu benteng Ujung Pandang dikuasainya namun usahanya tidak dapat berjalan lancar akibat perang yang terus menerus dialami oleh kompeni Belanda. Bentuk yang ada sekarang ini terwujud pada tahun 1977 yaitu 10 tahun sesudah perjanjian Bongaya. Bahkan sesuai data yang ada bangunan dalam benteng yaitu bangunan gubernur yang baru berdiri dalam bentuk sekarang ini. Demikianlah keadaan Fort Rotterdam atau benteng ujung pandang sejak masuknya kompeni belanda hingga kekuasaan jepang.

Ketika jepang berkuasa pd tahun 1942 maka benteng ujung bpandang tak luput pula dari pengaruh ujung pandang selain akibat yang merugikan yaitu rusaknya sebagian bangunan benteng ujung pandang karena akibat perang yang terjadi di Indonesia belanda dan jepang, jepang juga ikut menenem andil dalam penambahan gedung benteng. Sebuah gedung yang terletak di selatan bastion Mandrasiya adalah kerajaan yang dibangun oleh jepang dengan arsitek, namun tidak bertingkat.

3. Fungsi Fort Rotterdam

Di Makassar ada satu benteng besar yang berdiri megah, namanya Fort Rotterdam. Jangan bayangkan lokasi benteng ini berada jauh diluar kota, dan kita harus menghabiskan waktu sekian jam untuk duduk dimobil berkecepatan tinggi, karena lokasi benteng ini terletak didalam kota Makassar sehingga cukup mudah untuk mencapainya.

Benteng dengan halaman seluas dua kali Museum Fatahilah Jakarta ini letaknya didepan pelabuhan laut kota Makassar atau ditengah pusat perdagangan sentral kota. Apabila kita menginap di area seputar pantai Losari, maka jaraknya dalam kisaran radius 2 km-an saja. Dari jalan raya, Fort Rotterdam yang juga akrab disebut benteng Ujungpandang (nama lain dari Makassar) akan mudah dikenali karena sangat mencolok dengan arsitektur era 1600 an yang berbeda dengan rumah dan kantor diseputarnya. Temboknya hitam berlumut kokoh menjulang hampir setinggi 5 meter, dan pintu masuknya masih asli seperti masa jayanya. Dari ketinggian, bentuk benteng seperti bentuk totem penyu yang bersiap hendak masuk kedalam pantai.

(8)

Benteng ini awalnya dibangun tahun 1545 oleh raja Gowa ke X yakni Tunipallangga Ulaweng. Bahan baku awal benteng adalah tembok batu yang dicampur dengan tanah liat yang dibakar hingga kering. Bangunan didalamnya diisi oleh rumah panggung khas Gowa dimana raja dan keluarga menetap didalamnya. Ketika berpindah pada masa raja Gowa ke XIV, tembok benteng lantas diganti dengan batu padas yang berwarna hitam keras.

Kehadiran Belanda yang menguasai area seputar banda dan maluku, lantas menjadikan Belanda memutuskan utk menaklukan Gowa agar armada dagang VOC dapat dengan mudah masuk dan merapat disini. Sejak tahun 1666 pecahlah perang pertama antara raja Gowa yang berkuasa didalam benteng tersebut dengan penguasa belanda Speelman. Setahun lebih benteng digempur oleh Belanda dibantu oleh pasukan sewaan dari Maluku, hingga akhirnya kekuasaan raja Gowa disana berakhir. Seisi benteng porak poranda, rumah raja didalamnya hancur dibakar oleh tentara musuh. Kekalahan ini membuat Belanda memaksa raja menandatangani "Perjanjian Bongaya" pada 18 November 1667.

Dikemudian hari Speelman memutuskan utk menetap disana dengan membangun kembali dan menata bangunan disitu agar disesuaikan dengan kebutuhan dalam selera arsitektur Belanda. Bentuk awal yg mirip persegi panjang kotak dikelilingi oleh lima bastion, berubah mendapat tambahan satu bastion lagi di sisi barat. Nama benteng diubah pula menjadi Fort Rotterdam, tempat kelahiran Gubernur Jendral Belanda Cornelis Speelman.

Salah satu obyek wisata yang terkenal disini selain melihat benteng, adalah menjenguk ruang tahanan sempit Pangeran Diponegoro saat dibuang oleh Belanda sejak tertangkap ditanah Jawa. Perang Diponegoro yg berkobar diantara tahun 1825-1830 berakhir dengan dijebaknya Pangeran Diponegoro oleh Belanda saat mengikuti perundingan damai. Diponegoro kemudian ditangkap dan dibuang ke Menado, lantas tahun 1834 ia dipindahkan ke Fort Rotterdam. Dia seorang diri ditempatkan didalam sebuah sel penjara yang berdinding melengkung dan amat kokoh. Diruang itu ia disedikana sebuah kamar kosong beserta pelengkap hidup lainnya seperti peralatan shalat, alquran, dan tempat tidur. Banyak kemudian yang meyakini bahwa Diponegoro wafat di Makassar, lalu ia dikuburkan disitu juga. Tapi ada pendapat lain mengatakan, mayat Diponegoro tidak ada di Makassar. Begitu ia wafat Belanda memindah ia ketempat rahasia agar tidak memicu letupan diantara pengikut fanatiknya di Jawa atau disitu.

4. Manfaat Wisata

· Menambah pengetahuan atau wawasan akan ilmu peristiwa sejarah yang terjadi disekitar kota Makassar.

· Dijadikan sebagai sarana untuk Berziarah ke tempat dimana pahlawan-pahlawan yang telah gugur.

· Sebagai tempat yang bermanfaat sebagai objek wisata.

BAB III

(9)

a. Pendekatan dan Jenis Penelitian

penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Dimaksudkan agar hasil-hasil penelitian dapat disimpulkan secara teori dengan argumen yang nyata.

b. Kehadiran Peneliti

instrumen yang dimaksud sebagai peneliti adalah siswa(i) kelas XII Ilmu Sosial. Kehadiran bapak/ibu guru dalam penelitian ini adalah sebagai pendamping dan pembimbing peneliti. Peneliti diharapkan dapat hadir tepat waktu di lokasi penelitian yang dimaksud sebagi perwujudan latihan kedisiplinan.

c. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah fort rotterdam, sebuah objek wisata padat pengunjung yang terletak di jl. Reburande,Makassar,sulawesi selatan . Kira-kira berjarak 1km dari Losari Beach. Tepat di depannya ramai dengan pedagang es kelapa muda. Bangunan unik dengan masih adanya sisa-sisa zaman perang diantaranya sebuah meriam, adanya museum yang bisa kita jadikan sasaran penelitian benda-benda beersejarah selain dari penelitian sosialnya. Di dalam fort rotterdam terdapat sebuah bangunan yang di dalamnya banyak lukisan hasil karya Zainuddin Beta. Ini bisa kita teliti apakah keberadaan fort rotterdam membawa manfaat tersendiri bagi beliau,kaitannya dengan pengelola. Selain itu kaitannya dengan masyarakat sekitar yaitu keberadaan pedagang es kelapa muda,yang kemungkinan besar membantu perekonomian masyarakat sekitar. Inilah objek sosial yang menarik untuk dikaji

d. Sumber Data

sumber data dalam penelitian ini disesaikan dalam fokus dan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini ada 2 sumber data yakni :

1.sumber data yang pertama atau primer yaitu sumber yang dapat diperoleh dari setiap informan yang diwawancarai dilokasi penelitian, dalam hal ini pengelola Fort Rotterdam, pengelola wisatawan ataupun masyarakat sebagai informan kunci yang berkaitan dengan penelitian ini.

2. sumber data yang kedua atau data sekunder diperoleh dari buku-buku sejarah dan sosiologi yang berhubungan dengan masalah penelitian.

e. Prosedur Pengumpulan Data

untuk memperoleh data atau keterangan yang berkaitan dengan penelitian ini maka ditempuh dengan cara :

1. pengamatan langsung atau observasi, dalam hal ini dimaksud untuk mengethui subjektif dan identitas dari masyarakat yang ada di sekitar Fort Rotterdam serta Fort Rotterdam itu sendiri.

2. wawancara (interview) yaitu tehnik yang digunakan untuk memperoleh informasi yang mendalam sehingga dipastikan kenyataan dari suatu fakta sehingga didapatkan penjelasan secara langsung dan lebih akurat mengenai penelitian ini. Dalam hal ini yaitu melakukan wawancara dengan pengelola pengunjung dan masyarakat sekitar Fort Rotterdam.

3. dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data visikulasi kegiatan.

f. Analisis Data

(10)

g. Tahap-tahap Penelitian

Bagian ini menguraikann proses pelaksanaan penelitian mulai dari penelitian pendahuluan, pengembangan desain, penelitian sebenarnya, sampai pada penulisan laporan.

h. Tempat dan Jadwal Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada :

Hari/Tanggal : Minggu, 15 Februari 2015 Waktu : Pukul 08.30 WIB – selesai

BAB IV

(11)

A. Dekskripsi Umum tentang Museum La Galigo

1. Sejarah Museum La Galigo

Benteng Rotterdam Makassar dibangun oleh Raja Gowa ke IX Daeng Matare Karaeng Manguntungi Tumapa’risi’ Kallonna dan diselesaikan oleh putranya Raja Gowa X Imanriogau Bontokaraeng lakiung Tonipallangga Ulaweng dengan konstruksi tanah liat pada tahun 1545. Atas perintah Raja Gowa XIV Imangerangi Daeng Manrabia (Sultan Alauddin) pada tahun 1634 tembok benteng diperbaiki dan menambah material batu karang, batu padas, dan batu bata menggunakan kapur dan pasir sebagai perekat. Fort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang (Jum Pandang) adalah sebuah benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Letak benteng ini berada di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan.Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9 yang bernama I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa'risi' kallonna. Awalnya benteng ini berbahan dasar tanah liat, namun pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin konstruksi benteng ini diganti menjadi batu padas yang bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di daerah Maros. Benteng Ujung Pandang ini berbentuk seperti seekor penyu yang hendak merangkak turun ke lautan. Dari segi bentuknya sangat jelas filosofi Kerajaan Gowa, bahwa penyu dapat hidup di darat maupun di laut. Begitu pun dengan Kerajaan Gowa yang berjaya di daratan maupun di lautan. Nama asli benteng ini adalah Benteng Ujung Pandang, biasa juga orang Gowa-Makassar menyebut benteng ini dengan sebutan Benteng Panyyua yang merupakan markas pasukan katak Kerajaan Gowa. Kerajaan Gowa-Tallo akhirnya menandatangani perjanjian Bungayya yang salah satu pasalnya mewajibkan Kerajaan Gowa untuk menyerahkan benteng ini kepada Belanda. Pada saat Belanda menempati benteng ini, nama Benteng Ujung Pandang diubah menjadi Fort Rotterdam. Cornelis Speelman sengaja memilih nama Fort Rotterdam untuk mengenang daerah kelahirannya di Belanda. Benteng ini kemudian digunakan oleh Belanda sebagai pusat penampungan rempah-rempah di Indonesia bagian timur sampai saat ini benteng Rotterdam digunakan untuk perdagangan dan dijadikan sebagai tempat wisata prasejarah,selain itu Benteng Rotterdam dijadikan kantor pemerintah yakni Pusat Kebudayaan Makassar, Di kompleks Benteng Ujung Pandang kini terdapat Museum La Galigo yang di dalamnya terdapat banyak referensi mengenai sejarah kebesaran Makassar (Gowa-Tallo) dan daerah-daerah lainnya yang ada di Sulawesi Selatan. Sebagian besar gedung benteng ini masih utuh dan menjadi salah satu objek wisata di Kota Makassar. Salah satu obyek wisata yang terkenal disini selain melihat benteng serta museum Lagaligo adalah menjenguk ruang tahanan sempit Pangeran Diponegoro saat dibuang oleh Belanda sejak tertangkap ditanah Jawa. Di benteng ini pernah di jajah oleh pasukan belanda, untuk memperluas daerah kekuasaannya karena kerajaan gowa memliki rempah-rempah yang banyak, Setahun lebih benteng digempur oleh Belanda dibantu oleh pasukan sewaan dari Maluku, hingga akhirnya kekuasaan raja Gowa disana berakhir. Seisi benteng porak poranda, rumah raja didalamnya hancur dibakar oleh tentara musuh. Kekalahan ini membuat Belanda memaksa raja menandatangani "perjanjian Bongaya" pada 18 Nov 1667 Di tempat ini juga Pangeran Diponegoro dipenjara. Luas Benteng Rotterdam Makassar adalah 28.595,55 meter bujur sangkar, dengan ukuran panjang setiap sisi berbeda, serta tinggi dinding berfariasi antara 5-7 meter dengan ketebalan 2 meter. Benteng Rotterdam Makassar mempunyai lima buah sudut (Bastion), yaitu :

- Bastion Bone terletak di sebelah barat - Bastion Bacam terletak di sudut barat daya - Bastion Butan terletak di sudut barat laut

- Bastion Mandarsyah terletak di sudut timur laut - Bastion Amboina terletak di sudut tenggara

(12)

Museum ini memiliki koleksi sebanyak kurang lebih 4999 buah yang terdiri dari koleksi prasejarah, numismatik, keramik asing, sejarah, naskah, dan etnografi. Koleksi etnografi terdiri dari berbagai jenis hasil teknologi, kesenian, peralatan hidup dan benda lain yang dibuat dan digunakan oleh suku Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja. Museum juga memiliki benda-benda yang berasal dari kerajaan-kerajaan lokal dan senjata yang pernah digunakan pada saat revolusi kemerdekaan.

1. Sepeda dan Bendi

Tidak hanya peralatan tradisional nelayan yang terpanjang di ruangan ini anda pun dapat melihat bendai, Sepeda ataupun Dokar, koleksi Perangkat pertanian Tadisional yang terdapat dalam useum lagaligo ini adalah bukti sejarah peradaban bahwa sejak jaman dahulu bangsa indonesia khususnya masyarakat Sulawesi Selatan telah dikenali sebagai masyarakat yang bercocok tanam. Mereka menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian terutama tanaman padi sebagai bahan makanan pokok.

2. Alat-alat Tradisional Perikanan dan Kelautan

Pada bangunan lain Museum Lagaligo anda akan menjumpai koleksi Perangkat Tradisional para pelaut dan nelayan bugis Makassar terdapat replika Perahu Pinisi yang terkenal sampai ke manca negara berbagai jenis peralatan nelayan untuk mengkap ikan yang umumnya masih dapat dijumpai dalam kehidupan masyrakat pesisisr hingga saat ini.

(13)

4. Koleksi Peralatan Tenun TradisonaL

Dari koleksi Peralatan Tenun Tradisional ini, dapat diketahui bahwa budaya menenun di Sulawesi Selatan diperkirakan berawal dari jaman prasejarah, yakni ditemukan berbagai jenis benda peninggalan kebudayaan dibeberapa daerah seperti leang - leang kabupaten maros yang diperkirakan sebagai pendukung pembuat pakaian dari kulit kayu dan serat - serat tumbuhan-tumbuhan. Ketika pengetahuan manusia pada zaman itu mulai Berkembang mereka menemukan cara yang lebih baik yakni alat pemintal tenun dangan bahan baku.

5. Koleksi Peralatan Menempa Besi dan Hasilnya

Jika anda ingin mengenali lebih jauh tentang sisi lain dari kehidupan masa lampau masyarakat Sulawesi Selatan, maka anda dapat mengkajinya melalui koleksi tradisional menempa besi, Hasil tempaan berupa berbagai jenis senjata tajam, baik untuk penggunan sehari - hari maupun untuk perlengkapan upacara adat.

(14)

Didalam Museum Lagaligo terdapat koleksi mata uang yang pernah beredar dan berlaku di indonesia yakni pada masa klasik Hindu Budha pada abad ke -5-15 masa Islam pada abad 13. masa Kolonial abad ke 16. masa Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945.

7. Koleksi Keramik

Diruangan Koleksi Keramik terdapat berbagai jenis keramik kuno dari berbagai dinasti seperti Dinasti Sung abad 13-14 Dinasti Swaton abad 16-18, Dinasti cing abad 17-19, Dinasti Yuan terjan abad 14-16, Dinasti Annamese abad 14-16 Keramik - keramik ini berasal dari China, Vietnam, Thailand ,Siam dan Jepang.

C. Hubungan La Galigo tentang objek yang ditemukan ( senjata, rumah adat, dll )

1. Museum La Galigo (Gedung No. 10) Fort Rotterdam

(15)

Yayasan Matthes, Yayasan Pusat Kebudayaan Indonesia Timur, dan milik Inspeksi Kebudayaan Daerah Sulawesi Selatan. Empat tahun kemudian, dengan surat keputusan Gubernur (1970), museum secara resmi berdiri dengan namaMuseum La Galigo. Selanjutnya melalui surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (1979), nama museum berubah menjadi Museum La Galigo Propinsi Sulawesi Selatan. Pada tahun 1988, Direktur Jenderal Kebudayaan melalui Direktur Permuseuman Jakarta mengeluarkan keputusan tentang penyeragaman nama museum negeri tingkat provinsi seluruh Indonesia, yaitu mendahulukan nama provinsinya masing-masing kemudian diikuti nama lokalnya. Dengan demikian sekali lagi museum berganti nama menjadi Museum Negeri Propinsi Sulawesi Selatan La Galigo. Di era otonomi, melalui surat keputusan Gubernur (2001), nama museum diganti menjadi UPTD Museum La Galigo Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Sulawesi Selatan.

2. Penamaan Museum La Galigo

Museum Sulawesi Selatan ini diberi nama ‘La Galigo’ atas saran seorang seniman, dengan pertimbangan nama ini sangat terkenal di kalangan masyarakat Sulawesi Selatan. La Galigo adalah salah satu putra Sawerigading Opunna Ware, seorang tokoh masyhur dalam mitologi Bugis, dari perkawinannya dengan WeCudai Daeng Risompa dari Kerajaan Cina Wajo. Setelah dewasa, La Galigo dinobatkan menjadi Pajung Lolo (Raja Muda) di Kerajaan Luwu, pada abad ke-14. ‘La Galigo’ juga nama sebuah karya sastra klasik dalam bentuk naskah tertulis bahasa Bugis yang terkenal dengan nama Surek La Galigo, dengan panjang 9.000 halaman, dan La Galigo sendiri dianggap sebagai pengarangnya (note: studi mengungkapkan kemungkinan penulisnya adalah perempuan bangsawan), pada masa yang sezaman dengan Kerajaan Sriwijaya. Isinya mengandung cerita-cerita, tatanan, dan tuntunan hidup orang Sulawesi Selatan dulu, seperti sistem religi, ajaran kosmos, adat-istiadat, bentuk, dan tatanan masyarakat/pemerintahan tradisional, pertumbuhan kerajaan, sistem ekonomi/perdagangan, keadaan geografis, dan peristiwa penting yang pernah terjadi. Naskah ini biasanya dibacakan secara berlagu kepada pendengarnya. Khusus ceritera tokoh Sawerigading, tidak hanya dikenal di daerah Bugis saja, tetapi dapat dijumpai dalam bentuk ceritera lisan di Makassar, Toraja (note: Toraja adalah dataran tinggi, sehingga cukup mengejutkan berkembangnya epos berlatarbelakang bahari di sini), Mandar, Massenrempulu, Selayar, Sulawesi Tenggara, dan Tengah.

Beberapa tokoh yang pernah mengulas Surek La Galigo antara lain Stamford Raffles, B.F.Matthes, R.A.Kern, dan A.Zainal Abidin Farid. Hasil pengkajian ilmuwan ini, diperoleh kesimpulan berikut (Buku Petunjuk UPTD Museum La Galigo, 2008):

1. Sebagai sastra suci, menceritakan tentang cikal-bakal orang Bugis yang sakti dan dimuliakan. Oleh sebab itu naskah La Galigo mereka layani dan hormati seperti menghormat tokoh ceritera didalamnya. Dengan sikap dan pandangan demikian ini, La Galigo melaksanakan fungsi sebagai penawar keresahan menghadapi ancaman penyakit, bencana alam, dan kematian, juga sebagai pelindung ancaman kebahagiaan hidup.

2. Sebagai Sastra Berguna atau Sastra Normatif, berisi petunjuk tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan; berbagai tatacara kehidupan sehari-hari, mulai dari peristiwa kelahiran, pijak tanah, perkawinan, hingga urusan kematian dan adat beraja-raja. Dengan demikian ia melaksanakan fungsi sebagai pendorong terciptanya integritas sosial dengan keluarga raja sebagai intinya, dan pendorong terciptanya stabilitas sosial, serta kelestarian pranata sosial budaya.

3. Sebagai sastra indah, berisi ceritera petualangan, percintaan, dan peperangan yang memikat dan menegangkan dalam irama dan gaya bahasa yang menawan. Dengan kedudukan demikian naskah ini berfungsi sebagai alat penghibur, penggugah emosi, dan imaji pengikat, pembina kompetensi dan apresiasi sastra di kalangan masyarakat.

Dengan kedudukan dan fungsi tersebut di atas ‘Surek La Galigo’ dapat bertahan melampaui masa yang panjang dan menjadi warisan serta kebanggaan dari generasi ke generasi.

(16)

Gedung No.10, terletak di sebelah selatan, terdiri dari tiga lantai dengan susunan penataan pameran sebagai berikut (Ruang 3-5 di Lantai II):

• Ruang 1 (Kebaharian): peta topografi, suku bangsa Sulawesi Selatan; miniatur perahu pinisi, patorani, palari, bahan pembuatan perahu, dll

• Ruang 2: bagang, roppong, alat penangkap ikan; perahu lambo, palari, bendi, dll

• Ruang 3 (Teknologi Tradisional): alat pertanian tradisional; lesung dari Raja Tolo Jeneponto; alat pengolahan sagu, gula merah, alat rumah tangga, musik tradisional anjong bola, dll.

• Ruang 4 (Tenun Tradisional): alat penempaan besi dan hasil-hasilnya; alat proses pembuatan benang, lungsi; perangkat tenun tradisional; berbagai hasil tenunan dan pakaian adat Sulawesi.

• Ruang 5 (Pakaian Pengantin dan Pelaminan): pakaian pengantian adat suku bangsa di Sulawesi Selatan; pelaminan

• Ruang 6 (Wawasan Nusantara): pakaian adat Sulawesi Utara, Tengah, Kalimantan Timur, Sumatera Barat, dll; panah dan patung dari Papua; pakaian adat Jawa dan Bali, dll; lukisan Syekh Yusuf, tasbih, dll

4. Koleksi Pakaian Nusantara

Pada salah satu ruangan dalam, Museum LA galigo, terdapat koleksi pakaian pengantin adat dari beberapa suku dan daerah indonesia. Koleksi religius dipenghujung jelajah kita dimuseum La Galigo, kita akan berada dalam suatu ruangan yang yang menyimpan berbagai koleksi yang kental dengan islam, mulai dari potret para tokoh islam, Al-quran, tasbih dari masa permulaan masuknya ajaran islam di Sulawesi Selatan.

Rumah Speelman (Gedung No.2) Tata Pameran Museum La Galigo

Pameran tetap di Museum La Galigo disajikan di Gedung No.10 yang terletak di sebelah selatan dan Gedung No.2 sebelah utara dalam Kompleks Benteng Ujung Pandang.Dari pintu gerbang Benteng, Gedung No.2 terletak di sebelah kiri.

(17)

Kediaman Speelman di Gedung No.2 sekarang difungsikan sebagai ruang pameran Museum La Galigo, dengan item koleksi sebagai berikut (Ruang 7-10 di lantai dua, Ruang 11-12 di lantai bawah tanah):

• Ruang 1 : Maket Benteng Ujung Pandang, benda-benda/bahan bangunan benteng, peta lokasi benteng Kerajaan Gowa, foto-foto Gedung yang dpugar

• Ruang 2 :Lukisan prasejarah, alat batu prasejarah, koleksi arkeologi

• Ruang 3 : koleksi dari masa prasejarah, lukisan, sistem penguburan megalitik • Ruang 4 : gudang

• Ruang 5 : koleksi numismatika dan arkeologi • Ruang 6 : koleksi etnografi

• Ruang 7 : koleksi Kerajaan Sawitto; Kerajaan Wajo, Mandar, dan Tana Toraja; foto-foto pahlawan nasional dan Sulawei Selatan

• Ruang 8 : koleksi Kerajaan Luwu • Ruang 9 : koleksi Kerajaan Bone • Ruang 10 : koleksi Kerajaan Gowa

• Ruang 11 dan Ruang 12 : keramik asing dan peta lokasi penemuan keramik asing di Sulawesi Selatan

(18)

Kerajaan Bone

Zaman Budaya Islam

(19)

Kerajaan Luwu

Dapur Tradisional Sulawesi Selatan dan Peralatannya

(20)

Kitanan Perempuan

(21)

Berfungsi sebagai kelengkapan alat angkutan hewan, dipergunakan sebagai

pengalas punggung kuda yang akan menahan beban angkutan hasil panen petani, berupa padi ataupun jagung ke tempat Balla Assung.

Miniatur Balla Assung

Berfungsi sebagai tempat penyimpanan atau penampungan hasil-hasil pertanian utamanya padi, jagung, dan lain-lain.

(22)

Berfungsi sebagai sarana untuk menangkap ikan juga bias digunakan sebagai alat angkut atau transportasi antar pulau-pulau terdekat

(23)

PENUTUP

A. Kesimpulan

Fort Rotterdam atau Benteng Rotterdam Makassar (Jum Pandang) adalah sebuah benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Letak benteng ini berada di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke IX yang bernama I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa'risi' kallonna. Awalnya benteng ini berbahan dasar tanah liat, namun pada masa pemerintahan Raja Gowa ke XIV Sultan Alauddin konstruksi benteng ini diganti dengan sedimen endesit. Museum yang pertama berdiri di Sulawesi Selatan adalah Celebes Museum pada tahun1938, didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda di kota Makassar sebagai ibukotaGouvernement Celebes en Onderhoorigheden (Pemerintahan Sulawesi dan Daerah Taklukannya). Kepala Museum adalah Tuan Ness.

B. Saran

(24)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan ini adalah: “Apakah Komposisi Pendapatan Asli Daerah dan

Dengan penilaian melalui tiga faktor tersebut maka prestasi kerja pihak lembaga, organisasi, intitusi ataupun instansi pemerintah dapat mengambil tindakan yang

Selain bentuk di atas pihak sekolah juga menerapkan pembinaan kepribadian Lingkar Qur’an (LQ) diterapkan pada kelas 1 dan kelas 2 pada hari dengan cara mengelompokkan

Penelitian Uji Potensi Ekstrak Daun Sukun Artocarpus altilis Sebagai Pestisida Nabati Terhadap Hama Serangga Lalat Buah Bactrocera spp bertujuan untuk mengetahui kandungan

Sampah tidak dipilah sesuai tempatnya, kecuali sapuan potongan kecil yang sulit dipilah.. Sampah tidak dipilah sesuai tempatnya, kecuali sapuan potongan kecil yang sulit

Bermula dari akhlak antara manusia dengan pencipta, akhlak manusia sesama manusia, akhlak manusia dengan hewan, akhlak manusia dengan alam dan sebagainya

deviation from linearity adalah 0,103 berati terdapat hubungan yang liner antara variabel frekuensi menonton anime kekerasan dengan variabel tingkat agresivitas

terhadap minat beli produk wardah pada mahasiswi jurusan Ekonomi Islam FEBI UIN Alauddin Makassar. 2) Mengetahui beauty vlogger sebagai media pemasasaran ditinjau